BAB I
-
Upload
yangterlupakan -
Category
Documents
-
view
9 -
download
0
description
Transcript of BAB I
-
5/21/2018 BAB I
1/36
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu disiplin ilmu yang
diajarkan di setiap jenjang pendidikan. Mata pelajaran IPA pada dasarnya adalah
program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap,
dan nilai ilmiah pada murid serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan
Yang Maha Esa (Depdiknas. 2006:93). Pembelajaran IPA menekankan pada proses
penemuan siswa terhadap pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran IPA di MIN
bertujuan memberikan bekal pengetahuan. Konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar pendidikan IPA siswa selama belajar di MIN.
Pembelajaran IPA diharapkan dapat mengefektifkan aktivitas guru IPA kelas
V MIN Blang Bladeh, dimana aktivitas guru dapat bertindak sebagai mediator dan
fasilitator pembelajaran IPA di dalam kelas, sehingga peran guru dapat memberikan
motivasi dan dapat menumbuhkan sikap aktif dan kreatif dari siswa dalam mengikuti
pembelajaran sehingga pelaksanaan pembelajaran terjadi dua arah dan tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Pelaksanaan pembelajaran IPA juga
diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan respon siswa terhadap proses
pembelajaran ataupun terhadap penguasaan sejumlah materi ajar yang berdampak
positif pada pencapaian hasil belajar siswa yang telah ditetapkan oleh sekolah,
dimana 85% dari jumlah siswa yang terdapat di dalam kelas tuntas dalam mengikuti
pembelajaran dengan memperoleh nilai di atas 65.
Namun yang terjadi pada siswa kelas V MIN Blang Baldeh adalah aktivitas
siswa yang masih kurang memahami dan menguasai materi-materi pelajaran IPA
terutama pada materi fungsi organ pencernaan. Hal ini dikarenakan aktivitas guru
yang hanya berfungsi sebagai pemberi informasi dan pengetahuan sehingga siswa
-
5/21/2018 BAB I
2/36
2
tidak termotivasi untuk menggali pengetahuan mereka. Dengan demikian respon yang
terlihat dari siswa kelas V MIN Blang Bladeh tidaklah seperti yang diharapkan. Hal
yang demikian juga berpengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa yang rendah, ini
terlihat dari nilai tes yang diperoleh siswa masih dibawah KKM yang telah di
tetapkan dalam pelajaran IPA oleh sekolah, persentase dari ketuntasan siswa adalah
75%.
Masalah yang dihadapi oleh siswa kelas V MIN Blang Blahdeh adalah
aktivitas yang ditunjukkan guru dalam pelaksanaan pembelajaran masih rendah.
dimana guru tidak melibatkan siswa secara aktif dalam pelaksanaan pembelajaran.
aktivitas siswa juga sangat rendah yang berpengaruh terhadap respon yang
ditunjukkan siswa dalam kelas selama pembelajaran yang berlangsung sehingga
menyebabkan rendahnya tingkat ketuntasan hasil belajar siswa.
Untuk menyelesaikan permasalah yang terjadi dibutuhkan penyelesaian yang
tepat guna meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa, pelaksanaan pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan alat peraga dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeNumber Head Together (NHT).
Model pembelajaran kooperatif tipeNumbered Head Together merupakan tipe
pembelajaran kooperatif yang menuntut siswa untuk lebih aktif dan bertanggung
jawab penuh dalam memahami materi pembelajaran baik secara kelompok maupun
individual. Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk berinteraksi dengan
temannya karena dalam tipe pembelajaran ini siswa diberi waktu untuk memikirkan,
menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru sehingga membutuhkan komunikasi
yang baik antar teman sekelompoknya untuk mempersatukan ide. Pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa karena siswa dituntut komunikatif dalam kegiatan pembelajaran.
-
5/21/2018 BAB I
3/36
3
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti terdorong untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut tentangStrategi Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada
Materi Fungsi Organ Pencernaan dengan Menggunakan Alat Peraga Melalui
Model Pembelajaran Kooperatif tipe Number Head Together (NHT) di Kelas V
MIN Blang Bladeh
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Apakah penerapan alat peraga dan model pembelajaran kooperatif tipe Number
Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses IPA
di MIN Blang Bladeh?
2. Bagaimana penerapan alat peraga dan model pembelajaran kooperatif tipe
Number Head Together (NHT)pada siswa belajar pada pembelajaran IPA di MIN
Blang Bladeh?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah peneliti buat, maka penelitian ini
memiliki tujuan sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui penerapan alat peraga dan model pembelajaran kooperatif
tipe Number Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam proses IPA di MIN Blang Bladeh.
2. Untuk mengetahui penerapan alat peraga dan model pembelajaran kooperatif
tipe Number Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam proses IPA di MIN Blang Bladeh.
-
5/21/2018 BAB I
4/36
4
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan
manfaat yang berarti bagi siswa, guru, dan sekolah sebagai suatu sistem pendidikan
yang mendukung peningkatan proses belajar dan mengajar siswa.
Secara teoritis penelitian ini dapat bermanfaat sumber informasi atau masukan
kepada pengajar. Sedangkan secara praktis hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
1) Guru agar dapat melatih untuk menyusun dan mendesain proses pembelajaran
secara terencana dan maksimal, sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
2) Siswa untuk memotivasi, menggali potensi belajar yang dimiliki dan mampu
mengembangkan kemampuan belajarnya.
3) Sekolah sebagai sumber data, informasi, dan bahan referensi bagi penelitian
sejenis.
4) Bagi peneliti, penelitian ini akan memberikan manfaat bagi peneliti karena
peneliti akan lebih mengetahui permasalahan-permasalahan yang timbul dalam
kegiatan belajar mengajar khususnya dalam model pembelajaran kooperatif dan
sebagai bekal bagi peneliti untuk menjadi tenaga pendidik di masa yang akan
datang.
