BAB I

57
Laporan Kasus KANKER PAYUDARA DiajukanSebagai Salah SatuTugasDalamMenjalaniKepaniteraanKlinik Senior PadaBagian / SMF IlmuBedah FK Unsyiah RSUDZA Banda Aceh oleh Khaliza Maulina 0907101010090 Pembimbing dr. Iskandar Sp.B (K) Onk BAGIAN/SMF ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BPK RUMAH SAKIT dr. ZAINOEL ABIDIN 1

description

ca mamae

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

Laporan Kasus

KANKER PAYUDARA

DiajukanSebagai Salah SatuTugasDalamMenjalaniKepaniteraanKlinik Senior PadaBagian / SMF IlmuBedah FK Unsyiah RSUDZA

Banda Aceh

oleh

Khaliza Maulina

0907101010090

Pembimbing

dr. Iskandar Sp.B (K) Onk

BAGIAN/SMF ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BPK RUMAH SAKIT dr. ZAINOEL ABIDIN

BANDA ACEH

2014

1

Page 2: BAB I

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan Rahmad dan KaruniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan

analisa kasus ruanganyang berjudul Kanker Payudara.

Shalawat beriringan salam kami hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW

yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman Islamiyah juga kepada

sahabat dan keluarga beliau.

Ucapan terima kasih tidak lupa kami ucapkan kepada pembimbing yaitu

dr.Noer Faisal Sp.B (K) Onk dan para staf ilmu bedah RSU dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh yang telah memberikan arahan serta bimbingan hingga

terselesaikannya referat ini.

Tidak ada kata sempurna dalam pembuatan sebuah analisa kasus.

Keterbatasan dalam penulisan maupun kajian yang dibahas merupakan beberapa

penyebabnya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan terhadap

referat ini demi perbaikan di masa yang akan datang.

Banda Aceh, Desember 2014

Penulis

2

Page 3: BAB I

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1

BAB II LAPORAN KASUS........................................................................................ 3

1 Identitas Pasien......................................................................................... 3

2 Anamnesis.......................................................................................... .......3

3 Pemeriksaan Fisik........................................................................................ 4

4 Pemeriksaan Laboratorium......................................................................... 5

6 Penatalaksanaan ........................................................................................ 6

7 Planning ..................................................................................................... 6

8 Prognosis .................................................................................................... 6

BAB III TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 7

3.1 Anatomi ................................................................................................. 7

3.2 Kanker Payudara.............................................................................. 14

3.2.1 Defenisi......................................................................................... 14

3

Page 4: BAB I

3.2.2 Epidemiologi................................................................................. 15

3.2.3 Faktor resiko dan etiologi............................................................. 15

3.2.4 Manifestasi Klinis.......................................................................... 18

3.2.5 Penentuan Stadium Ca mammae................................................. 19

3.2.6 Patologi........................................................................................ 22

3.2.7 Diagnosis...................................................................................... 25

3.2.8 Penatalaksanaan.......................................................................... 26

3.2.9 Pencegahan dan prognosis........................................................... 27

BAB IV ANALISA KASUS........................................................................................ 29

BAB V KESIMPULAN.............................................................................................. 33

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 34

4

Page 5: BAB I

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker adalah suatu penyakit dimana sel-sel terus membelah secara

abnormal, sehingga sel-sel tersebut terus berkembang dan menjadi ganas. Kanker

merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia. Laporan Badan Kesehatan

Dunia (WHO) menjelaskan bahwa 7,6 juta kematian dari seluruh dunia (sekitar

13% dari seluruh kematian) per tahunnya yang disebabkan oleh kanker.1 Di

negara-negara maju kematian yang disebabkan oleh kanker diperkirakan

mencapai 67% pada laki-laki dan 59% pada perempuan.2 Di Indonesia, kanker

merupakan penyebab kematian urutan ke tujuh. Jumlah penderita kanker di

Indonesia diperkirakan mencapai 4,3% per 1000 penduduk. Dan di Aceh

diperkirakan penderita kanker mencapai 2,7 %.3

Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2007, kanker

payudara merupakan urutan pertama di seluruh RS di Indonesia (16,85%),

kemudian kanker serviks (11,78%).3 Berdasarkan hasil pengambilan data awal di

rekam medik RSUDZA Banda Aceh, didapatkan penderita kanker payudara

sebanyak 102 pasien, selama periode Agustus 2011 sampai Juni 2012.

Kanker payudara adalah kanker pada tempat spesifik yang tersering pada

wanita dan penyebab kematian pada usia 40 sampai 44 tahun. Kanker payudara

termasuk 26% dari semua kanker pada wanita dan 18% kematian pada wanita

disebabkan oleh kanker payudara. Saat ini diperkirakan 1 dari 14 wanita akan

menderita kanker payudara (sekitar 7%), dan 50% wanita ini akan meninggal

karena kanker payudara.4 Badan Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan bahwa,

insiden kanker payudara meningkat di negara berkembang karena mengadopsi

gaya hidup barat. Meskipun beberapa pengurangan risiko mungkin dapat dicapai

dengan pencegahan, strategi ini tidak dapat menghilangkan sebagian besar kanker

payudara yang berkembang di negara yang berpenghasilan rendah dan menengah

dimana kanker payudara didiagnosis pada tahap yang sangat terlambat. Oleh

karena itu, deteksi dini dalam rangka meningkatkan kelangsungan hidup tetap

menjadi landasan kontrol kanker payudara.5

5

Page 6: BAB I

Di Amerika Serikat, karsinoma payudara termasuk 28% penderita pada

orang berkulit putih, dan 25% penderita pada yang berkulit hitam. Kanker

payudara jarang ditemukan pada usia di bawah 20 tahun, insiden tertinggi

tercatat pada usia 45-66 tahun.6

Ada 4 (empat) cara pengobatan kanker payudara, yaitu: pembedahan,

radiasi, hormonal dan kemoterapi.6,7

6

Page 7: BAB I

BAB IILAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien

Nama : Asmawati Ahmad

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 38 tahun

Alamat : Banda Alam Aceh Timur

Pekerjaan : -

Agama : Islam

Status : Menikah

No CM :1-01-81-02

Tanggal Masuk RS : 18 November 2014

Tanggal Pemeriksaan : 27 November 2014

2. Anamnesis

2.1 Keluhan Utama

Benjolan di payudara kiri

2.2 Keluhan Tambahan

Tangan kiri nyeri dan sulit digerakkan.

2.3 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUDZA dengan keluhan benjolan di payudara kiri

sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya benjolan timbul sebesar bakso dapat

digoyangkan permukaannya halus dan kenyal, kemudian timbul bercak merah

disekitar benjolan, nyeri (-). Benjolan ini dirasakan timbul saat pasien hamil anak

ke 4. Pasien mengaku saat melahirkan, disarankan oleh dokter spesialis obgyn

untuk operasi payudara, tetapi pasien menolak. Kemudian pasien mengeluhkan

nyeri dan susah menggerakkan tangan kiri seperti terkilir. Pasien sebelumnya

berobat ketukang urut, namun tidak ditemukan terkilir maupun patah pada tangan

kiri.

