BAB I

25
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Usaha tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya (Wikipedia, 2013). Modal kerja merupakan salah satu hal yang penting bagi kelangsungan sebuah usaha, termasuk usaha kelompok tani. Modal dipakai untuk memproduksi, menjalankan, serta mengelola keberlangsungan sebuah usaha. Modal bisa berasal dari perbankan, koperasi, modal ventura, modal individu, keluarga ataupun lainnya. Dari perbankan, kredit usaha tani ini disediakan untuk petani yang tergabung dalam kelompok tani-nelayan melalui Koperasi Unit Desa (KUD) untuk memberikan

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan

manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber

energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Usaha tani (farming) adalah

bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang

dilakukan dalam budidaya (Wikipedia, 2013).

Modal kerja merupakan salah satu hal yang penting bagi kelangsungan

sebuah usaha, termasuk usaha kelompok tani. Modal dipakai untuk memproduksi,

menjalankan, serta mengelola keberlangsungan sebuah usaha. Modal bisa berasal

dari perbankan, koperasi, modal ventura, modal individu, keluarga ataupun

lainnya. Dari perbankan, kredit usaha tani ini disediakan untuk petani yang

tergabung dalam kelompok tani-nelayan melalui Koperasi Unit Desa (KUD)

untuk memberikan fasilitas permodalan bagi petani yang belum mampu dan

benar-benar memerlukan untuk membiayai usaha taninya.

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Provinsi Aceh tersisa 644.782

unit lagi atau menyusut sebanyak 54.588 unit dibanding angka empat tahun lalu.

Penurunan ini tak lepas dari maraknya alih fungsi lahan pertanian yang terjadi

khususnya kawasan perkotaan (Mardira, 2013).

Perbankan merupakan suatu lembaga keuangan yang ada di Indonesia

yang memiliki peranan penting bagi kelangsungan perekonomian Indonesia,

termasuk penyaluran modal usaha yaitu kredit. Pertumbuhan ekonomi harus

Page 2: BAB I

2

diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat serta mengatasi

ketimpangan ekonomi dengan kesenjangan sosial. Pertumbuhan ekonomi guna

meningkatkan pendapatan masyarakat, perlu diberikan perhatian bagi usaha-usaha

untuk membina dan melindungi usaha kecil dan tradisional serta golongan

ekonomi lemah (Resti, 2013).

Setiap lembaga perbankan mempunyai tujuan masing-masing dalam hal

pelayanan dan produk. Walaupun demikian, mereka beroperasi dengan efisiensi

dan efektivitas yang sama dalam hal aktivitas penyaluran kredit. Agar mencapai

tujuan mereka dan untuk mengontrol resiko yang didapat dari proses operasi,

perbankan perlu mengadopsi sistem kontrol internal terhadap kegiatan yang

dikerjakan dari unit usaha terkait. Adapun terdapat 4 tahap proses kredit nasional

yaitu perencanaan dan pengawasan manajemen, pendanaan, pengawasan, dan

peninjauan kembali manajemen.

Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat antara lain

dalam bentuk kredit. Seiring dengan perjalanan waktu sesudah kredit

direalisasikan, bank akan dihadapkan pada permasalahan resiko, yaitu resiko

kredit bermasalah.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir resiko kredit

(Nasution, 2011). Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan melakukan

analisis prinsip pemberian kredit 5C (Character, Capacity, Capital, Condition of

Economy, dan Collateral) terhadap nasabah. Pemberian kredit kepada seorang

Page 3: BAB I

3

calon debitur harus memenuhi persyaratan yang termasuk di dalam prinsip 5C

tersebut.

Adapun tujuan bank dalam hal menyalurkan kredit adalah pertama untuk

mencari keuntungan. Pemberian kredit merupakan upaya untuk memperoleh hasil

dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan profit. Kedua,

membantu usaha nasabah yang memerlukan dana untuk mengembangkan

usahanya. Ketiga, membantu pemerintah, semakin banyak kredit yang disalurkan,

maka semakin banyak usaha yang akan berkembang, sehingga meningkatkan

pendapatan pemerintah dari sektor pajak. Keempat, membantu masyarakat,

menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat sehingga kesejahteraan

masyarakat semakin meningkat.

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan bank yang khusus melayani

masyarakat kecil. Bank Perkreditan Rakyat Mustaqim Sukamakmur sebagian

besar nasabahnya adalah pedagang dan petani. Dalam rangka ini perlu adanya

perhatian untuk membina dan melindungi usaha kecil dan tradisional dan

golongan ekonomi lemah pada umumnya. Pemerintah berusaha mewujudkan

usaha tersebut dengan cara menggunakan fasilitas pelayanan perbankan yaitu

dalam memberikan kredit kepada masyarakat.