-
5/21/2018 BAB I
5/36
5
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Hakikat Pembelajaran IPA
Secara sederhana IPA didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam
semesta. Dalam kurikulum 2004 sains (IPA) diartikan sebagai cara mencari tahu
secara sistematis tentang alam semesta. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di
dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar.
Menurut Uno (2009:67) pada dasarnya hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) ada tiga yaitu:
1. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai produk
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai produk adalah kumpulan hasil kegiatan
empirik dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh para ilmuan selama berabad-
abad. IPA sebagai produk terdapat dalam bentuk fakta-fakta, data-data, konsep-
konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori. Jika ditelaah lebih jauh, maka fakta-fakta
merupakan hasil kegiatan empirik, sedangkan data, konsep, prinsip dan teori
dalam IPA merupakan hasil kegiatan analitik.
-
5/21/2018 BAB I
6/36
6
2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai proses
Memahami IPA lebih dari hanya mengetahui fakta-fakta yang terdapat dalam
pembelajaran IPA. Memahami IPA berarti juga memahami proses IPA, yaitu
memahami bagaimana mengumpulkan fakta-fakta dan memahami bagaimana
menghubungkan fakta-fakta untuk menginterpretasikannya. Para ilmuwan
menggunakan berbagai prosedur empirik dan prosedur analitik dalam usaha
mereka untuk memahami alam semesta ini. Prosedur-prosedur tersebut disebut
proses ilmiah atau proses IPA. Keterampilan proses IPA atau keteramilan sains
disebut juga keterampilan belajar seumur hidup, sebab keterampilan-ketarampilan
ini dapat juga dipakai untuk kehidupan sehari-hari dan untuk bidang studi yang
lain.
3. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sikap ilmiah
Pemikiran-pimikiran para ilmuwan yang bergerak dalam bidang IPA itu
menggambarkan, rasa ingin tahu dan rasa penasaran mereka yang besar, diiringi
dengna rasa percaya, sikap objektif, jujur dan terbuka serta mu mendengarkan
pendapat orang lain. Sikap-sikap itulah yang kemudian memakai hakekat IPA
sebagai sikap ilmiah atau a way of thinking. Oleh para ahli psikologi kognitif,
pekerjaan dan pemikiran para ilmuwan IPA di dalamnya, dipandang sebagai
kegiatan kreatif, karena ide-ide dan penjelasan-penjelasan dari suatu gejala alam
disusun dalam fikiran. Oleh sebab itu, pemikiran dan argumentasi para ilmuwan
dalam bekerja menjadi rambu-rambu penting dalam kaitannya dengan hakekat
IPA sebagai sikap ilmiah.
B. Pengertian Belajar
Slameto (2003:2) menyatakan belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
-
5/21/2018 BAB I
7/36
7
lingkungannya. Menurut Golan (2009) belajar adalah suatu usaha sadar yang
dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan dan
pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk
memperoleh tujuan tertentu. Belajar merupakan proses yang aktif untuk memahami
hal-hal baru dengan pengetahuan yang kita miliki. Di sini terjadi penyesuaian dari
pengetahuan yang sudah kita miliki dengan pengetahuan baru. Dengan kata lain, ada
tahap evaluasi terhadap informasi yang didapat, apakah pengetahuan yang kita miliki
masih relevan atau kita harus memperbarui pengetahuan kita sesuai dengan
perkembangan zaman.
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan
mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat
terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain.
Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.
Pembelajaran adalah separangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses
belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan
terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa (Winkel
dalamGolan,2009 ).
Proses pembelajaran dialami setiap orang sepanjang hayat serta dapat berlaku
di manapun dan kapanpun. Pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik
dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan
lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik (Golan,
2009 ). Lingkungan belajar yang di atur oleh guru mencakup tujuan pengajaran,
bahan pengajaran, metodelogi pengajaran dan penilaian pengajaran. Unsur-unsur
tersebut biasa di kenal dengan komponen-komponen pengajaran (Slameto, 2003:15).
Belajar menurut Djamarah (2006:11) proses perubahan prilaku berkat
pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, yang
http://joegolan.wordpress.com/http://joegolan.wordpress.com/ -
5/21/2018 BAB I
8/36
8
menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap
aspek organisme atau pribadi. Menurut Sardiman (2009:20), yang mengatakan bahwa
belajar mempunyai dua arti yaitu arti luar dan arti terbatas/khusus. Dalam pengertian
luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan
pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha
penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju
terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini, ada pengertian bahwa
belajar adalah penambahan pengetahuan. Definisi konsep ini dalam praktiknya
banyak dianut di sekolah-sekolah.
Selanjutnya, Aunurrhaman (2009:35) mengemukakan bahwa belajar adalah
suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik
melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Sedangkan menurut Gagne
mengemukakan bahwa, belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang
dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh
langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiah (Suprijono, 2009:2).
Dari kedua pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan proses perubahan prilaku yang dialami siswa melalui interaksi edukatif
yang bermakna dimana siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilannya melalui
pengalaman dan interaksi langsung dengan alam dan lingkungan sekitarnya sebagai
sumber pembelajaran.
C. Hasil Belajar
Suprijono (2009:2) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan disposisi
atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi
tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara
alamiah. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
-
5/21/2018 BAB I
9/36
9
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar
berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan
motorik, dan sikap.
Sedangkan, Aunurrahman (2009:37) mengemukakan bahwa hasil belajar
ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah
laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar umumnya disertai
perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan
sesuatu p-perubahan yang dapat diamati (observable). Perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar juga dapat menyentuh perubahan pada aspek kognitif, afektif,
dan aspek psikomotorik siswa.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif dan
psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan
instrumen tes atau instrumen yang relevan.
D. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dimana
siswa yang lebih pandai membantu siswa yang kurang mampu dalam menyelesaikan
dan memahami sutu cara pembelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman,
serta kegiatan lainnya yang bertujuan untuk membuat cara belajara terbuka untuk
seluruh siswa dan juga membuat proses berpikir siswa laain terbuka untuk seluruh
siswa. Dan belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompoknya belum
menguasai materi pembelajaran.
Emildadiany (dalam Sudrajat, 2008) mengemukakan bahwa model
pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung
pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran pembelajaran kooperatif dapat
didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk
-
5/21/2018 BAB I
10/36
10
di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, dalam Sudrajat,
2008), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi
personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Sementara itu, Trianto
(2010:56) menyatakan bahwa pembelajaran Kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar bersamadalam kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari 4 6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis
kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku
bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama
yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota
kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling
membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif,
belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
menguasai bahan pelajaran.
E.
Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Arends (dalam Trianto, 2010:65) model pembelajaran kooperatif
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajar.2. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan rendah.
3. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, suku,
budaya, jenis kelamin yang beragam.4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada
perorangan.
-
5/21/2018 BAB I
11/36
11
Menurut Lie (2002:30), bahwa model pembelajaran Cooperative Learning
tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang
membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan
Johnson (Lie, 2002:30) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa
dianggap Cooperative Learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur model
pembelajaran gotong royong yaitu saling ketergantungan positif, tanya jawab
perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan proses evaluasi kelompok.
1. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk
menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas
sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya
sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.
2.
Tanggung jawab perseorangan
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran
Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk
melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran
Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa
sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung
jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
3. Tatap muka
Dalam pembelajaran Cooperative Learning setiap kelompok harus diberikan
kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan
memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan
semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan
kelebihan, dan mengisi kekurangan.
-
5/21/2018 BAB I
12/36
12
4. Komunikasi antar anggota
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung
pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan
mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam
kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses
yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman
belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
5. Evaluasi proses kelompok.
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja
sama dengan lebih efektif.
F. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
termasuk dalam pembelajaran kooperatif yang mengutamakan adanya kerjasama
antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi
ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi
pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah
untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam
proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar
aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta
berdiskusi untuk memecahkan masalah (Herdian, 2009).
1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together
Pembelajaran kooperatif tipeNumbered Head Together merupakan salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
-
5/21/2018 BAB I
13/36
13
penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Herdian (2009)
dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Ibrahim
dalam Herdian (2009) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dengan
pembelajaran kooperatif tipeNumbered Head Togetheryaitu:
1. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai
berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan social
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya,
menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam
kelompok dan sebagainya. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together merujuk pada konsep Kagen dalam Herdian (2009), dengan tiga langkah
yaitu: 1) Pembentukan kelompok; 2) Diskusi masalah dan 3) Tukar jawaban antar
kelompok. Menurut Trianto (2010:82-83), dalam mengajukan pertanyaan kepada
seluruh kelas, guru dapat menerapkan struktur 4 fase dalam pembelajaran Numbered
Head Together(NHT), yaitu:
a. Fase 1: Penomoran (Numbering)
Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi
siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3-5 orang dan
memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda,
sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.
http://herdy07.wordpress.com/http://herdy07.wordpress.com/http://herdy07.wordpress.com/http://herdy07.wordpress.com/http://herdy07.wordpress.com/http://herdy07.wordpress.com/ -
5/21/2018 BAB I
14/36
14
b. Fase 2: Mengajukan Pertanyaan (Questioning)
Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan
kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran
tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan
dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan
yang bervariasi pula.
c. Fase 3: Berpikir Bersama (Heads Together)
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama
untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam
timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing
pertanyaan.
d. Fase 4: Pemberian Jawaban (Answering)
Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari
tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok
yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya
disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk
menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban
tersebut.
Secara lebih rinci, sintaks pembelajaran melalui Numbered Head Together
(NHT) yaitu sebagai berikut:
a. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan
model pembelajaran kooperatif tipeNumbered Head Together.
-
5/21/2018 BAB I
15/36
15
b. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together. Guru membagi para siswa menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor
kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda.
Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar
belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu,
dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar
dalam menentukan masing-masing kelompok.
c. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau
buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah
yang diberikan oleh guru.
d. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai
bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama
untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban
dari pertanyaan yang ada di LKS atau pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai bersifat umum.
e. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor
yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di depan
kelas.
f. Memberi Kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang disajikan.
-
5/21/2018 BAB I
16/36
16
2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together
Adapun kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Togetherantara lain:
1. Setiap siswa menjadi siap
2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Togetherjuga memiliki kelemahan antara lain:
1. Kemungkinan nomor yang sudah dipanggil, dipanggil lagi oleh guru
2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
G. Alat Peraga
Menurut Nasution (2000: 100) alat peraga adalah alat pembantu dalam
mengajar agar efektif. Pendapat lain dari pengertian alat peraga atau Audio-Visual
Aids (AVA) adalah media yang pengajarannya berhubungan dengan indera
pendengaran. Sejalan dengan itu Sumadi (2000: 4) mengemukakan bahwa alat peraga
atau AVA adalah alat untuk memberikan pelajaran atau yang dapat diamati melalui
panca indera.
