BAB I
description
Transcript of BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional yang
merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan etika
keperawatan.Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut
menentukan menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.Tenaga keperawatan secara
keseluruhan jumlahnya mendominasi tenaga kesehatan yang ada, dimana keperawatan
memberikan konstribusi yang unik terhadap bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu
kesatuan yang relatif, berkelanjutan, koordinatif dan advokatif.Keperawatan sebagai
suatu profesi menekankan kepada bentuk pelayanan professional yang sesuai dengan
standart dengan memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga pelayanan yang
diberikan dapat diterima oleh masyarakat dengan baik lanjut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah keperawatan di Indonesia?
2. Bagaimana sejarah perkembangan pendidikan keperawatan di Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan kurikulum keperawatan?
4. Apa dampak ejarah terhadap profil perawat Indonesia?
5. Apa saja factor pengaruh perkembangan kurikulum pendidikan?
6. Bagaimana riwayat pengakuan profesi?
7. Siapa saja tokoh keperwatan di Indonesia? Dan bagaimana peran serta
pengaruhnya?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui sejarah keperawatan di Indonesia.
2. Mengetahui sejarah perkembangan pendidikan keperawatan di Indonesia.
3. Mengetahui perkembangan kurikulum keperawatan.
4. Mengetahui dampak ejarah terhadap profil perawat Indonesia.
1
5. Mengetahui factor pengaruh perkembangan kurikulum pendidikan.
6. Mengetahui riwayat pengakuan profesi.
7. Mengetahui tokoh keperwatan di Indonesia, peran, dan pengaruhnya di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Keperawatan di Indonesia
1. Masa Sebelum Merdeka
a. Masa Penjajahan Belanda
Pada masa ini perawat barasal dari warga Indonesia yang di
sebut verpleger.Pekerjaan perawatdibantu oleh Zieken Opaser sebagai penjaga
orang sakit.Pada masa ini pelayanan kesehatan hanya ditujukan untuk para tentara
belanda. Mereka bekerja diBinnen Hospital di Jakarta yang di dirikan pada tahun
1799.
Dalam usaha-usaha meningkatkan kesehatan di Indonesia yaitu :
- Membentuk Dinas Kesehatan Tentara (Military Gezondherds).
- Membentuk Dinas Kesehatan Rakyat (Burgerlijke Gezondherds).
- Mendirika rumah sakit.
b. Masa Penjajahan Inggris
Gubernur jendral Inggris, Rafless sangat memperhatikan kesehatan rakyat
dengan moto nya adalah kesehatan adalah milik manusia, pada saat itu pula
telah diadakan berbagai usaha memelihara kesehatan, antara lain, mengadakan
pencacaran umum, cara perawatan pasien gangguan jiwa dan memperhatikan
kesehatan dan perawatan para tawanan.
c. Masa Penjajahan Belanda
Usaha peningkatan kesehatan penduduk mengalami kemajuan pada tahun
1819 di jakarta di dirikan beberapa rumah sakit, salah satu nya adalah Rumah
Sakit Stadsverband di Glondok Jakarta Barat.Rumah sakit ini dipindahkan ke
Salembapada tahun 1919 yang sekarang menjadi RSCM.
Pada kurun waktu 1816 – 1942 berdiri rumah sakit swasta milik
misionaris katolik dan Zending aprotestan(St.BoromeusBandung, Elizabeth
Semarang).
d. Masa Penjajahan Jepang
3
Kekalahan tentara sekutu dan kedatangan tentara Jepang tahun 1942-
1945.Merupakan masa gelap di dunia Keperawatan Indonesia.Pekerjaan perawat
pada masa penjajahan Belanda dan Inggris dikerjakan oleh perawat yang telah
terdidik, sedangkan pada masa jepang tugas perawat dilakukan oleh bangsa
jepang sendiri.Obat-obatan sangatkurang sehingga wabah penyakit timbul dimana
mana.
