BAB I 7-5-15

47
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makna sambungan yang dipahami dalam bidang pemesinan, tidak jauh berbeda dengan apa yang kita jumpai dalam kehidupan sehari- hari, yaitu menghubungkan antara satu benda dengan lainnya. Sebagaimana yang diketahui, manusia tidak dapat memproduksi sesuatu dalam sekali kerja. Hal ini tidak lain karena keterbatasan manusia dalam menjalani prosesnya. Makanya benda yang dibuat manusia umumnya terdiri dari berbagai komponen, yang dibuat melalui proses pengerjaan dan perlakuan yang berbeda. Sehingga untuk dapat merangkainya menjadi sebuah benda utuh, dibutuhkanlah elemen penyambung. Menilik fungsinya, elemen penyambung sudah pasti akan ikut mengalami pembebanan saat benda yang dirangkainya dikenai beban. Ukurannya yang lebih kecil dari elemen yang disambung mengakibatkan beban terkonsentrasi padanya. Efek konsentrasi beban inilah yang harus diantisipasi saat merancang sambungan, karena sudah tentu akan bersifat merusak. adapun Teknik penyambungan logam terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu :

Transcript of BAB I 7-5-15

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMakna sambungan yang dipahami dalam bidang pemesinan, tidak jauh berbeda dengan apa yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, yaitu menghubungkan antara satu benda dengan lainnya. Sebagaimana yang diketahui, manusia tidak dapat memproduksi sesuatu dalam sekali kerja. Hal ini tidak lain karena keterbatasan manusia dalam menjalani prosesnya. Makanya benda yang dibuat manusia umumnya terdiri dari berbagai komponen, yang dibuat melalui proses pengerjaan dan perlakuan yang berbeda. Sehingga untuk dapat merangkainya menjadi sebuah benda utuh, dibutuhkanlah elemen penyambung. Menilik fungsinya, elemen penyambung sudah pasti akan ikut mengalami pembebanan saat benda yang dirangkainya dikenai beban. Ukurannya yang lebih kecil dari elemen yang disambung mengakibatkan beban terkonsentrasi padanya. Efek konsentrasi beban inilah yang harus diantisipasi saat merancang sambungan, karena sudah tentu akan bersifat merusak. adapun Teknik penyambungan logam terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu : 1.Penyambungan sementara (temporary joint), yaitu teknik penyambunganlogam yang dapat dilepas kembali seperti Sambungan mur-baut / ulir ( screwed joint ) dan sambungan pasak (keys joint)2. Penyambungan tetap (permanen joint), yaitu teknik penyambungan logam dengan cara mengubah struktur logam yang akan disambung dengan penambahan logam pengisi seperti Sambungan paku keling (rivet joint) dan sambungan las (welded joint)Pengelasan (WELDING) menurut Deutche Industrie Normen (DIN) dalam Harsono dkk(1991:1), mendefinisikan bahwa las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair lebih tepat ditujukan untuk merakit (assembly) beberapa komponen menjadi suatu bentuk mesin. Komponen yang dirakit mungkin saja berasal dari produk hasil pengecoran, pembentukan atau pemesinan, baik dari logam yang sama maupun berbeda-beda.Salah satu jenis pengelasan yang dipakai adalah pengelasan antar pipa, yang sering digunakan pada bidang perkapalan, offshorestructure, konstruksi jembatan, pressure vessel, boiler serta berbagai macam pipa saluran dan sistem perpipaan lainnya oleh sebab itu pemilihan sifat mampu las (Weldability) yang baik akan memberikan kemudahan pengelasan untuk menghasilkan logam las yang baik tanpa mengalami penurunan sifat-sifat yang dimilikinya secara berlebihan seperti kekuatan,ketangguhan dan kekerasan material.Pada sistem perpipaan yang bekerja pada temperatur dan tekanan yang tinggi seringkali diperlukan penyambungan pipa-pipa yang mempunyai perbedaan material propertis dan sifat fisiknya maka sudah tentu salah satu masalah yang sangat penting adalah Kualitas sambungan las yang selalu dikaitkan dengan terjadinya perubahan struktur mikro, sifat fisik dan mekanis dari bahan yang dilas.Dalam hal ini untuk mengetahui kualitas sambungan las yang dihasilkan perlulah diadakannya pengujian tidak merusak (Non Destructive Test) dan pengujian dengan cara merusak (Destructive Test).Untuk pengujian tidak merusak (Non Destructive Test) dapat digunakan seperti pengujian Liquid Penetrant untuk mengetahui cacat permukan suatu material tanpa harus merusak material tersebut.Pengujian Metalografi untuk untuk melakuakan pengamatan mikroskop dari baja yang mengalami proses perlakuan panas, sehingga dapat diketahui struktur mikro dari logam tersebut. Dan sedangkan Pengujian hydrostatic test merupakan pengujian bahan dengan merusak bahan yang diuji untuk mendapatkan hasil uji tersebut Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini mengambil judul: Pengaruh Pengelasan Beda Material Pada Pipa Hot Water

1.2. Identifikasi MasalahPada penulisan tugas akhir ini yang menjadi pokok permasalahan adalah Selama pengelasan logam las dan logam induk mengalami siklus termal berupa pemanas dan pendinginan yang dapat menimbulkan perubahan metalurgi seperti terjadinya perubahan struktur mikro,sifat fisik dan mekanis pada material oleh sebab itu di perlukan pengujian pengujian tidak merusak (Non Destructive Test) dan pengujian dengan cara merusak (Destructive Test) Metalografi test Liquid Penetran test Hydrostatic test1.3. Perumusan Masalah Proses pengelasan digunakan untuk penyambungan bahan, sehingga diharapkan untuk mendapatkan hasil pengelasan yang baik dan maksimal. Pengetahuan dari jenis pengelasan, cara pengelasan, jenis sambungan dan elektroda yang digunakan akan menentukan hasil dari pengelasan, dimana hal-hal tersebut penentuannya didasarkan oleh material atau logam yang akan dilas. Berdasar uraian tersebut, hasil pengelasa dapat dilakukan pengujian, adapun pengujian yang dilakukan adalah pengujian dengan uji tidak merusak (non destructive test) dan pengujian dengan merusak (destructive tes) Metalografi test Liquid Penetran test Hydrostatic test

1.4. Batasan Masalah Mengingat sangat kompleknya penelitian dalam pengelasan, maka dalam penelitian ini membatasi permasalahan agar pembahasannya dapat lebih terfokus. Adapun batasan-batasan masalahnya adalah sebagai berikut:1. Material logam yang digunakan adalah pipa baja ss 304 dan pipa baja galvanis. 2. Elektroda yang digunakan adalah jenis ER 316 ASTM (American Society for Testing Material) yang didasarkan pada standar asosiasi las Amerika Serikat AWS (American Welding Society).3. Proses pengelasan yang digunakan adalah las dengan pengelasn dengan memakai busur nyala dengan tungsten/elektroda yang terbuat dari wolfram GTAW (Gas Tungsten Arch Welding)4. Jenis kampuh untuk spesimen lasnnya adalah V tunggal.5. Pengujian yang dilakukan: Pengujian Metalografy Pengujian Liquid Penetrant Pengujian Hydrotest1.5. Tujuan Penelitian Mengetahui apakah terdapat cacat las dan menurunnya kekuatan las tehadap material pipa beda jenis setelah dilakukannya pengujian dapat diketahui faktor-faktor penyebab menurunnya kekuatan material pada sambungan las pipa galvanis dan pipa stainless..