Bank Perkreditan Rakyat dalam hal ini menyediakan pelayanan Kredit

Kelompok Pertanian. BPR menyediakan Kredit kelompok Pertanian ini bertujuan

untuk menyediakan pembiayaan mikro pertanian untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dalam membina usaha mikro bersifat bankable yang

Page 4: BAB I

4

mengimplementasikan visi dan misi BPR Mustaqim serta berperan nyata dalam

program Pemerintah Aceh untuk mengentaskan kemiskinan.

Dalam hal pemberian kredit, BPR menggunakan prinsip 4C yaitu

Character, Capacity, Capital dan Condition of Economy tanpa menerapkan

prinsip Collateral (jaminan) di dalamnya. Hal ini dikarenakan program Kredit

Kelompok pertanian ini menerapkan sistem tanpa agunan/jaminan dalam

penyalurannya. Sehingga, aktivitas penyaluran kredit ini harus sangat diperhatikan

untuk menghindari adanya kredit macet/bermasalah.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, baik dalam hal menghindari resiko

kredit bermasalah maupun aktivitas kredit usaha mikro pertanian, menarik untuk

dilakukan penelitian mengenai hubungan antara aktivitas penyaluran kredit usaha

pertanian dengan prinsip pemberian kredit perbankan (studi kasus BPR Mustaqim

Sukamakmur).

1. 2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang penelitian tersebut maka dapat dikemukakan

identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan aktivitas penyaluran kredit kelompok pertanian?

2. Bagaimana penerapan prinsip pemberian kredit perbankan usaha mikro?

3. Seberapa besar hubungan antara aktivitas penyaluran kredit kelompok

pertanian dengan prinsip pemberian kredit perbankan?

Page 5: BAB I

5

1. 3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan aktivitas penyaluran kredit kelompok

pertanian.

2. Untuk mengetahui tingkat penerapan prinsip pemberian kredit perbankan

usaha mikro.

3. Hubungan antara aktivitas penyaluran kredit usaha mikro pertanian dengan

prinsip pemberian kredit perbankan.

1. 4 Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis, penulisan skripsi ini berguna untuk memenuhi persyaratan

akademis dalam menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Jurusan Sosial

Ekonomi Pertanian Universitas Syiah Kuala dan sebagai pengetahuan

tambahan tentang bagaimana kondisi dan aktivitas penyaluran kredit usaha

mikro pertanian.

2. Bagi lembaga pendidikan, berguna sebagai masukan bagi yang tertarik

untuk meneruskan penelitian ini.

3. Bagi pihak debitur serta perbankan, yaitu sebagai masukan dalam hal

hubungan antara prinsip penyaluran kredit perbankan dengan aktivitas

penyaluran kredit kelompok pertanian.

Page 6: BAB I

6

1. 5 Kerangka Pemikiran

1. 5. 1 Aktivitas Penyaluran Kredit Kelompok Pertanian

1. Kontrol Perencanaan

Dalam fase ini yang mana dimiliki oleh proses kredit tradisional, seluruh

kegiatan yang berhubungan dengan produksi kredit dan penyaluran yang

ditampilkan. Kegiatan ini harus sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai, yang

mana pengembangan kebijaksanaan dengan resiko pengembalian tujuannya

disetujui oleh manajemen tingkat atas sejak program kredit sering digunakan.

Fase ini dibandingkan dengan kredit tradisional, tidak hanya dipengaruhi

oleh tujuan dan kebutuhan operasional dari institusi, tetapi juga strategi yang

didapatkan dari kebijakan pengembangan dalam skala nasional dan internasional.

Perbedaannya halnya fase distribusi, sifat asli dari mikrokredit, khususnya ketika

ditawarkan kepada penduduk yang tinggal didaerah pedesaan, sering

membutuhkan implementasi dari jaringan distribusi yang sangat membutuhkan

perencanaan hati-hati dan organisasi. Akhirnya selama perencanaan dan kontrol

manajemen, sistem perangkat lunak accounting dan sistem pengawasan sangat

dibutuhkan.

