BAB I

download BAB I

of 16

Transcript of BAB I

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik depresif, yaitu gangguan kronik dari regulasi mood yang dihasilkan pada episode depresi dan mania. Gejala psikotik mungkin muncul pada kutub depresi atau mania. Seperti pada depresi mayor (unipolar), gangguan bipolar kemungkinan dipengaruhi oleh penyakit medis atau penyalahgunaan zat. Tidak seperti depresi mayor, hampir seluruh pasien dari kasus gangguan bipolar cenderung mengalami episode depresi dan manik dalam kehidupannya.

Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa berat yang prevalensinya cukup tinggi. Studi di berbagai negara menunjukkan bahwa risiko untuk terjadinya gangguan bipolar sepanjang kehidupan adalah sekitar 1-2%.8,9 Studi Epidemiologic Catchment Area (ECA) menemukan bahwa prevalensi sekali seumur hidup gangguan bipolar adalah antara 0,6%-1,1% (antara 0,8%-1,1% pada pria dan 0,5%-1,3% pada wanita).10 Studi-studi yang dilakukan di Eropa menunjukkan bahwa angka prevalensi gangguan bipolar mungkin mencapai 5%.11 Angka prevalensi dari keseluruhan spektrum gangguan bipolar pada seumur hidup adalah 2,6-7,8%.Penyakit manik depresif terjadi pada kurang dari 2% penduduk. Penyakit ini menyerang pria dan wanita dalam perbandingan yang sama dan biasanya mulai timbul pada masa remaja, usia 20 atau 30 tahun. Itulah sebabnya penulis membahas tentang manik depresif ini, karena pada saat sekarang ini banyak yang menyebabkan remaja stress bahkan sampai depresi yang nantinya dapat menimbulkan manik depresif, walau sebagian besar penderita manik depresif karena faktor keturunan.1.2 Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan manik depresif ?

2. Apa yang menyebabkan manik depresif ?

3. Bagaimana klasifikasi manik depresif ?

4. Bagaimana tanda dan gejala penderita manik depresif ?

5. Bagaimana penatalaksanaan bagi penderita manik depresif ?

6. Apa saja hal yang dapat ditimbulkan pada penderita manik depresif ?

1.3 Tujuan Penulisan1. Mengetahui pengertian manik depresif

2. Mengetahui penyebab manik depresif

3. Mengetahui klasifikasi manik depresif

4. Mengetahui tanda dan gejala penderita manik depresif

5. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan bagi penderita manik depresif

6. mengetahui hal apa saja yang dapat ditimbulkan pada penderita manik depresif BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian Manik DepresifManik depresif atau juga disebutgangguan bipolaradalah kondisi yang ditandai dengan perubahan mood,maniapada saat keparahan tertinggi dandepresipada saat terendah, seringkali dengan periode suasana hati normal di antaranya. Perubahan mood biasanya dalam satu atau dua hari, dan secara terus-menerus selama minimal seminggu. Ketika dalam siklus depresi, penderita dapat memiliki sebagian atau semua gejala depresi. Ketika dalam siklus mania, penderita dapat sangat aktif, lebih banyak bicara, dan memiliki banyak energi.

Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-Text Revision edisi ke-4 (DSM-IV-TR) adalah gangguan mood yang terdiri dari paling sedikit satu episode manik, hipomanik atau campuran yang biasanya disertai dengan adanya riwayat episode depresi mayor.Menurut Barbara D.Ingersol, Ph.D dan Sam Goldstain, gangguan bipolar atau manik depresif adalah suatu kondisi yang dicirikan oleh episode depresi yang diselingi dengan periode dimana suasana hati dan energi sangat meningkat. Begitu meningkatnya hingga melampaui batas normal suasana hati yang baik.

Penyakit manik depresif atau kelainan bipolar ini adalah suatu keadaan dimana periode depresi bergantian dengan periode mania atau tingkat kegembiraan yang lebih rendah. Penyakit manik depresif terjadi pada kurang dari 2% penduduk. Penyakit ini menyerang pria dan wanita dalam perbandingan yang sama dan biasanya mulai timbul pada masa remaja, usia 20 atau 30 tahun.