1.6 Manfaat PenelitianDengan penelitian ini penulis dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan yang telah dipelajari sehingga dapat mengetahui secara teknis tentang pengelasan baja.Dan dapat memberikan hasil penelitian yang telah dilakukan, yang diharapkan akan dapat menambah pengetahuan ilmu logam dan berguna sebagai referensi penelitian selanjutnya, khususnya pengelasan terhadap perbedaan material.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Baja Secara UmumBaja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan beberapa elemen lainnya, termasuk karbon. Kandungan unsur karbon dalam baja berkisar antara 0,2% hingga 2,1% berat sesuai grade-nya. Elemen berikut ini selalu ada dalam baja diantaranya, karbon, mangan, fosfor, sulfur, silicon dan sebagian kecil oksigen, nitrogen serta aluminium. Selain itu, ada elemen lain yang ditambahkan untuk membedakan karakteristik antara beberapa jenis baja diantaranya, mangan, nikel, krom, molybdenum, boron, titanium, vanadium dan niobium. Dengan memvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis kualitas baja bisa didapatkan (Wikipedia).

2.1.1 Klasifikasi Baja A. Menurut komposisi kimianya Baja karbon (carbon steel) adalah paduan antara besi dan karbon dengan sedikit Si, Mn, P, S dan Cu. Sifat baja karbon sangat tergantung pada kadar karbon, karena itu baja ini dikelompokkan berdasarkan kadar karbonnya. Baja karbon rendah dibagi menjadi tiga, yaitu :1) Baja karbon rendah (low carbon steel) adalah baja dengan kadar karbon kurang dari 0,30%. Sifatnya mudah ditempa dan mudah di mesin. Penggunaan baja karbon rendah berdasarkan kandungan karbonnya, diantaranya : 0,05 % 0,20 % C : automobile bodies, buildings, pipes, chains, rivets, screws, nails. 0,20 % 0,30 % C : gears, shafts, bolts, forgings, bridges, buildings.2) Baja karbon menengah (medium carbon steel) adalah baja dengan kadar karbon antara 0,30% sampai0,50%. Karakteristik baja karbon menengah yaitu, kekuatan lebih tinggi daripada baja karbon rendah. Sifatnya sulit untuk dibengkokkan, dilas, ataupun dipotong. Penggunaan baja karbon menengah berdasarkan kandungan karbonnya, diantaranya: 0,30 % 0,40 % C : connecting rods, crank pins, axles. 0,40 % 0,50 % C : car axles, crankshafts, rails, boilers, auger bits, screwdrivers, hammers dan sledges.

3) Baja karbon tinggi (high carbon steel) adalah baja dengan kadar karbon antara 0,45% sampai 1,70%. Sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong. Penggunaan baja karbon tinggi, diantaranya : screw drivers, blacksmiths hummers, tables knives, screws, hammers, vise jaws, knives, drills. tools for turning brass and wood, reamers, tools for turning hard metals, saws for cutting steel, wire drawing dies, fine cutters.

Tabel 2.1 Klasifikasi Baja Karbon1JenisKelasKadar karbon (%)Kekuatan luluh (kg/mm2)Kekuatan tarik (kg/mm2)Perpanjangan (%)Kekerasan BrinellPenggunaan

Baja karbon rendahBaja lunak khusus0.0818 - 2832 3640 3095 - 100pelat tipis

Baja sangat lunak0.08 - 0,1220 - 2936 4240 3080 - 120batang, kawat

Baja lunak0.12 - 0.2022 - 3038 4836 24100 - 130konstruksi umum

Baja setengah lunak0.20 - 0.3024 - 3644 5532 22112 - 145

Baja karbon sedangBaja setengah keras0.30 - 0.4030 - 4050 6030 17140 - 170alat-alat mesin

Baja karbon tinggiBaja keras0.04 - 0.5034 - 4658 7026 14160 - 200Perkakas

Baja sangat keras0.50 - 0.8036 - 4765 10020 11180 - 235rel, pegas dan kawat piano

Baja paduan (alloy steel)Baja paduan yang diklasifikasikan menurut kadar karbonnya dibagi menjadi tiga, yaitu :1) Baja paduan rendah (Low alloy steel), jika elemen paduannya 2,5 %2) Baja paduan menengah (Medium alloy steel), jika elemen paduannya 2,5 10 %3) Baja paduan tinggi (High alloy steel), jika elemen paduannya > 10 %Selain itu baja paduan dibagi menjadi dua golongan, diantaranya : Baja Paduan Khusus (special alloy steel)Baja jenis ini mengandung satu atau lebih logam-logam seperti nikel, chromium, manganese, molybdenum, tungsten dan vanadium. Dengan menambahkan logam tersebut ke dalam baja maka baja paduan tersebut akan merubah sifat-sifat mekanik dan kimianya seperti menjadi lebih keras, kuat dan ulet bila dibandingkan terhadap baja karbon (carbon steel). High Speed Steel (HSS)Kandungan karbon : 0,70 % 1,50 %. Penggunaan membuat alat-alat potong seperti drills, reamers, countersinks, lathe tool bits dan milling cutters. Disebut High Speed Steel karena alat potong yang dibuat dengan material tersebut dapat dioperasikan dua kali lebih cepat dibanding dengan carbon steel. Sedangkan harga dari HSS besarnya dua sampai empat kali daripada carbon steel.

Baja Paduan dengan Sifat KhususBaja paduan dengan sifat khusus dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :1) Baja Tahan Karat (Stainless Steel), termasuk dalam baja paduan tinggi yang tahan terhadap korosi, suhu tinggi dan suhu rendah.