2. Masa Setelah Kemerdekaan
a. Periode tahun 1945 – 1962
Pada masa ini tidak ada perkembangan dalam keperawatan,tenaga yang di
gunakan masih meneruskan sistem pendidikan yang telah ada (lulusan pendidikan
perawat pemerintah Belanda). Tidak adanya perkembangan keperawatan secara
konseptual.Pelayanan yang di berikan masih berorientasi pada keterampilan
melaksanakan prosedur dan hanya perpanjangan tangan pelayanan
medis.Pembangunan di bidang kesehatan di mulai pada tahun 1949, sampai
dengan tahu 1950 pendidikan tenaga keperawatan dengan dasar pendidikan umum
Mulo+ 3 tahun untuk mendapat ijazah A (perawat umum), Ijazah B untuk perawat
jiwa dan Mantri juru rawat dengan pendidikan perawat dengan dasar sekolah
rakyat + 4 tahun.
b. Periode tahun 1963 – 1982
Tidak terlalu banyak perkembangan di bidang keperawatan, walau sudah
banyak perubahan dalam pelayanan, tempat, tenaga lulusan akademi keperawatan
banyak di minati oleh rumah sakit.
c. Periode tahun 1983 – sekarang
Sejak adanya kesepakatan lokakarya nasional Januari 1983 tentang
pengakuan dan di terimanya keberadaan keperawatan sebagai suatu profesi dan
pendidikan nya berada pada pendidikan tinggi. Pendidikan keperawatan bukan
hanya menekan kan pada keterampilan tetapi lebih pada penumbuhan, pembinaan
sikap dan keterampilan profesional berdasarkan landasan ilmu keperawatan.
Tahun 1984 di berlakukan kurikulam nasional untuk diploma III Keperawatan.
Tahun 1985 awal di buka nya program S1 keperawatan di UI, tahun 1992 tahun
penting bagi profesi keperawatan secara hukum keberadaan tenaga keperawatan
4
sebagai profesi di akui dalam UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan terutama
pasal 32 yang berbunyi :
Ayat 3 : Pengobatan atau perawatan dapat di lakukan berdasarkan ilmu
kedokteran atau ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat di
pertanggungjawabkan.
Ayat 4 :Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat di lakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
Dan peraturan pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
sebagai penjabaran nya, tahun 1995 di buka Program S1 keperawatan di
Padjadjaran Bandung dan tahun 1998 di UGM Yogyakarta serta Kurikulum Ners
di sahkan. Kemudian pada tahun 1999 S1 Keperawatan di buka di UNAIR
Surabaya, Universitas Brawijaya Malang, Universitas Hasanudin Ujung
pandang,USU, Universitas di ponegoro Jawa Tengah, Universitas Andalas dan
dnegan SK Mendikbud No. 129/D/0/1999 di buka juga sekolah tinggi ilmu
keperawatan di St.Carolus Jakarta. Pada tahun ini juga kurikulum DIII
keperawatan selesai di perbarui dan di berlakukan secara nasional.Tahun 2000 di
terbitkan SK Menkes No.647 tentang registrasi dan praktik keperawatan sebagai
regulasi praktik keperawatan sekaligus kekuatan hukum bagi tenaga perawat
dalam menjalankan praktik keperawatan secara profesional.
B. Sejarah Perkembangan Pendidikan Keperawatan di Indonesia
1913 : program pendidikan perawat I di RS Semarang
1914 : lulus 2 orang perawat pertama di Indonesia
1930 - 1945 : persyaratan masuk pendidikan → lulus SR (6 tahun)
RS dan MISI → syarat masuk lulus MULO + 3 tahun pendidikan → lulus
“sertifikat Diploma”
1940 : pendidikan keperawatan mengalami perubahan → pola perawat
jepang
1945 - 1950 : masa peralihan: perang kemerdekaan → pendidikan perawat tidak
menentu
5
1950 : Sekolah Guru Perawat di Bandung
1952 : SPR I di RS Rantja Badak (RSHS) Bandung
1962 :
a. Akper Depkes Jakarta
b. Akper Depkes Bandung
c. Akper St. Carolus Jakarta
1975 : sejarah penting untuk pendidikan keperawatan → “Pusdiknakes
Depkes” menetapkan kebijaksanaan dengan menyederhanakan
kategori ketenagaan keperawatan dari 24 macam → 2 kategori:
a. Tingkat dasar: SPK
b. JPT: DIII/SI
1984 : Diberlakukan kurikulum DIII Keperawatan
1985 : PSIK I dubuka di UI
1994 : PSIK FK di Unpad Bandung
1995 : PSIK UI menjadi FIK
1998 : PSIK FK UGM Yogyakarta
1999 : PSIK FK Unair, USU, UNHAS, UNDIP, UNIBRAW
1999 : STIK ST. Carolus Jakarta
C. Perkembangan Kurikulum Keperawatan
Kurikulum pendidikan keperawatan saat ini sedang mengalami proses
perkembangan, program pendidikan keperawatan sudah mulai ditingkatkan, adanya
pembinaan program pendidikan keperawatan dan masuknya program pendidikan tinggi
keperawatan pada komisi disiplin illmu kesehatan (CHS), adanya penyusunan kurikulum
nasional yang telah disyahkan oleh Dirjen Dikti melalui keputusan nomor 239/U/1999
tanggal 4 oktober tentang berlakunya kurikulum nasional tahun 1999 bagi institusi
penyelenggaran pendidikan DIII keperawatan.
