$7 .('$8/$7$1 5$.

16

Transcript of $7 .('$8/$7$1 5$.

Page 1: $7 .('$8/$7$1 5$.

HAKIKAT KEDAULATAN RAKYAT DALAM MENCAPAI TUJUAN PEMBANGUNAN NASIONAL

BERLANDASKAN NILAI-NILAI PANCASILA DAN UUD 1945

Zul Amirul Haq. S. H.

Page 2: $7 .('$8/$7$1 5$.

1

Oleh: Zul Amirul Haq. S. H.

Email: [email protected]

Abstrak:

Terbentuknya suatu negara haruslah mencapai beberapa unsur yang telah

di tentukan, ahli kenegaraan oppenheimer dan lauterpacth berpendapat bahwa

syarat berdirinya nsutu negara harus memenuhi beberapa unsur di antaranya,

pertama, adanya rakyat yang bersatu. Kedua, adanya daerah atau wilayah.

Ketiga, adanya pemerintah yang berdaulat. Keempat, adanya pengakuan dari

negara lain.1 Melalui beberapa unsur di atas maka terbentuklah suatu negara

yang komponen utama di dalamnya adalah mayarakat. Melalui konsep sosial

yang berlaku dan berkembang di masyarakat merekapun menata diri dan

menentukan jalan kehidupan mereka untuk mencapai tujuan univeral mereka

sebagai mayarakat yang aman dan sejahtera. kemudian Terbentuklah beberapa

kelompok tertentu yang di sebut sebagai pejabat publik dan pejabat

pemerintahan untuk menjalankan sistem ketatanegaraan serta merancang

konsep pembangunan untuk kehidupan berbangsa dan bernegara.2 Dalam hal

ini masyarakat dapat melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap kinerja

pemerintah dalam menata sistem ketata negaraan berdasarkan nilai-nilai

hukum yang berlaku dan berlandas pada pacasila dan UUD 1945.

1 Budiyanto, Dasar-Dasar Ilmu Tata Negara Untuk SMU Kelas 3 (Jakarta: Penerbit Erlangga,

2003), 19. 2 Rustandi Achmad Dan Zul Afdi Ardian, Tata Negara, Jilid 1-2 (Bandung: Armico, 1986), 48.

Page 3: $7 .('$8/$7$1 5$.

2

HAKIKAT KEDAULATAN RAKYAT DALAM MENCAPAI TUJUAN

PEMBANGUNAN NASIONAL BERLANDASKAN NILAI-NILAI

PANCASILA DAN UUD 1945.

A. Pendahuluan

Pancasila sebagai Dasar Negara yang merupakan sumber kaidah hukum

yang mengatur Negara Republik Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh

unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah dan rakyat.3 Menjadi dasar pijakan

penyelenggaraan negara dalam hal pembangunan nasional dan seluruh

kehidupan negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara

mempunyai arti menjadikan Pancasila sebagai dasar untuk mengatur

penyelenggaraan pemerintahan. Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan

sumber dari segala sumber hukum.4

Tujuan yang hendak di capai dari lahirnya ketentuan-ketentuan di atas salah

satunya di jadikan sebagai pedoman Pembangunan nasional. Karena pada

dasarnya Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan

yang berkesinambungan dan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa,

dan negara untuk mewujudkan Tujuan Nasional. Sebelum amandemen UUD

1945 pedoman pembangunan nasional berlandaskan pada garis-garis besar

haluan negara (GBHN), namun setelah adanya amandemen UUD 1945 pedoman

pembangunan nasional berlandaskan pada sistem perencanaan pembangunan

nasional (SPPN), yang di atur dalam UU No 25 tahun 2004 tentang sistem

perencanaan pembangunan nasional.

