BAB I
description
Transcript of BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Trauma adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera karena salah
satu sebab. Penyebab trauma adalah kecelakaan lalu lintas, industri, olahraga, dan
rumah tangga.
Di Indonesia kematian akibat kecelakaan lalu lintas ± 12.000 orrang per tahun.
Taruma yang dialami seseorang akan menyebabkan masalah-masalah sebagai
berikut.
1. Biaya yang besar untuk mengembalikan fungsi setelah mengalami trauma.
2. Resiko kematian yang tinggi.
3. Prodiktivitas menurun akibat banyak kehilangna waktu bekerja.
4. Kecatatan sementara dan permanen.
Di masyarakat, seorang perawa/Ners perlu mengetahui perawatan klien trauma
muskuloskletal yang mungkin dijumpai, baik dijalan maupun selama melakukan
asuhan keperawatan di rumah sakit. Selain itu, ia perlu mengetahui dasar-dasar
penanggulan suatu trauma yang menimbulkan masalah pada sistem
muskuloskletal dengan melakukan penanggulangan awal dan merujuk ke rumah
sakit terdekat agar mengurangi resiko yang lebih besar.
Resiko yang lebih fatal yang perlu diketahui adalah kematian. Peristiwa yang
sering terjadi pada klien dibagi dalam tiga periode waktu sebagai berikut :
1. Kematian dalam detik-detik pertama sampai menit berikutnya (50%).
Kematian disebabkan oleh laserasi otak dan pangkal otak, kerusakan sumsum
tulang belakang bagian atas, kerusakan jantung, oarta, serta pembuluh-pembuluh
darah besar. Kebanyakan klien tidak dapat ditolong an meninggal ditempat.
2. Kematian dalam menit pertama sampai beberapa jam (35%).
Kematian disebabkan oleh perdarahan subdural atau epidural,
hematopneumotoraks, robekan limpa, laserasi hati, fraktur panggul, serta fraktur
multipel dengan resimo besar akibat perdarahan yang masif. Sebagian klien pada
tahap ini dapat diselamatkan dengan pengetahuan dan penanggulangan trauma
yang memadai.
1
3. Kematian setelah beberapa hari ampai beberapa minggu setelah taruma (15%).
Kematian biasanya disebabkan oleh kegagalan beberapa organ atau sepsis.
Peran perawat dalam membantu mengurangi resiko tersebut cukup besar. Resiko
kegagalan organ dan reaksi sepsis dapat dikurangi secara signifikan dengan
asuhan keperawatan yang komprehensif.
Penanggulangan klien taua memerlukan peralatan serta keterampilan khusus
yang tidak semuanya dapat dilakukan oleh perawat, berhubung keterampilan dan
pengetahuan yang dimiliki setiap Ners bervariasi, serta peralatan yang tersedia
kurang memadai.
Trauma muskuloskletal biasanya menyebabkan disfungsi struktur disekitarnya
dan struktur pada bagian yang dilindungi atau disangganya. Gangguan yang
paling sering terjadi akibat trauma muskuloskletal adalah kontusio, strain, sprain
dan dislokasi
1.2 RUMUSAN MASALAH
1) Apa pengertian Strain !
2) Apa penyebab dari Strain !
3) Bagaimana prognosis dari Strain ?
4) Apa-apa saja manifestasi yang di timbulkan dari Strain ?
5) Bagaimana klasifikasi dari Strain ?
6) Bagaimana patofisiologi dari Strain ?
7) Apa-apa saja komplikasi yang dapat di timbulkan oleh penderita Strain ?
8) Bagaimana pemeriksaan Lab yang di lakukan pada penderita Strain ?
9) Apa-apa saja penatalaksanaan yang harus di lakukan pada penderita
Strain ?
10) Bagaimana pengkajian yang di lakukan pada penderita Strain ?
11) Apa saja asuhan keperawatan yang di berikan pada penderita Strain !