2) High Strength Low Alloy Steel (HSLS)Sifat dari HSLA, diantaranya : memiliki tensile strength yang tinggi, anti bocor, tahan terhadap abrasi, mudah dibentuk, tahan terhadap korosi, ulet, sifat mampu mesin yang baik dan sifat mampu las yang tinggi (weldability). Untuk mendapatkan sifat-sifat di atas maka baja ini diproses secara khusus dengan menambahkan unsur-unsur seperti: tembaga (Cu), nikel (Ni), Chromium (Cr), Molybdenum (Mo), Vanadium (Va) dan Columbium.

B. Menurut penggunaannya Baja struktur, dibagi menjadi dua, yaitu :1) Baja konstruksi adalah baja lunak yang umum digunakan dalam konstruksi bangunan. Sifat-sifat mekanisnya bagus, mudah dilas dan dibubut, termasuk ke dalam baja karbon rendah.2) Baja engineering adalah suatu bentuk baja yang khusus direncanakan atau didesain untuk pembuatan bagian-bagian permesinan pabrik (komponen perindustrian). Termasuk ke dalam baja jenis ini, yaitu baja karbon, baja paduan, baja berkualitas tinggi serta berkualitas sedang.

Baja peralatan (Tool steel) adalah baja yang digunakan untuk pembuatan alat-alat potong, scrap, bor (drill), gergaji, dan lainnya. Yang termasuk ke dalam baja ini adalah baja karbon tinggi, baja berkualitas sedang ataupun tinggi.

C. Menurut cara pembuatan Baja dengan mutu dipertinggi, dibuat dalam dapur pengolahan Bessemer Converter, Open Hearth Furnace (OHF), atau Thomas Converter. Kadar karbon tinggal 0,06% sampai 0,65%, tetapi masih mengandung unsur merugikan , yaitu fosfor 0,05% - 0,08% dan sulfur 0,055%. Baja berkualitas, dibuat dalam dapur terbuka (CHF) dengan pengawasan ketat dan teliti, terutama dalam cara penuangan, susunan kimiawi dan adanya non logam terkandung. Baja berkualitas tinggi, dibuat dalam Electric Arc Furnace atau juga di Acid atau Basic (OHF). Pengaturan komposisi jauh lebih baik, dan sedikit sekali mengandung unsur-unsur yang merugikan (fosfor dan sulfur), juga non logam yang dikandungnya sangat rendah. Dalam pencetakan berukuran kecil-kecil.

2.1.2 Baja Tahan Karat

2.1.2.1 Stainless SteelBaja tahan karat (stainless steel) adalah senyawa besi yang mengandung setidaknya 10,5% kromium untuk mencegah proses korosi (pengkaratan logam). Kemampuan tahan karat diperoleh dari terbentuknya lapisan film oksida kromium, di mana lapisan oksida ini menghalangi proses oksida besi (Wikipedia).

2.1.2.2 Karakteristik Baja Stainless Steel A. Sifat Fisik Beberapa sifat fisik penting dari baja tahan karat stainless steel, diantaranya : Merupakan zat keras dan kuat. Bukan konduktor yang baik (panas dan listrik). Memiliki kekuatan ulet tinggi. Memiliki permeabilitas magnetis. Tahan terhadap korosi. Tidak bisa teroksidasi dengan mudah. Dapat mempertahankan ujung tombak untuk suatu jangka waktu yang panjang. Pada suhu yang sangat tinggi mampu mempertahankan kekuatan dan tahanan terhadap oksidasi dan korosi.

B. Sifat KimiaSifat kimia dan struktur baja stainless ditingkatkan menggunakan paduan lainnya. Titanium, Vanadium dan Tembaga adalah paduan yang membuat stainless steel lebih cocok untuk keperluan tertentu. Tidak hanya logam, tetapi juga non-logam seperti Nitrogen, Karbon dan Silikon yang digunakan untuk membuat stainless steel. Sifat kimia bertanggung jawab atas ketahanan korosi dan struktur mekanik dari baja stainless yang penting untuk memilih nilai sempurna untuk aplikasi yang diperlukan. Baja stainless memiliki properti dasar perlawanan-korosi. Faktor-faktor yang mempengaruhi properti ini adalah komposisi kimia dari media korosif, komposisi kimia logam yang digunakan, variasi suhu dan kandungan oksigen dan aerasi medium. Dengan demikian, variasi-variasi kecil dalam komposisi kimia dapat digunakan untuk membuat berbagai stainless steel.

2.1.2.3 Keuntungan Baja Stainless SteelDi bawah ini merupakan keuntungan baja tahan karat, diantaranya :1) Daya Tahan KorosiSemua baja tahan karat mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap korosi. Angka-angka logam campuran yang rendah menahan korosi pada kondisi-kondisi ruang hampa, angka-angka campuran logam yang tinggi dapat menahan korosi pada kebanyakan asam, larutan alkalin, dan lingkungan-lingkungan yang menghasilkan klorida , bahkan pada suhu dan tekanan yang dinaikkan.2) Daya Tahan Suhu Rendah dan TinggiBeberapa angka akan menahan penskalaan dan pengaturan daya yang tinggi pada suhu-suhu yang sangat tinggi, sementara yang lain menunjukkan pengecualian kekerasan pada suhu-suhu cryogenic.3) Kesenangan Pembuatan (Ease of Fabrication)Mayoritas baja tahan karat dapat dipotong, dilas, dibentuk, dimesinkan, dan dibuat dengan mudah.4) DayaSifat-sifat kekerasan yang dibentuk profil logam dengan temperatur indin dari kebanyakan baja-baja stainless dapat digunakan dalam merancang mengurangi ketebalan bahan dan mengurangi berat dan beaya. Baja tahan karat mungkin diperlakukan panas untuk membuat komponen-komponen daya yang sangat tinggi.5) Pertimbangan EstetikaBajatahan karat tersedia pada kebanyakan lapisan-lapisan penutup permukaan. Baja tahan karat ini diatur dengan mudah dan sederhana menghasilkan kualitas yang tinggi, penampilannnya menyenangkan.6) Sifat-sifat HigienisKemampuan membersihkan dari baja tahan karat menjadikan pilihan utama di rumah sakit- rumah sakit, dapur- dapur, fasilitas proses farmasi dan makanan.7) Karakteristik Jalan KehidupanBaja tahan karat adalah sebuah bahan yang pemeliharaannya rendah dan tahan lama dan sering merupakan pilihan paling sedikit mahal dalam perbandingan biaya jalan kehidupan.