Dalam perjalanannya kedudukan dan peran pendidikan tinggi keperawatan sangat
berperan dalam pengembangan pendidikan tinggi.Untuk mencapai kedudukan peran
sebagaimana mestinya pendidkan keperawatan diarahkan pada pendidikan sejagat,
6
pembangunan bangsa, pembangunan sistem pendidikan tinggi diindonesia dan
profesionalisasi keperawatan di Indonesia.
Sejalan dengan perkembangan yang ada kurikulum pendidikan keperawatan di
Indonesia harus dapat mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi keperawatan serta
menerapkan kedalam inovasi pendidikan keperawatan.
Pendidikan keperawatan di indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan di Indonesia
mencakup:
1. Pendidikan Vokasional
Yaitu jenis pendidikan diploma sesuai dengan jenjangnya untuk memiliki
keahlian ilmu terapan keperawatan yang diakui oleh pemerintah Republik
Indonesia.
2. Pendidikan Akademik
Yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan pasca sarjana yang diarahkan
terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.
3. Pendidikan Profesi
Yaitu pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan
peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.
Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan Indonesia dan sebutan Gelar:
1. Pendidikan jenjang Diploma Tiga keperawatan lulusannya mendapat sebutan
AhliMadya Keperawatan (AMD.Kep)
2. Pendidikan jenjang Ners (Nurse) yaitu (Sarjana+Profesi), lulusannya mendapat
sebutan Ners(Nurse),sebutan gelarnya (Ns)
3. Pendidikan jenjang Magister Keperawatan, Lulusannya mendapat gelar
(M.Kep)
4. Pendidikan jenjang Spesialis Keperawatan, terdiri dari:
a. Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, lulusannya (Sp.KMB)
b. Spesialis Keperawatan Maternitas, Lulusannya (Sp.Kep.Mat)
c. Spesialis Keperawatan Komunitas, Lulusannya (Sp.Kep.Kom)
d. Spesialis Keperawatan Anak, Lulusannya (Sp.Kep.Anak)
e. Spesialis Keperawatan Jiwa, Lulusannya (Sp.Kep.Jiwa)
7
f. Pendidikan jenjang Doktor Keperawatan, Lulusannya (Dr.Kep)
Lulusan pendidikan tinggi keperawatan sesuai dengan level KKNI, adalah sebagai
berikut:
1. Diploma tiga Keperawatan - Level KKNI 5
2. Ners (Sarjana+Ners) - Level KKNI 7
3. Magister keperawatan - Level KKNI 8
4. Ners Spesialis Keperawatan - Level KKNI 8
5. Doktor keperawatan - Level KKNI 9
Perkembangan pendidikan keperawatan sungguh sangat panjang dengan berbagai
dinamika perkembangan pendidikan di Indonesia, tetapi sejak tahun 1983 saat deklarasi
dan kongres Nasional pendidikan keperawatan indonesia yang dikawal oleh PPNI dan
diikuti oleh seluruh komponen keperawatan indonesia, serta dukungan penuh dari
pemerintah kemendiknas dan kemkes saat itu serta difasilitasi oleh Konsorsium
Pendidikan Ilmu kesehatan saat itu, sepakat bahwa pendidikan keperawatan Indonesia
adalah pendidikan profesi dan oleh karena itu harus berada pada pendidikan jenjang
Tinggi.dan sejak itu pulalah mulai dikaji dan dirangcang suatu bentuk pendidikan
keperawatan Indonesia yang pertama yaitu di Universitas Indonesia yang program
pertamannya dibuka tahun 1985.
Sejak 2008 PPNI, AIPNI dan dukungan serta bekerjasama dengan Kemendiknas
melalui project Health Profession Educational Quality (HPEQ), menperbaharui dan
menyusun kembali Standar Kompetensi Perawat Indonesia, Naskah Akademik
Pendidikan Keperawatan Indonesia, Standar Pendidikan Ners, standar borang akreditasi
pendidikan ners Indonesia. dan semua standar tersebut mengacu pada Peraturan Presiden
Nomor.8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan sat
ini sudah diselesaikan menjadi dokumen negara yang berkaitan dengan arah dan
kebijakan tentang pendidikan keperawatan Indonesia.