2. Pendanaan

Fase ini terujuk kepada pengenalan dan evaluasi dari permintaan kredit,

persetujuan atau penolakan resolusi disajikan dari bahan spesial yang dalam

program mikrokredit diidentifikasikan ke dalam komite kredit. Fase perencanaan

mencakup empat fase dalam proses kredit tradisional. Evaluasi adalah kombinasi

Page 7: BAB I

7

dari aktivitas yang disempurnakan untuk mengesahkan keuntungan dari kredit

fitur kualitas dan kuantitas dari peminjam evaluasi dalam keadaan sejarah dan

pandangan ke depannya (perspektif). Dengan mengumpulkan informasi dari

pelanggan yang bersangkutan dalam program mikrokredit, kegiatan ini umumnya

didapatkan dari kreditor dengan cara wawancara atau kunjungan ke pinjaman-

pinjaman yang berpotensi. Kreditor membantu keuntungan pelanggan di masa

depan di dalam mengisi penggunaan kredit; kemudian kreditor menaksirkan opini

pribadi yang akan mempengaruhi komite kredit di dalam penyelesaian kredit,

habis pembayaran dan evaluasi ulang pengembangan prinsip yang sama dalam

keuangan tradisional. Dalam program pengembangan kerjasama, kredit yang

sudah lunas dapat dipercayakan pada pihak ketiga biasanya adalah rekan lokal.

3. Pengawasan

Dalam fase ini mencakup aktivitas yang dibutuhkan untuk mengontrol

aliran uang kredit yang ditekankan pada waktu pembayaran dan manajemen yang

tepat dengan posisi yang benar, banyak manajemen bergantung pada kemampuan

untuk mengantisipasi peristiwa yang biasa terjadi dengan cara akuntansi yang

memadai dan pengawasan harian, karena itu perlu untuk memiliki sistem laporan

dan informasi manajemen dalam seluruh organisasi. Dalam mikrokredit perhatian

khusus diberikan kepada posisi berdasarkan keakraban kelompok, karena efek

yang berlipat ganda dari yang bisa didapatkan bisa memberikan resiko yang

tinggi, karena itu informasi yang menyangkut “grup-grup” ini harus selalu

diperbaharui ketika kredit dibantu oleh jaminan fisik, biasanya seperti properti

Page 8: BAB I

8

yang menguntungkan dan sebagainya (televisi, kulkas, dll). Kreditor harus melihat

kondisi barang jaminan selama saat dia berkunjung.

4. Peninjauan Kembali Manajemen

Dalam fase ini menitik-beratkan kepada posisi yang diakui tidak dapat

diperbarui, dalam kasus ini perundang-undangan lokal dari teori-teori target

daerah yang disetujui memiliki peranan yang besar. Kemungkinan dari perbaikan

adalah faktanya, tergantung kepada tekanan dan campur tangan dari badan

lainnya, seperti pengadilan yurisdiksi (yang berhak).

Strategi keluaran adalah salah satu dari fase khusus lainnya dalam program

mikrokredit, khususnya yang termasuk dalam proses pengembangan kerjasama.

Hal ini terujuk kepada strategi jalan keluar pada akhir program, faktanya pada fase

jalan keluar institusi yang mendukung harus yakin bahwa uang yang diberikan

kepada mikrokredit harus cukup berkembang untuk menjamin kegiatan

pendukung setelah masalah dari program mikrokredit dan jalan keluar dari

mikrofinansial. Dalam fase, tujuan etika sosial menjadi sangat penting,

mikrokredit harus mencoba mekanisme tinggi dan mencoba perputaran ekonomi

yang sesuai dalam setiap jangka waktu, tidak hanya ketika masa program dalam

fase ini, contohnya tujuan dan fungsi dari uang dan sisa perputaran uang harus

diprogram kembali. Celah dari bekerja dengan cara sistem “pelayanan” dengan

staf operasi yang khusus dapat direncanakan; biaya alternatif harus disediakan.

Dalam skenario baru harus menyajikan tujuan akhir dari program dalam hal

pertahanan untuk masa depan.

Page 9: BAB I

9

1. 5. 2 Prinsip Pemberian Kredit Perbankan

Kredit berasal dari kata credere yang berarti kepercayaan, yang

merupakan landasan dari pemberian kredit. Tanpa kepercayaan maka tidak akan

ada pemberian kredit ataupun sebaliknya, tidak akan ada nasabah yang

menyepakati perjanjian kredit, sebab pemberian kredit oleh bank mempunyai nilai

ekonomi kepada nasabah perorangan atau badan usaha (Taswan, 2006).

Definisi menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan,

kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan

itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya

setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dari pengertian tersebut,

maka kredit dapat berupa uang atas tagihan yang nilainya dapat diukur dengan

uang dan timbul akibat adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah

penerima kredit (debitur).

