BAB I. PENDAHULUANdigilib.ump.ac.id/files/disk1/4/jhptump-a-irdumasari-169-1-laporan...1 BAB I....
Embed Size (px)
Transcript of BAB I. PENDAHULUANdigilib.ump.ac.id/files/disk1/4/jhptump-a-irdumasari-169-1-laporan...1 BAB I....
1
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permasalahan kemiskinan pada masyarakat petani di pedesaan tetap urgen dan krusial
diperhatikan secara serius. Kemiskinan petani bukan semata karena pola perilaku negatif:
sikap malas, konservatif, sulit menerima inovasi, tidak produktif, tradisional, tidak kreatif,
enggan menanggung risiko, antipati pada perubahan, tidak komunikatif, terisolir, pasrah pada
takdir dan sebagainya. Berbagai hasil penelitian terdahulu yang dilakukan menunjukkan
realitas sosial petani miskin di pedesaan sesungguhnya merupakan individu yang pintar dan
pandai di dunia pertanian, pekerja keras, selektif mengadopsi inovasi, ulet, tekun, punya
semangat dan motivasi mengubah nasib ekonomi keluarga, tidak neko-neko, memiliki jaringan
kerja kolektif, bersikap apa adanya dan punya harapan menekuni pola nafkah ganda
(Dumasari dan Watemin, 2006; Dumasari, et al., 2007; Dumasari, et al., 2008; Dumasari dan
Mulia, 2009; Dumasari, et all., 2009). Dengan karakter pribadi tersebut, tekanan masalah
kemiskinan petani pada hakekatnya dapat direduksi asalkan upaya pemberdayaan yang
dilaksanakan partisipatif berbasis komunitas dengan memanfaatkan sumberdaya lokal.
Model pemberdayaan yang diharapkan petani miskin tidak terlalu bersifat top down dan
sepotong-sepotong. Sifat program pemberdayaan bukan hanya untuk kepentingan temporal dan
darurat (rescue program) yang cenderung menimbulkan ketergantungan petani miskin pada
bantuan pihak luar. Adapun model pemberdayaan yang dikehendaki adalah yang mampu
menumbuhkan kemandirian sehingga daya survival petani tinggi dalam menghadapi berbagai
bentuk ancaman kemiskinan, kerentanan, keterisoliran dan ketakberdayaan. Salah satu model
pemberdayaan yang sesuai dengan harapan petani miskin bertumpu pada pengembangan
diversifikasi nafkah melalui pengelolaan usaha mikro dengan pemanfaatan sumberdaya lokal.
Diversifikasi nafkah urgen dan krusial dilakukan petani miskin untuk meningkatkan
pendapatan dan menjadi jaminan katup pengaman sewaktu menghadapi keterdesakan ekonomi.
Meski demikian, perlu disadari dalam pengembangan diversifikasi usaha produktif ternyata
petani miskin rawan menghadapi berbagai kendala. Ragam alternatif solusi dilakukan secara
sederhana oleh petani miskin guna menekan dampak permasalahan yang merugikan.
Hasil penelitian Dumasari dan Mulia (2009) menunjukkan bahwa petani yang sekaligus
sebagai petambak ikan air tawar miskin di pedesaan Banyumas telah mulai melakukan proses
pengolahan pakan ikan air tawar dari limbah hasil pertanian sebagai problem focus coping
untuk solusi dalam menyelesaikan permasalahan biaya pakan buatan pabrik yang tinggi (Rp
2
17.000 per kilogram). Sementara, jumlah pakan yang dibutuhkan tiap hari mencapai dua
sampai tiga kilogram untuk pertumbuhan optimal ikan air tawar (bawal, lele, melem dan
mujair). Bahkan jumlah pakan tersebut akan bertambah untuk konsumsi ikan gurame dengan
tambak berukuran 10 x 10 meter persegi.
Meski disadari proses pengolahan pakan ikan air tawar yang telah dilakukan petani
petambak efektif sebagai solusi atas permasalahan biaya teknologi produksi yang tinggi namun
kegiatan yang membutuhkan alokasi waktu dan ketekunan ini sebenarnya masih kurang
intensif dan belum rutin terlaksana karena berbagai alasan teknis. Teknologi yang digunakan
untuk mengolah pakan manual dan tradisional sesuai pengalaman petani petambak.
Jika sibuk, petani tak sempat mengolah pakan sampai halus. Tindakan yang dilakukan
langsung memberikan limbah hasil pertanian mentahan untuk pakan ikan air tawar. Petani
miskin belum memikirkan ada tidaknya kandungan protein dalam pakan. Tentu tindakan
demikian tidak memberikan hasil maksimal terhadap pertumbuhan ikan air tawar. Masa
tunggu panen makin lama. Bobot berat dan ukuran ikan air tawar ringan/kecil mengakibatkan
tingkat harga penjualan tidak optimal.
Pada situasi demikian, bargaining position petani lemah dan berdampak langsung
terhadap pendapatan yang rendah. Selain itu, kegiatan ini dilakukan petani miskin hanya untuk
kebutuhan sendiri hingga baru beretika subsistensi. Orientasi ekonomi pengolahan pakan ikan
air tawar sebagai produk unggulan dari usaha mikro belum terpikirkan oleh petani miskin.
Persoalan inilah yang menjadi titik fokus kajian sehingga memotivasi peneliti untuk membantu
petani miskin sadar akan pentingnya mengembangkan kegiatan produktif berupa pengelolaan
usaha mikro pakan air tawar berprotein dari limbah hasil pertanian dengan pemanfaatan
teknologi subtitusi bahan.
Pengelolaan usaha mikro yang dimaksud termasuk diversifikasi nafkah yang berbasis
sumberdaya lokal seperti yang diharapkan warga petani miskin di daerah pedesaan selama ini.
Oleh karena itu, urgensi lain dari penelitian ini berada pada sifat permasalahan yang membumi
karena berasal dari hasil pemotretan terhadap realitas sosial tanpa direkayasa. Dengan
demikian, petani miskin diyakini memiliki sense of belonging terhadap luaran dan produk
penelitian.
Hasil penelitian tahap pertama menemukan bahwa realitas sosial petani miskin
memiliki profil sosial ekonomi yang khas sewaktu ditinjau dari berbagai aspek. Kekhasan
profil sosial ekonomi tersebut menunjukkan keragaman dalam berperilaku produktif sesuai
potensi diri. Adapun kondisi usahatani dan usaha budidaya ikan air tawar yang dikelola petani
miskin berciri subsisten karena dikelola dengan berbagai teknik sederhana dan konservatif
3
serta hasil panen hanya cukup dimanfaatkan bagi kebutuhan konsumsi keluarga. Jikapun
dijual, maka hasil nilai rupiah yang diterima sebagian baru dapat mengurangi pelunasan nilai
pinjaman dan sebagian lain untuk dipaskan menutupi biaya kebutuhan hidup sehari-hari.
Hanya saja, petani miskin mempunyai kemauan dan kesadaran untuk meningkatkan perilaku
produktif dan daya kreativitas dalam mengelola usaha mikro pakan ikan air tawar.
Tidak hanya menyangkut profil petani yang mencirikan kemiskinan, dari hasil
penelitian tahap pertama terungkap juga mengenai ragam kebutuhan strategis diperlukan petani
miskin untuk pengembangan usaha mikro pakan ikan air tawar berprotein dari limbah hasil
pertanian. Kebutuhan strategis ada yang bernilai sosial dan ada juga bernilai ekonomi. Meski
berbeda, kedua jenis kebutuhan strategis diperlukan petani miskin sebagai syarat pelancar
pengelolaan usaha mikro pakan air tawar berprotein. Usaha mikro pakan dengan teknologi
subtitusi bahan baru dirintis dalam lingkup kebersamaan kelompok mina tani. Kebutuhan
strategis untuk pemberdayaan petani sebaiknya berupa input yang berasal dari sumberdaya
lokal sehingga mengurangi ketergantungan pada input luar. Pemberdayaan petani miskin
takkan pernah terlepaskan dari keberadaan input luar berapapun jumlah dan pengaruhnya.
Hanya saja, penggunaan input luar sebagai bagian dari kebutuhan strategis penting ditekan
seminimal mungkin. Reijntjes, et al., (2003) menyatakan pemikiran yang senada bahwa
peningkatan kemampuan rumahtangga petani subsisten dalam mengelola usahatani (arti yang
luas) cenderung tergantung pada sumberdaya dan pengetahuan lokal serta input luar asing
misal: pupuk kimia, mekanisasi, pestisida anorganik, varietas tanaman baru, dan pengetahuan
ilmiah formal dengan tingkat penggunaan rendah
Pada penelitian tahap pertama telah selesai dilakukan identifikasi terhadap deretan
faktor sosial budaya, yang berkekuatan baik mendukung maupun menghambat pemberdayaan
petani miskin melalui upaya pengembangan usaha mikro pakan ikan air tawar berprotein.
Ragam faktor penentu tersebut ternyata sangat variatif. Kekuatan pengaruh setiap faktor
sosial budaya yang menghambat dan mendukung berbeda namun ada saling keterkaitan
diantara sesamanya..
Berdasarkan hasil penelitian tahap pertama diketahui bahwa banyak jenis limbah hasil
pertanian yang dimanfaatkan petani miskin sebagai bahan baku pakan ikan air tawar. Petani
miskin bersikap selektif dan hati-hati dalam memilih jenis limbah yang digunakan untuk
bahan baku pakan. Ditemukan beberapa pertimbangan petani miskin dalam menetapkan
karakteristik limbah hasil pertanian yang potensial sebagai pakan baik untuk kepentingan
usaha sendiri maupun untuk dijual ke petani lain.
4
Rancang teknologi subtitusi bahan merupakan kelanjutan dari teknologi yang selama
ini telah dipakai petani miskin. Peningkatan efisiensi usaha mikro dilakukan oleh petani
miskin dengan menggunakan beberapa teknologi berciri tertentu yang sesuai kemampuan dan
harapan mereka. Pada penelitian tahap pertama dipahami, teknologi subtitusi bahan yang
berhasil diadopsi petani miskin dilengkapi luaran hasil penelitian yakni berupa seperangkat alat
pengerus atau penghalus bahan.
Prototype model pemberdayaan yang dirumuskan pada tahap pertama diorientasikan
untuk mencapai sasaran perubahan perilaku petani miskin agar lebih produktif dan kreatif
mengelola usaha mikro pakan ikan air tawar. Kemanfaatan model bagi pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat khususnya petani miskin di pedesaan tidak diragukan lagi. Sederet
informasi yang dinilai mempunyai kontribusi terhadap pemberdayaan dimasukkan dalam
rumusan prototype model. Prediksi target yang menjadi sasaran pencapaian pelaksanaan
pemberdayaan juga turut diperhitungkan sebagai bagian dari bangunan model. Keterkaitan
antar informasi yang membangun prototype model perlu ditunjukkan secara jelas dalam
hubungan yang sinergis dan interaktif. Penataan hubungan antar informasi dalam model tidak
terlepaskan dari fungsi dalam berbagai dimensi: sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan.
Posisi pemberdayaan diletakkan pada pusat bangunan model.
Prototype model yang dibangun masih bersifat teoritis sehingga keberfungsian,
kelayakan dan kebermanfaatan secara praktis masih perlu diujicoba. Kesemua hal ini
mendorong perlu dilakukan penelitian lanjutan pada tahap kedua.
Perumusan Masalah
Bertolak dari pentingnya uraian latar belakang maka masalah penelitian pada tahap
kedua dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana peta jaringan bisnis mediasi pengembangan usaha mikro pakan ikan air
tawar berprotein?
2. Bagaimana hasil evaluasi ujicoba prototype model terhadap perubahan perilaku petani
miskin?
3. Bagaimana matriks kelemahan dan keunggulan prototype model sesuai hasil validari isi
dan struktur oleh ahli?
