BAB I

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan etika keperawatan.Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.Tenaga keperawatan secara keseluruhan jumlahnya mendominasi tenaga kesehatan yang ada, dimana keperawatan memberikan konstribusi yang unik terhadap bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu kesatuan yang relatif, berkelanjutan, koordinatif dan advokatif.Keperawatan sebagai suatu profesi menekankan kepada bentuk pelayanan professional yang sesuai dengan standart dengan memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh masyarakat dengan baik lanjut. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah keperawatan di Indonesia? 2. Bagaimana sejarah perkembangan pendidikan keperawatan di Indonesia? 3. Bagaimana perkembangan kurikulum keperawatan? 4. Apa dampak ejarah terhadap profil perawat Indonesia? 1

description

sejarah keperawatan di indonesia

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional yang

merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan etika

keperawatan.Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut

menentukan menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.Tenaga keperawatan secara

keseluruhan jumlahnya mendominasi tenaga kesehatan yang ada, dimana keperawatan

memberikan konstribusi yang unik terhadap bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu

kesatuan yang relatif, berkelanjutan, koordinatif dan advokatif.Keperawatan sebagai

suatu profesi menekankan kepada bentuk pelayanan professional yang sesuai dengan

standart dengan memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga pelayanan yang

diberikan dapat diterima oleh masyarakat dengan baik lanjut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah keperawatan di Indonesia?

2. Bagaimana sejarah perkembangan pendidikan keperawatan di Indonesia?

3. Bagaimana perkembangan kurikulum keperawatan?

4. Apa dampak ejarah terhadap profil perawat Indonesia?

5. Apa saja factor pengaruh perkembangan kurikulum pendidikan?

6. Bagaimana riwayat pengakuan profesi?

7. Siapa saja tokoh keperwatan di Indonesia? Dan bagaimana peran serta

pengaruhnya?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui sejarah keperawatan di Indonesia.

2. Mengetahui sejarah perkembangan pendidikan keperawatan di Indonesia.

3. Mengetahui perkembangan kurikulum keperawatan.

4. Mengetahui dampak ejarah terhadap profil perawat Indonesia.

1

Page 2: BAB I

5. Mengetahui factor pengaruh perkembangan kurikulum pendidikan.

6. Mengetahui riwayat pengakuan profesi.

7. Mengetahui tokoh keperwatan di Indonesia, peran, dan pengaruhnya di Indonesia.

2

Page 3: BAB I

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Keperawatan di Indonesia

1. Masa Sebelum Merdeka

a. Masa Penjajahan Belanda

Pada masa ini perawat barasal dari warga Indonesia yang di

sebut verpleger.Pekerjaan perawatdibantu oleh Zieken Opaser sebagai penjaga

orang sakit.Pada masa ini pelayanan kesehatan hanya ditujukan untuk para tentara

belanda. Mereka bekerja diBinnen Hospital di Jakarta yang  di dirikan pada tahun

1799.

Dalam usaha-usaha meningkatkan kesehatan di Indonesia yaitu :

- Membentuk Dinas Kesehatan Tentara (Military Gezondherds).

- Membentuk Dinas Kesehatan Rakyat (Burgerlijke Gezondherds).

- Mendirika rumah sakit.

b. Masa Penjajahan Inggris

Gubernur jendral Inggris, Rafless sangat memperhatikan kesehatan rakyat

dengan moto nya adalah kesehatan adalah milik   manusia,  pada saat itu pula

telah diadakan berbagai usaha memelihara kesehatan, antara lain, mengadakan

pencacaran umum, cara perawatan pasien gangguan jiwa dan memperhatikan

kesehatan dan perawatan para tawanan.

c. Masa Penjajahan Belanda

Usaha peningkatan kesehatan penduduk mengalami kemajuan pada tahun

1819 di jakarta di dirikan beberapa rumah sakit, salah satu nya adalah Rumah

Sakit Stadsverband di Glondok Jakarta Barat.Rumah sakit ini dipindahkan ke

Salembapada tahun 1919 yang sekarang menjadi RSCM.

Pada kurun waktu 1816 – 1942 berdiri rumah sakit swasta milik

misionaris katolik dan Zending aprotestan(St.BoromeusBandung, Elizabeth

Semarang).

d. Masa Penjajahan Jepang

3

Page 4: BAB I

Kekalahan tentara sekutu dan kedatangan tentara Jepang tahun 1942-

1945.Merupakan masa gelap di dunia Keperawatan Indonesia.Pekerjaan perawat

pada masa penjajahan Belanda dan Inggris dikerjakan oleh perawat yang telah

terdidik, sedangkan pada masa jepang tugas perawat dilakukan oleh bangsa

jepang sendiri.Obat-obatan sangatkurang sehingga wabah penyakit timbul dimana

mana.