Tahap yang paling menentukan dalam analisis dan pengambilan keputusan

pemberian kredit adalah penentuan layak atau tidak permohonan kredit calon

debitur. Di sisi pihak bank, khususnya AO (Account Officer) dituntut objektif dan

konsisten atas hasil analisa dengan berpegang pada prinsip-prinsip kelayakan

kredit. Dalam dunia perbankan prinsip analisis kredit dikenal dengan konsep 5C

yaitu Character, Capacity, Capital, Condition of Economy, dan Collateral. Tapi,

BPR Mustaqim Sukamakmur hanya menganalisa 4C saja, tanpa pinjaman

(Collateral), karena pelayanan kredit usahatani ini diterapkan dengan sistem tanpa

agunan/pinjaman.

Page 10: BAB I

10

1. Character (watak)

AO (Account Officer) harus mencari tahu sifat-sifat dari calon debitur. Hal

ini terutama berhubungan dengan kemauan dari calon debitur untuk melakukan

kewajiban-kewajibannya. Bank selalu ingin kredit yang diberikannya dapat

kembali (dilunasi) pada waktunya. Bank akan berusaha memberi kredit hanya

kepada debitur yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap persetujuan yang

dibuat. Analisis ini lebih cenderung merupakan analisa kualitatif yang tidak

terbaca dengan angka-angka yang disajikan. Tanpa mengetahui itikad yang baik

dari debitur lebih baik kredit tidak diberikan.

Untuk memperoleh informasi tersebut seorang AO (Account Officer) dapat

melakukannya dengan mencari informasi melalui:

a. Sesama Account Officer baik dari bank yang sama maupun bank yang

berbeda. Seringkali nasabah bercerita tentang pihak lain yang berhubungan

kepada AO yang memegang account-nya (riwayat pinjaman nasabah.

b. Nasabah bank yang memiliki bidang usaha yang sama dengan calon

debitur. Misalnya sama-sama petani, pedagang mobil bekas, perusahaan

tekstil dan lain-lain.

c. Supplier atau mitra dagang dari pemohon. Dengan mencari informasi dari

supplier AO dapat mengetahui sistem pembelian yang diperoleh pemohon

dan ketetapan membayar dari calon debitur. Dengan demikian AO dapat

mengetahui sejauh mana calon debitur mampu memenuhi kewajibannya.

Page 11: BAB I

11

2. Capacity (kapasitas)

Pada analisa ini bank berusaha mengetahui kemampuan manajemen

mengoperasikan usahanya sehingga dapat memenuhi kewajibannya terhadap bank

secara rutin dan pada saat jatuh tempo. Kapasitas ini menunjukkan kemampuan

riil dari usahatani untuk merealisasikan rencana yang telah dibuatnya. Sebagian

aspek ini dapat dibaca dari laporan keuangan yang disediakan perusahaan seperti

kondisi likuiditas (kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan jangka

pendek maupun solvabilitas atau kebutuhan jangka panjang yang jatuh tempo),

rentabilitas (kemampuan perusahaan untuk mencapai laba dari hasil operasinya),

dan aspek keuangan lain yang merupakan refleksi kemampuan manajemen. Di

samping angka-angka, aspek kapasitas ini juga harus dianalisis secara kualitatif,

yaitu kemampuan manajemen meliputi umur, pengalaman di bidangnya, dan

pendidikan. Untuk mengukur kemampuan ini maka sering kali AO meminta

daftar riwayat hidup dari calon debitur atau manajemennya apabila calon debitur

adalah perusahaan.

3. Capital (modal)

Analisis aspek kapital ini meliputi struktur modal yang disetor, cadangan-

cadangan dan laba yang ditahan dalam struktur keuangan usaha. Besarnya modal

sendiri ini menunjukkan tingkat resiko yang ikut dipikul oleh debitur dalam

pembiayaan suatu proyek.

Page 12: BAB I

12

4. Condition of Economic (kondisi ekonomi)

Kredit yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi

yang dikaitkan dengan prospek usaha calon debitur. Ada suatu usaha yang sangat

tergantung dari kondisi perekonomian, oleh karena itu perlu mengaitkan kondisi

ekonomi dengan usaha calon debitur. Permasalahan mengenai condition of

economy erat kaitannya dengan faktor politik, peraturan perundang-undangan

negara dan perbankan pada saat itu serta keadaan lain yang mempengaruhi

pemasaran seperti gempa bumi, tsunami, longsor, banjir dsb. Sebagai contoh

beberapa saat yang lalu terjadi gejolak ekonomi yang bersifat negatif dan

membuat nilai tukar rupiah menjadi sangat rendah, hal ini menyebabkan

perbankan akan menolak setiap bentuk kredit investasi maupun konsumtif.