5
4. Bagaimana rancangan pakan ikan air tawar dari limbah hasil pertanian dengan
pemanfaatan teknologi subtitusi bahan yang siap Uji Proksimat untuk kadar protein
terbaik pada tahun III?
5. Bagaimana rancang ulang teknologi subtitusi bahan setelah diujicobakan?
6. Bagaimana desain rancang kemasan pakan ikan air tawar berprotein yang siap
dipasarkan?
7. Bagaimana model pemberdayaan petani miskin yang siap didiseminasikan pada tahap
III?
6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Kemiskinan sering ditafsirkan sebagai suatu keadaan yang diwarnai sifat kekurangan dan
ketidakberdayaan. Permasalahan kemiskinan memiliki dimensi luas. Untuk membatasi lingkup
pemaknaan kemiskinan perlu ada kejelasan yang spesifik tentang pendekatan yang digunakan
secara kondisional. Beberapa pendekatan yang dimanfaatkan guna memahami permasalahan
kemiskinan yakni:
(1) Pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar.
(2) Pendekatan kesenjangan pendapatan.
(3) Pendekatan nilai karakteristik sosial ekonomi lokal.
(4) Pendekatan rumahtangga.
(5) Pendekatan pemilikan modal dan aset berharga seperti luas lahan pertanian.
Ragam pendekatan yang diuraikan di atas dapat dipilih untuk mengukur kemiskinan pada
individu, kelompok atau masyarakat di suatu wilayah pada waktu tertentu. Pendekatan
kemiskinan memiliki kriteria jelas tentang gambaran keadaan kekurangan, ketertinggalan,
keterpurukan, ketakberdayaan sesuai kondisi riil yang terjadi. Menurut Masoed (1994)
kemiskinan dapat juga diidentifikasi melalui dua pendekatan berikut:
(6) Pendekatan yang menekankan pada kemiskinan sebagai subsistensi (subsistence
poverty).
(7) Pendekatan yang memahami kemiskinan dalam pengertian relatif (relative
deprivation).
Menyadari pencapaian tujuan pokok penelitian ini bernilai esensial bagi pemberdayaan
petani miskin maka tim peneliti merasa perlu terlebih dahulu mengadakan beberapa kegiatan
pendukung antara lain mengumpulkan bahan-bahan berupa literature reviewuntuk penetapan
pendekatan kemiskinan yang digunakan secara konsisten. Pendekatan yang dinilai lebih dekat
dengan permasalahan penelitian ialah pendekatan kemiskinan rumahtangga.
7
Pemberdayaan petani miskin melalui pengelolaan usaha mikro dengan produk unggulan
berbahan baku sumberdaya lokal seperti limbah hasil pertanian merupakan proses
pembaharuan berencana yang dilakukan secara sistematis dan bertahap. Beberapa kebutuhan
strategis diperlukan untuk mendukung pencapaian pemberdayaan petani miskin melalui
strategi ini terutama bersumber dari lingkungan sosial, lingkungan budaya, lingkungan
ekonomi dan lingkungan alam. Mubyarto (2002) menyatakan ragam kebutuhan pemberdayaan
masyarakat miskin termasuk petani di pedesaan tidak boleh diseragamkan karena alasan
kondisi dan karakteristik kemiskinan di berbagai wilayah tidaklah serupa. Demikian juga
perilaku warga miskin selalu berbeda satu dengan lainnya. Untuk itu, dalam setiap upaya
pengentasan kemiskinan perlu dipersiapkan kriteria penentuan kondisi dan karakteristik yang
terjadi. Pada penelitian ini, kriteria kemiskinan yang digunakan untuk menetapkan kondisi dan
karakteristik kemiskinan yang dialami petani mengacu pada pedoman yang diberlakukan Biro
Pusat Statistik (2007). Kriteria kemiskinan yang dimaksud diperinci Wrihatnolo dan
Dwidjowijoto (2007) sebagai berikut:
(1) Petani Sangat miskin
Bila kemampuan memenuhi konsumsi makanan hanya mencapai 1.900 kalori perorang per hari plus kebutuhan dasar non makanan atau setara dengan biayakonsumsi pangan Rp 120.000 per orang per bulan. Pada level rumahtangga 4 x Rp120.000 = Rp 480.000.
(2) Petani Miskin
Bila kemampuan memenuhi konsumsi makanan antara 1.900 kalori-2.100 kaloriper orang per hari plus kebutuhan dasar non makanan atau setara dengan biayakonsumsi pangan Rp 150.000 per orang per bulan. Pada level rumahtangga di atasRp 480.000 sampai 4 x Rp 150.000 = Rp 600.000.
(3) Petani Mendekati Miskin
Bila kemampuan memenuhi konsumsi makanan antara 2.100 kalori-2.300 kaloriper orang per hari plus kebutuhan dasar non makanan atau setara dengan biayakonsumsi pangan Rp 175.000 per orang per bulan. Pada level rumahtangga di atasRp 600.000 sampai 4 x Rp 175.000 = Rp 700.000.
Dengan perbedaan kondisi dan karakteristik kemiskinan sesuai kriteria yang diperinci
Biro Pusat Statistik tersebut memberi kewaspadaan dalam penetapan upaya pemberdayaan
8
penting memperhatikan sisi unsur spesifikasi dan konsistensi agar tujuan tidak membias. Oleh
karenanya, berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh Dumasari dan Mulia (2009) diketahui
petani miskin di pedesaan Banyumas membutuhkan diversifikasi nafkah yang salah satunya
melalui pengelolaan usaha mikro pakan ikan air tawar berprotein dari limbah hasil pertanian
dengan adopsi teknologi subtitusi bahan. Jenis diversifikasi nafkah ini diharapkan dapat
mengkondisikan petani tidak lagi terjebak dalam ancaman kegagalan panen yang merugikan di
setiap musim. Pada dasarnya, diversifikasi usaha pertanian potensial menolong petani
terhindar dari risiko kerugian akibat gagal panen (bila hanya menekuni satu jenis usaha
pertanian saja). Kusnadi (2007) mengetengahkan bahwa diversifikasi nafkah petani dan
nelayan tradisional berfungsi juga untuk menjadi coping strategies yang berguna
menyelesaikan ragam persoalan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya lokal. Sudrajat
(2006) menyatakan coping strategies dilakukan seseorang atau sebuah rumahtangga dalam
mengatasi permasalahannya, yang diwujudkan dalam berbagi cara atau bentuk sesuai
kemampuan, aksesibilitas terhadap sumberdaya lokal bersama dukungan lain. Oleh karenanya,
coping strategies merupakan kekuatan berpotensi besar berbasis sumberdaya lokal, sehingga
patut diperhitungkan sebagai modal dasar dalam setiap kegiatan pemberdayaan masyarakat
petani.
Jika ditelusuri lebih mendalam maka diketahui bahwa persoalan kemiskinan pada
masyarakat di pedesaan bersumber dari penyebab inti, penyebab utama dan penyebab
sekunder. Akan tetapi, khusus untuk kasus petani miskin di pedesaan Banyumas diketahui
akar pokok dari kesemua penyebab berada pada kesulitan menerapkan teknologi produksi yang
lebih inovatif (Dumasari dan Watemin, 2007; Santoso, 2007). Walau demikian, diakui
persoalan kemiskinan pada kalangan petani di desa berdimensi sangat luas. Oleh karenanya,
perlu dipertimbangkan untuk mampu menganalisis lingkup masalah dalam dimensi luas.
Tentu hal ini tidak dapat dikerjakan hanya dari satu sudut pandang disiplin ilmu saja.
Kendati begitu, diyakini bahwa solusi untuk masalah apapun yang dirancang dengan
memanfaatkan ilmu penyuluhan pembangunan atau pengembangan masyarakat selalu bersifat
mendasar karena langsung berkait dengan perilaku manusianya. Hasil yang diharapkan dari
penelitian terapan ini mempunyai signifikansi praktis "cepat terlihat" dalam waktu pendek
yaitu model pemberdayaan, yang dirumuskan dan diterapkan menangani inti sebab-sebab
kemiskinan melalui pengembangan usaha mikro produktif pakan ikan air tawar berprotein dari
limbah hasil pertanian dengan teknologi subtitusi bahan.
9
Kelemahan dalam melakukan pengembangan berbagai jenis usaha produktif dengan
teknologi yang masih konvensional pada petani miskin di desa menghasilkan dampak primer
terhadap hasil produksi dan pendapatan yang kurang bahkan menjadi defisit. Daya beli
mereka lemah sehingga tidak mampu mencukupi pemenuhan berbagai kebutuhan sehari-hari
termasuk kebutuhan pokok (pangan bergizi seimbang, pendidikan dan kesehatan). Selain itu,
warga miskin ini juga sering mengalami kesulitan memperoleh surplus pendapatan sehingga
tak mampu membiayai kelanjutan usaha pertanian secara optimal dengan penerapan teknologi
tepat guna.
Beberapa hasil penelitian yang perlu dikemukakan di sini seperti ditemukan oleh
Dumasari dan Watemin (2006) menunjukkan realitas pengentasan kemiskinan petani di
pedesaan memerlukan strategi yang tepat sasaran sesuai permasalahan dan kebutuhan.
Diversifikasi nafkah melalui pengelolaan usaha berskala mikro yang menghasilkan produk
unggulan bernilai ekonomis di pasar dengan pemanfaatan sumberdaya lokal merupakan salah
satu alternatif strategi pemberdayaan petani miskin seperti dikemukakan dari hasil penelitian
Dumasari, et al., (2008).
Diversifikasi nafkah melalui pengelolaan usaha mikro berfungsi potensial menguatkan
ekonomi petani miskin di pedesaan. Dengan diversifikasi nafkah produktif berbasis
sumberdaya lokal, petani miskin dapat meningkatkan kemandirian dan kreativitas dalam
berusaha produktif sehingga memiliki jaminan katup pengaman dan penyangga ekonomi
sewaktu menghadapi berbagai kondisi yang mendesak dalam memenuhi ragam kebutuhan
pokok.
Sesuai hasil penelitian berikutnya dari Dumasari dan Mulia (2009) terungkap bahwa
mayoritas petani miskin sedang kesulitan menyelesaikan persoalan pengembangan
diversifikasi nafkah produktif untuk kepentingan memperoleh tambahan pendapatan (extra
income). Meski telah menerapkan ragam bentuk problem focus coping untuk menyelesaikan
sederet permasalahan pengelolaan adopsi teknologi pada usahatani dan usaha tambak ikan air
tawar yang berbiaya produksi tinggi namun petani miskin di pedesaan terintangi berbagai
faktor sosial ekonomi lain seperti: keterbatasan modal, ketakterjaminan pasar dan bahan baku,
keminiman sarana dan prasarana usaha produktif, kekurangmampuan adopsi teknologi inovatif
berbiaya murah dan mudah dilakukan serta ramah lingkungan.
Keterbatasan petani keluar dari lingkaran setan kemiskinan memerlukan perhatian serius,
kepedulian, kebijakan, komitmen dan kerjasama integratif antar berbagai pihak berkompeten
10
agar menghasilkan strategi pemberdayaan yang tepat guna dan tepat sasaran. Pandangan
tentang karakteristik pribadi warga miskin yang pesimis, mudah putus asa, malas, enggan
menanggung risiko, antipati terhadap perubahan, bodoh, sulit menerima inovasi, konservatif,
kolot, tradisional dan sederet atribut keterbelakangan dan ketertinggalan lain perlu diubah.
Dalam pemberdayaan berbasis sumberdaya lokal, partisipatif posisi petani miskin tidak lagi
sebagai objek melainkan menjadi subjek pelaku dan pengelola pembaharuan berencana atas
dirinya sendiri. Seiring dengan pernyataan tersebut, Mubyarto (2002) menyatakan petani
sebagai orang miskin bukanlah individu yang tidak mempunyai apa-apa, melainkan orang yang
memiliki sesuatu walaupun serba seadanya.
