BAB I

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal. Ketika seorang merasakan kepuasan dalam bekerja tentunya ia akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya. Dengan demikian produktivitas dan hasil kerja pegawai akan meningkat secara optimal. Dalam kenyataannya, kepuasan kerja secara menyeluruh belum mencapai tingkat maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang/ penyuluh pada dasarnya secara praktis dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri dan dibawa oleh setiap seseorang sejak mulai bekerja di tempat pekerjaannya, yang dalam penelitian ini adalah institusi penyuluhan.

description

penyuluh

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mendapatkan

hasil kerja yang optimal. Ketika seorang merasakan kepuasan dalam bekerja tentunya ia akan

berupaya semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk

menyelesaikan tugas pekerjaannya. Dengan demikian produktivitas dan hasil kerja pegawai akan

meningkat secara optimal.

Dalam kenyataannya, kepuasan kerja secara menyeluruh belum mencapai tingkat

maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang/ penyuluh pada

dasarnya secara praktis dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu faktor intrinsik dan faktor

ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri dan dibawa oleh setiap

seseorang sejak mulai bekerja di tempat pekerjaannya, yang dalam penelitian ini adalah institusi

penyuluhan.

Faktor eksentrinsik menyangkut halhal yang berasal dari luar diri seseorang, antara lain

kondisi fisik lingkungan kerja, interaksinya dengan pegawai lain, sistem penggajian dan

sebagainya.

Peningkatan kepuasan kerja petugas pada institusi penyuluhan di Indonesia hanya

mungkin terlaksana secara bermakna apabila faktor-faktor yang mempengaruhi dapat

diidentifikasi secara ilmiah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Page 2: BAB I

Penyuluhan sebagai pendidikan nonformal yang ditujukan untuk petani dan keluarganya,

berperan penting dalam revitalisasi pembangunan pertanian. Perpres No.7 tahun 2005 tentang

rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2004-2009 Bidang Pertanian

menyatakan, bahwa lembaga pendukung petani, terutama lembaga penyuluhan pertanian sudah

kurang berfungsi sehingga menurunkan efektivitas pembinaan, dukungan dan diseminasi

teknologi dalam rangka meningkatkan penerapan teknologi dan efisiensi usaha petani, karena itu,

penguatannya diarahkan kepada pendampingan petani, termasuk peternak.

Penyuluh pertanian yang ada pada BPP Bojongmangu dikepalai oleh Bpk Mardalih Amd

dengan jumlah penyuluh yang dibawahi sebanyak 5 orang dan staf kantor 3 orang. Semua

penyuluh mempunyai wilayah kerja atau wilayah binaan masing – masing dan bertanggung

jawab atas wilayah yang mereka bina untuk memajukan atau meningkatkan produksi pertanian

yang ada di wilayah kerjanya. ( aninomous. 2012 )

Setiap penyuluh wajib menyampaikan dan mengajarkan ke petani tentang teknologi –

teknologi baru yang dapat diterapkan sehingga bias meningkatkan produksi, meningkatkan

kualitas dan kuantitas serta mengajarkan bagaimana cara mengendalikan hama sesuai dengan

tupoksi mereka sebagai penyuluh pertanian agar petani dapat meningkatkan taraf hidupnya.

Dalam menjalankan tupoksinya, penyuluh langsung turun kelapangan menemui para

petani namun terkadang penyuluh kesulitan untuk melayani petani yang agak berjauhan hal ini

dikarenakan transportasi kurang memadai dalam hal ini kendaraan untuk penyuluh seperti

kendaraan bermotor, walaupun terkadang mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat atau

provinsi namun bantuan kendaraan tersebut tidak mencukupi.

