BAB I
-
Upload
habsi-al-farisi -
Category
Documents
-
view
25 -
download
0
description
Transcript of BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program langit biru merupakan program yang bertujuan untuk
mengendalikan dan mencegah pencemaran udara dan mewujudkan perilaku sadar
lingkungan baik dari sumber tidak bergerak seperti industri maupun sumber
bergerak yaitu kendaraan bermotor. Program Langit Biru tersebut telah
diluncurkan pertama kali pada tahun 1996 oleh Kementerian Negara Lingkungan
Hidup melalui Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun
1996. Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Ditjen Perhubungan Darat untuk
meningkatkan kualitas emisi gas buang kendaraan bermotor antara lain dengan:
pendekatan teknologi ramah lingkungan, inspection and maintenance kendaraan
bermotor, penetapan standar emisi gas buang untuk kendaraan yang sudah
berjalan, serta pendekatan manajemen lalu-lintas yang baik. Teknologi otomotif
saat ini diupayakan untuk diubah atau ditingkatkan menjadi teknologi
berwawasan lingkungan. Salah satu pengembangan teknologi otomotif ramah
lingkungan yang telah dilakukan oleh industri kendaraan bermotor adalah
penyempurnaan dari segi desain maupun perlengkapan treatment emisi gas buang.
Selain itu, penyempurnaan motor bensin maupun motor diesel juga akan
diimbangi pemanfaatan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
Dalam hal inspection and maintenance, Ditjen Perhubungan Darat telah
menyiapkan rancangan program atau ketentuan agar semua kendaraan bermotor
harus diuji. Emisi gas buang sebagai bagian dari kelayakan kendaraan harus diuji
terlebih dahulu. Pendekatan penetapan standar emisi gas buang untuk kendaraan
yang sudah berjalan atau kendaraan yang diproduksi dibawah tahun 2007 juga
tengah diupayakan pemerintah. Hal itu dilakukan karena tuntutan internasional
terhadap pencegahan dan pengurangan pencemaran udara. Menteri lingkungan
hidup menetapkan standar baru emisi gas buang untuk kendaraan bermotor baru
yaitu Kepmen Lingkungan Hidup No. 141 tahun 2003 tentang ambang batas emisi
gas buang kendaraan bermotor yang sedang diproduksi. Dalam ketentuan tersebut
disebutkan bahwa kendaraan bermotor tipe baru yang akan diproduksi diatas
1
tahun 2007 harus memenuhi persyaratan uji emisi sesuai standar EURO 2.
Diperkuat juga dengan penandatanganan kesepakatan kerjasama antara Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat dengan BTMP, BPPT untuk melakukan uji emisi
melalui surat perjanjian kerjasama Nomor AJ.402/4/19/DRJD/2005 dan Nomor
080/KB/BTMP/BPPT/IV/2005 pada tanggal 6 April 2005. Pendekatan lain yang
diupayakan oleh pemerintah adalah menata manajemen lalu lintas yang baik.
Sistem tersebut mengusahakan bergeraknya lalu lintas yang lebih lancar untuk
menghindari kemacetan. Kemacetan disadari memberi andil terhadap
meningkatnya emisi gas buang kendaraan bermotor. Hal ini disebabkan kendaraan
yang bergerak pada kecepatan rendah akan mengeluarkan lebih besar gas buang.
Diharapkan, dengan perbaikan manajemen lalu lintas, polusi udara dapat
dikurangi.
Menindak lanjuti hal tersebut maka Departemen Perhubungan akan
melakukan pengujian emisi gas buang kendaraan bermotor baik roda dua maupun
roda empat. Keputusan tersebut diambil sesuai nota kesepahaman (MoU) antara
Departemen Perhubungan dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT). Dirjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan dan BPPT akan
melengkapi fasilitas pengujian emisi gas buang yang sesuai dengan standar Euro
Two (2) pada kendaraan bermotor. Pengujiannya dengan memanfaatan fasilitas
Balai Termodinamika Motor dan Propulsi (BTMP-BPPT) untuk pengujian emisi
gas buang kendaraan bermotor sesuai standar Euro Two (2). Sejak tanggal 1
Januari Ditjen Perhubungan Darat sudah melaksanakan ambang batas emisi gas
buang sesuai standar Euro 2 bagi kendaraan tipe baru khususnya kendaraan yang
diproduksi diatas tahun 2007 . Departemen perhubungan akan menunjuk lembaga
yang memiliki fasilitas uji yang telah terakreditasi yakni BMTPM-BPPT, yang
diharapkan dapat melaksanakan pengujian emisi tersebut.
Adapun cara-cara yang sudah dikembangkan oleh industri otomotif
dalam pengontrolan emisi kendaraan bermotor menurutt (Cliford M Tempest.
1928:178) adalah sebagai berikut:
a. Sistem PCV ( Positive Crancase Ventilation)
PCV adalah alat control emisi yang menggunakan kevakuman motor
untuk menghisap blowby gas yang beracun dengan cara gas yang beracun masuk
2
kembali ke intake manifold untuk dibakar kembali sehingga disamping dapat
mengurangi emisi HC,CO,COx dan partikel-partikel lain, juga dapat menghemat
pemakaian bahan bakar. Komponen system PCV berupa selang penghubung
saluran dari kaburator kekutup kepala silinder motor dan sebuah katup.
b. Air Injektion System
System injeksi udara (Air Injektion System) adalah sistem pengurangan
kadar polutan pada emisi gas buang dengan jalan menambahkan udara segar pada
gas buang melalui cara menginjeksikan udara segar tersebut kedalam bagian hulu
saluran pembuangan ( exhoust manifold ) melewati air injektion tube, udara segar
yang mengandung oksigen ini digunakan untuk mereaksikan kembali sisa
pembakaran yang tidak sempat terbakar didalam ruang pembakaran.
