Bab i, Bab II, Bab III

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era persaingan global ini, dimana batas-batas negara tidak lagi menjadi penghalang untuk berkompetisi, hanya perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance (GCG) yang mampu memenangkan persaingan. Tata kelola korporat (GCG) menjadi menarik perhatian karena banyak para ahli yang berpendapat bahwa kelemahan dalam tata kelola korporat merupakan salah satu sumber utama kerawanan ekonomi yang menyebabkan buruknya perekonomian beberapa Negara Asia yang terkena krisis financial pada tahun 1997 dan 1998. GCG atau tata kelola perusahaan merupakan suatu keharusan dalam rangka membangun kondisi perusahaan yang tangguh dan sustainable. Ia diperlukan untuk menciptakan sistem dan struktur perusahaan yang kuat sehingga mampu menjadi perusahaan kelas dunia. Proposisi kepemilikan pihak publik untuk perusahaan-perusahaan yang listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ) masih sangan terbatas, yang pada tahun 1997 hanya sekitar 29,7%. Hal ini berarti bahwa para pendiri perusahaan-perusahaan tersebu masih menjadi pemegang saham pengendali. Secara umum fenomena adanya pemegang saham pengendali dan pemegang saham 1

description

seminar akuntansi

Transcript of Bab i, Bab II, Bab III

Page 1: Bab i, Bab II, Bab III

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era persaingan global ini, dimana batas-batas negara tidak lagi menjadi

penghalang untuk berkompetisi, hanya perusahaan yang menerapkan Good

Corporate Governance (GCG) yang mampu memenangkan persaingan. Tata

kelola korporat (GCG) menjadi menarik perhatian karena banyak para ahli

yang berpendapat bahwa kelemahan dalam tata kelola korporat merupakan

salah satu sumber utama kerawanan ekonomi yang menyebabkan buruknya

perekonomian beberapa Negara Asia yang terkena krisis financial pada tahun

1997 dan 1998.

GCG atau tata kelola perusahaan merupakan suatu keharusan dalam

rangka membangun kondisi perusahaan yang tangguh dan sustainable. Ia

diperlukan untuk menciptakan sistem dan struktur perusahaan yang kuat

sehingga mampu menjadi perusahaan kelas dunia.

Proposisi kepemilikan pihak publik untuk perusahaan-perusahaan yang

listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ) masih sangan terbatas, yang pada tahun

1997 hanya sekitar 29,7%. Hal ini berarti bahwa para pendiri perusahaan-

perusahaan tersebu masih menjadi pemegang saham pengendali. Secara umum

fenomena adanya pemegang saham pengendali dan pemegang saham

minoritas (yang dapat menimbulkan agency problems) dijumpai disebagian

besar peusahaan-perusahaan tersebut.

Dalam konteks administrasi pemerintah, fokus analisis tata kelola adalah

perdebatan mengenai keterbatasan pengendalian oleh pemerintah (Kuncoro,

2004). Maka dari itu diperlukan cara bagaimana agar tata kelola menjadi baik.

1.2 Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan tata kelola korporat (GCG) ?

Bagaimana pengendalian tata kelola korporat(GCG) ?

Bagaimana pengukuran kinerja tata kelola korporat(GCG) ?

1

Page 2: Bab i, Bab II, Bab III

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tata Kelola Korporat (Good Corporate Governance)

Tata kelola korporat dapat didefinisikan dalam perspektif sempit (perspektif

stakeholders), yaitu “struktur dimana manajer pada berbagai tingkat organisasi

dikendalikan melalui dewan direksi, struktur yang berkaitan, insentif eksekutif

dan skema lainnya” (Donaldson & Davis dalam Tjager, 2003:26).

Namun dapat juga disimpulkan bahwa Good Corporate Governance

merupakan:

- Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran

dewan komisaris, Direksi, Pemegang Saham dan Para Stakeholder lainnya.

- Suatu sistem pengecekan dan perimbangan kewenangan atas pengendalian

perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang: pengelolaan

yang salah dan penyalahgunaan aset perusahaan.

- Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan,

pencapaian, berikut pengukuran kinerjanya.

Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan) adalah suatu subjek

yang memiliki banyak aspek. Salah satu topik utama dalam tata kelola

perusahaan adalah menyangkut masalah akuntabilitas dan tanggung jawab/

mandat, khususnya implementasi pedoman dan mekanisme untuk memastikan

perilaku yang baik dan melindungi kepentingan pemegang saham. Fokus

utama lain adalah efisiensi ekonomi yang menyatakan bahwa sistem tata

kelola perusahaan harus ditujukan untuk mengoptimalisasi hasil ekonomi,

dengan penekanan kuat pada kesejahteraan para pemegang saham. Ada pula

sisi lain yang merupakan subjek dari tata kelola perusahaan, seperti sudut

pandang pemangku kepentingan, yang menunjuk perhatian dan akuntabilitas

lebih terhadap pihak-pihak lain selain pemegang saham, misalnya karyawan

atau lingkungan.