2.1.2.4 Klasifikasi Baja Tahan Karat2Jenis baja tahan karat yang umum adalah (Porter and Easterling, 1981) :1) Austenitik : 16-26% Cr; 6-22% Ni, terlihat pada Gambar 2.12) Feritik : 10,5-30% Cr, dengan kadar C yang rendah, dapat dilihat pada Gambar 2.2 3) Martensitik : 12-18% Cr dengan 0,12-1,2% C.4) Dupleks : 23-30% Cr dengan 2,5-7% Ni, terlihat pada Gambar 2.35) Precipitation hardening: 10-18% Cr, 4-25% Ni dengan 0,02-0,30% C.

Gambar 2.1 Bagian dari Diagram Terner Cr-Ni-Fe (Austenitik)

Gambar 2.2 Diagram Kesetimbangan Fe-Cr (Ferritik)

Gambar 2.3 Bagian Diagram Terner Fe-Cr-Ni untuk 63,5%Fe (Dupleks)

Klasifikasi baja tahan karat juga dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini :Tabel 2.2 Klasifkasi Baja Tahan Karat1KlasifikasiSifat Mampu KerasSifat Tahan KorosiSifat Mampu TempaSifat Mampu LasKemagnitan

Baja tahan karat martensitmengeras sendirikurang baikkurang baiktidak baikMagnit

Baja tahan karat ferittidak dapat dikeraskanbaikBaikkurang baikMagnit

Baja tahan karat austenitetidak dapat dikeraskanbaik sekalibaik sekalibaik sekalibukan magnit

2.2 Baja Tahan Karat GalvanisBaja galvanis adalah baja lapis seng (Zn) yang mengandung bahan seng dengan tingkat kemurnian tinggi (99,7%) ditambah dengan sejumlah timah hitam dan aluminium dalam jumlah tertentu diproses dengan kondisi bebas oksidasi sehingga menghasilkan baja lapis seng dengan kualitas yang handal (Priyotomo, 2008). Lapisan galvanis dibentuk oleh reaksi antara baja dengan seng pada temperatur galvanis,metalurgi baja dan kondisi permukaan akan mempengaruhi ketebalan hasil galvanis. Baja galvanis memiliki sifat yang dapat memperbaiki goresan kecil, baja terekspos ke udara luar akan ditutup kembali oleh seng. Hal ini terjadi karenaseng di sekitarnya akan terserap dan mengendap pada baja tersebut mengganti apa yang sebelum-nya hilang karena goresan (Gusriandra, 2008).

Karakteristik Baja galvanisA. Sifat Fisik Beberapa sifat fisik penting dari baja tahan karat galvanis, diantaranya : Merupakan zat keras dan kuat. Bukan konduktor yang baik (panas dan listrik). Memiliki kekuatan ulet tinggi. Memiliki permeabilitas magnetis. Tahan terhadap korosi. Tidak bisa teroksidasi dengan mudah. Abrasi dan ketahanan (lapisan zinc alloy jauh lebih kuat dibandingkan baja pada umumnya) Pada suhu yang sangat tinggi mampu mempertahankan kekuatan dan tahanan terhadap oksidasi dan korosi. Envelope Protection (seluruh bagian dicelupkan ke dalam wadah yang berisikan cairan zinc untuk melapisi bagian dalam dan luar)

B. Sifat kimiaSifat kimia dan struktur baja galvanis ditingkatkan oleh Silikon atau phospor yang terkandung pada baja keduanya dapat mempengaruhi struktur, penampilandan sifat sifat dari lapisan galvenis secara signifikan. Pada kasus-kasus yang sangat ekstrim lapisan tersebut bisa menjadi sangat tebal, rapuh dan gampang rusak.

a. SilikonTingkat kandungan silikon tertentu akan menghasilkan lapisan yang sangat tebal. Lapisan yang sangat tebal ini merupakan hasil dari meningkatnya reaktivitas antara baja degan zinc cair, dan pembentukan lapisan zinc-iron yang cepat pada permukaan baja. Paduan percepatan pertumbuhan dari ketebalan galvanis terjadi pada saat kandungan silikon berada di antara 0.04 sampai 0.14%. Tingkat pertumbuhan akan berkurang pada saan kandungan silikon antara 0.15 dan 0.22%, dan naik dengan bertambahnya kandungan silikon di atas 0.22%.

b. PhosporKandungan phospor di atas ambang batas pada 0.05% akan menyebabkan peningkatan reaktivitas antara baja dengan zinc cair serta pembentukan lapisan yang cepat. Pada saat berkombinasi dengan silikon, phospor dapat menimbulkan efek yang tidak proporsional dan mengakibatkan ketebalan yang sangat berlebihan pada lapisan galvanis.Kelayakan baja silikon/phospor untuk digalvanis.Lapisan galvanis pada baja silikon biasanya berwarna abu-abu kusam atau pucat dengan permukaan agak kasar dan mungkin saja rapuh. Daya tahan lapisan galvanis berbanding lurus dengan ketebalan lapisan galvanis, semakin tebal lapisan galvanis maka semakin bagus daya tahan lapisan galvanis tersebut dan tidak dipengaruhi oleh penampilannya. Secara umum, ketebalan, daya lekat dan penampilan dari lapisan galvanis pada baja silikon dan phospor adalah di luar kendali para galvanizer.

2.3.1.6 Aplikasia. Konstruksi jembatan.b. Konstruksi atap rumah.c. Permbuatan pipa.d. Furniture.e. Tangki gas dan minyak.2.4 Pengelasan (Welding)Definisi pengelasan (WELDING) menurut Deutche Industrie Normen (DIN) dalam Harsono dkk(1991:1), mendefinisikan bahwa las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair 2.4.1 Pengertian PengelasanPengelasan adalah proses penyambungan logam atau non logam yang dilakukan dengan memanaskan material yang akan disambung hingga temperatur las yang dilakukan secara dengan atau tanpa menggunakan tekanan (pressure), hanya dengan tekanan (pressure), atau dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi (American Welding Society, 1989).Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua atau lebih material dalam keadaan plastis atau cair dengan menggunakan panas (heat) atau dengan tekanan (pressure) atau keduanya. Logam pengisi (filler metal) dengan temperatur lebur yang sama dengan titik lebur dari logam induk dapat atau tanpa digunakan dalam proses penyambungan tersebut (British Standards Institution, 1983).