c. Trotle posisioner
Yaitu alat yang bekerja pada saat motor mengalami perlambatan menuju
putaran idel, pada keadaan ini campuran bahan bakar- udara menjadi sangat kaya
sehingga dapat menimbulkan pembakaran yang kurang sempurna. Trothel valve
yang dipasang pada karburator mulai menutup sehingga campuran bahan bakar
udara yang terlalu kaya dapat dikurangi. Secara tidak langsung juga mereduksi
emisi HC dan CO.
d. Thermostatik Air Cleaner. (TAC)
Salah satu cara agar terjadi proses pembakaran yang baik adalah apabila
udara yang dimasukkan dalam proses pembakaran adalah udara panas (
53,30C). Untuk beberapa motor tertentu TAC dapat dipasang pada saringan udara
yang berfungsi untuk mamanaskan udara yang masuk ke karburator.
e. Decel Control Valve Sistem (DCV)
Untuk menghasilkan proses pembakaran yang baik juga diperlukan
kondisi kevakuman yang tinggi pada intake manifold motor. DCV berfungsi
untuk meningkatkan kevakuman di intake manifold.
f. Elektrik Assist Choke (EAC)
3
EAC juga mengontrol emidi gas buang HC dan CO dengan jalan
memanaskan campuran bahan bakar-udara pada saat putaran idle.
g. Fuel Evaporative System (FES)
FES berfungsi untuk menjegah penguapan bahan bakar khususnya emisi
HC pada saluran antara tangki bahan bakar sampai karburator.
h. Exhaush Gas Recirculation (EGR)
EGR merupakan system yang memungkinkan sirkulasi gas hasil
pembakaran motor masuk kembali kedalam saluran pengisian (intake manifold)
untuk membantu mengurangi emisi gas HC,CO, dan NOx. Kerja system ini
dikontrol secara elektronik.
i. Katalytik converter
Katalytik converter berupa sebuah tabung yang berisi bahan katalis
platinum, radium, dan palladium yang dapat mengoksidasi emisi gaz CO dan NOx.
Alat ini dipasang pada saluran buang (muffler) kendaraan bermotor.
j. Duel Diaphragma Distributor (DDD)
Konstruksi system DDD ini hamper sama dengan vacuum advance pada
system pengapian yang dilengkapi dengan ruang diaphragma tambahan yang
befungsi untuk memperlambat proses pengapian selama motor mengalami
penurunan putaran mesin dimana campuran bahan bakar-udara menjadi kaya.
Dari uraian diatas maka untuk menanggulangi uji emisi sepeda motor yang
diproduksi dibawah tahun 2007, dimana belum dilengkapi dengan alat
penyempurna emisi gas buang yang sesuai dengan standar UERO 2. Maka penulis
berkmaksud untuk merencanakan alat dengan prinsip air injection sistem dengan
judul perencanaan “Perencanaan Air Injektion System Untuk Mengurangi Kadar
Polutan Emisi Gas Buang Pada Sepeda Motor”.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana prinsip kerja system emisi gas buang ?
b. Bagaimana reaksi kimia yang terjadi ?
c. Berapa dimensi dari alat emisi gas buang tersebut ?
4
1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui bagaimana prinsip kerja system emisi gas buang.
b) Untuk mengetahui bagaimana reaksi kimia yang terjadi.
c) Untuk mengetahui berapa dimensi dari alat emisi gas buang.
1.4 Manfaat Perencanaan
Perencanaan system gas buang yang sesuai dengan standar UERO 2
pada sepeda motor empat langkah diharapkan bermanfaat untuk:
1. Bahan referensi dan pengetahuan tentang perencanaan system emisi gas
buang yang sesuai dengan standart bagi mahasiswa jurusan pendidikan
teknik mesin.
2. Sebagai bahan pertimbangan terhadap pemilik sepeda motor yang masih
memiliki sepeda dibawah tahun 2007.
3. Bahan masukan dan bahan pustaka dalam pengembangan ilmu
pengetahuan mengenahi sistem gas buang sepeda motor berstandar
UERO 2 bagi Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Malang.
1.5 Batasan Masalah
Perencanaan sistem emisi gas buang dibatasi untuk sepeda motor jenis
empat langkah (Empat tak).
1.6 Bagan Perencanaan
5
Udara Segar (Filter )
Karburator
Ruang Bakar
Knalpot
Saluran Buang ( exhaust )
Saluran Masuk ( Intake )
Bahan Bakar
Vak
um
System Air Injection
Manifold
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Sistem Pneumatik
Pneumatik merupakan teori atau pengetahuan tentang udara yang
bergerak, keadaan-keadaan keseimbangan udara dan syarat-syarat keseimbangan.
Kata pneumatik itu berasal dari kata Yunani, “pneuma” yang berarti nafas atau
udara. Jadi pneumatik berarti terisi udara atau digerakkan oleh udara mampat.
Pneumatik itu merupakan cabang teoritis aliran atau mekanika fluida dan
tidak hanya meliputi penilitian aliran-aliran udara melalui suatu sistem saluran,
yang terdiri atas pipa-pipa, selang-selang, gawai (device) dan sebagainya, tetapi
juga aksi dan penggunaan udara mampat.
Keuntungan-keuntungan dari sistem pneumatik dalah sebagai berikut:
2.1.1 Fluida kerja yang mudah diperoleh dan mudah diangkut
Udara dimana saja tersedia dalam jumlah yang tidak terhingga.
Saluran-saluran balik tidak diperlukan karena udara bekas atau udara yang
telah menyerahkan energinya dapat dibuang bebas. Sedangkan sistem
hidraulik memerlukan saluran balik.
Udara mampat bahkan dapat diangkut dengan mudah melalui saluran-
saluran pada jarak yang sangat besar sekali, jadi pembuangan udara
mampat dapat dipusatkan dan dengan menggunakan saluran cabang dan
pipa-pipa selang udara mampat dapat disalurkan kemana-mana.
