BAB I

22
BAB I LAPORAN KASUS 1.1 IDENTIFIKASI Nama : Tn. Y Umur : 40 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Alamat : Teluk Majelis, Tanjung Jabung Timur Pekerjaan : Buruh Pendidikan : SMP Tanggal Berobat : 19 Januari 2015 1.2 ANAMNESIS Keluhan Utama Penglihatan mata kanan kabur. Riwayat Perjalanan Penyakit Hal ini dialami sejak ± 1 minggu yang lalu yang dirasakan di mata kanan. Hal ini dirasakan pasien secara tiba-tiba setelah mata kanan pasien terkena batu kerikil saat bekerja. Nyeri mata kanan (-), mata merah (-). Pasien tidak mengeluhkan gatal, rasa mengganjal (-), silau (-). Riwayat diabetes dan hipertensi disangkal. Sebelunya pasien pernah berobat ke dokter untuk melakukan pengobatan. Dan pasien 1

description

crs

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 IDENTIFIKASI

Nama : Tn. Y

Umur : 40 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Teluk Majelis, Tanjung Jabung Timur

Pekerjaan : Buruh

Pendidikan : SMP

Tanggal Berobat : 19 Januari 2015

1.2 ANAMNESIS

Keluhan Utama

Penglihatan mata kanan kabur.

Riwayat Perjalanan Penyakit

Hal ini dialami sejak ± 1 minggu yang lalu yang dirasakan di mata kanan. Hal

ini dirasakan pasien secara tiba-tiba setelah mata kanan pasien terkena batu

kerikil saat bekerja. Nyeri mata kanan (-), mata merah (-). Pasien tidak

mengeluhkan gatal, rasa mengganjal (-), silau (-). Riwayat diabetes dan

hipertensi disangkal. Sebelunya pasien pernah berobat ke dokter untuk

melakukan pengobatan. Dan pasien tidak tahu apa penyakitnya. Dan pasien

juga lupa apa obat yang diberikan.

Riwayat Penyakit Terdahulu

Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.

1

Page 2: BAB I

Riwayat Penyakit dalam Keluarga

Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama.

Riwayat Gizi

Baik

Keadaan Sosial Ekonomi

Cukup

Penyakit Sistemik

- Tract. Resp : Tidak ada keluhan

- Tract. Digest : Tidak ada keluhan

- Cardio vasc : Tidak ada keluhan

- Endokrin : Tidak ada keluhan

- Neurologi : Tidak ada keluhan

- Kulit : Tidak ada keluhan

- THT : Tidak ada keluhan

- Gigi mulut : Tidak ada keluhan

- Lain-lain : Tidak ada keluhan

1.3 PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalisata

- Keadaan umum : Tampak sakit ringan

- Kesadaran : Composmentis

- TB/BB : 170 cm / 68 kg

- TD : 120/70 mmHg

- Nadi : 74 x/menit

- RR : 16 x/menit

- Suhu : Afebris

2

Page 3: BAB I

Status Oftalmologikus

Pemeriksaan OD OS

Visus 1/300 6/6

Kedudukan bola mata Ortoforia Ortoforia

Pergerakan bola mata

Duksi : baik

Versi : baik

Duksi : baik

Versi : baik

Silia Trichiasis (-) Trichiasis (-)

Palpebra Superior Hiperemi (-), edema (+) Hiperemi (-), edema (-)

Palpebra Inferior Hiperemi (-), edema (-) Hiperemi (-), edema (-)

Konj. Tarsus Superior

Konj. Tarsus Inferior

Folikel (-), papil (-), litiasis (-)

Folikel (-), papil (-), litiasis (-)

Folikel (-), papil (-), litiasis (-)

Folikel (-), papil (-), litiasis (-)

Konjungtiva Bulbi Injeksi mixed (-),

jar.fibrovaskular (-)

Injeksi (-), jar.fibrovaskular (-)

Kornea Sikatrik (+), infiltrate (-) Sikatrik (-), infiltrate (-)

Bilik Mata Depan Sedang, hifema(-), hipopion (-) Sedang, hifema(-), hipopion (-)

Iris Coklat, kripta iris normal Coklat, Kripta iris normal

Pupil Bulat Bulat, diameter 3 mm

Lensa Keruh Jernih

Tonometri Schiotz Tidak dilakukan

Visual Field Tidak dilakukan

Funduskopi Tidak dilakukan

Slit Lamp

3

Page 4: BAB I

- OD : Konjungtiva hiperemis (+), kornea terdapat sikatrik, BMD

normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat sentral, Refleks cahaya (+) lensa

keruh.

