BAB I

55
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecenderungan dan arah perkembangan keperawatan terus mengalami perubahan. Dahulu asuhan diberikan atas dasar naluriah, sebagai ungkapan kasih sayang seorang ibu terhadap anggota keluarganya yang sakit. Dan juga pelayanan keperawatan lebih bersifat pelayanan vokasional atau tradisional, sekarang mulai dikaji atau dipelajari dan dikembangkan atas dasar kaidah-kaidah ilmiah , sebab ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan, sintesis dari ilmu-ilmu dasar dan ilmu keperawatan.( kusnanto, 2004 ) Pelayanan keperawatan di Indonesia berkembang kearah pelayanan keperawatan profesional Pada tahun 1945. Dalam persiapan kearah profesionalsasi maka pada tahun 1974 dibentuk organisasi Persatuan Perawat Nasional Indonesia yang merupakan gabungan dari beberapa organisasi keperawatan sebelumnya (Ali Zaidin, 2002). Menurut Malkemes, L.C. dalam kusnanto 2004 mengatakan bahwa praktik keperawatan profesional (Professional Nursing Practice ) adalah suatu proses ketika Ners terlibat dengan

description

keperawatan

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kecenderungan dan arah perkembangan keperawatan terus mengalami

perubahan. Dahulu asuhan diberikan atas dasar naluriah, sebagai ungkapan kasih

sayang seorang ibu terhadap anggota keluarganya yang sakit. Dan juga pelayanan

keperawatan lebih bersifat pelayanan vokasional atau tradisional, sekarang mulai

dikaji atau dipelajari dan dikembangkan atas dasar kaidah-kaidah ilmiah , sebab ilmu

keperawatan merupakan ilmu terapan, sintesis dari ilmu-ilmu dasar dan ilmu

keperawatan.( kusnanto, 2004 )

Pelayanan keperawatan di Indonesia berkembang kearah pelayanan keperawatan

profesional Pada tahun 1945. Dalam persiapan kearah profesionalsasi maka pada

tahun 1974 dibentuk organisasi Persatuan Perawat Nasional Indonesia yang

merupakan gabungan dari beberapa organisasi keperawatan sebelumnya (Ali Zaidin,

2002).

Menurut Malkemes, L.C. dalam kusnanto 2004 mengatakan bahwa praktik

keperawatan profesional (Professional Nursing Practice ) adalah suatu proses ketika

Ners terlibat dengan klien, dengan melalui kegiatan ini masalah kesehatan klien

diidentifikasi dan diatasi.

Salah satu proses intervensi keperawatan profesional yang dilakukan dalam

mengatasi masalah yang dihadapi klien ialah melalui proses pembedahan. Hak pasien

untuk menentukan intervensi pembedahan yang akan dilaksanakan dilindungi oleh

proses informed consent . Dimana proses pembedahan merupakan proses yang besar

buat klien maupun keluarga klien, Walupun tenaga profesional melakukan

Page 2: BAB I

pembedahan minor. Proses pembedahan merupakan suatu proses bifastik yang

berimplikasi dalam pengelolaan nyeri.

Pemulihan pasien post operasi membutuhkan waktu rata-rata 72,45 menit,

sehingga pasien akan merasakan nyeri yang hebat rata-rata pada dua jam pertama

sesudah operasi karena pengaruh obat anastesi sudah hilang, dan pasien sudah keluar

dari kamar sadar ( mulyono dalam Iin pinandita dkk jurnal ilmiah 2012 ).

Perawat berperan dalam mangidentifikasi kebutuhan-kebutuhan pasien dan

membantu serta menolong pasien dalam memenuhi kebutuhan manajeman nyeri

( Lawrence, dalam Iin pinandita dkk jurnal ilmiah 2012 ).

Nyeri dialami hampir oleh setiap orang, nyeri didefinisikan sebagai perasaan

yang subjektif dimana setiap orang memiliki perasaan nyeri yang berbeda. Nyeri

dirasakan hanya oleh orang yang mengalaminya. Nyeri memiliki intensitas dan

ambang nyeri yang berbeda tiap orang satu sama lainnya, sekalipun ia kembar

identik.

Banyak faktor yang mempengaruhi rasa nyeri, dan hal ini berdampak pada

intervensi keperawatan yang dilakukan untuk pencegahan dan mengurangi respon

nyeri. Manajeman nyeri merupakan salah satu intervensi utama keperawatan yang

dimana dalam prosesnya memerlukan seni dan pengetahuan keperawatan. secara

garis besar terdapat 2 manajeman nyeri yaitu secara farmakologi dan nonfarmakologi.

Tekhnik farmakologi ialah cara yang paling efektif untuk menghilangkan rasa

nyeri terutama untuk nyeri yang sangat hebat yang berlangsung selama berjam-jam

atau bahkan berhari-hari (smeltzer and bare dalam Iin pinandita jurnal ilmiah 2012).

Metoda nyeri nonfarmakologi memiliki resiko yang sangat rendah dan

mengurangi intensitas nyeri dan ambang nyeri. Beberapa tekhnik dalam menejemen

nyeri nonfarmakologi ( 2006 ) yaitu ; penangana fisik, stimulasi kulit : kompres

Page 3: BAB I

dingin, hangat, massage, stimulasi elektrik ( TENS ), akupuntur, placebo. Intervensi

perilaku kognitif meliputi : intervensi, umpan balik biologis dan guided imagery

( imajinasi terbimbing ).