2.1.2 Bersih dan kering
Udara mampat adalah bersih, kalau ada kebocoran pada saluran pipa
benda-benda kerja maupun bahan-bahan tidak menjadi kotor.
Udara mampat adalah kering, bila terjadi kerusakan pipa-pipa tidak akan
ada pengotoran-pengotoran, bintik (stain) minyak dan sebagainya.
2.1.3 Tidak peka terhadap suhu
Udara bersih tanpa uap air dapat digunakan sepenuhnya pada suhu-suhu
yang tinggi atau pada nilai-nilai rendah, jauh dibawah titik beku.
6
Udara mampat juga dapat digunakan pada tempat-tempat yang sangat
panas, misalnya untuk pelayanan tempa tekan pintu-pintu daur pijar, dapur
pengelasan atau dapur lumer.
Peralatan-peralatan atau saluran pipa dapat digunakan dengan aman dalam
lingkungan yang panas sekali, misalnya pada industri baja ataupun
bengkel tuang.
2.1.4 Aman terhadap kebakaran dan ledakan
Keamanan kerja serta produksi besar dari udara mampat tidak
mengandung bahaya kebakaran maupun ledakan.
Alat-alat pneumatik dapat digunakan tanpa dibutuhkan pengamanan yang
mahal dan luas.
2.1.5 Tidak diperlukan pendinginan
Pembawa energi udara mampat tidak perlu diganti sehingga untuk ini tidak
dibutuhkan biaya. Apabila menggunakan minyak setidaknya harus diganti
setelah 100 sampai 200 jam kerja.
2.1.6 Rasional ( menguntungkan)
Pneumatik adalah empat puluh sampai lima puluh kali lebih murah
daripada tenaga otot, hal ini sangat penting pada mekanisasi dan
otomatisasi produksi.
Komponen pneumatik tanpa pengecualian adalah lebih murah jika
dibandingkan dengan komponen-komponen peralatan hidroulik.
2.1.7 Mudah dipelihara
Karena konstruksinya sangat sederhana, peralatan-peralatan udara mampat
hampir tidak peka gangguan.
Gerakan-gerakan lurus dilaksanakan tanpa komponen mekanik, seperti
tuas-tuas, eksentrik, pegas, poros dan roda gigi
Konstruksi yang sederhana menyebabkan waktu pemasangan menjadi
singkat, serta pemeliharaannya mudah.
2.1.8 Sifat dapat bergerak
Selang-selang elastik memberi kebebasan pada komponen-komponen
untuk dipindahkan.
7
2.1.9 Aman
Bahaya tentang hubungan singkat jika digunakan pada tempat lembab atau
diudara luar seperti elektro dapat dikurangi.
2.1.10 Dapat dibebani lebih.
Pada pembebanan lebih alat-alat udara mampat memang akan berhenti,
tetapi tidak akan mengalami kerusakan seperti halnya alat-alat listrik.
Suatu jaringan udara mampat dapat diberi beban lebih tanpa merusak.
Dengan penggunaan katup-katup kusus maka kecepatan suatu sistem dapat
diatur sesuai kebutuhan.
2.1.11 Fluida kerja cepat
Kecepatan-kecepatan udara sangat besar menjamin bekerjanya elemen-
elemen pneumatik dengan cepat, sehingga perubahan energi menjadi kerja
dapat berjalan cepat.
Udara mampat dapat mencapai kecepatan alir sampai 1000 m/min
( dibandingkan dengan energi hidroulik sampai 180 m/min)
Dalam silinder pneumatik kecepatan silinder dari 1 sampai 2 m/det.
Kecepatan sinyal-sinyal kendali pada umumnya terletak antara 40 dan 70
m/det (2400 sampai 4200 m/det)
2.1.12 Dapat diatur tanpa bertingkat
Dengan katup pengatur arus, kecepatan dan gaya dapat diatur tanpa
bertingkat mulai dari suatu nilai minimum sampai nilai maksimum.
Tekanan udara dengan sederhana dan kalau dibutuhkan dalam keadaan
sedang bekerja dapat disesuaikan dengan keadaan.
Tumpuan-tumpuan dapat disetel guna mengatur panjang langkah silinder
kerja yang dapat disetel terus menerus.
Perkakas-perkakas pneumatik yang berputar dapat diatur jumlah putaran
dan momen putarnya tanpa bertingkat
2.1.13 Ringan
Berat alat-alat pneumatik jauh lebih kecil daripada mesin-mesin yang
digerakkan elektrik dan perkakas konstruksi elektrik. Perbandingan berat
motor pneumatik: motor listrik = 1 : 8. Dan untuk motor pneumatik
dengan motor frekuensi tinggi = 1 : 3
8
2.1.14 Konstruksi kokoh
Pada umumnya komponen pneumatik ini dikonstruksikan secara kompak
dan kokoh, oleh karena itu hampir tidak peka tehadap gangguan dan tahan
terhadap perlakuan kasar.
2.1.15 Fluida kerja murah
Pengangkut energi (udara) adalah gratis dan dapat diperoleh dimana saja.
2.2 Karakteristik Bahan Bakar
Karakteristik yang dimaksud disini adalah sifat-sifat yang berhubungan
dengan penggunaan pada motor bensin. Agar motor dapat menghasilkan tenaga
yang maksimum dan memenuhi keinginan kenyamanan dalam berkendara maka
pemakaian bahan baker yang digunakan harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
2.2.1 Penguapan
Penguapan yang dimaksud disini adalah kemampuan bahan bakar untuk
berubah dari fase cair ke fase gas. Kemampuan menguap suatu cairan sangat erat
hubungannya dengan titik didihnya, semakin rendah titik didih suatu cairan maka
semakin tinggi pula kemampuan untuk menguap ( W. Suyanto: 1989:127).
