BAB I
-
Upload
putra-atjeh -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
description
Transcript of BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran perawat, bidan, dan tenaga kesehatan dalam pemberian obat dan
pengobatan telah berkembang dengan cepat dan luas seiring dengan
perkembangan pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan diharapkan terampil
dan tepat saat melakukan pemberian obat. Tugas tenaga medis tidak sekedar
memberikan pil untuk diminum atau injeksi obat melalui pembuluh darah,
namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut.
Oleh karena itu, pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat
penting untuk dimiliki oleh tenaga kesehatan.
Prinsip dasar pengobatan adalah menghilangkan gejala dan juga
menyembuhkan penyakit serta jika mungkin mencegah timbulnya penyakit.
Dalam prinsip dasar ini tercakup pula ketentuan bahwa manfaat klinik obat
yang diberikan harus melebihi risiko yang mungkin terjadi sehubungan
dengan pemakaiannya. Untuk dapat menilai secara objektif kemanfaatan dan
keamanan suatu obat diperlukan pengetahuan mengenai metodologi uji klinik,
yaitu suatu perangkat metodologi ilmiah untuk menilai kemanfaatan klinik
suatu obat atau perlakuan (intervensi) terapetik tertentu dengan
memperhatikan faktor-faktor yang dapat memberikan pengaruh yang tidak
dikehendaki (adverse effect) baik individual maupun populasi.
1
B. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Aksi Obat
Obat adalah semua zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan) atau
kimiawi yang dalam takaran (dosis) yang tepat atau layak dapat
menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit atau gejala- gejalanya.
Umumnya obat bekerja menimbulkan stimulasi atau depresi aktivitas
dan tidak menimbulkan suatu fungsi baru dari sel. (Contohnya sel-sel beta dari
pulau langerhans yg mensekresikan insulin, tidak dpt distimulasi oleh obat utk
menghasilkan zat lain misalnya adrenalin).
Aksi Obat Dapat Melalui Beberapa Cara :
1. Mengadakan stimulasi atau depresi fungsi spesifik dari sel
2. Mengadakan campur tangan aktifitas seluler dari sel asing terhadap sel
tuan rumah, misalnya pemberian antibiotik untuk membunuh sel bakteri;
pemberian obat untuk membunuh sel kanker.( obat-obat kemoterapi )
3. Merupakan terapi pengganti, misalnya pemberian suplemen Kalium,
pemberian hormon atau vitamin untuk mencapai dosis fisiologis sehingga
diperoleh aksi.
Tingkatan utama aksi obat dari yang sederhana menuju yang komplek :
1. molekuler,
2. subseluler,
3. sel,
4. organ atau jaringan,
3
5. organisme utuh, dan
6. interaksi antar organisme
B. Cara Obat Menimbulkan Efek
1. Mengadakan stimulasi atau depresi fungsi spesifik sel.
2. Mempengaruhi atau menghambat aktivitas seluler dari sel-sel asing
terhadap tuan rumah (host) cth: sel bakteri, mikroba.
3. Merupakan terapi pengganti, sbg contoh pemberian hormon, atau
pemberian kalium klorida akibat terlalu byk hilang akibat diuresis.
4. menimbulkan aksi non spesifik seperti reaksi kulit terhadap obat yg
menimbulkan iritasi.
C. Faktor Yang Memodifiaksi Aksi Obat
1. Berat badan
Dosis orang yg kurang berat badannya adalah lebih kecil dari orang yg
lebih berat badannya, atau lebih spesifik ditentukan dalam mg/kg berat
badan
2. Umur
Ada beberapa hal yg mempengaruhi ADME (absorbsi,distribusi,
metabolisme,eksresi) pada bayi baru lahir:
a. Beberapa sistem enzim pada bayi belum berkembang sempurna,
sistem metabolisme obat dlm saluran pencernaan, fungsi hati dan
ginjal baru berkembang setelah satu bulan, akibatnya:
1) Absorbsi obat berjalan lambat
4
2) Timbul retensu obat dlm badan
b. Fungsi ginjal belum berkembang
c. Prosentase air badan total dari berat badan total lebih besar dibanding
pada anak yg lebih tua. Oleh karena itu volume distribusi obat pd bayi
lebih besar dr pd anak yg lebih tua.
d. Pada pasien geriatri perlu diperhatikan tentang umur biologik pasien
pd perubahan aksi obat krn hal itu disebabkan:
1) Kecepatan filtrasi glomeruli dan sekresi tubuh akan berkurang
pd orang tua dan juga kecepatan metbolisme obat
2) Kemampuan mengakomodasi utk penstabilan homeostatis
menurun.
3. Jenis Kelamin
Wanita lebih peka terhadap efek katartik tertentu daripada pria.
Respon tolbutamid (obat hipoglikemik) pd wanita lebih baik dibanding
wanita.
