BAB I
Transcript of BAB I
1
2013 Bangunan Tenaga Air | Garis Massa Debit
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan PLTA perlu dilakukan kajian pustaka untuk mengetahui
besarnya debit yang ada di sungai yang bersangkutan dan dapat ditampung dalam
kolam tando harian buatan tersebut. Oleh karena itu perlu adanya perhitungan
yang cermat mengenai berapa besarnya debit sungai yang terjadi dan berapa
kapasitas kolam tando harian buatan yang ditinjau. PLTA dimana dalam
perencanaan dan pelaksanaannya melibatkan berbagai disiplin ilmu yang
mendukung.
Pembangkit listrik tenaga air memanfaatkan energi yang dimiliki oleh air
(debit dan tinggi jatuh) dimana air itu digunakan untuk menggerakkan bilah
turbin sehingga dapat berputar, kemudian turbin tersebut menggerakkan
generator untuk merubah tenaga gerak menjadi tenaga listrik.
Dalam mendesain suatu waduk atau tampungan maka diperlukan analisis
dan perhitungan perencanaan PLTA. Analisis dan perhitungan perencanaan
PLTA ini antara lain meliputi perhitungan dan penentuan debit (Q) desain dan
debit (Q) rata-rata, perhitungan debit banjir sungai dan debit andalan. Dalam
mencari debit desain ini digunakan garis massa debit.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang muncul yaitu :
1.2.1 Bagaimana perhitungan debit air dari bendungan?
1.2.2 Bagaimana perhitungan debit andalan dari bendungan?
1.2.3 Bagaimana perhitungan debit desain dan debit rata-rata pada bendungan
serta bagaimana hubungannya dengan garis massa debit?
1.3 Tujuan Penulisan
Melihat dari rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari
penulisan ini yaitu untuk mengetahui :
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
2
2013 Bangunan Tenaga Air | Garis Massa Debit
1.3.1 Perhitungan debit air dari suatu bendungan.
1.3.2 Perhitungan debit andalan dari suatu bendungan.
1.3.3 Perhitungan debit desain dan debit rata-rata pada bendungan serta
hubungannya dengan garis massa debit.
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
3
2013 Bangunan Tenaga Air | Garis Massa Debit
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perhitungan Kolam Tando
Pemakaian listrik selama sehari atau 24 jam tidak tetap. Umumnya di
Indonesia dapat disimpulkan bahwa pemakaian listrik pada malam hari jauh
lebih besar daripada pemakaian pada siang hari. Misal pada siang hari debit
yang diambil dari sungai lebih besar atau melebihi kebutuhan sedangkan pada
malam hari lebih kecil dari pada kebutuhan. Karena itu pada siang hari debit
disimpan pada reservoir harian untuk dipakai malam hari ketika terdapat
kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan ataupun sebaliknya. Dengan
demikian grafik unit load curve selama sehari merupakan dasar dalam
perencanaan reservoir harian.
Volume storage kolam adalah besarnya volume penyimpanan di dalam
kolam tando untuk memenuhi keperluan PLTA. Volume kolam berfungsi
untuk dapat menjamin air tetap cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap saat
baik untuk debit rendah maupun debit puncak.
Volume Kolam Tando adalah selisih antara debit Ketersediaan dan
Kebutuhan pada total waktu yang sama. Dalam hal ini juga diperlukan grafik
unit load curve sebagai faktor penentu besar kecilnya volume kolam tando
harian.
2.2 Analisis Hidrologi
Hidrologi adalah bidang pengetahuan yang mempelajari kejadian -
kejadian penyebaran air alamiah di bumi. Faktor hidrologi yang sangat
berpengaruh adalah curah hujan (presipitasi). Curah hujan pada suatu daerah
merupakan salah satu faktor yang menentukan besarnya debit yang terjadi,
pada daerah yang menerimanya.
Tujuan analisa hidrologi adalah mendapatkan debit maksimum sungai
pada lokasi pengukuran pada saat survei lapangan. Biasanya pengukuran
debit dilakukan dekat stasiun AWLR atau staff gauge di mana tinggi muka air
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
4
2013 Bangunan Tenaga Air | Garis Massa Debit
sungai diamati dan dicatat secara teratur. Staff gauge diperlukan untuk
menghubungkan debit yang diukur dengan suatu ketinggian yang diketahui
sehingga data debit dapat dipakai dalam analisa.
