BAB I

12
BAB I LATAR BELAKANG Keperawatan adalah suatu interaksi antara perawat dan pasien, perawat dan  profesional kesehatan lain, serta perawat dan komunitas. Proses interaksi manusia ter jadi mel alui kom uni kasi : ver bal dan non ver bal , tert uli s dan tidak tert uli s, terencana dan tidak terencana. Agar perawat efektif dalam berinteraksi, mereka harus memiliki ketrampilan komunikasi yang baik. Mereka harus menyadari kata kata dan bahasa tubuh yang mereka sampaikan pada orang lain. Ketika perawat men gemban per an kep emi mpi nan , mer eka har us men jadi efe kti f, bai k dal am ketrampilan komunikasi verbal maupun komunikasi tertulis !Kathleen,"##$%. Komu ni kasi ya ng jel as da n tep at pent ing untuk member ikan asu ha n kep erawata n yang efek tif, dan ini ada lah tantangan yang uni k dal am bid ang  perawatan kesehatan saat ini. &anyak tantangan dalam memberikan perawatan untuk pasien, adanya diversitas budaya dan bahasa juga menjadi tantangan dalam  bekerja dengan kolega. Komunikasi yang jelas mengenai perawatan dan mengenai informasi pasien sama pentingnya, baik dalam bentuk interaksi verbal dengan rekan ker ja, cat atan ter tul is, ata u pub likasi dal am jur nal profes ion al. Keti ka  perawat berpraktik pada abad ke"', mereka harus cakap dalam berkomunikasi meng gunak an tekno logi, termasuk komunika si telep on sepert i triase telepon dan memiliki ketrampilan komunikasi komputer yang efektif !Kathleen,"##$%. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambanglambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh  penyampai pesan ditunjukkan kepada penerima pesan dengan maksud mencapai kebersamaan !commons%. (ari defenisi di atas secara umum dapat disimpulkan  bahwa komunikasi merupakan proses pengiriman atau pertukaran pesan !stimulus, signal, simbol atau informasi% baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal dari  pengirim kepada komunikan dengan tujuan adanya perubahan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik dan behavioral.

description

gdd

Transcript of BAB I

BAB I

LATAR BELAKANGKeperawatan adalah suatu interaksi antara perawat dan pasien, perawat dan profesional kesehatan lain, serta perawat dan komunitas. Proses interaksi manusia terjadi melalui komunikasi: verbal dan nonverbal, tertulis dan tidak tertulis, terencana dan tidak terencana. Agar perawat efektif dalam berinteraksi, mereka harus memiliki ketrampilan komunikasi yang baik. Mereka harus menyadari kata-kata dan bahasa tubuh yang mereka sampaikan pada orang lain. Ketika perawat mengemban peran kepemimpinan, mereka harus menjadi efektif, baik dalam ketrampilan komunikasi verbal maupun komunikasi tertulis (Kathleen,2007).Komunikasi yang jelas dan tepat penting untuk memberikan asuhan keperawatan yang efektif, dan ini adalah tantangan yang unik dalam bidang perawatan kesehatan saat ini. Banyak tantangan dalam memberikan perawatan untuk pasien, adanya diversitas budaya dan bahasa juga menjadi tantangan dalam bekerja dengan kolega. Komunikasi yang jelas mengenai perawatan dan mengenai informasi pasien sama pentingnya, baik dalam bentuk interaksi verbal dengan rekan kerja, catatan tertulis, atau publikasi dalam jurnal profesional. Ketika perawat berpraktik pada abad ke-21, mereka harus cakap dalam berkomunikasi menggunakan teknologi, termasuk komunikasi telepon seperti triase telepon dan memiliki ketrampilan komunikasi komputer yang efektif (Kathleen,2007).Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang-lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan ditunjukkan kepada penerima pesan dengan maksud mencapai kebersamaan (commons). Dari defenisi di atas secara umum dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses pengiriman atau pertukaran pesan (stimulus, signal, simbol atau informasi) baik dalam bentuk verbal maupun non-verbal dari pengirim kepada komunikan dengan tujuan adanya perubahan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik dan behavioral.Kegiatan berkomunikasi juga dilakukan antara perawat dan pasien. Komunikasi merupakan proses yang dilakukan perawat dalam menjaga kerjasama yang baik dengan pasien dalam memenuhi kebutuhan kesehatan pasien, maupun dengan tenaga kesehatan yang lain dalam rangka membantu mengatasi masalah pasien. Secara umum komunikasi memilik tujuan, yaitu:

1) Supaya pesan yang disampaikan komunikator dapat dimengerti oleh komunikan. Dalam menjalankan perannya sebagai komunikator, perawat perlu menyampaikan pesan tentang diagnosa penyakit dengan jelas, lengkap dengan tutur kata yang lembut dan sopan agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh pasien.2) Memahami orang lain. Proses komunikasi tidak dapat berlangsung dengan baik, bila perawat tidak dapat memahami kondisi atau apa yang diinginkan pasien.

3) Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Selain sebagai komunikator, perawat juga sebagai edukator yaitu memberikan pendidikan tentang kesehatan kepada pasien, betapa pentingnya menjaga kesehatan. Peran ini akan efektidan berhasil bila apa yang disampaikan oleh perawat dapat dimengerti dan diterima oleh pasien.

4) Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan kita, yang tentunya bermanfaat bagi pasien. Dalam hal ini perlu adanya pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan dengan komunikasi interpersonal.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi KomunikasiMenurut Lestari (2007), hakekat komunikasi yaitu1. komunikasi merupakan alat untuk membangun hubungan terapeutik;

2. komunikasi merupakan alat bagi perawat untuk mempengaruhi tingkah laku klien dan kemudian untuk mendapatkan keberhasilan dalam intervensi keperawatan;3. komunikasi merupakan hubungan itu sendiri, dimana tanpa komunikasi tidak mungkin terjadi hubungan terapeutik perawat-klien.

Kata komunikasi berasal dari bahasa latin Coomunicare yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Komunikasi merupakan komponen penting dalam praktik keperawatan. Komunikasi merupakan proses yang dilakukan perawat dalam menjaga kerjasama yang baik dengan klien dalam membantu memenuhi kebutuhan kesehatan klien (Mundakir, 2006).

Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua

orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan. Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal (Purba, 2003).2.2 Jenis Komunikasi

Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung. Komunikasi verbal yang efektif harus terdapat komponen berikut ini, yaitu:a) jelas dan ringkasKomunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Mengulangi bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana. Contoh: Katakan pada saya dimana rasa nyeri anda lebih baik daripada saya ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan tidak enak.b) perbendaharaan kataKomunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Mengucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Dari pada mengatakan Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru-paru anda akan lebih baik jika dikatakan Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru anda.c) arti denotatif dan konotatifArti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.d) selaan dan kesempatan berbicaraKecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan dengan memikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.e) waktu dan relevansiWaktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Walaupun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.f) HumorDugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.Komunikasi non-verbal dapat diamati melalui berbagai cara yaitu:a) metakomunikasiKomunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.b) penampilan personalPenampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seserang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993).

Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan atau asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra klien.c) intonasi (nada suara)Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang

dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada

suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat.d) ekspresi wajahHasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.e) sikap tubuh dan langkahSikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan keadaan fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit atau fraktur.

f) SentuhanKasih sayang, dudkungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus mnemperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian. Hal yang perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit untuk menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson & Kneisl (1992) menyatakan bahwa walaupun sentuhan banyak bermanfaat ketika membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga harus dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati.2.3 Komponen Komunikasi

Encoding Decoding

Komunikasi mempunyai 6 komponen yaitu:a) komunikator : penyampai informasi atau sumber informasi;

b) komunikan : penerima informasi, pemberi respon terhadap stimulus;

c) pesan: gagasan, pendapat, stimulus, fakta, informasi;d) media: saluran yang dipakai untuk menyampaikan pesan;e) kegiatan encoding: perumusan pesan oleh komunikator;f) kegiatan decoding: penafsiran pesan oleh komunikan.

2.4 Tingkat Hubungan Komunikasi Tingkat hubungan komunikasi dibagi menjadi tiga yaitu:

1. komunikasi intrapersonal

Komunikasi intrapersonal ini terjadi dalam diri individu sendiri. Komunikasi ini dapat membantu seseorang tetap sadar akan kejadian sekitarnya. Kalau Anda melamun maka Anda sedang melakukan komunikasi intrapersonal.2. komunikasi interpersonalKomunikasi interpersonal adalah interaksi antara dua orang atau kelompok kecil. Komunikasi interpersonal ini merupakan inti dari praktek keperawatan karena dapatterjadi antara perawat dan klien serta keluarga, perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan lain.

3. komunikasi massaKomunikasi massa adalah interaksi yang terjadi dalam kelompok besar, seperti ceramah yang diberikan pada mahasiswa, kampanye.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi KomunikasiProses komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1. perkembanganAgar dapat berkomunikasi efektif dengan perawat harus mengerti pengaruh perkembangan usia baik dari sisi bahasa, maupun proses berpikir dari orang tersebut. Cara berkomunikasi pada usia remaja dengan usia balita tentunya berbeda, pada usia remaja Anda barangkali perlu belajar bahasa gaul mereka sehingga remaja yang kita ajak bicara akan merasa kita mengerti mereka dan komunikasi diharapkan akan lancar.

2. persepsiPersepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Persepsi ini. dibentuk oleh harapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya komunikasi.3. nilaiNilai adalah bandar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi perawat untuk menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha untuk mengetahui dan mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien. Dalam hubungan profesionalnya diharapkan perawat tidak terpengaruh oleh nilai pribadinya.4. latar belakang sosial budayaBahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi seseorang.

5. emosiEmosi merupakan perasaan subyektif terhadap suatu kejadian, seperti marah, sedih,seriang akan dapat mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan orang lain.Perawat perlu mengkaji emosi klien dan keluarganya sehingga perawat mampumemberikan asuhan keperawatan dengan tepat. Selain itu perawat juga perlumengevaluasi emosi pada dirinya agar dalam memberikan asuhan keperawatan tidakterpengaruh oleh emosi dibawah sadarnya.6. jenis kelaminSetiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang berbeda-beda. Tanned (1990) menyebutkan bahwa wanita dan laki-laki mempunyaperbedaan gaya komunikasi. Dari usia 3 tahun wanita ketika bermain dalam kelompoknya menggunakan bahasa untuk mencari kejelasan, meminimalkan perbedaan, serta membangun dan mendukungkeintiman, sedangkan laki-laki menggunakan bahasa untuk mendapat kemandirian diri aktivitas bermainnya, di mana jika mereka ingin berteman maka mereka melakukannya dengan bermain.7. pengetahuanTingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan. Seseorang yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit merespon pertanyaan yang mengandung bahasa verbal dibanding dengan tingkat pengetahuan tinggi. Perawat perlu mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga perawat dapat berinteraksi dengan baik dari akhirnya dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien.8. peran dan hubunganGaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar orang yang berkomunikasi. Cara komunikasi seseorang perawat dengan koleganya, dengan cara komunikasi seorang perawat pada klien akan berbeda tergantung perannya. Demikian juga antara guru dengan murid.

9. lingkunganLingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana bising, tidak ada privacy yang tepat akan menimbulkan kerancuan, ketegangan dan ketidaknyamanan.10. jarakJarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu menyediakan rasa aman dan kontrol. Dapat dimisalkan dengan individu yang merasa terancam ketika seseorang tidak dikenal tiba-tiba berada pada jarak yang sangat dekat dengan dirinya. Hal itu juga yang dialami oleh klien pada saat pertama kali berinteraksi dengan perawat. Untuk itu perawat perlu memperhitungkan jarak yang tepat pada saat melakukan hubungan dengan klien.2.6 Komunikasi dalam Pelayanan KeperawatanKomunikasi dalam Praktik keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang optimal.Prinsip yang harus diterapkan oleh perawat pada komunikasi ini adalah:

a) hindari komunikasi yang terlalu formal atau tidak tepat dan ciptakan suasana yang hangat serta kekeluargaan;b) hindari interupsi, atau gangguan yang timbul akibat dari lingkungan yang gaduh; c) hindari respon dengan kata hanya ya atau tidak. Respon tersebut akan mengakibatkan tidak berjalannya komunikasi dengan baik, karena pasien kelihatan kurang tertarik dengan topik yang dibicarakan dan enggan untuk berkomunikasi;

d) jangan memonopoli pembicaraan;

e) hindari hambatan personal. Jika perawat sebelum komunikasi menunjukkan rasa tidak senang kepada klien, maka keadaan ini akan berdampak terhadap hasil yang didapat selama proses komunikasi.DAFTAR PUSTAKA

Lestari, S.P. 2010. Komunikasi Terapeutik. Artikel. [serial on line] http://poejihome.files.wordpress.com/2010/08/komunikasi-terapeutik.pdf.[diakses tanggal 30 Juni 2013]. Setianti, Y. 2009. Komunikasi Terapeutik antara Perawat dan Pasien. Artikel. [serial on line] http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/01/komunikasi_terapeutik.pdf. [diakses tanggal 29 Juni 2013]. Anonim. 2012. Komunikasi. Artikel. [serial on line] http://childroaddotnet.files.

wordpress.com/2012/03/komunikasi.pdf. [diakses tanggal 29 Juni 2013].Kathleen. 2007. Praktik Keperawatan Profesional, Konsep & Perspektif Edisi 4. Jakarta: EGC.

Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan, Aplikasi dalam Pelayanan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Purba, Jenny M. 2003. Komunikasi Dalam Keperawatan. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3596/1/keperawatan-jenny.pdf [diunduh 29 Juni 2013]Media

Pesan

Komunikator

Komunikan

Feedback