Inti dari kebijakan tata kelola perusahaan adalah agar pihak-pihak yang

berperan dalam menjalankan perusahaan memahami dan menjalankan fungsi

2

Page 3: Bab i, Bab II, Bab III

dan peran sesuai wewenang dan tanggung jawab. Pihak yang berperan

meliputi pemegang saham, dewan komisaris, komite, direksi, pimpinan unit

dan karyawan.

Tujuan penerapan GCG adalah:

Memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan penerapan

prinsip-prinsip transparansi, kemandirian, akuntabilitas,

pertanggungjawaban, dan kewajaran dalam pelaksanaan kegiatan

perusahaan

Terlaksananya pengelolaan Perusahaan secara profesional dan mandiri

Terciptanya pengambilan keputusan oleh seluruh Organ Perusahaan yang

didasarkan pada nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan yang berlaku

Terlaksananya tanggung jawab sosial Perusahaan terhadap stakeholders

Meningkatkan iklim investasi nasional yang kondusif.

Peranan akuntansi dalam GCG ialah dimana sistem akuntansi keuangan

menyediakan informasi yang penting untuk Governance Mechanism, yang

membantu memecahkan masalah keagenan. Penggunaan informasi akuntansi

dalam Governance Mechanisms bisa dalam bentuk implisit atau eksplisit.

Penggunaan perjanjian yang berbasiskan dasar akuntansi dalam kontrak

obligasi adalah salah contoh dari penggunaan informasi akuntansi secara

eksplicit.

Penggunaan informasi akuntansi untuk menyeleksi perusahaan yang akan

dijadikan target takeover adalah contoh dari penggunaan informasi akuntansi

secara implisit. Informasi akuntansi keuangan merupakan produk dari proses

Governance. informasi akuntansi keuangan dihasilkan oleh manajemen dan

manajemen mengetahui informasi ini akan digunakan sebagai input dalam

proses Governance. Dibawah ini dijelaskan mengenai informasi akuntansi

keuangan sebagai produk dari proses Governance, penggunaan informasi

akuntansi secara eksplisit dan implisit.

3

Page 4: Bab i, Bab II, Bab III

Informasi akuntansi keuangan sebagai produk dari proses governance.

Proses bagaimana informasi akuntansi lahir dan merupakan tanggung

jawab dapat dilihat pada bagan 1. Bagan 1 menfokuskan kepada kasus

Amerika dan bisa aplikasikan ke negara lainnya. Proses pelaporan

keuangan bagi perusahaan umumnya diatur oleh pemerintah atau sistim

hukum yang berlaku (kalau di Amerika SEC). selanjut harus mengaju pada

prinsip Akuntansi Yang Berterima Umum ( GAAP). Laporan keuangan

juga akan diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (audit eksternal) untuk di

periksa apakah dalam menyiapkan laporan keuangan sudah sesuai dengan

aturan dan prinsip yang berlaku. Perusahaan kemudian menunjuk Audit

Committtee dari keanggota Board of Director, yang mengawasi

penyelesaian laporan keuangan dan berkomunikasi dengan auditor

eksternal sebagai wakil dari investor.

Penggunaan Informasi Akuntansi secara eksplisit dalam Corporate

Governance.

Penggunaan informasi akuntansi secara eksplisit dalam kontrak antara

manajemen dan individu atau lembaga yang memberikan dana pada

perusahaan merupakan contoh dari penggunaan informasi akuntansi dalam

mekanisme Governance. khususnya penggunaan informasi akuntansi

sebagai alat ukur kinerja manajemen pada kontrak mengenai sistim

kompensasi untuk manajemen. Ini merupakan gambaran peran informasi

akuntansi dalam mekanisme Governance.

2.2 Pengendalian Tata Kelola Korporat

Pengendalian tata kelola korporat dapat dikatakan baik apabila berpegangan

pada kelima prinsip berikut, yaitu :

1) Pertanggungjawaban (Responsibility)

Selama ini paaradigma para manajer dalam perusahaan selalu dibatasi oleh

motif mengejar laba semata (single bottom line). Hal ini membuat mereka

lupa bahwa perusahaan sebagai bagian dari suatu komunitas juga memiliki

tanggungjawab lain yaitu tanggungjawab sosial terhadap masyarakat .