Depresi manik biasanya merupakan penyakit yang kambuh kembali disertai gangguan suasana hati yang berat. Orang yang mengalami gangguan ini menunjukkan gabungan depresi dan rasa cemas tetapi kadang-kadang hal ini dapat diganti dengan perasaan gembira, gairah, dan aktivitas secara berlebihan gambaran ini disebut 'mania'.Kontras dengan depresi, gangguan bipolar tampaknya menyerang pria dan wanita dalam jumlah yang sama. Hal ini paling sering dimulai sewaktu seseorang baru menginjak dewasa, tetapi kasus-kasus gangguan bipolar telah didiagnosis pada remaja dan bahkan anak-anak. Meskipun demikian, menganalisis gejalanya dan menarik kesimpulan yang benar dapat sangat sulit bahkan bagi seorang pakar medis.

2.2 EtiologiPenyakit ini diyakini sebagai penyakit keturunan, meskipun kelainan genetik yang pasti masih belum diketahui. Dalam usaha memahami etiologi gangguan bipolar, para peneliti terus melakukan penelitian untuk mencari hubungan antara manifestasi penyakit yang sangat kompleks dengan dasar biologinya. Gangguan bipolar dihubungkan dengan berbagai gangguan otak seperti gangguan struktur, fungsi, kimia, neurokimia, neuroendokrin, dan transduksi sinyal otak. Stres yang terjadi dalam peristiwa kehidupan sering mengawali terjadinya episode pertama gangguan mood. Peristiwa-peristiwa seperti itu dapat menyebabkan perubahan neuronal permanen yang menjadi predisposisi pada seseorang bagi terjadinya rentetan episode gangguan mood.Beberapa pencetus terjadinya manik depresif yaitu :

a. Genetik. Penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan biologis untuk manik depresi diwariskan. Sekitar 80-90 % dari mereka dengan gangguan ini memiliki kerabat dengan beberapa bentuk depresi. b. Biologis juga tampaknya memainkan peran. Manik depresi mungkin terkait dengan ketidakseimbangan dalam biokimia otak yang mengatur suasana hati dan situasi kondisi. c. Stress, seperti kesulitan perkawinan, kehilangan pekerjaan, sakit, atau kematian orang yang dicintai, dapat memicu episode manik atau depresi pada seseorang rentan terhadap penyakit.2.3 Klasifikasi Manik DepresifBerdasarkan DSM-IV-TR klasifikasi gangguan bipolar adalah sebagai berikut:

1. Gangguan bipolar I.

Ditandai oleh satu atau lebih episode manik atau campuran yang biasanya disertai oleh episode-episode depresi mayor;

2. Gangguan bipolar II

Gambaran utama ditandai oleh terjadinya satu atau lebih episode depresi mayor yang disertai oleh paling sedikit satu episode hipomanik;

3. Gangguan siklotimik

Ditandai paling sedikit dua tahun dari sejumlah periode waktu gejala hipomanik yang tidak memenuhi kriteria episode manik dan sejumlah periode gejala depresif yang tidak memenuhi kriteria depresif mayor;

4. Gangguan bipolar yang tidak terinci

Gangguan ini mencakup gambaran bipolar yang tidak memenuhi kriteria di atas.

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar dibedakan menjadi 2, yaitu gangguan bipolar I dan II.Gangguan bipolar I atau tipe klasik ditandai dengan adanya 2 episode yaitu manik dan depresi, sedangkan gangguan bipolar II ditandai dengan hipomanik dan depresi.PPDGJ III membaginya dalam klasifikasi yang berbeda yaitu menurut episode kini yang dialami penderita (Amalina, 2011).Tabel 1. Pembagian Gangguan Afektif Bipolar Berdasarkan PPDGJ III (F31)