Dari hasil observasi penulis dan wawancara kepada perawat setingkat vokasional

selama melakukan peraktik belajar kelinik periode 2011 dari tanggal 14 november

hingga 20 Desember di RSUD cibabat di ruang bedah, diperoleh data bahwa perawat

sebagian besar hanya melakukan tekhnik relaksasi nafas dalam dan jarang ditemukan

perawat melakukan tekhnik lain dan Dari hasil telaah jurnal bahwa manajemen nyeri

dilakukan setelah operasi karena Pasca pembedahan pasien merasakan nyeri hebat,

75% penderita mempuyai pengalaman yang kurang menyenangkan akibat

pengelolaan nyeri yang tidak adekuat ( sutanto, 2004 cit Novarizki, 2009 dalam jurnal

ilmiah diunduh tanggal 19 Desember 2012).

Dari data diatas peneliti tertarik ingin mengetahui pengetahuan perawat mengenai

manajeman nyeri nonfarmakologi di ruang bedah RSUD Cibabat Cimahi tahun 2013.

B. Perumusan masalah

Berdasarkan fenomena dan paparan dalam latar belakang masalah tersebut

peneliti tertarik mengetahui Bagaimanakah pengetahuan perawat tentang manajemen

nyeri di ruang bedah RSUD Cibabat cimahi tahun 2013.

C. Tujuan penelitian

a. Tujuan umum

Bagaimanakah pengetahuan perawat tentang manajmen nyeri di ruang bedah

RSUD Cibabat cimahi tahun 2013.

Page 4: BAB I

b. Tujuan khusus

1. Bagaimanakah pengetahuan tentang cara menurunkan rasa nyeri

2. Bagaimanakah pengetahuan perawat tentang nyeri

3. Bagaimanakah pengetahuan perawat tentang pengertian manajeman nyeri

non farmakologi

4. Bagaimanakah pengetahuan perawat tentang macam-macam manjeman

nyeri non farmakologi

5. Bagaimanakah pengetahuan perawat tentang tekhnik-tekhnik manajeman

nyeri

D. Manfaat penelitian

a. Manfaat praktisi

1.Mengingat kompleknya aspek nyeri, dan banyaknya keluhan ini ditemukan

pada pasien maka sudah saatnya perawat membentuk suatu tim keperawatan

yang khusus menangani nyeri baik ditatanan rawat jalan maupun rawat inap.

2.Memotivasi perawat untuk melaksanakan intervensi keperawatan dengan

benar berdasarkan pada hasil penelitian-penelitian terkini

b. Manfaat akademis bagi pengembangan

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam manajeman nyeri bagi

institusi pendidikan maupun instansi lain.

Page 5: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Dasar

1. Konsep perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme

(mahluk hidup) yang bersangkutan. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku

manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri

yang terbentang luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa dll. Dari

uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah

semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung ataupun

yang tidak dapat di amati oleh orang lain ( Notoatmodjo, 2007)

Skiner dalam Notoatmodjo 2007 seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa

perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan

dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulasi

terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori

skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulasi Organisme Respon. Terdapat 2

respon yaitu:

a. Respondent respons atau reflexive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Disebut juga eliciting

stimulation karena menimbulkan respon yang tetap Mis : melihat makanan

yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan. Respondent respon ini

juga mencakup perilaku emosional, mis: mendengar berita musibah menjadi

sedih.

b. Operant respons atau instrumental respons, yaitu respon yang timbul dan

berkembang kemudiaan diikuti oleh stimulus atau perangsangan tertentu

Page 6: BAB I

disebut juga Reinforcing stimulation karena memperkuat respon mis :

penghargaan hasil kerja keras.

Dari bentuk respon terhadap stimulasi ini, perilaku dibedakan menjadi

a. Perilaku tertutup ( covert behaviour )

Respon atau reaksi masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima

stimulus tersebut, dan belum dapat dia amati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka ( overt behaviour )

Respon seseorangterhadapa stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk

tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati oleh orang lain.

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar organisme( manusia ), namun dalam memeberikan respon

sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

bersangkutan.faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang

berbeda disebut determinan perilaku, yang dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat

bawaan.

b. Faktor eksternal, yakni lingkungan fisik, sosial, budya, ekonomi, politik.

Faktor ini sering menjadi dominan yang mewrnai perilaku sesorang.

Dari uraian diatas daapat di simpulkan perilaku manusia ialah totalitas

penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan gabungan dari faktor

internal dan faktor eksternal. Benyamin bloom ( 1908 ) seorang ahli psikologi

pendidikan membagi perilaku manusia ituke dalam 3 kawasan yaitu : a) kognitif,

Page 7: BAB I

b) afektif, c) psikomotor. Teori bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil

pendidikan kesehatan yakni :

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

merupakan domain yang penting dalam membentuk perilaku manusia.