Mengacu pada hasil uji coba model pemberdayaan yang dilakukan pada penelitian
terdahulu oleh Dumasari dan Watemin (2006) dilanjutkan Dumasari, et al., (2009) maka
diketahui bahwa kalangan petani miskin membutuhkan strategi yang mampu mengembangkan
berbagai jenis usaha mikro produktif. Strategi yang dimaksud berupa pengembangan perilaku
yang antara lain dicerminkan dari: peningkatan ketrampilan berkarya, berdaya kreativitas,
kemampuan menerapkan teknologi produksi, kedekatan dengan fasilitas informasi,
keterjaminan bahan baku dan pemasaran produk serta fasilitas pendampingan menuju
kemandirian.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah upaya pemberdayaan yang
berpusat pada pengembangan usaha produktif ikan air tawar dengan proses difusi inovasi
teknologi subtitusi bahan. Cara ini dianggap lebih tepat mencapai sasaran utama yakni
terbentuknya kemauan, kesadaran, motivasi dan kemampuan yang trampil melakukan
pengembangan usaha produktif pada tingkat individu/rumahtangga sepanjang waktu tanpa
mengenal masa paceklik atau tidak. Pemberdayaan yang yang berbasis sumberdaya lokal
memang bernilai strategis hingga perlu mengacu pada suatu formulasi model yang terencana
secara sistematis.
Perencanaan model pemberdayaan dikonsentrasikan pada tujuan peningkatan partisipasi
petani miskin dalam kegiatan usaha mikro yang produktif dan kreatif di pedesaan. Wrihatnolo
dan Widjowijoto ((2007) menjelaskan proses pemberdayaan masyarakat miskin tidak terlepas
dari keberadaan beberapa elemen kunci yang ikut menentukan keberhasilan. Adapun berbagai
elemen kunci pemberdayaan yang dimaksud teramati pada Gambar 1.
11
Gambar 1. Beberapa Elemen Kunci Pemberdayaan Masyarakat
Sumber: Diolah dari pemikiran Wrihatnolo dan Widjowijoto ((2007)
Dari sisi teknis, diketahui produk pakan yang berbahan baku limbah hasil pertanian yang
diolah dengan teknologi subtitusi bahan dapat dipastikan mengandung protein tinggi sehingga
mampu memacu pertumbuhan ikan air tawar lebih optimal. Hasil penelitian Suwarsito (2006)
menunjukkan bahwa setelah diberi tambahan khitosan berbahan baku limbah udang, kepiting
dan rajungan pada pakan ternyata efektif meningkatkan pertumbuhan dan imunitas udang
windu (Panaeus monodon Pab). Tidak hanya khitosan, limbah ternak berupa bulu ayam yang
dijadikan tepung sebagai pengganti tepung ikan mempengaruhi pertumbuhan ikan air tawar
jenis tawes secara lebih cepat (Lestari dan Suwarsito, 2006). Penelitian lanjutan Suwarsito
(2007) membuktikan pakan berbahan bulu ayam dari limbah hasil pertanian dapat
dimanfaatkan sebagai sumber protein bagi pertumbuhan ikan gurame (Osphronemus gouramy).
Pemberdayaan petani miskin di pedesaan melalui pengelolaan usaha mikro pada
hakekatnya terkait erat dengan proses adopsi inovasi teknologi. Beragam jenis teknologi
12
dapat dimanfaatkan petani miskin untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas
usaha mikro. Menurut van den Ban dan Hawkins (2003) diketahui bahwa waktu kecepatan
mengadopsi petani tergantung pada beberapa ciri inovasi teknologi. Beberapa ciri teknologi
yang berpotensi mempercepat laju proses adopsi petani tertera pada Gambar 2.
Gambar 2. Beberapa Ciri Teknologi Pertanian yang Potensial Mempercepat Proses AdopsiPetani di Pedesaan
Sumber: Diolah dari pemikiran van den Ban dan Hawkins (2003)
Teknologi subtitusi bahan ramah lingkungan saat ini berkembang pesat sejalan dengan
proses pembangunan ekonomi masyarakat. Bahkan tidak tertutup kemungkinan pemanfaatan
teknologi subtitusi bahan dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup (survival strategy) dalam
13
situasi krisis. Menurut Romli, dkk (2003), teknologi subtitusi bahan limbah hasil termasuk
olahan industri pertanian menjadi produk bernilai tambah merupakan pilihan strategis dalam
pengembangan usaha mikro agroindustri dan sejalan dengan upaya pemerintah
mengembangkan ragam sumber pertumbuhan ekonomi baru di luar minyak dan gas.
14
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan Penelitian
Pada tahap kedua memperoleh hasil kajian berikut:
1. Jaringan bisnis mediasi pengembangan usaha mikro pakan ikan air tawar
berprotein.
2. Hasil evaluasi ujicoba prototype model terhadap perubahan perilaku petani miskin.
3. Matriks kelemahan dan keunggulan prototype model sesuai hasil validari isi dan
struktur oleh ahli.
4. Rancangan pakan ikan air tawar dari limbah hasil pertanian dengan pemanfaatan
teknologi subtitusi bahan yang siap Uji Proksimat untuk kadar protein terbaik pada
tahun III.
5. Rancang ulang teknologi subtitusi bahan setelah diujicobakan.
6. Rancang kemasan pakan ikan air tawar berprotein yang siap dipasarkan.
7. Model pemberdayaan petani miskin yang siap didiseminasikan pada tahap III.
Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian dapat berupa sumbangan berharga baik secara teoritis maupun
praktis untuk kepentingan berikut:
(1) Memberikan informasi berharga tentang pengembangan diversifikasi nafkah petani
miskin melalui pengembangan usaha mikro pakan ikan air tawar berprotein
berbahan baku limbah hasil pertanian dengan memanfaatkan teknologi subtitusi
bahan ramah lingkungan.
(2) Memberi gambaran kepada berbagai pihak yang tertarik terhadap upaya
peningkatan perilaku petani miskin tentang alternatif pemberdayaan yang berbasis
sumberdaya lokal dengan mengakses dan mengelola teknologi subtitusi bahan
dalam pengembangan melek usaha mikro produktif yang ramah lingkungan di
pedesaan.
(3) Memberi pedoman berharga bagi berbagai pihak penyusun kebijakan pembangunan
pertanian dan pengembangan pariwisata dalam upaya mengembangkan program
pemberdayaan masyarakat petani miskin yang bermukim di wilayah pedesaan
15
melalui pengelolaan usaha mikro yang berbasis sumberdaya pertanian dan
sumberdaya lokal.
(4) Memberi masukan berupa informasi kepada pemerintah daerah tentang pentingnya
pengembangan usaha mikro pakan berprotein yang berbahan baku limbah hasil
pertanian untuk memenuhi kebutuhan usaha budidaya ikan air tawar dalam rangka
mendukung pengembangan sektor pertanian perikanan di Kabupaten Banyumas.
16
BAB IV. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan riset berbasis pengembangan yang berlangsung
dalam beberapa tahap (multi years). Kajian studi kasus yang dilakukan pada tahap kedua
memanfaatkan kombinasi pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Selain itu, metode penelitian
terapan juga digunakan pada tahap kedua ini untuk menghasilkan temuan baru rancang pakan
ikan air tawar dari limbah hasil pertanian dengan pemanfaatan teknologi subtitusi bahan yang
siap Uji Proksimat untuk kadar protein terbaik pada tahun III. Metode penelitian evaluasi
dilaksanakan untuk mengetahui hasil ujicoba prototype model terhadap perubahan perilaku
petani miskin.
Sama dengan tahap pertama maka pada penelitian tahap kedua, lokasi penelitian tetap
dilakukan secara purposive di Desa Linggasari, Kecamatan Kembatan dan Desa Lemberang,
Kecamatan Sokaraja dan Desa Beji, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas serta
Desa Karangcegak, Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga, Propinsi Jawa Tengah.
Keempat desa tersebut memiliki relevansi permasalahan sesuai dengan tema penelitian.
Pada tahap kedua, sumber data dikategorikan dalam kelompok: informan, responden dan
informan kunci. Informan mencakup petani miskin pembudidaya ikan air tawar yang akan
diberdayakan pada keempat desa. Mereka dipilih dengan teknik purposive sampling
berdasarkan pertimbangan tertentu. Jumlah informan dari setiap kecamatan ditentukan secara
proporsional yakni sebanyak 30 orang mewakili tiap desa. Jadi, total subjek informan
semuanya berjumlah 60 orang. Responden yang diwawancarai dari setiap desa sebanyak 11
orang ditentukan dengan menggunakan teknik simple random sampling. Dengan demikian,
jumlah responden penelitian sebanyak 44 orang. Adapun sumber data informan kunci berasal
dari kalangan tokoh masyarakat, petani maju dan aparat pemerintah desa yang mengetahui
informasi terperinci tentang perkembangan usaha budidaya ikan air tawar di setiap desa.
Guna mengumpulkan dan menjaring informasi dari berbagai sumber akan digunakan
berbagai teknik pengumpulan data primer sebagai berikut: Focus Group Discussion (FGD),
wawancara dan observasi secara aktif. Data sekunder dikumpulkan dengan teknik analisis data
sekunder. Kesemua data kualitatif diolah dan dianalisis dengan teknik kualitatif menggunakan
Interactive Model of Analysis (Miles dan Huberman, 1991). Sementara, data kuantitatif diolah
dan dianalisis dengan teknik statistik deskriptif sederhana seperti: persentase, skoring, mean,
tabulasi dan tampilan grafik. ata yang telah diolah dan dianalisis kemudian dibahas dan
17
ditelaah serta dikaitkan dengan berbagai teori yang relevan. Hasil pembahasan selanjutnya
disajikan dalam uraian deskriptif kualitatif yang berurutan dan sistematis dengan dilengkapi
penjelasan keterangan bersifat kuantitatif.
18
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Peta Jaringan Bisnis Mediasi
Jaringan bisnis merupakan salah satu kebutuhan strategis bagi pengelolaan usaha mikro
pakan ikan air tawar berprotein di pedesaan. Eksistensi jaringan bisnis seringkali dikaitkan
dengan kegiatan pemasaran produk yang dihasilkan suatu usaha produktif. Jaringan bisnis
dikenal sebagai suatu konsep sederhana dan menjadi bagian penting dari sederet kegiatan
produktif petani. Dalam pembentukan dan perluasan jaringan bisnis sebagai mediasi
pengembangan usaha mikro pakan ikan air tawar berprotein di pedesaan terdapat penguatan
budaya ekonomi campuran antara corak konservatif dengan komersil.
Pada awal perintisan usaha mikro pakan ikan air tawar berprotein para anggota
kelompok mina tani cenderung melakukan pola tindakan dan pola berpikir yang sama yakni
membagi hasil produksi secara gratis. Anggota dengan sebebasnya diperbolehkan mengambil
sejumlah pakan yang dibutuhkan tanpa ada pembatasan waktu. Produk usaha mikro yang
dikelola secara perkelompok ini seolah menjadi milik bersama. Seorang anggota kelompok
yang berinisial Ac, laki-laki berusia 45 tahun mengungkapkan pendapatnya tentang pembagian
pakan secara gratis dalam uraian berikut.
Waktu awal pakan diproduksi anggota kelompok boleh mengambil sebebas-bebasnya. Berapa saja pakan yang dibutuhkan tidah usah bayar karena tadinyadianggap semua bahan gratis. Kan anggota yang mengumpulkannya baru diolahdan diambil untuk usaha ikan sendiri-sendiri. Eh lama-kelamaan tidak bisa lagidibagi gratis karena beberapa bahan tambahan harus dicari ke pasar. Kan jadibutuh biaya transport (bensin). Kita di kelompok bersepakat siapa anggota yangbutuh yah harus bayar tapi sangat murah jauh di bawah harga pasar. Anggotadari kelompok lain yah bayarnya lebih mahal sama dengan petani yang bukantermasuk anggota kelompok tani di desa ini.