Dalam menjalankan tanggung jawabnya menjalankan program-program

yang berorientasi pada pembangunan yang berkeadilan dan kesejahteraan sosial,

negara sudah memiliki mekanisme dan program pembangunan yang sudah di

susun secara baik dan sistematis untuk mengikat dan mengatur tata kelola

pemerintahannya agar konsep pembangunan yang di harapkan dapat berjalan

dengan suatu sinergi dan koordinasi yang baik antara instansi dan juga

3 Van Apeldom Lj, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta: Pradnya Paramita, 1983), 22. 4 Kaelan, Pendidikan Pancasila Pendidikan Untuk Mewujudkan Nilai-Nilai Pancasila Raa

Kebangaan Dan Cinta Tanah Air Sesuaidengan SK Dirjen Dikti No 43/Dikti/Kep/2006 Proses Reformasi

UUD 1945 Pancasila Sebagai Sistem Falsafat Pancasila Sebagai Etika Politik Paradigma Bermasyarakat

Berbangsa Dan Bernegara (Jyogyakarta: Penerbit Paradigma, 2010), 56.

Page 4: $7 .('$8/$7$1 5$.

3

masyarakat agar tidak terjadi tumpang tindih dan ketimpangan program

pembangunan, serta meminimalisir timbulnya protes terhadap pembangunan

yang di lakukan. Negarapun melahirkan beberapa peraturan perundang-

undangan yang dapat di jadikan sebagai pedoman pembangunan nasional di

antaranya, Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (SPPN), Undang-Undang No. 17 tahun 2007 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, Peraturan

Pemerintah No 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah, Peraturan

Pemerintah No 39 tahun 2006 tentang Tata cara Pengendalian dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan, Peraturan Pemerintah No 40 tahun 2006

tentang Tata cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, Peraturan

Presiden No 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) 2010-2014 Tujuan dari pada di hadirkannya SPPN dan juga

RPJPN dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh

komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam

mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah

pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan

oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi

satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.

Dalam hal ini publikpun diberikan ruang untuk dapat menyuarakan

keinginannya serta menuangkan aspirasinya dalam proses pembangunan

nasional maka pemerintah melahirkan salah satu sistem musyawarah yang dapat

memfasilitasi suara dan aspirasi pembangunan tersebut, sistem tersebut di kenal

dengan Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) yang juga di atur

jelas dalam Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pemabangunan Nasional dan peraturan pemerintah maka tahapan-tahapan yang

harus di tempuh dalam musrembang tersebut mulai dari Musrenbang

Kelurahan/Desa, Musrenbang Kecamatan, Musrenbang Kota/Kabupaten,

Musrenbang Provinsi, Musrenbang Nasional. Yang melibatkan masyarakat,

semua pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan berasal dari semua aparat

penyelenggara negara (eksekutif, legislatif, dan yudikatif), masyarakat, kaum

rohaniwan, pemilik usaha, kelompok profesional, organisasi non pemerintah,

Page 5: $7 .('$8/$7$1 5$.

4

dan lain-lain. Karna Hukum di tegakan berdasarkan asas-asas yang sudah di

susun secara sistematis dan kompleks oleh para penegak hukum, untuk semua

pihak agar hukum dapat berjalan berdasarkan ranah yang sudah di tentukan,

sehingga hukum hadir memberikan dampak perubahan bagi kehidupan

masyarakat.5

Dewasa ini masih banyak masyarakat yang memiliki pengetahuan yang

minim terkait dengan implementasi dan urgensi kedaulatan rakyat untuk

membantu penataan bangsa baik dalam segi pembangunan dan konsep

ketatanegaran, perbenturan peraturan perundang-undangan yang mengatur

masalah pembangunan nasional, terdapat kepentingan kelompok-kelompok

tertentu yang masih mendominasi sehingga menghambat proses pembangunan

nasional, tumpang tindih konsep pembangunan serta suara masyarakat bawah

yang jarang tersampaikan ke atas menjadi polemik tersendiri di republik ini.

Padahal jika kita lihat peran demokrasi sebagai pintu bagi masyarakat untuk

berpartisipasi. Dengan berbagai produk hukum yang di lahirkan sebagai

penjamin pelembagaaan atas hak-hak masyarakat untuk mengetahui dan

mendapatkan informasi yang lebih lengkap dari sumber yang benar dan

terpercaya tentang perkembangan bangsa ini.