1) Proses adopsi perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

tidak didasari pengetahuan. Penelitian Rogers(1974) Sebelum orang

mengadopsi perilaku baru, di dalam disi sesorang terjadi peroses yang

berurutan yaitu :

1. Kesadaran

2. Ketertarikan

3. Menimbang-nimbang

4. Mencoba

5. Berperilaku

Namun demikian, penelitian rogers selanjutnya mengatakan bahwa

perubahan perilaku tidak selalu melawati tahap-tahap tersebut.

Apabila penerimaan perilaku baru melalui proses seperti ini didasari

oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku

tersebut akan langgeng ( long lasting ).

Page 8: BAB I

2) Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan yang mengalami revisi yaitu :

Bagan 1.1. Taksonomi bloom

Taksonomi bloom

Mengingat

Memahami

Mengaplikasikan

Menganalisis

Evaluasi

Membuat

Memunculkan kembali apa yang sudah diketahui dan tersimpan dalam ingatan jangka panjang

1. Mengenali lagi

2. Menyebutkan kembaliMenegaskan pengertian atau makna bahan-bahan yang sudah di ajarkan mencakup lisan, tulisan, dan gambar.

1. Menafsirkan 6. Membandingkan

2. Memberi contoh 7. Memberikan penjelasan

3. Mengelompokan

4. Meringkas

5. Melakukan inferensi

Melakukan sesuatu, atau menggunakan prosedur dalam situasi tertentu

1. Melaksanakan

2. Menerapkan Menguraikan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang membentuknya, dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut satu sama lain saling terkait.

1. membeda-bedakan

2. menyusun

Menilai menetapkan derajat sesuatu berdasarkan kriteria atau patokan tertentu

1. Mengecek

2. MengkritisiMencipta memadukan unsur-unsur menjadi suatu bentuk utuh yang koheren dan baru, atau membuat sesuatu yang orsinil

1. memunculkan 2. Merencanakan 3. Menghasilkan karya.

Page 9: BAB I

b. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb, salah seorang ahli psikologi

sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan

untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap

belum merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih

merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku

yang tebuka. Sikap merupakan kesiapan untuk berkreasi terhadap objek di

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Bagan 1.2 Proses terbentuknya sikap dan reaksi

1) Komponen sikap

Dalam bagian lain Allport ( 1954 ) menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai 3 komponen pokok.

1. Kepercayaan ( keyakinan ), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderunagn untuk bertindak

Reaksi

Tingkah laku

(terbuka)

Stimulus

Rangsangan

Proses stimulus

Sikap

(tertutup)

Page 10: BAB I

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan, dan emosional memegang peranan penting.

2) Berbagai tingkatan sikap

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini memiliki berbagai tingkatan.

1. Menerima

Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan.

2. Merespon

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indiksi dari sikap.

3. Mengahargai

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat 3.

4. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko merupakakn sikap yang paling tinggi.

c. Praktik atau Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas.

Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain.

Parktik ini mempunyai beberapa tingkatan.

Page 11: BAB I

1. Persepsi

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan

yang akan diambil.

2. Respon terpimpin

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan

sesuai dengan contoh.

3. Mekanisme

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis, atau sesuatu itu sudah menjadi suatu kebiasaan.

4. Adaptasi

Adalah tsuatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi

kebenaran tindakan tersebut.

d. Determinan dan perubahan perilaku

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk di batasi

karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal

maupun eksternal. Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari 3

aspek, yakni aspek fisik, psikis, sosial.

Spranger membagi keperibadian manusia itu menjadi 6 macamnilai

kebudayaan. Keperibadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya

yang dominan pada diri orang tersebut. Selanjutnya, keperibadian tersebut

akan menentukan pola dasar perilaku manusia yang bersangkutan.

Page 12: BAB I

Bagan 1.3 Determinan perilaku manusia

Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan

perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya

perilaku yang berhubungan dengan kesehatan antara lain teori WHO.

Teori ini mengatakan yang menyebabkan seseorang itu berperilaku

tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok yaitu :

a. Pemikiran dan perasaan

Dapat diartikan pertimbanan-pertimbangan pribadi terhadap objek

atau stimulus, merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku.

b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang yang dipercayai

Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakana

atau perbuatan cenderung dicontoh.

c. Sumber daya

Mencakup fasilitas, uang, wakt, tenaga, dll. Semua itu berpengaruh

terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat. Pengaruh

sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif mapun negatif.

d. Sosiobudaya

kultur setempat biasanya sangat berpengruh terhadap terbenntuknya

perilaku seseorang.

Pengalaman

Keyakinan

Fasilitas

Sosio-budaya

Pengetahuan

Persepsi

Sikap

Keinginan

Kehendak

Motivasi

Niat

Perilaku

Page 13: BAB I

2. Manajeman nyeri

a) Pengertian nyeri

Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial.

Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan

kesehatan ( Fahrun dkk, 2010)

Nyeri adalah suatu mekanisme protektif bagi tubuh; ia timbul

bilamana jaringan sedang dirusak, dan ia menyebabkan indivu tersebut

bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri tersebut ( Guyton, 1990 ).

