BAB I

96
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Globalisasi pendidikan masa kini diharapkan lebih modern dan profesional sehingga mampu mewujudkan peranannya secara efektif dengan keunggulan dalam kepemimpinan, staf, proses belajar mengajar, pengembangan staf, kurikulum, tujuan dan harapan, iklim sekolah, penilaian diri, komunikasi, dan keterlibatan orang tua/masyarakat. Permasalahan dalam peningkatan kualitas pendidikan berkaitan dengan strategi pembangunan pendidikan, yang selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi tersebut didasarkan kepada asumsi bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, maka secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategi 1

Transcript of BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penulisan

Globalisasi pendidikan masa kini diharapkan lebih modern dan

profesional sehingga mampu mewujudkan peranannya secara efektif

dengan keunggulan dalam kepemimpinan, staf, proses belajar

mengajar, pengembangan staf, kurikulum, tujuan dan harapan, iklim

sekolah, penilaian diri, komunikasi, dan keterlibatan orang

tua/masyarakat.

Permasalahan dalam peningkatan kualitas pendidikan berkaitan

dengan strategi pembangunan pendidikan, yang selama ini lebih

bersifat input oriented. Strategi tersebut didasarkan kepada asumsi

bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, maka secara

otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan

output (keluaran) yang bermutu sebagai mana yang diharapkan.

Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori education

production function tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga

pendidikan. Dengan demikian pembangunan pendidikan tidak hanya

terfokus pada penyediaan faktor input pendidikan saja tetapi juga

harus lebih memperhatikan faktor proses pendidikan. Input pendidikan

merupakan hal yang mutlak harus ada dalam batas-batas tertentu

1

tetapi tidak menjadi jaminan dapat secara otomatis meningkatkan

mutu pendidikan

Hal ini sejalan dengan pendapat Umaedi, (1999:24),

menyatakan bahwa :

Pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan ditingkat makro (pusat) tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya ditingkat mikro (sekolah). Untuk itu dengan adanya Otonomi daerah, Sekolah didorong untuk diberdayakan dirinya dalam pengelolaan organisasinya.

Dalam mensikapi keadaan itu, seorang kepala sekolah dituntut

mampu memiliki kesiapan dalam mengelola sekolah. Kesiapan yang

dimaksud adalah berkenaan dengan kemampuan manajerial sebagai

seorang pimpinan. Kemampuan managerial yang dimaksudkan disini

adalah berkenaan dengan kemampuannya dalam membuat

perencanaan (planning), mengorganisasikan (organizing),

pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling). Dengan

kemampuan semacam itu, diharapkan setiap pimpinan mampu

menjadi pendorong dan penegak disiplin bagi para karyawannya agar

mereka mampu menunjukkan produktivitas kerjanya dengan baik.

Berangkat dari konsep Hersey (dalam Sumidjo, 2002:99) yang

menyatakan dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas manajerial

diperlukan tiga macam bidang keterampilan, yaitu : technical, human

dan conceptual. Dengan memiliki ketiga keterampilan dasar tersebut di

2

atas, Kepala Sekolah dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya

sesuai dengan ketentuan, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan

yang bermutu. Maka dari itu kemampuan manajerial Kepala Sekolah

ditandai oleh kemampuan untuk mengambil keputusan (decision

making) dan tindakan secara tepat, akurat dan relevan. Ketiga

kemampuan manajerial Kepala Sekolah tersebut ditandai dengan

kemampuan dalam merumuskan program kerja, mengkoordinasikan

pelaksanaan program kerja, baik dengan dewan guru maupun dengan

yang lainnya yang terkait dalam pendidikan suatu kemampuan dalam

melakukan evaluasi terhadap program kerja sekolah yang telah

dilaksanakan. Penerapan kemampuan manajerial Kepala Sekolah di

atas, pada akhirnya akan tertuju pada penyelenggaraan dan

pencapaian mutu pendidikan.

Pernyataan di atas memberikan gambaran bahwa seorang

pimpinan harus mampu mengarahkan dan sekaligus mempengaruhi

berbagai aktivitas yang berkaitan dengan tugas para anggotanya

(guru) yang ada di bawahnya. Berkenaan dengan Penulisan ini, maka

kemampuan tersebut sangat diperlukan. Maksudnya bahwa

kemampuan mengarahkan dan mempengaruhi anggotanya adalah

berkaitan dengan bagaimana seorang kepala sekolah mampu menjalin

suatu budaya sekolah dengan cara menanamkan nilai-nilai yang

dikembangkan di sekolah, tentunya tidak dapat dilepaskan dari

3

keberadaan sekolah itu sendiri sebagai organisasi pendidikan, yang

memiliki peran dan fungsi untuk berusaha mengembangkan,

melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada para siswanya.

Banyak masalah mutu yang dihadapi dalam dunia pendidikan

seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan dan

guru, mutu profesionalisme dan kinerja guru. Mutu-mutu tersebut

terkait dengan mutu manajerial para pimpinan pendidikan.

Keterbartasan dana, sarana prasarana, fasilitas pendidikan, media,

sumber belajar, alat dan bahan latihan, iklim sekolah. lingkungan

pendidikan serta dukungan dari pihak-pihak yang terkait dengan

pendidikan. Memang semua kelemahan mutu dari komponen-

komponen pendidikan tersebut akhirnya berujung pada rendahnya

mutu lulusan.

Sejalan dengan hal tersebut Ikke Dewi Sartika (2002:8)

mengemukakan bahwa :

"Kualitas pada dasarnya dapat berupa kemampuan, barang, dan pelayanan, kualitas pendidikan dapat menunjuk kepada kualitas proses dan kualitas hasil (produk). Suatu pendidikan dapat bermutu dari segi proses (yang sudah barang tentu amat dipengaruhi kualitas masukannya) jika proses belajar mengajar berlangsung secara efektif, dan, peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan juga memperoleh pengetahuan yang berguna baik bagi dirinya maupun bagi orang lain (functional knowledge) yang ditunjang secara wajar oleh sumber daya (manusia, dana, sarana dan prasarana).”

4

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk

mengadakan Penulisan tentang “Upaya Kepala Sekolah dalam

Pengembangan Kinerja Sekolah Bermutu di Sekolah Dasar Negeri

Ciela 1 Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut”

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah penulisan

yang disajikan dalam topik ini dirumuskan sebagai berikut:

“Bagaimanakah upaya Kepala Sekolah dalam Pengembangan Kinerja

Sekolah Bermutu di SD Negeri 1 Ciela Kecamatan Bayongbong

Kabupaten Garut”.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan Penulisan ini adalah untuk mengetahui gambaran

tentang Upaya Kepala Sekolah dalam Pengembangan Kinerja Sekolah

Bermutu di SD Negeri 1 Ciela Kecamatan Bayongbong Kabupaten

Garut.

1.4 Kegunaan Penulisan

Diadakannya Penulisan tentang Upaya Kepala Sekolah dalam

pengembangan kinerja sekolah bermutu berkaitan erat dengan teori

manajerial serta pengembangan kinerja sekolah bermutu. Oleh karena

5

itu, Penulisan ini diharapkan akan mempunyai kegunaan baik dari

segi teoritis maupun segi praktis sebagai berikut :

1.4.1Kegunaan Teoritis

Dalam Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan

pengetahuan bagi peneliti di bidang manajerial dan pengembangan

kinerja sekolah bermutu, sehingga Penulisan ini akan menjadi bahan

lebih lanjut baik bagi peneliti maupun bagi guru-guru pada SD Negeri 1

Ciela Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut yang membutuhkan

guna mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Hasil Penulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan

kepada Kepala Sekolah dalam upaya meningkatkan mutu sekolah

pada SD Negeri 1 Ciela Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut.

6

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Peran Kepala Sekolah

Dinas Pendidikan telah menetapkan bahwa kepala sekolah

harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator;

manajer; administrator; dan supervisor (EMAS). Dalam

perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat

dan perkembangan zaman kepala sekolah juga harus mampu

berperan sebagai edukator, innovator, dan motivator di sekolahnya.

Dengan demikian dalam paradigma baru manajemen pendidikan,

kepala sekolah sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai edukator,

manajer, administrator, supervisor, leader, innovator motivator

(EMASLIM).

A. Kepala Sekolah sebagai Educator (Pendidik)

Dalam melakukan fungsinya sebagai educator, kepala sekolah

harus memiliki strategi yang tepat untuk rneningkatkan

profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan

iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga

sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan,

serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti team

7

teaching, moving class, dan mengadakan program akselerasi

(acceleration) bagi peserta didik.

Sumidjo (1999:122) mengemukakan bahwa memahami arti

pendidik tidak cukup berpegang pada konotasi yang terkandung

dalam definisi pendidik, melainkan harus dipelajari keterkaitannya

dengan makna pendidikan, sarana pendidikan, dan bagaimana

strategi pendidikan itu dilaksanakan.

Untuk itu, kepala sekolah harus berusaha melengkapi sarana,

prasarana, dan sumber belajar agar dapat memberi kemudahan

kepada para guru dalam melaksanakan tugas utamanya, mengajar.

Mengajar dalam arti memberikan kemudahan belajar bagi peserta

didik (facilitate of learning).

Pembinaan fisik; yaitu membina para tenaga kependidikan

tentang hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan,

kesehatan dan penampilan mereka secara lahiriah.

Pembinaan artistik; yaitu membina tenaga kependidikan tentang

hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni dan

keindahan. Hal ini biasanya dilakukan melalui kegiatan karyawisata

yang bisa dilaksanakan setiap akhir tahun ajaran.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam

meningkatkan kinerjanya sebagai educator, khususnya dalam

8

peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta

didik dapat dideskripsikan sebagai berikut.

Pertama; mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-

penataran, untuk menambah wawasan para guru. Kepala sekolah

juga harus memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Kedua; kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim

evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja,

kemudiaan hasilnya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan di

papan pengumuman.