Standar-standar yang dimaksud diatas juga mengacu pada perkembangan
keilmuan keperawatan, perkembangan dunia kerja yang selalu berubah, dibawah ini
sekilas saya sampaikan beberapa hal yang tertulis dalam dokumen Naskah Akademik
Pendidikan Keperawatan, yang berkaitan dengan Jenis, jenjang, Gelar akademik dan
Level KKNI.
8
Mengetahui lebih jelas tentang Jenjang Pendidikan Keperawatan serta fungsi dan
gelar yang akan diperolehnya, mari kita simak penjelasan berikut dibawah ini :
1. SPK atau SMK atau D1 Keperawatan
Dalam hal ini masih di perdebatkan bahkan beberapa ada yang sudah di
gantikan menjadi SMK Keperawatan atau SMK Kesehatan.Mereka
mempelajari pelajaran umum seperti layaknya SMA atau SMU tetapi ada
tambahan materi saat pembelajaran yaitu Keperawatan.Mereka belajar konsep
penyakit, KDM,dsb. Sebelum tahun 2000–an Lulusan SPK/SMK ini masih di
daya gunakan di rumah sakit, bahkan di beberapa rumah sakit masih ada yang
SPK Keperawatan bahkan menjadi senior.
Untuk saat ini Lulusannya di daya gunakan menjadi Nurse Aids
atau Assisten Perawat. Beberapa Rumah sakit untuk alasan Cost effective
masih menggunakan jasa SPK atau SMK Keperawatan bahkan Homecare juga
menjadi peminat no.1 dengan alasan cost effective ini. Penjurusan ini pun
masih dalam perdebatan di kalangan klinisi keperawatan.
2. D3 atau D4 Keperawatan
Untuk saat ini menjadi Primadona di kalangan umum buat mereka yang
ingin menuntut Ilmu Keperawatan.Bagaimana tidak, lahan kerja yang banyak
dan kesempatan untuk bekerja yang besar dijadikan alasan mereka yang ingin
menggeluti bidang keperawatan (walaupun gajinya tidak jelas). Dikarenakan
sesuatu hal maka jenjang pendidikan ini tidak dapat menjadi kepala ruangan,
Apalagi untuk rumah sakit berstandar JCI atau type Rumah Sakit A, paling
hanya sebagai koordinator perawat dan beberapa sertifikat mesti di punyai
saat ingin melamar kerja.
3. S1 keperawatan + ners
S1 keperawatan dan profesi ners adalah hal yang paling banyak ditanya,
bagaimana bisa S1 keperawatan tanpa ners, lalu apa fungsinya. jika kamu
yang sudah menempuh jenjang S1 keperawatan lalu bercita-cita bekerja di
rumah sakit, mungkin itu hanya mimpi. di karenakan S1 keperawatan harus
9
melengkapi diri dengan profesi sebagai syarat bekerja sebagai klinisi atau
rumah sakit. pasalnya ners atau professi itu adalah acuan untuk bekerja di
rumah sakit.kompetensi yang di dapat saat ners adalah nilai baku yang di
gunakan nanti saat berpraktik sebagai klinisi, baik di rumah sakit ataupun
perusahaan berkelas international.lalu jika kita hanya S1 keperawatan
tanpa ners apakah bisa bekerja?tentu biasa, tetapi tidak sebagai klinisi atau
yang biasa merawat pasien tetapi lebih ke arah managerial, assurance,
kantor,etc. yang pastinya bukan untuk merawat pasien, kecuali klinik yang
kecil-kecilan yang biasanya tidak di tanya soal professi ners.
4. S2 Keperawatan dan Professi
Apa yang di pelajari adalah pemantapan dan penambahan ilmu lain saat
menempuh jalur S1 keperawatan. mereka yang menempuh S2 keperawatan
bisa mencapai karir ke managerial atau dosen, consultant nurse, kepala bidang
keperawatan atau memimpin sekelas PPNI (persatuan perawat nasional
indonesia), atau membidangi urusan medis di jalur independent atau anggota
dewan,etc.
5. Professor
Biasanya menempuh pendidikan di sertai riset atau penelitian yang
nantinya di gunakan bagi ilmu keperawatan. Professor biasanya diberikan
sebagai gelar bagi mereka yang sudah berjasa dalam bidang reset dan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang keperawatan.