- OS : Konjungtiva hiperemis (-), kornea kesan jernih, BMD

kesan normal, Iris coklat, kripte (+). Pupil bulat sentral, Refleks cahaya (+)

lensa jernih

Diagnosis: Katarak traumatic OD ec trauma okuli

Prognosis:

- Quo ad vitam : bonam

- Quo ad fungsionam : dubia ad malam

Terapi

- Antibiotic sistemik dan topical

- Kortikosteroid topical

- Atropine sulfat 1%

BAB II

4

Page 5: BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Katarak berarti sebuah opasitas lensa dan istilah katarak berasal dari

bahasa yunani “katarraktes” (air terjun) karena pada awalnya terdapat anggapan

bahwa katarak adalah cairan beku yang berasal dari cairan otak yang mengalir

didepan lensa. Katarak adalah penyebab kebutaan yang paling sering dihadapi

oleh ahli bedah mata. Hal ini tidak berarti bahwa setiap orang yang menderita

katarak kemungkinan besar akan menjadi buta. Untungnya, hasil pengobatan

dengan operasi memberikan hasil yang baik, peningkatan kemampuan penglihatan

yang didapatkan cukup memuaskan pada lebih dari 90% kasus. Proses penuaan

adalah penyebab katarak yang paling banyak, tetapi masih banyak faktor lain yang

dapat terlibat, yang mencakup trauma, keracunan, penyakit sistemik (seperti

diabetes), merokok, dan herediter. Pathogenesis katarak tidak sepenuhnya

dimengerti. Akan tetapi lensa yang mengalami katarak ditandai oleh agregat

protein yang menghamburkan cahaya dan menurunkan transparansi lensa.

Perubahan protein yang lain menyebabkan perubahan warna menjadi kuning atau

coklat.1, 2

Katarak traumatic disebabkan oleh trauma okuli perforans atau non

perforans. Cahaya infra merah (glass-bloer’s cataract), sengatan listrik, dan

radiasi ionisasi adalah penyebab lain katarak traumatic yang jarang terjadi.

kataraka yang disebabkan oleh trauma tumpul biasanya membentuk opasitas

aksial posterior yang berbentuk stellate atau rosette yang mungkin stabil atau

progresif, sedangkan trauma okuli perforans dengan gangguan kapsul lensa dapat

menyebabkan perubahan kortikal yang dapat tetap bersifat dokal jika lukanya

kecil atau dapat berkembang dengan cepat menjadi total cortical opacification.3

Pasien yang mengalami gangguan pada lensa mengalami kekaburan

penglihatan tanpa adanya nyeri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan

ketajaman penglihatan dan dengan melihat lensa melalui slitlamp, oftalmoskop,

senter tangan, atau kaca pembesar, sebaiknya dengan pupil yang terdilatasi.4

Anatomi

5

Page 6: BAB I

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan

hampir transparan sempurna, lensa juga tidak memiliki inervasi persarafan.

Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang iris, lensa digantung

oleh zonula zinni, yang terdiri dari serabut yang lembut tetapi kuat, yang

menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat

humor aquaeus; di sebelah posteriornya, vitreus. Lensa disusun oleh kapsul, epitel

lensa, korteks, dan nucleus. 4, 5

1. Kapsul

Kapsul lensa adalah membrane yang transparan dan elastic yang terdiri dari

kolagen tipe IV. Kapsul mengandung substansi lensa dan mampu untuk

membentuknya pada saat perubahan akomodatif. Lapisan paling luar dari

kapsul lensa, zonullar lamella, juga berperan sebagai titik perlekatan untuk

serabut zonular. Kapsul lensa yang paling tebal ada pada bagian perrquatorial

anterior dan posterior dan paling tipis pada bagian kutub posterior sentral.