2.4.2 Jenis-Jenis PengelasanBerikut merupakan jenis-jenis pengelasan, diantaranya :A. Berdasarkan panas listrik SMAW (Shield Metal Arc Welding) adalah las busur nyala api listrik terlindungi dengan menggunakan busur nyala listrik sebagai sumber panas pencair logam. Jenis ini paling banyak dipakai dimana-mana untuk hamper semua keperluan pekerjaan pengelasan. Tegangan yang dipakai hanya 23-45 Volt AC atau DC, sedangkan untuk pencairan pengelasan dibutuhkan arus hingga 500 Ampere. Namun secara umum yang dipakai berkisar 80-200 Ampere. SAW (Submerged Arc Welding) adalah las busur terbenam atau pengelasan dengan busur nyala api listrik. Untuk mencegah oksidasi cairan metal induk dan material tambahan, dipergunakan butiran-butiran fluks/slag sehingga busur nyala terpendam di dalam ukuran-ukuran fluks tersebut. ESW (Electro Slag Welding) adalah pengelasan busur terhenti, pengelasan sejenis SAW namun perbedaannya pada jenis ESW busurnya nyala mencairkan fluks, busur terhenti dan proses pencairan fluks berjalan terus dan menjadi bahan pengantar arus listrik (konduktif). Sehingga elektroda terhubungkan dengan benda yang dilas melalui konduktor tersebut. Panas yang dihasilkan dari tahanan terhadap arus listrik melalui cairan fluks/slag setaracukup tinggi untuk mencairkan bahan tambahan las dan bahan induk yang dilas temperaturnya mencapai 3500O F atau setara dengan 1925O C. SW (Stud Welding) adalah las baut pondasi, yang berguna untuk menyambung bagian satu konstruksi baja dengan bagian yang terdapat di dalam beton (baut angker) atau Shear Connector. ERW (Electric Resistance Welding) adalah las tahanan listrik yaitu dengan tahanan yang besar dan panas yang dihasilkan oleh aliran listrik menjadi semakin tinggi sehingga mencairkan logam yang akan dilas. Contohnya adalah pada pembuatan pipa ERW, pengelasan plat-lat dinding pesawat atau pada pagar kawat. EBW (Electron Beam Welding) adalah las dengan proses pemboman elektron, suatu pengelasan yang pencairannya disebabkan oleh panas yang dihasilkan dari suatu berkas loncatan elektron yang dimampatkan dan diarahkan pada benda yang akan dilas. Pengelasan ini dilaksanakan di dalam ruang hampa, sehingga menghapus kemungkinan terjadinya oksidasi atau kontaminasi.B. Berdasarkan panas listrik dan gas GMAW (Gas Metal Arc Welding), terdiri dari MIG (Metal Inert Gas) dan MAG (Metal Active Gas) adalah pengelasan dengan gas nyala yang dihasilkan berasal dari busur nyala listrik, yang dipakai sebagai pencair metal yang dilas dan metal penambah. Sebagai pelindung oksidasi dipakai gas pelindung yang berupa gas kekal (inert) atau CO2. MIG digunakan untuk mengelas besi atau baja, sedangkan gas pelindungnya adalah menggunakan karbon dioksida (CO2). MAG digunakan untuk mengelas logam non besi dan gas pelindungnya menggunakan Helium (He) dan atau Argon (Ar). GTAW (Gas Tungsten Arc Welding) atau TIG (Tungsten Inert Gas) adalah pengelasan dengan memakai busur nyala dengan tungsten atau elektroda yang terbuat dari wolfram, sedangkan bahan penambah yang digunakan adalah bahan yang sama atau sejenis dengan material induknya. Untuk mencegah oksidasi, dipakai gas kekal (inert) 99% Argon (Ar) murni. FCAW (Flux Cored Arc Welding) pada hakikatnya hampir sama dengan proses pengelasan GMAW. Gas pelindungnya juga sama-sama menggunakan karbon dioksida (CO2). Biasanya pada mesin las FCAW ditambah robot yang bertugas untuk menjalankan pengelasan yang biasa disebut dengan super anemo. PAW (Plasma Arc Welding) adalah las listrik dengan plasma yang sejenis dengan GTAW hanya pada proses ini gas pelindung menggunakan bahan campuran antara Argon (Ar), Nitrogen (N) dan Hidrogen (H) yang lazim disebut dengan plasma. Plasma adalah gas yang luminous dengan derajat pengantar arus dan kapasitas panas yang tinggi mencapai diatas 5000O C.C. Berdasarkan panas yang dihasilkan campuran gas OAW (Oxygen Acetylene Welding) adalah sejenis las karbid atau las otogen. Panas yang didapat dari hasil pembakaran gas Acetylene (C2H2) dengan zat asam atau Oksigen (O2). Ada juga yang sejenis dengan las ini dan memakai gas Propane (C3H8) sebagai pengganti Acetylene. Ada pula yang memakai bahan pemanas yang terdiri dari campuran gas Hidrogen (H) dan zat asam (O2) yang disebut OHW (Oxy Hidrogen Welding).D. Berdasarkan ledakan dan reaksi isotermis EXW (Explosion Welding) adalah las yang sumber panasnya didapatkan dengan meledakkan amunisi yang dipasang pada suatu cetakan (mold) pada bagian tersebut dan mengisi cetakan yang tersedia. Cara ini sangat praktis untuk menyambung kawat baja (wire rope, slenk). Cara pelaksanaannya adalah ujung-ujung tambang kawat dimasukkan ke dalam cetakan yang telah terisi amunisi, selanjutnya serbuk ledak tersebut dinyalakan dengan pemantik api, maka terjadilah reaksi kimia eksotermis yang sangat cepat sehingga menghasilkan suhu yang sangat tinggi sehingga terjadilah ledakan. Ledakan tersebut mencairkan kedua ujung kawat baja yang terdapat di dalam cetakan tadi, sehingga cairan metal terpadu dan mengisi ruangan yang tersedia di dalam cetakan.

2.5 Pengelasan Baja Dupleks S32101 dan S32304Baja dupleks tipe S32101 dan S32304 merupakan baja tahan karat. Karena baja tahan karat adalah baja paduan tinggi, maka jelas bahwa kualitas sambungan lasnya sangat dipengaruhi dan menjadi getas oleh panas dan atmosfer pengelasan.1Berikut ini merupakan teknik pengelasan yang biasa digunakan untuk baja dupleks tipe S32101 dan S32304, diantaranya (outokompu):1. Shield metal arc welding (SMAW)2. Gas tungsten arc welding (GTAW/TIG)3. Gas metal arc welding (GMAW/MIG)4. Flux cored arc welding (FCAW)5. Plasma arc welding (PAW)6. Submerged arc welding (SAW)7. Laser welding8. Resistance welding9. High frequence welding

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini hanya menggunakan teknik pengelasan TIG (GTAW)

2.5.1 Gas Tungsten Arc Welding (GTAW/TIG)Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas) menggunakan elektroda wolfram yang bukan merupakan bahan tambah. Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda wolfram dan bahan dasar merupakan sumber panas untuk pengelasan. Titik cair elektroda wolfram sedemikian tingginya hingga 3410O C, sehingga tidak ikut mencair pada saat terjadi busur listrik.Tangkai listrik dilengkapi dengan nosel keramik untuk penyembur gas pelindung yang melindungi daerah las dari luar pada saat pengelasan.Sebagian bahan tambah dipakai elektroda tanpa selaput yang digerakkan dan didekatkan ke busur yang terjadi antara elektroda wolfram dengan bahan dasar.Sebagai gas pelindung dipakai argon, helium atau campuran dari kedua gas tersebut yang pemakaiannya tergantung dari jenis logam yang akan dilas.Pengelasan busur tungsten gas dapat dilakukan dengan logam pengisi maupun tanpa logam pengisi, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4 di bawah ini.

