BAB I
-
Upload
bagusnorman -
Category
Documents
-
view
217 -
download
2
description
Transcript of BAB I
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia. Semua hernia
terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen
yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intra abdomen yang berulang atau
berkelanjutan. 1
Hernia tetap merupakan problem kesehatan yang tidak bisa lepas dari
problem sosial, banyak orang dengan tonjolan di lipat paha ke dukun sebelum
dibawa ke rumah sakit atau dokter; adapula sebagian masyarakat yang merasa
malu bila penyakitnya diketahui orang lain sakit demikian, sehingga hal-hal inilah
yang kadangkala memperlambat penanganan penyakit dan khususnya hernia.
Problem kedokteran yang penting adalah bagaimana mengurangi frekuensi
timbulnya hernia inguinalis. 1,2,3
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen
muncul didaerah sekitar lipat paha. Hernia indirect lebih banyak daripada hernia
direct yaitu 2:1, dimana hernia femoralis lebih mengambil porsi yang lebih
sedikit.2,3
Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Perbandingan
pria:wanita pada hernia indirect adalah 7:1. Ada kira-kira 750000 herniorrhaphy
dilakukan tiap tahunnya di amerika serikat, dibandingkan dengan 25000 untuk
2
hernia femoralis, 166000 hernia umbilicalis, 97000 hernia post insisi dan 76000
untuk hernia abdomen lainya.3
Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10 % dari semua hernia tetapi
40% dari itu muncul sebagai kasus emergensi dengan inkarserasi atau strangulasi.
Hernia femoralis lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah
menjalani operasi hernia inguinal.. meskipun kasus hernia femoralis pada pira dan
wanita adalah sama, insiden hernia femoralis dikalangan wanita 4 kali lebih sering
dibandingkan dikalagan pria, karena secara keseluruhan sedikit insiden hernia
inguinalis pada wanita. 2,3
Menurut penelitian case control Fahmi O Aram (2009) pekerjaan berat
mempunyai hubungan yang signifikan terhadap terjadinya hernia inguinalis
dengan odds ratio sebesar 3,73. Menurut Risk and prognosis of inguinal hernia in
relation to occupational mechanical exposures durasi pekerjaan juga dapat
meningkatkan faktor risiko terjadinya hernia inguinalis yaitu pada pekerjaan
sedang dan berat yang dilakukan selama lebih dari 1 tahun dengan eningkatan
risiko sebesar 4 kali.5
Faktor risiko hernia inguinalis diantaranya adalah batuk kronik. Menurut
penelitian case control Fahmi O Aram, 2009 menemukan bahwa batuk kronik
menjadi faktor risiko terjadinya hernia inguinalis dengan odds ratio 3,8.
Sedangkan merokok bukan faktor langsung terjadinya hernia inguinalis,
melainkan faktor penyebab batuk kronik yang menjadi faktor terjadinya hernia
inguinalis.5
B. Tujuan
3
Untuk mengetahuin definisi, epidemologi, etiologi, patofisologi,
klasifikasi, penatalksanaa dankomplikasi hernia.
BAB II
4
ANATOMI
2.1 Anatomi
2.2 Dinding Perut
Anatomi dari dinding perut dari luar ke dalam terdiri dari :6
1. Kutis
2. lemak subkutis
3. fasia skarpa
4. muskulus obligus eksterna
5. muskulus obligus abdominis interna
6. muskulus abdominis tranversal
7. fasia transversalis
8. lemak peritoneal
9. peritoneum.
Gambar 1. Anatomi Abdomen
2.3 Regio inguinalis
5
2.3.4 Kanalis inguinalis
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis
internus yang merupakan bagian yang terbuka dari fasia tranversus abdominis.
Di medial bawah, diatas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus
inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis m. Obligus eksternus.
