BAB I DAN BAB II

12
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Informasi Geografis (SIG) menjadi salah satu sarana penyampaian informasi. Terutama untuk informasi-informasi yang berhubungan dengan data spasial. Sistem informasi tersebut telah dan sedang dikembangkan oleh pemerintah-pemerintah dibanyak daerah di Indonesia contohnya peta untuk data statistik suatu daerah. Peta yang baik haruslah sesuai dengan penampakan aslinya yang ada di bumi, sehingga gambaran yang ada di peta dapat digunakan dengan akurat dan tepat. Dalam pembuatan peta diperlukan adanya sistem proyeksi karena bumi berbentuk tiga dimensi sedangkan peta adalah dua dimensi sehingga tidak ada kesalahan / perbedaan yang membingungkan oleh pengguna peta. Peta merupakan proyeksi gambaran permukaan bumi dalam bentuk dua dimensi sekarang ini penggunaan peta tidak hanya terbatas dalam bidang geografi namun penerapan peta sudah sangat luas. Karena kebutuhan manusia tentang informasi tempat dan lokasi terus meningkat. Dalam SIG salah satu bentuk outputnya adalah berupa peta. Untuk mengetahui kebenaran atau kevalidan suatu peta yang dihasilkan perlu dilakukannya uji validasi, dimana peta tersebut harus memiliki tingkat

description

SIG

Transcript of BAB I DAN BAB II

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem Informasi Geografis (SIG) menjadi salah satu sarana penyampaian informasi. Terutama untuk informasi-informasi yang berhubungan dengan data spasial. Sistem informasi tersebut telah dan sedang dikembangkan oleh pemerintah-pemerintah dibanyak daerah di Indonesia contohnya peta untuk data statistik suatu daerah. Peta yang baik haruslah sesuai dengan penampakan aslinya yang ada di bumi, sehingga gambaran yang ada di peta dapat digunakan dengan akurat dan tepat. Dalam pembuatan peta diperlukan adanya sistem proyeksi karena bumi berbentuk tiga dimensi sedangkan peta adalah dua dimensi sehingga tidak ada kesalahan / perbedaan yang membingungkan oleh pengguna peta.

Peta merupakan proyeksi gambaran permukaan bumi dalam bentuk dua dimensi sekarang ini penggunaan peta tidak hanya terbatas dalam bidang geografi namun penerapan peta sudah sangat luas. Karena kebutuhan manusia tentang informasi tempat dan lokasi terus meningkat.Dalam SIG salah satu bentuk outputnya adalah berupa peta. Untuk mengetahui kebenaran atau kevalidan suatu peta yang dihasilkan perlu dilakukannya uji validasi, dimana peta tersebut harus memiliki tingkat akurasi yang tinggi antara hasil identifikasi di citra dan hasil identifikasi sebenarnya. Sehingga uji validasi merupakan proses yang sangat penting. Karena sering terjadinya perbedaan koordinat saat pengolahan awal citra dimana dalam proses itu melalui pengolahan oleh beberapa software. Nilai ketelitian dari uji validasi ini diatas 70%. Penggunaan SIG pada saat ini telah mendorong untuk perubahan proses kartografi yang awalnya manual menjadi kartografi digital. Kartografi digital selain lebih efisien juga lebih mudah dilakukan. Selain mudah digunakan, kartografi digital juga lebih mudah dalam penyimpanan. Penyimpanan tersebut dapat dilakukan baik dalam bentuk softfile maupun hardfile. Skala dari peta hasil output pun dapat dengan mudah diatur oleh pengguna sehingga akan semakin memudahkan pengguna. Berdasarkan kelebihan dari kartografi digital dan pentingnya uji validasi itu maka menunjukkan bahwa diperlukan adanya pengetahuan serta pembelajaran yang baik mengenai kartografi digital dan uji validasi. 1.2 Tujuan

1. Mengetahui uji validasi data dan proses matriks kesalahan.2. Mengetahui fungsi kartografi digital dan cara pembuatan peta digital.1.3 Manfaat1. Agar mahasiswa mengetahui fungsi uji validasi data dan proses matrikskesalahan.2. Agar mahasiswa mengetahui fungsi kartografi digital dan cara pembuatan peta digital.II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kartografi

2.1.1 Pengertian Kartografi

Kartografi merupakan bagian dari ilmu geografi yang berhubungan dengan pemetaan. Hal ini berkaitan erat dengan sistem komunikasi antara si pembuat peta dan si pengguna peta. Untuk menyampaikan berbagai informasi, baik berupa informasi grafis maupun informasi atribut, diperlukan media yang tepat untuk menyampaikannya, yaitu dengan menggunakan peta sebagai media komunikasi dalam bentuk hardcopy maupun dalam bentuk softcopy (Irawan, 2012).