F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik

F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik

F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik

F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang

F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik

F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran

F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi

F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya

F31.9 Gangguan afektif bipolar yang tidak tergolongkan

Dari tabel 1, dapat terlihat bahwa episode manik dibagi menjadi 3 menurut derajat keparahannya yaitu hipomanik, manik tanpa gejala psikotik, dan manik dengan gejala psikotik.Hipomanik dapat diidentikkan dengan seorang perempuan yang sedang dalam masa ovulasi (estrus) atau seorang laki-laki yang dimabuk cinta.Perasaan senang, sangat bersemangat untuk beraktivitas, dan dorongan seksual yang meningkat adalah beberapa contoh gejala hipomanik. Derajat hipomanik lebih ringan daripada manik karena gejala-gejala tersebut tidak mengakibatkan disfungsi social(Amalina, 2011).

Pada manik, gejala-gejalanya sudah cukup berat hingga mengacaukan hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial.Harga diri membumbung tinggi dan terlalu optimis.Perasaan mudah tersinggung dan curiga lebih banyak daripada elasi(suasana perasaan yang meningkat).Bila gejala tersebut sudah berkembang menjadi waham maka diagnosis mania dengan gejala psikotik perlu ditegakkan.Bertolakbelakang dengan hipomanik/manik, gejala pada depresi terjadi sebaliknya.Suasana hati diliputi perasaan depresif, tiada minat dan semangat, aktivitas berkurang, pesimis, dan timbul perasaan bersalah dan tidak berguna.Episode depresi tersebut harus berlangsung minimal selama 2 minggu baru diagnosis dapat ditegakkan. Bila perasaan depresi sudah menimbulkan keinginan untuk bunuh diri berarti sudah masuk dalam depresif derajat berat(Amalina, 2011).

2.4 Manifestasi KlinisPenyakit manik depresif biasanya diawali dengan depresi dan meliputi setidaknya 1 episode mania dalam perjalanan penyakitnya. Episode depresi berlangsung selama 3-6 bulan. Pada bentuk penyakit yang paling berat (kelainan bipolar I), depresi diselingi oleh mania yang berat. Pada bentuk yang tidak terlalu berat (kelainan bipolar II), episode depresi yang singkat diselingi dengan hipomania. Bentuk yang lebih ringan adalah penyakit siklotimik, dimana periode kegembiraan dan depresi tidak terlalu berat, berlangsung hanya beberapa hari dan kambuh dalam selang waktu yang tidak beraturan. Pada akhirnya penyakit siklotimik berkembang menjadi penyakit manik depresif, tetapi tidak pernah berkembang menjadi depresi maupun mania. Penyakit siklotimik bisa menyebabkan penderitanya sukses dalam usaha, kepemimpinan, prestasi dan kreativitas seni. Tetapi penyakit ini juga bisa menyebabkan catatan pekerjaan dan sekolah yang ganjil, kegagalan dalam hubungan asmara maupun perkawinan serta penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan. 1 dari 3 penderita kelainan bipolar mengalami gejala-gejala mania (atau hipomania) dan depresi secara bersamaan. Keadaan ini disebut status bipolar campuran.Cara setiap orang untuk mengekspresikan suasana hati ini berbeda, tapi orang-orang mengalami mania sering menjadi terlalu sok penting, luas dan terlalu percaya diri. Tergantung pada keyakinan batin mereka dan keinginan tersembunyi, mereka mungkin menjadi promiscuous seksual, terlalu religius, bertanggung jawab secara finansial, tidak toleran, verbal agresif, mudah marah, overcommunicative dan tidak mampu mendengarkan atau empathising dengan orang lain. Sulit tidur dan perilaku yang terlalu aktif adalah umum di antara orang dengan mania. Tidak diobati, orang tersebut bisa mengalami halusinasi, delusi dan paranoia. Sebelum munculnya pengobatan, orang dengan gangguan bipolar dicatat sebagai mati karena kelaparan dan kelelahan.Beberapa karakteristik seseorang dengan manik depresi adalah :1. Peningkatan energi

2. Penurunan kebutuhan untuk tidur

3. Peningkatan aktivitas seksual

4. Partisipasi biasanya dalam kegiatan berisiko tinggi yang cenderung mengarah ke hasil yang menyakitkan seperti perjudian5. Keras, cepat, atau tidak koheren pidato

