BAB I BAB I BAB I BAB I BAB I BAB I BAB I BAB I

7
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Sebagai penyelenggara pembangunan kesehatan, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan per orangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. (1,2,3,4) Pada saat ini Puskesmas telah didirikan hampir di seluruh pelosok tanah air. Untuk menjangkau wilayah kerjanya puskesmas diperkuat dengan puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat inap. (1) Sekalipun telah banyak keberhasilan yang dicapai oleh puskesmas dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, namun dalam pelaksanaanya masih banyak terjadi masalah-masalah yang dapat menghambat puskesmas berfungsi maksimal. Masalah-masalah tersebut dapat mempengaruhi pemanfaatan puskesmas yang pada ujungnya berpengaruh pada status kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Hal ini terlihat antara lain pada tingkat pemanfaatan pelayanan KB di rumah sakit pemerintah 1

description

BAB I BAB I BAB I BAB I BAB I BAB I BAB I BAB I BAB I

Transcript of BAB I BAB I BAB I BAB I BAB I BAB I BAB I BAB I

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakangPuskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Sebagai penyelenggara pembangunan kesehatan, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan per orangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama.(1,2,3,4)Pada saat ini Puskesmas telah didirikan hampir di seluruh pelosok tanah air. Untuk menjangkau wilayah kerjanya puskesmas diperkuat dengan puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat inap.(1)Sekalipun telah banyak keberhasilan yang dicapai oleh puskesmas dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, namun dalam pelaksanaanya masih banyak terjadi masalah-masalah yang dapat menghambat puskesmas berfungsi maksimal. Masalah-masalah tersebut dapat mempengaruhi pemanfaatan puskesmas yang pada ujungnya berpengaruh pada status kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Hal ini terlihat antara lain pada tingkat pemanfaatan pelayanan KB di rumah sakit pemerintah sebesar 3,2%, pemanfaatan puskesmas 12%, pemanfaatan pustu 4,5%, poskesdes atau polindes 1,5%. Pencapaian terhadap target indikator SPM yang mengikuti MDGs antara lain cakupan terhadap kunjungan ibu hamil K4 sebesar 61,3% sementara target SPM 95%, cakupan peserta KB aktif 53,9% sementar target SPM 70%, cakupan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan 82,3% sementara target nasional 90% dan cakupan kunjungan neonatus 60,6% sementara target SPM 90%.(1,3)Rendahnya pemanfaatan fasilitas kesehatan baik milik pemerintah maupun swasta antara lain karena inefisiensi dan buruknya kualitas dalam sektor kesehatan, buruknya kualitas infrastruktur dan banyaknya pusat kesehatan yang tidak memiliki perlengkapan yang memadai, jumlah dokter yang tidak memadai di daerah terpencil dan tingginya ketidakhadiran dokter di puskesmas, serta kurangnya pendidikan tenaga kerja kesehatan. Faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah pendapatan yang meningkat, pengetahuan yang lebih baik akan pilihan pelayanan kesehatan dan meningkatnya ekspektasi terhadap standar pelayanan.(1,3)Untuk mengantisipasi hal itu, sebaiknya puskesmas mampu meningkatkan kualitas pelayanan profesi (quality of care) dan kualitas pelayanan manajemen (quality of service) karena mutu pelayanan yang baik akan memberikan kepuasan kepada pelanggan dan pelanggan akan memanfaatkan ulang dan merekomendasikan pelayanan kesehatan tersebut kepada orang lain.(1,3)Beberapa pandangan yang berkembang di masyarakat terkait rendahnya jumlah kunjungan masyarakat ke puskesmas ialah buruknya citra pelayanan di puskesmas, di antaranya pegawai puskesmas yang tidak disiplin, kurang ramah, kurang profesional, pengobatan yang tidak manjur, fasilitas gedung maupun peralatan medis dan non medis kurang memadai di mana masyarakat harus dirujuk untuk melanjutkan pengobatan atau pemeriksaan yang sebenarnya masih dapat dilakukan di puskesmas, atau untuk membeli obat-obatan yang tidak tersedia di puskesmas padahal kondisi geografis di beberapa tempat tidak mendukung akibat jauhnya jarak tempuh, tidak ada transportasi, jam buka puskesmas yang terbatas dan lain-lain. Di samping itu petugas kesehatan juga melakukan praktik swasta di luar jam kerja puskesmas yang memungkinkan persaingan terselubung dengan puskesmas, yang berpengaruh terhadap angka kunjungan ke puskesmas.(1)Dalam hal manajemen, puskesmas juga dinilai belum cukup mampumelaksanakan fungsinya dengan baik. Kepala puskesmas yang pada umumnya dipimpin oleh dokter, cenderung lebih berorientasi kepada pelayanan kesehatan kuratif. Sistem informasi puskesmas belum mampu menunjang proses perencanaan strategis puskesmas, misalnya dalam hal kebutuhan jumlah dan latar belakang pendidikan sumber daya manusianya, program-program kesehatan masyarakat yang perlu dikembangkan sesuai kebutuhan wilayahnya dan dengan fungsi promotif dan preventif puskesmas yang semakin terabaikan dibandingkan dengan fungsi kuratifnya. Kemampuan pimpinan puskesmas dalam melakukan advokasi terhadap lintas sektor di tingkat kecamatan maupun di tingkat kabupaten juga masih sangat kurang, sehingga pembangunan berwawasan kesehatan masih disikapi secara pasif oleh sektor di luar kesehatan karena adanya anggapan bahwa masalah pembangunan berwawasan kesehatan hanya tugas sektor kesehatan.(1)Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003, Standar Pelayanan Minimal Kesehatan (SPM) merupakan tolak ukur kinerja pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di daerah. Oleh karena itu keberhasilan kinerja pelayanan kesehatan diukur dengan mengacu kepada Indikator Kinerja SPM 2010 yang disesuaikan dengan Indikator MDGs.(1)Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948,disepakati antara lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah suatu hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat ekonominya. Situasi derajat kesehatan masyarakat yang ada di dalamnya dicerminkan dengan tingkat kesakitan di suatu negara.(7)Oleh karena itu, peneliti memandang perlu untuk mengadakan penelitian mengenai karakteristik pasien-pasien yang rawat jalan di Puskesmas Kota Pangkajene. Dengan ini, diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk masyarakat serta acuan bagi tenaga medis dan pemerintah Kabupaten Pangkep dalam penyusunan program kesehatan selanjutnya.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: Karakteristik Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Kota Pangkajene Kabupaten Pangkep Periode Januari - Desember 2014.

C. Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumUntuk memperoleh informasi mengenai karakteristik pasien yang rawat jalan di Puskesmas Kota Pangkajene Kabupaten Pangkep Periode Januari - Desember 2014.

2. Tujuan Khususa. Untuk mengetahui distribusi pasien rawat jalan berdasarkan jenis penyakit.b. Untuk mengetahui distribusi pasien rawat jalan berdasarkan jenis kelamin.c. Untuk mengetahui distribusi pasien rawat jalan berdasarkan umur.d. Untuk mengetahui distribusi pasien rawat jalan berdasarkan waktu berobat.

D. Manfaat Penelitian1. Manfaat PraktisManfaat praktis penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi para praktisi kesehatan mengenai distribusi dan karakteristik dari pasien rawat jalan di puskesmas sehingga dapat membantu dalam mendiagnosis pasien dan dalam melakukan tindakan preventif.2. Manfaat Teoritisa. Sebagai bahan masukan bagi instansi yang berwenang untuk digunakan sebagai dasar pertimbangan mengambil kebijakan-kebijakan kesehatan dalam menanggulangi penyakit, khususnya masalah penyakit di pusekesmas.b. Dapat menjadi informasi ilmiah dalam rangka memperkaya khasanah keilmuan terutama dalam bidang kesehatan dan menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya.c. Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam rangka menambah wawasan pengetahuan serta pengembangan diri khususnya dalam bidang penelitian.1

2

3