Analisis hidrologi dalam perencanaan ini terdiri atas dua pembahasan
yaitu debit banjir sungai. Debit banjir sungai diperlukan dalam perhitungan
pendimensian struktur, dan penentuan Q desain PLTA.
Adapun langkah-langkah dalam analisa hidrologi adalah :
1. Menentukan DAS beserta luasnya.
2. Menentukan luas pengaruh daerah stasiun-stasiun penakar hujan
sungai.
3. Menentukan curah hujan maksimum tiap tahunnya dari data curah
hujan yang ada.
4. Menganalisa curah hujan rencana dengan periode ulang T tahun.
5. Menghitung debit banjir rencana berdasarkan besarnya curah hujan
rencana di atas pada periode ulang T tahun.
A. Hujan Wilayah
Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan
yang terjadi pada satu titik atau satu tempat saja. Mengingat hujan yang
bervariasi terhadap suatu lokasi penelitian, maka untuk kawasan yang
luas satu alat penakar hujan tidaklah cukup untuk menggambarkan curah
hujan wilayah tersebut, oleh karena itu di berbagai tempat pada daerah
aliran sungai tersebut dipasang alat penakar hujan.
Beberapa metode untuk mendapatkan curah hujan rata–rata daerah
adalah dengan cara rata–rata aritmatik, cara poligon Thiessen dan cara
Isohyet.
B. Uji Konsistensi Data Curah Hujan
Adanya perubahan atau pindah lokasi, penggantian alat serta
penggantian orang (pengamat) dapat menyebabkan data hujan tidak
konsisten. Agar data hujan menjadi konsisten diperlukan pengujian. Pada
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
5
2013 Bangunan Tenaga Air | Garis Massa Debit
dasarnya metode-metode pengujian tersebut merupakan perbandingan
data stasiun yang bersangkutan dengan data stasiun lain di sekitarnya.
Bagi stasiun yang terletak dengan meteorologi homogen, perubahan
meteorologi tidak akan menyebabkan perubahan kemiringan garis
hubungan antara data stasiun tersebut dengan data stasiun disekitarnya,
karena stasiun-stasiun lainnya pun akan ikut terpengaruh kondisi yang
sama. Konsistensi data-data hujan bagi masing-masing stasiun dasar
(stasiun yang akan digunakan untuk menguji) harus diuji terlebih dahulu
dan yang menunjukkan catatan yang tidak konsisten tidak bisa digunakan
dalam penelitian.
Jika tidak ada stasiun yang bisa dijadikan stasiun dasar atau tidak
terdapat catatan historis mengenai perubahan data, maka analisa awal
terhadap data adalah menghapus data-data yang dianggap meragukan.
Untuk memeriksa konsistensi data hujan, bisa digunakan metode analisa
kurva massa ganda (double mass curve technique).
Analisa kurva massa ganda dilakukan dengan cara membandingkan
data hujan tahunan kumulatif di suatu pos hujan tertentu dengan data
hujan tahunan kumulatif dari pos-pos terdekat. Analisa kurva massa
ganda dapat dituliskan sebagai berikut :
Pcx=PxM C
M A
Dimana :
Pcx = data curah hujan tahunan yang terkoreksi pada tahun t di pos x
Px = data awal hujan tahunan pada tahun t di pos x
Mc = slope terkoreksi kurva
MA = slope awal kurva
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
6
2013 Bangunan Tenaga Air | Garis Massa Debit
C. Distribusi Frekuensi
Distribusi frekuensi yang dipakai harus dapat mewakili data histories
yang ada. Berdasarkan karakteristik data hujan, distribusi yang cocok
dapat ditentukan.
Jenis distribusi yang sering digunakan di Indonesia dengan
persyaratannya adalah sebagai berikut (Zulfikar, 2007).