Atapnya ialah aponeurosis m.oblikus eksternus dan di dasarnya terdapat
ligamentum inguinale. Kanal berisi tali sperma pada lelaki, ligamentum
rotundum pada perempuan.7
Gambar 2. Kanalis Inguinalis
2.3.5 Kanalis femoralis
6
Kanalis femoralis terletak medial dari v.femoralis di dalam lakuna
vasorum, dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat vena safena magna
bermuara di dalam v.femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang
keras dan tajam. Batas kranioventral dibentuk oleh ligamentum inguinalis,
kaudodorsal oleh pinggir os pubis dari ligamentum iliopektineal (ligamentum
cooper), sebelah lateral oleh sarung vena femoralis, dan sebelah medial oleh
ligamentum lakunare Gimbernati. Hernia femoalis keluar melalui lakuna
vasorum kaudal dari ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering
mengakibatkan inkaserasi hernia femoralis.7
Gambar 3. Kanalis Femoralis
BAB III
7
ETIOLOGI
3.1 Etiologi Hernia
Biasanya tidak ditemukan sebab yang pasti, meskipun kadang sering di
hubungkan dengan angkat berat. Hernia inguinalis lateralis dapat terjadi karena
anomaly congenital atau sebab yang didapat, hernia inguinalis lateralis dapat di
jumpai pada semua usia, lebih banyak pada pria dari pada wanita. Berbagai faktor
penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk pada annulus internus yang
cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Disamping itu
diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia untuk melewati pintu
yang cukup lebar tersebut. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah, adanya
prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan dalam rongga perut dan
kelemahan otot dinding perut karena usia.8
Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis, pada neonatus kurang
lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun
sekitar 30% prosesus vaginalis belum tertutup. Tapi kejadian hernia inguinalis
lateralis pada anak usia ini hanya beberapa persen. Umumnya disimpulkan bahwa
adanya prosesus vaginalis yang patent bukan merupakan penyebab tunggal
terjadinya hernia inguinalis lateralis, tetapi diperlukan faktor lain, seperti anulus
inguinalis yang cukup besar.8
Sebagian besar tipe hernia inguinalis adalah hernia inguinalis lateralis, dan
laki-laki lebih sering terkena dari pada perempuan (9:1), hernia dapat terjadi pada
waktu lahir dan dapat terlihat pada usia berapa pun. Insidensi pada bayi populasi
umum 1% dan pada bayi-bayi prematur dapat mendekati 5 %, hernia inguinal
dilaporkan kurang lebih 30% kasus terjadi pada bayi laki-laki dengan berat badan
8
1000 gr atau kurang. Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat
mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan
miring, adanya struktur muskulus oblikus internus abdominis yang menutup
anulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia transversa yang
kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot.
Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis
lateralis.9
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis
lateralis, antara lain: kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis, prosesus
vaginalis yang terbuka (baik kongenital maupun didapat), tekanan intra abdomen
yang meninggi secara kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, dan asites, kelemahan
otot dinding perut karena usia, defisiensi otot, dan hancurnya jaringan
penyambung oleh karena merokok, penuaan atau penyakit sistemik.9,10
Terdapat dua faktor predisposisi utama hernia yaitu peningkatan tekanan
intrakavitas dan melemahnya dinding abdomen21.
Tekanan yang meningkat pada abdomen terjadi karena4 :
1. Mengangkat beban berat
2. Batuk – PPOK
3. Tahanan saat miksi – BPH atau karsinoma
4. Tahanan saat defekasi – konstipasi atau obstruksi usus besar
5. Distensi abdomen – yang mungkin mengindikasikan adanya gangguan
intraabdomen
6. Perubahan isi abdomen, misalnya : adanya asites, tumor jinak atau ganas,
kehamilan,
9
7. lemak tubuh.
Kelemahan dinding abdomen terjadi karena21 :
1. Umur yang semakin bertambah
2. Malnutrisi–baik makronutrien (protein, kalori) atau mikronutrien
(misalnya: Vit. C)
3. Kerusakan atau paralisis dari saraf motorik
4. Abnormal metabolisme kolagen.
Seringkali, berbagai faktor terlibat. Sebagai contoh, adanya kantung
kongenital yang telah terbentuk sebelumnya mungkin tidak menyebabkan hernia
sampai kelemahan dinding abdomen akuisita atau kenaikan tekanan intraabdomen
mengizinkan isi abdomen memasuki kantong tersebut21.
BAB IV
KLASIFIKASI HERNIA
10
4.1 Klasifikasi Hernia
Secara umum hernia diklasifikasikan menjadi:[6,11]
1. Hernia eksterna, yaitu jenis hernia dimana kantong hernia menonjol
secara keseluruhan (komplit) melewati dinding abdomen seperti hernia
inguinal (direk dan indirek), hernia umbilicus, hernia femoral dan hernia
epigastrika.
2. Hernia intraparietal, yaitu kantong hernia berada didalam dinding
abdomen.
3. Hernia interna adalah hernia yang kantongnya berada didalam rongga
abdomen seperti hernia diafragma baik yang kongenital maupun yang
didapat.
4. Hernia reponibel (reducible hernia), yaitu apabila isi hernia dapat keluar
masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika
berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus.
5. Hernia ireponibel, yaitu apabila kantong hernia tidak dapat
kembali ke abdomen. Ini biasanya disebabkan oleh perlengkatan isi
kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta,
merupakan jenis hernia ireponibel yang sudah mengalami obstruksi tetapi
belum ada gangguan vaskularisasi.