4. Kondisi Patologik pasien:
1) Penderita hipokalemia lebih peka thd digitalis orang normal
2) Penderita hipertiroid memerlukan dosis luminal (phenobarbital) yg
lebih dibanding orang normal
3) Penderita lebih peka terhadap obat
5. Indiosinkrasi
Merupakan reaksi abnormal, dimana efek suatu obat yg secara
kwalitatif berlainan sekali dengan efek terapi normalnya.
5
D. Interaksi Obat
Peristiwa dimana kerja Obat dipengaruhi oleh obat lain yang diberikan
bersamaan atau hampir bersamaan.
Efek obat dpt bertambah kuat atau berkurang krn interaksi ini. Akibat
yg tdk dikehendaki dari peristiwa interaksi ini ada 2 kemungkinan, yakni
meningkatkan efek toksik atau efek samping obat, atau berkurangnya efek
klinik yg diharapkan.
Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait
obat (drug-related problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan
terapi obat yang dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi
obat terjadi ketika farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh
diubah oleh kehadiran satu atau lebih zat yang berinteraksi (Piscitelli, 2005).
Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama dapat
berubah efeknya secara tidak langsung atau dapat berinteraksi. Interaksi bisa
bersifat potensiasi atau antagonis efek satu obat oleh obat lainnya, atau
adakalanya beberapa efek lainnya (BNF 58, 2009).
Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran
obat lain, obat herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam
lingkungannya. Definisi yang lebih relevan kepada pasien adalah ketika obat
bersaing satu dengan yang lainnya, atau apa yang terjadi ketika obat hadir
bersama satu dengan yang lainnya (Stockley, 2008).
6
Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat
meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang
berinteraksi terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang
sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan,
dan obat-obat sitostatik (Setiawati, 2007).
E. Mekanisme Interaksi
1. Interaksi Farmasetik
terjadi jika antara 2 obat yg diberikan bersamaan tsb terjadi
inkompatibilitas atau terjadi reaksi langsung, yg umumnya diluar tubuh,
dan berakibat berubahnya atau hilangnya efek farmakologi obat yg
diberikan.
Contoh pencampuran penisilin dan aminoglikosida akan
menyebabkan hilangnya efek farmakologi yg diharapkan.
2. Interaksi farmakokinetik
Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi
absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lainnya sehingga
meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia untuk
menghasilkan efek farmakologisnya (BNF 58, 2009).
Terjadi jika perubahan efek obat tjd dalam proses absorpsi,
distribusi obat dalam tubuh, metabolisme, atau dlm proses ekresi di ginjal.
a. Interaksi dlm proses absorpsi tjd jika absorbsi suatu obat dipengaruhi
oleh obat lain.
7
Contoh Absorpsi tetrasiklin berkurang bila diberikan
bersamaan dg logam berat (kalsium, magnesium, alumunium) karena
terjadi ikatan langsung antara molekul tertrasiklin dg logam berat tsb
shg tdk bisa di absorpsi
b. Interaksi dlm proses distribusi tjd terutama bila obat-obatan dg ikatan
protein yg lebih kuat menggusur obat-obat lain dg ikatan protein yg
lebih lemah dari tempat ikatannya pd protein plasma. Akibatnya kadar
obat bebas yg tergusur ini akan lebih tinggi pada darah shg
kemungkinan efek toksiknya meningkat.
Contoh Peningkatan efek toksik antikoagulan warfarin atau
obat hipoglikemik (tolbutamid, klopropamid) karena pemberian
bersama fenilbuthason, sulfa, atau acetosal.
c. Interaksi metabolisme tjd kalau metabolisme suatu obat dipacu atau
dihambat oleh obat lain. Ini akan mengakibatkan menurun atau
meningkatnnya kadar obat.
Contoh pemacu metabolisme (enzyme inducer) rifampisin dan obat-
obat antiepilepsi, penghambat metabolisme (enzyme inhibitor)
simetidin, INH, eritromisin.
Obat-obat yg dimetabolisme di hati dpt dipengaruhi oleh obat-
obat tsb diatas.
Cth : - Rifampisin meningkatkan laju metabolisme
kontrasepsi oral karena menurunnya kadar steroid dlm
darah.
8
3. Interaksi farmakodinamik
Terjadi di tingkat reseptor dan mengakibatkan berubahnya efek
salah satu obat, yg berakibat sinergis bila efeknya menguat, atau antagonis
bila efeknya saling mengurangi.
Efek toksik digitalis meningkat bila dikonsumsi bersama obat
hiperkalemia, obat kortikosteroid meng-antagonis, efek hipotensif
F.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obat adalah semua zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan) atau
kimiawi yang dalam takaran (dosis) yang tepat atau layak dapat
menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit atau gejala- gejalanya.
Umumnya obat bekerja menimbulkan stimulasi atau depresi aktivitas
dan tidak menimbulkan suatu fungsi baru dari sel.
Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait
obat (drug-related problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan
terapi obat yang dapat mempengaruhi outcome klinis pasien.
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Potter & Perry.2009.Fundamental Keperawatan Edisi 7.Jakarta:Salemba Medika.
11