Jaringan bisnis pakan ikan air tawar berprotein telah dikelola kelompok petani dengan
menggunakan prinsip manajemen strategis sederhana. Penggunaan manajemen strategis
sederhana pada usaha mikro pakan mengacu pada empat unsur yang dikemukakan oleh Craigh
and Grant (1999) sesuai rincian berikut:
1. Misi (Mission).
2. Tujuan (Objectives).
19
3. Strategi (Strategy).
4. Taktik (Tactics).
Keempat unsur manajemen strategis sederhana yang diterapkan pada usaha mikro pakan
memiliki spesifikasi yang berorientasi pada penyelesaian masalah produksi budidaya ikan air
tawar di pedesaan. Penjabaran spesifikasi manajemen strategis sederhana sehubungan dengan
jaringan pemasaran tersebut teramati pada Tabel 1.
Tabel 1. Spesifikasi Manajemen Strategis Sederhana Sehubungan dengan JaringanPemasaran pada Usaha Mikro Pakan Ikan Air Tawar Berprotein
Misi (Mission) Tujuan(Objectives)
Strategi(Strategy)
Taktik(Tactics)
Kelompok MinaTani Maju Lestarimampumenghasilkanproduk pakan ikanair tawar yangberprotein danberbiaya murah.
Pengembanganusaha mikro pakanikan air tawarberprotein yangmampu bersaing dipasar.
Peningkatankesejahteraanekonomi anggotaKelompok MinaTani Maju Lestarimelaluipengelolaan usahamikro pakan ikanair tawarberprotein.
Siap menjalinjaringanpemasaran denganberbagai pihak.
Membantu petanipetambakmendapatkanpakan ikan airtawar berproteindengan mudahdan harga murah.
Meningkatkanpendapatananggotakelompok MinaTani MajuLestari
Memanfaatkanpotensisumberdaya lokalyakni limbahhasil pertaniansebagai bahanbaku pakan ikanair tawarberprotein
Menjalinkerjasamaekonomi antarkelompok tani didalam dan luardesa.
Menggunakanteknologi subtitusibahan untukmengolah limbahhasil pertanianmenjadi pakan ikanair tawar berprotein.
Menyampaikaninformasi produkusaha mikro pakanikan air tawarberprotein kepadapetani petambak didalam dan luas desamelalui lomunikasitatap muka dankotak peroranganataupun kelompok.
Membuat kemasanproduk pakan yanginovatif.
Berupayameningkatkanteknologipengelolaan usahamikro yang lebihprofesional.
Mempromosikan produkpakan sebagai sumberprotein yang sehat bagipertumbuhan berbagaijenis ikan air tawar.
Menyiapkanproduk pakanuntuk pembelianawal secara gratis.
Lokasi usahamikro pakan ikanair tawarberprotein ditempat strategisyang mudahdijangkau petanipetambak dariberbagai arahkedatangan.
Usaha mikropakan dikelolasecara partisipatifoleh kelompokMina Tani MajuLestari.
20
Sumber: Diolah dari Data Primer Tahun 2011
Pada pengelolaan usaha mikro pakan ditemukan dua bentuk jaringan pemasaran sebagai
mediasi pengembangan usaha mikro pakan ikan air tawar berprotein untuk pemberdayaan
petani miskin di pedesaan. Kedua bentuk jaringan pemasaran ini memiliki keterkaitan sejarah
satu dengan lainnya. Jaringan pemasaran Model I yang awal berlangsung baru disusul dengan
pembentukan jaringan pemasaran Model II. Pada Gambar 3 terlihat mekanisme jaringan
pemasaran pakan ikan air tawar berprotein Model I.
PetaniPengrajin
Pakan
Petani PembudidayaIkan Air Tawar
KelompokMina Tani
Maju Lestari
AnggotaKelompokMina Tani
MajuLestari
Petani PembudidayaIkan Air Tawar
Petani PembudidayaIkan Air Tawar
Petani PembudidayaIkan Air Tawar
Petani PembudidayaIkan Air Tawar
Petani PembudidayaIkan Air Tawar
Penetapan Harga(Rp 1500-2500/kg)
PakanBerupaPeletTanpa
Kemasan
Gratis
Berdasarkan HasilKesepakatan
Bersama padaKelompok Mina
Tani Maju Lestari
Sebagian hasil penjualan pakanuntuk kepentingan modal produksiusaha mikro pakan
Sisa hasil penjualan pakandimasukkan dalam kas KelompokMina Tani Maju Lestari
21
Gambar 3. Jaringan Pemasaran Model I Pakan Berprotein Tinggi Ikan Air Tawar Model I
Pada jaringan pemasaran Model II, konsumen pakan ternyata sudah meluas tidak lagi
sebatas anggota Kelompok Mina Tani Maju Lestari. Pada Gambar 4 tercermati mekanisme
jaringan pemasaran Model II.
PetaniPengrajin
Pakan
Petani PembudidayaIkan Air Tawar
KelompokMina Tani
Maju Lestari
AnggotaKelompokMina Tani
MajuLestari
Petani PembudidayaIkan Air Tawar
Petani PembudidayaIkan Air Tawar
Petani PembudidayaIkan Air Tawar
Petani PembudidayaIkan Air Tawar
Petani PembudidayaIkan Air Tawar
Penetapan Harga(Rp 1500-2500/kg)
Berkemasan
AnggotaKelompokMina Tani
Lain
Petani PembudidayaIkan Air Tawar
Petani PembudidayaIkan Air Tawar
PetaniPembudidaya Ikan
Air Tawar BukanAnggota Kelompok
Mina Tani
Penetapan Harga(Rp 3000-5000/kg)
TanpaKemasan
Pakan PeletBerprotein
Tinggi
Gratis
Sebagian hasil penjualan pakan untukkepentingan modal produksi usaha mikropakan
Sisa hasil penjualan pakan dimasukkan dalamkas Kelompok Mina Tani Maju Lestari
BerdasarkanHasil
KesepakatanBersama
padaKelompok
Mina
22
Gambar 4. Jaringan Pemasaran Pakan Berprotein Tinggi Ikan Air Tawar Model II
Penetapan tingkat harga pakan ikan air tawar berprotein didasarkan pada hasil
kesepakatan bersama antar anggota Kelompok Mina Tani Maju Lestari. Jumlah produk pakan
yang terjual dengan harga tertentu lebih banyak dari jumlah yang diberikan secara gratis. Pada
Tabel 2 terlihat persentase perbedaan jumlah penjualan pakan melalui tiga mekanisme yang
terdapat pada jaringan pemasaran Model II.
Tabel 2. Persentase Jumlah Pakan melalui Tiga Mekanisme pada Jaringan PemasaranModel II
No. Mekanisme Distribusi Pakan Persentase Pakan(%)
1. Gratis 202. Dijual dengan harga Rp. 1500- Rp. 2500/kg 503. Dijual dengan harga Rp. 3000-Rp. 5000/kg 30
Sumber: Diolah dari Data Primer Tahun 2011
Bagi mayoritas anggota Kelompok Mina Tani Maju Lestari, kesepakatan harga pakan
tidak menjadi masalah serius. Hanya saja yang dikhawatirkan berkenaan dengan kondisi
beberapa anggota yang masih terus ingin mendapatkan pakan dengan cara gratis. Para
pengurus merasa kewalahan dengan permasalahan ini. Akan tetapi, ada keyakinan suatu waktu
pakan gratisan tidak diperbolehkan lagi kecuali untuk rangsangan bagi konsumen pemula.
Burt (1982) menjelaskan bahwa tindakan sosial dari para anggota pada jaringan sosial dapat
dipahami melalui pendekatan kultural. Analisis kultural menunjukkan dalam setiap jaringan
sosial terdapat hubungan relasional antar individu dengan berbagai derajat kedekatan.
Hubungan relasional yang bersifat khusus dalam jaringan sosial inilah yang mengkondisikan
adanya pemberian pakan gratis kepada segelintir anggota kelompok. Hubungan relasional
khusus dalam jaringan sosial dikenal sebagai reticulum atau klik. Monge (1987)
mengemukakan reticulum merupakan suatu jaringan sosial personal yang dibangun atas
prakarsa dan kepentingan egosentris individu. Jaringan personal yang berlangsung kontinu
pada akhirnya menguat dan permanen hingga disebut sebagai klik.
Klik pada keanggotaan Kelompok Mina Tani Maju Lestari masih belum bersifat
mendominasi. Seorang informan berinisial Sn, laki-laki berusia 40 tahun menjelaskan potensi
klik yang merugikan pada pengelolaan usaha mikro pakan ikan air tawar berprotein mudah
ditekan. Penjelasannya dikutip pada uraian berikut:
23
Hubungan dekat antar beberapa anggota dalam kelompok ada. Tapi belummenguat. Hanya keeratan hubungan itu bersifat sementara dan terkadangmempengaruhi pembagian pakan secara gratis. Anggota yang dapat fasilitas itudisebabkan partisipasinya ikut membantu menyediakan bahan. Terkadang aktifmelakukan pengolahan pakan dengan mesin. Yah, kerepotannya itu kita balasdengan pemberian pakan gratis. Jumlah pakannya yah bebas secukupnya .
Jaringan pemasaran pakan Model I dan II untuk masa mendatang bisa berkembang
sesuai keadaan yang terjadi. Para petani miskin merasakan jaringan pemasaran dengan kedua
model tersebut tidak saling berbenturan kepentingan.
Hasil Evaluasi Ujicoba Prototype Model terhadap Perubahan Perilaku Petani Miskin
Uji coba prototype model telah dilaksanakan di Desa Linggasari, Kecamatan Kembaran,
Kabupaten Banyumas dan Desa Karangcegak, Kecamatan Kutasari, Kabupaten purbalingga.
Pelaksanaan uji coba prototype model pemberdayaan petani miskin di kedua desa tersebut
dimaksudkan untuk mewakili kelima desa yang menjadi lokasi penelitian. Uji coba dilakukan
terhadap kelompok mina tani. Jumlah anggota kelompok yang ikut uji coba dibatasi yakni
hanya 15 orang anggota dari setiap kelompok.
Petani miskin yang mengikuti kegiatan uji coba model pemberdayaan memiliki tingkat
penerimaan yang berbeda terhadap ragam informasi yang disampaikan terutama tentang
pengelolaan usaha mikro pakan ikan air tawar berprotein. Hasil uji coba model ditunjukkan
dari perubahan perilaku yang dialami petani miskin yang menjadi peserta. Kawasan perilaku
yang dievaluasi secara on going pada kegiatan uji coba model meliputi: ranah pengetahuan
(kognitif), ranah sikap mental (afektif) dan ranah ketrampilan (psikomotorik). Pada Tabel 3
dapat disimak mengenai hasil perubahan perilaku petani miskin setelah uji coba prototype
model pemberdayaan di pedesaan.
