BAB I
-
Upload
khaliza-maulina -
Category
Documents
-
view
240 -
download
1
description
Transcript of BAB I
Laporan Kasus
KANKER PAYUDARA
DiajukanSebagai Salah SatuTugasDalamMenjalaniKepaniteraanKlinik Senior PadaBagian / SMF IlmuBedah FK Unsyiah RSUDZA
Banda Aceh
oleh
Khaliza Maulina
0907101010090
Pembimbing
dr. Iskandar Sp.B (K) Onk
BAGIAN/SMF ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BPK RUMAH SAKIT dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2014
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmad dan KaruniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan
analisa kasus ruanganyang berjudul Kanker Payudara.
Shalawat beriringan salam kami hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman Islamiyah juga kepada
sahabat dan keluarga beliau.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami ucapkan kepada pembimbing yaitu
dr.Noer Faisal Sp.B (K) Onk dan para staf ilmu bedah RSU dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh yang telah memberikan arahan serta bimbingan hingga
terselesaikannya referat ini.
Tidak ada kata sempurna dalam pembuatan sebuah analisa kasus.
Keterbatasan dalam penulisan maupun kajian yang dibahas merupakan beberapa
penyebabnya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan terhadap
referat ini demi perbaikan di masa yang akan datang.
Banda Aceh, Desember 2014
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
BAB II LAPORAN KASUS........................................................................................ 3
1 Identitas Pasien......................................................................................... 3
2 Anamnesis.......................................................................................... .......3
3 Pemeriksaan Fisik........................................................................................ 4
4 Pemeriksaan Laboratorium......................................................................... 5
6 Penatalaksanaan ........................................................................................ 6
7 Planning ..................................................................................................... 6
8 Prognosis .................................................................................................... 6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 7
3.1 Anatomi ................................................................................................. 7
3.2 Kanker Payudara.............................................................................. 14
3.2.1 Defenisi......................................................................................... 14
3
3.2.2 Epidemiologi................................................................................. 15
3.2.3 Faktor resiko dan etiologi............................................................. 15
3.2.4 Manifestasi Klinis.......................................................................... 18
3.2.5 Penentuan Stadium Ca mammae................................................. 19
3.2.6 Patologi........................................................................................ 22
3.2.7 Diagnosis...................................................................................... 25
3.2.8 Penatalaksanaan.......................................................................... 26
3.2.9 Pencegahan dan prognosis........................................................... 27
BAB IV ANALISA KASUS........................................................................................ 29
BAB V KESIMPULAN.............................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 34
4
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kanker adalah suatu penyakit dimana sel-sel terus membelah secara
abnormal, sehingga sel-sel tersebut terus berkembang dan menjadi ganas. Kanker
merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia. Laporan Badan Kesehatan
Dunia (WHO) menjelaskan bahwa 7,6 juta kematian dari seluruh dunia (sekitar
13% dari seluruh kematian) per tahunnya yang disebabkan oleh kanker.1 Di
negara-negara maju kematian yang disebabkan oleh kanker diperkirakan
mencapai 67% pada laki-laki dan 59% pada perempuan.2 Di Indonesia, kanker
merupakan penyebab kematian urutan ke tujuh. Jumlah penderita kanker di
Indonesia diperkirakan mencapai 4,3% per 1000 penduduk. Dan di Aceh
diperkirakan penderita kanker mencapai 2,7 %.3
Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2007, kanker
payudara merupakan urutan pertama di seluruh RS di Indonesia (16,85%),
kemudian kanker serviks (11,78%).3 Berdasarkan hasil pengambilan data awal di
rekam medik RSUDZA Banda Aceh, didapatkan penderita kanker payudara
sebanyak 102 pasien, selama periode Agustus 2011 sampai Juni 2012.
Kanker payudara adalah kanker pada tempat spesifik yang tersering pada
wanita dan penyebab kematian pada usia 40 sampai 44 tahun. Kanker payudara
termasuk 26% dari semua kanker pada wanita dan 18% kematian pada wanita
disebabkan oleh kanker payudara. Saat ini diperkirakan 1 dari 14 wanita akan
menderita kanker payudara (sekitar 7%), dan 50% wanita ini akan meninggal
karena kanker payudara.4 Badan Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan bahwa,
insiden kanker payudara meningkat di negara berkembang karena mengadopsi
gaya hidup barat. Meskipun beberapa pengurangan risiko mungkin dapat dicapai
dengan pencegahan, strategi ini tidak dapat menghilangkan sebagian besar kanker
payudara yang berkembang di negara yang berpenghasilan rendah dan menengah
dimana kanker payudara didiagnosis pada tahap yang sangat terlambat. Oleh
karena itu, deteksi dini dalam rangka meningkatkan kelangsungan hidup tetap
menjadi landasan kontrol kanker payudara.5
5
Di Amerika Serikat, karsinoma payudara termasuk 28% penderita pada
orang berkulit putih, dan 25% penderita pada yang berkulit hitam. Kanker
payudara jarang ditemukan pada usia di bawah 20 tahun, insiden tertinggi
tercatat pada usia 45-66 tahun.6
Ada 4 (empat) cara pengobatan kanker payudara, yaitu: pembedahan,
radiasi, hormonal dan kemoterapi.6,7
6
BAB IILAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Asmawati Ahmad
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 38 tahun
Alamat : Banda Alam Aceh Timur
Pekerjaan : -
Agama : Islam
Status : Menikah
No CM :1-01-81-02
Tanggal Masuk RS : 18 November 2014
Tanggal Pemeriksaan : 27 November 2014
2. Anamnesis
2.1 Keluhan Utama
Benjolan di payudara kiri
2.2 Keluhan Tambahan
Tangan kiri nyeri dan sulit digerakkan.
2.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUDZA dengan keluhan benjolan di payudara kiri
sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya benjolan timbul sebesar bakso dapat
digoyangkan permukaannya halus dan kenyal, kemudian timbul bercak merah
disekitar benjolan, nyeri (-). Benjolan ini dirasakan timbul saat pasien hamil anak
ke 4. Pasien mengaku saat melahirkan, disarankan oleh dokter spesialis obgyn
untuk operasi payudara, tetapi pasien menolak. Kemudian pasien mengeluhkan
nyeri dan susah menggerakkan tangan kiri seperti terkilir. Pasien sebelumnya
berobat ketukang urut, namun tidak ditemukan terkilir maupun patah pada tangan
kiri.