B. Negara Hukum dan Kedaulatan Rakyat

Hukum di banguan dan di bentuk di telah dikaji dan digali dari berbagai

aspek agar tidak terjadi suatu perbenturan antara sumber hukum yang satu

dengan sumber hukum lainnya.6 Terlebih Indonesia di kenal sebagai negara

demokrasi, yang mana makna demokrasi yang sesungguhnya ialah dari rakyat,

oleh rakyat dan untuk rakyat.7 Oleh karena itu, di era reformasi seperti ini

partisipasi publik dan kedaulatan rakyat dimaknai sebagai keterlibatan

masyarakat dalam proses sosial, politik, dan budaya bangsa yang seluas-luasnya

baik dalam proses pengambilan keputusan dan monitoring kebijakan dalam

5Salman Maggalatung, Prinsip-Prinsip, Spremasi Hukum, Keadilan Dan Hak Asasi Manusia

Dalam Perspektif Hukum Islam (Jakarta: Anggota IKAPI Fokus Grahamedia, 2006), 9. 6 R. Wirjono Prodjodigoro, Asas-Asas Hukum Tatanegara Di Indonesia, Cetakan Ke Tiga

(Jakarta: PT. Dian Rakyat, 1977), 13. 7 Mochtar Kusumatmadja, Fungsi Dan Perkembangan Hukum Dalam Pembangunan Nasional

(Bandung: Bina Cipta, 1976), 65.

Page 6: $7 .('$8/$7$1 5$.

5

pembangunan nasional untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi

kehidupan mereka sendiri. 8

Pelaksanaan pembangunan mancakup aspek kehidupan bangsa, yaitu aspek

politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan secara berencana,

menyeluruh, terarah, terpadu, bertahap dan berkelanjutan untuk memacu

peningkatan kemampuan nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan yang

sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang lebih maju. Oleh karena itu,

sesungguhnya pembangunan nasional merupakan cerminan kehendak untuk

terus-menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia.

Prioritas untuk meningkatkan pembangunan ekonomi dan membangun landasan

pembangunan berkelanjutan dalam rangka mengurangi pengangguran dan

kemiskinan dilakukan melalui pembangunan bidang ekonomi, sarana dan

prasarana, serta sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Hasil uraian sederhana di atas dapat di tarik benang merah bahwa terlibatnya

masyarakat dalam poros pergerakan dan pembangunan bangsa bukanlah hal

yang dapat di kesampingkan. Jika kita tarik dari sudut pandang Pancasila bahwa

nilai-nilai filosofis dari butir-butir pancasila merupakan nilai-nilai yang dapat

mengantarakan bangsa dan masyarakat ke tujuan berbangsa dan bernegara yang

sesungguhnya. Begitupun dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Undang-

Undang Dasar 1945 dengan cita-cita luhur bangsa tertulis jelas dalam alinea ke-

empat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni membentuk pemerintahan

yang melindungi segenap bangsa Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa

memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Untuk

mewujudkan cita-cita luhur bangsa tersebut maka pasca amandemen UUD 1945

rakyat di tempatkan sebagai pemegang kedaulatan tertinggi di Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Sehingga berjalannya roda pemerintahan dalam hal

menentukan kebijakan pembangunan nasional tidak terlepes dari dukungan dan

pengawasan masyarakat Republik Indonesia. Karena hukum yang dibangun

8 Tjipto Atmoko, Partisipasi Publik Dan Birokratisme Pembangunan, Jurnal Negarawan Di

Terbitkan Tahun 2010, 149.

Page 7: $7 .('$8/$7$1 5$.