6. Hernia Inkaserata adalah hernia yang sudah mengalami ganngguan pasase
7. Hernia strangulasi adalah hernia yang sudah mengalami gangguan
vaskularisasi.
11
Sedangkan berdasarkan lokasinya hernia dikalsifikasikan menjadi:1,11,12
4.1.1 Hernia inguinalis
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena
sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak
pada lelaki ketimbang perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada
pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar
sehingga dapat dilalui oleh kantong hernia dan isi hernia. Selain itu diperlukan
pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah
terbuka cukup lebar itu.1,13
Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah
terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring,
adanya struktur m.oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis
internus ketika berkontraksi dan adanya fasia transversa yang kuat yang
menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot.
Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia.7,10
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia
inguinalis antara lain:1,6
1. Kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis,
2. Prosesus vaginalis yang terbuka, baik kongenital maupun didapat,
Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, hipertrofi prostat,
konstipasi, dan asites,
3. Kelemahan otot dinding perut karena usia,
4. Defisiensi otot,
12
5. Hancurnya jaringan penyambung oleh karena merokok, penuaan atau
penyakit
sistemik.
Pada neonatus kurang lebih 90 % prosesus vaginalis tetap terbuka,
sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30 % prosesus vaginalis belum
tertutup. Akan tetapi, kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen.
tidak sampai 10 % anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia.
Pada lebih dari separuh populasi anak, dapat dijumpai prosesus vaginalis
paten kontralateral, tetapi insiden hernia tidak melebihi 20 %. Umumnya
disimpulkan adanya prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan
penyebab tunggal terjadinya hernia, tetapi diperlukan faktor lain, seperti
anulus inguinalis yang cukup besar.1,11
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi
annulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak
tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot
dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan
anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam
kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat
kerusakan n.ilioinguinalis dan iliofemoralis setelah apendektomi. Jika kantong
hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum, hernia disebut hernia skrotalis.11
2.2.2 Hernia inguinalis indirek (lateral)1
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis
internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri
13
kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis
eksternus. Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan
ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penutunan testis
tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi
yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami obliterasi sehingga
isi rongga perut tidak dapat melaluikanalis tersebut. Namun dalam beberapa
hal, sering kali kanalis ini tidak menutup.Karena testis kiri turun lebih dahulu
maka kanalis kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal kanalis yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus
(karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul hernia inguinalis kongenital.
Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup namun karena lokus minoris
resistensie maka pada keadaan yang menyebabkan peninggian tekanan intra
abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateralis akuista.
2.2.3 Hernia inguinalis direk (medialis)1
Hernia inguinalis direk adalah hernia yang kantongnya menonjol
langsung ke anterior melalui dinding posterior canalis inguinalis medial
terhadap arteri vena epigastrika inferior. Pada hernia ini mempunyai conjoint
tendo yang kuat, hernia ini tidak lebih hanya penonjolan umum dan tidak
pernah sampai ke skrotum. Hernia ini sering ditemukan pada laki-laki
terutama laki-laki yang sudah lanjut usia dan tidak pernah ditemukan pada
wanita. Hernia direk sangat jarang bahkan tidak pernah mengalami strangulasi
atau inkaserata. Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan hernia inguinalis
14
direk adalah peninggian tekanan intraabdomen konik dan kelemahan otot
dinding di trigonom Hasselbach, batuk yang kronik, kerja berat dan pada
umumnya sering ditemukan pada perokok berat yang sudah mengalami
kelemahan atau gangguan jaringan-jaringan penyokong atau penyangga dan
kerusakan dari saraf ilioinguinalis biasanya pada pasien denga riwayat
apendektomi. Gejala yang sering dirasakan penderita hernia ini adalah nyeri
tumpul yang biasanya menjalar ke testis dan intensitas nyeri semakin
meningkat apabila melakukan pekerjaan yang sangat berat.
2.2.4 Hernia femoralis 10,12
Hernia femoralis pada lipat paha merupakan penonjolan kantong di
bawah ligamentum inguinal di antara ligamentum lakunare di medial dan vena
femoralis di lateral. Hernia ini sering ditemukan pada wanita dibanding laki-
laki dengan perbandingan 2:1 dan pada umumnya mengenai remaja dan sangat
jarang pada anakanak. Pintu masuk dari hernia inguinalis adalah anulus
femoralis, selanjutnya isi hernia masuk kedalam kanalis femoralis yang
berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm
dan keluar dari fosa ovalis di lipat paha.