6. Disconnect, pikiran ngawur7. Mudah terganggu

8. Tiba-tiba marah

9. Keyakinan bahwa ia kuat

10. Paranoia mendadak atau kemarahan

11. Denial segala sesuatu yang salah

12. Alkohol atau penyalahgunaan narkoba13. Delusi dan halusinasi, dalam tahap selanjutnya, mungkin menjadi yakin bahwa dia berhubungan dengan makhluk dari luar angkasa, tahu selebriti atau Tuhan, atau memiliki pengetahuan yang super atau kekuasaan.2.5 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan1. Penatalaksanaan MedisEpisode mania atau hipomania pada gangguan manik depresif bisa diobati dengan cara yang sama pada mania akut. Episode depresi diobati dengan cara yang sama dengan pengobatan depresi. Penderita gangguan manik depresif sebaiknya diberikan obat yang bisa menstabilkan suasana hati, misalnya Lithium atau anti kejang seperti Carbamazepine, Valproic Acid dan Lamotrigine. Selain itu bisa diberikan obat anti psikotik untuk memperkuat efek stabilisasi mood. Obat anti spikotik yang dipilih adalah yang bersifat atipikal seperti Asenapine, Ziprasidone, Quetiapine, Risperidone, Flouxetine dan lain-lain. Stabilisator mood

a. Lithium

Litium sudah digunakan sebagai terapi mania akut sejak 50 tahun yang lalu. Sejumlah kecil litium terikat dengan protein. Litium dieksresikan dalam bentuk utuh hanya melalui ginjal. Lithium diindikasikan untuk episode mania akut, depresi, mencegah bunuh diri, dan bermanfaat sebagai terapi rumatan GB. Efek samping yang dilaporkan adalah mual, muntah, tremor, somnolen, penambahan berat badan, dan penumpulan kognitif.b. Carbamazepine

Carbamazepine (Tegretol) sangat efektif untuk mengontrol gejala bipolar disorder bagi meraka yang mengalami siklus depresi-mania yang sangat cepat (rapid cycling). Obat ini bisa dikombinasikan dengan obat lain seperti lithium agar dapat bekerja secara maksimal, tetapi tidak dengan narkoba dan alkohol karena dapat memperparah penyakit hati dan darah. Efek samping obat ini meliputi mulut kering, sembelit, ngantuk, mual, sulit kencing dan darah rendah.c. Valproat

Valproat merupakan obat antiepilepsi yang disetujui oleh FDA sebagai antimania. Valproat tersedia bentuk preparat oral dan preparat bentuk preparat oral dan preparat intravena. Valproat efektif untuk mania akut, campuran akut, depresi mayor akut, terapi rumatan GB, mania sekunder, GB yang tidak berespons dengan litium, siklus cepat, GB pada anak dan remaja, serta GB pada lanjut usia.d. Lamotrigine

Lamotrigin efektif untuk mengatasi episode bipolar depresi. Ia menghambat kanal Na+. Selain itu, ia juga menghambat pelepasan glutamat. Selain itu lamotrigine juga efektif untuk mengobati episode depresi, GB I dan GB II, baik akut maupun rumatan. Lamotrigin juga efektif untuk GB, siklus cepat.

Antipsikotika atipika. RisperidonRisperidon adalah derivat benzisoksazol. Ia merupakan antipsikotika atipik pertama yang mendapat persetujuan FDA setelah klozapin. Risperidon bermanfaat pada mania akut dan efektif pula untuk terapi rumatan. b. OlanzapinOlanzapin merupakan derivat tienobenzodiazepin yang memiliki afinitas terhadap dopamin (DA), D2, D3, D4, dan D5, serotonin 2 (5-HT2); muskarinik, histamin 1(H1), dan 1- adrenergik. Olanzapin mendapat persetujuan dari FDA untuk bipolar episode akut mania dan campuran. Selain itu, olanzapin juga efektif untuk terapi rumatan GB.c. QuetiapinQuetiapin efektif untuk GB I dan II, episdoe manik, depresi, campuran, siklus cepat, baik dalam keadaan akut maupun rumatan. Quetiapin secara umum ditoleransi dengan baik. Sedasi merupakan efek samping yang sering dilaporkan. Efek samping ini berkurang dengan berjalannya waktu.d. AripiprazolAripiprazol adalah stabilisator sistem dopamin-serotonin. Aripiprazol efektif pada GB, episode mania dan episode campuran akut. Ia juga efektif untuk terapi rumatan GB. Aripiprazol juga efektif sebagai terapi tambahan pada GB I, episode depresi.