24
Tabel 3. Perubahan Perilaku Petani Miskin setelah Ujicoba Prototype Model
Aspek Perilaku JenjangPerilaku
Indikator Perubahan Perilaku
Mengetahui Semua mengetahui kemanfaatan ekonomi, sosial dan lingkungan daripengembangan usaha mikro pakan ikan air tawar berprotein tinggi
Memahami Semua memahami nilai ekonomi, sosial dan lingkungan dari pemanfaatanteknologi subtitusi bahan
Menggunakan Sebagian sudah mengembangkan usaha mikro pakan ikan air tawarberprotein tinggi
Menganalisis Sebagian mampu menganalisis kemanfaatan ekonomi, sosial dan lingkungandari pengembangan usaha mikro pakan ikan air tawar berprotein tinggi
Memadukan Baru sedikit yang dapat mampu memadukan aplikasi pengetahuanpengelolaan usaha mikro dengan teknik pemanfaatan teknologi subtitusibahan untuk menghasilkan pakan berprotein tinggi yang laku dijual di pasarpetani pembudidaya ikan air tawar
Pengetahuan
Mengevaluasi Baru sedikit yang dapat mampu menilai secara langsung keuntunganekonomi, sosial dan lingkungan pengembangan usaha mikro dengan teknikpemanfaatan teknologi subtitusi bahan untuk bagi peningkatan melek usahaproduktif
Menerima/memperhatikan
Semua bersedia dan mau menerima inovasi pengembangan usaha mikropakan ikan air tawar berprotein tinggi sebagai bentuk diversifikasi nafkahproduktif
Menanggapi Semua menanggapi secara serius tentang pentingnyai diversifikasi nafkahproduktif melalui pengembangan usaha mikro pakan ikan air tawarberprotein tinggi dengan teknologi subtitusi bahan
Menilai Sebagian yang mampu menilai pengembangan usaha mikro pakan ikan airtawar berprotein tinggi dengan teknologi subtitusi bahan
Mengorganisir Sebagian yang mampu mengorganisir sikap kemantapan niat dan keberanianuntuk mengembangkan usaha mikro pakan ikan air tawar berprotein tinggidengan teknologi subtitusi bahan
Sikap Mental
Menghayati Baru sedikit yang berani menetapkan kebutan tekad untuk mengembangkanusaha mikro pakan ikan air tawar berprotein tinggi dengan teknologisubtitusi bahan
Menyadari Semua menyadari tentang berbagai strategi pengembangan usaha mikropakan ikan air tawar berprotein tinggi dengan teknologi subtitusi bahan
Menyiapkandiri
Semua mampu menyiapkan diri untuk melakukan teknologi subtitusi bahanguna mengolah ragam limbah hasil pertanian menjadi pakan ikan air tawarberprotein
Mencoba-coba Semua mampu mencoba melakukan tahapan pelaksanaan teknologi subtitusibahan guna mengolah ragam limbah hasil pertanian menjadi pakan ikan airtawar berprotein
Terbiasa Semua terbiasa melakukan tahapan pelaksanaan teknologi subtitusi bahanguna mengolah ragam limbah hasil pertanian menjadi pakan ikan air tawarberprotein
Trampil Sebagian trampil melakukan tahapan pelaksanaan teknologi subtitusi bahanguna mengolah ragam limbah hasil pertanian menjadi pakan ikan air tawarberprotein
Adaptasi Baru sedikit yang dapat menyesuaikan kemampuan melakukan tahapanpelaksanaan teknologi subtitusi bahan guna mengolah ragam limbah hasilpertanian menjadi pakan ikan air tawar berprotein
Ketrampilan
Mencipta Baru sedikit yang memiliki daya cipta untuk peningkatan kreativitaspenggunaan teknologi subtitusi bahan guna mengolah ragam limbah hasilpertanian menjadi pakan ikan air tawar berprotein
Sumber: Diolah dari Data Primer Tahun 2011
25
Sejak awal proses uji coba, petani petambak yang memiliki ciri miskin sudah
menunjukkan respon yang positif mendukung kegiatan ini untuk kepentingan pengelolaan
usaha mikro pakan ikan air tawar. Respon positif yang dimaksud terindikasi dari beberapa
indikator peserta uji coba yang mencakup:
1. Sewaktu ditanyakan kesediaannya maka langsung memberikan pernyataan bersedia
ikut menjadi peserta uji coba prototype model pemberdayaan.
2. Saat kegiatan berlangsung partisipasi umumnya aktif mengikuti berbagai kegiatan
yang dilangsungkan sesuai jadwal. Jarang anggota kelompok tidak hadir dalam
setiap kegiatan.
3. Petani antusias dan menunjukkan ketertarikan untuk aktif produktif dan kreatif
dalam pengelolaan usaha mikro pakan ikan air tawar berprotein.
Hasil Uji Kandungan Protein Pakan Ikan Air Tawar
Petani miskin di pedesaan ternyata memiliki kreativitas dalam menghasilkan produk
pakan ikan air tawar berprotein. Selama penelitian tahap kedua berlangsung, petani miskin
yang semula dianggap kurang produktif dan minim kreativitas pada akhirnya mampu
menghasilkan enam formula pakan yang menurut pengalaman mereka memiliki kadar protein
dalam taraf lumayan. Formula pakan yang dibuat juga dikhususkan untuk beberapa kriteria
pertumbuhan ikan air tawar. Menurut penjelasan petani produsen ditemukan formula pakan
ikan air tawar untuk kebutuhan:
1. Benih dan anak ikan dengan kandungan protein pada pakan lebih 50 persen.
2. Ikan dewasa dengan kandungan protein pada pakan antara 20-30 persen
Mayoritas bahan baku yang berasal dari limbah hasil pertanian, yang mudah didapat
karena banyak berserakan di desa setempat. Hanya ada sedikit bahan tambahan yang dibawa
dari luar desa. Keenam formula pakan pada dasarnya berbahan baku serupa. Hanya saja
dengan teknologi subtitusi bahan komposisi bahan dasar dan bahan pelengkap yang
dimodifikasi. Oleh karenanya, hasil uji yang dilakukan terhadap keenam formula pakan
menunjukkan kandungan protein berbeda. Pada Tabel 4 sampai Tabel 9 dicantumkan uraian
mengenai jenis bahan baku yang digunakan beserta kandungan protein dari setiap formula
pakan ikan air tawar yang diproduksi petani miskin melalui pengelolaan usaha mikro di
pedesaan. Potret pakan formula I sampai IV dapat tercermati pada Gambar 5 hingga 10.
26
Tabel 4. Formula I Pakan Ikan Air Tawar
Jenis Bahan Baku Kandungan dalam Komposisi Pangan(%)
Dedak 25Singkong 20Ampas Tahu 10Ikan kresekan/gesek 5 Limbah ikan laut (kepala, jeroan, tulang,duri, insang, kulit dan kepala udang sertalainnya)
5
Nasi sisa konsumsi rumahtangga 1Roti jamuran 1Sisa mi/soun 1Kulit kedelai (klothok) 2Ampas kelapa parut 5Daun senthe (godhong kajar) 10Daun pepaya 10Daun sirih 5Total 100
Kelemaahan: Pakan sulit terapung
Keunggulannya: biaya murah sesuai untuk ikan dewasa
Kandungan protein: 27, 89
Gambar 5. Formula Pakan I
27
Tabel 5. Formula II Pakan Ikan Air Tawar
Jenis Bahan Baku Kandungan dalam Komposisi Pangan(%)
Dedak 20Singkong 10Ampas Tahu 10Ikan kresekan/gesek 10 Limbah ikan laut (kepala, jeroan, tulang,duri, insang, kulit dan kepala udang sertalainnya)
5
Nasi sisa konsumsi rumahtangga 1Roti jamuran 1Sisa mi/soun 1Kulit kedelai (klothok) 2Ampas kelapa parut 5Daun senthe (godhong kajar) 5Daun pepaya 5Daun sirih 5Daun kacang tanah 10Daun ketapang 5Kol affikiran 5Total 100
Kelemahan: Pakan sulit terapung
Keunggulannya: biaya murah sesuai untuk ikan dewasa
Kandungan protein: 29,71
Gambar 6. Formula Pakan II
28
Tabel 6. Formula III Pakan Ikan Air Tawar
Jenis Bahan Baku Kandungan dalam Komposisi Pangan(%)
Dedak 15Singkong 10Ampas Tahu 10Ikan kresekan/gesek 10 Limbah ikan laut (kepala, jeroan, tulang,duri, insang, kulit dan kepala udang sertalainnya)
10
Nasi sisa konsumsi rumahtangga 1Roti jamuran 1Sisa mi/soun 1Kulit kedelai (klothok) 2Ampas kelapa parut 10Daun senthe (godhong kajar) 5Daun pepaya 5Daun sirih 5Daun kacang tanah 5Daun ketapang 5Kol affikiran 5Total 100
Kelemahan: Pakan sulit terapung
Keunggulannya: biaya murah sesuai untuk ikan dewasa
Kandungan protein: 30,21
Gambar 7. Formula Pakan III
29
Tabel 7. Formula IV Pakan Ikan Air Tawar
Jenis Bahan Baku Kandungan dalam Komposisi Pangan(%)
Dedak 15Singkong 10Ampas Tahu 10Ikan kresekan/gesek 5 Limbah ikan laut (kepala, jeroan, tulang,duri, insang, kulit dan kepala udang sertalainnya)
5
Nasi sisa konsumsi rumahtangga 1Roti jamuran 1Sisa mi/soun 1Kulit kedelai (klothok) 5Ampas kelapa parut 10Daun senthe (godhong kajar) 5Daun pepaya 5Daun sirih 5Cangkang Telur 2Daun kacang tanah 10Daun ketapang 5Kol affikiran 5Total 100
Kelemahan: Pakan sulit terapung
Keunggulannya: biaya murah sesuai untuk ikan dewasa
Kandungan protein: 32,57
Gambar 8. Formula Pakan IV
30
Tabel 8. Formula V Pakan Ikan Air Tawar
Jenis Bahan Baku Kandungan dalam Komposisi Pangan(%)
Dedak 10Singkong 10Ampas Tahu 15Ikan kresekan/gesek 5 Limbah ikan laut (kepala, jeroan, tulang,duri, insang, kulit dan kepala udang sertalainnya)
5
Nasi sisa konsumsi rumahtangga 1Roti jamuran 1Sisa mi/soun 1Kulit kedelai (klothok) 5Ampas kelapa parut 5Daun senthe (godhong kajar) 5Daun pepaya 5Daun sirih 5Daun kacang tanah 5Daun ketapang 5Kol affikiran 5Telur Busuk 5Jantung Pisang 2Kulit Kacang tanah 5Klobot jagung 10Total 100
Kelemahan: Pakan sulit terapung
Keunggulannya : biaya murah sesuai untuk ikan dewasa
Kandungan protein: 38,48
Gambar 9. Formula Pakan V
31
Tabel 9. Formula VI Pakan Ikan Air Tawar
Jenis Bahan Baku Kandungan dalam Komposisi Pangan(%)
Dedak 10Singkong 5Ampas Tahu 10Ikan kresekan/gesek 10 Limbah ikan laut (kepala, jeroan, tulang,duri, insang, kulit dan kepala udang sertalainnya)
10
Nasi sisa konsumsi rumahtangga 1Roti jamuran 1Sisa mi/soun 1Kulit kedelai (klothok) 5Ampas kelapa parut 5Daun senthe (godhong kajar) 5Daun pepaya 5Daun sirih 5Daun kacang tanah 5Daun ketapang 5Kol affikiran 5Telur Busuk 5Jantung Pisang 2Kulit Kacang tanah 5Klobot jagung 10Jamur tiram SecukupnyaTotal 100
Kelemahan: Pakan mulai terapung
Keunggulannya: biaya murah sesuai untuk benih/anak ikan dan ikan dewasa
Kandungan protein: 42,28
Gambar 10. Formula Pakan VI
32
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap kadar protein pada keenam formula pakan yang telah
dilaksanakan maka pada penelitian tahap ketiga tahap ketiga akan dilanjutkan untuk
menemukan rancangan pakan berprotein terbaik untuk kedua kelompok ikan air tawar.
Penemuan rancang pakan tersebut tetap menggunakan teknologi subtitusi bahan yang
bersumber dari aneka limbah hasil pertanian. Pada Gambar 11 terlihat secara jelas rancang
awal pakan yang mengandung kadar protein tertentu.
Gambar 11. Rancang Awal Pakan dengan Kandungan Protein Tertentu
Rancang teknologi subtitusi bahan yang dimanfaatkan dalam pengolahan limbah hasil
pertanian menjadi pakan ikan air tawar berprotein memiliki beberapa spesifikasi yang penting
diperhatikna petani miskin secara bijaksana. Beberapa spesifikasi teknologi subtitusi bahan
mencakup:
Kemanfaatan ekonomi teknologi bagi peningkatan pendapatan petani miskin
Kemanfaatan praktis dari kemudahan menerapkan teknologi subtitusi pangan. Prosedur
penggunaan teknologi subtitusi bahan tidak bertele-tele atau rumit. Petani miskin yang
diteliti lebih menyukai jenis teknologi yang mudah dipakai oleh siapapun. Unsur
kemudahan teknologi menyangkut dalam hal:
33
Mudah dipahami.