Alat peraga merupakan salah satu dari media pendidikan adalah alat untuk
membantu proses belajar mengajar agar proses komunikasi dapat berhasil dengan
baik dan efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamzah (2008: 11) bahwa media
pendidikan adalah alat-alat yang dapat dilihat dan didengar untuk membuat cara
berkomunikasi menjadi efektif. Sedangkan yang dimaksud dengan alat peraga
menurut Nasution (2000: 95) adalah alat bantu dalam mengajar lebih efektif.
Dari uraian-uraian di atas jelaslah bahwa media atau alat bantu mengajar
adalah merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga
-
5/21/2018 BAB I
17/36
17
dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
H. Peranan Alat Peraga
Menurut kurikulum peranan alat peraga disebutkan sebagai berikut: (a) alat
peraga dapat membuat pendidikan lebih efektif dengan jalan meningkatkan semangat
belajar siswa, (b) alat peraga memungkinkan lebih sesuai dengan perorangan, dimana
para siswa belajar dengan banyak kemungkinan sehingga belajar berlangsung sangat
menyenangkan bagi masing-masing individu, (c) alat peraga memungkinkan belajar
lebih cepat segera bersesuaian antara kelas dan diluar kelas, (d) alat peraga
memungkinkan mengajar lebih sistematis dan teratur.
Teori lain yang mengatakan bahwa alat peraga dalam pengajaran dapat
bermanfaat sebagai berikut: Meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk berpikir
sehingga mengurangi verbalisme, Dapat memperbesar perhatian siswa, meletakkan
dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, sehingga belajar akan lebih
mantap (Hamalik, 2007: 40).
Dengan melihat peranan alat peraga dalam pengajaran maka pelajaran
matematika pelajaran matematika merupakan pelajaran yang paling membutuhkan
alat peraga, karena pada pelajaran ini siswa berangkat dari yang abstrak yang akan
diterjemahkan kesesuatu yang konkrit.
-
5/21/2018 BAB I
18/36
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini peneliti lakukan di MIN Blang Bladeh. MIN Blang Bladeh
adalah sebuah MIN Negeri yang ada di Kabupaten Bireuen, bertempat di Jl. Banda
Aceh-Medan Desa Teupok Tunong Kecamatan Jeumpa Kabupaten Bireuen.
Berikut akan dipaparkan tentang sejarah, visi misi madrasah serta keadaan riil
madrasah.
a. Visi, Misi, dan Tujuan
1. VISI : mendidik siswa untuk menjadi manusia yang memiliki kesiapan dasar
untuk besaing dengan berprestasi, disiplin, cerdas, kreatif, beriman dan taqwa.
2. MISI
a) Membekali siswa dengan dasar keilmuan keterampilan yang mantap.
b) Menyiapkan generasi yang unggul, memiliki potensi di bidang imtaq dan
imtek.
c) Meningkatkan solidaritas guru dan siswa yang berkualitas.
d) Mewariskan nilai-nilai agama dan budaya.
e)
Membangun citra madrasah sebagai mitra terpecaya di masyarakat.
f) Menjalin hubungan kerjasama antara kepala sekolah, guru, komite dan
orangtua siswa.
b. Identifikasi Tantangan Nyata
1. Makin berkembangnya inovasi pendidikan dan adanya kebijakan baru dari
pemerintah tentang pendidikan yang harus disikapi oleh kepala madrasah.
2.
Kecenderungan masyarakat memilih sekolah untuk pendidikan anaknya
kepada sekolah yang sudah favorit (umum) yang memiliki inovasi tinggi.
3. Kurangnya pengetahuan dan perilaku kepemimpinan pada siswa.
-
5/21/2018 BAB I
19/36
19
4. Daya dukung dan kepedulian masyarakat terhadap Madrasah yang masih
relatif kurang.
c. Sasaran/ Tujuan Situational
1. Meningkatkan kinerja Kepala Madrasah untuk melakukan inovasi pendidikan
2. Meningkatkan kualitas pendidik untuk menyongsong pelaksanaan kurikulum
berbasis kompetensi yang diberlakukan mulai tahun pelajaran 2004/2005.
3. Meningkatkan kualitas pegawai untuk efisiensi dan efektivitas kerja.
4. Meningkatkan potensi kepemimpinan siswa melalui organisasi siswa intra
sekolah.
d. Identifikasi Fungsi-Fungsi Yang Diperlukan Setiap Sasaran
1. Untuk meningkatkan kinerja Kepala Madrasah melalui seminar, rapat kerja,
penataran, dan pelatihan.
2.
Untuk meningkatkan kualitas pendidik melalui pengadaan MGMP, pelatihan
Sajian, sosialisasi/penataran kurikulum berbasis kompetensi.
3. Untuk meningkatkan kualitas pegawai melalui penataran atau pelatihan
administrasi, komputerisasi dan kearsipan.
4. Untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan siswa melalui latihan dasar
kepemimpinan dan studi banding.
a.
Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia adalah semua komponen individu yang terlibat secara
langsung dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program kerja MIN
Blang Bladeh. Komponen tersebut adalah :
a. Siswa
Tabel 3.1 Keadaan Siswa
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-laki 188
2 Perempuan 162
Jumlah 350
-
5/21/2018 BAB I
20/36
20
b. Tenaga Pendidik dan Karyawan
Tabel 3.2 Keadaan Tenaga Pendidik dan Karyawan
SPESIFIKASI PENDIDIKAN
SLTA D1 D2 D3 S1 S2
Kepala Madrasah 1
Guru 3 26
Staf TU 1
Bp
Petugas Perpustakaan
Tukang Kebun
Satpam
c. Status Kepegawaian
Tabel 3.3 Status Kepegawaian
SPESIFIKASI STATUS KEPEGAWAIAN
PNS GTT Honor
Kepala Madrasah 1
Guru 15 4 10
Staf TU 1
Petugas Perpust
Tukang Kebun
Satpam
d. Sarana dan Prasarana
Keberadaan sarana dan prasarana sangat mendukung kelancaran proses
belajar mengajar, kondisi riil sarana dan prasarana MIN Blang Bladeh adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.4 Sarana dan Prasarana
NO RUANG JUMLAH KONDISI
1. Kelas 10 Ruang Baik
2. Lap. IPA - Baik
3. Lab. Komputer - Baik
4. Ruang Guru 1 Ruang Baik
5. Ruang TU 1 Ruang Baik
6. Ruang Kepala Madrasah 1 Ruang
Baik
7.