Hernia femoralis disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdominal
yang kemudian akan mendorong lemak preperitonial ke dalam kanalis
femoralis yang akan menjadi pembuka jalan terjadinya hernia. Faktor
penyebab lainnya adalah kehamilan multipara, obesitas dan degenerasi
jaringan ikat karena usia lanjut. Penderita dengan hernia femoralis sering
mengeluhkan nyeri tanpa pembengkakan yang dapat di palpasi dalam lipat
paha. Nyerinya bersifat nyeri tumpul dan jika telah terjadi obstruksi dapat
15
menimbulkan muntah dan gangguan konstipasi. Hernia femoralis sering
terjadi inkaserata dan biasanya terjadi dalam 3 bulan atau lebih. Apabila sudah
terjadi inkaserata maka penderita akan merasakan nyeri yang begitu hebat dan
dapat terjadi shok. Pembengkakan sering muncul di bawah ligamentum
inguinal.
Diagnosis banding hernia femoralis antara lain limfadenitis yang
sering di sertai tanda radang lokal umum dengan sumber infeksi di tungkai
bawah, perineum, anus atau kulit tubuh kaudal dari umbilikus. Lipoma kadang
tidak jarang dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak preperitoneal pada
hernia femoralis.Diagnosis banding lain adalah variks tunggal di muara vena
safena magna dengan atau tanpa varises pada tungkai. Konsistensi variks
tunggal di fosa ovalis lunak. Ketika batuk atau mengedan benjolan variks
membesar dengan gelombang dan mudah dihilangkan dengan tekanan. Abses
dingin yang berasal dari spondilitis torakolumbalis dapat menonjol di fosa
ovalis. Tidak jarang hernia Richter dengan strangulasiyang telah
mengalami gangguan vitalitas isi hernia, memberikan gambaran nyata yang
keluar adalah isi usus bukan nanah.
Untuk membedakannya, perlunya diketahui bahwa munculnya hernia
erat hubungannya dengan aktivitas, seperti mengedan, batuk, dan gerak lain
yang disertai dengan peninggian tekanan intraabdominal. Sedangkan penyakit
lain seperti torsio testis atau limfadenitis femoralis, tidak berhubungan dengan
aktivitas demikian.
Terapi yang dilakukan pada penderita hernia femoralis adalah operasi.
Pada umumnya hernia femoralis cenderung untuk menjadi inkarserasi dan
16
strangulasi. Operasi terdiri atas herniotomi dan disusul oleh hernioplasti.
Hernia femoralis didekati melalui krural, inguinal dan kombinasi. Pendekatan
krural sering dilakukan pada wanita tanpa membuka kanalis inguinalis. Teknik
pendekatan secara inguinali adalah dengan cara membuka kanalis inguinalis.
Pada hernia femoralis dengan inkaserasi atau residif sering digunakan teknik
pendekatan kombinasi. Teknik operasi ini sering dikenal dengan the low
operation (Lockwood), the high operation (Mc Evedy) dan Lotheissen
operation.
A. Jenis hernia yang lain-lain
1. Hernia umbilikalis 10,12
Umbilikus adalah tempat umum terjadinya herniasi. Hernia umblikalis
lebih sering terjadi pada wanita, kegemukan dengan kehamilan berulang-ulang
merupakan prekusor umum. Asites sering mengekserbasi masalah ini.
Strangulasi kolon dan omentum umum terjadi. Ruptura sering terjadi pada
sirosis asitik kronik, suatu kasus dimana diperlukan segera dekompresi portal
atau pintas nevus peritoneal secara darurat.
Hernia umbilikalis umum pada bayi dan menutup secara spontan
tanpa terapi khusus jika defek aponeurosis berukuran 1,5 cm atau kurang.
Perbaikan diindikasikan pada bayi dengan defek hernia yang diameternya
lebih besar dari 2,0 cm dan dalam semua anak dengan hernia umbilikalis
yang masih ada pada usia 3-4 tahun. Perbaikan klasik untuk hernia
umbilikalis adalah hernioplasti Mayo. Operasi terdiri dari imbrikasi vest-
over-pants dari segmen aponeurosis superior dan inferior. Hernia umbilikalis
lebih besar, lebih suka ditangani dengan protesis.
17
2. Hernia paraumbilikalis.1
Hernia para umbilikalis merupakan hernia melalui suatu celah di garis
tengah di tepi kranial umblikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan
secara spontan jarang terjadi sehingga dibutuhkan operasi koreksi.