1. 5. 3 Penggunaan Kredit Perbankan oleh Usaha Kelompok Pertanian

Kredit Usaha Tani (KUT) adalah pemberian kredit kepada petani-nelayan

oleh lembaga perbankan yang telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia.

KUT diberikan bertujuan agar petani dapat meningkatkan produksi tanaman padi,

palawija dan beberapa tanaman hortikultura, sekaligus dapat meningkatkan

pendapatan serta memperkuat peranan dan fungsinya dalam perekonomian di

pedesaan.

Dalam menyalurkan Kredit Usaha Tani, BPR memiliki syarat dan

ketentuan yang berlaku. Adapun persyaratannya adalah:

1. Cakap untuk melakukan tindakan hukum menurut undang-undang.

2. Memiliki usaha mikro pertanian.

Page 13: BAB I

13

3. Berpenghasilan Rp 800.000 – Rp 3.000.000 atau total aset tidak lebih dari

100 juta.

4. Penduduk tetap dibuktikan dengan KTP.

5. Saling mengenal antar sesama kelompok.

6. Menetap di desa yang sama dalam satu kelompok.

7. Dalam satu rumah hanya satu anggota.

8. Tidak memiliki pinjaman lain yang belum lunas.

9. Bersedia mematuhi aturan Kredit Pertanian.

10. Membentuk kelompok tani.

11. Seluruh anggota 100% hadir tiap pertemuan.

12. Pelunasan 100% dan tepat waktu.

13. Bersedia menabung sebelum diberi pinjaman.

Terdapat dua tahapan dalam hal pencairan dana Kredit Usaha Pertanian.

Pertama yaitu pencairan biaya garap lahan, biaya benih, biaya tanam dan biaya

rawat. Lalu yang kedua adalah pencairan kredit untuk biaya pupuk dan biaya obat-

obatan.

Adapun ketentuan-ketentuan anggota Kelompok Tani dalam hal

penggunaan kredit yaitu:

1. Batas maksimum plafon kredit sesuai dengan luas lahan pertanian

2. Jangka waktu kredit sesuai dengan masa sekali panen

3. Angsuran Grace Periode (total angsuran pokok dan bunga dilunaskan

sekaligus saat jatuh tempo bulan terakhir)

4. Premi asuransi jiwa ditanggung debitur

Page 14: BAB I

14

5. Wewenang pemberian kredit sesuai ketentuan yang berlaku

6. Masing-masing anggota kelompok diberikan pinjaman yang sama

besarnya

7. Tanpa agunan

8. Ketua kelompok sebagai penanggung jawab terhadap dirinya dan

anggotanya

Disiplin kelompok yang diterapkan BPR terhadap Kelompok Usaha Tani

dalam hal pengawasan didalam jangka waktu penggunaan kredit yaitu setiap

anggota mengerti tanggung jawabnya, selalu hadir di setiap pertemuan, pinjaman

digunakan sesuai kesepakatan bersama, ada garansi dari ketua kelompok, dan

sistem absensi disupervisi oleh AO (Account Officer).

1. 5. 4 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan prinsip pemberian kredit dan

aktivitas penyaluran kredit perbankan adalah penelitian yang dilakukan oleh

Rangga Januar Irawan (2012) yang berjudul “Hubungan Antara Kecukupan

Kredit Perbankan Dengan Kualitas Laporan Keuangan Pada Usaha Mikro”.

Dalam penelitiannya, Rangga Januar Irawan membahas informasi akuntansi, yaitu

mengenai aktivitas penyaluran kredit pada usaha mikro.

Penelitian lainnya berhubungan dengan variabel prinsip pemberian kredit

perbankan yang dilakukan oleh Ria Resti dan Ruzikna (2013) yang berjudul

“Evaluasi pelaksanaan Penyaluran Kredit Usaha Kecil (Kasus Bank Perkreditan

Page 15: BAB I

15

Rakyat Rokan Hilir). Penelitian Ria Resti dan Ruzikna tersebut bertujuan untuk

mengetahui evaluasi pelaksanaan penyaluran kredit usaha kecil kepada debitur

dan untuk menilai benar-benar layak atau tidak kredit tersebut diberikan.

1. 6 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena,

atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi (Mudrajad Kuncoro,

2003).

Berdasarkan uraian dalam kerangka pemikiran, maka dapat dikemukakan

hipotesis sebagai berikut:

1. Pelaksanaan aktivitas penyaluran kredit usaha mikro pertanian cukup

maksimal.

2. Penerapan prinsip pemberian kredit perbankan usaha mikro belum

maksimal.

3. Prinsip aktivitas penyaluran kredit usaha mikro pertanian berhubungan

dengan prinsip pemberian kredit perbankan.