Perpustakaan 1 Ruang
Baik8. Mushola 1 Ruang Baik
9. Kopsis - Baik
10. Kamar Kecil Siswa 1 Ruang Baik
11. Kamar Kecil Guru 1 Ruang Baik
12. UKS - Baik
-
5/21/2018 BAB I
21/36
21
e. Proses Belajar Mengajar
Kurikulum dan Metode Pembelajaran
i.Pada kelas I-VI menggunakan Kurikulum 2013
ii.Metode pembelajaran menggunakan PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif dan
Menyenangkan)
f. Pembagian Jam Pelajaran Tp. 20132014
Tabel 3.5 Pembagian Jam Pelajaran
JAM KE WAKTU
I 07.3007.45
II 07.4508.20
III 08.2008.55
IV 08.5509.30
ISTIRAHAT
V 10.3011.05
VI 11.0511.40
VII 11.40 - 12.15
VIII 12.1512.50
g. Kegiatan Belajar Tambahan Terprogram ( KBTT )
Program ini adalah penambahan jam pelajaran intrakurikuler yang
dipersiapkan bagi siswa menghadapi Ujian Nasional bagi kelas VI dan persiapan
Ujian Semester bagi kelas I-V.
h.
Remidial, program ini dikhususkan bagi siswa yang belum tuntas dalam mata
pelajaran di madrasah.
i. Ekstrakurikuler disediakan untuk siswa sebagai sarana mengembangkan minat
dan bakat diluar materi madrasah.
Keadaan kelas yang menjadi obyek penelitian adalah kelas V, dengan jumlah
siswa 35 siswa terdiri dari siswa dan siswi. Keadaan kelas sangat beragam, mulai dari
jenis kelamin, kemampuan siswa, dan sifat anak. Sebagian sangat rajin, sebagian
yang lain lebih bersikap acuh di pelajaran dan sebagian bersemangat mengikuti
-
5/21/2018 BAB I
22/36
22
pelajaran terutama dengan pelajaran Bahasa Inggris yaitu pelajaran yang saya pegang
sebagai guru bidang studi.
Kondisi kelas yang demikian mendorong peneliti untuk memilih kelas V
sebagai tempat penelitian. Keunikan dan keberagaman ini akan dikemas dalam
sebuah pembelajaran yang menyenangkan, komunikatif, belajar melalui model,
kebermaknaan, penyajian yang menarik, mengulangi kesimpulan. Penilaian diambil
secara individual dan kelompok.
B. Rencana Tindakan
1. Perencanaan Tindakan
Membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan alat peraga melalui
model pembelajaran kooperatif tipeNumber Head Together (NHT).
Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi belajar mengajar ketika
tindakan dilakukan.
Menyiapkan perangkat pendukung dalam proses pembelajaran
Membuat alat evaluasi untuk mengukur hasil belajar sebagai dampak dari
tindakan yang diberikan.
2. Persiapan Pelaksanaan
Sebelum melakukan tindakan penelitian, peneliti mempersiapkan beberapa
hal, diantaranya:
1. Mempersiapkan bentuk-bentuk variasi dari model pembelajaran NHT,
diantaranya adalah: ceramah penampilan, diskusi, studi mandiri, Tanya jawab,
latihan bersama teman, dll.
2. Mempersiapkan media pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam belajar,
yaitu berupa hand out.
3. Mempersiapkan pengaturan kelompok.
4. Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
-
5/21/2018 BAB I
23/36
23
5. Mempersiapkan materi dalam bentuk peta konsep.
3.
Implementasi Tindakan
Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu
tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Menyangkut strategi apa yang
digunakan, materi apa yang diajarkan atau dibahas dan media apa yang digunakan
dan sebagainya. Sebelum peneliti melaksanakan tindakan, perlu menyusun langkah-
langkah yang akan ditempuh, yaitu:
a. Melatih guru untuk melaksanakan penelitian sesuai dengan rancangan yang
dibuatnya
b. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas.
c. Mempersiapkan contoh-contoh perintah dan/atau tugas, melakukannya secara
jelas.
d.
Mempersiapkan cara mengobservasi hasil beserta alatnya.
e. Membuat skenario apa yang dilakukan guru dan apa yang dilakukan siswa
dalam melakukan penelitian tindakan yang telah direncanakan.
Apabila seluruhnya telah dipersiapkan, maka skenario tindakan dapat
dilaksanakan. Pelaksanaan ini merupakan tindakan awal atau initial act pada siklus
pertama dan akan diikuti dengan langkah observasi dan refleksi. Pada tahap tindakan
ini peneliti melakukan tindakan-tindakan yang berupa intervensi terhadap
pelaksanaan kegiatan yang menjadi tugas mereka sehari-hari. Disinilah tindakan
dipahami sebagai aktivitas yang dirancang dengan sistematis untuk menghasilkan
adanya peningkatan atau perbaikan proses pembelajaran seperti kegiatan
pembelajaran lebih menarik, siswa menjadi aktif berpartisipasi, sumber belajar
termanfaatkan, materi disajikan lebih mudah dipahami dan hasil belajar lebih
meningkat. Bersamaan dengan dilakukannya tindakan, peneliti melaksanakan
pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dan hasil tindakan sebagai konsekuensi
dari prinsip partisipatif dan kolaboratif. Setelah tindakan dilakukan apakah akan
-
5/21/2018 BAB I
24/36
24
terjadi perubahan atau peningkatan, peneliti perlu memperoleh gambaran kondisi
awal. Dari gambaran awal ini dapat ditentukan apa yang harus diubah,
diperbaiki dan ditingkatkan. Dengan diketahui keadaan awal, maka perubahan atau
peningkatan dapat diikuti dari waktu ke waktu selama tindakan dilaksanakan. Pada
akhir tindakan dilakukan pengamatan atau pengukuran hasil tindakan.