Normal : Cs = 0 dan Ck = 3
Log Normal : Cs > 0, Cs 3 Cv
Gumbel Type I : Cs = 1,1396 dan Ck = 5,4002
Log Pearson Type III : tidak ada persyaratan
Dengan : Cs = koefisien skewness
Ck = kurtosis
Cv = koefisien variation
D. Analisa Frekuensi
Tujuan analisa frekuensi adalah memperkirakan besarnya hujan
rencana dengan periode ulang tertentu dari data hujan maksimum harian
dengan menggunakan distribusi frekuensi yang dipilih dari tahap
sebelumnya (Sutarto, 2006).
E. Uji Kecocokan
Tiap distribusi akan memberikan hasil yang berbeda, karena itu
diperlukan uji kecocokan untuk menetukan distribusi mana yang
memiliki deviasi terkecil dari data yang ada. Terdapat dua metoda yang
lazim digunakan yaitu Uji Chi-squared (c2) dan Uji Kolmogorov-
Smirnov.
2.3 Waduk
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
7
2013 Bangunan Tenaga Air | Garis Massa Debit
Untuk keperluan sumber daya air, pengambilan air secara langsung dari
sungai kemungkinan besar tidak akan dapat memenuhi kebutuhan penyediaan
air bagi pemakainya pada saat air rendah atau di musim kering/ kemarau,
maka dibuatlah suatu waduk yang gunanya menampung kelebihan air dalam
periode pengaliran air tinggi (kelebihan air) yang akan digunakan selama
musim kering berikutnya. Disamping sebagai penyimpan air pada musim
hujan, waduk dapat pula dijadikan tempat menampung air banjir untuk
sementara waktu dan dilepas/ dibuang ke hilir pada waktu banjir mulai surut
(pengendalian banjir).
A. Analisis Perencanaan Waduk
Sebuah proyek air bersih, irigasi atau tenaga air yang mengambil air
dari sebuah sungai mungkin tidak dapat memenuhi kebutuhan
pelanggannya selama aliran sungai rendah (low flows) atau musim
kemarau. Sungai ini mungkin saja membawa sedikit air atau tidak ada air
sama sekali pada saat tertentu. Tetapi, sungai ini sering pula menjadi
sumber bencana pada saat musim hujan.
Sebuah waduk cadangan (storage) atau waduk konservasi
(conservation) atau waduk penyimpanan (reservoir) dapat
mengendalikan aliran sungai tersebut pada saat aliran tinggi (high flow)
untuk digunakan pada saat musim kekeringan. Karena kebutuhan air
bervariasi, kadang-kadang perlu membuat waduk-waduk pembagi
(distribution reservoirs) di dalam sistem penyedia air (watersupply
system). Waduk seperti ini dapat menjaga keseragaman debit air, dan
ketika kebutuhan akan air tinggi, air dapat diambilkan dari waduk
cadangan.
Berapapun ukuran waduk tersebut, fungsi utama waduk adalah untuk
menstabilkan aliran air, baik mengatur pasokan air dari sungai alami
(natural stream) atau memenuhi variasi kebutuhan air (Linsley, 1979).
B. Produksi dan Kapasitas Waduk
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
8
2013 Bangunan Tenaga Air | Garis Massa Debit
Aspek yang paling penting dari perencanaan waduk adalah analisis
hubungan antara produksi (yield) dengan kapasitas waduk. Yield adalah
jumlah air yang dapat disuplai dari waduk pada interval waktu tertentu.
Yield ini bergantung pada inflow dan nilainya akan bervariasi dari tahun
ke tahun.
Produksi aman (safe yield atau firm yield) adalah jumlah maksimum
air yang dapat dijamin selama musim kering kritis. Penentuan kebutuhan
kapasitas suatu waduk pada aliran sungai biasanya disebut studi
pengoperasian waduk (operation study).
2.4 Debit Air
A. Analisis Debit Aliran Sungai
Debit sungai adalah volume air yang mengalir melalui suatu
penampang melintang pada titik tertentu persatuan waktu pada umumnya
dinyatakan dengan m3/s (Suryono, 1994). Dari elevasielevasi muka air
dan hubungan antara elevasi dan debit yang diturunkan/ dijabarkan dari
pengukuran-pengukuran velocity area kemudian diproses dan diperiksa
kualitasnya, maka data-data dasar yang diperoleh merupakan data rata-
rata harian (daily mean discharge) dan data-data aliran puncak sesaat
(instaneus peak discharge). Dalam menganalisis hasil pengukuran
tersebut harus diperhitungkan pengaruh-pengaruh pengambilan di bagian
upstream dari stasiun pengukuran aliran sungai yang mungkin secara total
dikontrol oleh operasi sebuah waduk (reservoir).