Gambar 2.4 Proses Las TIG

Bila digunakan logam pengisi, harus ditambahkan dari luar baik berupa kawat atau batangan, yang akan dilebur oleh panas busur yang timbul antara elektroda dan logam dasar. Tetapi bila digunakan untuk mengelas pelat tipis kadang-kadang tidak diperlukan logam pengisi.Pengelasan busur tungsten gas dapat digunakan hampir untuk semua jenis logam dengan berbagai ketebalan, tetapi paling banyak digunakan untuk pengelasan aluminium dan baja tahan karat. Pengelasan ini dapat digunakan secara manual atau dengan mesin secara otomatis.Tangkai las TIG biasanya didinginkan dengan air yang bersikulasi. Pembakar las TIG terdiri dari :1. Penyedia arus2. Pengembali air pendingin3. Penyedia air pendingin4. Penyedia gas argon5. Lubang gas argon keluar6. Pencekam elektroda7. Moncong keramik (Logam)8. Elektroda tungsten9. Semburan gas pelindung

Gambar 2.5 Alat Las TIG

Kelebihan dari pengelasan ini adalah : Kualitas lasan sangat baik Tidak ada percikan lasan, karena tidak ada logam pengisi yang ditransfer melewati busur Sedikit atau tidak ada terak karena tidak digunakan fluks

2.5.2 Gas Metal Arc Welding (GMAW/MIG)Seperti halnya pad alas TIG, pad alas MIG juga panas yang ditimbulkan oleh busur listrik antara dua elektron dan bahan dasar.Elektroda merupakan gulungan kawat yang berbentuk rol yang geraknya diatur oleh pasangan roda gigi yang digerakkan oleh motor listrik. Gerakan dapat diatur sesuai dengan keperluan. Tangki las dilengkapi dengan nosel logam untuk menghubungkan gas pelindung yang dialirkan dari botol gas melalui selang gas.Gas yang dipakai adalah CO2 yang biasa digunakan untuk pengelasan baja lunak dan baja. Argon atau campuran argon dan helium untuk pengelasan aluminium dan baja tahan karat. Proses pengelasan MIG ini dapat secara semi otomatis atau otomatis. Semi otomatis dimaksudkan pengelasan secara manual, sedangkan otomatis adalah pengelasan yang seluruhnya dilaksanakan secara otomatis.Elektroda keluar melalui tangkai bersama-sama dengan gas pelindung. Proses las MIG ditunjukkan pada Gambar 2.6 di bawah ini :

Gambar 2.6 Proses Las MIG

2.7 Sifat MekanikSifat mekanik logam merupakan sifat yang menyatakan kamampuan suatu logam dalam menerima suatu beban atau gayatanpa mengalami kerusakan pada logam tersebut. Sifat-sifat mekanik logam, diantaranya : Kekuatan(strength)Yaitu kemampuan material logam dalam menerima gaya berupa tegangan tanpa mengalami patah. Ada beberapa jenis kekuatan tergantung jenis bahan yang dipakai diantaranya: kekuatan tekan, tarik, kerja dan geser. Kekerasan (hardness)Yaitu kemampuan material logam dalam menerima gaya berupa penetrasi.pengikisan dan pergeseran sifat ini berhubungan dengan sifat ketahanan aus. Kekakuan (stiffness)Kemampuan material dalam mempertahankan bentuk setelah mendapat gaya dari arah tertentu. Ketangguhan (toughtness)Merupakan sifat yang menyatakan kemampuan bahan dalam menyerap gayayang diberikan. Kelenturan (elasticity)Menyatakan kemempuan material kembali kebentuk asal setelah gaya dihilangkan. Hal ini terjadi sebelum masuk wilayah plastis. Plastisitas (plasticity)Kemampuan bahan dalam mengalami sjumlah deformasi permanensebelum terjadi patah, hal ini setelah masuk wilayah plastis. Mulur(creep)Meyatakan kecenderunngan logam mengalami deformasi plastis apabila diberi gaya dalam jangka waktu tertentu. Kelelahan(fatigue)Merupakan kemampuan material dalam menahan beban secara terus menerus.Pada penelitian ini, sifat mekanik yang akan diuji hanya pada sifat kekerasan (hardness) saja.

Pengujian tanpa merusak ( non destructive test).Non Destructive Test (NDT) atau biasa dikenal dengan pengujian tanpa kerusakan adalah aktifitas tes atau pengujian terhadap suatu objek (material, rangka mesin ,rangka pipa, dll) untuk mengetahui lebih jelas kondisi mesin dan untuk mengetahui isi kandungannya dan komposisi yang ada dalam objek pengujian, apakah kondisi objek dalam keadaan rusak, retak, hancur atau terjadi ketidak sinambungan objek atau hal-hal lainnya yang mungkin terjadi.Pengujian yang terstruktur dilakukan mendapatkan hasil yang maksimal tanpa merusak objek yang sedang dalam proses pengujian. Pada dasarnya, pengujian ini dilakukan untuk menjamin bahwa material (objek) yang digunakan masih dalam masa aman dan belum melewati batas toleransi kerusakan material.