7

Page 8: BAB I

2.2 Riwayat Penyakit Dahulu

Disangkal

2.3 Riwayat Penyakit Keluarga

Disangkal

2.4 Riwayat Kebiasaan Sosial

Disangkal

Vital sign ( 27 November 2014)

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Heart rate : 87 kali/menit

Respiratory rate : 19 kali/menit

Temperatur : 36,70C

3. Pemeriksaan FisikKepala

Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat (+/+), pupil isokor

mm/3mm, sklera ikterik (-/-)

Telinga : dalam batas normal

Hidung : Konka nasi inferior dalam batas normal

Mulut : swelling (-), stomatitis (-), leukoplakia (-),

Leher : Fraktur servikal (-), massa (-), pembesaran kelenjar getah

bening (-)

TVJ R+4 cmH2O

S/L a.r mammae sinistra

L : ulkus(+), brdungkul – dungkul (+)

8

Page 9: BAB I

F : Permukaan berdungkul – dungkul, batas tegas, tepi ireguler, kosistensi keras,

nyeri (-)

M : terfiksir

Paru-paru : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung : BJ I> BJ II, reguler, bising (-)

Abdomen

Inspeksi : distensi (-), simetris

Palpasi : nyeri tekan (-), soepel (+), hepar, lien dan renal tidak

teraba

Perkusi : timpani (+)

Auskultasi : peristaltik dalam batas normal

Ekstremitas

Superior : Edema (-), sianosis (-)

Inferior : Edema (-), sianosis (-)

Genetalia : Tidak diperiksa

4. Pemeriksaan Laboratorium

Darah rutin (18 November 2014)

Hemoglobin : 12,9 mg/dl

Hematokrit : 40%

Eritrosit : 5,5x106

Leukosit : 12,1 x 103

Trombosit : 515 x 103

Diftel count : 1/0/89/9/1

Kimia Darah (18 November 2014)

Kadar Gula Darah Sewaktu : 162 mg/dl

Natrium : 144 mmol/L

Kalium : 4,7 mmol/L

9

Page 10: BAB I

Klorida : 108 mmol/L

5. Diagnosis

Carcinoma Mammae sinistra stadium IIB (T3N0Mx)

6. Terapi

Terapi medikamentosa :

- Inj ceftriaxone 1 gr/12 jam

- Inj ketorolac 1 amp/8 jam

7. PLANNING

- Biopsi ( Pemeriksaan Histopatologi dan Patologi Anatomi)

- Foto Thorax

- Foto Brachii

10

Page 11: BAB I

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Payudara Normal8

Payudara wanita dewasa berlokasi dalam fascia superficial dari dinding

depan dada. Dasar dari payudara terbentang dari iga kedua di sebelah atas sampai

iga keenam atau ketujuh di sebelah bawah, dan dari sternum batas medialnya

sampai ke garis midaksilrasis sebagai batas lateralnya. Duapertiga dasar tersebut

terletak di depan M.pectoralis major dan sebagian M.serratus anterior. Sebagian

kecil terletak di atas M.obliquus externus.

Pada 95% wanita terdapat perpanjangan dari kuadran lateral atas sampai ke

aksila. Ekor ini (tail of Spence) dari jaringan mammae memasuki suatu hiatus

(dari Langer) dalam fascia sebelah dalam dari dinding medial aksilaI. Hanya ini

jaringan mammae yang ditemukan secara normal di bawah fascia sebelah dalam.

Gambar 3.1 Potongan Sagital mammae dan dinding dada sebelah depan.

Gambar 3.1 Potongan Sagital mammae dan dinding dada sebelah depan

11

Page 12: BAB I

Gambar 3.2 Topografi aksila (anterior view)

Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus, beberapa lebih besar

daripada yang lainnya, berada dalam fascia superficial, dimana dihubungkan

secara bebas dengan fascia sebelah dalam. Lobus-lobus ini beserta duktusnya

adalah kesatuan dalam anatomi, bukan kesatuan dalam bedah.Suatu biopsy

payudara bukan suatu lobektomi, dimana pada prosedur semacam itu, sebagian

dari 1 atau lebih lobus diangkat.

Antara fascia superficial dan yang sebelah dalam terdapat ruang

retromammary (submammary) yang mana kaya akan limfatik. Lobus-lobus

parenkim beserta duktusnya tersusun secara radial berkenaan dengan posisi dari

papilla mammae, sehingga duktus berjalan sentral menuju papilla seperti jari-jari

12

Page 13: BAB I

roda berakhir secara terpisah di puncak dari papilla.Segmen dari duktus dalam

papilla merupakan bagian duktus yang tersempit. Oleh karena itu, sekresi atau

pergantian sel-sel cenderung untuk terkumpul dalam bagian duktus yang berada

dalam papilla, mengakibatkan ekspansi yang jelas dari duktus dimana ketika

berdilatasi akibat isinya dinamakan lactiferous sinuse .Pada area bebas lemak di

bawah areola, bagian yang dilatasi dari duktus laktiferus (lactiferous sinuses)

merupakan satu-satunya tempat untuk menyimpan susu. Intraductal papillomas

sering terjadi di sini.

Ligamentum suspensori Cooper membentuk jalinan yang kuat, pita

jaringan ikat berbentuk ireguler menghubungkan dermis dengan lapisan dalam

dari fascia superfisial, melewati lobus-lobus parenkim dan menempel ke elemen

parenkim dan duktus. Kadang-kadang, fascia superfisial terfiksasi ke kulit,

sehingga tidak mungkin dilakukan total mastectomy subkutan yang ideal. Dengan

adanya invasi keganasan, sebagian dari ligamentum Cooper akan mengalami

kontraksi, menghasilkan retraksi dan fiksasi atau lesung dari kulit yang khas. Ini

berbeda dengan penampilan kulit yang kasar dan ireguler yang disebut peau

d'orange, dimana pada peau d'orange perlekatan subdermal dari folikel-folikel

rambut dan kulit yang bengkak menghasilkan gambaran cekungan dari kulit.

Gambar 3.3 Dumpling of the breast, akibat dari terlibatnya ligamentum cooper pada penyakit yang invasive. Dapat diperjelas dengan penekanan oleh tangan pemeriksa.

Suplai Darah

Mammae diperdarahi dari 2 sumber, yaitu a. thoracica interna, cabang dari a.

axillaries, dan a. intercostal.

13

Page 14: BAB I

Gambar 3.4 A.Pada 18% individu, payudara diperdarahi oleh arteri internal thoracic, axillaris dan intercostalis, B. Pada 30% kontribusi dari a.axillaris tidak berarti, C. Pada 50% a. intercostalis hanya sedikit kontribusinya.

Vena aksilaris, vena thoracica interna, dan vena intercostals 3-5 mengalirkan

darah dari kelenjar mamma.Vena-vena ini mengikuti arterinya. Vena aksilaris

terbentuk dari gabungan vena brachialis dan vena basilica, terletak di medial atau

superficial terhadaop arteri aksilaris, menerima juga 1 atau 2 cabang pectoral dari

mammae.Setelah vena ini melewati tepi lateral dari iga pertama, vena ini menjadi

vena subclavia. Di belakang, vena intercostalis berhubungan dengan sistem vena

vertebra dimana masuk vena azygos, hemiazygos, dan accessory hemiazygos,

kemudian mengalirkan ke dalam vena cava superior. Ke depan, berhubungan

dengan brachiocephalica. Melaui jalur kedua jalur pertama, metastasis ca

mammae dapat mencapai paru-paru. Melalui jalur ketiga, metastasis dapat ke

tulang dan system saraf pusat.

14

Page 15: BAB I

Gambar 3.5 Diagram potongan frontal mammae kanan menunjukkan jalur drainase vena. A. Drainase medial melalui internal thoracic vein ke jantung kanan the raight heart. B. Drainase posterior ke vertebral veins. C. Drainase lateral ke intercostal, superior epigastric veins, dan hati. D. Drainase superior lateral melalui vena aksillaris ke jantung kanan.

Aliran limfatik

Kelenjar getah bening dari regio mammae terdapat dalam kelompok inkonstan yang bervariasi.Seringnya pembagian menurut Haagensen.

Gambar 3.6 Kelenjar getah bening aksila dan payudara menurut klasifikasi dari Haagensen (kiri). Aliran limfatik mammae (kanan)

15

Page 16: BAB I

Klasifikasi utama Haagensen adalah axillary dan internal thoracic (mammary).

1. Drainase Aksilaris (35.3 nodes).

Group 1.External mammary nodes (1.7 nodes), juga dikenal sebagai anterior

pectoral nodes. Ini terletak sepanjang batas lateral dari M. pectoralis minor, di

bawah M. pectoralis major, sepanjang sisi medial dari aksila mengikuti aliran

lateral thoracic artery pada dinding dada, mulai dari iga 2-6. Di bawah areola

terdapat perluasan jaringan pembuluh-pembuluh limfatik, dinamakan subareolar

plexus of Sappey.