Nyeri merupakan respon subjektif dimana seseorang memperlihatkan

tidak nyaman seseorang memperlihatkan tidak nyaman secara verbal

maupun non verbal atau keduanya, akut maupun kronis ( Engram, 1999 )

Dari ketiga pengertian tersebut nyeri merupakan perasaan seseorang

tentang perlukaan terhadap tubuh yang merespon individu tersebut untuk

mengurangi dan bahkan menghilangkan rasa nyeri tersebut dengan

bantuan perawatan kesehatan.

b) Pengertian manjeman nyeri

Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement,

yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum

memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker

Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan

pekerjaan melalui orang lain.

Manjeman nyeri ialah seni mengatur suatu pengalaman sensorik dan

emosional yang tidak menyenangkan, yang berkaitan dengan kerusakan

Page 14: BAB I

jaringan yang nyata atau yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan

jaringan, pada orang lain ataupun diri sendiri. Pastinya sebagai praktisi

Medis atau Paramedis sudah sangat akrab sekali dengan istilah

manajemen nyeri, namun sayang sekali masih jarang di lapangan para

praktisi medis atau paramedis mempraktekannya.

c) Respon terhadap nyeri

Respon terhadap nyeri meliputi respon fisologis dan respon perilaku.

Untuk nyeri akut respon fisiologisnya adanya peningkatan tekanan darah

( awal ), peningkatan denyut nadi, peningkatan pernafasan, dilatasi pupil,

dan keringat dingin, dan respon perilakunya adalah gelisah, ketidak

mampuan berkonsentrasi, ketakutan dan dissstress. Sedangkan nyeri

kronis respon fisologisnya adalah tekanan darah normal, denyut nadi

normal, respirasi normal, pupil normal, kulit kering dan respon

perilakunya berupa imobilisasi dan ketidak aktifan fisik, menarik diri,

dan putus asa, karena tidak ditemukan tanda-tanda khusus maka tim

kesehatan, perawat khususnya menjadi tidak mudah untuk dapat

mengidentifikasinya.

d) Hambatan dalam memberikan manajeman nyeri yang tepat

Menurut Blumenfield dalam andaners 2010 Terdapat 2 hambatan

dalam menejemen nyeri yaitu :

Page 15: BAB I

1. Ketakutan akan timbul adiksi

Serigkali pasien, keluarga pasie, dan tenaga kesehatanpun

mempunyai asumsi akan terjadinya adiksi terhadap penggunaan

analgetik bagi pasien yang mengalami nyeri, adiksi sering diartikan

sama dengan toleransi dan ketergantungan fisik. Ketergantungan

fisik adalah munculnya sindrom putus zat akibat penurunan dosis zat

psikoaktif atau penghentian zat tersebut secara mendadak. Toleransi

adalah kebutuhan untuk terus meningkatkan dosis zat psiko aktif

guna untuk mendapatkan efek yang sama, sedangkan adiktif adalah

suatu perilaku yang merujuk kepada penggunaan yang berulang dari

penggunaan zat psikoaktif.

2. Pengetahuan yang tidak adekuat

Pengetahuan yang tidak memadai tentang manjemen nyeri

merupakan alasan yang paling umum yang memicu terjadinya

manjemen nyeri yang tidak memadai tersebut, untuk itu kualitas

pendidikan sangatt diperlukan sehingga tercipta tenaga kesehatan

yang handal, salah satu trobosan yang sudah dilakukan adalah

dengan masuknya topik nyeri dalam modul PBL dalam pendidikan

keperawatan hal ini diharapkan menjadi percepatan dalam

pendidikan profesi keperawatan menuju pada perawat yang

professional.

Page 16: BAB I

e) Penanganan nyeri

Dalam penangan nyeri dibagi menjadi dua yaitu penangan nyeri

farmakologi dan non farmakologi.

1. Manejeman nyeri farmakologi

Terdapat 3 kelompok utama obat untuk menangani nyeri :

a. Analgetik golongan non narkotik

b. Analgetik golongan narkotik

c. Adjuvan

2. Prosedur infasiv

Prosedur yang biasa dilakukan ialah dengan memasukan opioid

ke dalam ruang epidural atau subarakhnoid malui intraspinal, cara ini

dapat memberikan efek anlgetik yang sangat kuat tetapi dosis nya

sedikit. Prosedur lain nya ialah blok saraf, stimulasi spinal, stimulasi

columnadorsalis

3. Manjeman nyeri non farmakologi

Pendekatan non farmakologi biasanya menggunakan terapi

perilaku ( hypnosis dan biofeedback ), pelemas otot relaksasi,

akupuntur, terapi kognitf ( distraksi ), restrukturisasi kognitif,

imajinasi dan terapi fisik. Nyeri bukan hanya karena unik karena

sangat berbeda satu sama lain mengingat sifatnya yag individual,

termasuk penangannya pun kita menemukan keunikannya tersebut.