B. Ketersediaan Data Hujan dan Debit Air
Data hujan dan data debit yang digunakan dalam Pra Studi Kelayakan
ini menggunakan data dari stasiun terdekat yang dianggap dapat
mewakili. Data yang diperlukan untuk analisis hidrologi adalah data
hujan dan data debit.
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
9
2013 Bangunan Tenaga Air | Garis Massa Debit
C. Pengukuran Debit Air
Pengukuran debit air dengan current meter disebut juga pengukuran
dengan metoda kecepatan dan luas penampang aliran, karena yang diukur
dalam metoda ini adalah kecepatan dan luas penampang aliran air. Rumus
debit air adalah :
Q=A∗V
Dengan :
Q = debit air (m3/det)
A = luas penampang aliran air (m2)
v = kecepatan aliran air (m/det)
Data kecepatan aliran air dapat diperoleh dengan melakukan
pengukuran menggunakan current meter. Pengukuran kecepatan aliran air
dengan metoda current meter adalah dengan cara membaca langsung pada
display ketika bagian propeller dari current meter dimasukkan ke dalam
air.
Data luas penampang aliran air diperoleh dengan melakukan
pengukuran kedalaman sungai atau saluran air pada beberapa titik dengan
interval jarak sama sepanjang arah melintang sungai.
Flow Duration Curve (FCD)
Untuk menentukan karakteristik suatu sungai dapat diperhatikan
susunan garis massa debit yang waktunya dinyatakan dengan
persentase. Untuk keperluan itu data debit dari Hidrograf disusun
mulai dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi dan tiap debit
diberikan probabilitas yang dihitung dengan persamaan Weibull
berikut ini :
p= in+1
∗100 %
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
10
2013 Bangunan Tenaga Air | Garis Massa Debit
Dimana :
p = probabilitas terlampaui (%)
i = nomor urut debit
n = jumlah data debit
Kemudian dicari berapa kali debit yang bersangkutan terjadi di sungai.
Untuk perhitungan penggunaan air apabila diambil debit rata-rata penuh,
pada tahun kering akan mengalami kekurangan air. Sebaliknya apabila
diambil di bawah debit rata-rata, pada musim penghujan akan banyak air
yang melimpah melewati bangunan pelimpah. Oleh karena itu untuk
keamanan, di dalam perhitungan biasanya diambil kira-kira 80% x debit
rata-rata. Untuk perhitungan PLTA, energi yang dihasilkan dengan
pengambilan 80% x debit rata-rata ini disebut energi pasti (firm energi).
2.5 Debit Andalan
Debit andalan adalah debit dengan periode ulang tertentu yang
diperkirakan akan melalui suatu sungai atau bangunan air. Periode ulang
adalah waktu hipotetik dimana suatu kejadian dengan nilai tertentu, debit
rencana misalnya, akan disamai atau dilampaui 1 kali dalam jangka waktu
hipotetik tersebut.
Hal ini tidak berarti bahwa kejadian tersebut akan berulang secara teratur
setiap periode ulang tertentu (Kamiana, 2011). Prawirakusuma (2008)
menggunakan metode NRECA dan Mock pada penelitiannya untuk
menghitung ketersediaan air sungai Cipunagara di Jawa Barat. Pada
penulisan ini, akan digunakan metode NRECA dan metode Mock.
A. Model NRECA
Banyak model hidrologi untuk mensimulasikan hujan-limpasan yang
tujuannya adalah untuk pengisian atau memperpanjang data debit, antara
lain model Tank, model Mock, model SSARR dan model NRECA. Model
NRECA yang dikembangkan oleh Norman H. Crawfort yang merupakan
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
11
2013 Bangunan Tenaga Air | Garis Massa Debit
penyederhanaan dari Stanford Watershed Model IV yang memiliki 34
parameter.