Kapsul lensa bagian anterior lebih tebal daripada kapsul bagian posterior pada

saat lahir dan meningkat ketebalannya seiring dengan berjalannya waktu.5

2. Epitel lensa

Dibelakang kapsul lensa anterior adalah sebuah lapisan tunggal sel epitel. Sel-

sel ini aktif secara metabolis dan melakukan semua aktivitas sel yang normal,

yang mencakup biosintesis DNA, RNA, protein dan lemak; mereka juga

menghasilkan adenoid trifosfat untuk memenuhi kebutuhan energy lensa.5

3. Nucleus dan korteks

Nucleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya

usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-

kelamaan menjadi lebih besar dan kurang elastic. Nukleus dan korteks

terbentuk dari dari lamellae konsentris yang panjang. Garis-garis

persambungan yang terbentuk dengan persambungan lamella ini ujung-ke-

ujung berbentuk [Y] bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk [Y] ini tegak di

anterior dan terbalik di posterior. Masing-masing serat lamellar mengandung

sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan mikroskop, inti ini jelas di bagian

6

Page 7: BAB I

perifer lensa didekat ekuator dan bersambung dengan lapisan epitel

subkapsul.4

Gambar 1. Anatomi lensa tampak anterior dan lateral (dikutip dari

kepustakaan no 7)

Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein

(kandungan protein tertinggi di antara jaringan tubuh yang lain), dan sedikit sekali

mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi

di lensa daripada di sebagian besar jaringan yang lain. Asam askorbat dan

glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi.4

7

Page 8: BAB I

Gambar 2. Struktur lensa normal (dikutip dari kepustakaan no 4)

Fisiologi

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk

memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris berelaksasi,

menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter enteroposterior lensa

sampai ke ukuran yang terkecil; dalam posisi ini, daya refraksi lensa diperkecil

hingga berkas cahaya pararel akan terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya

dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang.

Kapsul lensa yang elastic kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis

diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologis antara korpus

siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal

sebagai akomodasi. Seiring dengan bertambahnya usia, kemampuan refraksi lensa

perlahan-lahan berkurang.4

8

Page 9: BAB I

Etiopatogenesis

Katarak traumatic paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di

lensa atau trauma tumpul pada bola mata. Penyebab lain yang lebih jarang adalah

anak panah, abut, kontusio, sinar-x, dan bahan radioaktif. Lensa menjadi putih

segera setelah masuknya benda asing, karena lubang pada kapsul lensa

menyebabkan humor aqueus dan terkadang korpus vitreum masuk kedalam

struktur lensa.4

1. Trauma okuli non perforans

Pukulan langsung ke mata dapat menyebabkan lensa menjadi opak. Terkadang

munculnya katarak akan tertunda bahkan selama beberapa tahun. Trauma

okuli non perforans dapat disebabkan oleh mekanisme coup dan countercoup.

Ketika permukaan anterior mata terkena pukulan, terdapat pemendekan

anterior-posterior yang terjadi dengan cepat yang disertai oleh ekspansi

equatorial. Peregangan equatorial ini dapat mengganggu kapsul lensa, sonulla,

atau keduanya. Kombinasi dari coup, countercoup, dan ekspansi equatorial

bertanggung jawab terhadap terjadinya katarak traumatic setelah trauma okuli

non perforans.1, 3

2. Trauma okuli perforans

Luka perforasi di mata menimbulkan resiko menderita katarak yang lebih

tinggi. Jika objek yang menembus mata melewati kornea tanpa menyentuh

lensa, biasanya lensa dapat bertahan, dan, biasanya tidak terjadi katarak.

Sayangnya, luka tembus juga dapat menimbulkan pecahnya kapsul lensa,

dengan keluarnya serat lensa ke ruang anterior. Jika kapsul lensa orang

dewasa mengalami rupture, cenderung akan menimbulkan jaringan fibrosis,

dan plak putih yang disebabkan oleh fibrosis dapat menyumbat pupil. Trauma

okuli perferans yang mengenai kapsul lensa menyebabkan opasifikasi kortikal

pada bagian yang mengalami trauma. Jika lubangnya cukup besar,

keseluruhan lensa akan berubah menjadi opak dengan cepat, tetapi jika

lukanya kecil, katarak kortikal dapat berhenti dan tetap terlokalisasi.1, 3

9

Page 10: BAB I

Insiden

Sekitar 2,5 juta cedera pada mata terjadi setiap tahun di Amerika serikat.