Karena bahan bakar yang masuk kedalam silinder harus dalam bentuk
gas yang bercampur dengan udara maka sifat mudah menguap dari premium atau
premix ini sangat diperlukan. Tingkat kemudahan penguapan bahan bakar untuk
motor bansin harus tepat sesuai dengan kebutuhan motor itu sendiri, yaitu :
a. Mudah distarter ( high volatility ) meskipun dalam keadaan udara luar yang
dingin.
b. Jangan sampai terjadi vapor lock yaitu adanya uap bahan bakar pada saluran
bahan bakar yang akan mengganggu aliran bahan bakar itu sendiri.
c. Pemanasan cepat maksudnya adalah pemanasan motor sebelum digunakan.
d. Akselerasi yang halus, maksudnya adalah percepatan yang sesuai dengan
kebutuhan tanpa menimbulkan getaran pada mesin.
e. Pemakaian bahan bakar yang efisien yaitu penggunaan bahan bakar tiap liter
dapat mencapai jarak tempuh yang semaksimal mungkin atau Km/liternya
cukup tinggi.
9
f. Bebas dari pengotoran ruang engkol yang terjadi apabila bahan bakar yang
masuk kedalam silinder tidak bisa menguap.
2.2.2 Angka oktan
Angka oktan atau juga disebut dengan bilangan oktan adalah suatu
bilangan yang menunjukkan kemampuan bertahan suatu bahan bakar terhadap
efek detonasi (W.Suyanto:1989:133). Apabila bahan bakar memiliki ketahanan
terhadap detonasi yang rendah, maka kemungkinan terjadinya detonasi cukup
tinggi. Detonasi adalah suara seperti pukulan atau ketukan yang terjadi didalam
ruang bakar pada saat pembakaran. Terjadi karena pada saat bahan bakar sudah
atau belum waktunya dapat terbakar sudah terbakar terlebih dahulu. Detonasi ini
pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan bagian-bagian motor seperti
silinder, piston, ring piston, katup, serta menyebabkan emisi gas polutan HC
karena tidak banyak yang belum terbakar.
2.2.3 Kebersihan
Bahan bakar bisa kotor karena pencemaran yang terjadi baik pada waktu
proses pengolahan maupun pada waktu pengiriman atau pendistribusianya.
Apabila diamati bahan bakar akan berwarna cerah dan bersih pada temperatur
210C. Akan tetapi karena adanya kotoran maka bisa terjadi pengendapan.
Kotoran-kotoran yang terkandung pada bahan bakar akan mempengaruhi
kelancaran aliran bahan bakar pada sistem bahan bakar mobil.
Kandungan belerang pada bahan bakar harus dibatasi karena dapat
menyebabkan korosi pada bagian-bagian seperti silinder katup dan piston jika
bereaksi dengan oksigen. Oleh karena itu kandungan belerang (Sulfur) harus
dibatasi. ASTM membatasi kandungan belerang pada bahan bakar antara 0,1 –
0,15% dari beratnya. Di Amerika bahan bakar yang dipasarkan saat ini umumnya
mengandung belerang sekitar 0,03 %.
Bahan bakar juga harus dikontrol dari pembentukan deposit pada saat
penyimpanan yang biasa disebut dengan gum. Gum adalah endapan yang
berbentuk seperti permen karet. Endapan seperti ini larut didalam bahan bakar dan
akan nampak seperti karet/gum apabila bahan bakar telah menguap. Kotoran ini
akan mengendap pada karburator,injektor, intake manifold, dan katup. Maka
10
apabila itu terjadi, kerja motor akan terganggu untuk menghasilkan tenaga yang
maksimum.
Selain sifat-sifat yang dikemukakan diatas, ada lagi sifat lain yang perlu
mendapat perhatian pula, seperti komposisi hidrokarbon, nilai panas, kerapatan,
kekentalan dan sifat yang berhubungan dengan pembakaran yaitu titik nyala,
autoignition temperatur, serta tekanan uap pada temperatur 210C. Sifat-sifat ini
sangat erat dengan mutu pencampuran bahan bakar dengan udara. Artinya
seberapa mudah bahan bakar dapat bercampur dengan udara secara homogen.
2.2.4 Bahan aditif pada bahan bakar
Bahan aditif atau juga disebut bahan tambahan pada bahan bakar
digunakan untuk membuat bahan bakar agar memiliki sifat yang sesuai dengan
karakteristik yang dibutuhkan oleh motor bensin( W.Arismunadar: 1980:63).
Bahan aditif ini dicampurkan pada bahan bakar pada saat proses pengolahan.
Adapun bahan aditif yang ditambahkan pada waktu pengolahan bakan bakar
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Antiknock compound
Adalah bahan aditif yang digunakan untuk mempertinggi ketahanan
bahan bakar terhadap kemungkinan terjadinya detonasi, yang sekaligus juga
berarti untuk mempertinggi bilangan oktan dari bahan bakar. Bahan yang
ditambahkan adalah tetra ethyl lead (TEL),tertamethyl lead, dan methyl
cyclopentadienyl manganese tricarbonil (MMT) dan sekarang yang terbaru adalah
MTBE (Methyl Tertiary Buthyle Ether).
b. Oxydation inhibitor
Adalah bahan aditif yang ditambahkan pada bahan bakar yang berfungsi
untuk mencegah atau paling tidak mengurangi terjadinya endapan akibat reaksi
dengan udara. Dengan adanya bahan aditif ini kemungkinan penyimpanan bahan
bakar yang lebih lama karena bahan bakar menjadi lebih stabil dalam arti tidak
mudah terbentuk endapan pada saat disimpan.
c. Metal deactivator
11
Adalah bahan aditif yang ditambahkan untuk mencegah terjadinya
substansi yang kasar seperti kompon. Substansi ini dapat merusak karburator atau
bagian-bagian sistem injeksi elektronik dan menyebabkan sumbatan pada saringan
bahan bakar.
d. Detergen
Ditambahkan pada bahan bakar untuk menghilangkan kotoran yang
dapat menempel pada saluran sistem bahan bakar.
e. Despersent
Ditambahkan pada bahan bakar untuk mengurangi endapan pada
karburator, intake manifold dan katup isap.
f. Combustion deposit modifier
Adalah bahan aditif yang berfungsi untuk mengurangi terbentuknya
deposit atau endapan pada ruang bakar seperti pad busi, kepala silinder, dan
dinding silinder. Sehingga dapat mencegah terjadinya bara pada lapisan
deposit,dan bahan bakar akan terbakar karenanya bukan karena loncatan bunga
api pada busi.