D. Dampak Sejarah Terhadap Profil Perawat Indonesia
Sejarah adalah setiap peristiwa atau kejadian di masa lampau yang menyenangkan
maupun memilukan.Sejarah bukan sebatas cerita untuk generasi mendatang yang ditulis
sekadar untuk dihafalkan.Setiap manusia memiliki sejarah masing-masing, baik yang ber-
sifat individual, komunal, maupun nasional.Sama halnya dengan sejarah perjuangan
bangsa.Kemerdekaan yang diraih bukan hanya melibatkan tentara, tetapi juga seluruh
elemen bangsa.Mulai dari pemimpin sampai rakyat jelata, orang tua sampai anak-
anak.Semuanya bahu-membahu berjuang dengan semangat patriotisme.
10
Sejarah akan mewarnai masa depan. Apa yang terjadi di masa sekarang
dipengaruhi oleh sejarah pada masa sebelumnya. Kesuksesan yang diraih seseorang
dalam hidupnya merupakan hasil atau buah dari keuletan dan perjuangannya di masa
lalu.Contohnya adalah negara Jepang. Negara tersebut menjadi salah satu negara yang
pesat perekonomiannya.Keberhasilan ini salah satunya dipengaruhi oleh semangat bangsa
ini untuk terus maju dan meningkatkan produktivitasnya. Teori yang sama berlaku pula
di negara kita. Keterpurukan yang dialami bangsa Indonesia di hampir segala bidang
disebabkan oleh perilaku korup yang telah mendarah daging di negara ini sejak dulu.
Sistem hegemoni yang diterapkan oleh bangsa Eropa selama menjajah Indonesia
telah memberi dampak yang sangat besar pada seluruh lini kehidupan, termasuk profesi
perawat.Posisi Indonesia sebagai negara yang terjajah (subaltern)menyebabkan kita
selalu berada pada kondisi yang tertekan, lemah, dan tidak berdaya. Kita cenderung
menuruti apa saja yang menjadi keinginan penjajah. Situasi ini terus berlanjut dalam
kurun waktu yang lama sehingga terbentuk suatu formasi kultural.Kultur di dalamnya
mencakup pola perilaku, pola pikir, dan pola bertindak.Formasi kultural ini terus
terpelihara dari generasi ke generasi sehingga menjadi sesuatu
yang superorganic. Sejarah keperawatan di Indonesia pun tidak lepas dari pengaruh
penjajahan. Kali ini, penulis mencoba menganalisis mengapa masyarakat menganggap
perawat sebagai pembantu profesi kesehatan lain dalam hal ini profesi dokter. Ini ada
kaitannya dengan konsep hegemoni. Seperti dijelaskan di awal, perawat awalnya direkrut
dari Boemi Putera yang tidak lain adalah kaum terjajah, sedangkan dokter didatangkan
dari negara Belanda sebab pada saat itu di Indonesia belum ada sekolah kedokteran.
Sesuai dengan konsep hegemoni, posisi perawat di sini adalah sebagai subaltern yang
terus-menerus berada dalam cengkeraman kekuasaan dokter Belanda (penjajah).Kondisi
ini menyebabkan perawat berada pada posisi yang termarjinalkan.Keadaan ini
berlangsung selama berabad-abad sampai akhirnya terbentuk formas.
Posisi perawat sebagai subaltern yang tunduk dan patuh mengikuti apa keinginan
penjajah lama-kelamaan menjadi bagian dari karakter pribadi perawat. Akibatnya,
muncul stigma di masyarakat yang menyebut perawat sebagai pembantu dokter.Karena
stigma tersebut, peran dan posisi perawat di masyarakat semakin termarjinalkan.Kondisi
semacam ini telah membentuk karakter dalam diri perawat kultural pada tubuh perawat
11
yang pada akhirnya berpengaruh pada profesi keperawatan secara umum.Perawat
menjadi sosok tenaga kesehatan yang tidak mempunyai kejelasan wewenang atau ruang
lingkup.Orientasi tugas perawat dalam hal ini bukan untuk membantu klien mencapai
derajat kesehatan yang optimal, melainkan membantu pekerjaan dokter.Perawat tidak
diakui sebagai suatu profesi, melainkan pekerjaan di bidang kesehatan yang aktivitasnya
bukan didasarkan atas ilmu, tetapi atas perintah/instruksi dokter sebuah rutinitas
belaka.Pada akhirnya, timbul sikap manut perawat terhadap dokter.