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung
kegiatan belajar mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah
SISTEM MUSKULOSKELETAL tentang Asuhan Keperawatan Klien dengan
STRAIN
2
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian Strain
2. Mengetahui penyebab terjadinya Strain
3. Mengetahui prognosis dari Strain.
4. Mengetahui manifestasi klinis dari Strain.
5. Mengetahui klasifikasi dari Strain.
6. Mengetahui patofisiologi dari Strain.
7. Mengetahui komplikasi dari Strain.
8. Mengetahui pemeriksaan Lab dari Strain.
9. Mengetahu penatalaksanaan dari Strain.
10. Mengetahui pengkajian pada penderita Strain
11. Mengetahui asuhan keperawatan pada penderita Strain
3
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 DEFINISI
Strain adalah trauma pada suatu otot atau tendon, biasanya terjadi ketika otot
atau tendon terenggang melebihi batas normalnya. Strain dapat mencakup robekan
atau ruptur jaringan. Inflamasi terjadi pada cedera otot atau tendon yang
menyebabkan nyeri dan pembengkakkan jaringan (Elizabeth, 2009).
Strain adalah bentuk cedera berupa penguluran atau kerobekan pada struktur
(otot dan tendon) muskulotendinous (Abdul Wahid, 2012).
2.2 ETIOLOGI
Adapun penyebab dari Strain menurut Abdul Wahid dalam bukunya Asuhan
Keperawatan Degan Gangguan Mukuloskeletal,yaitu :
Otot atau tendon yang terpelintir atau mengalami tarikan
Over stressing/penggunaan otot yang berlebihan
Mengangkat benda yang berat
Melakukan kontraksi saat otot belum siap
2.3 PROGNOSIS
Biasanya , dengan perawatan yang tepat , kebanyakan orang sembuh
sepenuhnya dari cedera otot. Seperti pada derajat 1 dan 2 pasien dapat pulih
kembali seperti semula dengan beberapa metode pengobatan. Pada derajat 3
diperlukan penanganan medis lebih lanjut. Kemungkinan untuk pulih ada tetapi
memerlukan proses yang sedikit lama dan hasilnya tidak akan sama seperti
keaadaan semula ketika belum terjadi cedera.
4
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Nyeri
Spasme otot
Kelemahan otot
Bengkak
Kram
Sulit menggerakkan otot
2.5 KLASIFIKASI
1) Derajat I (Ringan)
Derajat I (ringan) yaitu adanya cidera akibat penggunaan yang berlebihan pada
penguluran unit muskulotendinous yang ringan berupa stretching/kerobekan
ringan pada otot/ligament (Chairudin Rasjad,1998).
Gejala yang timbul :
Nyeri local
Meningkat apabila bergerak/bila ada beban pada otot
2) Derajat II (Sedang)
Derajat II yaitu adanya cidera pada unit muskulotendinous akibat
kontraksi/pengukur yang berlebihan.
Gejala yang timbul :
Nyeri local
Meningkat apabila bergerak/apabila ada tekanan otot
Spasme otot sedang
Bengkak
Tenderness
Gangguan kekuatan otot dan fungsi sedang
3) Derajat III (Berat)
Derajat III yaitu adanya tekanan/penguluran mendadakyang cukup berat.
Berupa robekan penuh pada otot dan ligament yang menghasilkan ketidakstabilan
sendi.
Gejala yang timbul :
Nyeri yang berat
5
Adanya stabilitas
Spasme
Kuat
Bengkak
Tenderness
Gangguan fungsi otot
2.6 PATOFISIOLOGI
Strain dapat mencakup robekan atau ruptur jaringan. Inflamasi terjadi pada
cedera ototatau tendon yang menyebabkan nyeri dan pembengkakan jaringan
(Corwin, 2008).Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma
langsung (impact) atau tidak langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot
tertarik pada arah yang salah,kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi
kontraksi, otot belum siap, terjadi padabagian groin muscles (otot pada kunci
paha), hamstring (otot paha bagian bawah), danotot guadriceps. Fleksibilitas otot
yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cederamemar dan membengkak
(Smeltzher, 2000)
6
2.7 PATHWAY
7
Otot tertarik pada arah yang salah
Trauma
Rusaknya jaringan otot
STRAINFungsi otot ↓
Terjadi perubahan transport
Na+pada membrane sel otot
Mengangkat benda yang berat
Over stressing/ penggunaan otot yang berlebihan
Melakukan kontraksi saat otot belum siap
STRAIN DERAJAT I(REGANGAN RINGAN)
STRAIN DERAJAT III (KEROBEKAN PENUH
PADA OTOT DAN) LIGAMEN
Pecahnya pembuluh darah
perifer
Terkumpulnya darah dalam
jaringanSTRAIN DERAJAT II(REGANGAN SEDANG)