2.3 Macam Bakar Kendaraan Bermotor
2.3.1 Bahan Bakar Standar Untuk Motor Bakar Bensin
Ada sejumlah senyawa hidrokarbon dasar yang digunakan sebagai bahan
bakar standar bagi motor bakar. Bahan bakar standar oktana 100 adalah 2,2,4-
trimetilpentana, sementara bahan bakar standar oktana 0 adalah n – heptana.
( Culp, 1989:38). Bilangan oktana dari suatu bahan bakar yang tidak diketahui
dapat dihitung dengan bantuan mesin CFR ( Cooperatif Fuel Research Engine).
Mesin ini adalah sebuah mesin silinder tuggal dengan perbandingan kompresi
yang dapat diukur dari sekitar 4:1 sampai dengan 14:1. Menurut
wartawan (1997:22), bahwa bahan bakar bensin merupakan campuran dari
hidrokarbon dengan jumlah atom C rata-rata dari C4 sampai dengan C12 dengan
titik didih berkisar antara 300C sampai dengan 2100C.
12
n-heptana C7H16
H H H H H H H
H C C C C C C C H
H H H H H H H
Iso Oktana C8H18(2,2,4-trimetilpentana)CH3 H CH3
CH3 C C C CH3
CH3 H H
Rantai hidrokarbon yang digunakan sebagai bahan bakar standar bagi motor
bakar bensin ( Culp,1989:37)
Bahan bakar yang tidak diketahui angka oktanya tersebut dibakar
didalam mesin dan perbandingan kompresinya dinaikkan perlahan-lahan sampai
diperoleh ketukan (knocking) tertentu atau pembacaan detonasi dari sebuah
detector vibrasi. Campuran bahan bakar standar kemudian dibakar pula dengan
angka kompresi yang sama hingga diperoleh pembacaan katukan yang sama.
Presentase volume bahan bakar oktana 100 dalam campuran tersebut adalah
bilangan oktana dari bahan bakar yang dites. Besarnya bilangan oktana bahan
bakar bensin yang paling banyak dipakai besarnya berkisar antara 85 – 95.
Beberapa bahan bakar bensin seperti premium dan premix memiliki
angka oktan yang lebih besar dari 100, ini dapat diperoleh dengan menggunakan
Hidrokarbon yang lebih ringan atau dengan menambahkan bahan aditif seperti
tetra ethyl lead ( TEL ), tetapi mulai sekarang penambahan aditif TEL dilarang
karena merupakan polutan udara dan sekarang diganti dengan Methyl-Tertiary
Butyle Ether ( MTBE ).
Tabel 1 Data Spesifikasi Bensin
Jenis Bensin Premium Premix
Massa janis Kg/liter
Prosentase massa C/H
Nilai kalori rendah MJ/kg
Temperatur didih 0C
Waktu bakar (mm/detik)
Titik nyala 0C
Nilai Oktan ROZ
Penambahan TEL
0,71 – 0,77
86 C 14 H
42
40 – 220
2
300
85 - 88
0 .......0,4
0,73 – 0,78
86 C 14 H
43
40 - 220
2 – 2,5
400
max. 94
0........0,8
( Sumber : VEDC Malang )
13
Table 2
Emission Standards for Special Motor Vehicles (MOT), g/kWh
Power CO HC NOx PM Smoke Date
kW g/kWh %
Stage 1
19-37 5.0 1.5 8.0 0.8 40% 2003.10
37-75 5.0 1.3 7.0 0.4
75-130 5.0 1.0 6.0 0.3
130-560 3.5 1.0 6.0 0.2
Stage 2 (proposed)
19-37 5.0 1.0 6.0 0.4 40% 2007.10
37-56 5.0 0.7 4.0 0.3 35% 2008.10
56-75 5.0 0.7 4.0 0.25 30% 2008.10
75-130 5.0 0.4 3.6 0.2 25% 2007.10
130-560 3.5 0.4 3.6 0.17 25% 2006.10
Table :Emission Standards UERO 2 for Special Motor Vehicles (MOT), g/kWh
2.3.2 Bahan Bakar Premix
Premix adalah bahan bakar yang sebenarnya masing megandung timbal
dalam jumlah yang relatif kecil yaitu 0,45 gram/liter. Premix memiliki angka
oktan lebih tinggi karena mengandung MTBE yang ditambahkan pada premium
dengan jumlah maksimum 15% dari volumenya dan menghasilkan premix dengan
angka oktan maksimum 94 ( Pertamina UPPDN V ). MTBE ( Methyl-Tertiary
Buthyle Ether) sendiri adalah bahan bakar oksigenat yang berfungsi untuk
menaikkan angka oktan premium. Sedangkan oksigenat merupakan jenis rantai
alkohol dan ether yang diketahui sebagai salah satu jalan untuk manaikkan angka
oktan. Secara teknis oksigenat dapat dipandang dalam arti untuk memenuhi tiga
dasar kebutuhan, pertama yaitu memperluas sumber bahan bakar bensin, kedua
14
menaikkan angka oktan bahan bakar dan yang katiga adalah manaikkan
fleksibelitas percampuran didalam kilang minyak untuk kualitas permintaan
konsumen.
