BAB I
-
Upload
sartika-mutiara-sani-simamora -
Category
Documents
-
view
62 -
download
0
Transcript of BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia saat ini merupakan negara yang mempunyai perkebunan kelapa
sawit terluas di dunia. Data Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia menyebutkan
luas kebun sawit mencapai 7,796 juta hektare pada 2010 (Anonim, 2011a).
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat, karena
merupakan penghasil minyak nabati yang sangat potensial.
Industri pengolahan kelapa sawit ini menghasilkan limbah padat dalam
jumlah yang sangat besar. Dari beberapa jenis limbah padat yang dihasilkan seperti
tandan kosong kelapa sawit(TKKS), sabut, lumpur, cangkang sawit, dan lain-lain,
tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah yang terbesar tetapi hampir tidak
memiliki nilai ekonomi. Rerata produksi tandan kosong kelapa sawit adalah berkisar
22% hingga 24% dari total berat tandan buah segar yang diproses di Pabrik Kelapa
Sawit. Saat ini pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit hanya sebatas pupuk
kompos dan bahan serat.
Komposisi alpha selulosa yang cukup besar dalam tandan kosong kelapa
sawit (TKKS) menjadikan TKKS ini berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan
baku pembuatan selulosa asetat yang merupakan suatu ester organik penting yang
dimanfaatkan dalam industri tekstil, fotografi, tape recorder, filter rokok, dan juga
sebagai bahan pembuat membran. Diharapkan dengan pengolahan tandan kosong
sawit menjadi selulosa asetat dapat meningkatkan kegunaan dan nilai ekonomi dari
tandan kosong kelapa sawit (Anonim, 2011a).
Pada tahun 2001, Asnetty Maria telah melakukan penelitian dengan bahan
baku tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dengan menggunakan proses Emil Heuser
yang menggunakan asam fosfat sebagai pelarut dan asam asetat glacial sebagai
acetylating agent dengan melakukan variasi waktu asetilasi dan suhu asetilasi. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pembuatan selulosa asetat dari pulp TKKS dapat
menghasilkan produk dengan kadar asetil 39-41% dengan kondisi optimum waktu
asetilasi selama 15 menit pada rentang suhu 30-45oC (Anonim, 2002). Hal inilah
yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian tentang pembuatan
1
2
selulosa asetat dari alpha selulosa TKKS dengan metode lain yaitu metode Celanase
dimana hasil penelitian yang diperoleh nantinya akan dibandingkan dengan metode
Emil Heuser yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
Adapun variabel – variabel penelitian yang akan dilakukan adalah waktu
asetilasi dengan suhu asetilasi. Variabel ini ditentukan dengan memperhatikan faktor
– faktor yang mempengaruhi reaksi asetilasi. Waktu asetilasi ditentukan 2; 2,5; 3 dan
3,5 jam, sedangkan untuk suhu asetilasi ditentukan 25; 35 dan 45 oC. Dasar dari
penentuan waktu asetilasi ini adalah peneliti sudah terlebih dahulu melakukan pra-
penelitian dengan memvariasikan antara waktu asetilasi 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5; 3 dan 3,5
jam dengan suhu asetilasi 15; 20; 25; 35; 45 dan 50 oC. Untuk variasi waktu 0,5; 1
dan 1,5 jam dengan suhu 15; 20 dan 50 oC selulosa asetat tidak terbentuk. Selain dari
pra-penelitian yang dilakukan peneliti, dasar peneliti menentukan variasi suhu adalah
berdasarkan variasi suhu yang dilakukan oleh Asnetty Maria yang menggunakan
metode Emil Heuser serta literatur yang mengatakan bahwa suhu asetilasi tidak boleh
diatas 50 oC karena reaksi pembuatan selulosa asetat ini bersifat eksotermis dimana
semakin tinggi suhu asetilasi kemungkinan terdegradasinya selulosa semakin tinggi
(Emma dkk, 2004).
1.2 Perumusan Masalah
Selulosa asetat merupakan suatu ester organik penting yang dimanfaatkan
dalam industri tekstil, fotografi, tape recorder, filter rokok, dan bahan pembuat
membran. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah yang terbesar
dalam industri pengolahan kelapa sawit tetapi hampir tidak memiliki nilai ekonomi.
Diharapkan dengan pengolahan tandan kosong sawit menjadi selulosa asetat dapat
meningkatkan kegunaan dan nilai ekonomi dari tandan kosong kelapa sawit.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk:
1. Membuat selulosa asetat dari α-selulosa tandan kosong kelapa sawit
dengan proses cellanase.
2. Mengetahui derajat substitusi produk selulosa asetat yang dibutuhkan
untuk pengelompokan penggunaannya dalam dunia industri.
3
3. Mengetahui perbedaan melting point dari masing-masing selulosa
asetat yang dihasilkan, supaya dapat diketahui jenis pelarut apa yang
lazim digunakan berhubungan dengan penggunaannya dalam dunia
industri.
4. Mengetahui kondisi optimum dari pembuatan selulosa asetat
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat:
1. Mendapatkan alternatif bahan baku pembuatan selulosa asetat yaitu
dari α-selulosa tandan kosong kelapa sawit sehingga dapat digunakan
dalam skala industri.
2. Memberikan informasi bagi dunia industri tentang salah satu cara
meningkatkan nilai ekonomi tandan kosong kelapa sawit .
3. Memberikan informasi tambahan bagi dunia pendidikan/penelitian
dan industri tentang hubungan kondisi reaksi asetilasi pembuatan
selulosa asetat dengan kualitas selulosa asetat yang dihasilkan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:
a. Selulosa yang ingin dihasilkan adalah selulosa diasetat
b. Penelitian ini dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Jl. Brigjen
Katamso, Medan.
c. Bahan yang digunakan
1. α Selulosa TKKS sebagai bahan baku
2. Asam asetat glacial sebagai pelarut
3. Asam asetat anhidrid sebagai agen asetilisasi
d. Metode pembuatan selulosa asetat
Metode yang digunakan adalah metode celanase.
e. Variabel yang digunakan
1. Waktu asetilisasi 2; 2,5; 3; 3,5 jam
2. Suhu asetilisasi 25; 35; 45 oC
4
f. Parameter yang diamati:
Derajat substitusi
Melting point dengan apparatus fisher johns
Struktur molekul secara kualitatif dengan FT-IR