AntidepresanAntidepresan efektif untuk mengobati GB, episode depresi. Penggunaannya harus dalam jangka pendek. Penggunaan jangka panjang berpotensi meginduksi hipomania atau mania. Untuk menghindari terjadinya hipomania dan mania, antidepresan hendaklah dikombinasi dengan stabilisator mood atau dengan antipsikotika atipik (Marionate, 2008).2. Penatalaksanaan Keperawatan

Pada dasarnya di fokuskan pada :

a. Lingkungan

Prioritas utama dalam merawat klien mania dan depresi adalah mencegah terjadinya kecelakaan, karena klien mania memiliki daya nilai yang rendah, hiper aktif, senang tindakan yang beresiko tinggi. Maka klien di tempatkan di lingkungan yang aman yaitu :1) Di lantai dasar2) Ruangan dengan prabotan sederhana3) Kurangi rangsangan/batasi rangsangan lingkungan4) Suasana tenangb. Hubungan Perawat dengan Klien

Hubungan yang saling percaya yang terapetik perludibina dan diperhatikan. Bekerja dengan klien depresi perawat harus bersifat :1) Hanggat2) Menerima3) Jujur pengharapan pada klien.4) Bicara lambat sederhana5) Beri waktu pada klien untuk berfikir dan menjawab.c. Afektif

Kesadaran dan kontrol diri perawat pada dirinya merupakan sarat utama. Merawat klien depresi, perawat harus mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik, sikap perawat yang menerima klien dengan baik, sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada klien. Prinsip intervensi yang afektif adalah:1) Menerima dan menenangkan klien2) Bukan menggembirakan atau mengatakan bahwa klien tidak perlu khawatir.3) Klien di dorong untuk mengekspresikan pengalaman yang menyakitkan dan menyedikan secara verbal, sehingga akan mengurangi intensitas masalah yang dihadapi.d. Kognitif

Intervensi yang kongnitif bertujuan untuk meningkatkan kontrol diri klien terhadap tujuan dan perilakunya, meningkatkan harga diri dan memdbantu klien memodifikasi harapan yang negatif. Berikut cara untuk meribah fikiran yang negatif :1) Identifikasi semua ide, pikiran yang negatif2) Identifikasi aspek positif yang dimiliki klien (kemampuan, keberhasilan)3) Dorong klien menilai persepsi,logika,rasional4) Bantu klien mengubah persepsi yang salah/negatif ke ke positif dan tidak realitas ke realitas5) Sertakan klien pada aktifitas yang memperlihatkan hasil dan beri penguatan dan pujian akan keberhasilan yang dicapai kliene. Perilaku

Intervensi perilaku bertujuan untuk mengaktifkan klien pada tujuan yang realitas yaitu dengan memberi tanggung jawab secara bertahap dalam kegiatan diruangan. Klien depresi berat dengan penurunan motivasi perlu dibuat kegiatan yang terstruktur,tugas yang diberikan tidak sulit dan tidakmemerlukan waktu yang lama untuk mencegah rasa bosan,berikan pujian jika klien berhasil melakukan kegiatan dengan baik.pada klien mania diberikan tugas yang sederhana dan cepat selesai.f. Sosial

Intervensi sosial bertujuan untuk meningkatkan berhubungan dengan sosial dengan cara :

1) Kaji kemampuan,dukungan dan minat klien 2) Bimbing klien melakukan hubungan interpersonal yang positif3) Observasi dan kaji sumber dukungan yang ada pada klien4) Beri reinforcement positif terhadap keterampilan sosial yang efektif5) Dorong klien memulai hubngan sosial yang lebih luas (perawat,klien lain ).g. Fisiologis