Tabel 3 Spesifikasi Bensin Premix
Tabel
Adapun komponen bahan bakar premix adalah sama dengan premium
karena bahan dasar premix adalah premium yaitu komponen reformat, isomat,
alkilat dan rengkahan yang saling dicampurkan dan kemudian ditambahkan
MTBE dengan jumlah 15%. Rumus kimia dari premix adalah C5H12O
Dengan rantai kimia sebagai berikut.
2.3.3 Sistem Campuran Bahan Bakar Dengan Udara
Proses pembakaran bahan bakar selalu membutuhkan udara kurang lebih
15 kali dari berat bahan bakarnya. Perbandingan volume campuran diturunkan
dari massa jenis bensin udara.
Contoh campuran secara Stoichiometris adalah:
Massa jenis bensin premix δ = 0,7405 kg/liter
Massa jenis udara δ = 0,0013 kg/l
Maka :
15
CH3
CH3 O C CH3
CH3
Rantai Kimia Untuk Bahan Bakar Premix
Volume 1 kg bensin premix
Volume 1 kg udara
Perbandingan volume campuran ideal premix
Dengan demikian 1 liter premix : 8000 liter udara. Menurut modul kerja
VEDC Malang, perbandingan volume campuran ideal adalah 1 liter bahan bakar:
8100 liter udara, maka bahan bakar premix sudah mendekati idealnya.
Perbandingan campuran antara udara dan bahan bakar dinilai dengan angka λ
(lamda). Yang berarti jumlah udara yang diberikan (aktual) dibagi dengan jumlah
udara teoritis. Campuran dinyatakan ideal apabila perbandingan campuran yang
sesuai untuk pembakaran sempurna (λ = 1).
Gambar
Pada proses pembakaran motor bensin tidak pernah mencapai
pembakaran yang mendekati sempurna ( Wartawan; 1997 ). Oleh karena itu untuk
mendapatkan daya maksimum dibutuhkan campuran sedikit kaya. Untuk reaksi
pembakaran premix adalah sebagai berikut :
2.4 Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor
16
C5H12O + 8 O2 5 CO2 + 6 H2O + Energi
1 mol premix + 8 mol udara 5 mol karbon dioksida + 6 mol air
+ pelepas energi
Emisi atau zat sisa kendaraan bermotor yang dapat mengganggu
kesehatan manusia dan sebagai polutan bagi lingkungan adalah :
2.4.1 Karbon Monoksida ( CO )
Kadar gas CO semakin tinggi apabila campuran antara udara-udara
bahan bakar terlalu kaya.
Sebenarnya bila campuran udara – bahan bakar bisa tepat kurang 15 : 1
pada pembakaran yang sempurna maka nilai CO dapat nihil. Akan tetapi sulit
untuk mempertahankan sebesar ini pada saat motor bekerja karena kualitas
campuran selalu berubah dengan frekuensi putar dan pembebanan motor.( Arends
& Berenschot, 1997: 73 ).
Tabel 4 : Presentase emisi gas hasil pembakaran antara mensin otto dan diesel
( Arends & Berenschot; 1997:73 )
17
HC – CO bertambah NO+ bertambah
Kaya kurus
NOx berkurang HC – CO berkurang
Hubungan antara rasio perbandingan antara udara dengan bahan bakar terhadap kadar HC,CO dan NOx ( Suyanto, 1989: 347)
Rasio perbandingan udara dengan bahan
bakar (15 : 1 )
Karbon Monoksida dapat terjadi dari pembakaran yang tidak sempurna,
dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
CXHY + O2 CO + H2O + Energi
2.4.2 Hidrokarbon ( HC )
Ada kurang lebih 200 macam Hidrokarbon yang diemisikan dari proses
pembakaaran motor melalui saluran buangnya dan yang terbesar adalah gas CH4
kurang lebih 30% ( Andrews, 1988: 124 ). Penyebab emisi Hidrokarbon antara
lain bahan bakar yang tidak terbakar sempurna sehingga keluar menjadi gas
mentah dan bahan bakar yang terpecah karena reaksi panas yang tinggi kemudian
berubah menjadi gugus HC lain yang keluar bersama gas buang. Banyaknya emisi
Hidrokarbon dapat tergantung dari keadaan kerja motor seperti tampak pada table
berikut:
Tabel 5 Presentasi Emisi HC pada Berbagai Tingkat Putaran Motor
Kerja Motor Presentasi Emisi Hidokarbon
Putaran idle
Akselerasi
Kecepatan normal
Perlambatan / mengerem
17 %
7 %
13 %
63 %
( Sumber : Arends & Berenschot, 1997:74 )
18
Pada waktu motor mengalami perlambatan pada waktu mengerem
kendaraan terlihat presentase emisi HC yang paling besar. Hal ini disebabkan
kevakuman di bawah katup gas lebih tinggi dari pada saat putaran idle, sehingga
disini banyak sekali jumlah Hidrokarbon yang tidak terbakar.
Efek emisi gas Hidrokarbon ini pada lingkungan hidup dapat
menyebabkan photochemical smog, yang dapat merusak keseimbangan ekosistem
udara bumi khususnya di atmosfer kota-kota dengan kepadatan lalu lintas
kendaraan bermotor yang cukup tinggi. Sedangkan efek terhadap manusia diduga
menyebabkan kanker saluran pernafasan ( carcinogenic) khususnya dari
Hidrokabon Benopyrene.
Hidrokarbon polutan dapat terjadi dari campuran udara-bahan bakar
yang tidak terbakar mutlak ( unburnt fuel ), dengan persamaan reaksi :
CXHY + O2 CXHY + CO2 + H2O + Energi
2.4.3 Oksida nitrogen (NOx)
Bila terjadi unsur-unsur N2 dan O2 pada temperatur 1800 – 2000 0C akan
terjadi reaksi pembentukan gas NO.