2. Masa Setelah Kemerdekaan

a. Periode tahun 1945 – 1962

Pada masa ini tidak ada perkembangan dalam keperawatan,tenaga yang di

gunakan masih meneruskan sistem pendidikan yang telah ada (lulusan pendidikan

perawat pemerintah Belanda). Tidak adanya perkembangan keperawatan secara

konseptual.Pelayanan yang di berikan masih berorientasi pada keterampilan

melaksanakan prosedur dan hanya perpanjangan tangan pelayanan

medis.Pembangunan di bidang kesehatan di mulai pada tahun 1949, sampai

dengan tahu 1950 pendidikan tenaga keperawatan dengan dasar pendidikan umum

Mulo+ 3 tahun untuk mendapat ijazah A (perawat umum), Ijazah B untuk perawat

jiwa dan Mantri juru rawat dengan pendidikan perawat dengan dasar sekolah

rakyat + 4 tahun.

b. Periode tahun 1963 – 1982

Tidak terlalu banyak perkembangan di bidang keperawatan, walau sudah

banyak perubahan dalam pelayanan, tempat, tenaga lulusan akademi keperawatan

banyak di minati oleh rumah sakit.

c. Periode tahun 1983 – sekarang

Sejak adanya kesepakatan lokakarya nasional Januari 1983 tentang

pengakuan dan di terimanya keberadaan keperawatan sebagai suatu profesi dan

pendidikan nya berada pada pendidikan tinggi. Pendidikan keperawatan bukan

hanya menekan kan pada keterampilan tetapi lebih pada penumbuhan, pembinaan

sikap dan keterampilan profesional berdasarkan landasan ilmu keperawatan.

Tahun 1984 di berlakukan kurikulam nasional untuk diploma III Keperawatan.

Tahun 1985 awal di buka nya program S1 keperawatan di UI, tahun 1992 tahun

penting bagi profesi keperawatan secara hukum keberadaan tenaga keperawatan

4

Page 5: BAB I

sebagai profesi di akui dalam UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan terutama

pasal 32 yang berbunyi :

Ayat 3 : Pengobatan atau perawatan dapat di lakukan berdasarkan ilmu

kedokteran atau ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat di

pertanggungjawabkan.

Ayat 4 :Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu

kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat di lakukan oleh tenaga

kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.

Dan peraturan pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan

sebagai penjabaran nya, tahun 1995 di buka Program S1 keperawatan di

Padjadjaran Bandung  dan tahun 1998 di UGM Yogyakarta serta Kurikulum Ners

di sahkan. Kemudian pada tahun 1999 S1 Keperawatan di buka di UNAIR

Surabaya, Universitas Brawijaya Malang, Universitas Hasanudin Ujung

pandang,USU, Universitas di ponegoro Jawa Tengah, Universitas Andalas dan

dnegan SK Mendikbud No. 129/D/0/1999 di buka juga sekolah tinggi ilmu

keperawatan di St.Carolus Jakarta. Pada tahun ini juga kurikulum DIII

keperawatan selesai di perbarui dan di berlakukan secara nasional.Tahun 2000 di

terbitkan SK Menkes No.647 tentang registrasi dan praktik keperawatan sebagai

regulasi praktik keperawatan sekaligus kekuatan hukum bagi tenaga perawat

dalam menjalankan praktik keperawatan secara profesional.

B. Sejarah Perkembangan Pendidikan Keperawatan di Indonesia

1913 : program pendidikan perawat I di RS Semarang

1914 : lulus 2 orang perawat pertama di Indonesia

1930 - 1945 : persyaratan masuk pendidikan → lulus SR (6 tahun)

RS dan MISI → syarat masuk lulus MULO + 3 tahun pendidikan → lulus

“sertifikat Diploma”

1940 : pendidikan keperawatan mengalami perubahan → pola perawat

jepang

1945 - 1950 : masa peralihan: perang kemerdekaan → pendidikan perawat tidak

menentu

5

Page 6: BAB I

1950 : Sekolah Guru Perawat di Bandung

1952 : SPR I di RS Rantja Badak (RSHS) Bandung

1962 :

a. Akper Depkes Jakarta

b. Akper Depkes Bandung

c. Akper St. Carolus Jakarta

1975 : sejarah penting untuk pendidikan keperawatan → “Pusdiknakes

Depkes” menetapkan kebijaksanaan dengan menyederhanakan

kategori ketenagaan keperawatan dari 24 macam → 2 kategori:

a. Tingkat dasar: SPK

b. JPT: DIII/SI

1984 : Diberlakukan kurikulum DIII Keperawatan

1985 : PSIK I dubuka di UI

1994 : PSIK FK di Unpad Bandung

1995 : PSIK UI menjadi FIK

1998 : PSIK FK UGM Yogyakarta

1999 : PSIK FK Unair, USU, UNHAS, UNDIP, UNIBRAW

1999 : STIK ST. Carolus Jakarta

C. Perkembangan Kurikulum Keperawatan

Kurikulum pendidikan keperawatan saat ini sedang mengalami proses

perkembangan, program pendidikan keperawatan sudah mulai ditingkatkan, adanya

pembinaan program pendidikan keperawatan dan masuknya program pendidikan tinggi

keperawatan pada komisi disiplin illmu kesehatan (CHS), adanya penyusunan kurikulum

nasional yang telah disyahkan oleh Dirjen Dikti melalui keputusan nomor 239/U/1999

tanggal 4 oktober tentang berlakunya kurikulum nasional tahun 1999 bagi institusi

penyelenggaran pendidikan DIII keperawatan.

Dalam perjalanannya kedudukan dan peran pendidikan tinggi keperawatan sangat

berperan dalam pengembangan pendidikan tinggi.Untuk mencapai kedudukan peran

sebagaimana mestinya pendidkan keperawatan diarahkan pada pendidikan sejagat,

6

Page 7: BAB I

pembangunan bangsa, pembangunan sistem pendidikan tinggi diindonesia dan

profesionalisasi keperawatan di Indonesia.

Sejalan dengan perkembangan yang ada kurikulum pendidikan keperawatan di

Indonesia harus dapat mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi keperawatan serta

menerapkan kedalam inovasi pendidikan keperawatan.

Pendidikan keperawatan di indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun 2003

tentang Sistem  Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan di Indonesia

mencakup:

1. Pendidikan Vokasional

Yaitu jenis pendidikan diploma sesuai dengan jenjangnya untuk memiliki

keahlian ilmu terapan keperawatan yang diakui oleh pemerintah Republik

Indonesia.

2. Pendidikan Akademik

Yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan pasca sarjana yang diarahkan

terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.

3. Pendidikan Profesi

Yaitu pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan

peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.

Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan Indonesia dan sebutan Gelar:

1. Pendidikan jenjang Diploma Tiga keperawatan lulusannya mendapat sebutan

AhliMadya Keperawatan (AMD.Kep)

2. Pendidikan jenjang Ners (Nurse) yaitu (Sarjana+Profesi), lulusannya mendapat

sebutan Ners(Nurse),sebutan gelarnya (Ns)

3. Pendidikan jenjang Magister Keperawatan, Lulusannya mendapat gelar

(M.Kep)

4. Pendidikan jenjang Spesialis Keperawatan, terdiri dari:

a.  Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, lulusannya (Sp.KMB)

b. Spesialis Keperawatan Maternitas, Lulusannya (Sp.Kep.Mat)

c. Spesialis Keperawatan Komunitas, Lulusannya (Sp.Kep.Kom)

d. Spesialis Keperawatan Anak, Lulusannya (Sp.Kep.Anak)

e. Spesialis Keperawatan Jiwa, Lulusannya (Sp.Kep.Jiwa)

7

Page 8: BAB I

f. Pendidikan jenjang Doktor Keperawatan, Lulusannya (Dr.Kep)

Lulusan pendidikan tinggi keperawatan sesuai dengan level KKNI, adalah sebagai

berikut:

1. Diploma tiga Keperawatan - Level KKNI 5

2. Ners (Sarjana+Ners) - Level KKNI 7

3. Magister keperawatan - Level KKNI 8

4. Ners Spesialis Keperawatan - Level KKNI 8

5. Doktor keperawatan - Level KKNI 9

Perkembangan pendidikan keperawatan sungguh sangat panjang dengan berbagai

dinamika perkembangan pendidikan di Indonesia, tetapi sejak tahun 1983 saat deklarasi

dan kongres Nasional pendidikan keperawatan indonesia yang dikawal oleh PPNI dan

diikuti oleh seluruh komponen keperawatan indonesia, serta dukungan penuh dari

pemerintah kemendiknas dan kemkes saat itu serta difasilitasi oleh Konsorsium

Pendidikan Ilmu kesehatan saat itu, sepakat bahwa pendidikan keperawatan Indonesia

adalah pendidikan profesi dan oleh karena itu harus berada pada pendidikan jenjang

Tinggi.dan sejak itu pulalah mulai dikaji dan dirangcang suatu bentuk pendidikan

keperawatan Indonesia yang pertama yaitu di Universitas Indonesia yang program

pertamannya dibuka tahun 1985.