7
2.2 Riwayat Penyakit Dahulu
Disangkal
2.3 Riwayat Penyakit Keluarga
Disangkal
2.4 Riwayat Kebiasaan Sosial
Disangkal
Vital sign ( 27 November 2014)
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Heart rate : 87 kali/menit
Respiratory rate : 19 kali/menit
Temperatur : 36,70C
3. Pemeriksaan FisikKepala
Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat (+/+), pupil isokor
mm/3mm, sklera ikterik (-/-)
Telinga : dalam batas normal
Hidung : Konka nasi inferior dalam batas normal
Mulut : swelling (-), stomatitis (-), leukoplakia (-),
Leher : Fraktur servikal (-), massa (-), pembesaran kelenjar getah
bening (-)
TVJ R+4 cmH2O
S/L a.r mammae sinistra
L : ulkus(+), brdungkul – dungkul (+)
8
F : Permukaan berdungkul – dungkul, batas tegas, tepi ireguler, kosistensi keras,
nyeri (-)
M : terfiksir
Paru-paru : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : BJ I> BJ II, reguler, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : distensi (-), simetris
Palpasi : nyeri tekan (-), soepel (+), hepar, lien dan renal tidak
teraba
Perkusi : timpani (+)
Auskultasi : peristaltik dalam batas normal
Ekstremitas
Superior : Edema (-), sianosis (-)
Inferior : Edema (-), sianosis (-)
Genetalia : Tidak diperiksa
4. Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin (18 November 2014)
Hemoglobin : 12,9 mg/dl
Hematokrit : 40%
Eritrosit : 5,5x106
Leukosit : 12,1 x 103
Trombosit : 515 x 103
Diftel count : 1/0/89/9/1
Kimia Darah (18 November 2014)
Kadar Gula Darah Sewaktu : 162 mg/dl
Natrium : 144 mmol/L
Kalium : 4,7 mmol/L
9
Klorida : 108 mmol/L
5. Diagnosis
Carcinoma Mammae sinistra stadium IIB (T3N0Mx)
6. Terapi
Terapi medikamentosa :
- Inj ceftriaxone 1 gr/12 jam
- Inj ketorolac 1 amp/8 jam
7. PLANNING
- Biopsi ( Pemeriksaan Histopatologi dan Patologi Anatomi)
- Foto Thorax
- Foto Brachii
10
BAB IIITINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi Payudara Normal8
Payudara wanita dewasa berlokasi dalam fascia superficial dari dinding
depan dada. Dasar dari payudara terbentang dari iga kedua di sebelah atas sampai
iga keenam atau ketujuh di sebelah bawah, dan dari sternum batas medialnya
sampai ke garis midaksilrasis sebagai batas lateralnya. Duapertiga dasar tersebut
terletak di depan M.pectoralis major dan sebagian M.serratus anterior. Sebagian
kecil terletak di atas M.obliquus externus.
Pada 95% wanita terdapat perpanjangan dari kuadran lateral atas sampai ke
aksila. Ekor ini (tail of Spence) dari jaringan mammae memasuki suatu hiatus
(dari Langer) dalam fascia sebelah dalam dari dinding medial aksilaI. Hanya ini
jaringan mammae yang ditemukan secara normal di bawah fascia sebelah dalam.
Gambar 3.1 Potongan Sagital mammae dan dinding dada sebelah depan.
Gambar 3.1 Potongan Sagital mammae dan dinding dada sebelah depan
11
Gambar 3.2 Topografi aksila (anterior view)
Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus, beberapa lebih besar
daripada yang lainnya, berada dalam fascia superficial, dimana dihubungkan
secara bebas dengan fascia sebelah dalam. Lobus-lobus ini beserta duktusnya
adalah kesatuan dalam anatomi, bukan kesatuan dalam bedah.Suatu biopsy
payudara bukan suatu lobektomi, dimana pada prosedur semacam itu, sebagian
dari 1 atau lebih lobus diangkat.
Antara fascia superficial dan yang sebelah dalam terdapat ruang
retromammary (submammary) yang mana kaya akan limfatik. Lobus-lobus
parenkim beserta duktusnya tersusun secara radial berkenaan dengan posisi dari
papilla mammae, sehingga duktus berjalan sentral menuju papilla seperti jari-jari
12
roda berakhir secara terpisah di puncak dari papilla.Segmen dari duktus dalam
papilla merupakan bagian duktus yang tersempit. Oleh karena itu, sekresi atau
pergantian sel-sel cenderung untuk terkumpul dalam bagian duktus yang berada
dalam papilla, mengakibatkan ekspansi yang jelas dari duktus dimana ketika
berdilatasi akibat isinya dinamakan lactiferous sinuse .Pada area bebas lemak di
bawah areola, bagian yang dilatasi dari duktus laktiferus (lactiferous sinuses)
merupakan satu-satunya tempat untuk menyimpan susu. Intraductal papillomas
sering terjadi di sini.
Ligamentum suspensori Cooper membentuk jalinan yang kuat, pita
jaringan ikat berbentuk ireguler menghubungkan dermis dengan lapisan dalam
dari fascia superfisial, melewati lobus-lobus parenkim dan menempel ke elemen
parenkim dan duktus. Kadang-kadang, fascia superfisial terfiksasi ke kulit,
sehingga tidak mungkin dilakukan total mastectomy subkutan yang ideal. Dengan
adanya invasi keganasan, sebagian dari ligamentum Cooper akan mengalami
kontraksi, menghasilkan retraksi dan fiksasi atau lesung dari kulit yang khas. Ini
berbeda dengan penampilan kulit yang kasar dan ireguler yang disebut peau
d'orange, dimana pada peau d'orange perlekatan subdermal dari folikel-folikel
rambut dan kulit yang bengkak menghasilkan gambaran cekungan dari kulit.
Gambar 3.3 Dumpling of the breast, akibat dari terlibatnya ligamentum cooper pada penyakit yang invasive. Dapat diperjelas dengan penekanan oleh tangan pemeriksa.
Suplai Darah
Mammae diperdarahi dari 2 sumber, yaitu a. thoracica interna, cabang dari a.
axillaries, dan a. intercostal.
13
Gambar 3.4 A.Pada 18% individu, payudara diperdarahi oleh arteri internal thoracic, axillaris dan intercostalis, B. Pada 30% kontribusi dari a.axillaris tidak berarti, C. Pada 50% a. intercostalis hanya sedikit kontribusinya.
Vena aksilaris, vena thoracica interna, dan vena intercostals 3-5 mengalirkan
darah dari kelenjar mamma.Vena-vena ini mengikuti arterinya. Vena aksilaris
terbentuk dari gabungan vena brachialis dan vena basilica, terletak di medial atau
superficial terhadaop arteri aksilaris, menerima juga 1 atau 2 cabang pectoral dari
mammae.Setelah vena ini melewati tepi lateral dari iga pertama, vena ini menjadi
vena subclavia. Di belakang, vena intercostalis berhubungan dengan sistem vena
vertebra dimana masuk vena azygos, hemiazygos, dan accessory hemiazygos,
kemudian mengalirkan ke dalam vena cava superior. Ke depan, berhubungan
dengan brachiocephalica. Melaui jalur kedua jalur pertama, metastasis ca
mammae dapat mencapai paru-paru. Melalui jalur ketiga, metastasis dapat ke
tulang dan system saraf pusat.
14
Gambar 3.5 Diagram potongan frontal mammae kanan menunjukkan jalur drainase vena. A. Drainase medial melalui internal thoracic vein ke jantung kanan the raight heart. B. Drainase posterior ke vertebral veins. C. Drainase lateral ke intercostal, superior epigastric veins, dan hati. D. Drainase superior lateral melalui vena aksillaris ke jantung kanan.
Aliran limfatik
Kelenjar getah bening dari regio mammae terdapat dalam kelompok inkonstan yang bervariasi.Seringnya pembagian menurut Haagensen.
Gambar 3.6 Kelenjar getah bening aksila dan payudara menurut klasifikasi dari Haagensen (kiri). Aliran limfatik mammae (kanan)
15
Klasifikasi utama Haagensen adalah axillary dan internal thoracic (mammary).
1. Drainase Aksilaris (35.3 nodes).
Group 1.External mammary nodes (1.7 nodes), juga dikenal sebagai anterior
pectoral nodes. Ini terletak sepanjang batas lateral dari M. pectoralis minor, di
bawah M. pectoralis major, sepanjang sisi medial dari aksila mengikuti aliran
lateral thoracic artery pada dinding dada, mulai dari iga 2-6. Di bawah areola
terdapat perluasan jaringan pembuluh-pembuluh limfatik, dinamakan subareolar
plexus of Sappey.
Gambar 1.7 Aliran limfatik mammae. Aliran limfe langsung dari kulit ditunjukkan oleh tanda panah pada mammae kanan dan sisi medial mammae kiri. 1. Areolar plexus of vessels, draining areola, nipple and some parenchym. 2. Anterior pectoral nodes. 3. Central axillary nodes. 4. Interpectoral nodes. 5. Apical, infraclavicular nodes. 6. Retrostrernal nodes
Group 2.Scapular nodes (5.8 nodes).Terletak di atas pembuluh-pembuluh
darah subsakapular.Limfatik dari KGB ini salng berhubungan dengan pembuluh
limfe intercistal.