Ketiga; menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah,

dengan cara mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri

pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan, serta

memanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk kepentingan

pembelajaran.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor

0296/U/1996, merupakan landasan penilaian kinerja kepala sekolah.

Kepala sekolah sebagai educator harus memiliki kemampuan untuk

membimbing guru, membimbing tenaga kependidikan nonguru,

membimbing peserta didik, mengembangkan tenaga kependidikan,

mengikuti perkembangan iptek dan memberi contoh mengajar.

9

B. Kepala Sekolah sebagai Manajer

Manajemen pada hakekatnya merupakan suatu proses

merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan

mengendalikan usaha para anggota organisasi serta

mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya organisasi dalam

rangka mencapai tujan yang telah ditetapkan. Dikatakan suatu

proses, karena semua manajer dengan ketangkasan dan

keterampilan yang dimilikinya mengusahakan dan mendayagunakan

berbagai kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan.

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer,

kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk

memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau

kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan

untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh

tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang

program sekolah.

Pertama; memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja

sama atau kooperatif dimaksudkan bahwa dalam peningkatan

profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah

harus mementingkan kerja sama dengan tenaga kependidikan dan

pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan. Sebagai

manajer kepala sekolah harus mau dan mampu mendayagunakan

10

seluruh sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi

dan mencapai tujuan. Kepala sekolah harus mampu bekerja melalui

orang lain (wakil-wakilnya), serta berusaha untuk senantiasa

mempertanggung jawabkan setiap tindakan. Kepala sekolah harus

mampu menghadapi berbagai persoalan di sekolah, berpikir secara

analitik dan konseptual, dan harus senantiasa berusaha untuk

menjadi juru penengah dalam memecahkan berbagai masalah yang

dihadapi oleh para tenaga kependidikan yang menjadi bawahannya,

serta berusaha untuk mengambil keputusan yang memuaskan bagi

semua.

Kedua, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan

untuk meningkatkan profesinya, sebagai manajer kepala sekolah

harus meningkatkan profesi secara persuasif dan dari hati ke hati.

Ketiga, mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan,

dimaksudkan bahwa kepala harus berusaha untuk mendorong

keterlibatan semua tenaga kependidikan dalanm setiap kegiatan di

sekolah (partisipatif).

Asas tujuan, bertolak dari anggapan bahwa kebutuhan tenaga

kependidikan akan harga dirinya mungkin dicapai dengan turut

menyumbang pada suatu tujuan yang lebil tinggi.

11

Asas keunggulan, bertolak dari anggapan bahwa setiap tenaga

kependidikan membutuhkan kenyamanan serta harus memperoleh

kepuasan dan memperoleh penghargaan pribadi.

Asas mufakat, dalam hal ini kepala sekolah harus mampu

menghimpun gagasan bersama serta membangkitkan tenaga

kependidikan untuk berpikir kreatif dalam melaksanakan tugasnya.

Asas kesatuan, dalam hal ini kepala sekolah harus menyadari

bahwa tenaga kependidikan tidak ingin dipisahkan dari tanggung

jawabnya. Oleh karena itu, kepala sekolah harus berusaha untuk

menjadikan tenaga kependidikan sebagai pengurus upaya-upaya

pengembangan sekolah.

Asas persatuan, kepala sekolah harus mendorong para tenaga

kependidikan untuk meningkatkan profesionalismenya dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan sesuai

dengan visi dan misi sekolah.

Asas empirisme, kepala sekolah harus mampu bertindak

berdasarkan atas nilai dan angka-angka yang menunjukkan prestasi

para tenaga kependidikan, karena data yang memuat semua

komponen sekolah memegang peranan yang sangat penting.

Asas keakraban, kepala sekolah harus berupaya menjaga

keakraban dengan para tenaga kependidikan, agar tugas-tugas dapat

dilaksanakan dengan lancar.

12

Asas integritas, kepala sekolah harus memandang bahwa peran

kepemimpinannya merupakan suatu komponen kekuasaan untuk

menciptakan dan memobilisasi energi seluruh tenaga kependidikan

untuk melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-

baiknya.

Sesuai dengan yang ditetapkan dalam penilaian kinerja kepala

sekolah, kepala sekolah harus memiliki kemarnpuan dalam

melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya dengan baik, yang

diwujudkan dalam kemampuan menyusun program sekolah,

organisasi personalia, memberdayakan tenaga kependidikan, dan

mendayagunakan sumber daya sekolah secara optimal.

Kemampuan menyusun program sekolah harus diwujudkan

dalam (1) pengembangan program jangka panjang, baik program

akademis maupun nonakademis, yang dituangkan dalam kurun waktu

lebih dari lima tahun; (2) pengembangan program jangka menengah,

baik program akademis maupun nonakademis, yang dituangkan

dalam kurun waktu tiga sampai lima tahun; (3) pengembangan

program jangka pendek, baik program akademis maupun

nonakademis, yang dituangkan dalam kurun waktu satti tahun

(program tahunan), termasuk pengembangan rencana anggaran

pendapatan belanja sekolah (RAPBS) dan Anggaran Biaya Sekolah

(ABS).

13

Kemampuan menyusun organisasi personalia sekolah harus

diwujudkan dalam pengembangan susunan personalia sekolah;

pengembangan susunan personalia pendukung, seperti pengelola

laboratorium, perpustakaan, dan pusat sumber belajar (PSB); serta

penyusunan kepanitiaan untuk kegiatan temporer, seperti panitia

penerimaan peserta didik baru (PSB), panitia ujian, dan panitia

peringatan hari-hari besar keagamaan.

Kemampuan memberdayakan tenaga kependidikan di sekolah

harus diwujudkan dalam pemberian arahan secara dinamis,

pengkoordinasian tenaga kependidikan dalam pelaksanaan tugas,

pemberian hadiah (reward) bagi mereka yang berprestasi, dan

pemberian hukuman (punisment) bagi yang kurang disiplin dalam

melaksanakan tugas.

Kemampuan mendayagunakan sumber daya sekolah, yang

harus diwujudkan dalam pendayagunaan serta perawatan sarana dan

prasarana sekolah, pencatatan berbagai kinerja tenaga kependidikan,

dan pengembangan program peningka-tan profesionalisme.

C. Kepala Sekolah sebagai Administrator

Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang

sangat sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan

administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan

pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala

14

sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum,

mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi

personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola

administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan.

Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar

dapat menunjang produktivitas sekolah. Untuk itu, kepala sekolah

harus mampu menjabarkan kemampuan di atas dalam tugas-tugas

operasional sebagai berikut.

Kemampuan mengelola kurikulum harus diwujudkan dalam

penyusunan kelengkapan data administrasi pembelajaran;

penyusunan kelengkapan data administrasi bimbingan konseling;

penyusunan kelengkapan data administrasi kegiatan praktikum; dan

penyusunan kelengkapan data administrasi kegiatan belajar peserta

didik di perpustakaan.

Kemampuan mengelola administrasi peserta didik harus

diwujudkan dalam penyusunan kelengkapan data administrasi peserta

didik; penyusunan kelengkapan data administrasi kegiatan

ekstrakurikuler; dan penyusunan kelengkapan data administrasi

hubungan sekolah dengan orang tua peserta didik.

Kemampuan mengelola administrasi personalia harus

diwujudkan dalam pengembangan kelengkapan data administrasi

tenaga guru; serta pengembangan kelengkapan data administrasi

15

tenaga kependidikan nonguru, seperti pustaka-wan, laporan, pegawai

tata usaha, penjaga sekolah, dar teknisi.

Kemampuan mengolola administrasi sarana dan prasarana

harus diwujudkan dalam pengembangan kelengkapan data

administrasi gedung dan ruang; pengernbangan data administrasi

meubeler; pengernbangan kelengkapan data administrasi alat mesin

kantor (AMK); pengernbangan kelengkapan datj administrasi buku

atau bahan pustaka; pengembangai kelengkapan data administrasi

alat laboratorium; serta pengernbangan kelengkapan data

administrasi alat bengkel dan workshop.

Kemampuan mengelola administrasi kearsipan harus,

diwujudkan dalam pengernbangan kelengkapan data administrasi

surat masuk; pengembangan kelengkapan data administrasi surat ke

luar; pengembangan kelengkapan data admitrasi surat keputusan;

dan pengembangan kelengkapan dati administrasi surat edaran.

Kemampuan mengelola administrasi keuangan harus

diwujudkan dalam pengembangkan administrasi keuangan rutin;

pengembangan administrasi keuangan yang bersumber dari

masyarakat dan orang tua peserta didik; pengembangani!

administrasi keuangan yang bersumber dari pemerintah,: yakni uang

yang harus dipertanggungjawabkan (UYHD), dan) dana bantuan

operasional (DBO); pengembangan proposal untuk mendapatkan

16

bantuan keuangan, seperti hibah atau block grant; dan

pengembangan proposal untuk mencari berbagai kemungkinan dalam

mendapatkan bantuan keuangan dari berbagai pihak yang tidak

mengikat.

Dalam melaksanakan tugas-tugas di atas, kepala sekolal

sebagai administrator, khususnya dalam meningkatkan kinerja dan

produktivitas sekolah, dapat dianalisis berdasarkan beberapa

pendekatan, baik pendekatan sifat, pendekatan, perilaku, maupun

pendekatan situasional. Dalam hal ini, kepala sekolah harus mampu

bertindak situasional, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

Meskipun demikian pada hakekatnya kepala sekolah harus lebih

mengutamakan tugas (task oriented), agar tugas-tugas yang diberikan

kepada setiap tenaga kependidikan bisa dilaksanakan dengan sebaik-

baiknya. Di samping berorientasi terhadap tugas, kepala sekolah juga

harus menjaga hubungan kemanusiaan dengan para sfatnya, agar

setiap tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas dengan baik,

tetapi mereka tetap merasa senang dalam melakukan tugasnya.