Page 17: BAB I

f) Jenis-jenis manjeman nyeri

Manajeman nyeri cukup efektif dalam mengatasi nyeri, yakni dengan

perasaan control, mengurangi perasaan tidak berdaya dan putus asa,

menjadi metoda pengalihan yang menenangkan, serta menganggu siklus

nyeri, ansietas, dan ketegangan ( slomon dalam andaners 2010 ). Ada

beberapa manjeman nyeri yaitu :

1. Relaksasi

Relaksasi merupkan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan

dan stress. Reksasi merupakan metodeyang efektif terutama pada

pasien yang mengalami nyeri kronis. Latihan pernafasan dan tekhnik

relaksasi menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan,

frekuensi jantung, dan ketegangan otot, yang menghentikan siklus

nyeri-ansietas-ketegangan otot ( Mccaffery dalam andaners 2010 ).

Ada tiga hal yang utama yang diperlukan dalam relaksasi yaitu :

posisi yang tepat, pikiran beristirahat, lingkungan yang tenang.

Tekhnik relaksasi efektif untuk nyeri kronik dan memberikan

beberapa keuntungan yaitu :

1. Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan denagn

nyeri atau stress

2. Menurunkan nyeri otot

3. Membantu individu melupakakan nyeri

4. Meningkatkan periode istirahat dan tidur

5. Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain

Page 18: BAB I

6. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul

akibat nyeri

Adapun tekhnik yang di anjurkan oleh steward dalam andaners

2010 yaitu :

1. Klien menarik nafas dalam dan menahannya dalam paru

2. Secara perlahan kleuarkan udara dan rasakan tubuh menjadi

rileks dan rasakan betapa nyamannya hal itu

3. Klien bernafas normal danberirama dalam beberpa waktu

4. Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara

perlahan-lahan. Pada saat ini biarkan lapak kaki rilek. Perawat

meminta kepada klien untuk mengkonsentrasikan fikiran pada

kakinya yang terasa ringan dan hangat

5. Ulangi langkah 4 dan konsentrasikanfikiran pada lengan, perut,

punggung dan kelompok otot lainnya

6. Setelah klien merasa rilek, klien dianjurkan bernafas secara

perlahan. Bila nyeri menjadi hebat klien dapat bernafas secara

dangkal dan cepat

2. Distraksi

Ialah mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri

ringan sampai sedang. Peredaan nyeri secara umum berhubungan

langsung dengan partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas

sensori yang digunakan dan minat individu dalam stimulasi, oleh

karena itu, stimulasi penglihatan, pendenagran dan sentuhan

Page 19: BAB I

mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibandingkan

stimulus satu indera saja ( Tamsuri dalam andaners 2010 ).

a. Distraksi visual

Adapun yang termasuk ke dalam distraksi ini Misalnya

menonton televisi, membaca Koran, melihat pemandangan dan

gambar, menonton pertandingan.

b. Distraksi pendengaran

Mendengarkan music, mendengarkan gemericik air termasuk

kedalam distraksi pendengaran. Adapun dalam melakukan

distraksi ini klien diperbolehkan bergoyang mengikuti irama lagu

yang di pilih oleh klien sendiri.

c. Distraksi pernafasan

Yang termasuk kedalam tekhnik ini ialah bernafas ritmik

dimana tekhnik ini hamper sama dengan tekhnik relaksasi. Klien

di anjurkan untuk memejamkan mata dan membayangkan hal

yang indah. Dan selajutnya selama pasien melakukan hal tersebut

lakukam massage di daerah yang mengalami nyeri.

d. Distraksi intelektual

Distraksi ini dilakukan dengan cara mengisi teka-teki silang,

bermai kartu dan melakukan kegemaran seperti menulis cerita

ataupun mengumpulkan perangko.

Page 20: BAB I

3. Imajinasi terbimbing

Ialah kegiatan klein membuat suatu bayangan yang

menyenangkan dan mengkonsentrasikan diri pada bayangan tersebut

serta berangsur-angsur membebaskan diri dari perhatian terhadap

nyeri. Tujuan tekhnik ini ialah untuk mengurangi stress dan

meningkatkan perasaan tenang dan damai serta merupakan obat

penenang untuk situasi yag sulit dalam kehidupan, imajinasi

terbimbing atau imajinasi mental merupakan suatu tekhnik untuk

mengjkaji kekuatan pikiran saat sadar dan tidak sadar untuk

menciptakan bayangan gambar yang membawa ketenangan dan

keheningan ( National Safe Council dalam andaners 2010 ).

a. Guided walking imagery

Pada tekhnik ini pasien dianjurkan untuk mengimajinasikan

pemandangan standar seperti padang rumput, pegunungan,

pantai.

b. Autogenic abeaction

Dalam tekhnik ini pasien diminta untuk memilih sebuah

perilaku negatife yang ada dalam pikirannya kemudian pasien

mengungkapkan secara verbal tanpa batasan. Bila berhasil akan

tampak perubahan dari raut muka pasien dan emosional.

Page 21: BAB I

c. Covert sensitization

Merupakan hasil paradigm reinforcement bahwa proses

imajinasi dapat dimodifikasi berdasarkan pada prinsip yang sama

dalam modifikasi perilaku.

d. Covert behavior rehearsal

Tehnik ini dilakukan untuk mengimajinasikan perilaku

koping yang klien inginkan.

4. Penanganan fisik

a. Stimlasi kulit ( cutaneus )

1. Kompres hangat

Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada

daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang

menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh yang

memerlukan. Tindakan ini selain untuk melancarkan

sirkulasi darahjuga untuk mengurangi rasa sakit, merangsang

peristaltic usus, pengeluaran getah radang menjadi lancer,

dan memberikan ketenangan dan kesenangan pada klien.

