BAB I

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 812/Menkes/SK/VII/2007 tantangan yang kita hadapi pada di hari-hari kemudian nyata sangat besar. Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis,stroke, Parkinson, gagal jantung /heart failure, penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/ AIDS yang memerlukan perawatan paliatif, disamping kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.Namun saat ini, pelayanan kesehatan di Indonesia belum menyentuh kebutuhan pasien dengan penyakit yang sulit disembuhkan tersebut, terutama pada stadiulanju dimana prioritas pelayanan tidak hanya pada penyembuhan tetapi juga perawatan agar mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi pasien dan keluarganya. Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial

description

tttttttttttttttttttttttttttttttt

Transcript of BAB I

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakangBerdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 812/Menkes/SK/VII/2007 tantangan yang kita hadapi pada di hari-hari kemudian nyata sangat besar. Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis,stroke, Parkinson, gagal jantung /heart failure, penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/ AIDS yang memerlukan perawatan paliatif, disamping kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.Namun saat ini, pelayanan kesehatan di Indonesia belum menyentuh kebutuhan pasien dengan penyakit yang sulit disembuhkan tersebut, terutama pada stadiulanju dimana prioritas pelayanan tidak hanya pada penyembuhan tetapi juga perawatan agar mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi pasien dan keluarganya. Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukandengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif. (Doyle & Macdonald, 2003: 5) Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk pasien dalam kondisi terminal yang akan segera meninggal. Namun konsep baru perawatan paliatif menekankan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial dan spiritual dapat diatasi dengan baik Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan terintegrasi dengan melibatkan berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan perawatan terbaik sampai akhir hayatnya. (Doyle & Macdonald, 2003: 5) Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih terbatas di 5 (lima) ibu kota propinsi yaitu Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar dan Makassar. Ditinjau dari besarnya kebutuhan dari pasien, jumlah dokter yang mampu memberikan pelayanan perawatan paliatif juga masih terbatas. Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih belum merata sedangkan pasien memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu, komprehensif dan holistik, maka diperlukan kebijakan perawatan paliatif di Indonesia yang memberikan arah bagi sarana pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan perawatan paliatif. (KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007)

1.2 Tujuan 1.2.1 tujuan umum1. Untuk Mengetahui Konsep Dan Asuhan Keperawataan paliatif dan terminal1.2.2 tujuan khusus1. Untuk mengetahui pengertian keperawatan paliatif danterminal2. Untuk mengetahui etiologi premature3. Untuk mengetahui patofisiologi premature4. Untuk mengetahui manifestasi klinis premature5. Untuk mengetahui klasifikasi premature6. Untuk mengetahui penatalaksanaan premature

