BAB I

11
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata pelajaran kimia di SMA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajarai gejala alam. Mempelajari gejala alam, ilmu kimia mengkhususkan pembahasan pada struktur dan komposisi zat, perubahan materi dan energi yang menyertai perubahan tersebut. Sebagian besar ilmu kimia juga bersifat abstrak. Rohmah (2011), menyatakan bahwa karakteristik dari konsep-konsep ilmu kimia yang abstrak menyebabkan kimia sulit untuk dipelajari dan membutuhkan tingkat berpikir tinggi untuk memahaminya. Sesuai dengan karakteristiknya, sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak, dan merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya. Ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan 1

description

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangMata pelajaran kimia di SMA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajarai gejala alam. Mempelajari gejala alam, ilmu kimia mengkhususkan pembahasan pada struktur dan komposisi zat, perubahan materi dan energi yang menyertai perubahan tersebut. Sebagian besar ilmu kimia juga bersifat abstrak. Rohmah (2011), menyatakan bahwa karakteristik dari konsep-konsep ilmu kimia yang abstrak menyebabkan kimia sulit untuk dipelajari dan membutuhkan tingkat berpikir tinggi untuk memahaminya. Sesuai dengan karakteristiknya, sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak, dan merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya. Ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal-soal, namu materi yang dipelajari juga sangat banyak. Oleh karena itu dalam pembelajaran kimia siswa harus mengkontruksi pengetahuannya dan memberi makna melalui pengalaman nyata sehingga siswa memperoleh pengetahuan secara mandiri. Hasil observasi awal yang dilakukan peneliti melalui studi kasus di SMAN 1 Unggul Darul Imarah, diantaranya yang umum dijumpai yaitu kegiatan pembelajaran kimia masih berpusat pada guru. Guru masih menggunakan metode ceramah, hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan guru terhadap model pembelajaran ditambah lagi jarang melakukan praktikum. Menyebabkan minat belajar siswa berkurang sehingga tujuan pembelajarannya tidak sesuai. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam satu kelas dari 25 siswa, terdapat 15 siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 70. Disamping itu berdasarkan hasil UN pada 3 tahun berturut-turut sejak tahun 2012 sampai 2014 yaitu 87,21%, 80,59% dan 78,2% dimana terjadi penurunan yang diperoleh peserta didik, hal ini dikarenakan UN-nya lebih menekankan pada pemahaman konsep. Pembelajaran kimia pada saat ini tidak hanya ditekankan pada produk tetapi juga pada proses. Produk yang baik dihasilkan dari proses pembelajaran yang baik pula. Penguasaan proses dalam pembelajaran memerlukan keterampilan ilmiah yang tercakup dalam keterampilan proses sains. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk dan proses. Kimia juga sebagai produk yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori. Kimia sebagai proses berupa kerja ilmiah yaitu bagaimana siswa menemukan dan mengembangkan sendiri (Mulyasa, 2006). Salah satu materi yang dipelajari dalam ilmu kimia adalah materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Dimana materi ini tergolong sulit untuk dipahami sehingga diperlukan inovasi dalam pembelajaran yang dapat membantu peserta didik dalam memahami konsep salah satunya yaitu dengan menggunakan penerapan model.Model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dan juga menekankan pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan keterampilan proses adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Sanjaya (2012), model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Tujuan utama pembelajaran berbasis inkuiri yaitu: (1) mengembangkan keinginan dan motivasi siswa untuk mempelajari prinsip dan konsep sains, (2) mengembangkan keterampilan ilmiah siswa sehingga mampu bekerja seperti layaknya seorang ilmuwan, (3) membiasakan siswa bekerja keras untuk memperoleh pengetahuan. Sintak model pembelajaran inkuiri secara umum adalah : orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan (Sanjaya, 2012). Model

