BAB I

10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembelajaran ditunjukan oleh dikuasainya tujuan pembelajaran oleh siswa. Kita semua mengakui bahwa salah satu factor keberhasilan dalam pembelajaran adalah faktor kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran efektif tidak akan muncul dengan sendirinya tetapi guru harus menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara optimal. Secara umum tugas guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator yang bertugas menciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri siswa, dan sebagai pengelola pembelajaran yang bertugas menciptakan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. Permasalahan yang masih penulis hadapi sebagai guru kelas VI SDN Baktijaya 5 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok adalah rendahnya hasil belajar IPA. Dari pengalaman penulis beberapa kali ulangan tentang Bumi 1

description

sa

Transcript of BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan pembelajaran ditunjukan oleh dikuasainya tujuan

pembelajaran oleh siswa. Kita semua mengakui bahwa salah satu factor

keberhasilan dalam pembelajaran adalah faktor kemampuan guru dalam

merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran efektif tidak akan

muncul dengan sendirinya tetapi guru harus menciptakan pembelajaran yang

memungkinkan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara optimal.

Secara umum tugas guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator

yang bertugas menciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar

pada diri siswa, dan sebagai pengelola pembelajaran yang bertugas menciptakan

kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan pembelajaran

yang optimal.

Permasalahan yang masih penulis hadapi sebagai guru kelas VI SDN

Baktijaya 5 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok adalah rendahnya hasil belajar

IPA. Dari pengalaman penulis beberapa kali ulangan tentang Bumi dan Alam

Semesta. Dengan Fungsinya dari 40 siswa hanya berkisar 15 (37,5 %) siswa yang

tuntas (pada tes penjajagan) dengan nilai rata – rata kelas 5,6 padahal ketuntasan

minimal adalah 6,8.

Gejala yang nampak adalah siswa kurang bergairah dalam menerima

pembelajaran dan kecenderungan bersikap pasif dan suka mencontoh. Siswa

hanya menghafal sehingga kurang memahami konsep. Hasil diskusi penulis

dengan teman sejawat dan kepala sekolah diindikasikan bahwa rendahnya hasil

belajar tersebut antara lain disebabkan tidak tepatnya guru dalam pembelajaran.

Dimana pembelajaran yang diterapkan adalah pembelajaran secara konvensional

yang mana hanya dipergunakan metode ceramah dan guru sebagai satu-satunya

1

2

sumber belajar, kurang maksimalnya penggunaan media pembelajaran

sehingga pembelajaran sangat verbal.

Dengan ceramah sebagai alternatif utama secara otomatis pembelajaran

didominasi oleh guru (teacher centered) sehingga pembelajaran kurang

melibatkan siswa, dan komunikasi antar siswa dengan siswa atau guru dengan

siswa kurang terbangun, kebermaknaan dalam belajarpun sangat kurang dan

cenderung siswa tidak menyenangi ketrampilan berbicara mata pelajaran Bahasa

Indonesia. Seperti pada Wina Sanjaya (2006 : 147) ”Guru yang kurang memiliki

kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap metode yang

membosankan. Sering terjadi, walaupun secara fisik siswa ada didalam kelas,

namun secara mental siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya proses

pembelajaran; pikirannya melayang ke mana – mana, atau siswa mengantuk, oleh

karena gaya bertutur guru yang tidak menarik.”

Padahal kita ketahui bahwa pembelajaran IPA merupakan cara mencari

tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta,

konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.

Sehingga tidaklah tepat jika pembelajaran hanya dilaksanakan dengan

metode ceramah yang kemungkinan kecil dapat memberikan pengalaman

langsung kepada siswa.Seperti dalam (Depdiknas 2003 : 2):

“Pendidikan Sains di sekolah dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.”

Memperhatikan pentingnya pembelajaran IPA materi pokok Bumi dan

Alam Semesta di kelas VI SDN Baktijaya 5 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok

pada khususnya dan di SD–SD pada umumnya, berdasar hasil diskusi dengan

teman sejawat perlu adanya Penelitian Tindakan Kelas guna meningkatkan hasil

3

belajar, membangkitkan kreatifitas dan ide-ide siswa, menyenangkan bagi siswa,

melalui pembelajaran kooperatif model Jigsaw.

Dengan pembelajaran kooperatif model Jigsaw selain untuk membangun

tanggung jawab pribadi dan tanggung jawab kelompok juga untuk merubah

pembelajaran yang selama ini banyak dilaksanakan oleh para guru. Dimana guru

tidak merupakan satu–satunya sumber belajar (teacher centered) bagi siswa, sebab

rekan sebaya (peer teaching) juga sebagai sumber pengatahuan bagi dirinya.

Tehnik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja

sama dengan orang lain. Seperti dalam Anita lie (2002: 56 ):

”Keunggulan dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, teknik ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasinya mereka kepada orang lain.”