8
Hematoma dan bengkakTerputusnya Jaringan
Cemas
Terjadi perubahan pada
status kesehatan
memar
Timbul rasa nyeri pada area yang terjadi kelainan
Spasme otot/kram
otot
Kelemahan otot
Perubahan jaringan
disekitar
KERUSAKAN INTEGRITAS JARINGAN
ANSIETAS
Terjadi pelepasan mediator kimia Bradikinin
Merangsang Nosiseptor
diujung saraf
Impuls disampaikan ke SSP
NYERI
HAMBATAN MOBILITAS FISIK
Depolarisasi otot
Kekuatan otot ↓
2.8 KOMPLIKASI
1. Strain yang berulang
2. Tendonitis
2.9 PEMERIKSAAN LAB
1. Rontgen untuk mendeteksi lokasi/luas,
2. CT Scan,
3. MRI,
4. Arteriogram,
5. Darah lengkap, dan kreatinin.
6. Rontgen tulang untuk mengetahui adanya fraktur avulasi (suatu fragmen
tulang tertarik oleh ligamen atau tendon).
2.10 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan sprain adalah :
a. Pembedahan.terkoyakMungkin diperlukan agar sendi dapat berfungsi
sepenuhnya; pengurangan-pengurangan perbaikan terbuka terhadap jaringan
yang.
b. Kemotherapi.
Dengan analgetik Aspirin (100-300 mg setiap 4 jam) untuk meredakan nyeri
dan peradangan. Kadang diperlukan Narkotik (codeine 30-60 mg peroral, setiap 4
jam) untuk nyeri hebat.
c. Elektromekanis.
- Penerapan dingin
Dengan kantong es 24oC
- Pembalutan / wrapping ekstemal.
Dengan pembalutan, cast atau pengendongan (sung).
- Posisi ditinggikan.
Jika yang sakit adalah bagian ekstremitas.
- Latihan ROM.
Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat dan perdarahan. Latihan
pelan-pelan dimulai setelah 7-10 hari tergantung jaringan yang sakit.
- Penyangga beban.
9
Menghentikan penyangga beban dengan penggunaan kruk selama 7 hari atau
lebih tergantung jaringan yang sakit.
10
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Alamat :
Pekerjaan :
2. Keluhan utama
Nyeri, kelemahan, bengkak , perdarahan, perubahan
mobilitas/ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot dan tendon.
Kaji nyeri:
Apa yang dilakukan pasien sebelum dirasakan nyeri
Apakah nyeri terlokalisasi
Bagaimana pasien menjelaskan nyeri
Apakah nyeri menjalar
Inspeksi umumnya untuk mengetahui perkembangan edema, memantau luka
dikulit.
Palpasi sendi untuk mengetahui sensitifitas dan perkembangan jaringan lunak
yang banyak teraba keras
Observasi tingkat keterbatasan sendi yang terserang
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Kapan keluhan dirasakan, apakah sesudah beraktivitas kerja atau setelah
berolahraga.
Daerah mana yang mengalami trauma
Bagaimana karakteristik nyeri yang dirasakan
b. Riwayat penyakit dahulu
11
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau mengalami
trauma pada system musculoskeletal (jatuh, trauma, fraktur).
c. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini
4. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum
Tekanan darah
Nadi
Respirasi
Suhu
b. Pemeriksaan khusus
- Look
Kelemahan
Bengkak
Perdarahan
Perubahan warna kulit
Ketidakmampuan menggunakan sendi
- Feel
Nyeri pada area trauma
Pembengkakan
Tonus otot
- Move
Sulit menggerakkan otot
Sulit menggerakkan sendi
5. Pemeriksaan diagnostik
Rontgen untuk mendeteksi lokasi/luas, CT Scan, MRI, Arteriogram, darah
lengkap, dan kreatinin. Rontgen tulang untuk mengetahui adanya fraktur avulasi
(suatu fragmen tulang tertarik oleh ligamen atau tendon).
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut
2. Hambatan mobilitas fisik
3. Resiko kerusakan integritas kulit
12
3.4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
N
o
Diagnose keperawatan NOC NIC
1. Nyeri akut (00132)
Domain 12 : kenyamanan
Kelas 1 : kenyamanan fisik
Definisi :
Sensori yang tidak menyenangkan dan
pengalamanemosional yang muncul secara
aktual atau potensialkerusakan jaringan atau
menggambarkan adanyakerusakan (Asosiasi
Studi Nyeri Internasional):serangan mendadak
atau pelan intensitasnya dariringan sampai
berat yang dapat diantisipasi denganakhir yang
dapat diprediksi dan dengan durasikurang dari
6 bulan.