Prosedur kompres hangat

Catatan botol berisi air tidak lagi digunakan di fasilitas

kesehatan. Tetapi karena penggunaannya tersebar di luas dii

ruamh-rumah, maka prosedurini dimasukan.

a. Cuci tangan

b. Mempersiapkan peralata yang dibutuhkan

Page 22: BAB I

1. Kantong air panas

2. Handuk kertas

3. Termometar

4. Wadah tempat air panas

5. Penutup

c. Siapkan botol air panas

1. Isi wadah dengan air dan periksa ketetapan

temperature, temperature air kira-kira 115O F atau =

2. Isi kantong air panas sepertiga sampai setengahnya

untuk menhindari berat yang tidak di perlukan.

3. Keluarkan udara dalam kantong.

4. Keringkan kantong air panas dengan handuk kertas,

periksa kantong untuk melihat bocor atau tidaknya

5. Bungkus kantung air panas agar tidak langsung

mengenai kulit klien.

d. Membawa peralatan dalam baki ke sisi tempat tidur

e. Kompreskan kantong tersebut di daerah yang sakit.

Jangan membiarkan pasien berbaring diatas kantong air

panas.

f. Periksa kondisi kulit

2. Kompres dingin

Kompres dingin ialah memberi rasa dingin pada daerah

setempat dengan menggunakan kain atau kantung yang

Page 23: BAB I

diberi air atau es sehingga memberi efek rasa dingin pada

daerah tersebut.

Prosedur kompres dingin

a. Cuci tangan

b. Menyiapkan peralatan

c. menyiapkan ice cap

d. membawa peralatan dengan baki ke sisi tempat tidur

e. melakukan semua tindakan awal prosedur

f. ingatlah untuk selalu mencucui tangan anda,

mengidentifikasi pasien, dan memberi privasi.

g. Kompreskan kantong es pada area yang sakit dengan

penutul logam jauh dari peasien

h. Isi kembali kantong tersebut sebelum semua es mencair

i. Periksa area kulit setiap kali pengompresa. Laporkan

dengan segera pada perawat jika kulit mengalami

dislokolorasi atau memutih atau klien melaporkan

kulitnya mati rasa.

j. Lakukan semua tindakan penyelaesaian prosedur.

Ingatlah untuk mencuci tangan anda, menulis laporan

penyelesaian tugas, dan mendokumentasikan waktu, area

pengompresan, dan lama pengompresan serta reaksi

pasien.

k. Setelah kantong es selesai digunakan, cuci degan dengan

sabun dan air, bilas, keringkan dan gantung menghadap

Page 24: BAB I

ke atas. Biarkan udara dalam kantug agar dinding

kantung tidak saling melekat.

l. Jika menggunakan kantong yang dapat dipakai kembali,

cuci kantog tersebut secara menyeluruh dengan air dan

sabun dan kembalikan lagi ke lemari pendingin. Buang

kantong es yang sekali pakai.

3. Massage

Ialah tindakan penekanan oeh tangan pada jaringan

lunak, biasanya otot tendon atau ligament, tanpa

menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi guna

menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi dan atau

meningkatkan sirkulasi.

Pada prinsipnya rangsangan berupa usapan pada saraf

yang berdiameter besar yang banyak pada kulit harus

dilakukan awal rasa sakit atau sebelum impuls rasa sakit

yang berdiamet kecil mancapai korteks serebral. Beberapa

macam massage yang merangsang saraf berdiameter besar

yaitu :

a. Metode effleurage ialah bentuk stimulasi kulit yang

digunakan selama proses persalinan dalam menurunkan

nyeri secara efektif. Effleurage yaitu tekhnik pemijatan

berupa usapanlembut, lambat dan panjang atau tidak

putus-putus. Dengan cara dalam posisi setengah duduk

letakkan kedua telapak tanagan pada perut dan secara

Page 25: BAB I

bersamaan digerakan melingkar kearah pusat ke simpisis

( tualang kemaluan ). Atau dengan satu tangan dengan

gerakan melingkar atau satu arah. Dapat dilakukan oleh

pasien.

b. Metode deep back yaitu dengan cara pasien berbaring

miring, kemudian bidan atau keluarga pasien menekan

daera tulang ekor ( secrum ) secara mantap dengan

telapak tangan, lepaskan dan tekan lagi begitu

seterusnya.

c. Metode firm counter pressure pasien dalam keadaan

duduk kemudian bidan atau keluarga pasien menekan

daerah secrum secara mantap dengan telapak tangan,

lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusya.

d. Abdominal lifting memperlakukan pasien dengan cara

membaringkan pasien pada posisi terlentang dengan

posisi kepala agak tinggi. Letakkan tangan pada

pinggang belakan pasien, kemudian secara bersamaan

lakukan usapan yang berlawanan kearah puncak perut

tanpa menekan kearah dalam kemudian ulangi

seterusnya ( Gadysa dalam andaners 2010 ).