Sejak 2008 PPNI, AIPNI dan dukungan serta bekerjasama dengan Kemendiknas

melalui project Health Profession Educational Quality (HPEQ), menperbaharui dan

menyusun kembali Standar Kompetensi Perawat Indonesia, Naskah Akademik

Pendidikan Keperawatan Indonesia, Standar Pendidikan Ners, standar borang akreditasi

pendidikan ners Indonesia. dan semua standar tersebut mengacu pada Peraturan Presiden

Nomor.8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan sat

ini sudah diselesaikan menjadi dokumen negara yang berkaitan dengan arah dan

kebijakan tentang pendidikan keperawatan Indonesia.

Standar-standar yang dimaksud diatas juga mengacu pada perkembangan

keilmuan keperawatan, perkembangan dunia kerja yang selalu berubah, dibawah ini

sekilas saya sampaikan beberapa hal yang tertulis dalam dokumen Naskah Akademik

Pendidikan Keperawatan, yang berkaitan dengan Jenis, jenjang, Gelar akademik dan

Level KKNI.

8

Page 9: BAB I

Mengetahui lebih jelas tentang Jenjang Pendidikan Keperawatan serta fungsi dan

gelar yang akan diperolehnya, mari kita simak penjelasan berikut dibawah ini :

1. SPK atau SMK atau D1 Keperawatan

Dalam hal ini masih di perdebatkan bahkan beberapa ada yang sudah di

gantikan menjadi SMK Keperawatan atau SMK Kesehatan.Mereka

mempelajari pelajaran umum seperti layaknya SMA atau SMU tetapi ada

tambahan materi saat pembelajaran yaitu Keperawatan.Mereka belajar konsep

penyakit, KDM,dsb. Sebelum tahun 2000–an Lulusan SPK/SMK ini masih di

daya gunakan di rumah sakit, bahkan di beberapa rumah sakit masih ada yang

SPK Keperawatan bahkan menjadi senior.

Untuk saat ini Lulusannya di daya gunakan menjadi Nurse Aids

atau Assisten Perawat. Beberapa Rumah sakit untuk alasan Cost effective

masih menggunakan jasa SPK atau SMK Keperawatan bahkan Homecare juga

menjadi peminat no.1 dengan alasan cost effective ini. Penjurusan ini pun

masih dalam perdebatan di kalangan klinisi keperawatan.

2. D3 atau D4 Keperawatan

Untuk saat ini menjadi Primadona di kalangan umum buat mereka yang

ingin menuntut Ilmu Keperawatan.Bagaimana tidak, lahan kerja yang banyak

dan kesempatan untuk bekerja yang besar dijadikan alasan mereka yang ingin

menggeluti bidang keperawatan (walaupun gajinya tidak jelas). Dikarenakan

sesuatu hal maka jenjang pendidikan ini tidak dapat menjadi kepala ruangan,

Apalagi untuk rumah sakit berstandar JCI atau type Rumah Sakit A, paling

hanya sebagai koordinator perawat dan beberapa sertifikat mesti di punyai

saat ingin melamar kerja.

3. S1 keperawatan + ners

S1 keperawatan dan profesi ners adalah hal yang paling banyak ditanya,

bagaimana bisa S1 keperawatan tanpa ners, lalu apa fungsinya. jika kamu

yang sudah menempuh jenjang S1 keperawatan lalu bercita-cita bekerja di

rumah sakit, mungkin itu hanya mimpi. di karenakan S1 keperawatan harus

9

Page 10: BAB I

melengkapi diri dengan profesi sebagai syarat bekerja sebagai klinisi atau

rumah sakit. pasalnya ners atau professi itu adalah acuan untuk bekerja di

rumah sakit.kompetensi yang di dapat saat ners adalah nilai baku yang di

gunakan nanti saat berpraktik sebagai klinisi, baik di rumah sakit ataupun

perusahaan berkelas international.lalu jika kita hanya S1 keperawatan

tanpa ners apakah bisa bekerja?tentu biasa, tetapi tidak sebagai klinisi atau

yang biasa merawat pasien tetapi lebih ke arah managerial, assurance,

kantor,etc. yang pastinya bukan untuk merawat pasien, kecuali klinik yang

kecil-kecilan yang biasanya tidak di tanya soal professi ners.