Gambar 1.7 Aliran limfatik mammae. Aliran limfe langsung dari kulit ditunjukkan oleh tanda panah pada mammae kanan dan sisi medial mammae kiri. 1. Areolar plexus of vessels, draining areola, nipple and some parenchym. 2. Anterior pectoral nodes. 3. Central axillary nodes. 4. Interpectoral nodes. 5. Apical, infraclavicular nodes. 6. Retrostrernal nodes

Group 2.Scapular nodes (5.8 nodes).Terletak di atas pembuluh-pembuluh

darah subsakapular.Limfatik dari KGB ini salng berhubungan dengan pembuluh

limfe intercistal.

Group 3.Central nodes (12.1 nodes).Merupakan kelompok kelenjar getah

bening yang terbesar; merupakan KGB yang paling mudah dipalpasi di aksila

karena ukurannya yang besar. Ketika KGB ini membesar, dapat menekan

16

Page 17: BAB I

intercostobrachial nerve, cabang kutaneus lateral dari second atau third thoracic

nerve, dapat timbul nyeri.

Group 4.Interpectoral nodes (Rotter's nodes) (1.4 nodes). Terletak antara

otot pektoralis mayor dan minor, sering terdapat tunggal. Merupakan kelompok

KGB terkecil dari KGB aksila dan tidak dapat ditemukan walaupun M. pectoralis

major diangkat.

Group 5.Axillary vein nodes (10.7 nodes).Merupakan kelompok KGB

terbesar kedua di aksila.Terletak di permukaan ventral dan kaudal dari bagian

lateral vena aksilaris.

Group 6.Subclavicular nodes (3.5 nodes).Terletak pada permukaan ventral

dan kaudal dari bagian medial vena aksilaris.

2. Drainase Internal Thoracic (Mammary) (8.5 Nodes)

Pembuluh-pembuluh limfatik timbul dari tepi medial mammae pada fascia

pectoralis. KGB ini juga menerima trunkus limfatikus dari kulit mammae

kontralateral, hati, diafragma, rectus sheath, bagian atas rectus abdominis. KGB

sekitar 4-5 setiap sisinya, kecil, dan biasanya dalam lemak dan jaringan ikat dari

ruang interkosta.Saluran ini bermuara ke ductus thoracicus atau ductus limfatikus

dextra.Rute ke vena aksilaris lebih pendek daripada rute aksila. Dalam staging,

bila ditemukan metastasis ke KGB supraclavicular, cervical, atau contralateral

internal mammary dianggap telah mengadakan metastasis jauh (M1). Yang

termasuk KGB regional :

1. KGB aksila (ipsilateral) :

Interpectoral (Rotter's) nodes dan KGB sepanjang vena aksilaris dan bagian-

bagiannya yang dapat dibagi ke dalam beberapa tingkat :

a. Level I (low axilla): KGB lateral dari tepi lateral M pectoralis minor

b. Level II (midaxilla): KGB antara tepi medial dan lateral M pectoralis minor dan

KGB interpectoral (Rotter's)

c. Level III (apical axillary): KGB medial dari tepi medial M pectoralis minor

termasuk subclavicular, infraclavicular, or apical

17

Page 18: BAB I

Gambar 2.8 Kelompok kelenjar getah bening aksila. Level I meliputi beberapa kelenjar getah bening yang terletak lateral dari M. Pectoralis minor. Level II meliputi beberapa kelenjar getah bening yang terletak dibawah M. Pectoralis minor. Level III meliputi beberapa kelenjar getah bening yang terletak medial dari M. Pectoralis minor.

2. Internal mammary (ipsilateral): KGB di ruang intercosta sepanjang tepi

sternum dalam fascia endothoracica.

Persarafan

Mammae dipersarafi oleh nervus intercosta 2-6, dengan cabang-cabangnya

melewati permukaan kelenjar. 2 cabang mammae dari nervus kutaneus lateral

keempat juga mempersarafi papilla mammae.

Gambar 1.9 Saraf-saraf perifer

3.2 Kanker payudara

3.2.1 Definisi Kanker Payudara

Kanker payudara adalah proliferasi neoplastik sel-sel pada payudara.9

Kanker payudara merupakan keganasan yang sering terjadi pada manusia. Untuk

setiap pasien yang didiagnosa kanker payudara, terdapat 5 sampai 10 orang

18

Page 19: BAB I

perempuan lain yang dibiopsi karena gejala yang mencurigakan, dan setiap yang

dilakukan biopsi, terdapat beberapa pasien yang berobat karena gejala atau

kecemasan. Kanker payudara merupakan salah satu dari beberapa tumor yang

memiliki bukti konklusif bahwa pemeriksaan penapisan dapat menurunkan

mortalitas.10

Kanker payudara merupakan tumor ganas yang biasanya terjadi pada

jaringan epitel kelenjar payudara. Kanker payudara adalah salah satu tumor ganas

yang paling umum yang sangat berdampak pada kesehatan fisik dan mental

wanita dan bahkan ancaman terhadap kehidupan, sedangkan pada pria jarang

terjadi kanker payudara. Gejala-gejala utama kanker payudara adalah terdapat

benjolan pada payudara, nyeri payudara, nipple discharge, perubahan puting susu,

perubahan kulit dan kelenjar getah bening aksila mengalami pembengkakan.11

3.2.2 Epidemiologi Kanker Payudara

Di Amerika Utara, Eropa Barat Laut dan Australia, kanker payudara

termasuk kanker yang paling banyak ditemukan pada wanita. Di Inggris sebanyak

20% insiden kanker merupakan kanker payudara, yang merupakan penyebab

kematian terbanyak pada wanita kelompok usia 35-55 tahun. Setiap tahunnya

terdapat 24.000 kasus baru, sehingga diperkirakan bahwa di daerah yang berisiko

tinggi, kemungkinan seorang wanita untuk menderita kanker payudara adalah 1 di

antara 10-20 wanita.10

Di Amerika Serikat, diperkirakan kumulatif seumur hidup untuk menderita

kanker payudara adalah 12% dan yang meninggal akibat kanker payudara adalah

3%. Pada usia di atas 50 tahun sebagian besar berisiko menderita kanker

payudara, dan risiko tertinggi adalah setelah 75 tahun.12

3.2.3 Faktor Risiko dan Etiologi Kanker Payudara

Penyebab kanker payudara belum dapat diketahui secara pasti, tetapi

terdapat beberapa faktor yang berkaitan dengan peningkatan risiko kanker

payudara. Beberapa faktor risiko tersebut adalah:

A. Jenis kelamin dan umur

Kurang dari 1% kanker payudara timbul pada pria, dengan demikian jenis

kelamin wanita termasuk faktor risiko yang penting. Seperti karsinoma yang lain,

bertambahnya umur merupakan faktor risiko yang bermakna. Sampai dengan

19

Page 20: BAB I

umur 40-45 tahun, rata-rata penigkatan tajam yang kemudian turun perlahan,

walaupun insiden kanker payudara terus meningkat sampai umur tua.10

B. Faktor genetik

Dari epidemiologi tampak bahwa kemungkinan untuk menderita kanker

payudara dua sampai tiga kali lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara

kandungnya menderita kanker payudara. Kemungkinan ini lebih besar bila ibu

atau saudara kandung itu menderita kanker bilateral atau kanker pada

pramenopause.6

Di antara penderita kanker payudara ternyata 10% kasus mempunyai

hubungan dengan riwayat keluarga yang menderita kanker. Di samping itu

terdapat kanker sporadis yang tidak ada hubungannya dengan riwayat keluarga

(faktor genetik). Risiko terjadinya kanker payudara meningkat pada saudara

turunan pertama (kakak, adik) penderita kanker, terutama apabila turunan tersebut