Dengan demikian, efektivitas kerja kepala sekolah bergantung pada

tingkat pembauran antara gaya kepemimpinan dengan tingkat

menyenangkan dalam situasi tertentu, ketika para tenaga

kependidikan melakukan tugas-tugas yang diembankan kepadanya.

17

Pendekatan kepemimpinan kepala sekolah tidak akan terlepas

dari perilaku yang diciptakan yaitu paternalistik, kepatuhan semu,

kemandirian dalam bekerja lemah, konsensus, dan menghindar.

Perilaku paternalistik dalam kepemimpinan memunculkan sikap dan

keengganan bawahan untuk mengungkapkan pikiran, pendapat serta

kritik terhadap atasan karena khawatir dianggap menentang atasan,

dominasi atasan terhadap bawahan sangat kuat, sehingga bila

muncul gagasan pembaharuan dari bawah seringkali dianggap

sebagai tantangan terhadap kebijakan pemimpin.

Perilaku kepatuhan semu dalam kepemimpinan kepala sekolah

merupakan pengaruh paternalistik selama kepala sekolah menduduki

posisi pimpinan, loyalitas dan rasa hormat terhadap pribadi kepala

sekolah tinggi, tetapi dapat hilang setelah kepala sekolah tersebut

tidak lagi tidak lagi menjadi pemimpin di sekolah, atau kepala sekolah

tersebut diganti atau mengalami rotasi, maka segala rasa hormat

akan hilang bersama jabatannya. Dalam pendekatan kepatuhan semu

ini sumber daya manusia sering digunakan secara tidak efektif.

Perilaku kemandirian kurang karena telah terkondisi kebiasaan

menunggu perintah dan instruksi atasan (pengarahan) sehingga

inisiatif, kreatif dan tanggung jawab kurang bagi bawahan. Perilaku

konsensus merupakan produk musyawarah atas dasar gotong

royong, tetapi dalam kenyataannya sering dimanipulasi menjadi arena

18

penggarapan, kalau perlu dengan tekanan. Ini biasanya dilakukan

secara informal atau di luar forum resmi sehingga forum resmi hanya

tinggal mengukuhkan saja.

Perilaku menghindar sering juga disebut dengan tidak

konsekwen menghadapi kenyataan. Perilaku menghindar ini;

menghasilkan sikap yang tidak sejalan antara kata dengan perbuatan,

yang muncul dalam tanya jawab ditandai dengan pengutaraan yang

melingkar dan tidak pada masalah pokok. Perilaku ini seringkali

menimbulkan masalah komunikasi, seperti salah pengertian antara

pemimpin dengan bawahan. Respons pengikut terhadap atasannya

tergantung tingkat kematangan, bawahan yang tingkat

kematangannya rendah cenderung tidak mampu dan tidak mau,

sedangkan bawahan dalam tingkat kematangannya sedang

cenderung tidak mampu tetapi mau. Bawahan yang tingkat

kematangannya tinggi cenderung memiliki kemampuan tetapi kurang

memiliki kemauan dalam melakukan sesuatu.

Kepala sekolah hendaknya terbuka tetapi tetap menjaga jarak

dengan para tenaga kependidikan, agar mereka dapat

mengemukakan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam

melaksanakan tugasnya sebagai tenaga kependidikan. Dengan

demikian, setiap permasalahan yang dihadapi oleh para tenaga

kependidikan dapat segera diselesaikan dan dipecahkan bersama,

19

sehingga tidak ada masalah yang berlarut-larut dan mengganggu

tugas utama yang harus dikerjakan.

Pada umumnya kepala sekolah menggunakan gaya gabungan

antara pembagian tugas dan hubungan manusiawi. Pembagian tugas

merupakan strategi kepala sekolah yang lebih mengutamakan setiap

tugas dapat dilaksanakan dengan baik oleh masing-masing tenaga

kependidikan, sedangkan gaya hubungan manusiawi lebih

mengutamakan pemeliharaan manusiawi dengan masing-masing

tenaga kependidikan.

D. Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka

mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga

seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian

efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu

tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi

pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Sergiovani dan

Starrat (1993) menyatakan bahwa "Supervision is a process designed

to help teacher and supervisor leam more about their practice; to

better able to use their knowledge ang skills to better serve parents

and schools; and to make the school a more effective learning

community".

20

Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala

sekolah yang berperan sebagai supervisor, tetapi dalam sistem

organisasi pendidikan modern diperlukan supervisor khusus yang

lebih independent, dan dapat meningkatkan objektivitas dalam

pembinaan dan pelaksanaan tugasnya.

Salah satu supervisi akademik yang populer adalah supervisi

klinis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Supervisi diberikan berupu bantuan (bukan perintah), sehingga

inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan.

2. Aspek yang disupervisi berclasarkan usul guru, yang dikaji

bersama kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan

kesepakatan.

3. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh

guru dan kepala sekolah.

4. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan

mendahulukan interprctasi guru.

5. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka,

dan supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab

pertanyaan guru daripada memberi saran dan peiigarahan.

6. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan

awal, pengamatan, dan umpan balik.

21

7. Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai

supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positip sebagai

hasil pembinaan.

8. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan

suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah.

Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan; dalam

kemampuan menyusun, dan melaksanakan program supervisi

pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya. Dalam pelaksanaannya,

kepala sekolah sebagai supervisor harus memperhatikan prinsip-

prinsip: (1) hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hirarkhis, (2)

dilaksanakan secara demokratis, (3) berpusat pada tenaga

kependidikan (guru), (4) dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga

kependidikan (guru), (5) merupakan bantuan profesional.

Kepala sekolah sebagai supervisor dapat dilakukan secara

efektif antara lain melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas,

pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran.

Diskusi Kelompok. Diskusi kelompok merupakan suatu kegiatan

yang dilakukan bersama guru-guru dan bisa juga melibatkan tenaga

administrasi, untuk memecahkan berbagai masalah di sekolah, dalam

mencapai suatu keputusan. Banyak masalah yang dipecahkan dalam

diskusi kelompok, seperti peningkatan kemampuan tenaga

22

kependidikan, dan masalah-masalah hasil temuan kepala sekolah

pada kegiatan observasi di dalam atau di luar kelas.

Kunjungan kelas. Kunjungan kelas dapat digunakan oleh kepala

sekolah sebagai salah satu teknik untuk mengamati kegiatan

pembelajaran secara langsung. Kunjungan kelas merupakan teknik

yang sangat bermanfaat untuk mendapatkan inforniasi secara

langsung tcntang berbagai hal yang berkaitan dengan profesionalisme

guru dalam melaksanakan tugas pokoknya mengajar; terutama dalam

pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran, media yang

digunakan oleh guru dalam pembelajaran, dan keterlibatan peserta

didii dalam pembelajaran, serta mengetahui secara langsunl

kemampuan peserta didik dalam menangkap materi yangj diajarkan.

Pembicaraan Individual. Pembicaraan individual merupakan

teknik bimbingan dan konseling, yang dapat digunakanf oleh kepala

sekolah untuk memberikan konseling kepadaj guru, baik berkaitan

dengan kegiatan pembelajaran maupun masalah yang menyangkut

profesionalisme guru.

Simulasi Pembelajaran. Simulasi pembelajaran meru pakan

suatu teknik supervisi berbentuk demonstrasi pembelajaran yang

dilakukan oleh kepala sekolah, sehingga guru dapat menganalisa

penampilan yang diamatinya sebagai instrospeksi diri, walaupun

sebelumbya tidak ada cara mengajar yang paling baik.

23

Pada prinsipnya setiap tenaga kependidikan (guru) harus

disupervisi secara periodik dalam melaksanakan tugasnya. jika jumlah

guru cukup banyak, maka kepala sekolah dapat meminta bantuan

wakilnya atau guru senior untuk membantu melaksanakan supervisi.

E. Kepala Sekolah sebagai Leader

Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan

petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga

kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan

tugas. Wahjosumijo (1999: 110) mengemukakan bahwa kepala

sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang

mencakup kepribadian, keahlian dasar, pegalaman dan pengetahuan

profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.

Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai

leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap

tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil

keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.

Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin

dalam sifat-sifat jujur, (2) percaya diri, (3) tanggung jawab, (4) berani

mengambil resiko dan keputusan, (5) berjiwa besar, (6) emosi yang

stabil, (7) teladan.

24

Pengetahuan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikan

akan tercermin dalam kemampuan (1) memahami kondisi tenaga

kependidikan (guru dan nonguru), (2) memahami kondisi dan

karakteristik peserta didik, (3) menyusun program pengembangan

tenaga kependidikan, (4) menerima masukan, saran dan kritikan dari

berbagai pihak untuk meningkatkan kepemimpinannya.

Pemahaman terhadap visi dan misi sekolah akan tercermin dari

kemampuannya untuk: (1) mengembangkan visi sekolah; (2)

mengembangkan misi sekolah, dan (3) melaksanakan program untuk

mewujudkan visi dan misi ke dalam tindakan.

Kemampuan mengambil keputusan akan tercermin dari

kemampuannya dalam: (1) mengambil keputusan bersama tenaga

kependidikan di sekolah, (2) mengambil keputusan untuk kepentingan

internal sekolah, dan (3) mengambil keputusan untuk kepentingan

eksternal sekolah.

Kemampuan berkomunikasi akan tercermin dari kemampuannya

untuk (1) berkomunikasi secara lisan dengan tenaga kependidikan di

sekolah, (2) menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan, (3)

berkomuikasi secara lisan dengan peserta didik, (4) berkomunikasi

secara lisan dengan orang tua dan masyarakat sekitar lingkungan

sekolah.

25

F. Kepala Sekolah sebagai Innovator

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai

innovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk

menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan mencari

gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan

teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan

mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.