Model ini juga digunakan Rumere (2008) yang menghitung potensi
sumber daya air di Danau Sentani di Provinsi Papua. Model ini telah
banyak diterapkan oleh Puslitbang Pengairan pada berbagai daerah
pengaliran di Indonesia, selain parameter model relatif sedikit dan mudah
dalam pelaksanaannya serta memberikan hasil yang cukup handal.
Secara umum persamaan dasar dari model ini dirumuskan sebagai
berikut :
Q = P - E + S
Dengan :
Q = limpasan (mm)
P = hujan rata-rata DAS (mm)
E = evapotranspirasi aktual (mm)
S = perubahan kandungan (simpanan) air dalam tanah (mm)
Persamaan keseimbangan air diatas merupakan dasar dari model
NRECA untuk suatu daerah aliran sungai pada setiap langkah waktu,
dimana hujan, aktual evapotranspirasi dan limpasan adalah volume yang
masuk kedalam dan keluar pada suatu DAS untuk setiap langkah waktu
tertentu.
Dalam model NRECA terdapat dua tampungan yaitu simpanan
kelengasan (moisture storage) dan simpanan air tanah (groundwater
storage). Simpanan kelengasan ditentukan oleh hujan dan actual
evapotranspirasi. Simpanan air tanah ditentukan oleh kelebihan
kelengasan (excess moisture). Secara skematis struktur dari model
NRECA.
B. Metode F. J. Mock
Untuk mengetahui besarnya limpasan permukaan (surface run off)
akibat curah hujan andalan digunakan metode model F. J. Mock. Dari
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
12
2013 Bangunan Tenaga Air | Garis Massa Debit
analisa model ini akan diperoleh informasi besarnya aliran debit andalan
pada setiap sumber air. (Prawirakusuma, 2008).
Dasar asumsi dari analisa ketersediaan air dengan metode F. J. Mock
yaitu bahwa curah hujan yang jatuh pada watershed sebagian akan jatuh
pada permukaan tanah dan sebagian lagi akan mengalami
evapotranspirasi.
Surplus hujan terjadi bila kelembaban tanah telah mencapai harga
maksimum. Dari air surplus, sebagian akan menjadi direct run off dan
sebagian lagi akan meresap ke dalam tanah sebagai infiltrasi.
Dari air yang mengalami proses infiltrasi sebagian akan mengalir
sebagai aliran dasar (base flow) dan sebagian lagi akan mengubah
tampungan air tanah sehingga menaikkan penampungan air tanah.
Selanjutnya air tanah yang mengalir sebagai base flow akan bergabung
dengan direct run off.
C. Kurva Durasi Debit
Debit andalan adalah besarnya aliran sungai maksimum yang akan
digunakan sebagai acuan untuk membangkitkan energi dan
merencanakan bangunan-bangunan utama. Penentuan besarnya debit
andalan ini yang menggunakan data AWLR, ditentukan menggunakan
dua cara, yaitu metode resesi dan kurva durasi debit (duration curve).
Metode resesi digunakan untuk melihat kecenderungan penurunan
debit air sungai, sehingga debit minimum bisa ditentukan. Untuk
analisa debit sungai dengan metode resesi ini digunakan model
regresi eksponensial karena lebih dapat mewakili penurunan debit
yang terjadi.
Metode Kurva Durasi Debit merupakan penggambaran besarnya
aliran dengan kemungkinan kejadiannya. Kurva durasi juga
menunjukkan karakteristik aliran suatu sungai yang diperoleh dari
rangkaian data pada periode yang panjang. Untuk membentuk kurva
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
13
2013 Bangunan Tenaga Air | Garis Massa Debit
durasi debit dapat digunakan 2 cara yaitu dengan mengurutkan
langsung dan dengan membuat kelas interval.
D. Debit Andalan Berdasarkan Data Debit
Prosedur analisa debit andalan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan
data. Apabila terdapat data debit dalam jumlah cukup panjang, maka
analisa ketersediaan air dapat dilakukan dengan melakukan analisa
frekuensi terhadap data debit tersebut.
Untuk mendapatkan ketersediaan air di suatu stasiun diperlukan debit
aliran yang bersifat runtut waktu (time series), misalnya data debit harian
sepanjang tahun selama beberapa tahun. Data tersebut menjadi masukan
utama dalam model simulasi wilayah sungai, yang menggambarkan
secara lengkap variabilitas data debit aliran.