NOC :
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
Kriteria Hasil :
Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
NIC:
Pain Management
Observasi :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
3. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
4. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
5. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
6. Kontrol lingkungan yang dapat
14
Batasan karakteristik :
Laporan secara verbal atau non verbal
Fakta dari observasi
Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
Gerakan melindungi
Tingkah laku berhati-hati
Muka topeng
Gangguan tidur (mata sayu, tampak
capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai)
Terfokus pada diri sendiri
Fokus menyempit (penurunan persepsi
waktu, kerusakan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan orang dan
lingkungan)
Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-
jalan, menemui orang lain dan/atau
aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
menggunakan manajemen
nyeri
Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
Mandiri :
1. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
dan menemukan dukungan
2. Kurangi faktor presipitasi nyeri
3. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
4. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Kolaborasi :
1. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Analgesic Administration
Observasi :
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
15
Respon autonom (seperti diaphoresis,
perubahan tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi pupil)
Perubahan autonomic dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang dari lemah ke
kaku)
Tingkah laku ekspresif (contoh :
gelisah, merintih, menangis, waspada,
iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu makan dan
minum
Faktor yang berhubungan :
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)
2. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
Mandiri :
1. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
Kolaborasi :
1. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
2. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
3. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
2. Hambatan Mobilitas Fisik (00085)
Domain 4 : aktivitas/istirahat
Kelas 2 : aktivitas/latihan
NOC :
Joint Movement : Active
Mobility Level
NIC :
Exercise therapy : ambulation
Observasi :
16
Definisi :
keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau
satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan
terarah.
Batasan karakteristik
Penurunan waktu reaksi
Kesulitan membolak balik posisi
Perubahan cara berjalan
Keterbatasan rentang pergerakkan
sendi
Tremor akibat pergerakkan
Ketidakstabilan postur
Faktor yang berhubungan :
Intoleran aktifitas
Perubahan metabolisme selular
Ansietas
Self care : ADLs
Transfer performance
Kriteria Hasil :
Klien meningkat dalam
aktivitasfisik
Mengerti tujuan dari
peningkatanmobilitas
Memverbalisasikan
perasaandalam meningkatkan
kekuatan dankemampuan
berpindah
Memperagakan penggunaan
alatBantu untuk mobilisasi
(walker)
1. Monitoring vital sign sebelm/sesudah
latihan dan lihatrespon pasien saat latihan
Mandiri :
1. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
rencanaambulasi sesuai dengan kebutuhan
2. Bantu klien untuk menggunakan tongkat
saat berjalandan cegah terhadap cedera
3. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi
dan bantupenuhi kebutuhan ADLs ps.
4. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
HE :
1. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi
dan berikanbantuan jika diperlukan
2. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
tentang teknik ambulasi
17
Indeks massa tubuh diatas persentil ke
75 sesuai usia
Penurunan kendali otot
Penurunan massa otot
Penurunan kekuatan otot
Kurang pengeetahuan tentang aktifitas
fisik
Kaku sendi
Keterbatasan ketahanan kardiovaskular
Kerusakan integritas struktur tulang
Gangguan muskoloskuloskeletal
Nyeri
Gangguan sensori perseptual
3. Kerusakan integritas jaringan
Domain 11 : Keamanan/perlindungan
Kelas 2 : Cedera Fisik
Definisi :
Kerusakan jaringan membrane mukosa,
NOC:
Tissue integrity : skin and
mucous
Wound healing : primary
and secondary intention
NIC:
Observasi :
1. Monitor kulit akan adanya kemerahan
2. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
3. Observasi luka : lokasi, dimensi,
kedalaman luka, jaringan nekrotik, tanda-
18
kornea, integument, atau subkutan.
Batasan karakteristik:
- Kerusakan jaringan (mis. kornea,
membrane mukosa, integument atau
subkutan)
- Kerusakan jaringan
Faktor yang berhubungan:
- Gangguan sirkulasi
- Iritan zat kimia
- Defisit cairan
- Kelebihan cairan
- Hambatan mobilitas fisik
- Kurang pengetahuan
- Faktor mekanik (mis. Tekanan
koyokan/robekan, friksal)
- Faktor nutrisi (mis. Kekurangan atau
kelebihan)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan selama
…x24 jam masalah kerusakan
integritas jaringan teratasi.