Kepala sekolah sebagai innovator akan tercermin dari cara-cara

ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif kreatif, delegatif,

integratif, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta

adaptabel dan fleksibel.

Kepala sekolah sebagai innovator harus mampu mencari,

menemukan, dan melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah.

Gagasan baru tersebut misalnya moving class.

G. Kepala Sekolah sebagai Motivator

Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang

tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan

dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat

ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan

suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan

26

penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat

Sumber Belajar (PSB).

Peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan harus

dimulai dengan sikap demokratis. Oleh karena itu, dalam membina

disiplin para tenaga kependidikan kepala sekolah harus berpedoman

pada filar demokratis, yakni dari, oleh dan untuk tenaga kependidikan,

sedangkan kepala sekolah tut wuri handayani.

Terdapat beberapa prinsip yang dapat diterapkan kepala

sekolah untuk mendorong tenaga kependidikan agar mau dan mampu

meningkatkan profesionalismenya. Prinsip-prinsip tersebut adalah:

1. Para tenaga kependidikan akan bekerja lebih giat apabila kegiatan

yang dilakukannya menarik, dan menyenangkan.

2. Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan

kepada para tenaga kependidikan sehingga mereka mengetahui

tujuan dia bekerja. Para tenaga kependidikan juga dapat dilibatkan

dalam penyusunan tujuan tersebut.

3. Para tenaga kependidikan harus selalu diberitahu tentang hasil

dari setiap pekerjaannya.

4. Pemberian hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-

waktu hukuman juga diperlukan.

5. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan

dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa

27

aman, menunjukan bahwa kepala sekolah memperhatikan

mereka, mengatur pengalaman sedemikian rupa sehingga setiap

pegawai pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan.

Penghargaan. Penghargaan (rewards) ini sangat penting untuk

meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan, dan untuk

mengurangi kegiatan yang kurang produktif. Melalui penghargaan

ini para tenaga kependidikan dapat dirangsang untuk

meningkatkan profesionalisme kerjanya secara positif dan

produktif.

2.2 Mutu Pendidikan

Dalam rangka umum mutu mengandung makna derajat (tingkat)

keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang

maupun jasa; baik yang tangible maupun yang intangible. Dalam

konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada

proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam "proses pendidikan"

yang bermutu terlibat berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif,

afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan

guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana

dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif.

Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensinkronkan

berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam

28

interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana

pendukung di kelas maupun di luar kelas; baik konteks kurikuler

maupun ekstrakurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang akademis

maupun yang non-akademis dalam suasana yang mendukung proses

pembelajaran. Mutu dalam konteks "hasil pendidikan" mengacu pada

prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu

(apakah tiap akhir cawu, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10

tahun). Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student

achievement) dapat berupa hasil test kemampuan akademis (misalnya

UN atau UAN). Dapat pula prestasi di bidang lain seperti prestasi di

suatu cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu

misalnya : komputer, beragam jenis teknik, jasa. Bahkan prestasi

sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible)

seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan,

dsb.

Antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling

berhubungan. Akan tetapi agar proses yang baik itu tidak salah arah,

maka mutu dalam artian hasil (ouput) harus dirumuskan lebih dahulu

oleh sekolah, dan harus jelas target yang akan dicapai untuk setiap

tahun atau kurun waktu lainnya. Berbagai input dan proses harus

selalu mengacu pada mutu-hasil (output) yang ingin dicapai. Dengan

kata lain tanggung jawab sekolah dalam school based quality

29

improvement bukan hanya pada proses, tetapi tanggung jawab

akhirnya adalah pada hasil yang dicapai . Untuk mengetahui

hasil/prestasi yang dicapai oleh sekolah ' terutama yang menyangkut

aspek kemampuan akademik atau "kognitif" dapat dilakukan

benchmarking (menggunakan titik acuan standar,). Evaluasi terhadap

seluruh hasil pendidikan pada tiap sekolah baik yang sudah ada

patokannya (benchmarking) maupun yang lain (kegiatan ekstra-

kurikuler) dilakukan oleh individu sekolah sebagai evaluasi diri dan

dimanfaatkan untuk memperbaiki target mutu dan proses pendidikan

tahun berikutnya. Dalam hal ini RAPBS harus merupakan penjabaran

dari target mutu yang ingin dicapai dan skenario bagaimana

mencapainya.

Kerangka kerja dalam manajemen peningkatan mutu diharapkan

sekolah dapat bekerja dalam koridor-koridor tertentu antara lain

sebagai berikut ;

1. Sumber daya; sekolah harus mempunyai fleksibilitas dalam

mengatur semua sumber daya sesuai dengan kebutuhan setempat.

Selain pembiayaan operasional/administrasi, pengelolaan

keuangan harus ditujukan untuk : (1) memperkuat sekolah dalam

menentukan dan mengalolasikan dana sesuai dengan skala

prioritas yang telah ditetapkan untuk proses peningkatan mutu, (2)

30

pemisahan antara biaya yang bersifat akademis dari proses

pengadaannya, dan (3) pengurangan kebutuhan birokrasi pusat.

2. Pertanggung-jawaban (accountability); sekolah dituntut untuk

memilki akuntabilitas baik kepada masyarakat maupun pemerintah.

Hal ini merupakan perpaduan antara komitment terhadap standar

keberhasilan dan harapan/tuntutan orang tua/masyarakat.

Pertanggung-jawaban (accountability) ini bertujuan untuk

meyakinkan bahwa dana masyarakat dipergunakan sesuai dengan

kebijakan yang telah ditentukan dalam rangka meningkatkan

kualitas pendidikan dan jika mungkin untuk menyajikan informasi

mengenai apa yang sudah dikerjakan. Untuk itu setiap sekolah

harus memberikan laporan pertanggung-jawaban dan

mengkomunikasikannya kepada orang tua/masyarakat dan

pemerintah, dan melaksanakan kaji ulang secara komprehensif

terhadap pelaksanaan program prioritas sekolah dalam proses

peningkatan mutu.

3. Kurikulum; berdasarkan kurikulum standar yang telah ditentukan

secara nasional, sekolah bertanggung jawab untuk

mengembangkan kurikulum baik dari standar materi (content) dan

proses penyampaiannya. Melalui penjelasan bahwa materi tersebut

ada mafaat dan relevansinya terhadap siswa, sekolah harus

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan melibatkan

31

semua indera dan lapisan otak serta menciptakan tantangan agar

siswa tumbuh dan berkembang secara intelektual dengan

menguasai ilmu pengetahuan, terampil, memilliki sikap arif dan

bijaksana, karakter dan memiliki kematangan emosional. Ada tiga

hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini yaitu;

1. Pengembangan kurikulum tersebut harus memenuhi kebutuhan

siswa.

2. Bagaimana mengembangkan keterampilan pengelolaan untuk

menyajikan kurikulum tersebut kepada siswa sedapat mungkin

secara efektif dan efisien dengan memperhatikan sumber daya

yang ada.

3. Pengembangan berbagai pendekatan yang mampu mengatur

perubahan sebagai fenomena alamiah di sekolah.

Untuk melihat progres pencapain kurikulum, siswa harus dinilai

melalui proses test yang dibuat sesuai dengan standar nasional

dan mencakup berbagai aspek kognitif, affektif dan psikomotor

maupun aspek psikologi lainnya. Proses ini akan memberikan

masukan ulang secara obyektif kepada orang tua mengenai anak

mereka (siswa) dan kepada sekolah yang bersangkutan maupun

sekolah lainnya mengenai performan sekolah sehubungan dengan

proses peningkatan mutu pendidikan.

32

4. Personil sekolah; sekolah bertanggung jawab dan terlibat dalam

proses rekrutmen (dalam arti penentuan jenis guru yang

diperlukan) dan pembinaan struktural staf sekolah (kepala sekolah,

wakil kepala sekolah, guru dan staf lainnya). Sementara itu

pembinaan profesional dalam rangka pembangunan

kapasitas/kemampuan kepala sekolah dan pembinaan

keterampilan guru dalam pengimplementasian kurikulum termasuk

staf kependidikan lainnya dilakukan secara terus menerus atas

inisiatif sekolah. Untuk itu birokrasi di luar sekolah berperan untuk

menyediakan wadah dan instrumen pendukung. Dalam konteks ini

pengembangan profesioanl harus menunjang peningkatan mutu

dan pengharhaan terhadap prestasi perlu dikembangkan.

Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah memberikan

kewenangan kepada sekolah untuk mengkontrol sumber daya

manusia, fleksibilitas dalam merespon kebutuhan masyarakat,

misalnya pengangkatan tenaga honorer untuk keterampilan yang

khas, atau muatan lokal. Demikian pula mengirim guru untuk

berlatih di institusi yang dianggap tepat.

Konsekwensi logis dari itu, sekolah harus diperkenankan untuk:

1. Mengembangkan perencanaan pendidikan dan prioritasnya

didalam kerangka acuan yang dibuat oleh pemerintah.

33

2. Memonitor dan mengevaluasi setiap kemajuan yang telah

dicapai dan menentukan apakah tujuannya telah sesuai

kebutuhan untuk peningkatan mutu.

3. Menyajikan laporan terhadap hasil dan performannya kepada

masyarakat dan pemerintah sebagai konsumen dari layanan

pendidikan (pertanggung jawaban kepada stake-holders).

Uraian tersebut di atas memberikan wawasan pemahaman

kepada kita bahwa tanggung jawab peningkatan kualitas

pendidikan secara mikro telah bergeser dari birokrasi pusat ke unit

pengelola yang lebih dasar yaitu sekolah. Dengan kata lain,

didalam masyarakat yang komplek seperti sekarang dimana

berbagai perubahan yang telah membawa kepada perubahan tata

nilai yang bervariasi dan harapan yang lebih besar terhadap

pendidikan terjadi begitu cepat, maka diyakini akan disadari bahwa

kewenangan pusat tidak lagi secara tepat dan cepat dapat

merespon perubahan keinginan masyarakat tersebut.

