BAB I

8
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular yang banyak ditemukan pada masyarakat saat ini salah satunya adalah hipertensi. World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2012 sedikitnya 839 juta kasus hipertensi, diperkirakan menjadi 1,15 milyar pada tahun 2025 atau sekitar 29% dari total penduduk dunia, dimana penderitanya lebih banyak pada wanita (30%) dibanding pria (29%) (Triyanto, 2014). Secara Nasional berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan tingginya prevalensi penyakit tidak menular, dimana hipertensi menempati urutan pertama sebesar 31,7% (Depkes, 2008). Prevalensi hipertensi berdasarkan

description

BAB I

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu penyakit tidak menular yang banyak ditemukan pada

masyarakat saat ini salah satunya adalah hipertensi. World Health

Organization (WHO) mencatat pada tahun 2012 sedikitnya 839 juta kasus

hipertensi, diperkirakan menjadi 1,15 milyar pada tahun 2025 atau sekitar

29% dari total penduduk dunia, dimana penderitanya lebih banyak pada

wanita (30%) dibanding pria (29%) (Triyanto, 2014).

Secara Nasional berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

tahun 2007 menunjukkan tingginya prevalensi penyakit tidak menular,

dimana hipertensi menempati urutan pertama sebesar 31,7% (Depkes,

2008). Prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah

berdasarkan Riskesdas tahun 2013 menunjukkan penurunan dari 31,7%

pada tahun 2007 menjadi 25,8% tahun 2013 (Kemenkes, 2013).

Hipertensi disebabkan oleh faktor umur, jenis kelamin, genetik,

kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, obesitas, stress, konsumsi garam dan

penggunaan kontrasepsi pil KB. Penggunaan kontrasepsi pil KB dapat

meningkatkan kejadian hipertensi (Everett, 2008). Hal ini dapat terjadi

disebabkan karena pil KB mengandung hormon estrogen dan progesteron

Page 2: BAB I

yang akan meningkatkan tekanan darah yang dihubungkan dengan

hipertropi jantung dan peningkatan respon presor angiotensin II dengan

melibatkan jalur Renin Angiotensin System (RAS) (Olatunji, 2008).

Berdasarkan data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) pada tahun 2013 menunjukan bahwa penggunan

kontrasepsi moderen di Indonesia berjumlah 75,88%, yang terdiri dari

26,60% pengguna kontrasepsil pil KB. Sedangkan di Nusa Tenggara Barat

penggunaan kontrasepsi pil KB sebanyak 21,92% dari jumlah pengguna

kontrasepsi aktif (BKKBN, 2014).

Penggunaan kontrasepsi pil KB dapat meningkatkan tekanan darah

pada wanita, walaupun peningkatannya tidak begitu tinggi dan akan kembali

normal setelah beberapa minggu pemakaian pil KB dihentikan. Alat

kontrasepsi pil KB dapat menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi)

pada kurang lebih 4–5% perempuan yang tekanan darahnya normal sebelum

mengkonsumsi obat tersebut, dan dapat meningkatkan tekanan darah pada

9-16% perempuan yang telah menderita hipertensi sebelumnya (Handini,

2010).

Penelitian Walnut Creek Contraceptive Drug, yang melibatkan

11.672 wanita terbukti bahwa kontrasepsi pil KB berkaitan

dengan peningkatan sistolik sebesar 6 point, dan 1 hingga 2

poin tekanan diastolik. Penelitian di Inggris yang melibatkan

Page 3: BAB I

46.000 wanita, ditemukan bahwa para pengguna kontrasepsi

pil KB mengalami kecenderungan tekanan darah tinggi dua

hingga dua setengah kali lebih besar dibanding mereka yang

tidak memakai (Handini, 2010).

Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa wanita yang

menggunakan kontrasepsi pil KB selama 12 tahun berturut-turut berisiko

mengalami hipertensi sebesar 5,38 kali dibandingkan wanita yang tidak

menggunakan kontrasepsi pil KB (Sugiharto,2007). Dan saat ini, hipertensi

merupakan faktor resiko ketiga terbesar yang menyebabkan

kematian dini, akibat terjadinya gagal jantung kongesif dan

penyakit cerebrovasculer (Depkes, 2009).

Berdasarkan uraian diatas, karena tingginya penggunaan kontrasepsi

pil KB, maka dapat memicu risiko untuk mengalami hipertensi dan untuk itu

perlu dilakukan penelitian tentang hubungan penggunaan kontrasepsi pil KB

dengan kejadian hipertensi pada wanita berusia 15-49 tahun di Puskesmas

Mataram periode Januari sampai Agustus tahun 2015.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

masalah mengenai adakah hubungan antara penggunaan kontrasepsi pil KB

dengan kejadian hipertensi pada wanita berusia 15-49 tahun di Puskesmas

Mataram periode Februari sampai September tahun 2015?

Page 4: BAB I

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan kontrasepsi

pil KB dengan kejadian hipertensi pada wanita berusia 15-49 tahun di

Puskesmas Mataram periode Februari sampai September tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik responden wanita berusia 15-49

tahun yang menggunakan kontrasepsi pil KB maupun yang tidak

menggunakan kontrasepsi pil KB di Puskesmas Mataram.

2. Mengidentifikasi frekuensi kejadian hipertensi pada wanita berusia

15-49 tahun yang menggunakan kontrasepsi pil KB di Puskesmas

Mataram.

3. Mengidentifikasi frekuensi kejadian yang tidak mengalami

hipertensi pada wanita berusia 15-49 tahun yang menggunakan

kontrasepsi pil KB di Puskesmas Mataram.

4. Menganalisa hubungan antara penggunaan kontrasepsi pil KB

dengan kejadian hipertensi pada wanita berusia 15-49 tahun di

Puskesmas Mataram.

Page 5: BAB I

1.4 Manfaat

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang hubungan

antara penggunaan kontrasepsi pil KB dengan kejadian hipertensi pada

wanita berusia 15-49 tahun di Puskesmas Mataram.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dan untuk pengembangan

dan penyempurnaan ilmu pengetahuan yang ada.

3. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi bagi puskesmas

sebagai bahan masukan bagi pelaksana program KB dalam pemberian

KIE dan pelayanan KB.

4. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi dan menambah wawasan tentang faktor risiko

penggunan kontrasepsi pil KB serta hubungannya dengan kejadian

hipertensi, sehingga dapat sedini mungkin mencegah risiko tersebut.