BAB I

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera tulang belakang adalah cedera mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalis akibat trauma ; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga dsb. Fraktur servikal paling sering disebabkan oleh benturan kuat, atau trauma pukulan di kepala. Atlet yang terlibat dalam olahraga impact, atau berpartisipasi dalam olahraga memiliki resiko jatuh akibat benturan di leher (ski, menyelam, sepak bola, bersepeda) terkait dengan fraktur servikal. Setiap cedera kepala atau leher harus dievaluasi adanya fraktur servikalis. Sebuah fraktur servikal merupakan suatu keadaan darurat medis yang membutuhkan perawatan segera. Spine trauma mungkin terkait cedera saraf tulang belakang dan dapat mengakibatkan kelumpuhan, sehingga sangat penting untuk menjaga leher . 1.2 Tujuan 1. Mengetahui dan mempelajari anatomi vetebra. 2. Mempelajari etiologi, epidemiologi, patofisiologi fraktur 3. Mempelajari gambaran klinis, klasifikasi fraktur cervical, jenis fraktur cervical serta penatalaksanaan fraktur cervical. 1

description

referat

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Cedera tulang belakang adalah cedera mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalis

akibat trauma ; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga dsb.

Fraktur servikal paling sering disebabkan oleh benturan kuat, atau trauma

pukulan di kepala. Atlet yang terlibat dalam olahraga impact, atau berpartisipasi dalam

olahraga memiliki resiko jatuh akibat benturan di leher (ski, menyelam, sepak bola,

bersepeda) terkait dengan fraktur servikal. Setiap cedera kepala atau leher harus dievaluasi

adanya fraktur servikalis. Sebuah fraktur servikal merupakan suatu keadaan darurat medis

yang membutuhkan perawatan segera. Spine trauma mungkin terkait cedera saraf tulang

belakang dan dapat mengakibatkan kelumpuhan, sehingga sangat penting untuk menjaga

leher .

1.2 Tujuan

1. Mengetahui dan mempelajari anatomi vetebra.

2. Mempelajari etiologi, epidemiologi, patofisiologi fraktur

3. Mempelajari gambaran klinis, klasifikasi fraktur cervical, jenis fraktur cervical serta

penatalaksanaan fraktur cervical.

1

Page 2: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Anatomi

Vertebra dimulai dari cranium sampai pada apex coccigeus, membentuk skeleton dari

leher, punggung dan bagian utama dari skeleton (tulang cranium, costa dan sternum). Fungsi

vertebra yaitu melindungi medulla spinalis dan serabut syaraf, menyokong berat badan dan

berperan dalam perubahan posisi tubuh. Vertebra pada orang dewasa terdiri dari 33 vertebra

dengan pembagian 5 regio yaitu 7 cervical, 12 thoracal, 5 lumbal, 5 sacral, 4 coccigeal.

Tulang belakang merupakan suatu satu kesatuan yang kuat diikat oleh ligamen di

depan dan dibelakang serta dilengkapi diskus intervertebralis yang mempunyai daya absorbsi

tinggi terhadap tekanan atau trauma yang memberikan sifat fleksibel dan elastis. Semua

trauma tulang belakang harus dianggap suatu trauma hebat sehingga sejak awal pertolongan

pertama dan transpotasi ke rumah sakit harus diperlakukan dengan hati-hati. Trauma tulang

2

Page 3: BAB I

dapt mengenai jaringan lunak berupa ligament, discus dan faset, tulang belakang dan medulla

spinalis. Penyebab trauma tulang belakang adalah kecelakaan lalu lintas (44%), kecelakaan

olah raga(22%), , terjatuh dari ketinggian(24%), kecelakaan kerja.

2.2 Definisi

Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur,sebagaimana yang dikemukakan para

ahli melalui berbagai literature.

Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang,

sedangkan menurut Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000) fraktur adalah

pemisahan atau patahnya tulang. Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur

adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang

berlebihan.

2.3 Etiologi

Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai

cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan.

Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:

a. Fraktur akibat peristiwa trauma

Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang

dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan. Bila

tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan

lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur lunak

juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan

kerusakan pada kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan

fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.

b. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan

Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain

akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia,

fibula atau matatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan

baris-berbaris dalam jarak jauh.