Bermula dari pemikiran ini, corporate governance mengangkat isu

4

Page 5: Bab i, Bab II, Bab III

pertanggungjawaban tersebut sebagai salah satu tujuan yang harus

diperhitungkan oleh perusahaan dalam operasinya. Dengan perubahan

tersebut perusahaan harus mulai menerapkan prinsip triple bottom line

dalam bisnisnya , yaitu :

Mengejar laba

Memenuhi tanggungjawab social

Menjaga pertumbuhan yang berkesinambungan (sustainable)

2) Akutabilitas

Sebuah perusahaan yang sahamnya banyak dimiliki oleh publik, peran

pemegang saham sebagai pihak yang mengendalikan manajemen hampir

tidak berjalan. Hal ini disebabkan para investor lebih suka berperan

sebagai traders ketimbang owners. Perputaran saham di bursa menjadi

sedemikian cepat, karena jika pemegang saham tidak menyukai kebijakan

manajemen mereka tinggal melepas saham yang mereka miliki. Masalah

akan timbul jika ketidaksetujuan sebagian besar pemegang saham

diwujudkan dengan aksi jual. Harga saham tentu akan anjlok begitu saja

dan jika ini berlangsung terus, perusahaan akan terancam bangkrut. Untuk

itu, dalam corporate governance harus dibangun suatu sistem agar

manajemen tetap meniaga akuntabilitas kepada stakeholder.

3) Keadilan (Fairness)

Prinsip fairness menyiratkan adanya perlakuan yang sama (equal) terhadap

para pemegang saham , baik mayoritas maupun minoritas. Prinsip ini

mengisyaratkan manajemen sebisa mungkin untuk menghindari situasi

yang mengandung conflik of interest, misalnya dalam kasus manajemen

buyout (perusahaan yang dibeli oleh manajemennya sendiri).

4) Transparansi

Transaparan berarti jernih dan tidak menyembunyikan. Prinsip ini harus

diterapkan dalam setiap aspek perusahaan yang berkesinambungan dengan

kepentingan publik ataupun pemegang saham. Transparansi bisa dimulai

dengan menyajikan laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu, sistem

penggajian eksekutif dan komisaris di perusahaan sampai dengan

informasi informasi lain yang relevan di pasar modal.

5

Page 6: Bab i, Bab II, Bab III

5) Independensi (kemandirian)

suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa

benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang

tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku

dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

Dengan pengendalian yang baik yang berdasar pada prinsip-prinsip diatas,

maka akan didapatkan manfaat di dalam perusahaan, yaitu :

a) Meminimalkan Agency cost

Selama ini pemegang saham harus menanggung biaya yang timbul sebagai

akibat dari pendelegasian kewenangan kepada manajemen. Biaya ini bisa

berupa kerugian karena manajemen menggunakan sumber daya

perusahaan untuk kepentingan pribadi maupun berupa biaya pengawasan

yang dikeluarkan perusahaan untuk mencegah terjadinya hal tersebut.

Bisya biaya inilah yang disebut dengan agency cost. Dengan penyusunan

struktur dan pembagian fungsi yang baik biaya ini dapat ditekan serendah

mungkin.

b) Meminimalkan cost of capital

Perusahaan yang dikelola dengan baik dan sehat akan menciptakan suatu

referensi positif bagi kreditor. Kondisi ini sangat berperan dalam

meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung bila perusahaan

mengajukan pinjaman. Hal tersebut selain dapat memperkuat kinerja

keuangan juga akan membuat produk perusahaan yang dilepas ke pasaran

menjadi lebih kompetitif.

c) Meningkatkan nilai saham perusahaan

Sebuah perusahaan yang dikelola dengan baik akan menarik minat

investor untuk menanamkan modalnya. Sebuah survey yang dilakukan

oelh Russell Reynolds Associaties (1997) mengungkapkan bahwa kualitas

komisaris adalah salah satu faktor utama yang dinilai oleh investor

institusional sebelum mereka memutuskan untuk membeli saham. Hal ini

akan terlihat terutama ketika seorang investor bermaksud melakukan

investasi untuk jangka waktu yang lama.

d) Mengangkat citra perusahaan

6

Page 7: Bab i, Bab II, Bab III

Adalah salah jika kita berpendapat bahwa citra perusahaan bukan faktor

penting yang harus diperhatikan. Dalam beberapa kasus, biaya yang

dikeluarkan perusahaan untuk memperbaiki citra jauh lebih mahal

ketimbang yang didapat dari mengabaikannya.