4. S2 Keperawatan dan Professi

Apa yang di pelajari adalah pemantapan dan penambahan ilmu lain saat

menempuh jalur S1 keperawatan. mereka yang menempuh S2 keperawatan

bisa mencapai karir ke managerial atau dosen, consultant nurse, kepala bidang

keperawatan atau memimpin sekelas PPNI (persatuan perawat nasional

indonesia), atau membidangi urusan medis di jalur independent atau anggota

dewan,etc.

5. Professor

Biasanya menempuh pendidikan di sertai riset atau penelitian yang

nantinya di gunakan bagi ilmu keperawatan. Professor biasanya diberikan

sebagai gelar bagi mereka yang sudah berjasa dalam bidang reset dan ilmu

pengetahuan khususnya dalam bidang keperawatan.

D. Dampak Sejarah Terhadap Profil Perawat Indonesia

Sejarah adalah setiap peristiwa atau kejadian di masa lampau yang menyenangkan

maupun memilukan.Sejarah bukan sebatas cerita untuk generasi mendatang yang ditulis

sekadar untuk dihafalkan.Setiap manusia memiliki sejarah masing-masing, baik yang ber-

sifat individual, komunal, maupun nasional.Sama halnya dengan sejarah perjuangan

bangsa.Kemerdekaan yang diraih bukan hanya melibatkan tentara, tetapi juga seluruh

elemen bangsa.Mulai dari pemimpin sampai rakyat jelata, orang tua sampai anak-

anak.Semuanya bahu-membahu berjuang dengan semangat patriotisme.

10

Page 11: BAB I

Sejarah akan mewarnai masa depan. Apa yang terjadi di masa sekarang

dipengaruhi oleh sejarah pada masa sebelumnya. Kesuksesan yang diraih seseorang

dalam hidupnya merupakan hasil atau buah dari keuletan dan perjuangannya di masa

lalu.Contohnya adalah negara Jepang. Negara tersebut menjadi salah satu negara yang

pesat perekonomiannya.Keberhasilan ini salah satunya dipengaruhi oleh semangat bangsa

ini untuk terus maju dan meningkatkan produktivitasnya. Teori yang sama berlaku pula

di negara kita. Keterpurukan yang dialami bangsa Indonesia di hampir segala bidang

disebabkan oleh perilaku korup yang telah mendarah daging di negara ini sejak dulu.

Sistem hegemoni yang diterapkan oleh bangsa Eropa selama menjajah Indonesia

telah memberi dampak yang sangat besar pada seluruh lini kehidupan, termasuk profesi

perawat.Posisi Indonesia sebagai negara yang terjajah (subaltern)menyebabkan kita

selalu berada pada kondisi yang tertekan, lemah, dan tidak berdaya. Kita cenderung

menuruti apa saja yang menjadi keinginan penjajah. Situasi ini terus berlanjut dalam

kurun waktu yang lama sehingga terbentuk suatu formasi kultural.Kultur di dalamnya

mencakup pola perilaku, pola pikir, dan pola bertindak.Formasi kultural ini terus

terpelihara dari generasi ke generasi sehingga menjadi sesuatu

yang superorganic. Sejarah keperawatan di Indonesia pun tidak lepas dari pengaruh

penjajahan. Kali ini, penulis mencoba menganalisis mengapa masyarakat menganggap

perawat sebagai pembantu profesi kesehatan lain dalam hal ini profesi dokter. Ini ada

kaitannya dengan konsep hegemoni. Seperti dijelaskan di awal, perawat awalnya direkrut

dari Boemi Putera yang tidak lain adalah kaum terjajah, sedangkan dokter didatangkan

dari negara Belanda sebab pada saat itu di Indonesia belum ada sekolah kedokteran.

Sesuai dengan konsep hegemoni, posisi perawat di sini adalah sebagai subaltern yang

terus-menerus berada dalam cengkeraman kekuasaan dokter Belanda (penjajah).Kondisi

ini menyebabkan perawat berada pada posisi yang termarjinalkan.Keadaan ini

berlangsung selama berabad-abad sampai akhirnya terbentuk formas.

Posisi perawat sebagai subaltern yang tunduk dan patuh mengikuti apa keinginan

penjajah lama-kelamaan menjadi bagian dari karakter pribadi perawat. Akibatnya,

muncul stigma di masyarakat yang menyebut perawat sebagai pembantu dokter.Karena

stigma tersebut, peran dan posisi perawat di masyarakat semakin termarjinalkan.Kondisi

semacam ini telah membentuk karakter dalam diri perawat kultural pada tubuh perawat

11

Page 12: BAB I

yang pada akhirnya berpengaruh pada profesi keperawatan secara umum.Perawat

menjadi sosok tenaga kesehatan yang tidak mempunyai kejelasan wewenang atau ruang

lingkup.Orientasi tugas perawat dalam hal ini bukan untuk membantu klien mencapai

derajat kesehatan yang optimal, melainkan membantu pekerjaan dokter.Perawat tidak

diakui sebagai suatu profesi, melainkan pekerjaan di bidang kesehatan yang aktivitasnya

bukan didasarkan atas ilmu, tetapi atas perintah/instruksi dokter sebuah rutinitas

belaka.Pada akhirnya, timbul sikap manut perawat terhadap dokter.