3

Page 4: BAB I

c. Fraktur petologik karena kelemahan pada tulang

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak

(misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh.

2.4 Epidemiologi fraktur cervical

Kecelakaan merupakan penyebab kematian ke empat, setelah penyakit jantung,

kanker dan stroke, tercatat 50 meningkat per 100.000 populasi tiap tahun, 3% penyebab

kematian ini karena trauma langsung medula spinalis, 2% karena multiple trauma. Insidensi

trauma pada laki-laki 5 kali lebih besar dari perempuan. Ducker dan Perrot melaporkan 40%

spinal cord injury disebabkan kecelakaan lalu lintas, 20% jatuh, 40% luka tembak, sport,

kecelakaan kerja. Lokasi fraktur atau fraktur dislokasi cervical paling sering pada C2 diikuti

dengan C5 dan C6 terutama pada usia dekade 3.

2.5 Patofisiologi

Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Woods (1989). Ketika patah

tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan

lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan

sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang

dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon

inflamsi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma

dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan

untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang.

Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang

kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam

pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematom menyebabkan dilatasi

kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin

pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial.

Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf,

yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndroma comportement.

4

Page 5: BAB I

2.6 Gambaran Klinik

Lewis (2006) menyampaikan manifestasi klnik fraktur adalah sebagai berikut:

a. Nyeri

Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme

otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.

b. Bengkak/edama

Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada daerah

fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya.

c. Memar/ekimosis

Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di jaringan

sekitarnya.

d. Spame otot

Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadu disekitar fraktur.

e. Penurunan sensasi

Terjadi karena kerusakan syaraf, terkenanya syaraf karena edema.

f. Gangguan fungsi

Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang frkatur, nyeri atau spasme otot. paralysis

dapat terjadi karena kerusakan syaraf.

g. Mobilitas abnormal

Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya

tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.

h. Krepitasi

Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang digerakkan.

i. Deformitas

Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan

pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan

menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.

j. Shock hipovolemik

Shock terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan hebat.

k. Gambaran X-ray menentukan fraktur

Gambara ini akan menentukan lokasi dan tipe fraktur

5

Page 6: BAB I

2.7 Klasifikasi trauma servikal berdasarkan mekanismenya

A. Klasifikasi berdasarkan mekanisme trauma

a. Trauma Hiperfleksi

1. Subluksasi anterior

terjadi robekan pada sebagian ligament di posterior tulang leher ; ligament

longitudinal anterior utuh. Termasuk lesi stabil. Tanda penting pada subluksasi

anterior adalah adanya angulasi ke posterior (kifosis) local pada tempat

kerusakan ligament. Tanda-tanda lainnya :

- Jarak yang melebar antara prosesus spinosus

- Subluksasi sendi apofiseal

2. Bilateral interfacetal dislocation

Terjadi robekan pada ligamen longitudinal anterior dan kumpulan ligament di

posterior tulang leher. Lesi tidak stabil. Tampak diskolasi anterior korpus

vertebrae. Dislokasi total sendi apofiseal.

6

Gambar 1. Subluksasi anterior

Page 7: BAB I

3. Flexion tear drop fracture dislocation

Tenaga fleksi murni ditambah komponen kompresi menyebabkan robekan

pada ligamen longitudinal anterior dan kumpulan ligamen posterior disertai

fraktur avulse pada bagian antero-inferior korpus vertebra. Lesi tidak stabil.

Tampak tulang servikal dalam fleksi :

- Fragmen tulang berbentuk segitiga pada bagian antero-inferior

korpus vertebrae

- Pembengkakan jaringan lunak pravertebral

4. Wedge fracture

Vertebra terjepit sehingga berbentuk baji. Ligament longitudinal anterior dan

kumpulan ligament posterior utuh sehingga lesi ini bersifat stabil.