Dampak lain yang tidak kalah penting adalah berkembangnya perilaku
profesional yang keliru dari diri perawat. Ada sebagian perawat yang menjalankan
praktik pengobatan yang sebenarnya merupakan kewenangan dokter.Realitas seperti ini
sering kita temui di masyarakat.Uniknya, sebutan untuk perawat pun beragam.Perawat
laki-laki biasa disebut mantra.Sedangkanperawat perempuan
disebutsuster. Ketimpanganini terjadi karena perawat sering kali diposisikan sebagai
pembantu dokter.Akibatnya, perawat terbiasa bekerja layaknya seorang dokter, padahal
lingkup kewenangan kedua profesi ini berbeda.
Tidak menutup kemungkinan, fenomena seperti ini masih terus berlangsung
hingga kini. Hal ini tentunya akan menghambat upaya pengembangan keperawatan
menjadi profesi kesehatan yang profesional. Seperti kita ketahui, kultur yang sudah
terinternalisasi akan sulit untuk diubah. Dibutuhkan persamaan persepsi dan cita-cita
antar-perawat serta kemauanprofesi lain untuk menerima dan mengakui perawat sebagai
sebuah profesi kesehatan yang profesional. Tentunya kita berharap pengakuan ini bukan
sekedar wacana, tetapi harus terealisasikan dalam kehidupan profesional.
Paradigma yang kemudian terbentuk karena kondisi ini adalah pandangan bahwa
perawat merupakan bagian dari dokter.Dengan demikian, dokter berhak “mengendalikan”
aktivitas perawat terhadap klien.Perawat menjadi perpanjangan tangan dokter dan berada
pada posisi submisif. Kondisi seperti ini sering kali temui dalam pelayanan kesehatan di
rumah sakit.Salah satu penyebabnya adalah masih belum berfungsinya sistem kolaborasi
antara dokter dan perawat dengan benar.
Jika kita cermati lebih jauh, hal yang berlaku justru sebaliknya.Dokter seharusnya
merupakan bagian dari perawatan klien.Seperti kita ketahui, perawat merupakan tenaga
kesehatan yang paling sering dan paling lama berinteraksi dengan klien.Asuhan
12
keperawatan yang diberikan pun sepanjang rentang sehat-sakit.Dengan demikian,
perawat adalah pihak yang paling mengetahui perkembangan kondisi kesehatan klien
secara menyeluruh dan bertanggung jawab atas klien. Sudah selayaknya jika profesi kese-
hatan lain meminta “izin” terlebih dahulu kepada perawat sebelum berinteraksi dengan
klien. Hal yang sama juga berlaku untuk keputusan memulangkan klien. Klien baru boleh
pulang setelah perawat menyatakan kondisinya memungkinkan.Walaupun program terapi
sudah dianggap selesai, program perawatan masih terus berlanjut karena lingkup
keperawatan bukan hanya pada saat klien sakit, tetapi juga setelah kondisi klien sehat.
E. Factor Pengaruh Perkembangan Kurikulum Pendidikan Keperawatan
1. Factor dari luar
Misalnya organisasi profesi keperawatan, kebijakan pemerintah, factor-faktor social,
pola kesehatan dan penyakit, perubahan demografi dan ekonomi masyarakat.
2. Teori kurikulum
Ini sangat berpengaruh pada pengembangan kurikulum keperawatan dengan adanya
pendekatan teori tentang model proses yang mengalahkan pada kriteria, nilai,
instruksional dari mata ajaran yang akan dipelajari.
3. Adanya teori belajar
Ini sangat berpengaruh pada pengembangan kurikulum, seperti munculnya teori yang
lebih menekankan pada perubahan perilaku yang terjadi oleh karena stimulus yang
dikenal dengan nama stimulus – respon, adanya teori kognitif yang menekankan pada
keterampilan intelektual dan berfikir, perasaan dan pengalaman, adanya teori social
learning yang menekankan pada interaksi antara individu dan lingkungan, adanya
teori andragogy yang menekankan tentang bagaimana mahasiswa belajar.
4. Strategi mengajar
Perubahan terhadap kurikulum dapat dipengaruhi oleh strategi mengajar, dimana
strategi mengajar merupakan metode yang bergerak dari ketergantungan pada seorang
guru ke pelajar, pola-pola yang ada dalam strategi akan mempengaruhi
perkembangan kurikulum.