Debit andalan dapat ditentukan dengan menggunakan kurva massa
debit yang dibentuk dengan menyusun data debit, dari debit maksimum
sampai debit minimum. Susunan data dapat dinyatakan dalam bentuk
gambar kurva massa atau dalam bentuk tabel. Pada kurva massa debit,
ordinat adalah debit aliran sedang waktu (hari) atau persentase waktu
sebagai absis. Kurva menunjukkan besarnya debit disamai atau dilampaui
untuk beberapa persen waktu yang diinginkan. Untuk bentuk tabel, data
debit harian diurutkan dari nilai terbesar sampai terkecil, persen
keandalan diperoleh dari nilai m/n yang dinyatakan dalam % di mana m
adalah nomor urut dan n adalah jumlah data. Kurva massa debit dapat
juga digambarkan dengan menggunakan nilai debit rerata dua mingguan
atau rerata bulanan yang diperoeh dari debit harian runtut waktu.
2.6 Dasar Perhitungan Power dan Energi
A. Debit Desain
PLTA tidak mungkin menggunakan lebih dari debit sungai rata-rata
(Qmean) secara signifikan karena akan lebih baik secara ekonomis. Oleh
karena itu desain aliran turbin untuk skema run-of river (skema yang
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
14
2013 Bangunan Tenaga Air | Garis Massa Debit
beroperasi tanpa water storage yang cukup) biasanya tidak akan lebih
besar dari Qmean.
B. Perhitungan Debit Desain (Q Desain)
Data debit sungai harian yang didapat dari dinas terkait bagian
operasional dianalisis untuk membuat keputusan dan menarik
kesimpulan mengenai debit desain untuk perencanaan PLTA
berdasarkan metode penetuan debit desain yang ada.
Untuk perencanaan ini debit banjir harian yang didapat sangat
penting bagi penentuan debit desain. Cara menghitung Q desain PLTA
yaitu :
1. Menggunakan cara lama (sebelum perang dunia II)
Pengambilan tahun yang digunakan untuk
perencanaan Q desain cara lama adalah tahun 80%
kering. 80% dalam perencanaan ini adalah selama 20
% kekurangan air dan 80% kelebihan air.
Gambar 1 Garis massa debit dalam kurun waktu 10 tahun
Kelemahan cara lama yaitu :
a. Misal jika kita ambil periode 20 tahun maka akan
terjadi perbedaan antara pengambilan Q desain
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
15
2013 Bangunan Tenaga Air | Garis Massa Debit
dengan periode 20 tahun dengan Q desain dengan
periode 10 tahun. Sehingga cara lama ini merugikan
apabila jangka watu yang diambil lebih panjang,
dimana periode berikutnya adalah kering.
b. Apabila ada pengambilan koordinat Q desain kelirun
atau tidak sesuai pada periode dalam kurun waktu
tersebut maka Q desain yang diambil akan meleset
sehingga tidak singkron.
2. Menggunakan cara baru (setelah perang dunia II)
Ada 2 (dua) cara yang digunakan dalam perhitungan debit desain
cara baru ini, yaitu :
a. Mengambil rata – rata debit dari garis masa debit
(Q).
o Dibuat garis potong secara vertikal dari garis
masa debit misal kita namai dengan garis I-I dan
garis II-II dan seterusnya. Makin banyak garis
masa debit maka makin teliti.
o Pada periode 10 tahun maka akan ada 10 garis
masa debit.
o Perpotongan garis masa debit I dan garis I-I kita
sebut dengan Q1.
o Perpotongan garis masa debit I dan garis II-II
kita sebut dengan Q2.
o Hasil rata-rata :
Hasil rata−rata=Q 1+Q 2+…+Qn
n
o Q rata-rata :
Q rata−rata=∑
1
n
Q
n
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
16
2013 Bangunan Tenaga Air | Garis Massa Debit
o Pada potongan I-I maka akan didapat Qrata-rata
I.
o Pada potongan II-I maka akan didapat Qrata-rata
II, sehingga akan didapat garis masa debit
dalam kurun waktu 10 tahun.