Page 3: BAB I

Jadi untuk mengatasi masalah tersebut penyuluh biasanya mengundang para petani untuk

melakukan musyawarah untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi para petani, sehingga

masalah yang dihadapi petani dapat terselesaikan. ( aninomous. 2012 )

Data mengenai penyuluh yang ada pada BP3K Bojongmangu dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini :

Table 1. daftar jumlah penyuluh dan staf pada kantor BPK Bojongmangu

No Uraian Jenis Kelamin Jumlah (Orang)

Ket. Pria Wanita

1234

Penyuluh PNSPenyuluh HonorerStaf PNSStaf Honorer

25-3

-1-2

26-5

Jumlah 10 3 13

Penelitian ini dilakukan yaitu untuk mengetahui faktor – faktor yang berpengaruh penting

dalam kepuasan kerja penyuluh pertanian yang ada pada BP3K Bojongmangu sehingga dapat

diketahui apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja penyuluh pertanian yang

ada pada BP3K Bojongmangu , Karena kepuasan kerja seorang penyuluh sangat penting hal ini

dikarenakan apabila seorang penyuluh tidak merasa puas terhadap pekerjaannya yang disebabkan

oleh gaji, jaminan financial dan jaminan sosial yang kurang memadai maka akan berpengaruh

terhadap hasil produksi pertanian yang ada di Kecamatan Bojongmangu tersebut, karena kita

ketahui penyuluh merupakan tulang punggung dalam peningkatan produksi hasil pertanian.

Page 4: BAB I

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang, dikemukakan masalah pokok yang dibahas

dalam penelitian yaitu :

1. Apa fungsinya penyuluh dan seberapa besar kontribusinya terhadap kemajuan sector

pertanian?

2. Faktor - faktor apakah yang mempengaruhi kepuasan kerja penyuluh petanian pada BPP

Bojongmangu ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kontribusi yang di berikan penyuluh pertanian terhadap kemajuan

sector pertanian dan taraf hidup petani?

2. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja Penyuluh

Pertanian pada BPP Bojongmangu

Page 5: BAB I

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini di harapkan meningkatkan kesadaran kita dan pengetahuan kita terhadap

pentingnya sector pertanian dan sumbangsih orang-orang yang bergerak di bidang

pertanian yaitu PPL,THL, dll

2. Penelitian ini juga diharapkan mampu menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi para

akademisi maupun masyarakat umum yang tertarik pada topik ini.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan penulis mengenai faktor

– faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja penyuluh pertanian.

Page 6: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.            KAJIAN TEORI

2.1.1 Penyuluh Pertanian

Sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi,

yaitu menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta

berdaya saing tinggi dalam menghadapi persaingan global yang selama ini terabaikan. Dalam

kaitan itu ada dua hal yang penting yang menyangkut kondisi sumberdaya manusia pertanian di

daerah yang perlu mendapatkan perhatian yaitu sumberdaya petugas dan sumberdaya petani.

Kedua sumberdaya tersebut merupakan pelaku dan pelaksana yang mensukseskan program

pembangunan pertanian ( Van Den Ban, et.al ,2003).

Sementara itu salah satu sumberdaya manusia petugas pertanian adalah kelompok

fungsional yaitu kelompok Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), di mana Penyuluh Pertanian

adalah petugas yang melakukan pembinaan dan berhubungan atau berhadapan langsung dengan

petani. Tugas pembinaan dilakukan untuk meningkatkan sumberdaya petani di bidang pertanian,

di mana untuk menjalankan tugas ini di masa depan penyuluh harus memiliki kualitas

sumberdaya yang handal, memiliki kemandirian dalam bekerja, profesional serta berwawasan

global. ( Van Den Ban, et.al ,2003).

“Penyuluhan secara sistematis adalah suatu proses sebagai berikut :

1. Membantu petani menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan melakukan perkiraan ke

depan.

Page 7: BAB I

2. Membantu petani menyadarkan terhadap kemungkinan timbulnya masalah dari analisis

tersebut.

3. Meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap suatu masalah, serta

membantu menyusun kerangka berdasarkan pengetahuan yang dimiliki petani.

4. Membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan cara

pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya sehingga mereka

mempunyai berbagai alternatif tindakan.

5. Membantu petani memutuskan pilihan tepat yang menurut pendapat mereka sudah

optimal.

6. Meningkatkan motivasi petani untuk dapat menerapkan pilihannya.

7. Membantu petani untuk mengevaluasi dan meningkatkan keterampilan mereka dalam

membentuk pendapat dan mengambil keputusan”( Van Den Ban, et.al ,2003).