Kondisi ini telah membawa kepada suatu kesadaran bahwa

hanya sekolah yang sekolah yang dikelola secara efektiflah

(dengan manajemen yang berbasis sekolah) yang akan mampu

merespon aspirasi masyarakat secara tepat dan cepat dalam hal

mutu pendidikan.

34

Institusi pusat memiliki peran yang penting, tetapi harus mulai

dibatasi dalam hal yang berhubungan dengan membangun suatu

visi dari sistem pendidikan secara keseluruhan, harapan dan

standar bagi siswa untuk belajar dan menyediakan dukungan

komponen pendidikan yang relatif baku atau standar minimal.

Konsep ini menempatkan pemerintah dan otorits pendiidikan

lainnya memiliki tanggung jawab untuk menentukan kunci dasar

tujuan dan kebijakan pendidikan dan memberdayakan secara

bersama-sama sekolah dan masyarakat untuk bekerja di dalam

kerangka acuan tujuan dan kebijakan pendidikan yang telah

dirumuskan secara nasional dalam rangka menyajikan sebuah

proses pengelolaan pendidikan yang secara spesifik sesuai untuk

setiap komunitas masyarakat.

Jelaslah bahwa konsep manajemen peningkatan mutu

berbasis sekolah ini membawa isu desentralisasi dalam

manajemen (pengelolaan) pendidikan dimana birokrasi pusat

bukan lagi sebagai penentu semua kebijakan makro maupun mikro,

tetapi hanya berperan sebagai penentu kebijakan makro, prioritas

pembangunan, dan standar secara keseluruhan melalui sistem

monitoring dan pengendalian mutu. Konsep ini sebenarnya lebih

memfokuskan diri kepada tanggung jawab individu sekolah dan

masyarakat pendukungnya untuk merancang mutu yang diinginkan,

35

melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya, dan secara terus

menerus mnyempurnakan dirinya. Semua upaya dalam

pengimplementasian manajemen peningkatan mutu berbasis

sekolah ini harus berakhir kepada peningkatan mutu siswa

(lulusan).

Sementara itu pendanaan walaupun dianggap penting dalam

perspektif proses perencanaan dimana tujuan ditentukan,

kebutuhan diindentifikasikan, kebijakan diformulasikan dan prioritas

ditentukan, serta sumber daya dialokasikan, tetapi fokus perubahan

kepada bentuk pengelolaan yang mengekspresikan diri secara

benar kepada tujuan akhir yaitu mutu pendidikan dimana berbagai

kebutuhan siswa untuk belajar terpenuhi. Untuk itu dengan

memperhatikan kondisi geografik dan sosiekonomik masyarakat,

maka sumber daya dialokasikan dan didistribusikan kepada

sekolah dan pemanfaatannya dipercayakan kepada sekolah sesuai

dengan perencanaan dan prioritas yang telah ditentukan oleh

sekolah tersebut dan dengan dukungan masyarakat. Pedoman

pelaksanaan peningkatan mutu kalaupun ada hanya bersifat umum

yang memberikan rambu-rambu mengenai apa-apa yang

boleh/tidak boleh dilakukan. Secara singkat dapat ditegaskan

bahwa akhir dari itu semua bermuara kepada mutu pendidikan.

Oleh karena itu sekolah-sekolah harus berjuang untuk menjadi

36

pusat mutu (center for excellence) dan ini mendorong masing-

masing sekolah agar dapat menentukan visi dan misi nya utnuk

mempersiapkan dan memenuhi kebutuhan masa depan siswanya.

5. Strategi pelaksanan di tingkat sekolah

Dalam rangka mengimplementasikan konsep manajemen

peningkatan mutu yang berbasis sekolah ini, maka melalui

partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru dan staf

lainnya termasuk institusi yang memliki kepedulian terhadap

pendidikan sekolah harus melakukan tahapan kegiatan sebagai

berikut :

1. Penyusunan basis data dan profil sekolah lebih presentatif,

akurat, valid dan secara sistimatis menyangkut berbagai aspek

akademis, administratif (siswa, guru, staf), dan keuangan.

2. Melakukan evaluasi diri (self assesment) utnuk menganalisa

kekuatan dan kelemahan mengenai sumber daya sekolah,

personil sekolah, kinerja dalam mengembangkan dan mencapai

target kurikulum dan hasil-hasil yang dicapai siswa berkaitan

dengan aspek-aspek intelektual dan keterampilan, maupun

aspek lainnya.

3. Berdasarkan analisis tersebut sekolah harus

mengidentifikasikan kebutuhan sekolah dan merumuskan visi,

misi, dan tujuan dalam rangka menyajikan pendidikan yang

37

berkualitas bagi siswanya sesuai dengan konsep pembangunan

pendidikan nasional yang akan dicapai. Hal penting yang perlu

diperhatikan sehubungan dengan identifikasi kebutuhan dan

perumusan visi, misi dan tujuan adalah bagaimana siswa

belajar, penyediaan sumber daya dan pengeloaan kurikulum

termasuk indikator pencapaian peningkatan mutu tersebut.

4. Berangkat dari visi, misi dan tujuan peningkatan mutu tersebut

sekolah bersama-sama dengan masyarakatnya merencanakan

dan menyusun program jangka panjang atau jangka pendek

(tahunan termasuk anggarannnya. Program tersebut memuat

sejumlah program aktivitas yang akan dilaksanakan sesuai

dengan kebijakan nasional yang telah ditetapkan dan harus

memperhitungkan kunci pokok dari strategi perencanaan tahun

itu dan tahun-tahun yang akan datang. Perencanaan program

sekolah ini harus mencakup indikator atau target mutu apa yang

akan dicapai dalam tahun tersebut sebagai proses peningkatan

mutu pendidikan (misalnya kenaikan UAS-BN rata-rata dalam

prosentase tertentu, perolehan prestasi dalam bidang

keterampilan, olah raga, dsb). Program sekolah yang disusun

bersama-sama antara sekolah, orang tua dan masyarakat ini

sifatnya unik dan dimungkinkan berbeda antara satu sekolah

dan sekolah lainnya sesuai dengan pelayanan mereka untuk

38

memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Karena fokus kita

dalam mengimplementasian konsep manajemen ini adalah

mutu siswa, maka program yang disusun harus mendukung

pengembangan kurikulum dengan memperhatikan kurikulum

nasional yang telah ditetapkan, langkah untuk

menyampaikannya di dalam proses pembelajaran dan siapa

yang akan menyampaikannya.

Dua aspek penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini

adalah kondisi alamiah total sumber daya yang tersedia dan

prioritas untuk melaksankan program. Oleh karena itu,

sehubungan dengan keterbatasan sumber daya dimungkinkan

bahwa program tertentu lebih penting dari program lainnya

dalam memenuhi kebutuhan siswa untuk belajar. Kondisi ini

mendorong sekolah untuk menentukan skala prioritas dalam

melaksanakan program tersebut. Seringkali prioritas ini

dikaitkan dengan pengadaan preralatan bukan kepada output

pembelajaran. Oleh karena itu dalam rangka pelaksanaan

konsep manajemen tersebut sekolah harus membuat skala

prioritas yang mengacu kepada program-program pembelajaran

bagi siswa. Sementara persetujuan dari proses pendanaan

harus bukan semata-mata berdasarkan pertimbangan keuangan

melainkan harus merefleksikan kebijakan dan prioritas tersebut.

39

Anggaran harus jelas terkait dengan program yang mendukung

pencapaian target mutu. Hal ini memungkinkan terjadinya

perubahan pada perencanaan sebelum sejumlah program dan

pendanaan disetujui atau ditetapkan.

5. Prioritas seringkali tidak dapat dicapai dalam rangka waktu satu

tahun program sekolah, oleh karena itu sekolah harus membuat

strategi perencanaan dan pengembangan jangka panjang

melalui identifikasi kunci kebijakan dan prioritas. Perencanaan

jangka panjang ini dapat dinyatakan sebagai strategi

pelaksanaan perencanaan yang harus memenuhi tujuan

esensial, yaitu : (1) mampu mengidentifikasi perubahan pokok di

sekolah sebagai hasil dari kontribusi berbagai program sekolah

dalam periode satu tahun, dan (2) keberadaan dan kondisi

natural dari strategi perencanaan tersebut harus menyakinkan

guru dan staf lain yang berkepentingan (yang seringkali

merasakan tertekan karena perubahan tersebut dirasakan harus

melaksanakan total dan segera) bahwa walaupun perubahan

besar diperlukan dan direncanakan sesuai dengan kebutuhan

pembelajaran siswa, tetapi mereka disediakan waktu yang

representatif untuk melaksanakannya, sementara urutan dan

logika pengembangan telah juga disesuaikan. Aspek penting

dari strategi perencanaan ini adalah program dapat dikaji ulang

40

untuk setiap periode tertentu dan perubahan mungkin saja

dilakukan untuk penyesuaian program di dalam kerangka acuan

perencanaan dan waktunya.

6. Melakukan monitoring dan evaluasi untuk menyakinkan apakah

program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai

dengan tujuan, apakah tujuan telah tercapai, dan sejauh mana

pencapaiannya. Karena fokus kita adalah mutu siswa, maka

kegiatan monitoring dan evaluasi harus memenuhi kebutuhan

untuk mengetahui proses dan hasil belajar siswa. Secara

keseluruhan tujuan dan kegiatan monitoring dan evaluasi ini

adalah untuk meneliti efektifitas dan efisiensi dari program

sekolah dan kebijakan yang terkait dalam rangka peningkatan

mutu pendidikan. Seringkali evaluasi tidak selalu bermanfaat

dalam kasus-kasus tertentu, oleh karenanya selain hasil

evaluasi juga diperlukan informasi lain yang akan dipergunakan

untuk pembuatan keputusan selanjutnya dalam perencanaan

dan pelaksanaan program di masa mendatang. Demikian

aktifitas tersebut terus menerus dilakukan sehingga merupakan

suatu proses peningkatan mutu yang berkelanjutan.