6

haruslah sesuai dan wajib memperhatikan nilai-nilai hukum yang tumbuh dan

berkembang di masyarakat.9

Sejauh ini negarapun sudah di bangun dengan berbagai macam konsep dan

gagasan serta sistem ketatanegraan yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945. Terkadang perjalanan dan implementasi dari

gagasan-gagasan pokok kenegaraan tersebut memperlihatkan bahwa dasein tak

seindah dassolent.10 Apa yang di cita-citakan tidak sejalan dengan apa yang di

implementasikan, dalam artian apa yang di tertuang dalam Undang-undang tidak

sejalan dengan apa yang diimplementasikan dimasyarakat. Jika kita kembali

melihat dari pandangan yuridis bahwa jelas pasal 1 ayat 2 UUD 1945

menyatakan kedaulatan berada di tangan rakyat dan di jalankakan berdasarkan

UUD 1945. Dalam artian rakyat memiliki kekuasaan teringgi dalam sebuah

negara di mana pemerintah mendapatkan mandataris dari rakyat untuk menata,

mengatur dan mengelola negara.

Era reformasi dan demokratisasipun semakin berkembang seiring dengan

berkembangnya zaman, disini terlihat bahwa hukum mengikuti dimanika

perkembangan zaman yang ada.11 Begitupun dengan konsep pembangunan,

dimana bangsa harus mampu menyesuaikan dirinya dengan keadaan yang

tumbuh dan berkembang di masyarakat. Jika kita tarik dari historikal konteks

bahwa sistem hukum nasional terbentuk dan di pengaruhi oleh sistem hukum,

yang berlaku.12 sistem hukum tersebut dalam operasionalnya memiliki konsep

kedaulatan yang sama dengan satu arahan yakni mewujudkan masyarakat yang

aman dan sejahtera dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang di bangun

bersama antara penguasa dan masyarakat.

9 R. Otje Salman, Ikhtisar Filsafat Hukum (Bandung: Armico, Cetakan Ke 3, 1998), 52. 10 Jurnal Sekretariat Negara RI Negarawan, Berpikir Bertindak Untuk Kepentingan Negara,

Edisi Ke 3 Terbitan Tahun 2007, 70. 11 Abdul Manan, Aspek-Aspek Pengubah Hukum (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2005), 22. 12 Muchsin, Ikhtisar Hukum Ndonesia Setelah Perubahan Ke Empet UUD 1945 Dan Pemiliha

Presiden Secara Langsung (Jakarta: Badan Penerbit Iblam, 2005), 25.

Page 8: $7 .('$8/$7$1 5$.

7

Hukum di bangun dan di bentuk haruslah mampu berorientasi pada kebaikan

yang akan hadir dimasa depan (for word looking).13 Oleh karena itu hukum

harus bisa menjadi pendorong sekaligus pelopor bagi kebaikan yang akan di

capai di masa yang akan datang. Dalam menjalankan tanggung jawabnya

menjalankan program-program yang berorientasi pada pembangunan yang

berkeadilan dan kesejahteraan sosial, negara wajib memiliki mekanisme dan

program pembnguanan yang sudah di susun secara baik dan sistematis.14

C. Pentignya Partisipasi Mayarakat dalam Pembangunan Nasional

Partisipasi masyarakat menekankan pada partisipasi langsung warga dalam

pengambilan keputusan pada lembaga dan proses kepemerintahan dan

pembangunan.15 Konsep ini menegaskan bahwa partisipasi masyarakat telah

mengalihkan konsep partisipasi menuju suatu kepedulian dengan berbagai

bentuk keikutsertaan warga dalam pembuatan kebijaksanaan dan pengambilan

keputusan di berbagai gelanggang kunci yang mempengaruhi kehidupan warga

masyarakat. Pengembangan konsep dan asumsi dasar untuk meluangkan

gagasan dan praktik tentang partisipasi masyarakat meliputi, Partisipasi

merupakan hak politik yang melekat pada warga sebagaimana hak politik

lainnya, Partisipasi langsung dalam pengambilan keputusan mengenai kebijakan

publik di lembaga-lembaga formal dapat untuk menutupi kegagalan demokrasi

perwakilan. Demokrasi perwakilan masih menyisakan beberapa kelemahan yang

ditandai dengan keraguan sejauh mana orang yang dipilih dapat

merepresentasikan kehendak masyarakat, Partisipasi masyarakat secara langsung

dalam pengambilan keputusan publik dapat mendorong partisipasi lebih

bermakna, Partisipasi dilakukan secara sistematik, bukan hal yang insidental,

berkaitan dengan diterimanya desentralisasi sebagai instrumen yang mendorong

tata pemerintahan yang baik (good governance).16 kemudian Partisipasi

masyarakat dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap penyelenggaraan