Proses Non Destructive Test (NDT) biasanya dilakukan dua kali atau bisa lebih berdasarkan kebutuhannya, berikut dua proses yang mayoritas dilakukan :Pengujian objek dari awal pembuatan serta pengujiannya sampai dengan diakhir proses pengujian untuk menentukan kandungan objek dan dapat ditentukan untuk menguji hasil material serta mutunya, Non Destructive Test (NDT) ini dijadikan sebagai bagian dari kendali mutu dari pada mesin atau material itu sendiri.Pengujian material dan mesin yang telah dalam tahap pengesahan standarisasi setelah material atau mesin digunakan dalam jangka waktu tertentu, setelah itu diuji tingkat ketahanan berdasarkan penggunaan mesin dengan waktu yang telah ditentukan bertujuan untuk memperoleh kekurangan atau kegagalan suatu mesin atau material sebelum mencapai batas toleransi kerusakannya.Beberapa yang perlu diperhatikan dalam sistem pengujian Non Destructive Test :Pengujian ini memprioritaskan keutuhan mesin maksud utamanya adalah agar terjaganya objek yang diuji dari awal pengujian tanpa memberikan dampak buruk atau pun kehancuran objek uji dan mengulas habis hasil data tentang objek yang diproses untuk mendapatkan review kekurangan objek, kerusakan objek, tingkat cacat objek dan kegagalan objek yang terjadi. Setelah didapatkan hasil yang akurat objek yang telah diuji jika mengalami banyak kerusakan dapat dilakukan condition monitoring yang terstruktur untuk dapat dimaksimalkan kembali dalam tahap penggunaan atau pengujian kembali tetapi jika mengalami cacat fisik pada objek yang diuji akan ditindak lanjuti berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku dan penyesuaian standarisasi objek yang telah ditetapkan.Contoh pengujian Non Destruktive Test ( tanpa merusak ) : Pengujian Metalografy Pengujian Penetrant

2.5 Pengujian MetalografiMetalografi merupakan ilmu yang mempelajari karakteristik struktur dari logam atau paduan. Mikroskop merupakan peralatan yang paling penting untuk mempelajari struktur mikro suatu logam. Mikroskop memungkinkan untuk menhitung ukuran butir, distribusi dari fasa-fasanya dan inklusi yang memilki efek yang besar terhadap sifat logam. Fasa adalah suatu kondisi dimana komponen kimianya sama. Struktur mikro adalah suatu strukur yang hanya bisa dilihat dengan bantuan alat, dalam hal ini mikroskop optik yang dujadikan sebagai alat dalam pengujian ini, sedangkan struktur mikro adalah suatu struktur yang hanya bisa dilihat dengan cara visual atau kasat mata.Pengamatan metalografi dibagi menjadi dua, yaitu metalografi makro yaitu penyelidikan struktur logam dengan pembesaran 10-1000 kali, dengan metalografi mikro yaitu menyelidiki struktur logam dengan pembesaran 1000 kali, pada analisa mikro digunakan mikroskop optik untuk menganalisa strukturnya.Pada dasarnya pengujian metalografi mencangkup denggan dua spesimen pengujian antara lain: Pengujian merusak atau Destructive Test (DT) yang mencangkup pengujian tarik dan tekan. Pengujian kekerasan, pengujian impak, uji relaksasi tegangan, uji kelelahan dan pengujian keausan. Yang kedua adalah pengujian tidak merusak atau Non distructive Test (NDT) yang menggunakan ultrasonik, metode magnetik, metode akustik, metode radiografi, dan yang terakhir pemeriksaan visual.Logam mempunyai sifat-sifat istimewah yang mejadi dasar kegunaannya. Salah satu sifat yang dimiliki oleh logam adalah sifat mekanik, Sifat-sifat mekanik yang dimiliki logam antara lain kekuatan, kekerasan ketangguhan, keuletan, mampu bentuk, dan mampu las. Sifat-sifat mekanik tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain komposisi kimia, perlakuan yang diberikan, dan struktur butirnya.Tujuan dari uji metalografi adalah untuk melakuakan pengamatan mikroskop dari baja yang mengalami proses perlakuan panas, sehingga dapat diketahui struktur mikro dari logam tersebut.

2.5.1 Struktur MikroStruktur mikro yang dihasilkan akan mempengaruhi sifat mekanis logam, karena pengaruh sifat dari fasa-fasa yang terbentuk. Sifat mekanis logam seperti keausan dan kekerasan tidak dapat ditentukan dari sifat masing-masing fasa, karena fasa-fasa tersebut akan saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Fasa yang kuat akan menghambat slip dan menghalangi terjadinya pergeseran antara matriks yang lebih lemah, hal ini terjadi karena dipengruhi oleh efek kuantitas fasa, efek ukuran fasa, pengaruh bentuk dan distribusi fasa.Struktur ferrite dan pearlite dalam baja karbon seperti yang ditunjukan dalam diagram fasa Fe-Fe3C merupakan fasa-fasa yang setimbang, yang dicapai melalui proses pendingin dengan cara perlahan-lahan. Struktur ferrit mempunyai kekuatan dan keuletan yang baik, sedangkan struktur fasa pearlite mempunyai sifat keras namun keuletannya kurang baik. Perbedaan sifat mekanis tersebut dikarenakan kadar karbon dalam fasa ferrite lebih rendah dari pada fasa pearlite. Dalam baja karbon kedua struktur ferrite dan pearlite biasanya terjadi bersam-sama, dalam hal ini sifat mekanis baja karbon sangat tergantung dari volume fraksi dari masing-masing fasa.Kadar karbon dari matensite mencapai keadaan super jenuh sehingga nilai kekerasannya sangat tinggi dibandingkan dengan struktur pearlite. Kekerasan yang sangat tinggi ini menyebabkan struktur martensite menjadi kurang ulet dan bahkan cenderung bersifat getas. Sifat kekerasan dan keuletan yang tinggi dari fasa martensite disebabkan karena struktur martensite bertindak sebagai penghalang yang sangat kuat dalam pergerakan pengerasan (dislokasi).Disamping itu karena pengaruh dari jenis fasa yang terbentuk, sifat mekanis logam juga dipengaruhi oleh struktur mikronya, seperti dimensi butiran bentuk dan distribusi butiran.