3. Hernia ventralis1
Kebanyakan hernia ventralis disebabkan oleh insisi pada tubuh yang
sebelumnya tidak sembuh secara tepat atau terpisah karena tegangan
abnormal. Cacat ini memungkinkan penonjolan suatu hernia dan operasi
umumnya direkomendasikan. Jika cacat ini berukuran kecil atau sedang ,
maka tindakan ini relatf jelas dan memuaskan tetapi apabila hernia
ventralsinya besar dan fasianya jelek, merupakan prognosa yang jelek pada
hernia ventralis. Pada umumnya tindakan yang dilakukan adalah operasi
dengan memobilisasi jaringan denga cermat dan untuk mencapai penutupan
langsung primer jika mungkin. Kadang-kadang penggunaan kasa protesis
seperti kasa marlex atau fasia lata diindikasikan.
4. Hernia epigastrika13
Hernia yang keluar melalui defek di linea alba di antara umbilikus dan
prosesus xipoideus. Isi hernia berupa penonjolan jaringan lemak
preperitoneal dengan atau tanpa kantong peritoneum.
5. Hernia lumbalis13
Di daerah lumbal antara iga XII dan krista iliaka, ada dua buah
trigonum masing-masing trigonum kostolumbal superiorn (Grinfelt)
berbentuk segitiga terbalik dan trigonum kostolumbalis inferior atau
18
trigonum iliolumbalis (Petit) berbentuk segitiga. Trigonum Grijfelt di batasi
di kranial oleh iga XII, di anterior oleh tepi bebas m. Obligus internus
abdominis, sedangkan tutupnya m. Latisimussdorsi. Trigonum petit dibatasi
di kaudal oleh krista iliaka, di anterior oleh tepi bebas m.obligus eksternus
abdominis, dan posterior oleh tepi bebas m. Latisimuss dorsi. Dasar segitiga
ini adalah m. Oblikus internus abdominis dan tutupnya adalah fasia
superfisialis.
Hernia pada kedua trigonum ini jarang dijumpai. Pada pemeriksaan
fisik tampak dan teraba benjolan di pinggang di tepi bawah tulang rusuk XII
atau di tepi kranial panggul dorsal.
Diagnosis di tegakkan dengan memeriksa pintu hernia. Diagnosis
banding adalah hematoma, abses dingin atau tumor jaringan lunak.
Pengelolaan terdiri dari atas herniotomi dan hernioplasti. Pada hernioplasti
dilakukan juga penutupan defek.
6. Hernia Littre1
Hernia yang sangat jarang dijumpai ini merupakan hernia yang
mengandung divertikulum meckel. Hernia Littre dianggap sebagai hernia
sebagian dinding usus.
7. Hernia Speighel1
Hernia Spieghel adalah hernia interstial dengan atau tanpa isinya
melalui fasia Spieghel. Hernia ini sangat jarang dijumpai. Biasanya dijumpai
19
pada usia 40-70 tahun, tanpa ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
Biasanya terjadi dikanan dan jarang bilateral.
Diagnosis ditegakkan dengan ditemukan benjolan di sebelah Mc
burney bagian kanan maupun sebelah kiri pada tepi lateral m. Rektus
Abdominis. Isi hernia dapat terdiri dari usus, omentum atau ovarium. Sebagai
pemeriksaan penunjang dapat dilakukan ultrasonografi. Pengelolaan terdiri
atas herniotomi dan hernioplastik dengan menutup defek pada m.tranversus
abdominis dan m.abdominis internus. Hernia yang besar sangat
membutuhkan suatu protesis.
8. Hernia obturatoria1
Hernia obturatoria ialah hernia melalui foramen obturatoria. Dapat
berlangsung dalam empat tahap. Mula-mula tonjolan lemak retroperitoneum
masuk ke dalam kanalis obturatorius, disusul oleh tonjolan peritoneum
parietal. Kantong hernia ini mungkin diisi oleh lekuk usus yang dapat
mengalami inkaserasi parsial, sering secara Richter atau total.
Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar adanya keluhan nyeri seperti
ditusuktusuk dan parestesia di daerah panggul, lutut, dan bagian medial paha
akibat penekanan pada n. Obturatorius (tanda howship Romberg) yang
patognomonik. Pada colok dubur atau pemeriksaan vaginal dapat ditemukan
tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda (Hoeship Romberg).
Pengelolaan bedah dengan pendekatan transperitoneal atau preperitoneal.
9. Hernia perinealis 7,11
20
Hernia perineal merupakan penonjolan hernia pada perineum melalui
defek dasar panggul dapat terjadi secara primer pada perempuan multipara,
atau sekunder setelah operasi melalui perineum seperti prostaktomi atau
reseksi rektum secara abdominoperineal. Diagnosis ditegakkan dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tanpak dan teraba benjolan diperieneum
yang mudah keluar masuk dan jarang mengalami inkaserasi. Pintu hernia
dapat diraba secara bimanual dengan pemeriksaan rektovaginal. Dalam
keadaan ragu-ragu dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Biasanya
pendekatan operatif dengan transperitoneal, perineal atau kombinasi
abdomino dan perineal.