4. Observasi dan Interpretasi
Pengamatan atau observasi dilakukan pada semua kegiatan yang ditunjukkan
untuk mengenali, merekam, dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan
hasil yang dicapai baik yang ditimbulkan oleh tindakan terencana maupun akibat
sampingan. Kegiatan pengamatan, observasi atau monitoring dapat dilakukan sendiri
oleh peneliti atau kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Fungsi
diadakannya pengamatan pada penelitian tindakan dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu: 1) untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana
tindakan yang telah disusun dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan ke arah
yang diinginkan. Yang terpenting dari kegiatan pengamatan adalah dapat mengenali
sejak dini apakah tindakan yang dilakukan mengarah kepada terjadinya perubahan
proses pembelajaran sesuai yang diharapkan. Dapat terjadi pelaksanaan tindakan
tidak menghasilkan perubahan apapun atau kearah yang tidak diinginkan misalkan
penyebabnya, dan menentukan langkah perbaikan berikutnya.
5. Analisis dan Refleksi
Kegiatan refleksi mencakup kegiatan analisis, interpretasi dan evaluasi yang
diperoleh saat melakukan kegiatan observasi. Data yang terkumpul saat observasi
secepatnya dianalisis dan diinterpretasikan sehingga akan segera diketahui apakah
tindakan yang dilakukan telah mencapai tujuan. Interpretasi atau pemaknaan hasil
observasi ini menjadi dasar untuk melakukan evaluasi sehingga dapat disusun
langkah berikutnya dalam pelaksanaan tindakan.
-
5/21/2018 BAB I
25/36
25
Salah satu aspek penting dari kegiatan refleksi adalah melakukan evaluasi
terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan tindakan. Aspek penting lainnya dari
kegiatan refleksi adalah terjadinya peningkatan dalam profesionalisasi jabatan guru.
Karena salah satu indikasi guru yang profesional adalah adanya keinginan untuk
perubahan demi perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan dan pelayanan yang
diberikan pun secara berkelanjutan. Untuk keperluan ini guru dituntut untuk berani
melakukan evaluasi diri secara terus menerus dan terencana, sehingga upaya
perbaikan pembelajaran dapat terus berlanjut. Untuk keperluan itu, guru dituntut
untuk berani melakukan evaluasi diri secara terus menerus dan terencana agar upaya
memperbaiki proses pembelajaran dapat berkelanjutan pula.
Hasil yang telah diperoleh dalam tahap observasi dikumpulkan serta
dianalisis. Berdasarkan hasil analisis guru akan merefleksikan diri dengan melihat
data. Apakah kegiatan yang telah dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Hal ini akan menjadi acuan untuk melakukan kegiatan pada siklus berikutnya.
Adapun kriteria keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti
dikemukakan oleh Usman, dkk (2008:23) yaitu jika hasil observasi telah mencapai
skor > 80%. Sedangkan kriteria hasil adalah jika > 85% siswa mendapat nilai > 65
pada tes akhir tindakan. Apabila kriteria yang telah ditetapkan di atas tidak tercapai
maka penulis akan melakukan pengulangan siklus.
C. Siklus Penelitian
Siklus penelitian yang akan dilakukan adalah 2 kali tatap muka. Jika dalam
satu tatap muka adalah 2 JP dan tiap 1 JP adalah 35 menit maka waktu yang
diperlukan adalah 35 x 4 pertemuan = 140 menit.
Materi yang akan dibahas adalah tentang fungsi organ pencernaan. Sumber
belajar dan media yang digunakan adalah buku ajar, LKS IPA semester ganjil kelas
-
5/21/2018 BAB I
26/36
26
V, dan media hand out. Siswa juga mendapatkan tugas individu yaitu hafalan tentang
fungsi organ pencernaan.
D. Pembuatan Instrumen
Dalam penelitian ini instrument yang diperlukan adalah lembar observasi dan
skala penilaian.
E. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan
data, antara lain:
1. Metode observasi
Metode observasi dapat diartikan sebagai pencatatan sistematik fenomena-
fenomena yang diselidiki. Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas guru dan
siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang diamati meliputi
aktivitas peneliti sebagai pengajar dan aktivitas siswa selama mengikuti
pembelajaran. Dalam kegiatan observasi ini penulis dibantu oleh dua orang
pengamat yang bertugas untuk mengamati kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan pedoman observasi yang telah disediakan.
2. Pengukuran tes hasil belajar
Data yang diperoleh dilapangan akan diukur oleh peneliti dengan
membandingkan hasil evaluasi pre test dan pos test.
3. Interview
Adalah proses Tanya jawab dengan dua orang atau lebih, berhadapan secara
fisik. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data melalui percakapan langsung
diakhir pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dengan siswa-siswi untuk mencari
data mengenai bagaimana menurut siswa tentang penerapan metode latihan bersama
teman, diskusi.
-
5/21/2018 BAB I
27/36
27
4. Dokumentasi
Adalah teknik pengumpulan data dengan jalan memanfaatkan dokumen
(bahan tertulis, gambar-gambar penting atau film yang mendukung obyektifitas
penelitian).