2.3 Pengukuran Kinerja Tata Kelola Korporat

Pengukuran kinerja dapat dilihat dari opini akuntan publik atau auditor

terhadap perusahaan tersebut. Terdapat empat faktor yang perlu diperhatikan

dalam pengukuran kinerja tata kelola korporat, yaitu :

1) Pimpinan perusahaan

Faktor pertama yang dapat mempengaruhi pemberian opini audit Going

Concern dalam Struktur Good Corporate Governance adalah mengenai

pimpinan perusahaan. Dalam suatu perusahaan pasti terdapat satu

pimpinan dengan karakteristiknya sendiri untuk mengatur kinerja

perusahaan. Apabila sering terjadi pergantian pimpinan, maka karakteristik

gaya kepemimpinan yang diterapkan tiap – tiap pimpinan kepada anak

buahnya tentu saja akan berbeda – beda, sehingga akan mempengaruhi

kinerja perusahaan. Apabila kinerja perusahaan sudah terganggu, maka

akan berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan tersebut, karena

sudah tidak ada keseimbangan kinerja dalam perusahaan tersebut.

2) Faktor kepemilikan orang dalam (Insider Holding) dan faktor blockholder

Faktor kedua yang dapat mempengaruhi pemberian opini audit Going-

Concern dalam Struktur Good Corporate Governance adalah adanya faktor

kepemilikan orang dalam (Insider Holding) dan faktor Blockholder. Faktor

kepemilikan orang dalam dapat mempengaruhi keputusan auditor dalam

memberikan opini dari segi tekanan dan pengaruh yang diberikan dari

pemilik perusahaan kepada auditor dengan segala cara untuk dapat

merubah opini yang akan diberikan oleh auditor, demikian juga dengan

adanya faktor Blockholder. Blockholder disini diartikan oleh Parker et.al.

(2005) sebagai saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak luar

perusahaan sekurang – kurangnya sebesar 5% dari saham yang beredar.

Dengan adanya kepemilikan saham tersebut, maka dari pihak luar juga

7

Page 8: Bab i, Bab II, Bab III

merasa memiliki bagian kekuasaan dari perusahaan tersebut, sehingga

keputusan pihak – pihak tersebut dapat menekan auditor untuk

memberikan opini audit sesuai dengan keinginan pihak luar tersebut.

3) Faktor komite audit

Faktor ketiga yang dapat mempengaruhi pemberian opini audit Going-

Concern dalam Struktur Good Corporate Governance adalah faktor komite

audit. Ada atau tidaknya komite audit dalam suatu perusahaan dapat

mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit Going-Concern.

Pengaruh yang diberikan komite audit terhadap pemberian opini audit,

dapat dilihat dari keefektifan dan keefisienan kinerja komite audit itu

sendiri dalam memeriksa dan membenarkan laporan audit perusahaannya,

atau dapat juga dilihat dari banyaknya pertemuan atau rapat komite audit

yang dilakukan. Hal ini terbukti menurut Parker et.al. (2005), bahwa

semakin sering dilakukan rapat atau pertemuan komite audit, maka dapat

memberikan pengaruh terhadap pemberian opini audit dari segi kinerja

komite audit, karena dengan semakin banyaknya dilakukan pertemuan atau

rapat tersebut, maka kinerja mereka akan semakin terlihat untuk

membenahi laporan keuangan yang salah untuk memajukan perusahaan.

4) Faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan itu sendiri

Faktor kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Didalam Faktor

Kelangsungan Hidup Perusahaan tersebut, terdapat faktor-faktor yang

dapat menyebabkan terganggunya hidup perusahaan, diantaranya adalah

menyangkut mengenai laporan keuangan perusahaan, masalah-masalah

internal perusahaan seperti masalah karyawan, sistem perusahaan, dan

sebagainya, serta masalah-masalah eksternal seperti masalah pada

pemasok yang memberikan suplai kepada perusahaan, peraturan-peraturan

yang dapat merugikan perusahaan, dan sebagainya.

Selain faktor-faktor diatas, yang juga berperan penting dalam pengukuran

kinerja adalah penerapan prinsip-prinsip GCG (yang dijelaskan dalam poin

2.2) yang akan meningkatkan citra dan kinerja perusahaan serta meningkatkan

nilai perusahaan bagi pemegang saham. Apabila faktor-faktor diatas

diperhatikan, maka kinerja dapat diukur dengan baik.

8

Page 9: Bab i, Bab II, Bab III

Namun, terdapat pula dua faktor yaitu eksternal dan internal yang dapat

mempengaruhi keberhasilan dari penerapan GCG, yaitu :

1) Faktor Eksternal

Yang dimakud faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari

luar perusahaan yang sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG.