13 Abdul Manan, Aspek-Aspek Pengubah Hukum ..... 7. 14 Piotr Staompka, Sosiologi Perubahan Sosial (The Sociology Of Social Change), Di

Terjemahkan Oleh Alinandan (Jakarta: Prenada Media, 2004), 23. 15 Soetrisno Lukman, Menuju Masyarakat Partisiptif (Jyogyakarta: 1995), 66. 16 T Ndraha, Pembangunan Masyarakat, Mempersiapkan Masyarakat Tinnggal Landas,

(Jakarta: Rinaka Cipta, 2003), 43.

Page 9: $7 .('$8/$7$1 5$.

8

dan lembaga pemerintahan. Demokratisasi dan desentralisasi di negara

berkembang termasuk Indonesia terjadi dalam situasi rendahnya kepercayaan

masyarakat terhadap penyelenggaraan dan lembaga pemerintah.

Paham yang mendasar bagi negara hukum ialah adanya pengakuan terhadap

prinsip supremasi hukum dan konstitusi yang mengatur kehidupan antara

masyarakat dan pemerintah ataupun antara masyarakat yang satu dengan

masyarakat lainnya.17 Dalam paham negara hukum, hukumlah yang memegang

komando teringgi dalam penyelenggaraan negara. Hukum di bangun sesuai

dengan prinsip the rule of law, and not of Man, yang sejalan dengan pengertian

nomocratie, yaitu kehidupan bernegara di atur oleh hukum yang berlaku.18

Dalam paham negara hukum yang demikian, harus diadakan jaminan

bahwa hukum itu sendiri dibangun dan ditegakkan menurut prinsip-prinsip

demokrasi. Karena prinsip supremasi hukum dan kedaulatan hukum itu sendiri

pada pokonya berasal dari kedaulatan rakyat. Prinsip negara hukum hendaklah

dibangun dan dikembangkan menurut prinsip-prinsip demokrasi atau kedaulatan

rakyat (democratische rechtsstaat). 19 Hukum tidak boleh dibuat, ditetapkan,

ditafsirkan, dan ditegakkan dengan tangan besi berdasarkan kekuasaan belaka

(machtsstaat) melainkan hukum ditegakanan dan dijalankan bersama

masyarakat. Prinsip Negara Hukum tidak boleh ditegakkan dengan mengabaikan

prinsip-prinsip demokrasi yang diatur dalam Undang-Undang Dasar

(constitutional democracy) yang diimbangi dengan penegasan bahwa negara

Indonesia adalah negara hukum yang berkedaulatan rakyat atau demokratis

(democratische rechtsstaat).

Plato mengemukakan bahwa penyelenggaraan negara yang baik ialah

yang didasarkan pada pengaturan hukum yang baik ntara pemerintah dan

masyarakt.20 Gagasan Plato kemudian didukung oleh pendapat Aritoteles.

17 Paulus Lotulung Effendi, Hukum Tata Negara Usaha Negara Dan Kekuasaan, (Jakarta:

Salemba Humanika,, 2013), 78. 18Satjipto Rahardjo, Negara Hukum Yang Membahagiakan Rakyatnya (Jakarta: Genta

Publishing, 2009), 88. 19 Satjipto Rahardjo, Negara Hukum Yang Membahagiakan Rakyatnya.... 89. 20 Abdul Mukthie Fadjar, Hukum Konstitusi Dan Mahkamah Konstitusi, Sekretariat Jenderal Dan

Kepaniteraan MK RI, Jakarta. 2006, 7.

Page 10: $7 .('$8/$7$1 5$.