o Pada cara baru ini ada tendensi untuk
memperbesar Q desain. Misal dari Q150-Q200
hari, dari garis masa debit rata-rata dalam satu
periode (dalam hal ini 10 tahun) maka dapat
didapat Q desain.
o Di Amerika Q120 hari dianggap sebagai Q
desain karena tenaga air merupakan bantuan.
b. Mengambil rata – rata waktu dari garis masa debit
(T).
o Misal terdapat garis masa debit 10 tahun, maka
akan terdapat 10 garis.
o Dimana sumbu X menunjukkan hari dan Sumbu
Y menunjukkan besarnya debit.
o Kemudian kalau dipotong secara horizontal
misal di I-I yang terpotong melalui 10 tempat di
garis masa debit tersebut.
o Pada potongan I-I yang tersinggung di 10
tempat didapat T1,T2,T3,…., dan seterusnya.
o Kemudian didapat T rata-rata :
o Dari bermacam macam potongan, dapat
dihitung Trata-ratanya karena grafik dari harga
Trata-rata dari berbagai macam potongan
menuju Q minimum,maka cara kedua ini lebih
teliti dari pada cara pertama.
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
17
2013 Bangunan Tenaga Air | Garis Massa Debit
Dimana perencanaan debit desain akan lebih baik apabila
dilakukan pengukuran debit sungai dimana periode pengukuran yang
sangat lama, misal periode pengukuran sampai dengan 20 tahun.
Pengukuran debit sungai dengan periode yang sangat lama akan
menghasilkan Q desain yang sangat baik dimana tingkat ketelitian Q
akan tinggi.
C. Contoh metode Q Desain :
Diketahui data pengukuran selama 10 tahun. Kemudian membuat
garis debitnya (membuat garis rata-rata tahunan).
Misal jika mendapati pengukuran dalam periode 10 tahun
maka kita akan mempunyai 10 ordinat. Ordinat tidak
harus dipasang urut berdasarkan tahunnya, tetapi bias
berdasarkan mana yang besar , di depan dan yang kecil di
belakang.
Gambar 2. Garis massa debit dalam kurun waktu 10 tahun
Pengambilan perencanaan Q desain yaitu dipilih koordinat
dari grafik masa debit dimana terjadi 80% kering. Dari Q
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
18
2013 Bangunan Tenaga Air | Garis Massa Debit
tersebut maka dpat diketahui Q desain yaitu Q270 hari
pada tahun 80 % kering tersebut dalam suatu periode.
D. Potensi Energi
Kapasitas terpasang dan energi listrik yang dihasilkan tiap tahunnya
dihitung sebagai berikut :
P = t . g . g . Qd . Hn
E = P . 8760
Dimana :
P = Kapasitas (KW)
t = Effisiensi Turbine
g = Effisiensi Generator
Qd = Debit perencanaan (m3/det)
Hn = Tinggi efektif = Hg - H
Hg = Tinggi jatuh kotor (m)
H = Jumlah kehilangan tinggi (m)
E = Jumlah energi setahun (KWH)
2.7 Perhitungan Daya yang Dihasilkan
PLTM yang menghasilkan daya listrik bergantung sekali pada jumlah
debit air sungai yang digunakan serta tinggi jatuh air yang didapatkan. Dalam
perhitungan daya, nilai H dapat ditaksir dari peta topografi yang ada atau
untuk secara lebih akurat dapat diukur dengan alat ukur survei langsung ke
lapangan. Alat ukur survei tersebut dapat berupa Total Station atau GPS
Geodetik. H adalah perbedaan muka air, yang pada keadaan banjir muka
airnya dapat lebih tinggi. Tetapi perbedaan tinggi dapat diambil tidak berubah
karena pada daerah yang lebih rendah muka air juga naik (Patty, 1995).
Perbedaan tinggi dalam PLTA yang menggunakan run off river adalah
selisih dari tinggi bendung yang direncanakan dengan elevasi power house.
Tinggi bendung biasanya direncanakan dengan tinggi 2 hingga 3 meter dari
permukaan air sungai.