N2 + O2 2NO
Gas NO didalam udara mudah sekali berubah menjadi NOx. Oksida Nitrogen
(NOx) dalam gas buang tediri dari 95% NO, 3 – 4 % NO2 dan sisanya N2O, N2O3,
dll. ( Toyota Engine Group; -: 64)
Kadar gas NOx pada gas buang akan semakin tinggi apabila campuran
antara udara-bahan bakar terlalu kurus. Hal ini bisa terjadi apabila campuran
bahan-bahan bakar dalam proses pembakaran lebih banyak udaranya atau dengan
kata lain perbandingan lebih dari 15 : 1 ( suyanto, 1989:335). Efek dari emisi gas
NOx hampir sama dengan emisi CO karena bisa juga larut dalam sel derah merah
manusia. Sedangkan efek terhadap lingkungan NOx juga dapat menyebabkan
photochemical smog dan jika bereaksi dengan uap air (HNO3) di atmosfer bumi
dapat menyebabkan hujan asam ( acid rain ) yang dapat merusak alat-alat yang
terbuat dari logam. Reaksi pembakaran yang tidak sempurna ( campuran udara-
bahan bakar terlalu kurus) dapat menghasilkan emisi NOx dengan persamaan
reaksi sebagai berikut.
CxHy + NH3 + O2 NOx + CO2 + H2O + Energi
19
2.5 Pengaruh Polutan Gas Buang Terhadap Kesehatan
Kurang lebih 70% keselamatan lingkungan dan mahluk hidup terancam
oleh pencemaran udara. Ternyata kedaraan bermotor sebagai penyumbang
terbesar polutan udara dengan emisi gas CO2, CO dan HC dari proses
pembakarannya. Berikut merupakan keterangan pengaruh polutan gas buang
kendaraan bermotor terhadap kesehatan manusia pada umumnya dan lingkungan
pada khususnya.
2.5.1 Karbon dioksida (CO2)
Setiap proses pembakaran kendaraaan bermotor baik proses yang
sempuran maupun yang tidak sempurna akan selalu menghasilkan gas karbon
dioksida (CO2), akan tetapi jumlah atau kadarnya sedapat mungkin dieliminer atau
dikurangi. CO2 merupakan zat asam apabila dihirup oleh mahluk hidup terutama
manusia dalam konsentrasi waktu yang lama dan dalam ruangan tertutup akan
dapat menyebabkan mati lemas (suffocation). Dampak pencemaran udara oleh gas
karbon dioksida (CO2) yang terbesar adalah dapat menyebabkan pemanasan
global atau efek rumah kaca (greenhaouse effect ). (Staudt, 1988; dalam Mardji).
Indonesia merupakan produsen CO2 terbesar ke 5 didunia yang mencapai 227,04
juta ton. Dampak dari pemanasan global dalam dunia kedokteran akan
mengakibatkan timbulnya penyakit infeksi baru (emerging diseses) dan penyakit
yang sudah ada sebelumnya muncul merebak kembali (reemerging diseases)
diantaranya penyakit tersebut adalah virus HIV, hanta virus, virus hepatitis C,
virus ebola, rota virus, malaria, kolera ( Masjhur, 1998; dalam Mardji).
2.5.2 Karbon monoksida (CO)
Daya racun CO adalah menurunkan kemampuan sel darah dalam
mengangkut oksigen. Setelah masuk kedalam tubuh melaului paru-paru, CO akan
terikat dengan hemoglobin (COHb) sehingga tidak dapat mengikat oksigen. Daya
ikat hemoglobin dengan gas CO lebih besar dari pada daya ikat dengan oksigen.
Pada saat keseimbangan maka ratio karboksi hemoglobin dalam darah mencapai
210 kali lebih kuat dari pada dengan oksigen ( Depkes, 1996). Paparan tentang
20
pengaruh CO terhadap gangguan kesehatan dapat dilihat pada tabel yang
dikemukakan Guest sebagai berikut:
Tabel 6 :Hubungan Paparan CO Terhadap Kesehatan
CO (ppm) Lama Paparan Gejala Klinis
35
200
400
800
1600
3200
6400
12800
8 jam
2 – 3 jam
1 – 2 jam
45 menit
20 menit
5 – 20 menit
1 – 2 menit
1 – 3 menit
Maksimum paparan yang diperbolehkan,
menurut OSHA ditempat keja
Sakit kepala ringan, lelah, dan pusing.
Sakit kepala serius, ancaman hidup setelah 3
jam
Pusing, mabuk dan konvulsi
Pingsan dalam 2 jam, kematian dalam 2-3 jam
Sakit kepala, pusing dan mabuk, kematian
dalam 1 jam
Sakit kepala, pusing, mabuk, kematian dalam
25 – 40 menit
Kematian segera.
( Sumber: Guest dalam Mardji, 2000:5)
Menurut Siswanto (1991) dari suatu studi tentang perubahan potologis
pada 351 kasus kematian karena keracunan CO menemukan tiga kelainan:
Kongesti dan Oedema paru 66%, otak 25%, jantung 2% organ-organ tubuh
lainnya (viscera) 7%.
Pendarahan (pentechiae) pada otak 10% dan jantung 33%
Pendarahan (herrage) pada paru 7%, pleura 1% dan otak 2%.
Kejadian yang menimpa seorang wanita istri pejabat polisi, kabag
pengkajian masalah lalu lintas Polda Metro Jaya diketemukan tewas didalam
bagasi mobil akibat keracunan CO di Tangerang ( Media Indonesia:1998).
Pengaruh CO terhadap tanaman antara lain menghambat proses fiksasi nitrogen
pada akar tanaman yaitu pada konsentrasi 2000 ppm dalam waktu 35 jam.