Group 3.Central nodes (12.1 nodes).Merupakan kelompok kelenjar getah
bening yang terbesar; merupakan KGB yang paling mudah dipalpasi di aksila
karena ukurannya yang besar. Ketika KGB ini membesar, dapat menekan
16
intercostobrachial nerve, cabang kutaneus lateral dari second atau third thoracic
nerve, dapat timbul nyeri.
Group 4.Interpectoral nodes (Rotter's nodes) (1.4 nodes). Terletak antara
otot pektoralis mayor dan minor, sering terdapat tunggal. Merupakan kelompok
KGB terkecil dari KGB aksila dan tidak dapat ditemukan walaupun M. pectoralis
major diangkat.
Group 5.Axillary vein nodes (10.7 nodes).Merupakan kelompok KGB
terbesar kedua di aksila.Terletak di permukaan ventral dan kaudal dari bagian
lateral vena aksilaris.
Group 6.Subclavicular nodes (3.5 nodes).Terletak pada permukaan ventral
dan kaudal dari bagian medial vena aksilaris.
2. Drainase Internal Thoracic (Mammary) (8.5 Nodes)
Pembuluh-pembuluh limfatik timbul dari tepi medial mammae pada fascia
pectoralis. KGB ini juga menerima trunkus limfatikus dari kulit mammae
kontralateral, hati, diafragma, rectus sheath, bagian atas rectus abdominis. KGB
sekitar 4-5 setiap sisinya, kecil, dan biasanya dalam lemak dan jaringan ikat dari
ruang interkosta.Saluran ini bermuara ke ductus thoracicus atau ductus limfatikus
dextra.Rute ke vena aksilaris lebih pendek daripada rute aksila. Dalam staging,
bila ditemukan metastasis ke KGB supraclavicular, cervical, atau contralateral
internal mammary dianggap telah mengadakan metastasis jauh (M1). Yang
termasuk KGB regional :
1. KGB aksila (ipsilateral) :
Interpectoral (Rotter's) nodes dan KGB sepanjang vena aksilaris dan bagian-
bagiannya yang dapat dibagi ke dalam beberapa tingkat :
a. Level I (low axilla): KGB lateral dari tepi lateral M pectoralis minor
b. Level II (midaxilla): KGB antara tepi medial dan lateral M pectoralis minor dan
KGB interpectoral (Rotter's)
c. Level III (apical axillary): KGB medial dari tepi medial M pectoralis minor
termasuk subclavicular, infraclavicular, or apical
17
Gambar 2.8 Kelompok kelenjar getah bening aksila. Level I meliputi beberapa kelenjar getah bening yang terletak lateral dari M. Pectoralis minor. Level II meliputi beberapa kelenjar getah bening yang terletak dibawah M. Pectoralis minor. Level III meliputi beberapa kelenjar getah bening yang terletak medial dari M. Pectoralis minor.
2. Internal mammary (ipsilateral): KGB di ruang intercosta sepanjang tepi
sternum dalam fascia endothoracica.
Persarafan
Mammae dipersarafi oleh nervus intercosta 2-6, dengan cabang-cabangnya
melewati permukaan kelenjar. 2 cabang mammae dari nervus kutaneus lateral
keempat juga mempersarafi papilla mammae.
Gambar 1.9 Saraf-saraf perifer
3.2 Kanker payudara
3.2.1 Definisi Kanker Payudara
Kanker payudara adalah proliferasi neoplastik sel-sel pada payudara.9
Kanker payudara merupakan keganasan yang sering terjadi pada manusia. Untuk
setiap pasien yang didiagnosa kanker payudara, terdapat 5 sampai 10 orang
18
perempuan lain yang dibiopsi karena gejala yang mencurigakan, dan setiap yang
dilakukan biopsi, terdapat beberapa pasien yang berobat karena gejala atau
kecemasan. Kanker payudara merupakan salah satu dari beberapa tumor yang
memiliki bukti konklusif bahwa pemeriksaan penapisan dapat menurunkan
mortalitas.10
Kanker payudara merupakan tumor ganas yang biasanya terjadi pada
jaringan epitel kelenjar payudara. Kanker payudara adalah salah satu tumor ganas
yang paling umum yang sangat berdampak pada kesehatan fisik dan mental
wanita dan bahkan ancaman terhadap kehidupan, sedangkan pada pria jarang
terjadi kanker payudara. Gejala-gejala utama kanker payudara adalah terdapat
benjolan pada payudara, nyeri payudara, nipple discharge, perubahan puting susu,
perubahan kulit dan kelenjar getah bening aksila mengalami pembengkakan.11
3.2.2 Epidemiologi Kanker Payudara
Di Amerika Utara, Eropa Barat Laut dan Australia, kanker payudara
termasuk kanker yang paling banyak ditemukan pada wanita. Di Inggris sebanyak
20% insiden kanker merupakan kanker payudara, yang merupakan penyebab
kematian terbanyak pada wanita kelompok usia 35-55 tahun. Setiap tahunnya
terdapat 24.000 kasus baru, sehingga diperkirakan bahwa di daerah yang berisiko
tinggi, kemungkinan seorang wanita untuk menderita kanker payudara adalah 1 di
antara 10-20 wanita.10
Di Amerika Serikat, diperkirakan kumulatif seumur hidup untuk menderita
kanker payudara adalah 12% dan yang meninggal akibat kanker payudara adalah
3%. Pada usia di atas 50 tahun sebagian besar berisiko menderita kanker
payudara, dan risiko tertinggi adalah setelah 75 tahun.12
3.2.3 Faktor Risiko dan Etiologi Kanker Payudara
Penyebab kanker payudara belum dapat diketahui secara pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor yang berkaitan dengan peningkatan risiko kanker
payudara. Beberapa faktor risiko tersebut adalah:
A. Jenis kelamin dan umur
Kurang dari 1% kanker payudara timbul pada pria, dengan demikian jenis
kelamin wanita termasuk faktor risiko yang penting. Seperti karsinoma yang lain,
bertambahnya umur merupakan faktor risiko yang bermakna. Sampai dengan
19
umur 40-45 tahun, rata-rata penigkatan tajam yang kemudian turun perlahan,
walaupun insiden kanker payudara terus meningkat sampai umur tua.10
B. Faktor genetik
Dari epidemiologi tampak bahwa kemungkinan untuk menderita kanker
payudara dua sampai tiga kali lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara
kandungnya menderita kanker payudara. Kemungkinan ini lebih besar bila ibu
atau saudara kandung itu menderita kanker bilateral atau kanker pada
pramenopause.6
Di antara penderita kanker payudara ternyata 10% kasus mempunyai
hubungan dengan riwayat keluarga yang menderita kanker. Di samping itu
terdapat kanker sporadis yang tidak ada hubungannya dengan riwayat keluarga
(faktor genetik). Risiko terjadinya kanker payudara meningkat pada saudara
turunan pertama (kakak, adik) penderita kanker, terutama apabila turunan tersebut
premenopause.12
Hampir 5% dari semua pasien kanker payudara mungkin mewarisi kelainan
genetik spesifik yang berperan dalam pembentukan kanker payudara. Mutasi titik
(point mutation) pada gen penekan tumor p53 di kromosom 17 menentukan
individu mana pada keluarga Li-Fraumeni akan menderita satu atau lebih dari
enam kanker yang berlainan, termasuk kanker payudara. Studi pertalian juga
memperlihatkan asosiasi antara hilangnya heterozigositas pada kromosom 17q