Dampak lain yang tidak kalah penting adalah berkembangnya perilaku

profesional yang keliru dari diri perawat. Ada sebagian perawat yang menjalankan

praktik pengobatan yang sebenarnya merupakan kewenangan dokter.Realitas seperti ini

sering kita temui di masyarakat.Uniknya, sebutan untuk perawat pun beragam.Perawat

laki-laki biasa disebut mantra.Sedangkanperawat perempuan

disebutsuster. Ketimpanganini terjadi karena perawat sering kali diposisikan sebagai

pembantu dokter.Akibatnya, perawat terbiasa bekerja layaknya seorang dokter, padahal

lingkup kewenangan kedua profesi ini berbeda.

Tidak menutup kemungkinan, fenomena seperti ini masih terus berlangsung

hingga kini. Hal ini tentunya akan menghambat upaya pengembangan keperawatan

menjadi profesi kesehatan yang profesional. Seperti kita ketahui, kultur yang sudah

terinternalisasi akan sulit untuk diubah. Dibutuhkan persamaan persepsi dan cita-cita

antar-perawat serta kemauanprofesi lain untuk menerima dan mengakui perawat sebagai

sebuah profesi kesehatan yang profesional. Tentunya kita berharap pengakuan ini bukan

sekedar wacana, tetapi harus terealisasikan dalam kehidupan profesional.

Paradigma yang kemudian terbentuk karena kondisi ini adalah pandangan bahwa

perawat merupakan bagian dari dokter.Dengan demikian, dokter berhak “mengendalikan”

aktivitas perawat terhadap klien.Perawat menjadi perpanjangan tangan dokter dan berada

pada posisi submisif. Kondisi seperti ini sering kali temui dalam pelayanan kesehatan di

rumah sakit.Salah satu penyebabnya adalah masih belum berfungsinya sistem kolaborasi

antara dokter dan perawat dengan benar.

Jika kita cermati lebih jauh, hal yang berlaku justru sebaliknya.Dokter seharusnya

merupakan bagian dari perawatan klien.Seperti kita ketahui, perawat merupakan tenaga

kesehatan yang paling sering dan paling lama berinteraksi dengan klien.Asuhan

12

Page 13: BAB I

keperawatan yang diberikan pun sepanjang rentang sehat-sakit.Dengan demikian,

perawat adalah pihak yang paling mengetahui perkembangan kondisi kesehatan klien

secara menyeluruh dan bertanggung jawab atas klien. Sudah selayaknya jika profesi kese-

hatan lain meminta “izin” terlebih dahulu kepada perawat sebelum berinteraksi dengan

klien. Hal yang sama juga berlaku untuk keputusan memulangkan klien. Klien baru boleh

pulang setelah perawat menyatakan kondisinya memungkinkan.Walaupun program terapi

sudah dianggap selesai, program perawatan masih terus berlanjut karena lingkup

keperawatan bukan hanya pada saat klien sakit, tetapi juga setelah kondisi klien sehat.

E. Factor Pengaruh Perkembangan Kurikulum Pendidikan Keperawatan

1. Factor dari luar

Misalnya organisasi profesi keperawatan, kebijakan pemerintah, factor-faktor social,

pola kesehatan dan penyakit, perubahan demografi dan ekonomi masyarakat.

2. Teori kurikulum

Ini sangat berpengaruh pada pengembangan kurikulum keperawatan dengan adanya

pendekatan teori tentang model proses yang mengalahkan pada kriteria, nilai,

instruksional dari mata ajaran yang akan dipelajari.

3. Adanya teori belajar

Ini sangat berpengaruh pada pengembangan kurikulum, seperti munculnya teori yang

lebih menekankan pada perubahan perilaku yang terjadi oleh karena stimulus yang

dikenal dengan nama stimulus – respon, adanya teori kognitif yang menekankan pada

keterampilan intelektual dan berfikir, perasaan dan pengalaman, adanya teori social

learning yang menekankan pada interaksi antara individu dan lingkungan, adanya

teori andragogy yang menekankan tentang bagaimana mahasiswa belajar.