2.5.3 Hidrokarbon (HC)
Selain itu motor bensin juga mengeluarkan gas beracun lain seperti
hidrokarbon (HC). Efek yang paling terasa adalah dengan timbulnya
photochemical smog yaitu suatu proses kimia yang membutuhkan sinar dan
21
senyawa yang terbentuk merupakan polutan sekunder di atmosfer bumi. Polutan
sekunder yang paling berbahaya dihasilkan oleh reaksi hidrokarbon dengan
atmosfer adalah Ozon (O3) serta peroksiasetilnitrat (PAN). Ozon dapat
menyebabkan pemanasan global dibumi sedangkan PAN dapat merusak atau
menghambat pertumbuhan tanaman pertanian. Jenis HC sekunder ini tidak secara
langsung mengganggu kesehatan manusia, akan tetapi jenis hidrokarbon primer
( hidrokarbon aromatik) dapat berbahaya bagi kesehatan manusia seperti yang
terlihat pada tabel beriktu ini.
Tabel 7: Toksisitas Hidrokarbon Aromatik
Hidrokarbon (HC) Konsentrasi (ppm) Pengaruh terhadap manusia
Benzena (C6H6)
Toluena (C7H8)
100
3000
7500
20000
200
600
Iritasi membran mukosa
Lemas setelah ½ - 1 jam
Pengaruh yang lebih berbahaya
lagi setelah ½ - 1 jam
Kematian setelah 5 – 10 menit
Sedikit pusing, lemah dan mata
teasa berkunang-kunang setelah 8
jam
Kehilangan koordinasi sistem
syaraf
Sumber:Faridz, 1992:120
Selanjutnya HC polutan pada konsentrasi yang lebih tinggi
menyebabkan gangguan pada selaput lendir, mata, hidung dan tenggorokan dan
merupakan zat potensial penyebab kanker ( Spuller, 1987). Yang tidak kalah
pentingnya adalah aldehida yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor
merupakan salah satu pencemar udara. Menurut Molhave dapat menyebabkan
iritasi mata, saluran pernafasan, iritasi membran atas, dan kulit ( Pudjiastutik
dkk,1998)
2.6 Cara Kerja Sistem Emisi Gas Buang
22
Dapat dicontohkan dari penerapan sistem emisi gas buang yang sudah
diaplikasikan pada kendaraan suzuki smash tahun 2007.
Prinsip sistem air injection (Suzuki Smash: 2007)
Saat terjadi kompresi udara
Udara menuju muara exhaust
10
11 9
8 13
3 1
7 2 6
5 Dari intake manifold
4
Gambar 2.1 katup pneumatik saat terkompresi
Saat terjadi penghisapan udara
10 12
11 9
8 13
3 1
7udara bersih 6
5 2
23
4
12
Gambar 2.2 katup pneumatik saat penghisapan
Keterangan Gambar
1. Katup Vakum
2. Pegas
3. Saluran By-pass
4. Rangka
5. Ruang Vakum
6. Saluran Isap
7. Saluran Masuk
8. Membran Pembuka
9. Ruang muka
10. Saluran keluar
11. Pelat pelindung
12. Lubang Baut
13. Karet Vakum
2.6.1 Pada Saat Terjadi Kevakuman (Gambar 2.2)
Pada saat piston berada di titik mati bawah maka didalam silinder motor
terjadi tekanan vakum. Kemudian katup Intake membuka sehingga di manifold
juga terjadi kevakuman karena udara terhisap kedalam silinder. Kevakuman
didalam manifold dihubungkan dengan selang yang terletak pada lubang
percabangan manifold. Selang pada lubang percabangan tadi dihubungkan pada
saluran isap (6) sistem air injektion. Sehingga kevakuman pada selang mampu
memberikan daya isap pada katup vakum (1), katup vakum mendorong gaya
pegas. Karena ujung katup diberikan karet vakum (13) sehingga didalam ruang air
injektion (5) terjadi kevakuman, sampai poros katup melewati katup by-pass (3)
sehingga udara bersih dari filter dapat memenuhi ruangan.
2.6.2 Pada saat terjadi tekanan kompresi (Gambar 2.1)
Pada saat langkah kompresi yaitu saat piston bergerak dari titik mati
bawah (TMB) ke titik mati atas (TMA), katup masuk dan katup buang pada
silinder head tertutup. Kevakuman didalam saluran manifold menjadi terhenti,
24
menyebabkan gaya isap pada selang yang terhubung dengan saluran isap (6)
menghilang. Karena tidak ada gaya dorong klep (1) pada pegas (2) maka pegas
akan kembali kekeadaan semula. Ada dua kerja yang terjadi yaitu saat poros klep
menutup saluran by-pass (3), hal ini pada saat gaya balik pegas bekerja ± ¼
bagian. Kemudian saat gaya balik pegas kembali keposisi semula, klep terdorong
dan menyebabkan kompresi pada ruang vakum (5). Tekanan kompresi mendorong
membran buka (8) sehingga udara dapat keluar. Udara ada yang menunggu di
ruang muka (9) dan selebihnya akan keluar di muara saluran buang (mufler)
2.6.3 Pada saat langkah buang
Pada saat langkah buang yaitu katup buang (exhaust) membuka maka
gas sisa pembakaran dengan tekanan tinggi akan keluar melalui saluran buang.
Pada saat gas sisa melalui muara saluran buang ada dua kerja yang terjadi, yaitu :
udara masuk pada saluran keluar sistem air injektion (10) dan bercampur dengan
udara murni di ruang muka (9), sebagian lagi akan mendorong keluar gas sisa
yang sudah becampur dengan udara murni menuju udara bebas melalui saluran
mufler (knalpot). Pada saat gas sisa bertemu dengan udara murni, disitulah terjadi
reaksi kimia penguraian zat sisa yang belum sempat terbakar diruang bakar. Jadi
penguraian tidak sebatas pada ruang muka (9) tetapi saat muara saluran mufler
masih terdapat O2 atau udara murni.
25