Intervensi fisiologis bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan2.6 Komplikasi1. Gangguan Neurologis atau Emosional

Pasien dengan gangguan bipolar, terutama tipe II atau gangguan cyclothymic, memiliki episode sering depresi berat. Gangguan kecemasan, seperti gangguan panik, Pasien dengan gangguan bipolar, terutama mereka dengan tipe II, mengalami fobia. Gejala gangguan bipolar pada anak-anak sering bingung dengan perhatian-deficit hyperactivity disorder (ADHD), ADHD mempengaruhi anak usia sekolah sehingga mengalami kegelisahan, bertindak impulsif, dan kurangnya fokus yang mengganggu kemampuan mereka untuk belajar dengan baik (Smith, 2007).

2. Bunuh diri

Risiko bunuh diri sangat tinggi pada pasien yang menderita gangguan bipolar dan yang tidak menerima perhatian medis. Antara 10 - 15% dari pasien dengan gangguan bipolar I bunuh diri, dengan risiko yang tertinggi selama episode depresi atau mania campuran (depresi dan mania simultan). Pasien yang menderita gangguan kecemasan juga beresiko lebih besar untuk bunuh diri(Smith, 2007).

Banyak pra-remaja dengan gangguan bipolar lebih sakit parah daripada orang dewasa dengan penyakit, dan risiko bunuh diri tinggi. Mereka memiliki risiko lebih tinggi untuk mania campuran, ganda dan sering siklus, dan durasi panjang penyakit tanpa periode baik(Smith, 2007).

3. Efek Perilaku dan Emosional fase manik

Sebagian kecil pasien gangguan bipolar menunjukkan produktivitas tinggi atau kreativitas selama fase manik. Pemikiran menyimpang dan gangguan penilaian yang merupakan ciri khas dari episode manik dapat menyebabkan perilaku berbahaya, termasuk (Smith, 2007) :

a. Menghabiskan uang menyebabkan kehancuran finansial b. Marah, perilaku paranoid, dan bahkan kekerasan

c. Perilaku terbuka promiscuous

Perilaku seperti ini sering diikuti dengan rendah diri dan rasa bersalah, yang dialami selama fase depresi. Selama semua tahapan penyakit, pasien perlu diingatkan bahwa gangguan mood akan berlalu dan beratnya bisa dikurangi dengan pengobatan.

4. Penyalahgunaan Zat

Merokok adalah umum di antara pasien dengan gangguan bipolar, terutama mereka yang memiliki gejala psikotik sering atau berat. Beberapa dokter berspekulasi bahwa, seperti dalam skizofrenia, penggunaan nikotin dapat menjadi bentuk pengobatan sendiri karena efek tertentu pada otak (Smith, 2007). Hingga 60% dari pasien dengan gangguan bipolar penyalahgunaan zat lain (paling sering alkohol, diikuti dengan ganja atau kokain) di beberapa titik dalamperjalanan penyakit mereka.Berikut ini adalah faktor risiko untuk alkoholisme dan penyalahgunaan zat pada pasien dengan gangguan bipolar (Smith, 2007) :

a. Setelah episode campuran daripada yang mania murni b. Menjadi seorang pria dengan gangguan bipolar5. Asosiasi dengan Penyakit FisikOrang dengan penyakit mental memiliki insiden yang lebih tinggi dari kondisi medis, termasuk penyakit jantung, asma dan masalah paru-paru lainnya, gangguan pencernaan, infeksi kulit, diabetes, hipertensi, sakit kepala migrain, hipotiroidisme, dan kanker. Pasien dengan gangguan bipolar juga kurang mungkin untuk menerima perawatan medis dibandingkan orang tanpa gangguan mental. Penyalahgunaan zat, termasuk merokok, alkoholisme, dan penyalahgunaan narkoba, juga berkontribusi pada banyak masalah ini serta mengurangi akses ke perawatan. Obat yang digunakan untuk gangguan bipolar juga dapat meningkatkan risiko untuk masalah kesehatan (Smith, 2007).