dan sindrom kanker payudara-ovarium.12
C. Berat badan dan diet
Wanita yang mempunyai berat badan di atas rata-rata, tetapi berumur di
bawah 50 tahun, risiko terhadap timbulnya kanker payudara tidak meningkat atau
hanya sedikit meningkat. Sedangkan wanita berumur 60 tahun atau lebih dengan
berat badan yang lebih dari berat rata-rata normal, mempunyai risiko yang lebih
tinggi. Faktor diet sangat mempengaruhi berat badan. Pada percobaan, ditemukan
bahwa diet tinggi lemak meningkatkan insiden kanker payudara secara
internasional mempunyai korelasi dengan konsumsi lemak.10
D. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi timbulnya kanker payudara adalah
konsumsi makanan berlemak tinggi, dan konsumsi alkohol terdapat peningkatan
20
risiko sebesar 40-60%.11 Terdapat perbedaan jumlah kanker payudara yang
mencolok antara berbagai negara. Jumlah rata-rata tertinggi terdapat di Amerika
Utara, Eropa Barat Laut, Australia dan Selandia Baru, sedangkan yang terendah di
Asia Tenggara dan Afrika. Beberapa faktor yang diduga berperan dalam
perbedaan frekuensi ini, yaitu umur saat menarke, umur saat kehamilan aterm
pertama, umur saat menopause dan berat badan saat pasca menopause. Di negara
yang mempunyai insiden rendah, faktor panjangnya waktu saat menarke dengan
kehamilan pertama mungkin sangat pendek.10
E. Hormon
Peran sentral bagi estrogen, prolaktin, progesteron, androgen dan hormon
lain merupakan hipotesis menarik, namun evaluasi hormon endogen ini sulit,
karena variasi alamiah dalam lingkungan hormon bekerja dalam seorang
individu.4 Hubungan antara risiko kanker payudara dengan menarke, menopause
dan umur kehamilan aterm yang pertama kali menunjukkan bahwa hormon diduga
mempunyai peranan terhadap timbulnya kanker payudara, tetapi lebih berperan
sebagai promotor dibandingkan sebagai insiator. Aktivitas estrogen tampaknya
penting, dengan pemberian estrogen berlebihan dan kekurangan progesteron
merupakan faktor yang bermakna. Pengaruh yang menguntungkan dari kehamilan
aterm yang pertama kali mungkin diakibatkan kadar progesteron yang tinggi
dan/atau prolaktin yang melindungi epitel mamma terhadap pengaruh estrogen
pada kurun waktu yang lama. Risiko yang berhubungan dengan obesitas mungkin
berhubungan dengan kemampuan sel lemak mensintesis estrogen, dan perubahan
kadar hormon seks yang mengikat protein.10
F. Kontrasepsi oral
Preparat kontrasepsi mengandung rasio estrogen-progesteron yang rendah,
dewasa ini dianggap cukup aman dan bahkan bersifat protektif. Suatu laporan
penelitian menunjukkan terdapatnya insiden yang tinggi pada wanita muda yang
menggunakan kontrasepsi oral sejak saat awal menarke. Pil estrogen dosis tinggi
berhubungan dengan meningkatnya risiko kanker endometrium dan mungkin juga
kanker payudara.10
G. Virus
21
Pada air susu ibu ditemukan virus yang sama dengan yang terdapat pada air
susu tikus yang menderita karsinoma payudara. Akan tetapi, perannya sebagai
faktor penyebab pada manusia tidak dapat dipastikan.6
3.2.4 Manifestasi Klinis Kanker Payudara
Tanda dan gejala yang mendorong penderita karsinoma payudara datang ke
dokter adalah terdapat benjolan payudara yang tidak nyeri 66%, benjolan yang
nyeri 10%, pengeluaran cairan dari puting 10%, perubahan payudara seperti
retraksi atau udem setempat 10%. Menurut Sjamsuhidajat dan Jong (2005), gejala
dan tanda penyakit payudara sebagai berikut:
1. Nyeri:
a. Berubah dengan siklus haid (penyebab fisiologis seperti pada tegangan
pramenstruasi atau penyakit fibrokistik)
b. Tidak tergantung siklus haid (tumor jinak, tumor ganas, atau infeksi)
2. Benjolan di payudara:
a. Keras (permukaan licin pada fibroadenoma atau kista, permukaan kasar dan
berbenjol atau melekat pada kanker atau inflamasi non infektif)
b. Kenyal (kelainan fibrokistik)
c. Lunak (lipoma)
3. Perubahan kulit:
a. Berkerut (sangat mencurigakan karsinoma)
b. Kelihatan benjolan (kista, karsinoma, fibroadenoma besar)
c. Kulit jeruk (tanda khas kanker payudara)
d. Kemerahan
e. Tukak/ulkus (kanker yang sudah lama terutama pada orang tua)
4. Kelainan puting/areola:
a. Retraksi (fibrosis karena kanker)
b. Inverse baru (retraksi fibrosiskarena kanker)
c. Eksema (unilateral: penyakit paget, tanda khas kanker)
5. Keluarnya cairan:
a. Seperti susu (kehamilan atau laktasi)
b. Jernih (normal)
c. Hijau (perimenopause, pelebaran duktus, kelainan fibrokistik)
22
d. Hemoragik (karsinoma, papiloma intraduktus)
3.2.5 Penentuan Stadium Kanker Payudara
Penentuan stadium pada kanker payudara memiliki beberapa sistem.
Beberapa sistem yang telah digunakan di berbagai negara sebagai berikut:
A. Sistem American Joint Committe on Cancer Staging dan International Union
Against Cancer.
Sistem penentuan stadium yang tersering digunakan telah dirancang oleh
American Joint Committe on Cancer Staging dan International Union Against
Cancer, seperti berikut ini.13
Stadium 0 : DCIS (termasuk penyakit Paget pada putting payudara) dan LCIS
Stadium I : Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang serta kelenjar
getah bening negatif
Stadium IIA: Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang disertai
metastasis ke kelenjar (-kelenjar) getah bening atau arsinoma
invasif lebih dari 2 cm, tetapi kurang dari 5 cm dengan kelenjar
getah bening negatif
Stadium IIB: Karsinoma invasif dengan berukuran garis tengah lebih dari 2 cm,
tetapi kurang dari 5 cm dengan kelenjar (-kelenjar) getah bening
positif atau karsinoma invasif berukuran lebih dari 5 cm tanpa
keterlibatan kelenjar getah bening
Stadium IIIA: Karsinoma invasif ukuran berapa pun dengan kelenjar getah bening
terfiksasi (yaitu invasi ekstranodus yang meluas di antara kelenjar
getah bening atau meninvasi ke dalam struktur lain) atau
karsinoma berukuran garis tengah lebih dari 5 cm dengan
metastasis kelenjar getah bening nonfiksasi
Stadium IIIB: Karsinoma inflamasi, karsinoma yang menginvasi dinding dada,
karsinoma yang menginvasi kulit, karsinoma dengan nodus kulit
satelit, atau setiap karsinoma dengan metastasis ke kelenjar (-
kelenjar) getah bening mamaria interna ipsilateral
Stadium IV : Metastasis ke tempat jauh.
23
B. Sistem klasifikasi klinik kolumbia
Tiga sistem penentuan stadium klinik telah dikembangkan: Manchester,
Klasifikasi Klinik Kolumbia, dan sistem TNM (tumor, nodus, metastasis). Mula-
mula sistem Manchester yang dikembangkan dalam tahun 1940 di Rumah Sakit
Christie dan Lembaga Radium Holt di Manchester Inggris diterima luas.