Beragamnya kondisi lingkungan sekolah dan bervariasinya

kebutuhan siswa di dalam proses pembelajaran ditambah lagi

dengan kondisi geografi Indonesia yang sangat kompleks,

41

seringkali tidak dapat diapresiasikan secara lengkap oleh birokrasi

pusat. Oleh karena itu di dalam proses peningkatan mutu

pendidikan perlu dicari alternatif pengelolaan sekolah. Hal ini

mendorong lahirnya konsep manajemen peningkatan mutu

berbasis sekolah. Manajemen alternatif ini memberikan

kemandirian kepada sekolah untuk mengatur dirinya sendiri dalam

rangka peningkatan mutu pendidikan, tetapi masih tetap mengacu

kepada kebijakan nasional. Konsekwensi dari pelaksanaan

program ini adanya komitmen yang tinggi dari berbagai pihak yaitu

orang tua/masyarakat, guru, kepala sekolah, siswa dan staf lainnya

di satu sisi dan pemerintah (Depdikbud) di sisi lainnya sebagai

partner dalam mencapai tujuan peningkatan mutu.

Dalam rangka pelaksanaan konsep manajemen ini, strategi

yang dapat dilaksanakan oleh sekolah antara lain meliputi evaluasi

diri untuk menganalisa kekuatan dan kelemahan sekolah.

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut sekolah bersama-sama orang

tua dan masyarakat menentukan visi dan misi sekolah dalam

peningkatan mutu pendidikan atau merumuskan mutu yang

diharapkan dan dilanjutkan dengan penyusunan rencana program

sekolah termasuk pembiayaannya, dengan mengacu kepada skala

prioritas dan kebijakan nasional sesuai dengan kondisi sekolah dan

sumber daya yang tersedia. Dalam penyusunan program, sekolah

42

harus menetapkan indikator atau target mutu yang akan dicapai.

Kegiatan yang tak kalah pentingnya adalah melakukan monitoring

dan evaluasi program yang telah direncanakan sesuai dengan

pendanaannya untuk melihat ketercapaian visi, misi dan tujuan

yang telah ditetapkan sesuai dengan kebijakan nasional dan target

mutu yang dicapai serta melaporkan hasilnya kepada masyarakat

dan pemerintah. Hasil evaluasi (proses dan output) ini selanjutnya

dapat dipergunakan sebagai masukan untuk

perencanaan/penyusunan program sekolah di masa mendatang

(tahun berikutnya). Demikian terus menerus sebagai proses yang

berkelanjutan.

Untuk pengenalan dan menyamakan persepsi sekaligus untuk

memperoleh masukan dalam rangka perbaikan konsep dan

pelaksanaan manajemen ini, maka sosialisasi harus terus

dilakukan. Kegiatan-kegiatan yang bersifat pilot/uji coba harus

segera dilakukan untuk mengetahui kendala-kendala yang mungkin

muncul di dalam pelaksanaannya untuk dicari solusinya dalam

rangka mengantisipasi kemungkinan-kemungkian kendala yang

muncul di masa mendatang. Harapannya dengan konsep ini, maka

peningkatan mutu pendidikan akan dapat diraih oleh kita sebagai

pelaksanaan dari proses pengembangan sumber daya manusia

menghadapi persaingan global yang semakin ketat dan ditunjang

43

oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang secara

cepat.

Apabila penulis gambarkan mengenai implementasi program

peningkatan mutu pendidikan, maka penulis sajikan sebagai berikut

44

PENGHARGAAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM:Evaluasi Kinerja, Penghargaan atas Kinerja, Pengembangan Karir, Perlindungan Hukum

MANAJEMEN PROGRAM PENGEMBANGAN TENDIK(Regulasi, Standarisasi, Advokasi, Subsidi)

MANAJEMEN PROGRAM PENGEMBANGAN TENDIK(Regulasi, Standarisasi, Advokasi, Subsidi)

LINGKUNGAN EKSTERNAL:Persaingan Global Desentralisasi Tuntutan Governance dan Akuntabilitas

LINGKUNGAN EKSTERNAL:Persaingan Global Desentralisasi Tuntutan Governance dan Akuntabilitas

FOKUS KEPADA MUTU DAN PROFESIONALITAS TENDIKFOKUS KEPADA MUTU DAN PROFESIONALITAS TENDIK

MUTU PENDIDIKAN

PENGADAAN TENDIK:

Pemetaan, Rekruitmen, Seleksi Pemerataan

Sebaran

UU Sisdiknas No. 20 Tahn 2003UU Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan NasionalPermendiknas No. 8 Tahun 2005 tentan Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional

PENGEMBANGAN TENDIK:Kompetensi, Kualifikasi, Sertifikasi, Pengembangan mutu Tendik, Bertaraf Internasional, Capacity Building

BAB III

KONDISI SEKOLAH

3.1Isu pokok yang dirumuskan

Berbicara tentang mutu sekolah yang diharapkan, tentulah kita

akan menginginkan sesuatu yang ideal. Ideal maksudnya memenuhi

standar yang sesuai dengan kebutuhan minimal sekolah yang

dikategorikan bermutu. Namun untuk mencapai sekolah yang bermutu,

menghadapi masalah yaitu :

a. Kepemimpinan sekolah yang belum optimal

b. Kualitas guru yang belum memenuhi standar nasional pendidikan

c. Pengembangan kurikulum yang belum maksimal

d. Pengalokasian dana pendidikan belum optimal

e. Sarana dan prasarana sekolah yang masih kurang memadai

3.2Analisis SWOT

1. Kekuatan (strength)

a. Memiliki potensi berubahnya posisi kepemimpinan sekolah baru

mengingat masa jabatan kepala sekolah yang hampir habis.

b. Beberapa guru sudah mulai melanjutkan kuliah kejenjang strata

satu

c. Beberapa guru sudah pernah mengikuti pelatihan KTSP

45

d. Adanya subsidi pendidikan baik dari pemerintah pusat maupun

dari pemerintah daerah

2. Kelemahan (Weakness)

a. Resiko kehilangan guru berpengalaman karena akibat

memasuki masa pensiun

b. Sikap guru yang kurang merespons terhadap adanya pelatihan

KTSP.

c. Anggaran belanja yang belum mencukupi

d. Sarana dan prasarana dalam kondisi yang sudah tua

3. Peluang (Oppurtunity)

a. UU 19 tahun 2005 yang mengharuskan guru untuk

mendapatkan kualifikasi pendidikan strata satu serta terbukanya

peluang untuk sertifikasi guru.

b. Banyaknya peluang untuk mengikuti pelatihan pengembangan

kurikulum.

c. Dianggarkannya pembangunan sarana dan prasarana sekolah

pada akhir tahun 2008

4. Tantangan (Threat)

a. Partisipasi masyarakat khususnya orang tua murid terhadap

pembiayaan pendidikan kurang.

b. Adanya ketimpangan pembangunan antara sekolah daerah

dengan daerah kota

46

BAB IV

PEMBAHASAN

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu

pendidikan adalah melalui optimalisasi peran kepala Sekolah. Kepala

Sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja

personel, terutama meningkatkan kompetensi profesional guru. Perlu

digarisbawahi bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional di

sini, tidak hanya berkaitan dengan penguasaan materi semata, tetapi

mencakup seluruh jenis dan isi kandungan kompetensi yang harus di

miliki. Kinerja Kepala Sekolah dalam proses pembinaan guru tersebut

merupakan hal yang sangat penting dalam keberhasilan proses belajar

mengajar.

Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah

diantaranya :

A. Kompetensi Kepribadian

1. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin :

Selalu konsisten dalam berfikir, bersikap, berucap, dan berbuat

dalam setiap melaksanakan suatu tugas pokok dan fungsi

Memiliki komitmen/loyalitas/ dedikasi/etos kerja yang tinggi

dalam setiap melaksanakan suatu tugas pokok dan fungsi.

47

Tegas dalam dalam mengambil sikap dan tindakan sehubungan

dengan pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsi.

Disiplin dalam melaksanakan suatu tugas pokok dan fungsi.

2. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai

kepala sekolah:

Memiliki rasa keingintahuan yang tinggi terhadap kebijakan,

teori, praktik baru sehubungan dengan pelaksanaan suatu tugas

pokok dan fungsinya.

Mampu secara mandiri mengembangkan diri sebagai upaya

pemenuhan rasa keingintahuannya terhadap kebijakan, teori,

praktik baru sehubungan dengan pelaksanaan suatu tugas

pokok dan fungsi.

3. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi:

Kecenderungan untuk selalu menginformasikan secara

tranparan dan proporsional kepada orang lain atas segala

rencana, proses pelaksanaan, dan keefektifan, kelebihan dan

kekurangan pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsi

Terbuka atas saran dan kritik yang disampikan oleh atasan,

teman sejawat, bawahan, dan pihak lain atas pelaksanaan

suatu tugas pokok dan fungsi.

48

4. Mampu mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam

pekerjaan sebagai kepala sekolah:

Memiliki stabilitas emosi dalam setiap menghadapi masalah

sehubungan dengan suatu tugas pokok dan fungsi

Teliti, cermat, hati-hati, dan tidak tergesa-gesa dalam

melaksanakan suatu tugas pokok dan fungsi

Tidak mudah putus asa dalam menghadapai segala bentuk

kegagalan sehubungan dengan pelaksanaan suatu tugas pokok

dan fungsi.

5. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan:

Memiliki minat jabatan untuk menjadi kepala sekolah yang

efektif

Memiliki jiwa kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan

sekolah

B. Kompetensi Manajerial

1. Mampu menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan

perencanaan:

Menguasai teori perencanaan dan seluruh kebijakan pendidikan

nasional sebagai landasan dalam perencanaan sekolah, baik

perencanaan strategis, perencanaan orpariosanal, perencanaan

tahunan, maupun rencana angaran pendapatan dan belanja

sekolah,

49

Mampu menyusun rencana strategis (renstra) pengembangan

sekolah berlandaskan kepada keseluruhan kebijakan

pendidikan nasional, melalui pendekatan, strategi, dan proses

penyusunan perencanaan strategis yang memegang teguh

prinsip-prinsip penyusunan rencara strategis baik

Mampu menyusun rencana operasional (Renop)

pengembangan sekolah berlandaskan kepada keseluruhan

rencana strategis yang telah disusun, melalui pendekatan,

strategi, dan proses penyusunan perencanaan renop yang

memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan rencana

operasional yang baik.

Mampu menyusun rencana tahunan pengembangan sekolah

berlandaskan kepada keseluruhan rencana operasional yang

telah disusun, melalui pendekatan, strategi, dan proses

penyusunan perencanaan tahunan yang memegang teguh

prinsip-prinsip penyusunan rencana tahunan yang baik.

Mampu menyusun rencana anggaran belanja sekolah (RAPBS)

berlandaskan kepada keseluruhan rencana tahunan yang telah

disusun, melalui pendekatan, strategi, dan proses penyusunan

RAPBS yang memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan

RAPBS yang baik.

50

Mampu menyusun perencanaan program kegiatan

berlandaskan kepada keseluruhan rencana tahunan dan

RAPBS yang telah disusun, melalui pendekatan, strategi, dan

proses penyusunan perencanaan program kegiatan yang

memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan perencanaan

program yang baik.

Mampu menyusun proposal kegiatan melalui pendekatan,

strategi, dan proses penyusunan perencanaan program

kegiatan yang memegang teguh prinsip-prinsip-prinsip

penyusunan proposal yang baik.

2. Mampu mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan

kebutuhan:

Menguasai teori dan seluruh kebijakan pendidikan nasional

dalam pengorganisasian kelembagaan sekolah sebagai

landasan dalam mengorganisasikan kelembagaan maupun

program insidental sekolah.

Mampu mengembangkan struktur organisasi formal

kelembagaan sekolah yang efektif dan efisien sesuai dengan

kebutuhan melalui pendekatan, strategi, dan proses

pengorganisasian yang baik.

51

Mampu mengembangkan deskripsi tugas pokok dan fungsi

setiap unit kerja melalui pendekatan, strategi, dan proses

pengorganisasian yang baik.

Menempatkan personalia yang sesuai dengan kebutuhan

Mampu mengembangan standar operasional prosedur

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi setiap unit kerja melalui

pendekatan, strategi, dan proses pengorganisasian yang baik

Mampu melakukan penempatan pendidik dan tenaga

kependidikan sesuai dengan prinsip-prinsip tepat kualifikasi,

tepat jumlah, dan tepat persebaran.

Mampu mengembangkan aneka ragam organisasi informal

sekolah yang efektif dalam mendukung implementasi

pengorganisasian formal sekolah dan sekaligus pemenuhan

kebutuhan, minat, dan bakat perseorangan pendidikan dan

tenaga kependidikan

3. Mampu memimpin guru dan staf dalam rangka pendayagunaan

sumber daya manusia secara optimal:

Mampu mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, sasaran, dan

program strategis sekolah kepada keseluruhan guru dan staf.

Mampu mengkoordinasikan guru dan staf dalam

merelalisasikan keseluruhan rencana untuk mengapai visi,

mengemban misi, mengapai tujuan dan sasaran sekolah

52

Mampu berkomunikasi, memberikan pengarahan penugasan,

dan memotivasi guru dan staf agar melaksanakan tugas pokok

dan fungsinya masing-masing sesuai dengan standar

operasional prosedur yang telah ditetapkan

Mampu membangun kerjasama tim (team work) antar-guru,

antar- staf, dan antara guru dengan staf dalam memajukan

sekolah

Mampu melengkapi guru dan staf dengan keterampilan-

keterampilan profesional agar mereka mampu melihat sendiri

apa yang perlu dilakukan sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya masing-masing

Mampu melengkapi staf dengan ketrampilan-ketrampilan agar

mereka mampu melihat sendiri apa yang perlu dan diperbaharui

untuk kemajuan sekolahnya

Mampu memimpin rapat dengan guru-guru, staf, orangtua siswa

dan komite sekolah

Mampu melakukan pengambilan keputusan dengan

menggunakan strategi yang tepat

Mampu menerapkan manajemen konflik

53

4. Mampu mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan

sumber daya manusia secara optimal:

Mampu merencanakan kebutuhan guru dan staf berdasarkan

rencana pengembangan sekolah

Mampu melaksanakan rekrutmen dan seleksi guru dan staf

sesuai tingkat kewenangan yang dimiliki oleh sekolah

Mampu mengelola kegiatan pembinaan dan pengembangan

profesional guru dan staf

Mampu melaksanakan mutasi dan promosi guru dan staf sesuai

kewenangan yang dimiliki sekolah

Mampu mengelola pemberian kesejahteraan kepada guru dan

staf sesuai kewenangan dan kemampuan sekolah

5. Mampu mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka

pendayagunaan secara optimal:

Mampu merencanakan kebutuhan fasilitas (bangunan,

peralatan, perabot, lahan, infrastruktur) sekolah sesuai dengan

rencana pengembangan sekolah

Mampu mengelola pengadaan fasilitas sesuai dengan peraturan

yang berlaku.

Mampu mengelola pemeliharaan fasilitas baik perawatan

preventif maupun perawatan terhadap kerusakan fasilitas

sekolah

54

Mampu mengelola kegiatan inventaris sarana dan prasarana

sekolah sesuai sistem pembukuan yang berlaku.

Mampu mengelola kegiatan penghapusan barang inventaris

sekolah

6. Mampu mengelola hubungan sekolah – masyarakat dalam rangka

pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah:

Mampu merencanakan kerjasama dengan lembaga pemerintah,

swasta dan masyarakat

Mampu melakukan pendekatan-pendekatan dalam rangka

mendapatkan dukukungan dari lembaga pemerintah, swasta

dan masyarakat

Mampu memelihara hubungan kerjasama dengan lembaga

pemerintah, swasta dan masyarakat

7. Mampu mengelola kesiswaan, terutama dalam rangka penerimaan

siswa baru, penempatan siswa, dan pengembangan kapasitas

siswa:

Mampu mengelola penerimaan siswa baru terutama dalam hal

perencanaan dan pelaksanaan penerimaan siswa baru sesuai

dengan kebutuhan sekolah

Mampu mengelola penempatan dan pengelompokan siswa

dalam kelas sesuai dengan maksud dan tujuan pengelompokan

tersebut.

55

Mampu mengelola layanan bimbingan dan konseling dalam

membantu penguatan kapasitas belajar siswa

Mampu menyiapkan layanan yang dapat mengembangkan

potensi siswa sesuai dengan kebutuhan, minat, bakat,

kreativitas dan kemampuan

Mampu menetapkan dan melaksanakan tata tertib sekolah

dalam memelihara kedisiplinan siswa

Mampu mengembangkan sistem monitoring terhadap kemajuan

belajar siswa

Mampu mengembangkan sistem penghargaan dan

pelaksanaannya kepada siswa yang berprestasi

8. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar

mengajar sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional:

Menguasai seluk beluk tujuan nasional, tujuan pembangunan

nasional, dan tujuan pendidikan nasional, regional, dan lokal

secara tepat dan kompherensif sehingga memiliki sikap positif

akan pentingnya tujuan-tujuan tersebut sebagai arah

penyelenggaraan pendidikan dan terampil menjabarkannya

menjadi kompetensi lulusan dan kompetensi dasar.

Memiliki wawasan yang tepat dan komprehensif tentang

kedirian peserta didik sebagai manusia yang berkarakter,

berharkat, dan bermartabat, dan mampu mengembangan

56

layanan pendidikan sesuai dengan karakter, harkat, dan

martabat manusia.

Memiliki pemahaman yang komprehensif dan tepat, dan sikap

yang benar tentang esensi dan tugas profesional guru sebagai

pendidik

Menguasai seluk beluk kurikulum dan proses pengembangan

kurikulum nasional sehingga memiliki sikap positif terhadap

kebaradaan kurikulum nasional yang selalu mengalami

pembaharuan, serta terampil dalam menjabarkannya menjadi

kurikulum tingkat satuan pendidikan

Mampu mengembangkan rencana dan program pembelajaran

sesuai dengan kompetensi lulusan yang diharapkan

Menguasai metode pembelajaran efektif yang dapat

mengembangkan kecerdasan intelektual, spritual, dan

emosional sesuai dengan materi pembelajaran

Mampu mengelola kegiatan pengembangan sumber dan alat

pembelajaran di sekolah dalam mendukung pembelajaran aktif,

kreatif, efektif dan menyenangkan

Menguasai teknik-teknik penilaian hasil belajar dan

menerapkannya dalam pembelajaran

Mampu menyusun program pendidikan per tahun dan per

semester

57

Mampu mengelola penyusunan jadwa pelajaran per semester

Mampu melaksanakan monitoring dan evaluasi program

pembelajaran dan melaporkan hasil-hasilnya kepada

stakeholders sekolah.

9. Mampu mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip

pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien:

Mampu merencanakan kebutuhan keuangan sekolah sesuai

dengan rencana pengembangan sekolah, baik untuk jangka

pendek maupun untuk jangka panjang.

Mampu mengupayakan sumber-sumber keuangan terutama

yang bersumber dari luar sekolah dan dari unit usaha sekolah.