9

Aritoteles berpendapat bahwa, suatu negara yang baik ialah negara yang

diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan hukum. Terdapat tiga unsur

pemerintahan yang berkonstitusi, yaitu suatu pemerintahan yang dilaksanakan :

a. Untuk kepentingan umum.

b. Menurut hukum berdasarkan ketentuan-ketentuan umum, bukan hukum

yang dibuat secara sewenang-wenang yang mengesampingkan konvensi dan

konstitusi.

c. Atas kehendak rakyat, bukan berupa paksaan atau tekanan yang

dilaksanakan oleh pemerintahan despotik.

Jimly Asshiddiqie menyebutkan bahwa terdapat beberapa prinsip pokok

yang terkandung dalam negara hukum yang demokratis, yang salah satunya

mengakui jaminan terbukanya ruang aspirasi bagi publik untuk menata dan

membenahi sistem ketatanegaran. persamaan dan kesetaraan dalam kehidupan

bersama.21 Yang kemudian di atur lebih lanjut dalam tata hukum nasional untuk

melegalkan suara rakyat yang akan berpartisipasi pada proses pembangunan

nasional.

Hukum administrasi sudah berperan dalam negara hukum ini di mana

Negara dipandang bukan semata-mata menjaga keamanan, tetapi aktif turut serta

dalam urusan kemasyarakatan demi kesejahteraan rakyat. Dalam tipe negara ini,

hukum administrasi negara sangat berperan aktif atau dominan.22 Pada masa

sekarang ini hampir semua negara di dunia menganut negara hukum, yakni yang

menempatkan hukum sebagai aturan main penyelenggaraan kekuasaan negara

dan pemerintahan. Indonesia sendiri menerapkan konsep negara hukum

Pancasila, dengan adanya pengakuan terhadap harkat dan martabat manusia

dalam negara hukum Indonesia, secara intristik melekat pada pancasila dan

bersumber pada pancasila.” Bertitik tolak dari falsafah negara pancasila tersebut,

Hadjon kemudian merumuskan elemen atau unsur-unsur negara hukum

pancasila sebagai berikut :

21 Jimly Asshidiqie, Konstitusi Dan Konstitusionalisme Indonesia, Edisi Revisi (Jakarta. :

Konstitusi Press, 2005) 299-300. 22 Marbun, SF Dan Moh. Mahfud MD.. Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara... 16-17.

Page 11: $7 .('$8/$7$1 5$.

10

a. Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas

kerukunan.

b. Hubungan fungsional yang proposional antara kekuasaan negara.

c. Prinsip penyelesaian sengketa secara secara musyawarah dan peradilan

merupakan sarana terakhir.

d. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Teori ini dipelopori oleh Jean Jacques Rousseau, yang mengemukakan

bahwa kedaaulatan atau kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat. Raja atau

kepala negara itu hanya merupakan pelaksana dari apa yang telah diputuskan

atau dikekendaki oleh rakyat. Teori kedaulatan rakyat ini antara lain juga

diikuuti oleh Immanuel Kant yang mengatakan bahwa tujuan negara itu adalah

untuk menegakan hukum dan menjamin kebebasan dari pada warga negaranya.