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Perawatan paliatif 2.1.1 definisi paliatif Ungkapan palliative berasal dari bahasa latin yaitu pallium yang artinya adalah menutupi atau menyembunyikan. Perawatan paliatif ditujukan untuk menutupi atau menyembunyikan keluhan pasien dan memberikan kenyamanan ketika tujuan penatalaksanaan tidak mungkin disembuhkan (Muckaden, 2011).Menurut Childrens Hospice and Palliative Care Coalitions Professional Advisory Comitte, (2007) perawatan paliatif pada anak merupakan filosofi dan organisasi perawatan, sistem yang terstruktur dalam memberikan perawatan pada anak dengan keluarganya. Tujuan perawatan paliatif adalah melindungi dan memperbaiki atau mengatasi keluhan dan memaksimalkan kualitas hidup anak pada semua tingkatan usia, dan dukungan pada anggota keluarganya (Coyle & Fereel, 2010).Sedangkan The Royal College of Paediatrics and Child Health (RCPCH) dan Asscosiation for Children (ACT) dengan kondisi terminal anak dan keluarganya, mengartikan bahwa perawatan paliatif merupakan pendekatan aktif dan total dalam merawat anak, menerima aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual. Pendekatan secara aktif menunjukan perawatan yang tidak hanya menghentikan tindakan. Semuanya ditujukan untuk mengatasi pada semua keluhan yang dialami meliputi keluhan fisik, emosi, dan spiritual.Word Health Organization (WHO) menekankan bahwa dalam memberikan pelayanan paliatif harus berpijak pada pola sebagai berikut 1) meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal, 2) tidak mempercepat atau menunda kematian, 3) menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu, 4) menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual, 5) mengusahakan agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya, 6) mengusahakan dan membantu mengatasi suasana duka cita pada keluarga (Djauzi, et al, 2003).2.1.2 Prinsip Dasar Perawatan PaliatifDalam memberikan perawatan paliatif sangat penting memperhatikan prinsip-prinsipnya. Commitee on Bioethic and Committee on Hospital Care (2000) mengembangkan untuk pengamanan praktik dan standar minimum dalam meningkatkan kesejahteraan anak dengan kondisi hidup yang terbatas dan keluarganya, dengan tujuan memberikan dukungan yang efektif selama pengobatan, dan memperpanjang kehidupan. Prinsip dasarnya terintegrasi pada model perawatan paliatif yang meliputi :1. Menghormati serta menghargai pasien dan keluarganya. Dalam memberikan perawatan paliatif, perawat harus menghargai dan menghormati keingingan anak dan keluarga. Sesuai dengan prinsip menghormati maka informasi tentang perawatan paliatif harus disiapkan untuk anak dan orangtua, yang mungkin memilih untuk mengawali program perawatan paliatif. Kebutuhan-kebutuhan keluarga harus diadakan/disiapkan selama sakit dan setelah anak meninggal untuk meningkatkan kemampuannya dalam menghadapi cobaan berat.2. Kesempatan atau hak mendapatkan kepuasan dan perawatan paliatif yang pantas.Pada kondisi untuk menghilangkan nyeri dan keluhan fisik lainnya maka petugas kesehatan harus memberikan kesempatan pengobatan yang sesuai untuk meningkatkan kualitas hidup anak, terapi lain meliputi pendidikan, kehilangan dan penyuluhan pada keluarga, dukungan teman sebaya, terapi musik, dan dukungan spiritual pada keluarga dan saudara kandung, serta perawatan menjelang ajal.3. Mendukung pemberi perawatan (caregiver).Pelayanan keperawatan yang profesional harus didukung oleh tim perawatan paliatif, rekan kerjanya, dan institusi untuk penanganan proses berduka dan kematian. Dukungan dari institusi seperti penyuluhan secara rutin dari ahli psikologi atau penanganan lain.4. Pengembangan profesi dan dukungan sosial untuk perawatan paliatif pada anak.Penyuluhan pada masyarakat tentang kesadaran akan kebutuhan perawatan anak dan nilai perawatan paliatif serta usaha untuk mempersiapkan serta memperbaiki hambatan secara ekonomi.Perawatan paliatif pada anak merupakan area ke khususan karena sejumlah anak dan sebagian kecil anak yang masih kecil meninggal serta kebutuhannya akan perawatan paliatif lebih ke pemberian jangka panjang, gambaran kematian penyakitnya berbeda, perawatan yang dibutuhkan tidak hanya kebutuhan fisik anak tetapi juga kebutuhan, emosi, pendidikan dan kebutuhan sosial, serta keluarganya, anak- anak akan tumbuh dan berkembang secara fisik dan emosi sehingga dalam memberikan perawatan pada anak harus dilatih secara khusus sesuai yang dianjurkan (Cooke & McNamara, 2008).2.1.3 Tim PaliatifPerawatan paliatif pendekatannya melibatkan berbagai disiplin yang meliputi pekerja sosial, ahli agama, perawat, dokter (dokter ahli atau dokter umum) dalam merawat anak kondisi terminal/sekarat dengan membantu keluarga yang berfokus pada perawatan yang komplek meliputi masalah fisik, emosional, sosial dan spiritual (Hockenberry & Wilson, 2005). Anggota tim yang lain adalah ahli psikologis, fisioterapi, dan okupasi terapi. Masing-masing profesi terlibat sesuai dengan masalah yang dihadapi penderita, dan penyusunan tim perawatan paliatif disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan tempat perawatannya. Anggota tim perawatan paliatif dapat memberikan kontribusi sesuai dengan keahliannya (Djauzi, et al, 2003).Menurut Craig (2007) seluruh anggota tim perawatan paliatif harus memenuhi kriteria dan kesadaran akan tugas dan tanggung jawabnya yaitu akan memberikan perawatan secara individu pada anak dan keluarga dengan mendukung nilai, harapan dan kepercayaan, jika tidak dijelaskan maka akan menyinggung anak dan keluarga.Tim