Kemudian klasifikasi klinik Kolumbia yang lebih terpadu dirumuskan oleh
Haagensen dan Stout, yang menggantikan klasifikasi Manchester.4
Stadium A: Tanpa edema kulit, ulserasi atau fiksasi padat tumor kedinding
dada. Nodi lymphatici axillares tidak terlibat secara klinis.
Stadium B: Tanpa edema kulit, ulserasi atau fiksasi padat tumor ke dinding
dada. Nodi lymphatici axillares terlibat secara klinis, tetapi
diameter transversa kurang dari 2,5 cm dan tidak terfiksasi ke kulit
di atasnya atau struktur profunda axilla.
Stadium C: Salah satu dari lima tanda buruk karsinoma payudara lanjut.
1. Edema kulit yang luasnya terbatas (melibatkan kurang dari 1/3
kulit di atas payudara)
2. Ulserasi kulit
3. Fiksasi padat tumor ke dinding dada.
4. Keterlibatan masif Nodi lymphatici axillares (ukuran 2,5 cm
atau lebih dalam diameter transversa).
5. Fiksasi Nodi lymphatici axillares pada kulit di atasnya atau
struktur profunda axilla.
Stadium D: Semua indikasi lain karsinoma payudara lebih lanjut, mencakup:
1. Kombinasi dua atau lebih dari lima tanda buruk yang
didaftarkan dalam stadium C.
2. Edema luas kulit (melibatkan lebih dari 1/3 kulit di atas
payudara).
3. Nodulus kulit satelit.
4. Jenis karsinoma peradangan.
5. Nodi lymphatici supraclaviculares terlibat secara klinis.
6. Metastasis mammaria interna seperti dibuktikan oleh tumor
parasternalis
24
7. Edema lengan.
8. Metastasis jauh.
C. Sistem TNM
TNM merupakan singkatan dari “T” yaitu tumor size atau ukuran tumor,
“N” yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan “M” yaitu metastatis atau
penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, M dinilai secara klinis sebelum dilakukan
operasi dan dilakukan pemerikasaan histopatologi. Menurut Purnomo (2009),
terdapat penilaian TNM pada kanker payudara yaitu sebagai berikut:
T (Tumor size), ukuran tumor:
a. T 0: tidak ditemukan tumor primer
b. T 1: diameter tumor ≤ 2 cm
c. T 2: diameter tumor antara 2-5 cm
d. T 3: diameter tumor > 5 cm
e. T 5: ukuran tumor berapa saja, tapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding
dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit
payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama.
N (Node), kelenjar getah bening regional (kgb):
a. N 0: tidak terdapat metastis pada kgb regional di ketiak / aksilla
b. N 1: ada metastis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakan
c. N2: ada metastis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan
d. N3: ada metastis ke kgb diatas tulang selangka (supraklavikula) atau pada
kelenjar getah bening di mammary interna di dekat tulang sternum.
M (Metastasis), penyebaran jauh:
a. M x: metastis jauh belum dapat dinilai
b. M 0: tidak terdapat metastis jauh
c. M 1: terdapat metastis jauh
Setelah masing-masing faktor T, N, M didapatkan, ketiga faktor tersebut
kemudian digabungkan dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :
1. Stadium 0 : T0 N0 M0
2. Stadium 1 : T1 N0 M0
3. Stadium II A : T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0
4. Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0
25
5. Stadium III A : T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0
6. Stadium III B : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0
7. Stadium III C : Tiap T N3 M0
8. Stadium IV : Tiap T- Tiap N- M1
Stadium I Stadium IIA Stadium IIB Stadium IIIA
Stadium IIIB Stadium IIIC Stadium IV
Gambar 3.7 Stadium kanker payudara15
3.2.6 Patologi Kanker Payudara
A. Karsinoma Non-invasif
Pada umumnya karsinoma mamma adalah adenokarsinoma yang berasal
dari sel epitel duktus atau kelenjar. Istilah ‘non-invasif’ berarti bahwa sel ganas
terbatas dalam duktus atau asinus lobules, tidak terdapat bukti invasi sel tumor
yang menembus membran basalis masuk ke jaringan ikat sekitarnya. Menurut
Walker (2000), terdapat dua bentuk karsinoma non-invasif:
1. Karsinoma duktus in situ
Karsinoma duktus in situ dapat terjadi pada wanita pre-menopause maupun
pasca menopause, biasanya pada kelompok umur 40 – 60 tahun. Karsinoma ini
dapat timbul sebagai benjolan yang palpabel, terutama apabila terdapat fibrosis.
Apabila duktus yang lebih besar terkena, dapat timbul discharge papila mamma,
atau sebagai penyakit paget pada mamma. Kelainan ini ditemukan secara
kebetulan pada biopsi pembedahan atau terdeteksi pada saat skrining mamografi. 26
Karsinoma duktus in situ yang murni terdapat sekitar 5% dari karsinoma mamma.
Ukuran daerah mamma yang terkena berkisar antara 10 – 80 mm. Karsinoma ini
biasanya unifokal pada satu kuadran mamma, yang kadang-kadang ditemukan
multi sentrik dengan lesi yang lebih luas. Karsinoma ini jarang bilateral.
Gambaran makroskopisnya tergantung pada jenis karsinoma duktus in situ. Pada
karsinoma komedo terdapat bahan nekrotik mirip krim yang timbul ke permukaan
saat dilakukan sayatan, mirip komedo. Jenis lainnya mempunyai gambaran yang
kurang khas.
2. Karsinoma lobuler in situ
Karsinoma lobuler in situ (karsinoma intralobularis) terjadi terutama pada
wanita pre-menopause. Apabila ditemukan setelah menopause, biasanya
dihubungkan dengan adanya karsinoma infiltratif. Karsinoma lobuler in situ
ditemukan pada 6% dari seluruh karsinoma mamma. Masalah utamanya, tumor ini
secara klinis tidak teraba, dan tumor ini ditemukan pada hasil biopsi yang
dilakukan atas indikasi adanya kista atau palpabel jinak lainnya. Karenanya tidak
mengherankan apabila tidak didapatkan gambaran makroskopis yang khas.
B. Karsinoma Invasif
Tumor disebut ‘invasif’ apabila sel tumor telah menembus membran basalis
sekeliling struktur mamma dimana mereka tumbuh, dan menyebar ke jaringan
sekitarnya. Menurut Walker (2000), jenis histologi karsinoma invasif dan insiden
relatif tumor yang dapat diraba adalah sebagai berikut:
1. Karsinoma duktus invasif
Duktus invasif merupakan sebagian besar karsinoma mamma infiltratif
(lebih dari 85%). Secara makoskopis, karsinoma ini biasanya mempunyai
konsistensi scirrhous. Ukuran tumor berbeda-beda di antara penderita. Karsinoma
ini dapat timbul baik pada wanita pre-menopause maupun post-menopause.
2. Karsinoma lobuler invasif
Karsinoma lobuler in situ biasanya terdapat pada wanita pre-menopause,
sedangkan lesi infiltratif terjadi pada wanita post-menopause. Di Inggris, jumlah
karsinoma lobuler invasif sebanyak 10% dari karsinoma mamma invasif. Insiden
ini berbeda-beda di antara berbagai negara. Karsinoma lobuler invasif mempunyai
stroma fibrosa yang banyak, sehingga secara maksroskopis selalu berbentuk
27
scirrhous. Karsinoma duktus invasif biasanya terbentuk pada satu daerah tertentu
pada mamma, sedangkan karsinoma lobuler invasif dapat tumbuh multifokus pada
seluruh bagian mamma.