Namun, orang dengan gangguan bipolar dan penyakit mental lainnya memiliki risiko lebih tinggi untuk sejumlah kondisi ini independen dari faktor tersebut (Smith, 2007) :a. DiabetesDiabetes didiagnosis hampir tiga kali lebih sering pada orang dengan gangguan bipolar daripada di populasi umum. Banyak pasien dengan gangguan bipolar mengalami kelebihan berat badan, dengan sekitar 25% memenuhi kriteria untuk obesitas. Kelebihan berat badan merupakan faktor risiko yang signifikan untuk diabetes dan sehingga mungkin menjadi faktor umum di kedua penyakit. Obat yang digunakan untuk mengobati bipolar juga dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan diabetes. Faktor genetik umum pada diabetes dan gangguan bipolar dapat menyebabkan gangguan langka yang disebut sindrom Wolfram dan masalah lain dengan metabolisme karbohidrat.

b. Tekanan Darah TinggiPasien dengan gangguan bipolar mungkin berada pada risiko yang lebih tinggi untuk tekanan darah tinggi (hipertensi) dibandingkan pasien tanpa gangguan. Tingginya prevalensi hipertensi pada pasien dengan gangguan bipolar juga dapat menjelaskan risiko lebih besar untuk penyakit dan kematian dari kondisi yang berhubungan dengan jantung.c. Migraine HeadachesMigrain adalah umum pada pasien dengan sejumlah penyakit mental, tetapi mereka sangat umum di antara pasien dengan gangguan bipolar II. Pasien dengan bipolar II menderita migrain lebih sering dibandingkan pasien dengan bipolar I, menunjukkan bahwa faktor biologis yang berbeda mungkin terlibat dengan setiap bentuk bipolar.

d. HypothyroidismHypothyroidism (tingkat tiroid yang rendah) adalah efek samping yang umum dari lithium, pengobatan standar untuk bipolar. Namun, bukti juga menunjukkan bahwa pasien, khususnya perempuan, mungkin berada pada risiko yang lebih tinggi untuk tingkat tiroid rendah terlepas dari obat yang mereka gunakan. Hypothyroidism mungkin, pada kenyataannya, menjadi faktor risiko untuk gangguan bipolar pada beberapa pasien.

BAB III

PENUTUP3.1 Kesimpulan

Manik depresif atau juga disebutgangguan bipolaradalah kondisi yang ditandai dengan perubahan mood,maniapada saat keparahan tertinggi dandepresipada saat terendah, seringkali dengan periode suasana hati normal di antaranya. Ketika dalam siklus depresi, penderita dapat memiliki sebagian atau semua gejala depresi. Ketika dalam siklus mania, penderita dapat sangat aktif, lebih banyak bicara, dan memiliki banyak energi.Penyebab manik depresif atau gangguan bipolar ini belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun diduga terdapat beberapa faktor pencetus, seperti genetik, biologis dan stress.

Penyakit manik depresif biasanya diawali dengan depresi dan meliputi setidaknya 1 episode mania dalam perjalanan penyakitnya. Episode depresi berlangsung selama 3-6 bulan. Pada bentuk penyakit yang paling berat (kelainan bipolar I), depresi diselingi oleh mania yang berat. Pada bentuk yang tidak terlalu berat (kelainan bipolar II), episode depresi yang singkat diselingi dengan hipomania.3.2 Saran

Pada era globalisasi seperti ini, kecendrungan seseorang mengalami stress semakin meningkat, bahkan sampai pada tingakat depresi yang nantinya dapat menimbulkan gangguan bipolar. Sebagai seorang calon perawat profesional kita harus mengetahui dan memahami mengenai penyakit bipolar atau manik depresif ini sehingga dapat berinteraksi dan memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada penderita bipolar ini. Disamping itu, sebagai remaja yang menganjak dewasa awal kita perlu mengetahui penyakit ini untuk mencegah terjadinya pada diri kita sendiri.15 | Page