4. TENS ( stimulasi elektrik )

Cara kerja dari site mini belum jelas, salah satu

pemikiran adalah cara ini bisa melepaskan endofrin,

sehingga bisa memblok stimulasi nyeri. Metode ini

Page 26: BAB I

merupakan stimulasi pada kulit dengan menggunakan arus

listrik ringan yang dihantarkan elektroda luar.

5. Akupuntur

Akupuntur merupakan pengobatan yang sudah sejak

lama digunakan untuk mengobati nyeri. Jarum-jarum kecil

yang dimasukan pada kulit, bertujuan menyentuh titik-titik

tertentu , tergantung pada lokasi nyeri, yang dapat memblok

transmisi nyeri ke otak.

6. Placebo

5. Hipnosis

Hypnosis yang berasal dari bahasa yunani diambil dari salah satu

nama Dewa yunani yaitu “hypnos” yang berarti “tidur” . Namun

sebenarnya fenomena hypnosis bukanlah Tidur yang sesungguhnya,

melainkan kondisi seperti tidur

Dan berdasarkan pengalaman pribadi saya mempraktekan

manajemen nyeri dengan menggunakan metode hypnosis, Baik

dengan pasien secara langsung ataupun kepada peserta training

berikut tehknik yang saya gunakan :

1. Membawa klien kedalam kondisi deep trance terlebih dahulu

lalu dimasukan sugesti-sugesti, tahapan singkatnya adalah

sebagai berikut :

Pre Induction Hypnotist (seseorang yang menggunakan

keilmuan hypnosis) melakukan pendekatan kepada klien,

Page 27: BAB I

agar terjalin hubungan yang baik dan nyaman diantara

hypnotist dan Klien.

Induction Membawa Klien dari kondisi pikiran sadar masuk

ke kondisi pikiran bawah sadar, dengan merilekskan pikiran

dan tubuh klien

Deepening Memperdalam kondisi rileksn klien.

Induction Sugestion Memasukan sugesti-sugesti untuk

menghilangkan rasa nyeri dibagian tubuh tertentu lalu

dilakukan tindakan.

Termination Mengembalikan Klien ke kondisi normal

dengan memberikan sugesti positif sebelumnya. Aplikasi :

Bedah minor (khitan), Hacting (jahit luka), dll.

2. Mengajak Klien untuk berbicang-bicang lalu dilakukan tindakan

pada saat klien terdistraksi. Aplikasi : Injeksi (suntik)

a. Meditasi

Merupakan tekhik kesadaran untuk membantu menenangkan

pikiran dan bersantai tubuh.

1) Meditasi transcendental

Pasien mengulang satu kata atau prase disebut mantra dan

diajarkan untuk memungkinkan pikiran lain dan perasaan

lulus.

2) Mindfulness meditasi ( meditasi kesadaran )

Klien yang memfokuskan semua perhatiannya pada pikiran

dan sensai. Bentuk meditasi sering diajarka dalam program-

program pengurangan stress.

Page 28: BAB I

B. Hubungan konsep dengan masalah penelitian

Dilihat dari judul penelitian yaitu PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG

MANAJEMAN NYERI DI RUANG BEDAH DEWASA DI RSUD CIBABAT

CIMAHI TAHUN 2013 bahwa konsep pengetahuan sangat di butuhkan oleh

perawat, karena dalam menjalankan manajeman nyeri perawat di haruskan me

mahami dan mengatahui tindakan yang akan di kerjakan. Berdasarkan konsep diatas

bahwa sebagian besar perawat tidak melakukan manjeman nyeri dengan adekuat

ditandai dengan 75% penderita mempuyai pengalaman yang kurang menyenangkan

akibat pengelolaan nyeri yang tidak adekuat ( sutanto, 2004 cit Novarizki, 2009 ).

Pengetahuan di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengalaman, sosiobudaya,

keyakinan, fasilitas. Dimana dari keempat faktor tersebut pengetahuan menjadi hal

utama. Sehingga manajeman nyeri dapat dilakukan oleh perawat yang mengetahui

tindakan dan prosedur apa saja yang dapat dilakukan. Dalam hal ini pengetahuan

sangat di perlukan

Page 29: BAB I

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-

anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang

berbeda.

Penelitian ini termasuk kedalam variabel deskrit ( kategorik ) dikarenakan

pengatahuan tidak dapat dinyatakan dengan pecahan dan dalam penelitian ini hanya

terdapat satu variabel yaitu pengetahuan perawat tentang manjeman nyeri di ruang

bedah.

B. Hipotesis penelitian

Hipotesis dalam suatu penelitian ialah jawaban sementara penelitian, patokan

dugaan atau dalil sementara.

Hipotesa dalam penelitian ini ialah :

Ho : pengetahuan perawat tentang manjeman nyeri di RSUD cibabat cimahi tahun

2013 baik.

Ha : : pengetahuan perawat tentang manjeman nyeri di RSUD cibabat cimahi tahun

2013 kurang.

Page 30: BAB I

C. Kerangka penelitian

Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan

akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Nyeri adalah alasan utama

seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan ( Fahrun dkk, 2010).

Klien atau orang yang mengalami nyeri mengiginkan nyeri itu berkurang atau

pun dihilangkan melalui manjeman nyeri.