F. Indikator Kinerja
Tolak ukur keberhasilan dalam implementasi model pembelajaran NHT adalah:
1.
Siswa dapat belajar secara memusatkan perhatian.
2. Siswa dapat mengembangkan tiga kelompok/ kawasan yakni kawasan kognitif,
afektif, psikomotor.
3. Siswa dapat bekerja sama dan saling menghargai dalam kelompok.
4. Siswa termotivasi untuk belajar lebih giat.
5. Peningkatan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
6. Siswa tidak merasa jenuh dan bosan terhadap materi pelajaran.
-
5/21/2018 BAB I
28/36
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan
Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar
kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) dan menyusun
skenario pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Pada tahap ini, kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe tipe Number Head Together (NHT) dilaksanakan dengan
skenario yang telah dipersiapkan. Dalam proses pembelajaran, siswa dibagi
dalam 5 kelompok dengan nomor yang berbeda untuk setiap siswa dalam
kelompoknya dan setiap kelompok beranggotakan 5 orang siswa. Selanjutnya
setiap kelompok dibagikan LKS untuk didiskusikan bersama anggota
kelompoknya, guru memberikan bimbingan kepada siswa dalam kelompok
terutama kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal
dalam LKS. Kegiatan selanjutnya adalah siswa diminta mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya di depan kelas.
c. Pengamatan
Berdasarkan pengamatan diperoleh hasil bahwa;
1. Pada pertemuan pertama siswa terlihat masih kaku jika berada dalam
kelompoknya
2. Masih banyak siswa yang kurang aktif dalam mengerjakan soal-soal
dalam LKS yang telah diberikan
-
5/21/2018 BAB I
29/36
29
3. Sebagian siswa masih ragu mengemukakan pendapat
4.
Hanya beberapa siswa yang mampu mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya dan ada siswa yang merasa gugup ketika nomornya
terpanggil untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
d. Refleksi
Analisis terhadap observasi dijadikan sebagai bahan untuk
menentukan tindakan selanjutnya. Setelah diadakan refleksi antara guru dan
peneliti maka diperoleh hal-hal sebagai berikut:
1) Faktor Siswa
a) Sebagian siswa tidak memperhatikan penjelasan guru.
b) Sebagian siswa kurang aktif dalam kelompoknya dan siswa belum
dapat menyampaikan pendapatnya pada saat mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan soal-soal dalam LKS, hal ini disebabkan karena
siswa merasa asing dengan model pembelajaran kooperatif tipe tipe
Number Head Together (NHT).
2) Faktor Guru
a) Kehadiran peneliti mempengaruhi kinerja guru sehingga guru menjadi
canggung dan suasana kelas agak kaku, hal ini nampak pada saat guru
memberi penjelasan, suara kurang jelas dan gerakan kurang leluasa.
b) Model pembelajaran kooperatif tipe tipe Number Head Together
(NHT)dianggap hal yang baru bagi pribadi guru mata pelajaran bahasa
Inggris, sehingga guru masih canggung dalam melaksanakan skenario
yang telah dibuat.
-
5/21/2018 BAB I
30/36
30
2. Siklus Kedua
a.
Perencanaan
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam memperbaiki kelemahan dan
kekurangan pada siklus I untuk diperbaiki pada siklus II adalah :
1) Guru harus memotivasi siswa agar siswa bersemangat dalam belajar serta
guru harus memberikan apersepsi.
2) Guru harus bersikap tegas dengan menegur/memberi sanksi kepada siswa
yang tidak memperhatikan penjelasan guru.
3) Guru harus selalu memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
siswa untuk menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti.
4) Guru harus mampu mengelola waktu dengan efisien agar semua tahapan
kegiatan dalam skenario pembelajaran dapat terlaksana.
b.
Pelaksanaan
Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini, guru kembali berusaha
melaksanakan pembelajaran agar sesuai dengan skenario pembelajaran
tindakan siklus II.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai dengan maksud agar siswa memiliki
gambaran jelas tentang pengetahuan yang akan diperoleh setelah proses
pembelajaran berlangsung. Guru juga melakukan tindakan perbaikan
sebagaimana yang telah direncanakan pada tahap perancanaan meskipun
belum maksimal. Materi yang diajarkan masih dalam pokok bahasan ini
adalah fungsi organ pencernaan.
c.
Pengamatan
Berdasarkan pengamatan diperoleh hasil bahwa;
1. Guru selalu menjelaskan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa.
-
5/21/2018 BAB I
31/36
31
2. Guru sudah bersikap tegas dengan menegur/memberi sanksi kepada siswa
yang tidak memperhatikan penjelasan guru.
3. Guru memberikan bantuan/bimbingan kepada kelompok atau siswa yang
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal dalam LKS dan
memberikan penghargaan kepada kelompok /siswa yang menjawab
dengan benar.
4. Guru sudah dapat melaksanakan hampir semua tahapan kegiatan dalam
skenario pembelajaran pada siklus II.
5. Siswa memperhatikan dengan baik penjelasan guru.
6. Sebagian siswa sudah berani menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti
yang ada kaitannya dengan materi yang diajarkan.
7. Sebagian besar siswa sudah mampu mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya.
d. Refleksi
Kegiatan refleksi yang dilakukan pada tindakan siklus II menunjukkan
hasil yang cukup menggembirakan baik bagi guru mata pelajaran maupun
bagi peneliti. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan alat peraga melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Number Head Togeteher (NHT) sudah
mendapatkan hasil yang lebih baik, walaupun masih ada beberapa siswa yang
belum dapat menyampaikan pendapat tetapi siswa tersebut aktif melibatkan
diri dalam melaksanakan tugas kelompok.