Transcript of BAB I

2

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMata pelajaran kimia di SMA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajarai gejala alam. Mempelajari gejala alam, ilmu kimia mengkhususkan pembahasan pada struktur dan komposisi zat, perubahan materi dan energi yang menyertai perubahan tersebut. Sebagian besar ilmu kimia juga bersifat abstrak. Rohmah (2011), menyatakan bahwa karakteristik dari konsep-konsep ilmu kimia yang abstrak menyebabkan kimia sulit untuk dipelajari dan membutuhkan tingkat berpikir tinggi untuk memahaminya. Sesuai dengan karakteristiknya, sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak, dan merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya. Ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal-soal, namu materi yang dipelajari juga sangat banyak. Oleh karena itu dalam pembelajaran kimia siswa harus mengkontruksi pengetahuannya dan memberi makna melalui pengalaman nyata sehingga siswa memperoleh pengetahuan secara mandiri. Hasil observasi awal yang dilakukan peneliti melalui studi kasus di SMAN 1 Unggul Darul Imarah, diantaranya yang umum dijumpai yaitu kegiatan pembelajaran kimia masih berpusat pada guru. Guru masih menggunakan metode ceramah, hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan guru terhadap model pembelajaran ditambah lagi jarang melakukan praktikum. Menyebabkan minat belajar siswa berkurang sehingga tujuan pembelajarannya tidak sesuai. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam satu kelas dari 25 siswa, terdapat 15 siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 70. Disamping itu berdasarkan hasil UN pada 3 tahun berturut-turut sejak tahun 2012 sampai 2014 yaitu 87,21%, 80,59% dan 78,2% dimana terjadi penurunan yang diperoleh peserta didik, hal ini dikarenakan UN-nya lebih menekankan pada pemahaman konsep. Pembelajaran kimia pada saat ini tidak hanya ditekankan pada produk tetapi juga pada proses. Produk yang baik dihasilkan dari proses pembelajaran yang baik pula. Penguasaan proses dalam pembelajaran memerlukan keterampilan ilmiah yang tercakup dalam keterampilan proses sains. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk dan proses. Kimia juga sebagai produk yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori. Kimia sebagai proses berupa kerja ilmiah yaitu bagaimana siswa menemukan dan mengembangkan sendiri (Mulyasa, 2006). Salah satu materi yang dipelajari dalam ilmu kimia adalah materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Dimana materi ini tergolong sulit untuk dipahami sehingga diperlukan inovasi dalam pembelajaran yang dapat membantu peserta didik dalam memahami konsep salah satunya yaitu dengan menggunakan penerapan model.Model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dan juga menekankan pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan keterampilan proses adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Sanjaya (2012), model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Tujuan utama pembelajaran berbasis inkuiri yaitu: (1) mengembangkan keinginan dan motivasi siswa untuk mempelajari prinsip dan konsep sains, (2) mengembangkan keterampilan ilmiah siswa sehingga mampu bekerja seperti layaknya seorang ilmuwan, (3) membiasakan siswa bekerja keras untuk memperoleh pengetahuan. Sintak model pembelajaran inkuiri secara umum adalah : orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan (Sanjaya, 2012). Model pembelajaran inkuiri yang digunakan dalam penelitian ini yaitu inkuiri terbimbing, model ini digunakan karena siswa perlu dibimbing oleh guru untuk menemukan sendiri hasil dari pembelajaran. Pembelajaran inkuiri terbimbing kegiatan belajar harus dikelola dengan baik oleh guru dan pembelajaran sudah dapat diprediksi sejak awal. Menurut Ambarsari (2013), model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu membimbing siswa untuk memiliki tanggung jawab individu dan tanggung jawab dan kelompok atau pasangannya, guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Melalui model inkuiri terbimbing peserta didik dapat dilatih untuk merumuskan masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan data,menganalisis data dan menarik suatu kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh. Hal ini dapat membiasakan para peserta didik menghadapi dan menyelesaikan masalah sehingga dapat merangsang keterampilan berpikir mereka secara menyeluruh.Penerapan model inkuiri terbimbing pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dapat membuat peserta didik lebih aktif. Kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi yang cukup kompleks dan berkaitan dengan konsep-konsep yang rumit sehingga dibutuhkan keterampilan proses sains untuk memahami materi tersebut. Dalam penelitiannya Emden (2014), menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam eksperimen ada beberapa tahap pendekatan yang dilakukan yaitu: (1) menemukan sebuah ide / hipotesis, (2) perencanaan dan melakukan percobaan, dan (3) kesimpulan. Oleh karena itu, untuk melatih keterampilan proses sains, peserta didik diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Masalah tersebut diselesaikan sendiri oleh peserta didik melalui diskusi dan kegiatan praktikum. Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan juga berhubungan dengan perhitungan kimia yang menuntut keterampilan berhitung dari peserta didik yang dapat diperoleh dengan latihan menyelesaikan soal-soal yang ada melalui sintaks model inkuiri terbimbing. Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, dalam rangka inovasi pada strategi pembelajaran perlu diterapkan model inkuiri terbimbing terhadap pemahaman konsep dan proses sains pada peserta didik sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Hal ini mendorong penulis melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Ketrampilan Proses Sains pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.

1.2 Rumusan MasalahSesuai dengan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, bagaimanakah penerapan model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Rumusan masalah di atas dapat di uraikan kedalam beberapa bentuk pertanyaan pada penelitian sebagai berikut:1) Bagaimanakah penerapan model pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dapat meningkatkan penguasaan konsep peserta didik pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.2) Bagaimanakah penerapan model pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dapat meningkatkan meningkatkan keterampilan proses peserta didik pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:1) Meningkatkan penguasaan konsep peserta didik pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.2) Meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik pada pembelajaran inkuiri terbimbing dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

1.4Manfaat PenelitianManfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:1) Bagi siswa, melalui penelitian ini di harapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains peserta didik pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan.2) Bagi peneliti, dapat memberikan informasi tentang peningkatan penguasaan kelarutan dan hasil kali kelarutan dan proses sains pada peserta didik dengan menggunakan inkuiri terbimbing. Manfaat lain sebagai bahan informasi dan rujukan untuk mengembangkan penelitian yang sejenis.3) Bagi guru, di harapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberi masukan mengenai model pembelajaran, yang dapat meningkatkan penguasaan konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan dan proses sains peserta didik. Selanjutnya dapat memotivasi guru dalam menggunakan model pembelajaran.4) Bagi sekolah, melalui penelitian ini di harapkan dapat di jadikan informasi dan kajian untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains pada pembelajaran kimia pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan, dengan pengembangan model.

1.5Hipotesis PenelitianBerdasarkan uraian latar belakang dirumuskan hipotesis sebagai berikut1) Penggunaan model inkuiri terbimbing dalam mengajarkan kelarutan dan hasil kali kelarutan efektif meningkatkan penguasaan konsep.2) Penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam mengajarkan kelarutan dan hasil kali kelarutan efektif meningkatkan KPS siswa dibandingkan penggunaan pembelajaran konvensional.

1.6Definisi Istilah1)Sanjaya (2012), metode pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.2)Ambarsari (2013), metode pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan membimbing siswa untuk memiliki tanggung jawab individu dan tanggung jawab dan kelompok atau pasangannya, guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya.

1