2.1.2        Kepuasan kerja

A.    Definisi dan Teori – Teori Kepuasan Kerja

Menurut Robbins (1998) dalam Nastiti (2003), kepuasan kerja merupakan perilaku umum

penyuluh terhadap pekerjaanya sebagai hasil perbedaan antara nilai reward yang diperoleh dan

nilai reward yang diharapkan akan diperoleh. Kepuasan kerja merupakan satu elemen yang

mendapatkan perhatian besar dari manajemen perusahaan. Hal ini terkait dengan keberadaan

suatu paham manajerial bahwa karyawan yang merasa puas akan cenderung bekerja lebih

produktif daripada karyawan yang merasa tidak puas dengan lingkungan kerjanya. Kepuasan

kerja dapat dipahami melalui tiga aspek. Pertama, kepuasan kerja merupakan bentuk respon

pekerjaan terhadap kondisi lingkungan pekerjaan. Kedua, kepuasan kerja sering ditentukan oleh

Page 8: BAB I

hasil pekerjaan atau kinerja. Ketiga, kepuasan kerja terkait dengan sikap lainnya yang dimiliki

oleh setiap pekerja (Luthans, 1995 sebagaimana dikutip Maryani & Supomo (2001), secara lebih

rinci mengemukakan berbagai dimensi dalam kepuasan kerja yang kemudian dikembangkan

menjadi istrumen pengukuran variabel kepuasan kerja, yang meliputi dimensi kepuasan

terhadap:

1.         Menarik atau tidaknya jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja,

2.         Jumlah kompensasi yang diterima oleh pekerja,

3.         Kesempatan untuk promosi jabatan,

4.         Kemampuan atasan dalam memberikan bantuan teknis dan dukungan perilaku, dan

5.         Dukungan rekan sekerja. Terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan kepuasan kerja

teori-teori tersebut antara lain adalah Teori Ketidaksesuian (Discrepancy Theory), Teori

Keadilan (Equity Theory), dan Teori Dua Faktor (Teori Herzberg).

B.     Teori Ketidaksesuaian (Discrepancy Theory)

Teori ini mendasarkan pada kepuasan atau ketidakpuasan dengan sejumlah aspek

tergantung pada selisih (discrepancy) antara apa yang telah didapatkan dengan apa yang

diinginkan. Jumlah yang diinginkan dari karakteristik pekerjaan didefinisikan sebagai jumlah

minimum yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Seseorang terpuaskan jika

tidak ada selisih antara kondisi yang diinginkan dengan kondisi aktual.

Semakin besar kekurangan dan semakin banyak hal-hal yang diinginkan, maka semakin

besar ketidakpuasan. Apabila yang didapat ternyata lebih besar dari yang diinginkan, maka orang

akan menjadi lebih puas lagi walaupun terdapat discrepancy, karena discrepancy itu merupakan

positif discrepancy. Sebaliknya semakin jauh kenyataan yang dirasakan atau di bawah standar

Page 9: BAB I

minimum sehingga menjadi negatif discrepancy, maka semakin besar pula ketidakpuasan

seseorang terhadap pekerjaannya. Sikap penyuluh akan tergantung bagaimana discrepancy itu

dirasakan.

C.    Teori Keadilan (Equity Theory)

Prinsip pada teori ini adalah bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas tergantung

apakah ia merasakan adanya keadilan atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity atau inequity

atas suatu situasi diperoleh dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain sekelas,

sekantor, dan sebagainya. Elemen teori ini ada tiga yaitu:

1. Input yaitu segala sesuatu yang berharga yang dirasakan karyawan sebagai sumbangan

terhadap pekerjaannya, misal: pendidikan, pengalaman, keadilan, jumlah jam kerja, dan

sebagainya.

2. Outcomes atau hasil yaitu segala sesuatu yang berharga yang dirasakan karyawan sebagai

hasil dari pekerjaannya, misal: gaji, keuntungan, status, dan sebagainya.

3. Orang pembanding yaitu orang lain dengan siapa karyawan membandingkan rasio input

outcomes yang dimilikinya, dapat berupa seseorang di perusahaan yang sama atau di tempat

lainnya atau bisa pula dengan dirinya sendiri di masa lampau.