3. Karsinoma musinosa
Karsinoma musinosa (disebut juga sebagai karsinoma koloid, mukoid atau
gelatinosa) umumnya timbul pada wanita post-menopause dan jumlahnya sekitar
2–3% dari seluruh karsinoma invasif. Secara makroskopis, tumor ini berbatas
tegas, yang pada sayatan penampangan menunjukkan permukaan yang lunak
berwarna abu-abu, bergelatin. Diameter tumor beragam antara 10-50 mm. Karena
stromanya tidak padat dan tepinya melingkar, tumor ini tidak meyebabkan retraksi
papila mamma atau kerutan kulit.
4. Karsinoma tubuler
Karsinoma tubuler merupakan karsinoma berdiferensiasi baik yang terdiri
atas sel ganas yang tersusun tubuler. Karsinoma ini biasanya berupa lesi kecil,
berdiameter kurang dari 10 mm, kenyal, membentuk benjolan dengan batas
ireguler. Karsinoma tubuler merupakan 1-2% dari karsinoma invasif, dimana
tumor ini banyak terdeteksi pada saat skrining.
5. Karsinoma meduler
Karsinoma ini termasuk jarang ditemukan (sampai 5%). Tumor ini mungkin
kurang dari 1% dari seluruh karsinoma invasif, dan biasanya ditemukan pada
wanita post-menopause. Karsinoma meduler berbatas jelas, dan sering besar
dengan daerah nekrosis. Secara histologi, karsinoma ini terdiri atas kelompok
besar sel dengan stroma sedikit. Sel menunjukkkan pleiomorfisme yang nyata,
dan banyak ditemukan mitosis.
6. Karsinoma papiler
Karsinoma papiler merupakan tumor yang jarang ditemukan dan timbul
pada wanita post-menopause. Karsinoma ini biasanya berupa tumor yang berbatas
tegas disertai nekrosis fokal, dengan retraksi stroma yang ringan. Tumor ini
membentuk struktur papiler, dan daerah pertumbuhan papiler intraduktus biasanya
ditemukan.
3.2.7 Deteksi dan Diagnosis Kanker Payudara
28
Deteksi dini dilakukan dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri
atau yang dikenal dengan istilah SADARI. Ini adalah pemeriksaan yang mudah
dilakukan oleh setiap wanita untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya.
Dengan posisi tegak menghadap kaca dan berbaring, dilakukan pengamatan dan
perabaan payudara secara sistematis. Pemeriksaan SADARI dilakukan secara
rutin sekitar 7 samapi 10 hari setelah haid. Bila sudah menopause, lakukan pada
tanggal tertentu tiap bulannya. Apabila ditemukan benjolan di payudara, segera
konsultasikan kepada dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.16 Jika SADARI
dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan benjolan pada
stadium dini. Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu yang sama setiap
bulannya.18 Pemeriksaan ini meliputi inspeksi dan palpasi payudara pada
posisiberdiri dan berbaring. Perhatian ditujukan pada adanya perubahan.
Pemeriksaan yang cermat akan memakan waktu 20 sampai 30 menit. Komponen
pemeriksaan ini meliputi: inspeksi payudara di depan cermin, palpasi seluruh area
payudara menggunakan bantalan jari dengan tekanan yang berbeda-beda, dalam
pola yang spesifik dan gerakan yang sesuai.18
Lebih dari 80% kanker didiagnosis karena adanya massa yang
mencurigakan, biasanya massa yang ditemukan oleh pasien. Nyeri tanpa timbul
massa lebih jarang merupakan gejala awal, dan makin banyak kanker payudara
yang didiagnosis dengan mammogram rutin pada pasien asimtomatik. Discharge
puting juga merupakan gejala yang tidak lazim. Sebagian besar discharge puting,
baik serosa maupun sanguinosa, disebabkan oleh kelainan jinak, terutama
papiloma intraduktus. Pemeriksaan fisik harus dimulai dengan inspeksi visual
payudara sementara pasien duduk. Suatu kanker payudara dapat menyebabkan
tonjolan, asimetris kontur payudara, atau dimpling ringan pada kulit akibat
terlibatnya ligamentum Cooper. Inversi puting yang baru terjadi juga dapat
merupakan tanda kanker payudara, tetapi baik inversi puting maupun asimetris
ukuran payudara merupakan temuan yang sering dijumpai pada payudara normal.
Palpasi payudara sebaiknya dilakukan pada pasien dalam posisi terlentang.
Kanker payudara umumnya digambarkan sebagai modus atau massa yang tidak
nyeri, padat atau keras, dan berbentuk irregular , tetapi pada kenyataannya kanker
mungkin memiliki bentuk dan konsisten yang beragam. Karena itu, setiap massa
29
atau penebalan yang jelas berbeda dari jaringan normal harus dievaluasi secara
lebih cermat.12
3.2.8 Penatalaksanaan Kanker Payudara
A. Terapi bedah
Pembedahan juga merupakan metode efektif untuk menyembuhkan pasien
yang tumornya terbatas di tempat anatomik tertentu. Namun, pada saat datang
hanya sekitar 25% pasien memiliki tumor yang benar-benar terbatas dan layak
diterapi secara bedah saja. Yang menjadi tantangan adalah bagaimana cara
mengidentifikasi para pasien yang dapat diterapi dengan pembedahan saja,
sehingga dapat mencegah timbulnya morbiditas yang tidak perlu pada para pasien
yang akhirnya akan kambuh. Penentuan stadium klinis secara cermat dengan
anamnesis, pemeriksaan jasmani, dan pemeriksaan pencitraan yang sesuai, sering
merupakan syarat untuk memutuskan perlu tidaknya pembedahan.7
B. Radioterapi
Radioterapi untuk kanker payudara biasanya digunakan sebagai terapi
kuratif dengan mempertahankan mamma, dan sebagai terapi tambahan atau terapi
paliatif. Biasanya seluruh payudara dan kelenjar aksila dan supraklavikula
diradiasi. Akan tetapi, penyulitnya adalah pembengkakan lengan karena limfudem
akibat rusaknya kelenjar aksila supraklavikula. Jadi, radiasi harus
dipertimbangkan pada karsinoma mamma yang tak mampu angkat atau jika ada
metastasis. Kadang masih dapat dipikirkan amputasi mamma setelah tumor
mengecil oleh radiasi.6
Radioterapi terutama digunakan untuk terapi tumor ganas. Radioterapi
untuk tumor jinak dan non neoplasma jarang diberikan karena umumnya tumor
jinak itu radioresisten dan untuk yang radiosensitif perlu dipertimbangkan
keuntungan dan kerugian pemberiannya.2
C. Terapi hormonal
Indikasi pemberian terapi hormonal adalah bila penyakit menjadi sistemik
akibat metastasis jauh. Terapi hormonal biasanya diberikan secara paliatif
sebelum kemoterapi karena efek terapinya lebih lama dan efek sampingnya
kurang, tetapi tidak semua karsinoma mamma peka terhadap terapi hormonal.
30
Hanya kurang lebih 60% yang bereaksi baik dan penderita mana yang ada harapan
member respon dapat diketahui dari “uji reseptor estrogen” pada jaringan tumor.6
D. Kemoterapi
Kemoterapi mempunyai tujuan akhir yaitu penyembuhan pasien dan untuk
jangka panjang berupa perpanjangan hidup yang bebas dari penyakit.