Berdasarkan uraian diatas penulis mengadakan penelitian dengan judul

“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Bumi Dan Alam Semesta

Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Bagi Siswa Kelas VI SDN

Baktijaya 5 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok Tahun Pelajaran 2015/2016.”

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan fakta dan data yang telah diuraikan dalam latar belakang

masalah, maka penulis memprioritaskan masalah yang akan dibahas dalam

penelitian ini sebagai berikut :

a. Tingkat keberhasilan peserta didik dalam menyerap materi pelajaran yang

disajikan guru masih rendah, hal ini dapat dilihat dari hasil tes awal yang

diberikan, dimana 57 % peserta didik mendapatkan nilai di bawah KKM.

b. Perhatian peserta didik terhadap proses pembelajaran masih sangat

kurang, dimana sebagian besar peserta didik lebih memilih

bermain/mengobrol dengan temannya daripada memperhatikan guru yang

sedang menjelaskan.

c. Suasana kelas cenderung gaduh dan kurang kondusif.

4

2. Analisis Masalah

Dari hasil identifikasi masalah yang telah dilakukan penulis, yaitu

“rendahnya nilai hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Matematika”,

selain itu juga kurangnya perhatian peserta didik terhadap proses pembelajaran

yang diberikan guru di dalam kelas.

Munculnya masalah tersebut diduga karena beberapa faktor antara lain :

a. Pemilihan model ataupun metode yang digunakan guru kurang tepat

b. Guru mengajar tanpa alat peraga

c. Guru kurang mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar

d. Guru membiarkan peserta didik mengobrol dengan temannya tanpa

memberikan teguran.

3. Alternatif dan Prioristas Pemecahan Masalah

Dengan melihat fakta diatas, sebagai guru, penulis merasa perlu

melakukan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta

didik pada mata pelajaran IPA di Kelas VI SDN Baktijaya 5.

Setelah melakukan refleksi dan berdiskusi dengan supervisor maka

penulis memutuskan untuk melakukan perbaikan pembelajaran dengan

menerapkan model belajar Kooperatif Tipe Jigsaw.

B. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas dan hasil diskusi peneliti, teman sejawat

dan Kepala Sekolah diketahui permasalahan yang masih dihadapi siswa kelas VI

SD Negeri Baktijaya 5 bahwa faktor penyebabnya antara lain adalah:

1. Dengan menggunakan metode ceramah, pembelajaran didominasi oleh guru

( teacher centered ) sehingga kesempatan siswa untuk berpartisipasi aktif

sangat kecil, komunikasi yang terjadi hanya komunikasi satu arah.

2. Dengan metode ceramah kebermaknaan belajar sangat rendah karena

keterlibatan siswa secara langsung tidak ada.

5

3. Dengan metode ceramah guru merupakan satu – satunya sumber belajar

siswa, sehingga teman sebaya ( peer teaching ) yang juga sumber belajar

siswa terabekan.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini secara umum adalah

untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA dengan

fokus penelitian “bumi dan alam semesta”. Adapun tujuan khusus pelaksanaan

PTK ini adalah untuk :

1. Menganalisis pengaruh model Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA kelas VI.

2. Mendeskripsikan dan mengidentifikasi cara menerapkan model belajar

Kooperatif Model Jigsaw pada mata pelajaran IPA.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberi manfaat baik bagi

peserta didik, guru sebagai peneliti maupun bagi sekolah sebagai lembaga

penyelenggara pendidikan. Manfaat tersebut antara lain :

a. Bagi Peserta Didik

1. Sebagai cara meningkatkan motivasi dan hasil pembelajaran pada mata

pelajaran IPA

2. Sebagai salah satu alternatif menumbuhkan motivasi belajar peserta didik

sehingga akan menciptakan suasana belajar yang kondusif.

b. Bagi Guru sebagai Peneliti

1. Memperbaiki proses pembelajaran yang dikelola guru sebagai pendidik,

sehingga menimbulkan kepuasan tersendiri pada diri guru karena telah

melakukan pembelajaran yang lebih baik.

6

2. Sebagai wadah untuk terus berkreasi, dan berinovasi dalam

mengembangkan proses pembelajaran dengan model terbaru.

3. Lebih meningkatkan profesionalisme dan kinerja sebagai pendidik yang

profesional.

4. Mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam pembelajaran yang

dilakukan melalui proses refleksi, sehingga dapat memperbaiki pembelajar

yang akan dilakukan seterusnya.

c. Bagi Sekolah

1. Meningkatkan kualitas pendidikan, yang dapat meningkatkan kepercayaan

masayarakat terhadap sekolah sebagai lembaga pendidikan.

2. Sebagai wadah untuk mengembangkan profesi dan wawasan guru.

3. Meningkatkan kualitas kompetensi peserta didik dan profesionalisme guru,

sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mampu

berkompetensi.