4. Strategi mengajar

Perubahan terhadap kurikulum dapat dipengaruhi oleh strategi mengajar, dimana

strategi mengajar merupakan metode yang bergerak dari ketergantungan pada seorang

guru ke pelajar, pola-pola yang ada dalam strategi akan mempengaruhi

perkembangan kurikulum.

5. Adanya teori keperawatan dapat mempengaruhi pengembangan kurikulum

13

Page 14: BAB I

Hal ini karena dalam tubuh pengetahuan ilmu keperawatan akan berkembang dimana

keperawatan terlibat dalam penelitian sehingga muncul teori yang dapat

mempengaruhi pengembangan kurikulum.

6. Proses keperawatan

Dalam memberikan asuhan keperawatan harus berdasarkan pendekatan sistem,

melalui proses keperawatan dan model pemberi asuhan keperawatan tersebut yang

dapat digali dari pengembangan kurikulum sehingga hal ini tampak sekali bahwa

proses keperawatan akan berpengaruh pada pengembangan kurikulum.

7. Praktek keperawatan

Model praktek keperawatan secara professional akan menggugah untuk

mengembangkan kurikulum yang ada, adanya pengalaman yang nyata akan merubah

situasi yang ada sehingga model kurikulum dapat dipengaruhi.

F. Riwayat Pengakuan Profesi

Januari tahun 1983 merupakan kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia,

sebagi perwujudan kesepakatan lokakarya nasional tentang pengakuan dan di terimanya

keberadaan keperawatan sebagai suatu profesi dan pendidikan nya berada pada

pendidikan tinggi. Pendidikan keperawatan bukan hanya menekan kan pada keterampilan

tetapi lebih pada penumbuhan, pembinaan sikap dan keterampilan profesional

berdasarkan landasan ilmu keperawatan. Tahun 1984 di berlakukan kurikulam nasional

untuk diploma III Keperawatan.Dari sinilah awal pengembangan profesi keperawatan

Indonesia yang sampai saat ini perlu perjuangan, karena keperawatan di Indonesia sudah

di akui sebagai profesi maka pelayanan atau asuhan keperwatan yang di berikan harus

bedasarkan ilmu keperawatan. Sejalan dengan tuntutan UU No.23 tahun 1992 tentang

kesehatan terutama pada pasal 32 dan peraturan pemerintahan No. 32 tahun 1996 tentang

tenaga kesehatan sebagai penjabarannya.

G. Tokoh Keperawatan di Indonesia, Peran , dan Pengaruhnya

1. Prof. Dra. Hj Elly  Nurachmach,Skp, MApp Sc, DN Sc

Lahir pada tanggal 17-08-1948.Beliau adalah professor pertama Indonesia dalam

bidang keperawatan.Riwayat pendidikan yang pernah ditempuhnya adalah :

14

Page 15: BAB I

a. Doktor Ilmu Keperawatan ( Keperawatan Onkologi ) Catholic University of

America, Washington DC  tahun 1998.

b. Master Keperawatan Medical Bedah The University of Sydney, Australia

tahun 1990.

c. Sarjana Keperawatan PSIK Universitas Indonesia tahun 1988.

d. Sarjana Administrasi Negara STIA –LAN.

e. DIII Akper Depkes Jakarta.

Berawal dari mimpi bahwa perawat Indonesia harus bergelar sarjana dan melihat

kenyataan bahwa pada tahun 1991 perawat bergelar sarjana hanya3000 orang , dan

250 ribu perawat hanya bermodal pendidikan pas-pasan.Beliau berusaha mengatasi

ketertinggalan dengan cara mendirikan Asosiasi Institusi Pendidikan Nurse Indonesia

(AIPNI) pada tanggal 29 Juni 2001.Visi dari AIPNI adalah menjadi wadah institusi

penyelenggara pendidikan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan masyarakat,

pengembangan teknologi keperawatan melalui penyelenggaraan proses pendidikan

Ners yang berwawasan global.

2. Tien Gartinah, Skp, MN

Lahir di Sukabumi 25 Mei 1948, Beliau menempuh pendidikan sebagai berikut :

a. Master Nursing University of Philipines tahun 1982.

b. Sarjana Keperawatan di University of Sydney, Australia  tahun 1970.

c. Akper Cipto Mangunkusumo.

Pada bulan Oktober 2011, beliau dilantik oleh Menteri Kesehatan dr. Endang

Rahayu Sedyaningsih, menjadi anggota Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia

(BPRSI) di Kemenkes RI. Adapun tugas pokok BPRSI adalah:

a. Membuat pedoman tentang pengawasan rumah sakit untuk digunakan oleh

BPRS tingkat provinsi.

b. Membentuk system pelaporan dan system informasi yang merupakan jejaring

pusat ke provinsi.

c. Melakukan analisa hasil pengawasan dan memberikan rekomendasi kepada

pemerintah daerah sebagai bahan binaan.