MenurutRystedtB(2001), dalamTrendsand Development Cartography, Kartografi adalah disiplin ilmu yang menyatukan (dealing) antara peta dan pemetaan. Kartografi menyatukan (deals) tampilan/representasi dari dua fenomena geografi, yaitu fenomena geografi nyata dan virtual. Basis data geografi dan realita virtual adalah hasil dari proses pemetaan, yang merupakan transformasi dari realita ke sebuah tampilan/representasi digital. Secara umum kartografi adalahilmu yang mempelajari tentang perpetaan (Anonim, 2012).Menurut ICA (International Cartograph), Kartografi adalah seni, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pembuatan peta bersamaan dengan studi pembelajarannya sebagai dokumen ilmiah dan seni.Kartografi adalah ilmu dan teknik pembuatan peta (Prihandito, 1989 dalam Anonim, 2012).

Peta-peta ini nantinya dapat digunakan sebagai data dan dokumen baik secara aktual maupun secara periodik untuk memberikan informasi geografis suatu wilayah. Dalam kartografi, baik sebgai salah satu bagian dari ilmu geografi dan dokumen ilmiah, kartografi juga merupakan teknik dan pengetahuan untuk menunjukkan suatu fenomena geografis pada suatu daerah yang dipilih dan digeneralisasi (Irawan, 2012).

2.1.2 Sejarah Kartografi

Kartografi berasal dari kata yunani kuno chartes atau charax yang berarti selembar kertas papyrus dan graphein yang berarti menulis. Kartografi adalah pembelajaran dan praktik dalam membuat peta. Di dalamnya tergabung berbagai aspek yang mencakup ilmu pengetahuan (sceince), estetika (aesthetics), teknik, dan berdiri di atas keyakinan bahwa kenyataan yang ada di sekitar kita (reality) dapat dimodelkan dalam berbagai cara yang memungkinkan informasi ruang (spatial) dapat dikomunikasikan secara efektif (Lestiawan, 2012).

Peta yang paling tua masih diperdebatkan karena definisi peta sendiri tidaklah jelas dan karena beberapa artifak kuno yang dianggap sebagai peta bisa jadi merupakan sesuatu yang lain. Sebuah lukisan tembok yang mungkin menggambarkan kota kuno bangsa Anatolia yang bernama atalhyk (dulu dikenal sebagai Catal Huyuk atau atal Hyk) diperkirakan ada sejak 7000 SM (7th millennium BCE). Selain itu ada sebuah lukisan tembok yang dibuat oleh bangsa Minoa yang bernama "Rumah Sang Laksamana" (House Of The Admiral) yang diperkirakan dibuat pada 1600 SM yang menggambarkan sebuah komunitas pinggir pantai dalam perspektif oblique. Lalu ada juga sebuah ukiran peta kota suci bangsa Babylonia yaitu Nippur yang dibuat pada periode Kassite (abad 14-12 SM). Peta dunia tertua yang masih ada hingga sekarang adalah peta dunia buatan bangsa Babylonia yang dibuat pada abad ke 9 SM. Salah satunya menggambarkan Babylonia di sungai Euphrats yang dikelilingi oleh daratan Assyria, Urartu, dan beberapa kota lainnya yang juga dikelilingi oleh "sungai pahit" (bitter river, Oceanus) yang memiliki tujuh pulau disekitarnya. Pihak lain menggambarkan Babylon terletak lebih jauh lagi ke arah utara dari pusat dunia (Lestiawan, 2012).

Seorang geografer Arab, Muhammad Al-Idrisi, membuat atlas jaman pertengahan yang bernama Tabula Rogeriana pada tahun 1154. Beliau menggabungkan pengetahuan tentang Afrika, lautan India, dan daerah timur jauh (Asia) yang dikumpulkan oleh pedagang dan penjelajah Arab yang informasinya merupakan warisan dari geografer terdahulu untuk membuat peta dunia paling akurat pada masanya. Peta buatannya merupakan yang paling akurat hingga 3 abad ke depan (Lestiawan, 2012).

Tabula Rogerianayang dibuat oleh Muhammad Al-Idrisi pada tahun 1154 untukRoger II Of SicillySumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a1/TabulaRogeriana_upside-down.jpg/800px-TabulaRogeriana_upside-down.jpg

Johannes Werner memperbaiki dan mempromosikan proyeksi peta Werner (Werner map projection). Pada tahun 1507, Martin Waldseemller memproduksi peta dunia globular dan 12 panel besar peta dunia yang bernama Universalis Cosmographia dan menggunakan nama Amerika untuk pertama kalinya. Seorang kartografer Portugal bernama Diego Ribero adalah penulis planisphere pertama dengan garis equator yang bergradasi (gradated). Kartografer Italia Battista Agnese membuat setidaknya 71 manuskrip atlas dari chart laut (sea charts) (Lestiawan, 2012).