premenopause.12

Hampir 5% dari semua pasien kanker payudara mungkin mewarisi kelainan

genetik spesifik yang berperan dalam pembentukan kanker payudara. Mutasi titik

(point mutation) pada gen penekan tumor p53 di kromosom 17 menentukan

individu mana pada keluarga Li-Fraumeni akan menderita satu atau lebih dari

enam kanker yang berlainan, termasuk kanker payudara. Studi pertalian juga

memperlihatkan asosiasi antara hilangnya heterozigositas pada kromosom 17q

dan sindrom kanker payudara-ovarium.12

C. Berat badan dan diet

Wanita yang mempunyai berat badan di atas rata-rata, tetapi berumur di

bawah 50 tahun, risiko terhadap timbulnya kanker payudara tidak meningkat atau

hanya sedikit meningkat. Sedangkan wanita berumur 60 tahun atau lebih dengan

berat badan yang lebih dari berat rata-rata normal, mempunyai risiko yang lebih

tinggi. Faktor diet sangat mempengaruhi berat badan. Pada percobaan, ditemukan

bahwa diet tinggi lemak meningkatkan insiden kanker payudara secara

internasional mempunyai korelasi dengan konsumsi lemak.10

D. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi timbulnya kanker payudara adalah

konsumsi makanan berlemak tinggi, dan konsumsi alkohol terdapat peningkatan

20

Page 21: BAB I

risiko sebesar 40-60%.11 Terdapat perbedaan jumlah kanker payudara yang

mencolok antara berbagai negara. Jumlah rata-rata tertinggi terdapat di Amerika

Utara, Eropa Barat Laut, Australia dan Selandia Baru, sedangkan yang terendah di

Asia Tenggara dan Afrika. Beberapa faktor yang diduga berperan dalam

perbedaan frekuensi ini, yaitu umur saat menarke, umur saat kehamilan aterm

pertama, umur saat menopause dan berat badan saat pasca menopause. Di negara

yang mempunyai insiden rendah, faktor panjangnya waktu saat menarke dengan

kehamilan pertama mungkin sangat pendek.10

E. Hormon

Peran sentral bagi estrogen, prolaktin, progesteron, androgen dan hormon

lain merupakan hipotesis menarik, namun evaluasi hormon endogen ini sulit,

karena variasi alamiah dalam lingkungan hormon bekerja dalam seorang

individu.4 Hubungan antara risiko kanker payudara dengan menarke, menopause

dan umur kehamilan aterm yang pertama kali menunjukkan bahwa hormon diduga

mempunyai peranan terhadap timbulnya kanker payudara, tetapi lebih berperan

sebagai promotor dibandingkan sebagai insiator. Aktivitas estrogen tampaknya

penting, dengan pemberian estrogen berlebihan dan kekurangan progesteron

merupakan faktor yang bermakna. Pengaruh yang menguntungkan dari kehamilan

aterm yang pertama kali mungkin diakibatkan kadar progesteron yang tinggi

dan/atau prolaktin yang melindungi epitel mamma terhadap pengaruh estrogen

pada kurun waktu yang lama. Risiko yang berhubungan dengan obesitas mungkin

berhubungan dengan kemampuan sel lemak mensintesis estrogen, dan perubahan

kadar hormon seks yang mengikat protein.10

F. Kontrasepsi oral

Preparat kontrasepsi mengandung rasio estrogen-progesteron yang rendah,

dewasa ini dianggap cukup aman dan bahkan bersifat protektif. Suatu laporan

penelitian menunjukkan terdapatnya insiden yang tinggi pada wanita muda yang

menggunakan kontrasepsi oral sejak saat awal menarke. Pil estrogen dosis tinggi

berhubungan dengan meningkatnya risiko kanker endometrium dan mungkin juga

kanker payudara.10

G. Virus

21

Page 22: BAB I

Pada air susu ibu ditemukan virus yang sama dengan yang terdapat pada air

susu tikus yang menderita karsinoma payudara. Akan tetapi, perannya sebagai

faktor penyebab pada manusia tidak dapat dipastikan.6

3.2.4 Manifestasi Klinis Kanker Payudara

Tanda dan gejala yang mendorong penderita karsinoma payudara datang ke

dokter adalah terdapat benjolan payudara yang tidak nyeri 66%, benjolan yang

nyeri 10%, pengeluaran cairan dari puting 10%, perubahan payudara seperti

retraksi atau udem setempat 10%. Menurut Sjamsuhidajat dan Jong (2005), gejala

dan tanda penyakit payudara sebagai berikut:

1. Nyeri:

a. Berubah dengan siklus haid (penyebab fisiologis seperti pada tegangan

pramenstruasi atau penyakit fibrokistik)

b. Tidak tergantung siklus haid (tumor jinak, tumor ganas, atau infeksi)

2. Benjolan di payudara:

a. Keras (permukaan licin pada fibroadenoma atau kista, permukaan kasar dan

berbenjol atau melekat pada kanker atau inflamasi non infektif)

b. Kenyal (kelainan fibrokistik)

c. Lunak (lipoma)

3. Perubahan kulit:

a. Berkerut (sangat mencurigakan karsinoma)

b. Kelihatan benjolan (kista, karsinoma, fibroadenoma besar)

c. Kulit jeruk (tanda khas kanker payudara)

d. Kemerahan

e. Tukak/ulkus (kanker yang sudah lama terutama pada orang tua)

4. Kelainan puting/areola:

a. Retraksi (fibrosis karena kanker)

b. Inverse baru (retraksi fibrosiskarena kanker)

c. Eksema (unilateral: penyakit paget, tanda khas kanker)

5. Keluarnya cairan:

a. Seperti susu (kehamilan atau laktasi)

b. Jernih (normal)

c. Hijau (perimenopause, pelebaran duktus, kelainan fibrokistik)

22

Page 23: BAB I

d. Hemoragik (karsinoma, papiloma intraduktus)

3.2.5 Penentuan Stadium Kanker Payudara

Penentuan stadium pada kanker payudara memiliki beberapa sistem.

Beberapa sistem yang telah digunakan di berbagai negara sebagai berikut:

A. Sistem American Joint Committe on Cancer Staging dan International Union

Against Cancer.

Sistem penentuan stadium yang tersering digunakan telah dirancang oleh

American Joint Committe on Cancer Staging dan International Union Against

Cancer, seperti berikut ini.13

Stadium 0 : DCIS (termasuk penyakit Paget pada putting payudara) dan LCIS

Stadium I : Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang serta kelenjar

getah bening negatif

Stadium IIA: Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang disertai

metastasis ke kelenjar (-kelenjar) getah bening atau arsinoma

invasif lebih dari 2 cm, tetapi kurang dari 5 cm dengan kelenjar

getah bening negatif

Stadium IIB: Karsinoma invasif dengan berukuran garis tengah lebih dari 2 cm,

tetapi kurang dari 5 cm dengan kelenjar (-kelenjar) getah bening

positif atau karsinoma invasif berukuran lebih dari 5 cm tanpa

keterlibatan kelenjar getah bening

Stadium IIIA: Karsinoma invasif ukuran berapa pun dengan kelenjar getah bening

terfiksasi (yaitu invasi ekstranodus yang meluas di antara kelenjar

getah bening atau meninvasi ke dalam struktur lain) atau

karsinoma berukuran garis tengah lebih dari 5 cm dengan

metastasis kelenjar getah bening nonfiksasi

Stadium IIIB: Karsinoma inflamasi, karsinoma yang menginvasi dinding dada,

karsinoma yang menginvasi kulit, karsinoma dengan nodus kulit

satelit, atau setiap karsinoma dengan metastasis ke kelenjar (-

kelenjar) getah bening mamaria interna ipsilateral

Stadium IV : Metastasis ke tempat jauh.