10. Hernia pantalon7
Hernia pantalon merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis
dengan hernia inguinalis medial pada satu sisi. Kedua kantong hernia
dipisahkan oleh vasa epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti celana.
Keadaan ini ditemukan kira – kira 15% dari hernia inguinalis. Diagnosis
umum sukar ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan biasanya sering
ditemukan setelah dilakukan operasi.Pengelolaan seperti biasanya pada
hernia inginalis, herniotomi dan hernioplasti.
BAB V
GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS
21
5.1 Gambaran Klinis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha
yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang
setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai kalau ada biasanya dirasakan di
daerah epigastrium atau periumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
Nyeri yang disertai mual muntah baru timbul kalau terjadi inkaserata karena ileus
atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada saat
inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateral muncul
sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas medial
bawah. Kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus
sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua
permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi pada
umumnya tanda ini susah ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ,
tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum maupun ovarium.
Dengan jari telunjuk atau dengan jari kelingking, pada anak dapat dicoba
mendorong isi hernia dengan cara mendorong isi hernia dengan menekan kulit
skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah hernia ini
dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada
waktu jari masuk berada dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau
ujung jari menyentu hernia berarti hernia inguinalis lateralis, dan bagian sisi jari
yang menyentuhnya adalah hernia inguinalis medial.
22
5.2 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau jika
tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial
dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus.7
5.2.1 Pemeriksaan Fisik
A. Inspeksi 15,17,18
Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.
Hernia inguinal
- Lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke
medial, tonjolan berbentuk lonjong.
- Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan
tojolan lanjutandari hernia inguinalis lateralis.
Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
Hernia perineum : benjolan di perineum.
B. Palpasi 1,17,18,19
23
Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu
pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat
diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis medialis.
Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan
lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan
maka dapat diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis.
Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis
inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya
berarti hernia inguinalis lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis.
Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut
sarung tanda sarung tangan sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus,
omentum (seperti karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu
jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia
menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau samping jari yang
menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. lipat paha dibawah ligamentum
inguina dan lateral tuberkulum pubikum.
· Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum inguinal
· Hernia inkarserata : nyeri tekan
C. Perkusi 19,20
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
D. Auskultasi 18,19,20
24
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).
- Colok dubur
Tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda Howship – romberg (hernia
obtutaratoria). 15,18
- Tanda – tanda vital : temperatur meningkat, pernapasan meningkat, nadi
meningkat, tekanan darah meningkat. 1,19,20
Tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan
Tumb test.
Cara pemeriksaannya sebagai berikut 15,16,:
Pemeriksaan Finger Test :
1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:
Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.
Gambar 4. Finger Test
Pemeriksaan Ziemen Test :
25
1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh
penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :
jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
jari ke 4 : Hernia Femoralis.
Gambar 5. Ziemen Test
Pemeriksaan Thumb Test :
26
Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Hasil laboratorium
· Leukosit > 10.000 – 18.000 / mm3
· Serum elektrolit meningkat
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan Ultrasound pada daerah inguinal dengan pasien dalam posisi
supine dan posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan memiliki sensitifitas
dan spesifisitas diagnosis mendekati 90%. Pemeriksaan ultrasonografi juga
berguna untuk membedakan hernia incarserata dari suatu nodus limfatikus
patologis atau penyebab lain dari suatu massa yang teraba di inguinal. Pada pasien
yang sangat jarang dengan nyeri inguinal tetapi tak ada bukti fisik atau sonografi
yang menunjukkan hernia inguinalis. 16
CT scan dapat digunakan untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari
adanya hernia obturator. 15
BAB VI
27
PENATALAKSANAAN DAN KOMPLIKASI
6.1 Penatalaksanaan hernia inguinalis7
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia strangulata kecuali pada anak-
anak. Reposisi dilakukan secara bimanual dimana tangan kiri memegang isi hernia
dengan membentuk corong dan tangan kanan mendorong isi hernia ke arah cincin
hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi. Pada
anak-anak inkaserasi sering terjadi pada umur kurang dari dua tahun. Reposisi
spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi
dibanding orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh karena cincin hernia pada anak-
anak masih elastis dibanding dewasa. Reposisi dilakukan dengan cara menidurkan
anak denganpemberian sedativ dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi
ini berhasil maka anak akan dipersiapkan untuk operasi berikutnya. Jika reposisi
tidak berhasil dalam waktu enam jam maka harus dilakukan operasi sesegera
mungkin.