Dalam pengertian kebebasan disini adalah kebebasan dalam batas-batas

perundangan-undangan, sedangkan undang- undang disini yang berhak membuat

adalah rakyat itu sendiri. Dengan demikian undang-undang merupakan

penjelmaan daripada kemauan atau kehendak rakyat. Jadi rakyatlah yang

mewakili kekuasaan tertinggi atau kedaulatan. 23

Sejauh inipun hukum di nilai sudah sejauh mana dapat mengakomodir

keberadaan rakyat sebagai pemegang kedaulatan di negri ini. Soerjono Soekanto

mengatakan bahwa efektif adalah taraf sejauh mana suatu kelompok dapat

mencapai tujuannya. Hukum dapat dikatakan efektif jika terdapat dampak

hukum yang positif, pada saat itu hukum mencapai sasarannya dalam

membimbing ataupun merubah perilaku manusia sehingga menjadi perilaku

hukum. Sehubungan dengan persoalan efektivitas hukum, pengidentikkan

hukum tidak hanya dengan unsur paksaan eksternal namun juga dengan proses

pengadilan. Ancaman paksaan pun merupakan unsur yang mutlak ada agar suatu

kaidah dapat dikategorikan sebagai hukum, maka tentu saja unsur paksaan

inipun erat kaitannya dengan efektif atau tidaknya suatu ketentuan atau aturan

hukum.24 Membicarakan tentang efektivitas hukum berarti membicarakan daya

23 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta; Rajawali Pers 2011), 87-88. 24 Soerjono Soekanto, Efektivitas Hukum Dan Penerapan Sanksi (Bandung : CV. Ramadja

Karya, 1988), 80.

Page 12: $7 .('$8/$7$1 5$.

11

kerja hukum itu dalam mengatur dan atau memaksa masyarakat untuk taat

terhadap hukum. Hukum dapat efektif jika faktor-faktor yang mempengaruhi

hukum tersebut dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya. Ukuran efektif atau

tidaknya suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku dapat dilihat dari

perilaku masyarakat. Suatu hukum atau peraturan perundang-undangan akan

efektif apabila warga masyarakat berperilaku sesuai dengan yang diharapkan

atau dikehendaki oleh atau peraturan perundang-undangan tersebut mencapai

tujuan yang dikehendaki, maka efektivitas hukum atau peraturan perundang-

undangan tersebut telah dicapai. 25

Teori efektivitas hukum menurut Soerjono Soekanto adalah bahwa

efektif atau tidaknya suatu hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor, yaitu :

1) Faktor hukumnya sendiri (undang-undang).

1) Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum.

2) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

3) Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku

atau diterapkan.

4) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang

didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Kelima faktor di atas saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena

merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur

daripada efektivitas penegakan hukum. Pada elemen pertama, yang

menentukan dapat berfungsinya hukum tertulis tersebut dengan baik atau

tidak adalah tergantung dari aturan hukum itu sendiri.

Teori efektivitas hukum yang dikemukakan Soerjono Soekanto

tersebut relevan dengan teori yang dikemukakan oleh Romli Atmasasmita

yaitu bahwa faktor-faktor yang menghambat efektivitas penegakan hukum

tidak hanya terletak pada sikap mental aparatur penegak hukum (hakim,

25 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum (Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada, 2008), 8.

Page 13: $7 .('$8/$7$1 5$.

12

jaksa, polisi dan penasihat hukum) akan tetapi juga terletak pada faktor

sosialisasi hukum yang sering diabaikan.26

D. Penutup

Dengan melibatkan rakyat dalam proses pembangunan nasional

maka diharapkan kepercayaan publik terhadap pemerintah dapat terus

ditingkatkan, dan meningkatnya kepercayaan warga dipercaya sebagai

indikator penting bagi menguatnya dukungan dan keabsahan pemerintah

yang berkuasa. Partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan anggota

masyarakat dalam pembangunan dan pelaksanaan (implementasi) program

atau proyek pembangunan yang dilakukan dalam masyarakat lokal.

Partisipasi masyarakat memiliki ciri-ciri bersifat proaktif dan bahkan reaktif

(artinya masyarakat ikut menalar baru bertindak), ada kesepakatan yang

dilakukan oleh semua yang terlibat, ada tindakan yang mengisi kesepakatan

tersebut, ada pembagian kewenangan dan tanggung jawab dalam kedudukan

yang setara.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Rustandi Dan Zul Afdi Ardian, Tata Negara, Jilid 1-2 Bandung:

Armico, 1986.

Budiyanto, Dasar-Dasar Ilmu Tata Negara Untuk SMU Kelas 3 Jakarta:

Penerbit Erlangga, 2003.