23

Page 24: BAB I

B. Sistem klasifikasi klinik kolumbia

Tiga sistem penentuan stadium klinik telah dikembangkan: Manchester,

Klasifikasi Klinik Kolumbia, dan sistem TNM (tumor, nodus, metastasis). Mula-

mula sistem Manchester yang dikembangkan dalam tahun 1940 di Rumah Sakit

Christie dan Lembaga Radium Holt di Manchester Inggris diterima luas.

Kemudian klasifikasi klinik Kolumbia yang lebih terpadu dirumuskan oleh

Haagensen dan Stout, yang menggantikan klasifikasi Manchester.4

Stadium A: Tanpa edema kulit, ulserasi atau fiksasi padat tumor kedinding

dada. Nodi lymphatici axillares tidak terlibat secara klinis.

Stadium B: Tanpa edema kulit, ulserasi atau fiksasi padat tumor ke dinding

dada. Nodi lymphatici axillares terlibat secara klinis, tetapi

diameter transversa kurang dari 2,5 cm dan tidak terfiksasi ke kulit

di atasnya atau struktur profunda axilla.

Stadium C: Salah satu dari lima tanda buruk karsinoma payudara lanjut.

1. Edema kulit yang luasnya terbatas (melibatkan kurang dari 1/3

kulit di atas payudara)

2. Ulserasi kulit

3. Fiksasi padat tumor ke dinding dada.

4. Keterlibatan masif Nodi lymphatici axillares (ukuran 2,5 cm

atau lebih dalam diameter transversa).

5. Fiksasi Nodi lymphatici axillares pada kulit di atasnya atau

struktur profunda axilla.

Stadium D: Semua indikasi lain karsinoma payudara lebih lanjut, mencakup:

1. Kombinasi dua atau lebih dari lima tanda buruk yang

didaftarkan dalam stadium C.

2. Edema luas kulit (melibatkan lebih dari 1/3 kulit di atas

payudara).

3. Nodulus kulit satelit.

4. Jenis karsinoma peradangan.

5. Nodi lymphatici supraclaviculares terlibat secara klinis.

6. Metastasis mammaria interna seperti dibuktikan oleh tumor

parasternalis

24

Page 25: BAB I

7. Edema lengan.

8. Metastasis jauh.

C. Sistem TNM

TNM merupakan singkatan dari “T” yaitu tumor size atau ukuran tumor,

“N” yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan “M” yaitu metastatis atau

penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, M dinilai secara klinis sebelum dilakukan

operasi dan dilakukan pemerikasaan histopatologi. Menurut Purnomo (2009),

terdapat penilaian TNM pada kanker payudara yaitu sebagai berikut:

T (Tumor size), ukuran tumor:

a. T 0: tidak ditemukan tumor primer

b. T 1: diameter tumor ≤ 2 cm

c. T 2: diameter tumor antara 2-5 cm

d. T 3: diameter tumor > 5 cm

e. T 5: ukuran tumor berapa saja, tapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding

dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit

payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama.

N (Node), kelenjar getah bening regional (kgb):

a. N 0: tidak terdapat metastis pada kgb regional di ketiak / aksilla

b. N 1: ada metastis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakan

c. N2: ada metastis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan

d. N3: ada metastis ke kgb diatas tulang selangka (supraklavikula) atau pada

kelenjar getah bening di mammary interna di dekat tulang sternum.

M (Metastasis), penyebaran jauh:

a. M x: metastis jauh belum dapat dinilai

b. M 0: tidak terdapat metastis jauh

c. M 1: terdapat metastis jauh

Setelah masing-masing faktor T, N, M didapatkan, ketiga faktor tersebut

kemudian digabungkan dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :

1. Stadium 0 : T0 N0 M0

2. Stadium 1 : T1 N0 M0

3. Stadium II A : T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0

4. Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0

25

Page 26: BAB I

5. Stadium III A : T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0

6. Stadium III B : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0

7. Stadium III C : Tiap T N3 M0

8. Stadium IV : Tiap T- Tiap N- M1

Stadium I Stadium IIA Stadium IIB Stadium IIIA

Stadium IIIB Stadium IIIC Stadium IV

Gambar 3.7 Stadium kanker payudara15

3.2.6 Patologi Kanker Payudara

A. Karsinoma Non-invasif

Pada umumnya karsinoma mamma adalah adenokarsinoma yang berasal

dari sel epitel duktus atau kelenjar. Istilah ‘non-invasif’ berarti bahwa sel ganas

terbatas dalam duktus atau asinus lobules, tidak terdapat bukti invasi sel tumor

yang menembus membran basalis masuk ke jaringan ikat sekitarnya. Menurut

Walker (2000), terdapat dua bentuk karsinoma non-invasif:

1. Karsinoma duktus in situ

Karsinoma duktus in situ dapat terjadi pada wanita pre-menopause maupun

pasca menopause, biasanya pada kelompok umur 40 – 60 tahun. Karsinoma ini

dapat timbul sebagai benjolan yang palpabel, terutama apabila terdapat fibrosis.

Apabila duktus yang lebih besar terkena, dapat timbul discharge papila mamma,

atau sebagai penyakit paget pada mamma. Kelainan ini ditemukan secara

kebetulan pada biopsi pembedahan atau terdeteksi pada saat skrining mamografi. 26

Page 27: BAB I

Karsinoma duktus in situ yang murni terdapat sekitar 5% dari karsinoma mamma.

Ukuran daerah mamma yang terkena berkisar antara 10 – 80 mm. Karsinoma ini

biasanya unifokal pada satu kuadran mamma, yang kadang-kadang ditemukan

multi sentrik dengan lesi yang lebih luas. Karsinoma ini jarang bilateral.

Gambaran makroskopisnya tergantung pada jenis karsinoma duktus in situ. Pada

karsinoma komedo terdapat bahan nekrotik mirip krim yang timbul ke permukaan

saat dilakukan sayatan, mirip komedo. Jenis lainnya mempunyai gambaran yang

kurang khas.

2. Karsinoma lobuler in situ

Karsinoma lobuler in situ (karsinoma intralobularis) terjadi terutama pada

wanita pre-menopause. Apabila ditemukan setelah menopause, biasanya

dihubungkan dengan adanya karsinoma infiltratif. Karsinoma lobuler in situ

ditemukan pada 6% dari seluruh karsinoma mamma. Masalah utamanya, tumor ini

secara klinis tidak teraba, dan tumor ini ditemukan pada hasil biopsi yang

dilakukan atas indikasi adanya kista atau palpabel jinak lainnya. Karenanya tidak

mengherankan apabila tidak didapatkan gambaran makroskopis yang khas.

B. Karsinoma Invasif

Tumor disebut ‘invasif’ apabila sel tumor telah menembus membran basalis

sekeliling struktur mamma dimana mereka tumbuh, dan menyebar ke jaringan

sekitarnya. Menurut Walker (2000), jenis histologi karsinoma invasif dan insiden

relatif tumor yang dapat diraba adalah sebagai berikut:

1. Karsinoma duktus invasif

Duktus invasif merupakan sebagian besar karsinoma mamma infiltratif

(lebih dari 85%). Secara makoskopis, karsinoma ini biasanya mempunyai

konsistensi scirrhous. Ukuran tumor berbeda-beda di antara penderita. Karsinoma

ini dapat timbul baik pada wanita pre-menopause maupun post-menopause.

2. Karsinoma lobuler invasif

Karsinoma lobuler in situ biasanya terdapat pada wanita pre-menopause,

sedangkan lesi infiltratif terjadi pada wanita post-menopause. Di Inggris, jumlah

karsinoma lobuler invasif sebanyak 10% dari karsinoma mamma invasif. Insiden

ini berbeda-beda di antara berbagai negara. Karsinoma lobuler invasif mempunyai

stroma fibrosa yang banyak, sehingga secara maksroskopis selalu berbentuk

27

Page 28: BAB I

scirrhous. Karsinoma duktus invasif biasanya terbentuk pada satu daerah tertentu

pada mamma, sedangkan karsinoma lobuler invasif dapat tumbuh multifokus pada

seluruh bagian mamma.