Macam-macam struktur logam antara lain:1. Struktur ferriteStruktur ferrite sering juga disebut besi murni. Struktur ferrite dapat berubah ubah sifat apabila dipanaskan, perubahan tersebut antara lain :a. Besi murni atau besi alfa ()Struktur besi murni (ferrite) atau besi alfa, dibawah suhu 723 C, sifatnya magnetis dan lunak serta susunan kristalnya berbentuk kubus pusat ruang (BCC), seperti terdapat pada Gambar 2.2b. Besi beta ()Struktur ferrite pada suhu 768 C - 910 C mulai berubah sifat dari magnetis menjadi tidak magnetis yang disebut besi beta, susunan kristalnya mulai berubah dari kubus pusat ruang (BCC) menjadi kubus pusat bidang (FCC).c. Besi gamma (besi )Struktur ferrite pada suhu 910 C 1391 C mulai berubah menjadi struktur austenite (besi gamma) yang mempunyai sifat tidak magnetis serta susunan kristalnya dalam bentuk kubus pusat bidang (FCC).d. Besi delta (besi )Struktur ferrite yang sudah menjadi struktur austenite pada suhu 1392 C sampai mencair pada suhu 1539 C berubah menjadi besi delta yang susunan kristalnya sama dengan besi dalam bentuk kubus pusat ruang (BCC) tapi jarak antar atomnya lebih besar. Gambar 2.6 Diagram Keseimbangan Besi Besi Karbon

Dari diagram Keseimbangan Besi karbon terdapat titik-titik penting yaitu : A : Titik cair besi B : Titik pada cairan yang ada hubungannya dengan reaksi peritektikH : Larutan padat yang ada hubungan dengan reaksi peritektik. Kelarutan karbon maksimum adalah 0,01% J : Titik peritektik selama pendinginan austenit pada komposisi J, fasa terbentuk dari larutan padat pada komposisi B N : Titik transformasi dari Baja besi , titik tranformasi A4 dari besi murni C : Titik eutektik. Selama pendingin fasa dengan komposisi E dan sementit pada komposisi F (6,67% C) tersebut dari cairan pada komposisi C. Fasa eutektik ini disebut ledeburit E : Titik yang menyatakan fasa , ada hubungan reaksi eutektik. Kelarutan maksimum dari karbon 2,14%. Paduan besi karbon sampai pada komposisi ini disebut bajaG : Titik transformasi besi besi . Titik transformasi A3 untuk besi P : Titik yang menyatakan ferit, fasa , ada hubungan dengan reaksi eutectoid. Kelarutan maksimum dari karbon kira-kira 0,02% S : Titik eutectoid. Selama pendinginan, ferit pada komposisi P dan sementit GS: Garis yang menyatakan hubungan antara temperatur dan komposisi, dimana mulai terbentuk ferit dari austenit. Garis ini disebut garis A3ES: Garis yang menyatakan hubungan antara temperature dan komposisi, dimana mulai terbentuk sementit dari austenit, dinamakan garis AcmA2 : Titik transformasi magnetic untuk besi atau ferit A0 : Titik transformasi magnetic untuk sementit.Baja yang berkadar karbon sama dengan kompoisisi eutePengujian Liquid PenetrantPengujian Liquid penetrant adalah salah satu metode uji tidak merusak(Non Destructive Test) pada suatu material dimana permukaanya tidak berpori. Pengujian penetran ini dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan atau diskontinuitas yang terbuka pada permukaan. Penggunaan uji penetran sangat luas, selain untuk memeriksa sambungan las dan surface pada benda kerja, metode uji penetrant ini juga bisa untuk mendeteksi kerusakan retakan yang terjadi pada komponen mesin seperti crank shaft, roda gigi, dll. Pengujian ini mempergunakan sifat kapiler benda cair yang dipergunakan adalah cairan tidak kental dan mempunyai tegangan permukaan kecil, yang biasanya berwarna sebagai penetrant. Material uji dicelup atau disemprot dengan cairan ini, karena sifat kapilernya , maka cairan masuk kedalam retakan, celah atau pori-pori pada perukaan material uji tersebut sampai ke bagian yang paling dalam.Setelah permukaan dibersihkan dipakai detektor untuk menyerap penetran , sehingga terlihat bekas yang jelas pada retakan, celah atu pori-pori.Pemeriksaan dengan penetran ini dilakukan untuk cacat permukaan ( cacat retak) dan dapat digunakan untuk material metal atau non metal (keramik dan plastik). Sedangkan untuk cacat yang tidak sampai kepermukaan cara ini tidak dapat dipakai :

3.7. Pengujian dengan cara merusak ( destructive test ).Pengujian dengan cara merusak ( destructive test ) adalah pengujian suatu bahan, tapi hasil akhir bahan tersebut akan cacat/rusak.Pengujian dengan merusak dilakukan dengan cara merusak benda uji dengan cara pembebanan/ penekanan sampai benda uji tersebut rusak, dari pengujian ini akan diperoleh informasi tentang kekuatan dan sifat mekanik bahanContoh pengujian merusak (destructive test ) : Pengujian Hydrotest

Pengujian HydrotestPengujian Hydrotest aialah pengujian dengan tekanan tertentu dengan menggunakan media air sebagai pengujinya untuk mengetahui kekuatan suatu material dan untuk mengetahui apakah terdapat kebocoran visual atau tidak dan biasa nya dilakukan pada benda - benda yang telah disambung kan dengan sistem pengelasan Seperti pengujian tekanan pembuluh untuk transportasi dan penyimpanan gas sangat penting karena wadah tersebut dapat meledak jika mereka gagal di bawah tekananDalam dunia EPC (Engineering, Procurement and Construction) terdapat standar operasional yang sudah di tetapkan contohnya seperti : ASME B 31.3 - Process Piping ASME B 31.4 - Liquid Transportation System for Hydrocarbon ASME B 31.8 - Gas Transmission and Distribution Piping System.Setiap peraturan dan kode industri membutuhkan inspeksi visual lasan dan proses konstruksi

Sebelum melakukan Pengujian hidrostatik, profil bagian uji harus dikembangkan menunjukkan maksimum an minimum ketinggian, Tekanan maksimum yang kerja diijinkan (MAWP) ditentukan pada Titik elevasi Terendah, Lokasi Mengisi Dan Tekanan Pompa, Tekanan minimum Yang diperlukan di Pompa Tekanan ditentukan oleh: Tekanan Maksimum pada elevasi Terendah Kualitas udara Sumber Discharge / Titik Pembuangan Profil dari segmen tes memberikan representasi grafis dari segmen tes, yang membantu insinyur pengujian menentukan tourism ventilasi udara berdarah dan fill rate dan bagi kecepatan yang diperlukan untuk mencegah rontgent udara, dan memverifikasi bahwa tes tidak akan overpressure atau underpressure pipa di segmen tersebut. elevasi dapat diferensial menjadi pertimbangan utama. ketika perubahan radikal hearts elevasi terjadi jarak pendek, mungkin perlu untuk membagi segmen asli to segmen uji pendek. setiap 100 ft elevasi perbedaan mewakili sekitar 43,3 psi tekanan diferensial, yang dapat mengakibatkan poin tinggi yang underpressured dan titik rendah yang overpressured selama pengujian. profil tes inisial juga digunakan untuk mendokumentasikan tourism pompa mengisi, pompa uji, pengukur mati-berat, dan peralatan rekaman tekanan / suhu.

gambar. 12 adalah menggambarkan segmen profil uji khas.