Mudah dikenali.
Mudah diperoleh.
Mudah dipraktekkan.
Mudah dibeli.
Mudah diganti bila ada perlengkapan yang aus, rusak atau hilang.
Mudah digantikan bila ada teknologi lanjutan yang lebih inovatif dan lebih bermanfaat
bagi peningkatan efisiensi kerja usaha mikto.
Mudah prediksi soal kerusakan teknis.
Mudah diservis bila rusak.
Desain Kemasan Pakan Berprotein
Pengemasan merupakan bagian dari rangkaian kegiatan merancang dan memproduksi
wadah atau bungkus sebagai sebuah produk yang siap dipasarkan secara kompetitif. Pada
pelaksanaan kegiatan pengemasan dibutuhkan rancangan tertentu sesuai produk yang hendak
dikemas. Kemasan dapat juga dimaknai sebagai bungkus atau wadah. Saladin (1996)
menyatakan bahwa bentuk kemasan secara umum dikenal ada tiga jenis yakni:
1. Kemasan dasar (primer package) yaitu bungkus langsung dari suatu produk dalam hal ini
pakan ikan air tawar berprotein.
2. Kemasan tambahan (secondary package) yaitu bahan yang melindungi kemasan dasar dan
dibuang bila produk pakan tersebut digunakan.
3. Kemasan pengiriman (shipping package) yaitu setiap kemasan yang diperlukan waktu
penyimpanan dan pengangkutan pakan ke lokasi pasar atau konsumen.
Dari ketiga jenis kemasan di atas maka yang dirancang pada penelitian ini ialah
kemasan jenis ketiga yaitu shipping package. Desain rancang kemasan pakan disusun dengan
mempertimbangkan berbagai hal strategis. Kemasan memiliki fungsi penting bagi usaha mikro
pakan ikan air tawar berprotein yang diproduksi dalam kegiatan industri rumahtangga petani
miskin di pedesaan yang berskala mikro. Beberapa fungsi kemasan bagi usaha pakan ikan air
tawar berprotein mencakup:
(1) Menjaga keawetan pakan.
(2) Memudahkan pemasaran pakan kepada khalayak petani konsumen.
34
(3) Menjaga mutu pakan.
(4) Melindungi kandungan hara (protein) pakan dari ancaman berbagai kerusakan
akibat proses kimia, fisik dan biologis.
(5) Menambah daya tarik penampilan produk pakan yang akan dipasarkan.
(6) Menjaga tingkat harga pakan sesuai pasar.
(7) Meningkatkan daya saing produk pakan di pasaran.
(8) Memudahkan konsumen paham tentang kemanfaatan pakan.
(9) Membantu konsumen secara cepat mengetahui berat timbangan pakan.
(10) Menyampaikan informasi masa waktu kadaluarsa pakan.
Desain kemasan pakan ikan air tawar yang dirancang diupayakan telah memenuhi
beberapa persyaratan teknis sebagai bentuk pemberian tanda atau lebel yang memudahkan
petani mengetahui berbagai informasi lebih Pada lengkap. Rancang kemasan pakan perlu
dicantumkan tentang berbagai informasi penting sesuai ketentuan Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per. 02/Men/2010 tentang Pengadaan dan Peredaran
Pakan Ikan yang tercermati lebih lengkap pada Lampiran 1. Beberapa informasi yang perlu
dimuat pada kemasan pakan ikan tertera pada Gambar 12.
Gambar 12. Pencantuman Berbagai Informasi Penting pada Rancang Kemasan pakanIkan Air Tawar
35
Rancang kemasan pakan ikan air berprotenin yang didesain pada penelitian ini
menggunakan penandaan berbahasa Indonesia. Pakan ikan dikemas dalam wadah plastik
kedap air dan tertutup rapat sehingga mengurangi kemungkinan terpengaruhi atau
mempengaruhi kandungan isi. Jenis kemasan ini dinilai aman dalam penyimpanan, dan
pengangkutan. Pada rancang kemasan turut diperhatikan beberapa unsur yang menjadi daya
tarik produk Kunci utama untuk membuat sebuah desain kemasan yang baik adalah kemasantersebut harus
simple (sederhana), memiliki fungsional dan menciptakan respons emosional positifyang secara tidak langsung
menyampaikan pesan informative yang komunikatif. Desain rancang kemasan pakan harus dapat
menarikperhatian secara visual, emosional dan rasional.
Desain rancang kemasan pakan yang baik memberikan sebuah nilai tambah terhadap produk
yangdikemasnya. Visualisasi kemasan penting diperhatikan mengingat penginderaan manusia yang
menentukan pengambilan keputusan hampir 80 persen bersumber dari indra penglihatan atau kasat mata
(visual). Pada rancang kemasan pakan perlu diutamakan memiliki daya komunikasi yang memberikan pesan
penampilan menarik dan merangsang keingintahuan. konsumen mengenai informasi bahan baku pakan dan kandungan protein.
sebagai pakan organik yang ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan . Pada desain kemasan terdapat dua jenis daya tarik yang
memerlukan ketelatenan yakni: daya tarik visual (estetika) dan daya tarik keberfungsian atau kepraktisan.
Kemasan pakan ikan air tawar berprotein didesain secara bersama dengan petani produsen. Beberapa petani tampak
kreatif mengemukakan berbagai pendapat dan ide yang berharga untuk pembuatan desain rancang kemasan pakan..
Dalam desain kemasan yang lebih dipentingkan petani ialah :
1. Pembiayaan kemasan.
2. Pencetakan.
3. Penyimpanan.
4. Keamanan.
Daya tarik visual (estetika) lebih diorientasikan pada kemampuan penampilan kemasan yang
dikelola dengan desain komunikais grafis. Semua unsur grafis dipadu untuk menciptakan suatu kesan daya tarik visual
secara optimal. Daya tarik visual sendiri berhubungan dengan faktor emosi dan psikologis. Beberapa unsur
yang dimaksud memiliki nilai penting dalam pemasaran pakan. Pada Gambar 13 diuraikan
serangkaian unsur yang menjadi bahan pertimbangan bagi peningkatan daya tarik kemasan
pakan ikan air tawar berprotein.
36
Gambar 13. Serangkaian Unsur Penentu Daya Tarik Visual Kemasan Pakan Ikan AirTawar Berprotein
Daya tarik kemasan pakan ikan air tawar berprotein bukan hanya ditinjau dari sisi
visual saja. Akan tetapi, daya tarik kemasan juga ditentukan dari sisi keberfungsian atau
kepraktisan. Pada Gambar 14 terurai beberapa unsur penentu daya tarik keberfungsian atau
kepraktisan kemasan pakan.
37
Gambar 14. Serangkaian Unsur Penentu Daya Tarik Keberfungsian (Kepraktisan)Kemasan Pakan Ikan Air Tawar Berprotein
Desain rancang kemasan pakan memerlukan kejelasan dan ketepatan informasi yang
disampaikan kepada khalayak konsumen. Pada Gambar 15 terlihat ilustrasi hasil desain
rancang kemasan pakan organik ikan air tawar yang diproduksi usaha mikro petani miskin di
pedesaan.
38
Gambar 15. Desain Rancang Kemasan Pakan Organik Ikan Air Tawar Berprotein
LEBIH CEPAT MEMACU PERTUMBUHAN
MENJAGA KESEHATAN
KAYA PROTEIN
SEMUA JENIS IKAN AIR TAWAR
BERBAHAN BAKU ORGANIK
AMAN UNTUK LINGKUNGAN
PRODUKSI
KELOMPOK MINA TANI MAJU LESTARI
DESA KARANGCEGAK, KECAMATAN KUTASARI, KABUPATEN PURBALINGGA
Tanggal Diproduksi: 22 September 2011
Tanggal Kadaluarsa: 22 September 2012
PAKAN ORGANIK BERPROTEIN TINGGIIKAN AIR TAWAR
39
Dalam melaksanakan desain rancang kemasan pakan perlu mengantisipasi beberapa
permasalahan yang berpeluang untuk mengurangi efek daya tarik visual (estetika) dan daya
tarik keberfungsian (kepraktisan). Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam penelitian
sewaktu mendisain rancangan kemasan pakan ialah:
1. Keterjaminan persediaan bahan kemasan yakni berupa plastik bervolume lima kilogram
dan memiliki sifat kedap udara.
2. Keberlanjutan teknik pengemasan pakan yang telah dirancang ditinjau dari pengadaan
media cetak desain cover setiap kemasan.
3. Kelemahan dalam masalah pengelolaan managemen pengemasan yang memiliki daya
tarik visual dan keberfungsian bagi konsumen pengguna.
4. Kerusakan alat penyegel kemasan karena rentan yang mengalami kerusakan dan
keausan.
5. Ketelatenan dalam menyimpan dan menyusun produk pakan yang telah dikemas
sedemikian rupa.
6. Kemungkinan kenaikan harga bahan baku kemasan pakan dan biaya jasa pencetakan
desain grafis informasi yang disampaikan.
Beberapa alternatif solusi dapat dikedepankan untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan yang menghambat proses pengemasan pakan ikan air tawar berprotein.
Beberapa alternatif solusi yang dinilai penting dipertimbangkan ialah:
1. Penyiapan cadangan atau stok bahan kemasan dalam jumlah lebih banyak pada setiap
saat.
2. Menjaga keberlanjutan teknik pengemasan pakan yang telah dirancang ditinjau dari
pengadaan media cetak desain cover setiap kemasan.
3. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan petani dalam pengelolaan managemen
pengemasan sehingga tetap memiliki daya tarik visual dan keberfungsian bagi
konsumen pengguna.
4. Menyiapkan biaya dalam jumlah tertentu untuk penggantian ataupun kerusakan alat
penyegel kemasan pakan.
40
5. Meningkatkan ketelatenan dalam menyimpan dan menyusun produk pakan yang telah
dikemas sedemikian rupa di lokasi aman.
6. Menyiapkan cadangan biaya untuk mengantisipasi kemungkinan kenaikan harga bahan
baku kemasan pakan dan biaya jasa pencetakan desain grafis informasi yang
disampaikan.
Model Pemberdayaan Petani Miskin yang Siap Didiseminasikan pada Tahap III.
Sejak awal penyusunan formulasi model pemberdayaan pada penelitian tahap pertama
telah ditekankan bahwa beberapa komponen utama mendapat peran strategis untuk
dipertimbangkan sebagai dasar pembangun kerangka model. Setelah melakukan uji coba
prototype model pemberdayaan diketahui bahwa perlu penyempurnaan tata letak komponen
utama dan pelengkap agar lebih leluasa memberi ruang gerak untuk pelaksanaan berbagai
kegiatan yang mendukung pencapaian tujuan inti pemberdayaan petani miskin di pedesaan.
Dalam formulasi model yang telah direvisi terdapat kebutuhan managemen strategis
sederhana untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan usaha mikro pakan ikan air tawar
berprotein di pedesaan. Mekanisme manajemen strategis sederhana yang diterapkan petani
dmengikuti alur pemikiran yang dikemukakan Craig and Grant (1999). Formulasi unsure
manajemen strategi pada usaha mikro pakan ikan air tawar berprotein dapat diperhatikan
secara cermat pada Gambar 16.