Kaelan, Pendidikan Pancasila Pendidikan Untuk Mewujudkan Nilai-Nilai

Pancasila Raa Kebangaan Dan Cinta Tanah Air Sesuaidengan SK

Dirjen Dikti No 43/Dikti/Kep/2006 Proses Reformasi UUD 1945

Pancasila Sebagai Sistem Falsafat Pancasila Sebagai Etika Politik

Paradigma Bermasyarakat Berbangsa Dan Bernegara, Jyogyakarta:

Penerbit Paradigma, 2010.

Lj, Van Apeldom, Pengantar Ilmu Hukum Jakarta: Pradnya Paramita, 1983.

26 Romli Atmasasmita, Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia &Penegakan Hukum (Bandung :

Mandar Maju, 2001), 55.

Page 14: $7 .('$8/$7$1 5$.

13

Maggalatung, Salman, Prinsip-Prinsip, Spremasi Hukum, Keadilan Dan Hak

Asasi Manusia Dalam Perspektif Hukum Islam, Jakarta: Anggota

IKAPI Fokus Grahamedia, 2006.

Atmoko, Tjipto, Partisipasi Publik Dan Birokratisme Pembangunan, Jurnal

Negarawan Di Terbitkan Tahun 2010.

Kusumatmadja, Mochtar, Fungsi Dan Perkembangan Hukum Dalam

Pembangunan Nasional, Bandung: Bina Cipta, 1976.

Prodjodigoro, R.Wirjono, Asas-Asas Hukum Tatanegara Di Indonesia,

Cetakan Ke Tiga, Jakarta: PT. Dian Rakyat, 1977.

Salman, R. Otje, Ikhtisar Filsafat Hukum (Bandung: Armico, Cetakan Ke 3,

1998.

Jurnal Sekretariat Negara RI Negarawan, Berpikir Bertindak Untuk

Kepentingan Negara, Edisi Ke 3 Terbitan Tahun 2007.

Lukman, Soetrisno Menuju Masyarakat Partisiptif, Jyogyakarta: 1995.

Manan, Abdul, Aspek-Aspek Pengubah Hukum, Jakarta:Putra Grafika, Cet,

Ke Empat, 2013.

Muchsin, Ikhtisar Hukum Ndonesia Setelah Perubahan Ke Empet UUD 1945

Dan Pemiliha Presiden Secara Langsung, Jakarta: Badan Penerbit

Iblam, 2005.

Piotr Staompka, Sosiologi Perubahan Sosial (The Sociology Of Social

Change), Di Terjemahkan Oleh Alinandan, Jakarta: Prenada Media,

2004.

Ndraha, T, Pembangunan Masyarakat, Mempersiapkan Masyarakat Tinnggal

Landas, Jakarta: Rinaka Cipta, 2003.

Rahardjo, Satjipto, Negara Hukum Yang Membahagiakan Rakyatnya,

Jakarta: Genta Publishing, 2009.

Effendi, Paulus Lotulung, Hukum Tata Negara Usaha Negara Dan

Kekuasaan, Jakarta: Salemba Humanika,, 2013.

Fadjar, Abdul Mukthie, Hukum Konstitusi Dan Mahkamah Konstitusi,

Sekretariat Jenderal Dan Kepaniteraan MK RI, Jakarta. 2006.

Page 15: $7 .('$8/$7$1 5$.

14

Asshidiqie, Jimly, Konstitusi Dan Konstitusionalisme Indonesia, Edisi Revisi,

Jakarta: Konstitusi Press, 2005.

Asshiddiqie, Jimly Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara,Jakarta; Rajawali

Pers 2011.

SF, Marbun, Dan Moh. Mahfud MD. Pokok-Pokok Hukum Administrasi

Negara, Yogyakarta: Liberty, 2000.

Soekanto, Soerjono Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008.

Soekanto, Soerjono Efektivitas Hukum Dan Penerapan Sanksi, Bandung :

CV. Ramadja Karya, 1988.

Atmasasmita, Romli, Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia &Penegakan

Hukum, Bandung: Mandar Maju, 2001.

Page 16: $7 .('$8/$7$1 5$.

15