Di antaranya:

a. Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin

berlakunya supremasi hukum yang konsisten dan efektif.

b. Dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik/ lembaga

pemerintahaan yang diharapkan dapat pula melaksanakan Good

Governance dan Clean Government menuju Good Government

Governance yang sebenarnya.

c. Terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat (best practices) yang

dapat menjadi standard pelaksanaan GCG yang efektif dan profesional.

Dengan kata lain, semacam benchmark (acuan).

d. Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan

GCG di masyarakat. Ini penting karena lewat sistem ini diharapkan

timbul partisipasi aktif berbagai kalangan masyarakat untuk

mendukung aplikasi serta sosialisasi GCG secara sukarela.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat keberhasilan

implementasi GCG terutama di Indonesia adalah adanya semangat anti

korupsi yang berkembang di lingkungan publik di mana perusahaan

beroperasi disertai perbaikan masalah kualitas pendidikan dan perluasan

peluang kerja. Bahkan dapat dikatakan bahwa perbaikan lingkungan publik

sangat mempengaruhi kualitas dan skor perusahaan dalam implementasi GCG.

2) Faktor Internal

Maksud faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan

praktek GCG yang berasal dari dalam perusahaan. Beberapa faktor

dimaksud antara lain:

9

Page 10: Bab i, Bab II, Bab III

a. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung

penerapan GCG dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di

perusahaan.

b. Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan

mengacu pada penerapan nilai-nilai GCG.

c. Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada

kaidah-kaidah standar GCG.

d. Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan

untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.

e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami

setiap gerak dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga

kalangan publik dapat memahami dan mengikuti setiap derap langkah

perkembangan dan dinamika perusahaan dari waktu ke waktu.

10

Page 11: Bab i, Bab II, Bab III

BAB III

KESIMPULAN

Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan) adalah suatu subjek yang

memiliki banyak aspek. Salah satu topik utama dalam tata kelola perusahaan

adalah menyangkut masalah akuntabilitas dan tanggung jawab/ mandat,

khususnya implementasi pedoman dan mekanisme untuk memastikan perilaku

yang baik dan melindungi kepentingan pemegang saham. Fokus utama lain adalah

efisiensi ekonomi yang menyatakan bahwa sistem tata kelola perusahaan harus

ditujukan untuk mengoptimalisasi hasil ekonomi, dengan penekanan kuat pada

kesejahteraan para pemegang saham.

Pengendalian tata kelola korporat dapat dikatakan baik apabila

berpegangan pada kelima prinsip, yaitu pertanggungjawaban, akuntabilitas,

keadilan, transparansi dan independensi. Dengan berpegangan pada kelima prinsip

tersebut maka akan didapatkan manfaat yaitu meminimalkan agency cost,

meminimalkan cost of capital, meningkatkan nilai saham perusahaan, dan

meningkatkan citra perusahaan.

Pengukuran kinerja dapat dilihat dari opini akuntan publik atau auditor

terhadap perusahaan tersebut. Terdapat empat faktor yang perlu diperhatikan

dalam pengukuran kinerja tata kelola korporat, yaitu pimpinan perusahaan, Faktor

kepemilikan orang dalam (Insider Holding) dan faktor blockholder, fakor komite

audit dan faktor kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Selain faktor tersebut

terdapat pula faktorn lainnya yaitu faktor eksternal dan faktor internal perusahaan.

11

Page 12: Bab i, Bab II, Bab III

DAFTAR PUSTAKA

Ardi, A.P.S., 2011. Tugas makalah pasar modal “corporate governance”. http://anggitaardi.blogspot.co.id/2012/08/tugas-makalah-pasar-modal-corporate.html diakses pada tanggal 21 September 2015.

Kuncoro, Mudrajat. 2006. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Erlangga: Yogyakarta

Mariani. 2013. Makalah good corporate gevernance. http://anhyfreedom.blogspot.co.id/2013/01/makalah-good-corporate-governance.html diakses pada tanggal 21 September 2015.

Rumah akuntansi. 2014. Makalah good corporate governance sebagai suatu bentuk implementasi etika dalam bisnis. http://rumah-akuntansi.blogspot.co.id/2014/11/good-corporate-governance-sebagai-suatu.html diakses pada tanggal 21 September 2015.

Tantan. 2010. Good Corporate Governance (GCG). https://diaryintan.wordpress.com/2010/11/15/good-corporate-governance-gcg-2/ diakses pada tanggal 21 Septembr 2015.

Zahro. 2012. Good corporate governance dalam perusahaan. http://idazahro.blogspot.co.id/2012/10/good-corporate-governance-dalam.html diakses pada tanggal 21 Septmber 2015.

12