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
19
2013 Bangunan Tenaga Air | Garis Massa Debit
Daya yang dihasilkan oleh turbin diperoleh dengan persamaan berikut :
Pt = g × H × Q × Dimana :
Pt = daya turbin (kW),
g = percepatan gravitasi (m/detik2),
H = jatuh efektif (m),
Q = debit (m3/detik)
= efisiensi.
Daya keluaran turbin yang merupakan daya mekanik selanjutnya diubah
menjadi daya listrik oleh generator pada tegangan rendah. Pada perubahan
tersebut terjadi kehilangan daya sehingga generator juga memiliki efisiensi,
yaitu g. Tegangan yang keluar dari generator perlu diubah menjadi
tegangan transmisi melalui trafo. Perubahan tegangan ini juga terjadi
kehilangan daya sehingga trafo memiliki efisiensi juga, yaitu s.
2.8 Optimasi Skala Pembangkit
Optimisasi skala dimaksudkan untuk menentukan skala pembangkit yang
berupa besarnya kapasitas terpasang untuk tata letak yang telah ditentukan.
Optimisasi ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menyiapkan kurva durasi aliran (flow duration curve) untuk aliran di
lokasi PLTM. Dalam hal ini, kurva durasi debit diperoleh dari analisa
hidrologi.
b. Melakukan desain awal untuk menentukan ukuran komponen-komponen
pembangkit untuk setiap tingkat kehandalan berdasarkan debit primer,
tinggi jatuh dan kehilangan tinggi jatuh, termasuk penentuan kapasitas
terpasangnya.
c. Melakukan analisis perkiraan pembangkitan tenaga untuk setiap tingkat
kehandalan berdasarkan kurva durasi debit. Dalam hal ini dianggap
PLTM akan berfungsi sebagai penyedia beban dasar. Hasil yang
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
20
2013 Bangunan Tenaga Air | Garis Massa Debit
diperoleh dari analisa ini adalah jumlah energi yang dikeluarkan oleh
pembangkit selama rangkaian waktu tersebut.
d. Menghitung perkiraan biaya proyek untuk masing-masing tingkat
kehandalah, termasuk biaya engineering, administrasi, pajak pertambahan
nilai dan kontingensi.
e. Menghitung nilai indeks energi dalam US$/ KWh untuk setiap tingkat
kehandalan.
2.9 Potensi Tenaga Air Indonesia
Potensi tenaga air di Indonesia secara teoritis menurut hasil studi yang
dilakukan pemerintah sekitar 77.854,8 MW yang tersebar di seluruh
Indonesia terutama di lima pulau besar, dengan perincian sebagai berikut
(Patty, 1995) :
Pulau Jawa: 5 % sebesar 4.421,6 MW,
Pulau Sumatra: 20 % sebesar 15.803,5 MW,
Pulau Kalimantan: 30 % sebesar 23.052,8 MW,
Pulau Sulawesi: 15 % sebesar 11.378,5 MW,
Pulau Irian: 28 % sebesar 22.157,4 MW,
Lain-lain: 2 %.
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
21
2013 Bangunan Tenaga Air | Garis Massa Debit
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari penulisan tersebut dapat diketahui bahwa kebutuhan akan listrik bagi
masyarakat luas yang dihasilkan dari PLTA ini sangat berkaitan dengan debit
air yang masuk ke bendungan itu sendiri. Debit yang dihitung yaitu debit air
banjir, debit andalah serta debit desain untuk mendesain suatu tampungan atau
waduk dalam memenuhi kebituhan masyarakat akan tenaga listrik.
Data debit sungai harian yang didapat dari dinas terkait bagian operasional
dianalisis untuk membuat keputusan dan menarik kesimpulan mengenai debit
desain untuk perencanaan PLTA berdasarkan metode penetuan debit desain
yang ada.
Dalam pembahasan ini, terdapat dua cara untuk menghitung debit desain,
yaitu cara lama dan cara baru. Cara lama ini ditemukan sebelum Perang Dunia
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
22
2013 Bangunan Tenaga Air | Garis Massa Debit
II dan cara baru yang ditemukan setelah Perang Dunia II. Cara baru merupakan
cara yang lebih teliti dibandingkan dengan cara lama.
DAFTAR PUSTAKA
www. eprints.undip.ac.id
www.google.com
www.s ipil.ft.unand.ac.id
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1