7

Gambar 2. Bilateral interfacetal

dislocation

Gambar 3. Flexion tear drop fracture dislocation

Page 8: BAB I

5. Clay shovelers fracture

Fleksi tulang leher dimana terdapat kontraksi ligament posterior tulang leher

mengakibatkan terjadinya fraktur oblik pada prosesus spinosus ; biasanya pada

CVI-CVII atau Th1.

b. Trauma Fleksi-rotasi

Terjadi dislokasi interfacetal pada satu sisi. Lesi stabil walaupun terjadi

kerusakan pada ligament posterior termasuk kapsul sendi apofiseal yang

bersangkutan.

Tampak dislokasi anterior korpus vertebra. Vertebra yang bersangkutan dan

vertebra proksimalnya dalam posisi oblik, sedangkan vertebra distalnya tetap

dalam posisi lateral.

8

Gambar 4. Wedge fracture

Gambar 5. Clay Shovelers fracuter

Page 9: BAB I

c. Trauma Hiperekstensi

1. Fraktur dislokasi hiperekstensi

Dapat terjadi fraktur pedikel, prosesus artikularis, lamina dan prosessus

spinosus. Fraktur avulse korpus vertebra bagian postero-inferior. Lesi tidak

stabil karena terdapat kerusakan pada elemen posterior tulang leher dan

ligament yang bersangkutan.

2. Hangmans fracture

Terjadi fraktur arkus bilateral dan dislokasi anterior C2 terhadap C3.

d. Ekstensi-rotasi

Terjadinya fraktur pada prosesus artikularis satu sisi

e. Kompresi vertical

9

Gambar 6. Trauma Fleksi-rotasi

a. Tampak Lateral b. Tampak AP c. Tampak oblik

Gambar 7. Hangmans Fracture

Page 10: BAB I

Terjadinya fraktur ini akibat diteruskannya tenaga trauma melalui kepala, kondilus

oksipitalis, ke tulang leher.

1. Bursting fracture dari atlas (jeffersons fracture)

2. Bursting fracture vertebra servikal tengah dan bawah

B. Klasifikasi berdasarkan derajat kestabilan

a. Stabil

b. Tidak stabil

Stabilitas dalam hal trauma tulang servikal dimaksudkan tetap utuhnya komponen

ligament-skeletal pada saat terjadinya pergeseran satu segmen tulang leher terhadap lainnya.

Cedera dianggap stabil jika bagian yang terkena tekanan hanya bagian medulla

spinalis anterior, komponen vertebral tidak bergeser dengan pergerakan normal, ligamen

posterior tidak rusak sehingga medulla spinalis tidak terganggu, fraktur kompresi dan burst

fraktur adalah contoh cedera stabil. Cedera tidak stabil artinya cedera yang dapat bergeser

dengan gerakan normal karena ligamen posteriornya rusak atau robek, Fraktur medulla

spinalis disebut tidak stabil jika kehilangan integritas dari ligamen posterior.

10

Gambar 8. Jeffersons fracture

Gambar 8. Bursting fracture vertebra servical tengah & bawah

Page 11: BAB I

Menentukan stabil atau tidaknya fraktur membutuhkan pemeriksaan radiograf.

Pemeriksaan radiografi minimal ada 4 posisi yaitu anteroposterior, lateral, oblik kanan dan

kiri. Dalam menilai stabilitas vertebra, ada tiga unsur yamg harus dipertimbangkan yaitu

kompleks posterior (kolumna posterior), kompleks media dan kompleks anterior (kolumna

anterior).

Pembagian bagian kolumna vertebralis adalah sebagai berikut :

1. kolumna anterioryang terbentuk dari ligament longitudinal dan duapertiga bagian

anterior dari corpus vertebra, diskus dan annulus vertebralis

2. kolumna media yang terbentuk dari satupertiga bagian posterior dari corpus

vertebralis, diskus dan annulus vertebralis

kolumna posterior yang terbentuk dari pedikulus, sendi-sendi permukaan, arkus tulang

posterior, ligamen interspinosa dan supraspinosa

2.8 Jenis Fraktur cervical

Jenis fraktur daerah cervical, sebagai berikut:

1. Fraktur Atlas C 1

Fraktur ini terjadi pada kecelakaan jatuh dari ketinggian dan posisi kepala

menopang badan dan daerah cervical mendapat tekanan hebat. Condylus occipitalis

pada basis crani dapat menghancurkan cincin tulang atlas. Jika tidak ada cedera

angulasi dan rotasi maka pergeseran tidak berat dan medulla spinalis tidak ikut

cedera. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan adalah posisi anteroposterior dengan

mulut pasien dalam keadaan terbuka

Terapi untuk fraktur tipe stabil seperti fraktur atlas ini adalah

immobilisasi cervical dengan collar plaster selama 3 bulan.