5. Adanya teori keperawatan dapat mempengaruhi pengembangan kurikulum
13
Hal ini karena dalam tubuh pengetahuan ilmu keperawatan akan berkembang dimana
keperawatan terlibat dalam penelitian sehingga muncul teori yang dapat
mempengaruhi pengembangan kurikulum.
6. Proses keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan harus berdasarkan pendekatan sistem,
melalui proses keperawatan dan model pemberi asuhan keperawatan tersebut yang
dapat digali dari pengembangan kurikulum sehingga hal ini tampak sekali bahwa
proses keperawatan akan berpengaruh pada pengembangan kurikulum.
7. Praktek keperawatan
Model praktek keperawatan secara professional akan menggugah untuk
mengembangkan kurikulum yang ada, adanya pengalaman yang nyata akan merubah
situasi yang ada sehingga model kurikulum dapat dipengaruhi.
F. Riwayat Pengakuan Profesi
Januari tahun 1983 merupakan kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia,
sebagi perwujudan kesepakatan lokakarya nasional tentang pengakuan dan di terimanya
keberadaan keperawatan sebagai suatu profesi dan pendidikan nya berada pada
pendidikan tinggi. Pendidikan keperawatan bukan hanya menekan kan pada keterampilan
tetapi lebih pada penumbuhan, pembinaan sikap dan keterampilan profesional
berdasarkan landasan ilmu keperawatan. Tahun 1984 di berlakukan kurikulam nasional
untuk diploma III Keperawatan.Dari sinilah awal pengembangan profesi keperawatan
Indonesia yang sampai saat ini perlu perjuangan, karena keperawatan di Indonesia sudah
di akui sebagai profesi maka pelayanan atau asuhan keperwatan yang di berikan harus
bedasarkan ilmu keperawatan. Sejalan dengan tuntutan UU No.23 tahun 1992 tentang
kesehatan terutama pada pasal 32 dan peraturan pemerintahan No. 32 tahun 1996 tentang
tenaga kesehatan sebagai penjabarannya.
G. Tokoh Keperawatan di Indonesia, Peran , dan Pengaruhnya
1. Prof. Dra. Hj Elly Nurachmach,Skp, MApp Sc, DN Sc
Lahir pada tanggal 17-08-1948.Beliau adalah professor pertama Indonesia dalam
bidang keperawatan.Riwayat pendidikan yang pernah ditempuhnya adalah :
14
a. Doktor Ilmu Keperawatan ( Keperawatan Onkologi ) Catholic University of
America, Washington DC tahun 1998.
b. Master Keperawatan Medical Bedah The University of Sydney, Australia
tahun 1990.
c. Sarjana Keperawatan PSIK Universitas Indonesia tahun 1988.
d. Sarjana Administrasi Negara STIA –LAN.
e. DIII Akper Depkes Jakarta.
Berawal dari mimpi bahwa perawat Indonesia harus bergelar sarjana dan melihat
kenyataan bahwa pada tahun 1991 perawat bergelar sarjana hanya3000 orang , dan
250 ribu perawat hanya bermodal pendidikan pas-pasan.Beliau berusaha mengatasi
ketertinggalan dengan cara mendirikan Asosiasi Institusi Pendidikan Nurse Indonesia
(AIPNI) pada tanggal 29 Juni 2001.Visi dari AIPNI adalah menjadi wadah institusi
penyelenggara pendidikan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan masyarakat,
pengembangan teknologi keperawatan melalui penyelenggaraan proses pendidikan
Ners yang berwawasan global.
2. Tien Gartinah, Skp, MN
Lahir di Sukabumi 25 Mei 1948, Beliau menempuh pendidikan sebagai berikut :
a. Master Nursing University of Philipines tahun 1982.
b. Sarjana Keperawatan di University of Sydney, Australia tahun 1970.
c. Akper Cipto Mangunkusumo.
Pada bulan Oktober 2011, beliau dilantik oleh Menteri Kesehatan dr. Endang
Rahayu Sedyaningsih, menjadi anggota Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia
(BPRSI) di Kemenkes RI. Adapun tugas pokok BPRSI adalah:
a. Membuat pedoman tentang pengawasan rumah sakit untuk digunakan oleh
BPRS tingkat provinsi.
b. Membentuk system pelaporan dan system informasi yang merupakan jejaring
pusat ke provinsi.
c. Melakukan analisa hasil pengawasan dan memberikan rekomendasi kepada
pemerintah daerah sebagai bahan binaan.