Kriteria hasil :
1. Perfusi jaringan normal
2. Tidak ada tandatanda
infeksi
3. Ketebalan dan tekstur
jaringan normal
4. Menunjukan pemahaman
dalam proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya cedera berualang
5. Menunjukan teradinya
proses penyembuhan luka
tanda infeksi lokal, formasi traktus
4. Monitor status nutrisi pasien
Mandiri :
1. Lakukan tekhnik perawaan luka
dengan steril
2. Berikan posisi yang mengurangi
tekanan pada luka
3. Anjurkan pasien untuk menggunakan
pakaian yang longgar
4. Memandikan pasien dengan sabun dan
air hangat
5. Hindari kerutan pada tempat tidur
6. Cegah kontaminasi fase dan urin
7. Oleskan lotion atau minyak/baby oil
pada daerah yang tertekan
8. Jaga kulit agar tetap bersih dankering
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ali gizi
pemberian diet TKTP ( tinggi
19
- Radiasi
- Suhu ekstrem
kalori tinggi protein)
Health education :
1. Ajarkan keluarga tentang luka dan
perawatan luka
4. Ansietas (00146)
Domain 9: koping /toleransi stress
Kelas 2: respon koping
Definisi : perasaan tidak nyaman atau
kekhawatiran yang samar di sertai respon
autonom (sumber sering tdk spesifik atau tidak
d ketahui oleh individu ) perasaan takut yang
disebabkn oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal
ini merupakan insyarat kewaspadaan yang
mempringatkan individu akan adanya bahaya
dan memampukan individu untuk bertindak
NOC :
Anxiety control
Coping
Impulse control
Kriteria hasil
Klien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala
cemas
Mengidentifikasi,
mengungkapkan,
menunjukan tekhnik untuk
NIC :
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
Observasi :
1. Identifikasi tingkat kecemasan
Mandiri :
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
pelaku pasien
3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur
4. Pahami prespektif pasien terhdap situasi stres
5. Temani pasien untuk memberikan keamanan
20
menghadapi ancaman.
Batasan karakteristik:
Perilaku
Penurunan produktivitas
Gerakan yang irelevan
Gelisah
Mengekspresikan Kekhawatiran Karna
Perubahan Dalam Peristiwa Hidup
Agitasi
Tampak Waspada
Afektif
Gelisah
Distres
Ketakutan
Persaan Tidak Adekuat
Berfokus Pada Diri Sendiri
Peningkatan Kewaspadaan
Iritabilitas
mengontrol cemas
Postur tubuh, ekspresi
wajah bahasa tubuh, dan
tingkat aktivitas
menunjukan berkurangnya
kecemasan.
dan mengurangi takut
6. Dorong keluarga untuk menemani anak
7. Lakukan back / neck rub
8. Dengarkan dengan penuh perhatian
9. Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
10. Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
11. Instruksikan pasien menggunakan teknik
relaksasi
Kolaborasi :
1. Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
HE :
1. Berikan informasi faktual mengenai
diagnosis, tindakan prognosis
21
Khawatir
Faktor Yang Berhubungan:
Perubahan Dalam:
- Status Ekonomi
- Lingkungan
- Status Kesehatan
- Pola Interaksi
Herediter
Stress
Ancamn Pada :
Status Ekonomi
Lingkungan
Status Kesehatan
Konsep Diri
Konflik Yang Tidak Disadari Mengenai
Tujuan Penting Hidup
Konflik Yang Tidak Disadari Mengenai
Nilai Esensial/Penting
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Strain adalah trauma pada suatu otot atau tendon, biasanya terjadi ketika otot
atau tendon terenggang melebihi batas normalnya. Strain dapat mencakup robekan
atau ruptur jaringan. Inflamasi terjadi pada cedera otot atau tendon yang
menyebabkan nyeri dan pembengkakkan jaringan
23
DAFTAR PUSTAKA
- Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
- Wahid, Abdul. 2013. Asuhan Keperawatan Degan Gangguan Mukuloskeletal.
- Wilkinson, Judith. M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. EGC: Jakarta
- Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Edisi V, Jilid II.
Jakarta : EGC
- Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2002. Keperawatan Medical Bedah
Edisi VIII, JilidI. Jakarta : EGC
- Corwin, Elizabeth.J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
24