PengelolaanRisiko
PengelolaanKeunggulan
PengelolaanInovasi
TeknologiSubtitusi
Bahan
Peningkatan DayaSaing
PengelolaanPermasalahan:1. Bahan baku
2. Produksi
3. Pengemasan
4. Pemasaran
PenerapanManajemen
StrategisSederhana
41
Gambar 16. Penerapan Manajemen Strategis Sederhana pada Usaha Mikro Pakan Ikan AirTawar Berprotein di Pedesaan
Penerapan manajemen strategis sederhana yang dimasukkan sebagai salah satu
komponen utama pembangun model pemberdayaan turut memegang kunci pencapaian tujuan
inti. Fungsi manajemen strategis dalam pengelolaan usaha mikro pakan mencakup:
1. Peningkatan kemampuan dalam pengelolaan keuangan atau financial.
2. Peningkatan produktivitas usaha mikro pakan.
3. Peningkatan adopsi teknologi subtitusi bahan.
4. Peningkatan mutu produk pakan.
5. Peningkatan teknik pengemasan pakan.
6. Peningkatan strategi pemasaran.
7. Peningkatan kesadaran akan ancaman yang mengganggu kelanjutan usaha mikro
pakan.
8. Mengurangi resistensi permasalahan yang muncul.
9. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah.
10. Peningkatan daya saing usaha mikro pakan.
Kemampuan petani dalam menerapkan manajemen strategis sederhana tidak sama.
Baru beberapa orang petani yang sudah trampil menggunakannya meski dalam taraf
percobaan. Dalam penyusunan formulasi model pemberdayaan pada penelitian tahap kedua,
keberlangsungan pembentukan rantai nilai usaha mikro pakan ikut dipertimbangkan secara
cermat. Pada Gambar 17 terlihat secara rinci alur rantai nilai bisnis usaha mikro pakan yang
dikelola petani miskin di pedesaan.
TeknologiSubtitusi
Bahan
RancangProdukPakan
Berprotein
TeknikPengemasan Distribusi
PemasaranPelayanan
42
Gambar 17. Rantai Nilai Bisnis Pakan Ikan Air Tawar Berprotein pada Usaha Mikro
Ragam masukan dari petani yang mewakini dipertimbangkan dalam revisi model
pemberdayaan. Pada Gambar 18 teramati rancang bangun model yang siap didiseminasi pada
tahap III.
tif dan Kreatif
PEMBERDAYAANPETANI MISKIN DI
PEDESAAN
PENGELOLAAN USAHAMIKRO PAKAN IKAN AIR
TAWAR BERPROTEIN
Profil SosialEkonomi
KondisiUsahatani
Ragam FaktorSosial Ekonomi
Pendukung
RagamKebutuhanStrategis
KarakteristikRagam JenisLimbah Hasil
Pertanian
RancangTeknologiSubtitusi
Bahan
PengadaanPendidikan TakForman Secara
Intensif
Peningkatan PerilakuProduktif dan Kreatif
PeningkatanKemampuanDiversifikasiPola Nafkah
Peningkatan danKeterjaminanPendapatan
Keluarga
Peningkatan MutuHidup
Terbebas dariAncaman
Keterdesakan Ekonomi
Peningkatan KualitasSumberdaya Manusia
Mampu MemenuhiKebutuhan Hidup
Keluarga
PenguatanJaringan
BisnisPakan
PenerapanManajemen
StrategisSederhana
43
Gambar 18. Prototype Model Pemberdayaan Petani Miskin di Pedesaan melalui PengelolaanUsaha Mikro Pakan Ikan Air Tawar Berprotein dari Limbah Hasil Pedesaandengan Teknologi Subtitusi Bahan
Formulasi model pemberdayaan yang siap didiseminasikan pada penelitian tahap ketiga
dinilai masih dominan bernilai konseptual. Adapun nilai kelayakan dan kemanfaatan fungsi
model pemberdayaan secara praktis masih memerlukan uji lanjutan yang lebih intensif. Pada
formulasi model pemberdayaan diprioritaskan untuk kepentingan peningkatan produktivitas
dan kreativitas serta kemandirian petani miskin di pedesaan dalam pengelolaan usaha mikro
dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya lokal yang tersedia di sekitar lingkungan desa.
44
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Penelitian
Jaringan bisnis pakan ikan air tawar berprotein telah dikelola kelompok petani dengan
menggunakan prinsip manajemen strategis sederhana. Pada pengelolaan usaha mikro pakan
ditemukan dua bentuk jaringan pemasaran sebagai mediasi pengembangan usaha mikro pakan
ikan air tawar berprotein untuk pemberdayaan petani miskin di pedesaan. Kedua bentuk
jaringan pemasaran ini memiliki keterkaitan sejarah satu dengan lainnya. Jaringan pemasaran
Model I yang awal berlangsung baru disusul dengan pembentukan jaringan pemasaran Model
II. Jaringan pemasaran Model I berlaku untuk kalangan anggota kelompok intern mina tani
yang dapat bertransaksi secara gratis atau transaksi penjualan dengan harga lebih murah.
Sementara, pada jaringan pemasaran Model II melibatkan petani petambak baik dari kelompok
intern, anggota kelompok mina tani lain dan yang bukan anggota dari kelompok mina tani
manapun.
Petani miskin yang mengikuti kegiatan uji coba model pemberdayaan memiliki tingkat
penerimaan yang berbeda terhadap ragam informasi yang disampaikan terutama tentang
pengelolaan usaha mikro pakan ikan air tawar berprotein. Hasil uji coba model menunjukkan
telah terjadi perubahan perilaku petani miskin. Kawasan perilaku yang dievaluasi secara on
going pada kegiatan uji coba model meliputi: ranah pengetahuan (kognitif), ranah sikap mental
(afektif) dan ranah ketrampilan (psikomotorik).
Petani miskin di pedesaan ternyata memiliki kreativitas dalam menghasilkan produk
pakan ikan air tawar berprotein. Selama penelitian tahap kedua berlangsung, petani miskin
yang semula dianggap kurang produktif dan minim kreativitas pada akhirnya mampu
menghasilkan enam formula pakan yang menurut pengalaman mereka memiliki kadar protein
bertaraf lumayan. Rancang formula pakan yang dibuat dengan bahan organik limbah hasil
pertanian memiliki kandungan kadar protein yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan khusus
baik bagi pertumbuhan ikan air tawar: benih maupun anak ikan dan ikan dewasa.
45
Rancang kemasan pakan ikan air berprotenin yang didesain pada penelitian ini
menggunakan penandaan berbahasa Indonesia. Pakan ikan dikemas dalam wadah plastik
kedap air dan tertutup rapat sehingga mengurangi kemungkinan terpengaruhi atau
mempengaruhi kandungan isi. Jenis kemasan ini aman bagi penyimpanan, dan pengangkutan.
Pada rancang kemasan turut diperhatikan beberapa unsur yang menjadi daya tarik produk
Kunci utama untuk membuat sebuah desain kemasan yang baik adalah kemasan tersebut harus simple
(sederhana), memiliki fungsional dan menciptakan respons emosional positifyang secara tidak langsung menyampaikan
pesan informatif yang komunikatif. Desain rancang kemasan pakan harus dapat menarikperhatian secara
visual, emosional dan rasional. Desain rancang kemasan pakan yang baik memberikan sebuah nilai tambah
terhadap produk yangdikemasnya. Visualisasi kemasan penting diperhatikan mengingat penginderaan manusia
yang menentukan pengambilan keputusan hampir 80 persen bersumber dari indra penglihatan atau kasat mata
(visual). Pada rancang kemasan pakan perlu diutamakan memiliki daya komunikasi yang memberikan pesan
penampilan menarik dan merangsang keingintahuan. konsumen mengenai informasi bahan baku pakan dan kandungan protein.
sebagai pakan organik yang ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan . Pada desain kemasan terdapat dua jenis daya tarik yang
memerlukan ketelatenan yakni: daya tarik visual (estetika) dan daya tarik keberfungsian atau kepraktisan.
Dalam formulasi model yang telah direvisi terdapat kebutuhan managemen strategis
sederhana untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan usaha mikro pakan ikan air tawar
berprotein di pedesaan. Kemampuan petani dalam menerapkan manajemen strategis sederhana
tidak sama. Baru beberapa orang petani yang sudah trampil menggunakannya meski dalam
taraf percobaan. Dalam penyusunan formulasi model pemberdayaan pada penelitian tahap
kedua, keberlangsungan pembentukan rantai nilai usaha mikro pakan ikut dipertimbangkan
secara cermat.
Saran
Jaringan pemasaran pakan ikan air tawar yang berfungsi sebagai mediasi pemberdayaan
petani miskin di pedesaan ternyata perlu terus dikelola sesuai prinsip manajemen strategis
sederhana. Keberadaan hubungan relasional yang mempengaruhi transaksi penjualan pakan
jaringan pemasaran direduksi seminimal mungkin dengan cara penerapan prinsip kerjasama
bisnis komersil yang berorientasi pada perolehan sejumlah keuntungan.
Rancang pakan organik ikan air tawar dengan kadar protein terbaik masih perlu diuji
lebih spesifik pada penelitian tahap ketiga. Desain rancang kemasan pakan membutuhkan
46
keberlanjutan teknik pengelolaan yang intensif dan mengedepankan daya tarik baik dari sisi
visual maupun keberfungsian. Desain komunikasi grafis yang lebih efektif diperlukan untuk
meningkatkan mutu dan daya tarik kemasan pakan.
Model pemberdayaan yang dirumuskan masih bersifat tentatif. Oleh karenanya, orgen
dilakukan kajian yang lebih mendalam khususnya terhadap tata struktur dan isi agar layak
direkomendasikan.
47
DAFTAR PUSTAKA
Burt, Ronald. 1982. Toward a Structural Theory of Action. Networks Models of SocialStructure, Perception and Artion. Academic Press. New York.
Craigh James C., and Robert M., Grant. 1999. Strategic Management. Elex MediaKomputindo. Jakarta.
Dumasari dan Watemin. 2006. Pengembangan Model Pemberdayaan Wanita Tani Miskinmelalui Pengelolaan Teknologi Modifikasi Produk Limbah Industri Pertanian menjadi TourismSouvenur Goods Khas Pariwisata Banyumas. Hasil Penelitian Hibah Bersaing Tahun2006/2007. DP2M Dikti Depdiknas RI. Fakultas Pertanian. Universitas MuhammadiyahPurwokerto.
-----. Watemin. 2007. Kajian Gender tentang Trend Pergeseran Kerja dari Pertanian Ke NonPertanian dan Kontribusinya terhadap Eksistensi Rumahtangga Buruh Tani. Hasil penelitianDimuat pada Jurnal Siasat Volume 16 Nomor 2 Oktober 2007. Jurnal Nasional terakreditasi.ISSN 1410-1807. Universitas Islam Riau. Pekanbaru.
-----. Tri Naimah, Regawa Bayu Pamungkas dan Asep daud Kosasih. 2008. MekanismeCoping Strategies Rumahtangga Petani Miskin di Pedesaan dalam Mengatasi PermasalahanSosial Ekonomi Akibat Kenaikan Harga dan Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM).Laporan Hasil Penelitian pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada MasyarakatUniversitas Muhammadiyah Purwokerto. Purwokerto.
----- dan Dini Siswani Mulia. 2009. Problem Focus Coping Petani Petambak Ikan Air Tawarsebagai Solusi Atas Permasalahan Adopsi Teknologi Produksi Pertanian Berbiaya Tinggi.Hasil penelitian yang dipublikasikan melalui Jurnal Saintek Edisi Oktober 2009. LembagaPenelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Muhammadiyah Purwokerto. ISSN0852-1468. Purwokerto.Kusnadi. 2007. Jaminan SosialNelayan. Penerbit LKIS. Yogyakarta.
Lestari, Siti Nur Endah dan Suwarsito. 2006. Pengaruh Penggunaan Tepung Bulu Ayamsebagai Pengganti Tepung Ikan terhadap Pertumbuhan Ikan Tawes (Puntius javanicus). SainsAkuatik Jurnal Ilmu-ilmu Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UniversitasMuhammadiyah. ISSN No : 1410-9425. Volume 9 No. 2, November 2006. Purwokerto.
Masoed, Muhtar. 1994. Politik, Birokrasi dan Pembangunan. Penerbit Pustaka Pelajar.Yogyakarta.