Diperkirakan bahwa sekitar 4-5% dari pasien ahli mata datang ke tempat praktek

karena cedera ocular. Katarak traumatic dapat terjadi sebagai sekuel trauma ocular

yang akut, subakut, atau lambat. Trauma menjadi penyebab terbanyak kebutaan

monocular pada orang yang berusia dibawah 45 tahun. Rasio laki-laki dan

perempuan pada kasus ini adalah 4:1. Cedera mata yang disebabkan oleh

pekerjaan dan olahraga paling sering terjadi pada anak-anak dan pria dewasa

muda.3

Gejala klinis

Banyak pasien katarak yang mengeluhkan pandangan kabur, yang

biasanya bertambah buruk jika melihat objek yang jauh, secara mendadak. Selain

itu pasien katarak seringkali mengeluhkan monocular diplopia. Silau juga menjadi

gejala yang sering muncul. Pasien mengeluhkan bahwa mereka tidak dapat

melihat dengan baik dalam keadaan terang. Mata menjadi merah, lensa opak, dan

mungkin terjadi perdarahan intraocular. Apabila humor aqueus atau korpus

vitreum keluar dari mata, mata menjadi sangat lunak. Pasien juga memiliki

riwayat mengalami trauma.1, 3, 4

Gambar 3. Opasifikasi kortikal komplet yang terjadi setelah trauma okuli

perforans (dikutip dari kepustakaan no 5)

Dari pemeriksaan dengan menggunakan oftalmoskop adalah adanya

opasitas yang seringkali terlihat sebagai black spoke pada refleks fundus. Penting

10

Page 11: BAB I

untuk mendilatasikan pupil dan memeriksanya pada ruangan yang gelap.

Seringkali, pada katarak traumatic yang disebabkan oleh kontusio dapat terlihat

opasifikasi berbentuk stellate atau rosette (katarak rosette), biasanya terletak di

aksial. Pada trauma tembus, cedera pada kapsul mata dapat sembuh, yang

menyebabkan katarak kortikal focal yang stasioner. 1, 5

Gambar 4. Gambaran katarak kortikal focal yang disebabkan oleh trauma

tusuk yang kecil di lensa

Gambar 5. Gambaran rosette cataract pada katarak traumatic yang

disebabkan oleh trauma tumpul (dikutip dari kepustakaan no 7)

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk membantu mendiagnosis katarak traumatic

dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan radiologis, antara lain:

B-scan

Pemeriksaan ini dilakukan jika kita tidak dapat melihat kutub posterior

lensa

A-scan

11

Page 12: BAB I

Pemeriksaan ini dilakukan sebelum kita melakukan ekstraksi katarak

CT scan orbita

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat apakah terjadi fraktur orbita dan

apakah terdapat benda asing pada mata.3

Pengobatan

Pengobatan yang terbaik untuk katarak traumatik adalah operasi. Untuk

memperkecil resiko terjadinya infeksi dan uveitis harus diberikan antibiotic

sistemik dan topical serta kortikosteroid topical dalam beberapa hari. Atropine

sulfat 1%, 1 tetes tiga kali sehari, dianjurkan untuk menjaga pupil tetap berdilatasi

dan untuk mencegah pembentukan sinekia posterior.3, 4

Katarak dapat dikeluarkan pada saat pengeluaran benda asing atau setelah

peradangan mereda. Apabila terjadi glukoma selama periode menunggu, bedah

katarak jangan ditunda walaupun masih terdapat peradangan. Untuk

mengeluarkan katarak traumatic, biasanya digunakan teknik yang sama dengan

yang digunakan untuk mengeluarkan katarak congenital terutama pada pasien

yang berusia kurang dari 30 tahun. Indikasi untuk dilakukan operasi pada katarak

traumatic, antara lain:

Penurunan kemampuan penglihatan

Tidak terlihatnya bagian posterior lensa

Terjadi inflamasi atau glukoma

Rupture kapsul dengan lensa yang membengkak 3, 4

Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan operasi katarak adalah:6

Biometri: pengukuran panjang mata dengan memakai pemeriksaan

ultrasound dan keratometri untuk mengukur kurvatur kornea sehingga kita

dapat menghitung kekuatan implant yang akan dimasukkan ke mata pada

saat operasi.

Konfirmasikan bahwa tidak terdapat masalah kesehatan yang lain,

terutama hipertensi, penyakit traktus respirasi dan diabetes

Beberapa obat dapat meningkatkan insiden perdarahan. Warfarain tidak

perlu dihentikan hanya dikurangi dosisnya. Aspirin harus dihentikan 1

minggu sebelum operasi

12

Page 13: BAB I

Beritahukan pada pasien perkiraan hasil operasi dan komplikasi dari

proses operasi yang mungkin terjadi.