Manjeman nyeri ialah seni mengatur suatu pengalaman sensorik dan emosional

yang tidak menyenangkan, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau

yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan jaringan, pada orang lain ataupun diri

sendiri ( Andaners 2010 ).

Dalam manjeman nyeri terdapat dua tiga yaitu secara farmakologi, infasive, dan

non farmakologi. Penelitian ini membicarakan tentang manjeman nyeri non

farmakologi.

Bagan 1.4 kerangka konsep

Nyeri di persepsikan

Nyeri di tangani dengan manajeman nyeri non farmakologi Pengetahuan perawat

tentang manjeman nyeri non farmakologi.

Pengalaman

Keyakinan

Fasilitas

Sosio budaya

Sikap perawat dalam melaksanakan manjeman nyeri non farmakologi

Page 31: BAB I

D. Definisi operasional variabel penelitian dan skala pengukuran

Judul penelitian :

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG

MANJEMAN NYERI NON FARMAKOLOGI DI RUANG BEDAH

RSUD CIBABAT CIMAHI TAHUN 2013

Berdasarkan judul penelitian variabel dependen nya ialah pengetahuan perawat

tentang manjeman nyeri non farmakologi.

No Variabel Definisi operasionalAlat ukur

Hasil ukur

Skala ukur

1 2 3 4 5 6

Variabel dependen

1 Pengetahuan

perawat tentang

manjeman nyeri non

farmakologi

Yang dimaksud

pengetahuan perawat

tentang manjeman nyeri

meliputi

1. mengetahui tentang

tekhnik distraksi

2. mengetahui tentang

tekhnik imajinasi

terbimbing

3. mengetahui tekhnik

hypnosis

4. mengetahui tekhnik

kompres hangan dan

kuisioner Ordinal

Page 32: BAB I

kompres dingin

5. mengetahui tekhnik

massage

6. mengetahui tekhnik

TENS ( stimulasi

elektrik )

7. mengetahui tekhnik

akupuntur

8. mengetahui tekhnik

umpan balik biologis

E. Rancangan penelitian

a. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini ialah penelitian deskriptif yang dilakukan untuk

mendeskpripsikan atau mengambarkan pengetahuan perawat tentang manjeman

nyeri non farmakologi di RSUD Cibabat cimahi tahun 2013.

b. Pendekatan waktu pengumpulan data

Penelitian ini dilakukan denagn pendekatan waktu cross sectional, dimana

pengumpulan data dilakukakan pada saat itu.

c. Populasi dan sampel penlitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdir atas : objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan ( Sugiono, 2012 ). Populasi penelitian

Page 33: BAB I

ini adalah seluruh perawat di ruang bedah dewasa di RSUD Cibabat Cimahi

tahun 2013, jumlah populasi adalah

Kriteri inklusi

1. Perawat baik perawat s1 maupun D3

2. Bersedia

3. Perawat yang kooperatif

4. Perawat yang tidak sedang mengambil cuti

Kriteria ekslusi

1. Perawat yang sedang cuti

2. Perawat yang tidak bersedia

d. Instrumen penelitian

Instrument yang digunakan ialah

e. Metode pengumpulan data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

merupakan tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

Dan sumber data yang digunakan ialah primer.

f. Teknik pengolahan dan analisa data

Mengunakan frequency

g. Etika penelitian

Page 34: BAB I

Dalam penelitian ini tiga perinsip utama etika yang perlu di fahami dan

diterapkan oleh peneliti adalah beneficence, menghargai martabat manusia, dan

mendapatkan keadilan.

1. Beneficence yang pada dasarnya adalah : diatas segalanya, tidak boleh

membahayakan, yang meliputi bebas dari bahaya, bebas dari eksploitasi,

manfaat dari penelitian, serta rasio antara resiko dan manfaat.

2. Prinsip menghargai martabat manusia yang meliputi menetapkan sendiri dan

mendapatkan penjelasan secara lengkap.

3. Perinsip mendapatkan keadilan mengandung hak subjek untuk mendapatkan

perlakuan yang adil dimana subjek mempunyai hak untuk mendapatkan

perlakuan yang adil dan sama sebelum, selama, dan sesudah partisipasi

mereka dalam penelitian. Dan hak mereka untuk mendapatkan keleluasaan

pribadi. Peneliti perlu memastikan bahwa penelitian yang dlakukan tidak

melebihi batas yang diperlukan dan privacy subjek tetap terjaga.

Sebelum melakukan ketiga prinsip diatas peneliti melakukan informed

consent yaitu semua subjek yang memiliki kemampuan, harus mendapat

kesempatan untuk memilih apakah ia bersedia berpartisipasi dalam penelitian

atau tidak.

h. Jadwal penelitian

Page 35: BAB I

Kisi-kisi pertanyaan

No VariabelJumlah

pertanyaan No item

1 Pengetahuan perawat

1. Cara menurunkan

3 1,2,3

Page 36: BAB I

tentang manjeman nyeri non farmakologi di ruang bedah

nyeri2. Pengertian

nyeri3. Pengertian

manjeman nyeri 4. Macam-macam

manejeman nyeri

5. Tekhnik –tekhnik manjeman nyeri

2

3

11

11

4,5

6,7,8

9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19

20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30