Dengan adanya pengawasan dari BPRSI diharapkan rumah sakit dapat 

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, memenuhi pelayanan kesehatan yang

15

Page 16: BAB I

terjangkau, keselamatan pasien, pengembangan jangkauan pelayanan,dan

peningkatan kemampuan  dan kemandirian perawat.Beliau juga aktif mengajar di

berbagai universitas, menjadi pembicara dalam pelbagai seminar baik di dalam

ataupun di luar negri dan aktif menulis buku panduan untuk perawat diantaranya

adalah; Modul Etika dalam Keperawatan dan Message for Sick in Indonesia dalam

buku ini beliau mengatakan bahwa perlunya spiritual dalam upaya perawatan dan

penyembuhan dan pemahaman tentang penyakit bukan hanya dimengerti oleh pasien,

dokter dan perawat saja melainkan orang sehat juga perlu mengerti apa yang harus

dilakukan ketika sakit.

3. Prof. Achir Yani Syuhaimie  Hamid, MN, DN Sc

Lahir di Palembang, 23 Oktober 1954.Beliau menempuh pendidikan sebagai

berikut :

a. Doktor Nursing Science, Catholic University of America tahun 1993.

b. Master Nursing University of Philipines 1983.

c. Sarjana Keperawatan PSIK UI.

d. Akper depkes Jakarta tahun 1976.

Beliau aktif mengajar diberbagai universitas, menjadi pembicara dalam berbagai

seminar baik di dalam maupun di luar negeri dan aktif dalam organisasi PPNI

(Persatuan Perawat Nasional Indonesia) yang didirikan pada tanggal 17 Maret 1974.

Sebagai ketua Dewan Pertimbangan Pusat PPNI, beliau berhasil meloloskan UU

Keperawatan masuk dalam daftar 10 besar Program Legislasi Nasional pada Divisi

IX DPR .Pada tanggal 04 Juni 2012 dalam Rapat Komite III DPD RI, beliau

memaparkan perlunya dibentuk RUU Keperawatan ditinjau dari segi filosofi,

sosiologis dan yuridis.

Adapun alasan secara filosofis bahwa kesehatan adalah hak azazi manusia yang

harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh

masyarakat melalui penyelenggaraan yang berkualitas dan terjangkau oleh

masyarakat.

Dari segi hukum, bahwa perlu adanya peningkatan kualitas standarisasi,

kompetensi dan sertifikasi perawat dan praktek keperawatan termasuk perlindungan

hukum bagi perawatan dalam menjalankan profesinya.Tinjauan selanjutnya adalah

16

Page 17: BAB I

dari segi sosiologis, bahwa tindakan asuhan keperawatan terjadi dalam waktu 24 jam

sehari.75 % dari kegiatan pelayanan kesehatan adalah pelayanan keperawatan dengan

60 % tenaga perawat yang bekerja .

17

Page 18: BAB I

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan profesi yang memberikan pelayanan

kesehatan guna untuk meningkatkan kesehatan bagi masyarakat.Keperawatan ternyata

sudah ada sejak manusia itu ada dan hingga saat ini Profesi keperawatan berkembang

dengan pesat.Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia tidak hanya berlangsung

di tatanan praktik, dalam hal ini layanan keperawatan, tetapi juga di dunia pendidikan

keperawatan.Tidak asing lagi, pendidikan keperawatan memberi pengaruh yang besar

terhadap kualitas layanan keperawatan.Karenanya, perawat harus terus meningkatkan

kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan keperawatan yang berkelanjutan.

Keperawatan sebagai profesi di Indonesia mulai di sadari pada awal tahun 1983

yaitu setelah di sepakatinya keperawatan sebagai profesi dan pendidikan keperawatan

berada pada jenjang pendidikan tinggi.Sejak tahun itulah terjadi profesionalisasi di

bidang keperawatan.Keperawatan sebagai suatu profesi saat ini sudah semakin jelas

adanya perkembangan pendidikan tinggi keperawatan, perkembangan konsep dan

perangkat hukum yang mengatur tentang praktik keperawatan, walaupun pada

kenyataan nya praktik keperawatan profesional hingga saat ini belum di rasakan

sepenuhnya oleh masyarakat luas.

B. Saran

Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon perawat harus

terus meningkatkan kompetensi diri, salah satunya melalui pendidikan keperawatan

yang berkelanjutan, sehingga kita tidak mengalami ketertinggalan dari keperawatan

internasional.

18