Fakoemulsifikasi dapat dilakukan jika kapsul lensa tetap intak dan masih

terdapat zonula. Fakoemulsifikasi dengan irigasi atau aspirasi (atau keduanya)

adalah teknik ekstrakapsular yang menggunakan getaran-getaran ultrasound untuk

mengangkat nucleus dan korteks melalui insisi limbus yang kecil (2-5 mm),

sehingga mempermudah penyembuhan luka pascxa operasi. Ekstraksi katarak

intrakapsular dibutuhkan pada kasus dislokasi anterior atau instabilitas zonular.

Ekstraksi katarak intrakapsular adalah operasi katarak yang mengangkat lensa in

toto, yakni dalam kapsulnya, melalui insisi limbus superior 140 hingga 160

derajat. Keadaan afakia mungkin menjadi pilihan yang lebih baik pada anak-anak

dan pada pasien yang matanya sangat meradang. 3, 4

Komplikasi

Komplikasi katarak traumatic yang dapat terjadi, antara lain:

Dislokasi lensa dan subluksasio umumnya ditemukan pada penyakit yang

berhubungan dengan katarak traumatic

Komplikasi lainnya yang terkait adalah fakolitik, fakomorfik, blok pupil,

dan glukoma; uveitis facoanafilaktik; lepasnya retina; rupture koroid;

hifema; perdarahan retrobulbar; neuropati optic traumatic; dan rupture

bola mata.3

Pada penelitian yang dilakukan oleh Valentina dan Ivanka Petric, mereka

mendapatkan komplikasi segera setelah pascaoperasi adalah fibrinous uveitis dan

komplikasi pasca operasi yang lambat adalah kekeruhan lensa posterior.8

Prognosis

Prognosis dari penyakit ini tergantung pada luasnya cedera yang terjadi.

13

Page 14: BAB I

BAB III

ANALISIS KASUS

Pasien ini didiagnosis dengan katarak traumatic ec trauma okuli berdasarkan

anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis pasien datang dengan keluhan

pandangan kabur secara tiba-tiba sejak 1 minggu yang lalu yang terjadi setelah

mata pasien dioperasi akibat terkena batu. Gangguan penglihatan ini dapat terjadi

akibat terjadinya kekeruhan pada lensa yang diakibatkan oleh terjadinya katarak

setelah pasien mengalami trauma okuli. Kekeruhan lensa terjadi akibat dari lubang

pada lensa yang disebabkan oleh trauma yang mengalami proses penyembuhan

sehingga menyebabkan opasitas pada lensa.

Pada pemeriksaan fisis mata kanan di kornea bagian sentral terlihat adanya

sikatrik bekas trauma, dan lensa mengalami kekeruhan. Pemeriksaan fisis pada

mata kiri normal. Pada pemeriksaan slit lamp pada mata kanan ditemukan adanya

sikatrik di kornea dan lensa terlihat keruh. Pada pemeriksaan slit lamp pada mata

kiri kesan normal. Dari pemeriksaan ini dapat diketahui bahwa telah terjadi

katarak pada lensa mata kanan yang pernah mengalami trauma.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisis pada pasien ini dapat diarahkan ke

diagnosis katarak traumatis ec trauma okulus. Untuk memastikan diagnosis bisa

dilakukan pemeriksaan penunjang.

14

Page 15: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

1. Galloway N. Cataract. In Common Eye Diseases and their Management ed

3th. 2006. Springer-Verlag: London.

2. Riordan P, et al. Lens. In Vaughan & Asbury's General Ophthalmology, 16th

Edition. McGraw-Hill: New York.

3. Graham R, et al. Cataract Traumatic. In http://www.emedicine.medscape.com

4. Shock J, et al. Lensa. Dalam Oftalmologi Umum. Edisi 14. 2000. Widya

Medika:Jakarta.

5. Zorab R, et al. Cataract. In Lens and Cataract, American Academy of

Opthalmology. Section 11. Edition 2008-2009. San Francisco, USA.

6. Oliver J, et al. Cataract Assessment. In Ophthalmology at Glance. 2005.

Blackwell-science: Massachusetts.

7. Lang, G. Cataract. In Ophthalmology A short text book. 2000. Thieme: New

York.

8. Lacmanovic Valentina, et al. Surgical Trratment, Clinical Outcome, and

Complication of Traumatic Cataract: Retrospective Study.

15