Pemakaian bantalan atau penyangga hanya bertujuan agar menahan hernia
yang sudah direposisi dan tidak pernah menyembuh dan harus dipakai seumur
hidup. Cara ini mempunyai komplikasi antara lain merusak kulit dan tonus otot
dinding perut di daerah yang ditekan sedangkan strangulasi tentang mengacam.
Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofi testis karena tekanan pada tali
sperma yang mengandung pembuluh darah testis.
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip
28
pengobatan hernia adalah herniotomi dan hernioplasti. Pada herniotomi dilakukan
pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi, Kantong hernia dijahit-
ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik
dalam mencegah residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenalnya berbagai
metode hernioplastik seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan
jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia tranversa, dan menjahitkan
pertemuan m. tranversus abdominis internus dan m. internus abdominis yang
dikenal dengan cojoint tendon ke ligamentum inguinal poupart menurut metode
basinni atau menjahit fasia tranversa,m.tranversa abdominis, m.oblikus internus
ke ligamentum cooper pada Mc Vay. Teknik herniorafi yang dilakukan oleh
basinni adalah setelah diseksi kanalis inguinalis, dilakukan rekontruksi lipat paha
dengan cara mengaproksimasi muskulus oblikus internus, muskulus tranversus
abdominis dan fasia tranversalis dengan traktus iliopubik dan ligamentum
inguinale, teknik ini dapat digunakan pada hernia direk maupun hernia inderek.
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik herniorraphy dapat
diklompokkan dalam 4 kategori utama :
29
A. Kelompok 1: Open Anterior Repair 15,16,
Kelompok 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice)
melibatkan pembukaan aponeurosis otot obliquus abdomins ekternus dan
membebaskan funikulus spermatikus. fascia transversalis kemudian dibuka,
dilakukan inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan indirect. Kantung hernia
biasanya diligasi dan dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.
Teknik Bassini 15,16
Komponen utama dari teknik bassini adalah
Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dikanalis ingunalis
hingga ke cincin ekternal
Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia indirect
sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk mencari hernia
direct.
Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis (fascia
transversalis)
Melakukan ligasi kantung hernia seproksimal mungkin
Rekonstuksi didinding posterior dengan menjahit fascia tranfersalis, otot
transversalis abdominis dan otot abdominis internus ke ligamentum inguinalis
lateral.
30
Gambar 6. McVay
Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam
rekontruksi, tetapi semuanya menggunakan jahitan permanen untuk mengikat
fascia disekitarnya dan memperbaiki dasar dari kanalis inguinalis, kelemahannya
yaitu tegangan yang tejadi akibat jahitan tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri
juga dapat terjadi neckosis otot yang akan menyebakan jahitan terlepas dan
mengakibatkan kekambuhan
B. Kelompok 2: Open Posterior Repair 16
Posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan
membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke
properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis
inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini dan teknik open anterior adakah
rekonrtuksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair sering digunakan pada
hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari operasi
sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi regional atau anastesi
umum.
C. Kelompok 3: Tension-Free Repair With Mesh 15,16
31
Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow )
menggunakan pendekatan awal yang sama degan teknik open anterior. Akan
tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek , tetapi
menempatkan sebuah prostesis, mesh yang tidak diserap. Mesh ini dapat
memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan
disekitar fascia gambar 6. Hasil yang baik diperoleh dengan teknik ini dan angka
kekambuhan dilaporkan kurang dari 1 persen.
Gambar 7. Open Mesh Repair
Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka panjang penggunaan
implant prosthesis, khususnya kemungkinan infeksi atau penolakan. Akan tetapi
pengalaman yang luas dengan mesh hernia telah mulai menghilangkan anggapan
ini, dan teknik ini terus populer.Teknik ini dapat dilakukan dengan anastesi local,
regional atau general.
D. Kelompok 4: Laparoscopic 15,16
32
Operasi hernia Laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun
terakhir, tetapi juga menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan teknik
ini, hernia diperbaiki dengan menempatkanpotongan mesh yang besar di region
inguinal diatas peritoneum. Teknik ini ditinggalkan karena potensi obstruksi usus
halus dan pembentuka fistel karena paparan usus terhadap mesh.
Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorrhaphies dilakukan
menggunakan salah satu pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP) atau
total extraperitoneal (TEP) . pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan
trokar laparoscopic dalam cavum abdomendan memperbaiki region inguinal dari
dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan dan kemudian ditutupi dengan
peritoneum.sedangkan pendekatan TAPP adalah prosedur laparoskopic
langsung yang mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk diseksi.
Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cidera selama operasi.
Gambar 8. Laparoscopic Mesh Repair
6.2 Komplikasi16
33
Komplikasi hernia tergatung kepada keadaan yang dialami oleh isi hernia.
Isi hernia dapat bertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel, ini dapat
terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri dari omentum, organ
ekstraperitoneal, disini tidak ada keluhan kecuali ada benjolan. Dapat pula isi
hernia terjepit oleh cincin hernia yang akan menimbulkan hernia strangulata.
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia.
Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur
didalam hernia dan terjadi transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem
akan menambah jepitan pada cincin hernia sehingga perfusi jaringan makin
terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan terisi transudat
yang bersifat serosanguinis. Kalau isi hernia terdiri dari usus maka akan terjadi
perforasi yang akhirnya akan menimbulkan abses lokal, fistel dan peritonitis jika
ada hubungan dengan rongga perut.
Gambaran klinis pada hernia inkaserata yang mengandung usus yang
dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan,
elektrolit, dan asam basah. Bila terjadi strangulasi akan menyebabkan gangguan
vaskularisasi dan akan terjadilah ganggern. Hernia strangulata adalah keadaan
emergensi yang perlu tindakan operatif secepatnya.
Komplikasi setelah operasi herniorraphy biasanya ringan dan dapat
sembuh sendiri, hematom dan infeksi luka adalah masalah yang paling sering
terjadi. Komplikasi yang lebih serius seperti perdarahan, osteitis atau atropy testis
terjadi kurang dari 1 persen pada pasien yang menjalani herriorraphy.
Perbandingan komplikasi berat dan ringan dari teknik open dan laparoscopic
herniorrhaphies. 15,16
34
DAFTAR PUSTAKA
1. R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit
buku kedokteran EGC. Jakarta. 1997. Hal 700-718
2. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000. Hal 313-317
3. H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-
356
4. Herry Setya Yudha Utama, 2010, Hernia Hydrocele At A Glance,
http://www.herryyudha.com/2011/11/hernia-hydrocele-at-glance.html, di
akses tanggal 1 Mei 2015.
5. Fahmi O Aram, 2009, Risk Factor Of Hernia In Hadramout Yemen A
Case Control Study, Departement of Surgery College of Medicine, Vol 3.
35
6. Stead LG, et all,. First aid for the surgery clerkship, Intrnational edition,
The Mc
Graw-Hill Companies, Inc, Singapore, 2003, 307-317.
7. Sjamsuhidayat & Jong. Buku Ajar Ilmu bedah, Edisi Revisi. Jakarta:
EGC .1997.523-538.
8. Karnadihardja, W, 2005. Dinding perut, hernia, retroperitoneum,
omentum. Dalam buku ajar ilmu bedah edisi 2: Jakarta: Halaman: 519-
540.
9. Jong, W.D., 2004. Dinding Perut, Hernia, Retroperitoneum, dan
Omentum. Dalam: Sjamsuhidayat, R., ed. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:
EGC, 519-537.
10. Schwartz, S.I., 2000. Hernia Dinding Abdomen. Dalam: Chandranata,
Linda., ed.
Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Jakarta: EGC, 509–517.
11. Mann CV. The Hernias, Umbilicus, Abdominal wall, In : Mann Russel
RCG,
Williams NS.Bailey & Love’s Short Practice Of Surgery. 22nd Edition.
London:
ELBS With Chapmann & Hall, 1995, 1277-1290
12. Schwartz, Shires, Spencer. Abdominal Wall Hernias. Principles of Surgery
.5th Edition. The Mc Graw-Hill Companies, Inc, 1988. 1525- 1544
13. Mansjoer A, Suprohaita, Ika wardhani W. Setiowulan W. Kapita Selekta
Edisi ke-3, Jilid 3. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. 2000.313-317
36
14. Sabiston. Hernia dalam Buku Ajar Bedah Bagian 2. Jakarta : EGC.
1994.228-245.
15. Gary G. Wind. Applied Laparoscopic Anatomy (Abdomen and Pelvis).
Edisi I. Penerbit Williams & Wilkins, a Waverly Company. 1997.
16. Michael M. Henry & Jeremy N. T. Thompson. Clinical Surgery. Edisi II.
2005.
17. C. Palanivelu. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery. Edisi I.
Penerbit GEM Foundation. 2004. Hal 39-58
18. Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergecy surgery. Edisi XXIII.
Penerbit Hodder Arnold. 2006.
19. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000. Hal 313-317
20. H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-
356
21. Henry MM, Thompson JN , 2005, Principles of Surgery, 2nd edition,
Elsevier Saunders, page 431-445.