B.Pembahasan
Siklus pertama dan kedua dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan masing-
masing siklus, siswa dibagi menjadi enam kelompok dengan masing-masing
kelompok beranggotakan 5 orang. Setiap anggota kelompok diberi lembaran
-
5/21/2018 BAB I
32/36
32
permasalahan yang telah disediakan oleh guru. Tiap-tiap kelompok melakukan
pembahasan dengan mengacu kepada buku IPA kelas V pada kompetensi fungsi
organ pencernaan.
Melalui alat peraga melalui model pembelajaran kooperatif tipe Number Head
Togeteher (NHT) ini terlihat hubungan siswa dengan guru sangat signifikan, karena
guru dianggap sosok yang menakutkan tetapi sebagai fasilitator dan mitra untuk
berbagi pengalaman sesuai dengan konsep creative learningyaitu melalui discovery
dan invention serta creative and diversity sangat menonjol dalam pembelajaran ini.
Dengan alat peraga melalui model pembelajaran kooperatif tipe Number Head
Togeteher (NHT) guru hanya mengarahkan strategi yang efektif dan efisien yaitu
belajar bagaimana cara belajar (learning now to learn). Dalam hal ini guru memberi
arah/petunjuk untuk membantu siswa jika menemukan kesulitan dalam mempelajari
dan menyelesaikan masalah. Melalui pembelajaran kooperatif ini siswa dapat
mengeksplorasi dan mengkaji setiap persoalan tentang fungsi organ pencernaan.
Dalam alat peraga melalui model pembelajaran kooperatif tipe Number Head
Togeteher (NHT), melalui diskusi kelompok guru dapat mengamati karakteristik atau
gaya belajar masing-masing siswa. Ada kelompok siswa yang suka membaca
daripada dibacakan kasusnya oleh orang lain. Siswa yang lebih suka membaca kasus
dalam hal ini tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas visual.
Sedangkan siswa yang lebih suka berdialog, saling mengajukan argumentasi dengan
cara mendengarkan siswa yang lain sewaktu menyampaikan pendapatnya tergolong
kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas auditorial. Dan siswa yang
dengan lugas, lincah dan fleksibel, selain melihat, mendengar uraian dari siswa yang
lain, dia juga mengakomodir semua permasalahan, maupun membuktikan teori ke
dalam praktik, maupun memecahkan masalah secara rasional, tergolong kepada
kelompok belajar yang memiliki potensi atau modalitas kinestik.
-
5/21/2018 BAB I
33/36
33
Berdasarkan hasil penelitian di atas presentasi ketercapaian pada siklus
pertama, kedua dan ketiga mengalami peningkatan yang signifikasi. Maka dapat
disimpulkan bahwa temuan pada penelitian disimpulkan bahwa dengan alat peraga
melalui model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Togeteher (NHT) dapat
meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran IPA pada MIN Blang Bladeh.
-
5/21/2018 BAB I
34/36
34
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pembelajaran dengan menerapkan alat peraga melalui model pembelajaran
kooperatif tipeNumber Head Togeteher (NHT) merupakan salah satu pendekatan
belajar mengajar yang membantu para siswa untuk lebih memahami terhadap
suatu materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan cara mendekatkan suatu
masalah yang terdapat dalam materi pelajaran untuk dipecahkan secara bersama.
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan adanya suatu perubahan
yang meningkat dengan memberikan kontribusi terhadap kualitas belajar siswa
untuk mempermudah dalam memahami materi pelajaran dengan cara berinteraksi
secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran tertentu
melalui tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau memecahkan
masalah.
B.Saran
1) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dapat meningkat
melalui pembelajaran dengan menggunakan alat peraga melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Number Head Togeteher (NHT). Oleh karena itu
diharapkan kepada guru agar dapat menerapkan alat peraga melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Number Head Togeteher (NHT) untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam memahami materi.
2) Dalam kondisi belajar apapun, peran guru selalu dibutuhkan. Guru hendaknya
selalu berusaha untuk mencari informasi yang aktual yang berkaitan dengan
kemajuan belajar siswa, di antaranya melalui kegiatan seminar, Kelompok Kerja
Guru (KKG), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), pelatihan, dan kegiatan
lain yang menunjang peningkatan mutu dan profesionalisme pendidik.
-
5/21/2018 BAB I
35/36
35
3) Pelaksanaan alat peraga melalui model pembelajaran kooperatif tipe Number
Head Togeteher (NHT) membutuhkan waktu yang agak relative lama, oleh karena
itu kepada guru yang ingin menggunakan model tersebut diharapkan dapat
memanfaatkan waktu sebaik mungkin.
-
5/21/2018 BAB I
36/36
36
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2007.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning Mempraktekkan di Ruang-Ruang Kelas.Jakarta: Grasindo.
Kamdi, W. 2009. Project Based Learning: Pembelajaran Inovatif. Online. Tersediahttp://waraskamdi.com Februari 2014.
Maharani, Utami. 2009. Analisis terhadap Model Pembelajaran Cooperative
Learning.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sagala, Syaiful. 2003.Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya. 2009.Penelitian Tindakan Kelas. Kencana Prenada: Jakarta.
Sanjaya. W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Prenada Media Group.
Slameto. 2003.Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Bina Aksara.
Slavin, E. Robert. 2010. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Nusamedia.
Sudjana, 2005.Manajemen Ritel Moderen. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sutikno, Sobry. 2004. Model Pembelajaran Interaksi Sosial, Pembelajaran Efektifdan Retorika. NTB : NTP Press.
Surya. 2003. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta. Rineka Cipta.
Usman, dkk. 2008.Penelitian Tindakan Kelas. Banda Aceh: Darussalam.
Yamin, Martinis, dkk.2009. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa.Jakarta : Gaung Persada Press.
http://waraskamdi.com/http://waraskamdi.com/