Penyembuhan memerlukan penumpasan setiap sel kanker. Jika kesembuhan tidak
diperoleh, tujuan hanya sebatas paliatif (yaitu, bebas gejala dan menghindarkan
intoksikasi yang membahayakan jiwa), sehingga memungkinkan seseorang
mempertahankan hidup secara normal. Dalam hal ini, massa sel kanker semula
dikurangi dengan cara bedah dan/atau radiasi, diikuti dengan kemoterapi,
imunoterapi atau kombinasi berbagai jenis pengobatan tersebut. Kemoterapi
digunakan jika kanker sudah menyebar dan tidak dapat disembuhkan dengan
pembedahan. Kemoterapi juga digunakan sebagai alat bantu tindakan bedah dan
radiasi, untuk menyerang mikrometastasis.19
3.2.9 Pencegahan dan Prognosis Kanker Payudara
Mencegah kanker payudara dapat dimulai dari menghindarkan faktor
penyebab, kemudian juga menemukan kasus dini sehingga dapat dilakukan
pengobatan kuratif. Pemeriksaan payudara sendiri oleh seorang wanita sebulan
sekali sekitar hari ke-8 menstruasi dapat dianjurkan. Pemeriksaan oleh dokter bila
ada yang dicurigai, dan bila seseorang tergolong dalam risiko tinggi, diperlukan
pada waktu tertentu, terutama bila usianya di atas 35 tahun. Bila perlu, dapat
dilakukan mammografi.6
Prognosis kanker payudara dipengaruhi oleh variabel berikut: 14
1. Ukuran karsinoma primer. Pasien dengan karsinoma invasif yang lebih
kecil daripada 1 cm memiliki harapan hidup yang sangat baik jika tidak
terdapat keterlibatan kelenjar getah bening dan mungkin tidak
memerlukan terapi sistemik.
2. Keterlibatan kelenjar getah bening dan jumlah kelenjar getah bening
yang terkena metastasis. Jika tidak ada kelenjar ketiak yang terkena,
angka harapan hidup 5 tahun mendekati 90%. Angka harapan hidup
menurun bersama setiap kelenjar getah bening yang terkena dan menjadi
kurang dari 50% jika kelenjar yang terkena berjumlah 16 atau lebih.
31
3. Derajat karsinoma. Karsinoma berdiferensiasi baik memiliki prognosis
yang secara bermakna lebih baik dibandingkan dengan karsinoma yang
berdiferensiasi buruk.
4. Tipe histologik karsinoma. Semua tipe khusus karsinoma payudara
(tubuler, medular, lobules, papilar, dan musinosa) memiliki prognosis
yang sedikit lebih baik daripada karsinoma tanpa tipe khusus (karsinoma
duktus).
5. Invasi limfovaskular. Adanya tumor di dalam rongga vaskular di sekitar
tumor primer merupakan faktor prognotik yang buruk, terutama jika
tidak terdapat metastasis ke kelenjar getah bening.
6. Ada tidaknya reseptor estrogen atau progesteron. Adanya reseptor
hormon menyebabkan prognosis sedikit membaik.
7. Laju proliferasi kanker. Laju proliferasi yang tinggi berkaitan dengan
prognosis yang lebih buruk.
8. Aneuploidi. Karsinoma dengan kandungan DNA abnormal (aneuploidi)
memiliki prognosis sedikit lebih buruk dibandingkan dengan karsinoma
dengan kandungan DNA serupa dengan sel normal.
32
BAB IVANALISA KASUS
Pasien datang ke IGD RSUDZA dengan keluhan benjolan di payudara kiri
sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya benjolan timbul sebesar bakso dapat
digoyangkan permukaannya halus dan kenyal, kemudian timbul bercak merah
disekitar benjolan, nyeri (-). Benjolan ini dirasakan timbul saat pasien hamil anak
ke 4. Pasien mengaku saat melahirkan, disarankan oleh dokter spesialis obgyn
untuk operasi payudara, tetapi pasien menolak. Kemudian pasien mengeluhkan
nyeri dan susah menggerakkan tangan kiri seperti terkilir. Pasien sebelumnya
berobat ketukang urut, namun tidak ditemukan terkilir maupun patah pada tangan
kiri. .
Tanda dan gejala yang mendorong penderita karsinoma payudara datang ke
dokter adalah terdapat benjolan payudara yang tidak nyeri 66%, benjolan yang
nyeri 10%, pengeluaran cairan dari puting 10%, perubahan payudara seperti
retraksi atau udem setempat 10%. Menurut Sjamsuhidajat dan Jong (2005), gejala
dan tanda penyakit payudara sebagai berikut:
1. Nyeri:
a. Berubah dengan siklus haid (penyebab fisiologis seperti pada tegangan
pramenstruasi atau penyakit fibrokistik)
b. Tidak tergantung siklus haid (tumor jinak, tumor ganas, atau infeksi)
2. Benjolan di payudara:
a. Keras (permukaan licin pada fibroadenoma atau kista, permukaan kasar dan
berbenjol atau melekat pada kanker atau inflamasi non infektif)
b. Kenyal (kelainan fibrokistik)
c. Lunak (lipoma)
3. Perubahan kulit:
a. Berkerut (sangat mencurigakan karsinoma)
b. Kelihatan benjolan (kista, karsinoma, fibroadenoma besar)
c. Kulit jeruk (tanda khas kanker payudara)
d. Kemerahan
e. Tukak/ulkus (kanker yang sudah lama terutama pada orang tua)
4. Kelainan puting/areola:33
a. Retraksi (fibrosis karena kanker)
b. Inverse baru (retraksi fibrosiskarena kanker)
c. Eksema (unilateral: penyakit paget, tanda khas kanker)
5. Keluarnya cairan:
a. Seperti susu (kehamilan atau laktasi)
b. Jernih (normal)
c. Hijau (perimenopause, pelebaran duktus, kelainan fibrokistik)
d. Hemoragik (karsinoma, papiloma intraduktus)
Pasien berjenis kelamin perempuan, berusia 50 tahun sampai saat ini
belum menikah. Menstruasi pertama dialami saat usia 12 tahun dan berhenti
menstruasi satu tahun terakhir (usia 49 tahun). Salah satu keluarga pasien (kakak
kandung) juga menderita penyakit yang sama dengan pasien., ini merupakan
faktor resiko terjadinya kanker payudara sesuai dengan teori bahwa penyebab
kanker payudara belum dapat diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa
faktor yang berkaitan dengan peningkatan risiko kanker payudara. Salah satunya
adalah faktor hormonal. Peran sentral bagi estrogen, prolaktin, progesteron,
androgen dan hormon lain merupakan hipotesis menarik, namun evaluasi hormon
endogen ini sulit, karena variasi alamiah dalam lingkungan hormon bekerja dalam
seorang individu.4 Hubungan antara risiko kanker payudara dengan menarke,
menopause dan umur kehamilan aterm yang pertama kali menunjukkan bahwa
hormon diduga mempunyai peranan terhadap timbulnya kanker payudara, tetapi
lebih berperan sebagai promotor dibandingkan sebagai insiator.
Kurang dari 1% kanker payudara timbul pada pria, dengan demikian jenis
kelamin wanita termasuk faktor risiko yang penting. Seperti karsinoma yang lain,
bertambahnya umur merupakan faktor risiko yang bermakna. Sampai dengan
umur 40-45 tahun, rata-rata penigkatan tajam yang kemudian turun perlahan,
walaupun insiden kanker payudara terus meningkat sampai umur tua.10
Dari epidemiologi tampak bahwa kemungkinan untuk menderita kanker
payudara dua sampai tiga kali lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara
kandungnya menderita kanker payudara. Kemungkinan ini lebih besar bila ibu
atau saudara kandung itu menderita kanker bilateral atau kanker pada
pramenopause.6
34
Di antara penderita kanker payudara ternyata 10% kasus mempunyai
hubungan dengan riwayat keluarga yang menderita kanker. Di samping itu
terdapat kanker sporadis yang tidak ada hubungannya dengan riwayat keluarga
(faktor genetik). Risiko terjadinya kanker payudara meningkat pada saudara
turunan pertama (kakak, adik) penderita kanker, terutama apabila turunan tersebut
premenopause.12
Hampir 5% dari semua pasien kanker payudara mungkin mewarisi kelainan
genetik spesifik yang berperan dalam pembentukan kanker payudara. Mutasi titik
(point mutation) pada gen penekan tumor p53 di kromosom 17 menentukan
individu mana pada keluarga Li-Fraumeni akan menderita satu atau lebih dari
enam kanker yang berlainan, termasuk kanker payudara. Studi pertalian juga
memperlihatkan asosiasi antara hilangnya heterozigositas pada kromosom 17q
dan sindrom kanker payudara-ovarium.12
Dari pemeriksaan fisik a.r mammae sinistra didapatkan : Look : ulkus(+),
berdungkul – dungkul (+), Feel : Permukaan berdungkul – dungkul, batas tegas,
tepi ireguler, kosistensi keras,ukuran >5 cm, nyeri (+);Move : terfiksir. T: 4D,
N:2, M: x. Menurut Purnomo (2009), penilaian TNM pada kanker payudara yaitu
sebagai berikut:
T (Tumor size), ukuran tumor:
a. T 0: tidak ditemukan tumor primer
b. T 1: diameter tumor ≤ 2 cm
c. T 2: diameter tumor antara 2-5 cm
d. T 3: diameter tumor > 5 cm
e. T 5: ukuran tumor berapa saja, tapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding
dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit
payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama.