Panel peta raksasaUniversalis Cosmographiayang dibuat oleh Martin Waldseemller.Sumber : http://www.learnnc.org/lp/multimedia/6970

Karena kartografi yang sudah sejak lama diketahui memiliki banyak kesulitan fisik, para pembuat peta sering mengambil bahan referensi dari hasil kerja kartografer dahulu tanpa mencantumkan nama sumber. Contohnya adalah salah satu peta Amerika Utara yang paling terkenal yaitu "peta berang-berang" (Beaver Map) yang dipublikasi oleh Hermann Moll pada tahun 1715. Peta ini adalah salinan sepenuhnya dari peta yang dibuat oleh Nicolas de Fer yang dibuat pada tahun 1698. Ternyata de Fer juga menyalin gambar-gambar yang pertama kali muncul dalam buku-buku yang dibuat oleh Louis Hennepin pada 1697 dan Franois Du Creux pada 1664. Pada abad ke 18, para pembuat peta mulai mencantumkan nama sumber dengan kalimat "After [pembuat asli] on the work" (Lestiawan, 2012).

2.2 Peta Rupa Bumi Indonesia

Peta Rupa Bumi Indonesia dikenal dengan peta RBI merupakan salah satu peta dasar yang dikeluarkan oleh Badan Infomasi Geospasial (BIG). Hal ini sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang- Undang Nomor 4 tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (UU-IG). Di dalam pasal 7 UU-IG disebutkan bahwa peta dasar sebagaimana dimaksud terdiri dari Peta Rupa Bumi Indonesia, Peta Lingkungan Pantai Indonesia, dan Peta Lingkungan Laut Nasional. Pasal 1 UU-IG mendefinisikan Peta Rupa Bumi Indonesia adalah peta dasar yang memberikan informasi secara khusus untuk wilayah darat (Perdana dkk, 2013). Peta rupa bumi atau peta dasar merupakan peta yang menampilkan sebagian unsur- unsur buatan manusia (kota, jalan, struktur bangunan lain) serta unsur alam (sungai, danau, gunung) pada bidang datar dengan skala dan proyeksi tertentu (Martha, 2014). Instansi yang berwenang dan bertanggung jawab dalam pembuatan peta ini adalah BAKOSURTANAL (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional). Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membaca peta rupa bumi antara lain :1. Skala Peta, hal ini berhubungan kuat dengan jarak di lapangan dan peta.2. Simbol, merupakan penggambaran dari objek yang ada di permukaan bumi.3. Sistem Koordinat, hal ini berhubungan dengan posisi objek di lapangan.4. Arah utara, sebagai penunjuk dimana arah utara saat berada di lapangan.

(Martha, 2014)

Unsur- unsur dalam kenampakan peta rupa bumi dapat dikelompokkan menjadi 7 tema, yaitu :

Tema 1: Penutup lahan: area tutupan seperti hutan, sawah, pemukiman dsb.

Tema 2: Hidrografi: meliputi unsur perairan seperti sungai, danau, garis pantai.

Tema 3: Hipsografi: data ketinggian seperti titik tinggi dan kontur.

Tema 4: Bangunan: gedung, rumah, dan bangunan perkantoran dan budaya.Tema 5: Transportasi dan Utilitas: jaringan jalan, kereta api, kabel transmisi

dan jembatan.

Tema 6: Batas Administrasi: batas negara provinsi, kota/ kabupaten, kecamatan

dan desa

Tema 7: Toponimi: nama- nama geografi pulau seperti nama pulau, selat dan

gunung dan sebagainya.

(Anonim, 2013)

2.3 Uji ValidasiUji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian (Anonim, 2011).

Tujuan uji validitas yaitu untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya.Agar data yang diperoleh bisa relevan/sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran tersebut (Anonim, 2011).

Menurut Razi (2012), validasi adalah konfirmasi melalui pengujian dan kelengkapan bukti-bukti obyektif bahwa persyaratan-persyaratan khusus untuk tujuan kegunaan tertentu telah terpenuhi. Validasi dapat dilakukan secara menyeluruh (validasi lengkap) maupun dapat dilakukan secara parsial (validasi sebagian) tergantung dari kebutuhan. Parameter-parameter yang termasuk atribut dari validasi antara lain:

1. Presisi adalah keterdekatan antar nilai yang dihasilkan dari pengujian yang berbeda dan independen dibawah kondisi penetapan.

2. Uji akurasi dilakukan kepada contoh yang diperkaya (spike) dengan sejumlah analit yang diketahui kuantitasnya.

3. Limit deteksi adalah jumlah terkecil analit pada contoh uji yang dapat diditeksi dan memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko.

4. Linieritas harus di uji untuk analisa uji yang menggunakan perbandingan (perbandingan dengan standar).

5. Uji konfirmasi identitas dilakukan untuk memastikan bahwa area yang dihasilkan memang benar berasal dari senyawa yang akan dianalisa dan tidak ada pengaruh dari matriks, interferensi, danion suppresion.

6. Estimasi ketidakpastian.