Mampu mengkoordinasikan pembelanjaan keuangan sesuai

dengan peraturan dan perundang-undangan berdasarkan asas

prioritas dan efisiensi

Mampu mengkoordinasikan kegiatan pelaporan keuangan

sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku

10.Mampu mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung

kegiatan-kegiatan sekolah:

Mampu mengelola administrasi surat masuk dan surat keluar

sesuai dengan pedoman persuratan yang berlaku

58

Mampu mengelola administrasi sekolah yang meliputi

administrasi akademik, kesiswaan, sarana/prasarana,

keuangan, dan hubungan sekolah-masyarakat

Mampu mengelola administrasi kearsipan sekolah baik arsip

dinamis maupun arsip lainnya

Mampu mengelola administrasi akreditasi sekolah sesuai

dengan prinsip-prinsip tersedianya dokumen dan bukti-bukti

fisik.

11.Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan

pembelajaran dan kegiatan kesiswaan di sekolah:

Mampu mengelola laboratorium sekolah agar dapat

dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan pembelajaran

siswa

Mampu mengelola bengkel kerja agar dapat dimanfaatkan

secara optimal bagi kepentingan pembelajaran keterampilan

siswa

Mampu mengelola usaha kesehatan sekolah dan layanan

sejenis untuk membantu siswa dalam pelayanan kesehatan

yang diperlukan

Mampu mengelola kantin sekolah berdasarkan prinsip

kesehatan, gizi, dan keterjangkauan

59

Mampu mengelola koperasi sekolah baik sebagai unit usaha

maupun sebagai sumber belajar siswa

Mampu mengelola perpustakaan sekolah dalam menyiapkan

sumber belajar yang diperlukan oleh siswa

12.Mampu menerapkan prinsip-prinsip kewirausahaan dalam

menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah:

Mampu bertindak kreatif dan inovatif dalam melaksanakan

pekerjaan melalui cara berpikir dan cara bertindak

Mampu memberdayakan potensi sekolah secara optimal ke

dalam berbagai kegiatan-kegiatan produktif yang

menguntungkan sekolah

Mampu menumbuhkan jiwa kewirausahaan (kreatif, inovatif, dan

produktif) di kalangan warga sekolah

13.Mampu menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif bagi

pembelajaran siswa:

Mampu menata lingkungan fisik sekolah sehingga menciptakan

suasana nyaman, bersih dan indah

Mampu membentuk suasana dan iklim kerja yang sehat melalui

penciptaan hubungan kerja yang harmonis di kalangan warga

sekolah

Mampu menumbuhkan budaya kerja yang efisien, kreatif,

inovatif, dan berorientasi pelayanan prima

60

14.Mampu mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung

penyusunan program dan pengambilan keputusan:

Mampu mengembangkan prosedur dan mekanisme layanan

sistem informasi

Mampu menyusun format data base sekolah sesuai kebutuhan

Mampu mengkoordinasikan penyusunan data base sekolah baik

sesuai kebutuhan pendataan sekolah

Mampu menerjemahkan data base untuk merencanakan

program pengembangan sekolah

15.Terampil dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi

peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah:

Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

dalam manajemen sekolah

Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komukasi dalam

pembelajaran, baik sebagai sumber belajar maupun sebagai

alat pembelajaran

16.Terampil mengelola kegiatan produksi/jasa dalam mendukung

sumber pembiayaan sekolah dan sebagai sumber belajar sisiwa:

Mampu merencanakan kegiatan produksi/jasa sesuai dengan

potensi sekolah

Mampu membina kegiatan produksi/jasa sesuai dengan prinsip-

prinsip pengelolaan yang profesional dan akuntabel

61

Mampu melaksanakan pengawasan kegiatan produksi/jasa dan

menyusun laporan

Mampu mengembangkan kegiatan produksi/jasa dan

pemasarannya

17.Mampu melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan

kegiatan sekolah sesuai standar pengawasan yang berlaku:

Memahami peraturan-peraturan pemerintah yang berkaitan

dengan standar pengawasan sekolah

Melakukan pengawasan preventif dan korektif terhadap

pelaksanaan kegiatan sekolah

C. Kompetensi Kewirausahaan

Menciptakan pembaharuan,

Keunggulan komparatif,

Memanfaatkan berbagai peluang.

Melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya,

termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan

proses pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya.

D. Kompetensi Supervisi

1. Mampu melakukan supervisi sesuai prosedur dan teknik-teknik

yang tepat:

Mampu merencanakan supervisi sesuai kebutuhan guru

62

Mampu melakukan supervisi bagi guru dengan menggunakan

teknik-teknik supervisi yang tepat

Mampu menindaklanjuti hasil supervisi kepada guru melalui

antara lain pengembangan profesional guru, Penulisan

tindakan kelas, dsb.

2. Mampu melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan program

pendidikan sesuai dengan prosedur yang tepat:

Mampu menyusun standar kinerja program pendidikan yang

dapat diukur dan dinilai.

Mampu melakukan monitoring dan evaluasi kinerja program

pendidikan dengan menggunakan teknik yang sesuai

Mampu menyusun laporan sesuai dengan standar pelaporan

monitoring dan evaluasi

E. Kompetensi Sosial

1. Terampil bekerja sama dengan orang lain berdasarkan prinsip yang

saling menguntungkan dan memberi manfaat bagi sekolah:

Mampu bekerja sama dengan atasan bagi pengembangan dan

kemajuan sekolah

Mampu bekerja sama dengan guru, staf/karyawan, komite

sekolah, dan orang tua siswa bagi pengembangan dan

kemajuan sekolah

63

Mampu bekerja sama dengan sekolah lain dan instansi

pemerintah terkait dalam rangka pengembangan sekolah

Mampu bekerja sama dengan dewan pendidikan

kota/kabupaten dan stakeholders sekolah lainnya bagi

pengembangan sekolah

2. Mampu berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan:

Mampu berperan aktif dalam kegiatan informal di luar sekolah

Mampu berperan aktif dalam organisasi sosial kemasyarakatan

Mampu berperan aktif dalam kegiatan keagamaan, kesenian,

olahraga atau kegiatan masyarakat lainnya

Mampu melibatkan diri dalam pelaksanaan program pemerintah

3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain:

Mampu menggali persoalan dari lingkungan sekolah (berperan

sebagai problem finder)

Mampu dan kreatif menawarkan solusi (sebagai problem solver)

Mampu melibatkan tokoh agama, masyarakat, & pemerintah

dalam memecahkan masalah kelembagaan

Mampu bersikap obyektif/tidak memihak dalam mengatasi

konflik internal sekolah

Mampu bersikap simpatik/tenggang rasa terhadap orang lain

Mampu bersikap empatik/sambung rasa terhadap orang lain,

64

BAB V

PENUTUP

a. Kesimpulan

Dari berbagai uraian diatas, maka dapatlah disimpulkan :

1. Mutu dalam pendidikan bukanlah barang akan tetapi layanan, di

mana mutu harus dapat memenuhi kebutuhan, harapan dan

keinginan semua pihak/pemakai dengan fokus utamanya terletak

pada peserta didik (leaners)

2. Kondisi mutu di SD Negeri 1 Ciela 1 Kecamatan Bayongbong

Kabupaten Garut yang belum sepenuhnya memenuhi standar

nasional pendidikan tentunya harus diperbaiki. Semua komponen

yang terlibat baik dari internal sekolah maupun eksternal sekolah

harus libatkan agar target mutu pendidikan di SD Negeri 1 Ciela 1

Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut bisa tercapai sesuai

dengan yang diharapkan.

b. Rekomendasi

Dari berbagai uraian tentang potret mutu SD Negeri 1 Ciela 1

Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut sekarang dan kondisi yang

diharapkan serta dari hasil analisis SWOT, maka dapatlah

dikemukakan arternatif-alternatif pemecahan masalah sebagai berikut :

65

1. Perlunya meningkatkan kulifikasi akademik kepala sekolah . Hal ini

penting dilakukan mengingat banyak hal yang bisa diperoleh dari

disiplin ilmu yang berhubungan dengan manajemen sekolah.

Kepemimpinan sekolah juga harus mampu merumuskan visi dan

misi sekolah agar target perbaikan mutu lebih terencana dan

terarah.

2. Perlunya perbaikan mutu tenaga edukasi dengan mensupport guru

yang belum Sarjana untuk kuliah serta menambah frekuensi

pelatihan dan pendidikan (Diklat) yang berhubungan dengan 4

kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian,

profesionalitas dan kompetensi sosial. seperti a) Mengadakan

workshop KTSP, b) Mengirimkan workshop KTSP, c) Magang di

sekolah lain, d) PTK, f) Mengikutkan guru pada KKG.

3. Perlunya pendekatan birokratis kepada seluruh stakeholders

pendidikan dalam upaya perbaikan sampras sekolah yang sudah

tidak layak lagi. Pendekatan birokratis tersebut dilakukan supaya

stakeholders pendidikan bisa merumuskan, memprogramkan serta

menganggarkan perbaikan sampras di SD Negeri 1 Ciela 1

Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut mengingat perbaikan

sapras tersebut merupakan hal yang mendesak.

4. Perlu sosialisasi ke masyarakat tentang MBS terutama keikutertaan

atau partisipasi masyarakat tentang pembiayaan pendidikan yang

66

tidak mungkin hanya mengharapkan subsidi pemerintah yang tidak

mencukupi seluruh kebutuhan sekolah.

67

DAFTAR PUSTAKA

Sagala, Syaiful. 2007. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suryosubroto, B. 2004. Manajemen Pendidikan Sekolah. Jakarta:Rineka Cipta.

Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. PT. Remaja Rosdakarya Bandung.

Tilaar, H. A. R. 2003. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

—————–, PP.No.19 Tahun 2005, Jakarta: BP Dharma Bhakti

—————–, Standar Kompetensi Kepala Sekolah, 2006, Jakarta: BP Dharma Bhakti

68