Dengan adanya pengawasan dari BPRSI diharapkan rumah sakit dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, memenuhi pelayanan kesehatan yang
15
terjangkau, keselamatan pasien, pengembangan jangkauan pelayanan,dan
peningkatan kemampuan dan kemandirian perawat.Beliau juga aktif mengajar di
berbagai universitas, menjadi pembicara dalam pelbagai seminar baik di dalam
ataupun di luar negri dan aktif menulis buku panduan untuk perawat diantaranya
adalah; Modul Etika dalam Keperawatan dan Message for Sick in Indonesia dalam
buku ini beliau mengatakan bahwa perlunya spiritual dalam upaya perawatan dan
penyembuhan dan pemahaman tentang penyakit bukan hanya dimengerti oleh pasien,
dokter dan perawat saja melainkan orang sehat juga perlu mengerti apa yang harus
dilakukan ketika sakit.
3. Prof. Achir Yani Syuhaimie Hamid, MN, DN Sc
Lahir di Palembang, 23 Oktober 1954.Beliau menempuh pendidikan sebagai
berikut :
a. Doktor Nursing Science, Catholic University of America tahun 1993.
b. Master Nursing University of Philipines 1983.
c. Sarjana Keperawatan PSIK UI.
d. Akper depkes Jakarta tahun 1976.
Beliau aktif mengajar diberbagai universitas, menjadi pembicara dalam berbagai
seminar baik di dalam maupun di luar negeri dan aktif dalam organisasi PPNI
(Persatuan Perawat Nasional Indonesia) yang didirikan pada tanggal 17 Maret 1974.
Sebagai ketua Dewan Pertimbangan Pusat PPNI, beliau berhasil meloloskan UU
Keperawatan masuk dalam daftar 10 besar Program Legislasi Nasional pada Divisi
IX DPR .Pada tanggal 04 Juni 2012 dalam Rapat Komite III DPD RI, beliau
memaparkan perlunya dibentuk RUU Keperawatan ditinjau dari segi filosofi,
sosiologis dan yuridis.
Adapun alasan secara filosofis bahwa kesehatan adalah hak azazi manusia yang
harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh
masyarakat melalui penyelenggaraan yang berkualitas dan terjangkau oleh
masyarakat.
Dari segi hukum, bahwa perlu adanya peningkatan kualitas standarisasi,
kompetensi dan sertifikasi perawat dan praktek keperawatan termasuk perlindungan
hukum bagi perawatan dalam menjalankan profesinya.Tinjauan selanjutnya adalah
16
dari segi sosiologis, bahwa tindakan asuhan keperawatan terjadi dalam waktu 24 jam
sehari.75 % dari kegiatan pelayanan kesehatan adalah pelayanan keperawatan dengan
60 % tenaga perawat yang bekerja .
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan profesi yang memberikan pelayanan
kesehatan guna untuk meningkatkan kesehatan bagi masyarakat.Keperawatan ternyata
sudah ada sejak manusia itu ada dan hingga saat ini Profesi keperawatan berkembang
dengan pesat.Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia tidak hanya berlangsung
di tatanan praktik, dalam hal ini layanan keperawatan, tetapi juga di dunia pendidikan
keperawatan.Tidak asing lagi, pendidikan keperawatan memberi pengaruh yang besar
terhadap kualitas layanan keperawatan.Karenanya, perawat harus terus meningkatkan
kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan keperawatan yang berkelanjutan.
Keperawatan sebagai profesi di Indonesia mulai di sadari pada awal tahun 1983
yaitu setelah di sepakatinya keperawatan sebagai profesi dan pendidikan keperawatan
berada pada jenjang pendidikan tinggi.Sejak tahun itulah terjadi profesionalisasi di
bidang keperawatan.Keperawatan sebagai suatu profesi saat ini sudah semakin jelas
adanya perkembangan pendidikan tinggi keperawatan, perkembangan konsep dan
perangkat hukum yang mengatur tentang praktik keperawatan, walaupun pada
kenyataan nya praktik keperawatan profesional hingga saat ini belum di rasakan
sepenuhnya oleh masyarakat luas.
B. Saran
Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon perawat harus
terus meningkatkan kompetensi diri, salah satunya melalui pendidikan keperawatan
yang berkelanjutan, sehingga kita tidak mengalami ketertinggalan dari keperawatan
internasional.
18