3. Karsinoma musinosa

Karsinoma musinosa (disebut juga sebagai karsinoma koloid, mukoid atau

gelatinosa) umumnya timbul pada wanita post-menopause dan jumlahnya sekitar

2–3% dari seluruh karsinoma invasif. Secara makroskopis, tumor ini berbatas

tegas, yang pada sayatan penampangan menunjukkan permukaan yang lunak

berwarna abu-abu, bergelatin. Diameter tumor beragam antara 10-50 mm. Karena

stromanya tidak padat dan tepinya melingkar, tumor ini tidak meyebabkan retraksi

papila mamma atau kerutan kulit.

4. Karsinoma tubuler

Karsinoma tubuler merupakan karsinoma berdiferensiasi baik yang terdiri

atas sel ganas yang tersusun tubuler. Karsinoma ini biasanya berupa lesi kecil,

berdiameter kurang dari 10 mm, kenyal, membentuk benjolan dengan batas

ireguler. Karsinoma tubuler merupakan 1-2% dari karsinoma invasif, dimana

tumor ini banyak terdeteksi pada saat skrining.

5. Karsinoma meduler

Karsinoma ini termasuk jarang ditemukan (sampai 5%). Tumor ini mungkin

kurang dari 1% dari seluruh karsinoma invasif, dan biasanya ditemukan pada

wanita post-menopause. Karsinoma meduler berbatas jelas, dan sering besar

dengan daerah nekrosis. Secara histologi, karsinoma ini terdiri atas kelompok

besar sel dengan stroma sedikit. Sel menunjukkkan pleiomorfisme yang nyata,

dan banyak ditemukan mitosis.

6. Karsinoma papiler

Karsinoma papiler merupakan tumor yang jarang ditemukan dan timbul

pada wanita post-menopause. Karsinoma ini biasanya berupa tumor yang berbatas

tegas disertai nekrosis fokal, dengan retraksi stroma yang ringan. Tumor ini

membentuk struktur papiler, dan daerah pertumbuhan papiler intraduktus biasanya

ditemukan.

3.2.7 Deteksi dan Diagnosis Kanker Payudara

28

Page 29: BAB I

Deteksi dini dilakukan dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri

atau yang dikenal dengan istilah SADARI. Ini adalah pemeriksaan yang mudah

dilakukan oleh setiap wanita untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya.

Dengan posisi tegak menghadap kaca dan berbaring, dilakukan pengamatan dan

perabaan payudara secara sistematis. Pemeriksaan SADARI dilakukan secara

rutin sekitar 7 samapi 10 hari setelah haid. Bila sudah menopause, lakukan pada

tanggal tertentu tiap bulannya. Apabila ditemukan benjolan di payudara, segera

konsultasikan kepada dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.16 Jika SADARI

dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan benjolan pada

stadium dini. Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu yang sama setiap

bulannya.18 Pemeriksaan ini meliputi inspeksi dan palpasi payudara pada

posisiberdiri dan berbaring. Perhatian ditujukan pada adanya perubahan.

Pemeriksaan yang cermat akan memakan waktu 20 sampai 30 menit. Komponen

pemeriksaan ini meliputi: inspeksi payudara di depan cermin, palpasi seluruh area

payudara menggunakan bantalan jari dengan tekanan yang berbeda-beda, dalam

pola yang spesifik dan gerakan yang sesuai.18

Lebih dari 80% kanker didiagnosis karena adanya massa yang

mencurigakan, biasanya massa yang ditemukan oleh pasien. Nyeri tanpa timbul

massa lebih jarang merupakan gejala awal, dan makin banyak kanker payudara

yang didiagnosis dengan mammogram rutin pada pasien asimtomatik. Discharge

puting juga merupakan gejala yang tidak lazim. Sebagian besar discharge puting,

baik serosa maupun sanguinosa, disebabkan oleh kelainan jinak, terutama

papiloma intraduktus. Pemeriksaan fisik harus dimulai dengan inspeksi visual

payudara sementara pasien duduk. Suatu kanker payudara dapat menyebabkan

tonjolan, asimetris kontur payudara, atau dimpling ringan pada kulit akibat

terlibatnya ligamentum Cooper. Inversi puting yang baru terjadi juga dapat

merupakan tanda kanker payudara, tetapi baik inversi puting maupun asimetris

ukuran payudara merupakan temuan yang sering dijumpai pada payudara normal.

Palpasi payudara sebaiknya dilakukan pada pasien dalam posisi terlentang.

Kanker payudara umumnya digambarkan sebagai modus atau massa yang tidak

nyeri, padat atau keras, dan berbentuk irregular , tetapi pada kenyataannya kanker

mungkin memiliki bentuk dan konsisten yang beragam. Karena itu, setiap massa

29

Page 30: BAB I

atau penebalan yang jelas berbeda dari jaringan normal harus dievaluasi secara

lebih cermat.12

3.2.8 Penatalaksanaan Kanker Payudara

A. Terapi bedah

Pembedahan juga merupakan metode efektif untuk menyembuhkan pasien

yang tumornya terbatas di tempat anatomik tertentu. Namun, pada saat datang

hanya sekitar 25% pasien memiliki tumor yang benar-benar terbatas dan layak

diterapi secara bedah saja. Yang menjadi tantangan adalah bagaimana cara

mengidentifikasi para pasien yang dapat diterapi dengan pembedahan saja,

sehingga dapat mencegah timbulnya morbiditas yang tidak perlu pada para pasien

yang akhirnya akan kambuh. Penentuan stadium klinis secara cermat dengan

anamnesis, pemeriksaan jasmani, dan pemeriksaan pencitraan yang sesuai, sering

merupakan syarat untuk memutuskan perlu tidaknya pembedahan.7

B. Radioterapi

Radioterapi untuk kanker payudara biasanya digunakan sebagai terapi

kuratif dengan mempertahankan mamma, dan sebagai terapi tambahan atau terapi

paliatif. Biasanya seluruh payudara dan kelenjar aksila dan supraklavikula

diradiasi. Akan tetapi, penyulitnya adalah pembengkakan lengan karena limfudem

akibat rusaknya kelenjar aksila supraklavikula. Jadi, radiasi harus

dipertimbangkan pada karsinoma mamma yang tak mampu angkat atau jika ada

metastasis. Kadang masih dapat dipikirkan amputasi mamma setelah tumor

mengecil oleh radiasi.6

Radioterapi terutama digunakan untuk terapi tumor ganas. Radioterapi

untuk tumor jinak dan non neoplasma jarang diberikan karena umumnya tumor

jinak itu radioresisten dan untuk yang radiosensitif perlu dipertimbangkan

keuntungan dan kerugian pemberiannya.2

C. Terapi hormonal

Indikasi pemberian terapi hormonal adalah bila penyakit menjadi sistemik

akibat metastasis jauh. Terapi hormonal biasanya diberikan secara paliatif

sebelum kemoterapi karena efek terapinya lebih lama dan efek sampingnya

kurang, tetapi tidak semua karsinoma mamma peka terhadap terapi hormonal.

30

Page 31: BAB I

Hanya kurang lebih 60% yang bereaksi baik dan penderita mana yang ada harapan

member respon dapat diketahui dari “uji reseptor estrogen” pada jaringan tumor.6

D. Kemoterapi

Kemoterapi mempunyai tujuan akhir yaitu penyembuhan pasien dan untuk

jangka panjang berupa perpanjangan hidup yang bebas dari penyakit.