2. Pergeseran C 1 C2 ( Sendi Atlantoaxial)

Atlas dan axis dihubungkan dengan ligamentum tranversalis dari atlas yang

menyilang dibelakang prosesus odontoid pada axis. Dislokasi sendi atlantoaxial dapat

11

Page 12: BAB I

mengakibatkan arthritis rheumatoid karena adanya perlunakan kemudian akan ada

penekanan ligamentum transversalis.

Fraktur dislokasi termasuk fraktur basis prosesus odontoid. Umumnya

ligamentum tranversalis masih utuh dan prosesus odontoid pindah dengan atlas dan

dapat menekan medulla spinalis. Terapi untuk fraktur tidak bergeser yaitu imobilisasi

vertebra cervical.Terapi untuk fraktur geser atlantoaxial adalah reduksi dengan

traksi continues.

3. Fraktur Kompresi Corpus Vertebral

Tipe kompresi lebih sering tanpa kerusakan ligamentum spinal namun

dapat mengakibatkan kompresi corpus vertebralis. Sifat fraktur ini adalah tipe

tidak stabil. Terapi untuk fraktur tipe ini adalah reduksi dengan plastic collar

selama 3 minggu ( masa penyembuhan tulang)

4. Flexi Subluksasi Vertebral Cervical

Fraktur ini terjadi saat pergerakan kepala kearah depan yang tiba-tiba sehingga

terjadi deselerasi kepala karena tubrukan atau dorongan pada kepala bagian belakang,

terjadi vertebra yang miring ke depan diatas vertebra yang ada dibawahnya, ligament

posterior dapat rusak dan fraktur ini disebut subluksasi, medulla spinalis mengalami

kontusio dalam waktu singkat.

Tindakan yang diberikan untuk fraktur tipe ini adalah ekstensi cervical

dilanjutkan dengan imobilisasi leher terekstensi dengan collar selama 2 bulan.

5. Fleksi dislokasi dan fraktur dislokasi cervical

Cedera ini lebih berat dibanding fleksi subluksasi. Mekanisme terjadinya

fraktur hampir sama dengan fleksi subluksasi, posterior ligamen robekdan posterior

facet pada satu atau kedua sisi kehilangan kestabilannya dengan bangunan sekitar.

Jika dislokasi atau fraktur dislokasi pada C7 –Th1 maka posisi ini sulit dilihat dari

posisi foto lateral maka posisi yang terbaik untuk radiografi adalah “swimmer

projection”

12

Page 13: BAB I

Tindakan yang dilakukan adalah reduksi fleksi dislokasi ataupun fraktur

dislokasi dari fraktur cervical termasuk sulit namun traksi skull continu dapat

dipakai sementara.

6. Ekstensi Sprain ( Kesleo) Cervical (Whiplash injury)

Mekanisme cedera pada cedera jaringan lunak yang terjadi bila leher

tiba-tiba tersentak ke dalam hiperekstensi. Biasanya cedera ini terjadi setelah

tertabrak dari belakang; badan terlempar ke depan dan kepala tersentak ke

belakang. Terdapat ketidaksesuaian mengenai patologi yang tepat tetapi

kemungkinan ligamen longitudinal anterior meregang atau robek dan diskus

mungkin juga rusak.

Pasien mengeluh nyeri dan kekakuan pada leher, yang refrakter dan bertahan

selama setahun atau lebih lama. Keadaan ini sering disertai dengan gejala lain

yang lebih tidak jelas, misalnya nyeri kepala, pusing, depresi, penglihatan kabur

dan rasa baal atau paraestesia pada lengan. Biasanya tidak terdapat tanda-tanda

fisik, dan pemeriksaan dengan sinar-X hanya memperlihatkan perubahan kecil pada

postur. Tidak ada bentuk terapi yang telah terbukti bermanfaat, pasien diberikan

analgetik dan fisioterapi.