N (Node), kelenjar getah bening regional (kgb):
a. N 0: tidak terdapat metastis pada kgb regional di ketiak / aksilla
b. N 1: ada metastis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakan
c. N2: ada metastis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan
d. N3: ada metastis ke kgb diatas tulang selangka (supraklavikula) atau pada
kelenjar getah bening di mammary interna di dekat tulang sternum.
35
M (Metastasis), penyebaran jauh:
a. M x: metastis jauh belum dapat dinilai
b. M 0: tidak terdapat metastis jauh
c. M 1: terdapat metastis jauh
Setelah masing-masing faktor T, N, M didapatkan, ketiga faktor tersebut
kemudian digabungkan dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :
1. Stadium 0 : T0 N0 M0
2. Stadium 1 : T1 N0 M0
3. Stadium II A : T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0
4. Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0
5. Stadium III A : T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0
6. Stadium III B : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0
7. Stadium III C : Tiap T N3 M0
8. Stadium IV : Tiap T- Tiap N- M1
36
BAB V
KESIMPULAN
Kanker payudara merupakan tumor ganas yang biasanya terjadi pada
jaringan epitel kelenjar payudara. Kanker payudara adalah salah satu tumor ganas
yang paling umum yang sangat berdampak pada kesehatan fisik dan mental
wanita dan bahkan ancaman terhadap kehidupan, sedangkan pada pria jarang
terjadi kanker payudara. Gejala-gejala utama kanker payudara adalah terdapat
benjolan pada payudara, nyeri payudara, nipple discharge, perubahan puting susu,
perubahan kulit dan kelenjar getah bening aksila mengalami pembengkakan.
Pasien datang ke IGD RSUDZA dengan keluhan benjolan di payudara kiri
sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya benjolan timbul sebesar bakso dapat
digoyangkan permukaannya halus dan kenyal, kemudian timbul bercak merah
disekitar benjolan, nyeri (-). Benjolan ini dirasakan timbul saat pasien hamil anak
ke 4. Pasien mengaku saat melahirkan, disarankan oleh dokter spesialis obgyn
untuk operasi payudara, tetapi pasien menolak. Kemudian pasien mengeluhkan
nyeri dan susah menggerakkan tangan kiri seperti terkilir. Pasien sebelumnya
berobat ketukang urut, namun tidak ditemukan terkilir maupun patah pada tangan
kiri. Dari pemeriksaan fisik a.r mammae sinistra didapatkan : Look : ulkus(+),
berdungkul – dungkul (+), Feel : Permukaan berdungkul – dungkul, batas tegas,
tepi ireguler, kosistensi keras,ukuran >5 cm, nyeri (+);Move : terfiksir. T: 4D,
N:2, M: x. Sehingga dapat ditegakkan diagnose Carcinoma Mammae sinistra
stadium IIB (T3DN0Mx)
37
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. 2008. The Global Burden of Disease: Update 2004, Switzerland Departement of Health Statistics and Informatics in the Information Evident and Research Cluster of WHO. [Online]. http://www.who. int/healthinfo/global_burden_disease/2004_report_update/en/index.html[diakses 24 Mei 2012].
2. Sukardja. 2000. OnkologiKlinik. Surabaya, Airlangga University Press. p.
105.
3. Depkes RI. 2007. JikaTidakDikendalikan 26 Juta Orang di DuniaMenderitaKanker.[Online].http://depkes.go.id/index.php/berita/press.release/1060-jika-tidak-dikendalikan-26-juta-orang-di-dunia-menderita-kanker-html[diakses 26 Mei 2012].
4. Sabiston, D.C. 2002. BukuAjarBedah. Jakarta, EGC. p. 385-391.5. WHO. 2010. Review of The Available Evidence on Taxanes (Paclitaxel and
Docetaxel) For Breast Cancer. WHO Collaborating Centre for Evidence-Based Research Synthesis and Guideline Development in Reproductive Health. [Online]. http://www.who.int/selection_medicines/committees/ expert/18/applications/8_submission_taxanes.pdf[diakses 28 Mei 2012].
6. Sjamsuhidajat& Jong, W.D. 2005. BukuAjarIlmuBedah. Jakarta, EGC. p.
394-401.
7. Slapak CA &Kufe DW. 2000. PrinsipTerapiKanker,dalam: .J Isselbacher, et al. Harrison: Prinsip-PrinsipIlmuPenyakitDalam. Edisi ke-13. Jakarta, EGC. p. 2040.
8. Suyatno. KankerPayudara. BedahOnkologiDiagnostikdanTerapi.Jakarta :SagungSeto: 2010. hal 35-81.
9. Brashers, V.L. 2008. AplikasiKlinisdanPatofisiologi: PemeriksaandanManajemen. Jakarta, EGC.p. 127.
10. Walker, R. 2000. KarsinomaPayudara, dalam: Underwood. PatologiUmum&Sistemik.Edisi ke-2. Jakarta, EGC. p. 557-566.
11. Cancer Hospital Guangzhou.2011. Breast Cancer. [Online].http//www.cancerhospital.ph/ breastcancer/GuangzhouModern Cancer HospitalinChina.html [diakses 28 Mei 2012].
12. Henderson, IC. 2000. KankerPayudara, dalam: K.J Isselbacher, et al. Harrison: Prinsip-PrinsipIlmuPenyakitDalam. Edisi ke-13. Jakarta, EGC. p. 2045-2050.
13. Huriawati, H. 2004. TinjauanKlinisHasilPemeriksaanLaboratorium. Jakarta, EGC. p. 287.
38
14. Christopher, Lester SC &Cotran, RS. 2007. BukuAjarPatologi RobbinsVol 2. Edisike-VII.Jakarta, EG. p. 466-467.
15. Purnomo, H. 2009. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit yang Paling Mematikan. Yogyakrata, Buana Pustaka. p. 106.
16. Purwoastuti, E. 2008. Kanker Payudara: Pencegahan dan Deteksi Dini. Yogyakarta, Kanisius. p. 23.
17. Indriasari, D. 2009. Deteksi, Obati, danCegahPenyakit. Yogyakarta, PustakaGrhatama. p. 162.
18. Otto, S.E. 2005. BukuSakuKeperawatanOnkologi. Jakarta, EGC. p. 100.
19. Wahyuni, AS. 2006. HubunganJenisHistologidenganKetahananHidup 5 TahunPenderitaKankerPayudara.MajalahKedokteran Nusantara [Online], 39(1): 1-5http://usupress.usu.ac.id/files/MKNVol39No1Maret%2006. pdf# page=7[diakses 27September 2014].
39