Penyembuhan memerlukan penumpasan setiap sel kanker. Jika kesembuhan tidak

diperoleh, tujuan hanya sebatas paliatif (yaitu, bebas gejala dan menghindarkan

intoksikasi yang membahayakan jiwa), sehingga memungkinkan seseorang

mempertahankan hidup secara normal. Dalam hal ini, massa sel kanker semula

dikurangi dengan cara bedah dan/atau radiasi, diikuti dengan kemoterapi,

imunoterapi atau kombinasi berbagai jenis pengobatan tersebut. Kemoterapi

digunakan jika kanker sudah menyebar dan tidak dapat disembuhkan dengan

pembedahan. Kemoterapi juga digunakan sebagai alat bantu tindakan bedah dan

radiasi, untuk menyerang mikrometastasis.19

3.2.9 Pencegahan dan Prognosis Kanker Payudara

Mencegah kanker payudara dapat dimulai dari menghindarkan faktor

penyebab, kemudian juga menemukan kasus dini sehingga dapat dilakukan

pengobatan kuratif. Pemeriksaan payudara sendiri oleh seorang wanita sebulan

sekali sekitar hari ke-8 menstruasi dapat dianjurkan. Pemeriksaan oleh dokter bila

ada yang dicurigai, dan bila seseorang tergolong dalam risiko tinggi, diperlukan

pada waktu tertentu, terutama bila usianya di atas 35 tahun. Bila perlu, dapat

dilakukan mammografi.6

Prognosis kanker payudara dipengaruhi oleh variabel berikut: 14

1. Ukuran karsinoma primer. Pasien dengan karsinoma invasif yang lebih

kecil daripada 1 cm memiliki harapan hidup yang sangat baik jika tidak

terdapat keterlibatan kelenjar getah bening dan mungkin tidak

memerlukan terapi sistemik.

2. Keterlibatan kelenjar getah bening dan jumlah kelenjar getah bening

yang terkena metastasis. Jika tidak ada kelenjar ketiak yang terkena,

angka harapan hidup 5 tahun mendekati 90%. Angka harapan hidup

menurun bersama setiap kelenjar getah bening yang terkena dan menjadi

kurang dari 50% jika kelenjar yang terkena berjumlah 16 atau lebih.

31

Page 32: BAB I

3. Derajat karsinoma. Karsinoma berdiferensiasi baik memiliki prognosis

yang secara bermakna lebih baik dibandingkan dengan karsinoma yang

berdiferensiasi buruk.

4. Tipe histologik karsinoma. Semua tipe khusus karsinoma payudara

(tubuler, medular, lobules, papilar, dan musinosa) memiliki prognosis

yang sedikit lebih baik daripada karsinoma tanpa tipe khusus (karsinoma

duktus).

5. Invasi limfovaskular. Adanya tumor di dalam rongga vaskular di sekitar

tumor primer merupakan faktor prognotik yang buruk, terutama jika

tidak terdapat metastasis ke kelenjar getah bening.

6. Ada tidaknya reseptor estrogen atau progesteron. Adanya reseptor

hormon menyebabkan prognosis sedikit membaik.

7. Laju proliferasi kanker. Laju proliferasi yang tinggi berkaitan dengan

prognosis yang lebih buruk.

8. Aneuploidi. Karsinoma dengan kandungan DNA abnormal (aneuploidi)

memiliki prognosis sedikit lebih buruk dibandingkan dengan karsinoma

dengan kandungan DNA serupa dengan sel normal.

32

Page 33: BAB I

BAB IVANALISA KASUS

Pasien datang ke IGD RSUDZA dengan keluhan benjolan di payudara kiri

sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya benjolan timbul sebesar bakso dapat

digoyangkan permukaannya halus dan kenyal, kemudian timbul bercak merah

disekitar benjolan, nyeri (-). Benjolan ini dirasakan timbul saat pasien hamil anak

ke 4. Pasien mengaku saat melahirkan, disarankan oleh dokter spesialis obgyn

untuk operasi payudara, tetapi pasien menolak. Kemudian pasien mengeluhkan

nyeri dan susah menggerakkan tangan kiri seperti terkilir. Pasien sebelumnya

berobat ketukang urut, namun tidak ditemukan terkilir maupun patah pada tangan

kiri. .

Tanda dan gejala yang mendorong penderita karsinoma payudara datang ke

dokter adalah terdapat benjolan payudara yang tidak nyeri 66%, benjolan yang

nyeri 10%, pengeluaran cairan dari puting 10%, perubahan payudara seperti

retraksi atau udem setempat 10%. Menurut Sjamsuhidajat dan Jong (2005), gejala

dan tanda penyakit payudara sebagai berikut:

1. Nyeri:

a. Berubah dengan siklus haid (penyebab fisiologis seperti pada tegangan

pramenstruasi atau penyakit fibrokistik)

b. Tidak tergantung siklus haid (tumor jinak, tumor ganas, atau infeksi)

2. Benjolan di payudara:

a. Keras (permukaan licin pada fibroadenoma atau kista, permukaan kasar dan

berbenjol atau melekat pada kanker atau inflamasi non infektif)

b. Kenyal (kelainan fibrokistik)

c. Lunak (lipoma)

3. Perubahan kulit:

a. Berkerut (sangat mencurigakan karsinoma)

b. Kelihatan benjolan (kista, karsinoma, fibroadenoma besar)

c. Kulit jeruk (tanda khas kanker payudara)

d. Kemerahan

e. Tukak/ulkus (kanker yang sudah lama terutama pada orang tua)

4. Kelainan puting/areola:33

Page 34: BAB I

a. Retraksi (fibrosis karena kanker)

b. Inverse baru (retraksi fibrosiskarena kanker)

c. Eksema (unilateral: penyakit paget, tanda khas kanker)

5. Keluarnya cairan:

a. Seperti susu (kehamilan atau laktasi)

b. Jernih (normal)

c. Hijau (perimenopause, pelebaran duktus, kelainan fibrokistik)

d. Hemoragik (karsinoma, papiloma intraduktus)

Pasien berjenis kelamin perempuan, berusia 50 tahun sampai saat ini

belum menikah. Menstruasi pertama dialami saat usia 12 tahun dan berhenti

menstruasi satu tahun terakhir (usia 49 tahun). Salah satu keluarga pasien (kakak

kandung) juga menderita penyakit yang sama dengan pasien., ini merupakan

faktor resiko terjadinya kanker payudara sesuai dengan teori bahwa penyebab

kanker payudara belum dapat diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa

faktor yang berkaitan dengan peningkatan risiko kanker payudara. Salah satunya

adalah faktor hormonal. Peran sentral bagi estrogen, prolaktin, progesteron,

androgen dan hormon lain merupakan hipotesis menarik, namun evaluasi hormon

endogen ini sulit, karena variasi alamiah dalam lingkungan hormon bekerja dalam

seorang individu.4 Hubungan antara risiko kanker payudara dengan menarke,

menopause dan umur kehamilan aterm yang pertama kali menunjukkan bahwa

hormon diduga mempunyai peranan terhadap timbulnya kanker payudara, tetapi

lebih berperan sebagai promotor dibandingkan sebagai insiator.

Kurang dari 1% kanker payudara timbul pada pria, dengan demikian jenis

kelamin wanita termasuk faktor risiko yang penting. Seperti karsinoma yang lain,

bertambahnya umur merupakan faktor risiko yang bermakna. Sampai dengan

umur 40-45 tahun, rata-rata penigkatan tajam yang kemudian turun perlahan,

walaupun insiden kanker payudara terus meningkat sampai umur tua.10

Dari epidemiologi tampak bahwa kemungkinan untuk menderita kanker

payudara dua sampai tiga kali lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara

kandungnya menderita kanker payudara. Kemungkinan ini lebih besar bila ibu

atau saudara kandung itu menderita kanker bilateral atau kanker pada

pramenopause.6

34

Page 35: BAB I

Di antara penderita kanker payudara ternyata 10% kasus mempunyai

hubungan dengan riwayat keluarga yang menderita kanker. Di samping itu

terdapat kanker sporadis yang tidak ada hubungannya dengan riwayat keluarga

(faktor genetik). Risiko terjadinya kanker payudara meningkat pada saudara

turunan pertama (kakak, adik) penderita kanker, terutama apabila turunan tersebut

premenopause.12

Hampir 5% dari semua pasien kanker payudara mungkin mewarisi kelainan

genetik spesifik yang berperan dalam pembentukan kanker payudara. Mutasi titik

(point mutation) pada gen penekan tumor p53 di kromosom 17 menentukan

individu mana pada keluarga Li-Fraumeni akan menderita satu atau lebih dari

enam kanker yang berlainan, termasuk kanker payudara. Studi pertalian juga

memperlihatkan asosiasi antara hilangnya heterozigositas pada kromosom 17q

dan sindrom kanker payudara-ovarium.12

Dari pemeriksaan fisik a.r mammae sinistra didapatkan : Look : ulkus(+),

berdungkul – dungkul (+), Feel : Permukaan berdungkul – dungkul, batas tegas,

tepi ireguler, kosistensi keras,ukuran >5 cm, nyeri (+);Move : terfiksir. T: 4D,

N:2, M: x. Menurut Purnomo (2009), penilaian TNM pada kanker payudara yaitu

sebagai berikut:

T (Tumor size), ukuran tumor:

a. T 0: tidak ditemukan tumor primer

b. T 1: diameter tumor ≤ 2 cm

c. T 2: diameter tumor antara 2-5 cm

d. T 3: diameter tumor > 5 cm

e. T 5: ukuran tumor berapa saja, tapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding

dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit

payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama.

N (Node), kelenjar getah bening regional (kgb):

a. N 0: tidak terdapat metastis pada kgb regional di ketiak / aksilla

b. N 1: ada metastis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakan

c. N2: ada metastis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan

d. N3: ada metastis ke kgb diatas tulang selangka (supraklavikula) atau pada

kelenjar getah bening di mammary interna di dekat tulang sternum.

35

Page 36: BAB I

M (Metastasis), penyebaran jauh:

a. M x: metastis jauh belum dapat dinilai

b. M 0: tidak terdapat metastis jauh

c. M 1: terdapat metastis jauh

Setelah masing-masing faktor T, N, M didapatkan, ketiga faktor tersebut

kemudian digabungkan dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :

1. Stadium 0 : T0 N0 M0

2. Stadium 1 : T1 N0 M0

3. Stadium II A : T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0

4. Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0

5. Stadium III A : T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0

6. Stadium III B : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0

7. Stadium III C : Tiap T N3 M0

8. Stadium IV : Tiap T- Tiap N- M1

36

Page 37: BAB I

BAB V

KESIMPULAN

Kanker payudara merupakan tumor ganas yang biasanya terjadi pada

jaringan epitel kelenjar payudara. Kanker payudara adalah salah satu tumor ganas

yang paling umum yang sangat berdampak pada kesehatan fisik dan mental

wanita dan bahkan ancaman terhadap kehidupan, sedangkan pada pria jarang

terjadi kanker payudara. Gejala-gejala utama kanker payudara adalah terdapat

benjolan pada payudara, nyeri payudara, nipple discharge, perubahan puting susu,

perubahan kulit dan kelenjar getah bening aksila mengalami pembengkakan.

Pasien datang ke IGD RSUDZA dengan keluhan benjolan di payudara kiri

sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya benjolan timbul sebesar bakso dapat

digoyangkan permukaannya halus dan kenyal, kemudian timbul bercak merah

disekitar benjolan, nyeri (-). Benjolan ini dirasakan timbul saat pasien hamil anak

ke 4. Pasien mengaku saat melahirkan, disarankan oleh dokter spesialis obgyn

untuk operasi payudara, tetapi pasien menolak. Kemudian pasien mengeluhkan

nyeri dan susah menggerakkan tangan kiri seperti terkilir. Pasien sebelumnya

berobat ketukang urut, namun tidak ditemukan terkilir maupun patah pada tangan

kiri. Dari pemeriksaan fisik a.r mammae sinistra didapatkan : Look : ulkus(+),

berdungkul – dungkul (+), Feel : Permukaan berdungkul – dungkul, batas tegas,

tepi ireguler, kosistensi keras,ukuran >5 cm, nyeri (+);Move : terfiksir. T: 4D,

N:2, M: x. Sehingga dapat ditegakkan diagnose Carcinoma Mammae sinistra

stadium IIB (T3DN0Mx)

37

Page 38: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. 2008. The Global Burden of Disease: Update 2004, Switzerland Departement of Health Statistics and Informatics in the Information Evident and Research Cluster of WHO. [Online]. http://www.who. int/healthinfo/global_burden_disease/2004_report_update/en/index.html[diakses 24 Mei 2012].

2. Sukardja. 2000. OnkologiKlinik. Surabaya, Airlangga University Press. p.

105.

3. Depkes RI. 2007. JikaTidakDikendalikan 26 Juta Orang di DuniaMenderitaKanker.[Online].http://depkes.go.id/index.php/berita/press.release/1060-jika-tidak-dikendalikan-26-juta-orang-di-dunia-menderita-kanker-html[diakses 26 Mei 2012].

4. Sabiston, D.C. 2002. BukuAjarBedah. Jakarta, EGC. p. 385-391.5. WHO. 2010. Review of The Available Evidence on Taxanes (Paclitaxel and

Docetaxel) For Breast Cancer. WHO Collaborating Centre for Evidence-Based Research Synthesis and Guideline Development in Reproductive Health. [Online]. http://www.who.int/selection_medicines/committees/ expert/18/applications/8_submission_taxanes.pdf[diakses 28 Mei 2012].

6. Sjamsuhidajat& Jong, W.D. 2005. BukuAjarIlmuBedah. Jakarta, EGC. p.

394-401.

7. Slapak CA &Kufe DW. 2000. PrinsipTerapiKanker,dalam: .J Isselbacher, et al. Harrison: Prinsip-PrinsipIlmuPenyakitDalam. Edisi ke-13. Jakarta, EGC. p. 2040.

8. Suyatno. KankerPayudara. BedahOnkologiDiagnostikdanTerapi.Jakarta :SagungSeto: 2010. hal 35-81.

9. Brashers, V.L. 2008. AplikasiKlinisdanPatofisiologi: PemeriksaandanManajemen. Jakarta, EGC.p. 127.

10. Walker, R. 2000. KarsinomaPayudara, dalam: Underwood. PatologiUmum&Sistemik.Edisi ke-2. Jakarta, EGC. p. 557-566.

11. Cancer Hospital Guangzhou.2011. Breast Cancer. [Online].http//www.cancerhospital.ph/ breastcancer/GuangzhouModern Cancer HospitalinChina.html [diakses 28 Mei 2012].

12. Henderson, IC. 2000. KankerPayudara, dalam: K.J Isselbacher, et al. Harrison: Prinsip-PrinsipIlmuPenyakitDalam. Edisi ke-13. Jakarta, EGC. p. 2045-2050.

13. Huriawati, H. 2004. TinjauanKlinisHasilPemeriksaanLaboratorium. Jakarta, EGC. p. 287.

38

Page 39: BAB I

14. Christopher, Lester SC &Cotran, RS. 2007. BukuAjarPatologi RobbinsVol 2. Edisike-VII.Jakarta, EG. p. 466-467.

15. Purnomo, H. 2009. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit yang Paling Mematikan. Yogyakrata, Buana Pustaka. p. 106.

16. Purwoastuti, E. 2008. Kanker Payudara: Pencegahan dan Deteksi Dini. Yogyakarta, Kanisius. p. 23.

17. Indriasari, D. 2009. Deteksi, Obati, danCegahPenyakit. Yogyakarta, PustakaGrhatama. p. 162.

18. Otto, S.E. 2005. BukuSakuKeperawatanOnkologi. Jakarta, EGC. p. 100.

19. Wahyuni, AS. 2006. HubunganJenisHistologidenganKetahananHidup 5 TahunPenderitaKankerPayudara.MajalahKedokteran Nusantara [Online], 39(1): 1-5http://usupress.usu.ac.id/files/MKNVol39No1Maret%2006. pdf# page=7[diakses 27September 2014].

39