paliatif harus mempunyai keahlian yang cukup sebagai dokter,perawat, pekerja sosial atau pemuka agama, minimal ketrampilan dalammemberikan pelayanan yang meliputi pemeriksaan fisik maka dokter dan perawat harus mendukung dan selalu siap untuk anak dan keluarga selama 24 jam dalam sehari serta 365 hari dalam setahun, menjamin perawatan berdasarkan pedoman yang kontinyu untuk perawatan di rumah, rumah sakit dan hospice serta merencanakan strategi secara objektif, serta memberikan dukungan dan pengawasan langsung pada caregiver.2.1.4 Tempat Perawatan PaliatifMenurut Muckaden (2011) dalam memberikan perawatan paliatif harus dimulai saat didiagnosa dan diberikan selama mengalami sakit dan dukungan untuk berduka. Penatalaksanaan awal secara total oleh tim paliatif akan memfasilitasi ke perawatan yang terbaik. Tempat perawatan paliatif dapat dilaksanakan rumah sakit, hospice, atau di rumah anak. Keluarga dan anak agar dihargai dalam memilih tempat yang disukainya untuk mendapatkan perawatan bila memungkinkan. Tempat perawatan dibutuhkan pada pelayanan yang tepat dengan fasilitas kesehatan, homecare atau sarana ke hospice terdekat. Tempat perawatan paliatif dapat dilaksanakan :1. Di rumah sakitPerawatan di rumah sakit diperlukan jika anak harus mendapat perawatan yang memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan khusus. Pemberian perawatan paliatif harus memperhatikan kepentingan anak dan melaksanakan tindakan yang diperlukan meskipun prognosis anak memburuk serta harus mempertimbangkan manfaat dan resikonya sehingga perlu meminta dan melibatkan keluarga.2. Di HospicePerawatan anak yang berada dalam keadaan tidak memerlukan pengawasan ketat atau tindakan khusus serta belum dapat dirawat di rumah karena memerlukan pengawasan tenaga kesehatan.Perawatan hospice dapat dilakukan di rumah sakit, rumah atau rumah khusus perawatan paliatif, tetapi dengan pengawasan dokter atau tenaga kesehatan yang tidak ketat atau perawatan hospice homecare yaitu perawatan di rumah dan secara teratur dikunjungi oleh dokter atau petugas kesehatan apabila diperlukan.3. Di rumahPada perawatan di rumah, maka peran keluarga lebih menonjol karena sebagian perawatan dilakukan oleh keluarga, dan keluarga atau orangtua sebagai caregiver diberikan latihan pendidikan keperawatan dasar. Perawatan di rumah hanya mungkin dilakukan bila anak tidak memerlukan alat khusus atau ketrampilan perawatan yang tidak mungkin dilakukan oleh keluarga.2.2.5. Peran perawat di perawatan paliatifHockenberry dan Wilson (2009) menyatakan bahwa perawatan anak meliputi setiap aspek pertumbuhan dan perkembangan anak serta keluarganya. Fungsi perawat bervariasi tergantung pada area kerjanya, pendidikan serta tujuan karirnya. Menurut Matzo dan Sherman (2006)peran perawat paliatif meliputi1. Praktik di klinikPerawat memamfaatkan pengalamannya dalam mengkaji dan mengevaluasi keluhan serta nyeri. Perawat dengan anggota tim berbagai keilmuan mengembangkan dan mengimplementasikan rencana perawatan secara menyeluruh. Perawat mengidentifikasikan pendekatan baru untuk mengatasi nyeri yang dikembangkan berdasarkan standar perawatan di rumah sakit untuk melaksanakan tindakan. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan keperawatan, maka keluhan sindroma nyeri yang komplek dapat perawat praktikan dengan melakukan pengukuran tingkat kenyamanan disertai dengan memanfaatkan inovasi, etik dan berdasarkan keilmuannya.2. PendidikPerawat memfasilitasi filosofi yang komplek, etik dan diskusi tentang penatalaksaan keperawatan di klinik, mengkaji anak dan keluarganya serta semua anggota tim menerima hasil yang positif. Perawat memperlihatkan dasar kelimuan/pendidikannya yang meliputi mengatasi nyeri neuropatik, berperan mengatasi konflik profesi, mencegah dukacita, dan resiko kehilangan. Perawat pendidik dengan tim lainnya seperti komite dan ahli farmasi, berdasarkan pedoman dari tim perawat paliatif maka memberikan perawatan yang berbeda dan khusus dalam menggunakan obat-obatan intravena untuk mengatasi nyeri neuropatik yang tidak mudah diatasi.3. Peneliti.Perawat menghasilkan ilmu pengetahuan baru melalui pertanyaan pertanyaan penelitian dan memulai pendekatan baru yang ditujukan pada pertanyaan-pertanyaan penelitian. Perawat dapat meneliti dan terintegrasi pada penelitian perawatan paliatif.4. Bekerjasama (Collaborator)Perawat sebagai penasihat anggota/staf dalam mengkaji biopsiko- sosial-spiritual dan penatalaksanaannya. Perawat membangun dan mempertahankan hubungan kolaborasi dan mengidentifikasi sumber dan kesempatan bekerja dengan tim perawatan paliatif, perawat memfasilitasi dalam mengembangkan dan mengimplementasikan anggota dalam pelayanan, kolaborasi perawat/dokter dan komite penasihat. Perawat memperlihatkan nilai-nilai kolaborasi dengan anak dan keluarganya, dengan tim antar disiplin ilmu, dan tim kesehatan lainnya dalam memfasilitasi kemungkinan hasil terbaik.5. Penasihat (Consultant)Perawat berkolaborasi dan berdiskusi dengan dokter, tim perawatan paliatif dan komite untuk menentukan tindakan yang sesuai dalam pertemuan/rapat tentang kebutuhan-kebutuhan anak dan keluarganya.Menurut Benzart, et al (2011) selama anak dirawat dengan kondisi yang membutuhkan tindakan seumur hidup dan perawat sebagai tim dari perawatan paliatif, maka keluarga akan berkonsultasi pada perawat tentang perawatan paliatif. Dalam hal ini perawat dapat memberikan dukungan pada keluarga saat kondisi anaknya kritis serta memberikan informasi tentang prognosis penyakit, mengatasi keluhan-keluhan, menjelaskan tujuan perawatan dan dukungan psikososial serta dukungan spiritual.2.2 Perawatan terminal2.2.1 Pengertian Penyakit TerminalKeadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan. Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu (Kubler-Rosa, 1969).Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu (Carpenito, 1999).2.2.2 Jenis Penyakit TerminalBeberapa jenis penyakit terminal1.Penyakit-penyakit kanker.2.Penyakit-penyakit infeksi.3.Congestif Renal Falure (CRF).4.Stroke Multiple Sklerosis.5.Akibat kecelakaan fatal.6.AIDS.2.2.3 Manifestasi Klinik Fisik1. Gerakan pengindaran menghilang secara berangsur-angsur dimulai dari ujung kaki dan ujung jari.2. Aktivitas dari GI berkurang.3. Reflek mulai menghilang.4. Suhu klien biasanya tinggi tapi merasa dingin dan lembab terutama pada kaki dan tangan dan ujung-ujung ekstremitas.5. Kulit kelihatan kebiruan dan pucat.6. Denyut nadi tidak teratur dan lemah.7. Nafas berbunyi, keras dan cepat ngorok.8. Penglihatan mulai kabur.9. Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri.10. Klien dapat tidak sadarkan diri.2.2.4 Tahap BerdukaDr.Elisabeth Kublerr-Ross telah mengidentifikasi lima tahap berduka yang dapat terjadi pada pasien dengan penyakit terminal :1. Denial ( pengingkaran )2. Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan meninggal dan dia tidak dapat menerima informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan mungkin mengingkarinya.3. Anger ( Marah )4. Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan bahwa ia akan meninggal.5. Bergaining ( tawar-menawar )6. Merupakan tahapan proses berduka dimana pasienmencoba menawar waktu untuk hidup.7. Depetion ( depresi )8. Tahap dimana pasien datang dengan kesadaran penuh bahwa ia akan segera mati.ia sangat sedih karna memikirkan bahwa ia tidak akan lama lagi bersama keluarga dan teman-teman.9. Acceptance ( penerimaan)10. Merupakan tahap selama pasien memahami dan menerima kenyataan bahwa ia akan meninggal. Ia akan berusaha keras untuk menyelesaikan tugas-tugasnya yang belum terselesaikan.2.2.5 Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian1. Ada 4 type dari perjalanan proses kematian, yaitu:2. Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan yang cepat dari fase akut ke kronik.3. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, baisanya terjadi pada kondisi penyakit yang kronik.4. Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanyaterjadi pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.5. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien dengan sakit kronik dan telah berjalan lama.2.2.6 Tanda-tanda Meninggal secara klinis Secara tradisionalTanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui perubahan-perubahan nadi, respirasi dan tekanan darah. Pada tahun 1968, World Medical Assembly, menetapkan beberapa petunjuk tentang indikasi kematian, yaitu:1. Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total.2. Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan.3. Tidak ada reflek.4. Gambaran mendatar pada EKG.2.2.7 Macam Tingkat Kesadaran atau Pengertian Pasien dan Keluarganyan Terhadap Kematian.Strause et all (1970), membagi kesadaran ini dalam 3 type:1. Closed Awareness/Tidak Mengerti.2. Pada situasi seperti ini, dokter biasanya memilih untuk tidak memberitahukan tentang diagnosa dan prognosa kepada pasien dan keluarganya. Tetapi bagi perawat hal ini sangat menyulitkan karena kontak perawat lebih dekat dan sering kepada pasien dan keluarganya. Perawat sering kal dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan langsung, kapan sembuh, kapan pulang, dan sebagainya.3. Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi.4. Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan segala sesuatu yang bersifat pribadi walaupun merupakan beban yang berat baginya.5. Open Awareness/Sadar akan keadaan dan Terbuka.6. Pada situasi ini, klien dan orang-orang disekitarnya mengetahui akan adanya ajal yang menjelang dan menerima untuk mendiskusikannya, walaupun dirasakan getir. Keadaan ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk berpartisipasi dalam merencanakan saat-saat akhirnya, tetapi tidak semua orang dapat melaksanaan hal tersebut.2.2.8 Bantuan yang Dapat Diberikan Saat Tahap BerdukaBantuan terpenting berupa emosional.1. Pada Fase DenialPerawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat mengekspresikan perasaan-perasaannya.2. Pada Fase MarahBiasansya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya yang marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa masih me rupakan hal yang normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian. Akan lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat dipercaya, memberikan ras aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta meneruskan asuhan sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman.3. Pada Fase MenawarPada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya dan mendorong pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa bersalah dan takut yang tidak masuk akal.4. Pada Fase DepresiPada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non verbal dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.5. Pada Fase PenerimaanFase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada keluarga dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah menerima keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program pengobatan dan mampu untuk menolong dirinya sendiri sebatas kemampuannya.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL

A. PengkajianRiwayat Kesehatan1. Riwayat kesehatan sekarangBerisi tentang penyakit yang diderita klien pada saat sekarang2. Riwayat kesehatan dahuluBerisi tentang keadaan klien apakah klien pernah masuk rumah sakit dengan penyakit yang sama3. Riwayat kesehatan keluargaApakah anggota keluarga pernah menderita penyakit yang sama dengan klien4. Head To ToePerubahan fisik saat kematian mendekat:a. Pasien kurang rensponsifb. Fungsi tubuh melambanc. Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengajad. Rahang cendrung jatuhe. Pernafasan tidak teratur dan dangkalf. Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan melemah.g. Kulit pucath. Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahayaB. Diagnosa Keperawatan1. Ansietas/ ketakutan individu , keluarga ) yang berhubungan diperkirakan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup2. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain3. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan stres ( tempat perawatan )4. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi ancaman kematianC. Intervensi KeperawatanDiagnosa IAnsietas / ketakutan ( individu , keluarga ) yang berhubungan denga situasi yang tak dikenal. Sifat kondisi yang tak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negative pada gaya hidup.Criteria HasilKlien atua keluarga akan :1. mengungkapkan ketakutannya yang brhubungan dengan gangguan2. menceriktakan tentang efek ganmguan pada fungsi normal, tanggungn jawab, peran dan gaya hidup