7. Fraktur Pada Cervical Ke -7 (Processus Spinosus)

Prosesus spinosus C7 lebih panjang dan prosesus ini melekat pada otot. Adanya

kontraksi otot akibat kekerasan yang sifatnya tiba-tiba akan menyebabkan avulsi

prosesus spinosus yang disebut “clay shoveler’s fracture”. Fraktur ini nyeri tetapi tak

berbahaya.

2.9 Pemulihan Spinal Stability

Medical management yaitu setelah fase akut spinal injury tertangani maka

immobilisasi untuk membatasi gerakan pada cervical yang tidak stabil diperlukan untuk

memungkinkan penyembuhan tulang dan ligament berlangsung, juga untuk melindungi spinal

cord. Imobilisasi dapat dilakukan dengan cervical orthosis, collar, porter type orthosis,

cervico thoracic dan halo orthosis.

Cervical collar terdiri dari soft collar dan phila delphia collar. Soft collar mempunyai

keuntungan yang kecil pada pasien spinal cord injury dan hanya membatasi pergerakan

13

Page 14: BAB I

minimal pada rotasi ekstensi dan fleksi. Philadelphia collar memberikan proteksi yang lebih

baik daripada soft collar terutama pada gerakan fleksi dan ekstensi, tapi tidak efektif pada

axial rotasi. Indikasi: non/minimal displace C1 – C2 fracture, minimal body/processus

spinasus fracture, post anterior cervicaldisctomy dengan fusi. Poster type orthoses lebih rigid

dan memiliki 3 point fiksasi, pada mandibula occiput dan bahu atau thorax bagian atas. Halo

vest membatasi fleksi dan ekstensi, axial rotasi dan lateral bending. Alat ini

direkomendasikan untuk discplace atlas fracture, adontoid fracture, semua axis fracture dan

kombinasi C1 – C2 fracture dan post operasi imobilisasi setelah surgical fusion.

Penanganan Operasi

Goal dari penanganan operasi adalah: Reduksi mal aligment, decompresielemen neural dan

restorasi spinal stability Operasi anterior dan posterior.

14

Page 15: BAB I

BAB III

KESIMPULAN

Fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang.Fraktur dapat diakibatkan

oleh beberapa hal yaitu:Fraktur akibat peristiwa trauma, fraktur akibat peristiwa kelelahan

atau tekanan, Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang. Manifestasi kunik fraktur

adalah nyeri, edema, memar/ekimosis, spame otot, penurunan sensasi, gangguan fungsi,

mobilitas abnormal, krepitasi, defirmitas, shock hipovolemik.

Klasifikasi trauma servikal berdasarkan mekanismenya yaitu : hiperfleksi, fleksi-

rotasi, hiperekstensi, ekstensi-rotasi, kompresi vertical. Klasifikasi berdasarkan derajat

kestabilan yaitu ; Stabil dan tidak stabil

Setelah primary survey, pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan external,tahap

berikutnya adalah evaluasi radiographic tercakup didalamnya, plain fotofluoroscopy,

polytomography CT-Scan tanpa atau dengan myelography dan MRI.

15

Page 16: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. Fraktur Cervical. http://www.Dislokasi-interfasetal-bilateral.html . Diunduh

11 April 2013 pukul 19.00

2. Moira Davinport. Fracture cervical spine. http://www.82340-overview.htm. Diunduh

11 april 2013 pukul 19.15

3. Japardi I. Cervical Injury : FK USU. http://www.Bedah- iskandar Japardi7.pdf.

diunduh 11 april 2013 pukul 20.05

4. Anonym . Fraktur. http://www.fraktur-ilmu- bedah.html. diunduh 12 April 2013

pukul 22.00

5. Anonym. Dislokasi interfasetal bilateral.

http://muskulobedah.blogspot.com/2008/09/dislokasi-interfasetal-bilateral.html

diunduh tanggal 13 April 2013 pukul 15.00

6. Anonym. Fraktur vetebra. http://bedahumum-fkunram.blogspot.com/2009/02/fraktur-

vertebra.html diunduh tangggal 13 April 2013 pukul 15.30

16