Miles, M. B., and A. M., Huberman, 1991. Designing Qualitative Research. Mac Graw HillCompany. New York.
Monge, Peter R., 1987. The Network Level Analysis. Sage Publication. New York.
Mubyarto. 2002. Penanggulangan Kemiskinan di Jawa Tengah. Dimuat pada Jurnal EkonomiRakyat Th I Nomor 9 November 2002. Yogyakarta.
48
Saladin, H. Djaslim. 1996. Unsur-unsur Inti Pemasaran. Mandar Maju. Bandung
Santoso, Imam. 2007. Pengembangan Model Alternatif Penanganan Kerawanan PanganRumahtangga Petani Miskin di Pedesaan Tepian Hutan. Hasil penelitian dipublikasi padaJurnal Peksos Volume 5, Nomor 1, Juni 2007. Jurnal Nasional Terakreditasi. Sekolah TinggiKesejahteraan Sosial. Bandung.
Sudrajat, Ajat. 2006. Pola Nafkah Ganda: Strategi Coping Pekerja Sektor Informal dalamMengatasi Kemiskinan. Dimuat dalam Jurnal Peksos Volume 5 Nomor 1 Juni 2006. SekolahTinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung. Bandung.
Suwarsito. 2006. Pengaruh Pemberian Khitosan dari Limbah Pengolahan Udang, Kepiting,dan Rajungan terhadap Respon Imunitas Udang Windu (Penaeus monodon Fab.). Hasilpenelitian yang dipublikasikan melalui Jurnal Ilmiah Nasional Sains AkuatikJurnal Ilmu-ilmuPerairanFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.ISSN No: 1410-9425. Volume 9 No. 2, November 2006. Purwokerto.
-----. 2007. Pemanfaatan Bulu Ayam sebagai Sumber Protein Pakan Ikan Gurame(Osphronemus gouramy). Hasil penelitian yang dipublikasikan melalui Jurnal BiomathJurnalSains & Pendidikan MIPA-Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UniversitasMuhammadiyah Purwokerto. ISSN No: 1411-9277. Volume VIII No. 1, Maret 2007.Purwokerto.
Van den Ban, A. W., dan H. W Hawkins. 2003. Penyuluhan Pertanian. Penerbit Kanisius.Yogyakarta.
Winandi. 1993. Azas-Azas Marketing. Penerbit Mandar Maju. Bandung.
Wrihatnolo, Randy R., dan Riant Nugroho Dwidjowijoto. 2007. Manajemen Pemberdayaan.Elex Media Komputindo. Jakarta.
49
LAMPIRAN
50
PERATURAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PER. 02/MEN/2010
TENTANG
PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan produktivitas dan mutu usahaperikanan budidaya serta keamanan mutu hasil perikanan, perlu mengatur kembalipengadaan dan peredaran pakan ikan sebagaimana diatur dalam Keputusan MenteriKelautan dan Perikanan Nomor KEP.45/MEN/2004 tentang Pengadaan dan PeredaranPakan Ikan;
b. bahwa untuk itu perlu diatur dengan Peraturan Menteri;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan;
2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanansebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun2009;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor12 Tahun 2008;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang PembagianUrusan Pemerintahan, antara Pemerintah, Pemerintahan DaerahProvinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
5. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasidan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia,sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 50Tahun 2009;
6. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan danOrganisasi Kementerian Negara;
7. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009;
8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.07/MEN/2005tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kelautan danPerikanan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan MenteriKelautan dan Perikanan Nomor PER.04/MEN/2009;
9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.01/MEN/2007tentang Pengen
10.Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.02/MEN/2007tentang Monitoring Residu Obat, Bahan Kimia, Bahan Biologi danKontaminan Pada Pembudidayaan Ikan;
51
-2-
11.Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.24/MEN/2002tentang Tata Cara dan Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan;
12.Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.01/MEN/2007tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan PadaProses Produksi, Pengolahan dan Distribusi;
13.Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.02/MEN/2007tentang Cara Budidaya Ikan yang Baik;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANGPENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
1. Pengadaan pakan ikan adalah kegiatan penyediaan pakan ikan dan/atau bahan baku pakanikan yang dilakukan melalui produksi dalam negeri dan/atau impor;
2. Peredaran pakan ikan adalah kegiatan dalam rangka penyaluran dan penyerahan pakan, baikdalam rangka perdagangan atau bukan perdagangan;
3. Pakan ikan adalah bahan makanan tunggal atau campuran baik yang diolah maupun tidakyang diberikan pada ikan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang biak;
4. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya beradadi dalam lingkungan perairan;
5. Bahan baku pakan ikan adalah bahan-bahan baik nabati maupun hewani yang layakdipergunakan sebagai bahan baku pakan baik yang telah diolah maupun yang belumdiolah, vitamin dan mineral, serta bahan penunjang lain yang dipergunakan untukmelengkapi komposisi pakan ikan;
6. Pelengkap pakan (feed-supplement) adalah suatu zat yang secara alami sudah terkandungdalam pakan, tetapi jumlahnya perlu ditingkatkan dengan menambahkannya dalam pakan;
- 3 -
52
7. Imbuhan pakan (feed-additive) adalah suatu zat yang secara alami tidak terdapat dalampakan, yang tujuan pemakaiannya terutama sebagai pemacu pertumbuhan ikan;
8. Persyaratan mutu/teknis adalah kesesuaian terhadap persyaratan minimal seperti padaStandar Nasional Indonesia (SNI) yang telah ditetapkan atau persyaratan teknis yangditetapkan oleh Direktur Jenderal.
9. Sampel adalah contoh bahan baku pakan dan/atau pakan ikan yang diambil sewaktu-waktudari lokasi produsen/pabrik/perusahaan pakan dan/atau agen/distributor perusahaan pakandan/atau pembudidaya ikan untuk tujuan pengawasan mutu pakan;
10. Standar Nasional Indonesia (SNI) Pakan Ikan adalah standar mutu pakan ikan yangditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) yang berlaku secara nasional;
11. Sertifikat adalah Surat Keterangan Pendaftaran Pakan Ikan yang dikeluarkan oleh DirekturJenderal yang menyatakan bahwa pakan yang bersangkutan telah memenuhi syarat-syaratyang ditentukan dan layak edar;
12. Surat Keterangan Teknis adalah surat yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal atau pejabatyang ditunjuk yang menyatakan bahwa bahan baku pakan dan/atau pakan ikan yangdimpor telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan;
13. Label adalah tulisan atau simbol yang terdapat pada kemasan pakan yang memuatketerangan sesuai dengan ketentuan;
14. Menteri adalah Menteri Kelautan dan Perikanan;
15. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perikanan Budidaya;
16. Dinas adalah dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang perikanan;
17. Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal PerikananBudidaya;
18. Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi;
19. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi baik merupakanbadan hukum maupun bukan badan hukum.
BAB II
MAKSUD, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
Maksud ditetapkannya Peraturan Menteri ini sebagai pedoman bagi Pemerintah dan Setiaporang dalam pengadaan dan peredaran pakan ikan.
-4-
53
Pasal 3
Tujuan ditetapkannya Peraturan Menteri ini dalam rangka menjamin ketersediaan, keamanan,dan terpenuhinya standar mutu pakan ikan.
Pasal 4
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:
a. Pengadaan;
b. Pendaftaran;
c. Pengujian;
d. Penerbitan Sertifikat;
e. Peredaran pakan ikan; dan
f. Pembinaan, pengawasan, dan evaluasi.
BAB III
PENGADAAN
Pasal 5
(1) Pengadaan pakan ikan dilakukan melalui produksi di dalam negeri dan/atau impor.
(2) Pengadaan pakan ikan melalui produksi dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat dilakukan oleh Setiap orang.
(3) Pengadaan pakan ikan melalui impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapatdilakukan oleh korporasi yang berbadan hukum.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara produksi pakan ikan di dalam negerisebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
Pasal 6
Pakan ikan diproduksi dengan menggunakan bahan baku pakan ikan yang memenuhi standarjaminan mutu dan keamanan pangan sesuai dengan SNI pakan ikan.
Pasal 7
(1) Pengadaan pakan ikan melalui impor harus dilengkapi Surat Keterangan Teknis dariDirektur Jenderal.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara penerbitan Surat KeteranganTeknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
- 5 -
BAB IV
54
PENDAFTARAN PAKAN IKAN
Pasal 8
(1) Setiap orang yang mengadakan pakan ikan di wilayah Negara Republik Indonesia, wajibmendaftarkan kepada Direktorat Jenderal.
(2) Kewajiban pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi pakan ikanyang diadakan oleh orang perseorangan yang tidak diedarkan.
Pasal 9
Pendaftaran pakan ikan dilakukan dengan mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderaldengan dilengkapi persyaratan dan penjelasan mengenai hal-hal sebagai berikut:
a. Surat Keterangan atau Pengantar dari Dinas Provinsi setempat;
b. Fotokopi KTP bagi pemohon perorangan atau fotokopi KTP penanggung jawab korporasibagi pemohon korporasi;
c. Fotokopi akte pendirian perusahaan;
d. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);
e. Merek dan jenis pakan ikan;
f. Peruntukan pakan ikan;
g. Kandungan gizi dan persentasenya;
h. Bahan baku pakan, pelengkap pakan (feed-supplement), dan imbuhan pakan (feed-additive)yang digunakan.
Pasal 10
Permohonan pendaftaran bagi pakan ikan yang berasal dari luar negeri, selain memenuhipersyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, wajib dilengkapi dengan:
a. Surat keterangan/publikasi dari pemerintah negara asal yang menyatakan bahwa pakan ikantersebut sudah dan masih diperdagangkan di negara asal;
b. Certificate of analysis dari lembaga pemerintah/swasta yang berkompeten di negara asal;
c. Surat penunjukan dari perusahaan produsen kepada importir dan/atau distributor; dan
d. Surat keterangan dari pemerintah atau lembaga independen di luar negeri yang menyatakanbahwa pakan ikan tersebut mempunyai dampak positif terhadap pertumbuhan atau dapatmeningkatkan pertumbuhan ikan secara optimal serta tidak membahayakan kesehatanmanusia dan lingkungan.
- 6 -
55
Pasal 11
(1) Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuk selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerjasejak menerima permohonan pendaftaran pakan ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal9, harus menerbitkan surat pemberitahuan kepada pemohon.
(2) Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. Persetujuan, apabila dokumen persyaratan lengkap dan sah sesuai dengan peraturanperundang-undangan;
b. Penangguhan, apabila dokumen persyaratan tidak lengkap dan/atau tidak sah sesuaidengan peraturan perundang-undangan;
c. Penolakan, apabila pakan ikan mengandung zat antibiotika dan/atau zat aktif lain yangdilarang, atau tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 12
(1) Apabila permohonan ditangguhkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf b,Pemohon selambat lambatnya 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak diterimanyapemberitahuan wajib melengkapi kekurangan persyaratan yang diperlukan.
(2) Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuk selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerjaterhitung sejak persyaratan dilengkapi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusmenerbitkan surat pemberitahuan kepada pemohon mengenai diterima atau ditolaknyapermohonan.
(3) Apabila permohonan ditolak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf c, suratpemberitahuan disampaikan kepada pemohon dengan disertai alasan penolakan.
BAB V
PENGUJIAN
Pasal 13
(1) Permohonan pendaftaran pakan ikan yang telah mendapatkan Surat Persetujuan selanjutnyadilakukan pengujian mutu pakan ikan.
(2) Pengujian mutu pakan ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melaluipengujian laboratorium dan pengujian lapang.
(3) Pengujian lapang dikecualikan bagi pakan ikan yang telah ditetapkan SNI.
(4) Pengujian mutu pakan ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkanketentuan pengujian yang sesuai dengan metoda uji yang berlaku dan memenuhi kaidahkeilmuan.
- 7
56
Pasal 14
Permohonan pengujian laboratorium sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) diajukansecara tertulis oleh pemohon kepada laboratorium yang terakreditasi dengan