NoIntervensiRasional

1Bantu klien untuk mengurangi ansietasnya :1. berikan kepastian dan kenyamanan2. tunjukkan perasaan tentang pemahman dan empti, jangan menghindari pertanyaan3. dorong klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan permasalahan yang berhubungan dengan pengobtannya4. identifikasi dan dukung mekaniosme koping efektifKlien yang cemas mempunbyai penyempitan lapang persepsi denagn penurunan kemampuan untuk belajar. Ansietas cendrung untuk memperburuk masalah. Menjebak klien pada lingkaran peningkatan ansietas tegang, emosional dan nyeri fisik

2Kaji tingkat ansietas klien : rencanakan pernyuluhan bila tingkatnya rendah atau sedangBeberapa rasa takut didasari oleh informasi yang tidak akurat dan dapat dihilangkan denga memberikan informasi akurat. Klien dengan ansietas berat atauparah tidak menyerap pelajaran

3Dorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan-ketakutan merekaPengungkapan memungkinkan untuk saling berbagi dan memberiakn kesempatan untuk memperbaiki konsep yang tidak benar

4Berika klien dan keluarga kesempatan dan penguatan koping positifMenghargai klien untuk koping efektif dapat menguatkan renson koping positif yang akan datang

Diagnosa IIBerduka yang berhubungan penyakit terminal dan kematian yang akan dihadapi penurunan fungsi, perubahan konsep diri dan menark diri dari orang lainNoIntervensiRasional

1Berikan kesempatan pada klien da keluarga untuk mengungkapkan perasaan, didiskusikan kehilangan secara terbuka , dan gali makna pribadi dari kehilangan.jelaskan bahwa berduka adalah reaksi yang umum dan sehatPengetahuan bahwa tidak ada lagi pengobatan yang dibutuhkan dan bahwa kematian sedang menanti dapat menyebabkan menimbulkan perasaan ketidak berdayaan, marah dan kesedihan yang dalam dan respon berduka yang lainnya. Diskusi terbuka dan jujur dapat membantu klien dan anggota keluarga menerima dan mengatasi situasi dan respon mereka terhdap situasi tersebut

2Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti yang memberikan keberhasilan pada masa laluStategi koping fositif membantu penerimaan dan pemecahan masalah

3Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan atribut diri yang positifMemfokuskan pada atribut yang positif meningkatkan penerimaan diri dan penerimaan kematian yang terjadi

4Bantu klien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab semua pertanyaan dengan jujurProses berduka, proses berkabung adaptif tidak dapat dimulai sampai kematian yang akan terjadi di terima

5Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian, menghilangkan ketidak nyamanan dan dukunganPenelitian menunjukkan bahwa klien sakit terminal paling menghargai tindakan keperawatan berikut :a. Membantu berdandanb. Mendukung fungsi kemandirianc. Memberikan obat nyeri saat diperlukandand. meningkatkan kenyamanan fisik ( skoruka dan bonet 1982 )

DIAGNOSA IIIPerubahan proses keluarga yang berhubunga dengan gangguan kehidupan takut akan hasil ( kematian ) dan lingkungannya penuh stres ( tempat perawatan )NoIntervensiRasional

1Luangkan waktu bersama keluarga atau orang terdekat klien dan tunjukkan pengertian yang empatiKontak yang sering dan me ngkmuikasikan sikap perhatian dan peduli dapat membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan pembelajaran

2Izinkan keluarga klien atau orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan, ketakutan dan kekawatiran.Saling berbagi memungkinkan perawat untuk mengintifikasi ketakutan dan kekhawatiran kemudian merencanakan intervensi untuk mengatasinya

3Jelaskan lingkungan dan peralatan ICUInformasi ini dapat membantu

mengurangi ansietas yang berkaitan

dengan ketidak takutan

4Jelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan postoperasi yang dipikirkan dan berikan informasi spesifik tentang kemajuan klien

5Anjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam tindakan perawanKunjungan dan partisipasi yang sering dapat meningakatkan interaksi keluarga berkelanjutan

6Konsul dengan atau berikan rujukan kesumber komunitas dan sumber lainnyaKeluarga denagan masalah-masalh seperti kebutuhan financial , koping yang tidak berhasil atau konflik yang tidak selesai memerlukan sumber-sumber tambahan untuk membantu mempertahankankan fungsi keluarga

Diagnosa IVResiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian

NoIntervensiRasional

1Gali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktek atau ritual keagamaan atau spiritual yang diinginkan bila yang memberi kesemptan pada klien untuk melakukannyaBagi klien yang mendapatkan nilai tinggi pada do,a atau praktek spiritual lainnya , praktek ini dapat memberikan arti dan tujuan dan dapat menjadi sumber kenyamanan dan kekuatan

2Ekspesikan pengertrian dan penerimaan anda tentang pentingnya keyakinan dan praktik religius atau spiritual klienMenunjukkan sikap tak menilai dapat membantu mengurangi kesulitan klien dalam mengekspresikan keyakinan dan prakteknya

3Berikan prifasi dan ketenangan untuk ritual spiritual sesuai kebutuhan klien dapat dilaksanakanPrivasi dan ketenangan memberikan lingkungan yang memudahkan refresi dan perenungan

4Bila anda menginginkan tawarkan untuk berdo,a bersama klien lainnya atau membaca buku ke agamaanPerawat meskipun yang tidak menganut agama atau keyakinan yang sama dengan klien dapat membantu klien memenuhi kebutuhan spritualnya

5Tawarkan untuk menghubungkan pemimpin religius atau rohaniwan rumah sakit untuk mengatur kunjungan. Jelaskan ketidak setiaan pelayanan ( kapel dan injil RS )Tindakan ini dapat membantu klien mempertahankan ikatan spiritual dan mempraktikkan ritual yang penting ( Carson 1989 )

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan 3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

KEPMENKES RI NOMOR: 812/ MENKES/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan Perawatan Palliative Menteri Kesehatan Republik IndonesiaFerrell, B.R. & Coyle, N. (Eds.) (2007). Textbook of palliative nursing, 2nd ed. New York, NY: Oxford University PressCarpenito. (1999). Diagnosa Keperawatan. Edisi 6. Jakarta: EGCKubler-ross, E. 1969. On death and dying: kematian sebagian kehidupan (W. Anugrahi, penerj). Jakarta: gramedia pustaka utama. (karya asli diterbitkan tahun 1969)