Menurut teori ini setiap penyuluh akan membandingkan rasio inputoutcomes dirinya

dengan rasio input-outcomes orang pembanding. Bila perbandingan itu dianggap cukup adil,

maka ia akan merasa puas. Bila perbandingan itu tidak seimbang tapi menguntungkan (over

compensation in equity) dapat menimbulkan kepuasan. Tetapi bila perbandingan itu tidak

seimbang dan merugikan (under compensation equity) akan timbul ketidakpuasan. ( Robbins

1998 )

Page 10: BAB I

2.1.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Penyuluh Pertanian

Kepuasan kerja pada dasarnya merujuk pada seberapa besar seorang penyuluh

menyukai pekerjaannya (Cherington, 1987:82). Kepuasan kerja adalah sikap umum pekerja

tentang pekerjaan yang dilakukannya, karena pada umumnya apabila orang membahas tentang

sikap pegawai, yang dimaksud adalah kepuasan kerja (Robbins, 1994:417). Pekerjaan

merupakan bagian yang penting dalam kehidupan seseorang, sehingga kepuasan kerja juga

mempengaruhi kehidupan seseorang. Oleh karena itu kepuasan kerja adalah bagian kepuasan

hidup (Wether dan Davis, 1982:42).

Faktor-faktor yang biasanya digunakan untuk mengukur kepuasan kerja seorang pegawai

adalah:

1. Faktor Kepuasan Finansial, yaitu terpenuhinya keinginan penyuluh terhadap kebutuhan

finansial yang diterimanya untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari sehingga

kepuasan kerja bagi penyuluh dapat terpenuhi. Hal ini meliputi; besarnya gaji, jaminan

sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan serta promosi (Moh.

As’ad,1987: 118).

2. Faktor Kepuasan Fisik, yaitu faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan

kerja dan kondisi fisik penyuluh. Hal ini meliputi; jenis pekerjaan, pengaturan waktu

kerja dan istirahat, kondisi kesehatan penyuluh dan umur (Moh. As’ad,1987:117).

3. Faktor Kepuasan Sosial, yaitu faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik

antara sesama penyuluh, dengan atasannya maupun antara sesama penyuluh. Hal ini

meliputi; rekan kerja yang kompak, pimpinan yang adil dan bijaksana, serta pengarahan

dan perintah yang wajar (Drs.Heidjrachman dan Drs. Suad Husnan.1986: 194-195).

Page 11: BAB I

4. Faktor Kepuasan Psikologi, yaitu faktor yang berhubungan dengan kejiwaan penyuluh.

Hal ini meliputi; minat, ketentraman dalam bekerja, sikap terhadap kerja, bakat dan

keterampilan (Moh.As’ad,1987: 11.7).

Kepuasan kerja dapat dirumuskan sebagai respons umum pekerja berupa perilaku yang

ditampilkan oleh penyuluh sebagai hasil persepsi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

pekerjaannya. Kepuasan kerja akan didapat apabila ada kesesuaian antara harapan pekerja dan

kenyataan yang didapatkannya di tempat bekerja.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, peranan dari

faktor-faktor tersebut dalam memberikan kepuasan kerja juga tergantung pada pribadi masing-

masing individu, Ghiselli dan Brown mengemukakan pendapatnya yang dikutip oleh Syahrani

(2002), menyatakan adanya enam faktor yang menimbulkan kepuasan kerja, yaitu:

1. Pencapaian diri atau Spiritualitas

Perasaan tenang dan puas karena terdapatnya kebahagian batin/spiritual, misalnya

perasaan dalam bekerja, dimana karyawan mendasarkan diri dalam bekerja semata-mata untuk

beribadah kepada Tuhan. Bekerja merupakan salah satu cara untuk bertakwa kepada Tuhan.

Seberapa beratnya tugas yang diembannya, namun bila itu merupakan pekerjaan yang harus

dilaksanakan, maka karyawan akan ikhlas dan puas menjalankannya.

2. Kedudukan atau Posisi

Umumnya ada anggapan bahwa orang yang bekerja pada pekerjaan yang lebih tinggi

akan lebih puas daripada yang bekerja pada pekerjaan yang lebih rendah. Beberapa penelitian

menunjukan bahwa hal tersebut tidak selalu benar, perubahan tingkat pekerjaanlah yang

mempengaruhi kepuasan kerja.

Page 12: BAB I

3. Pangkat atau Golongan

Pada pekerjaan yang mendasarkan perbedaan tingkat (golongan) sehingga pekerjaan

tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang yang melakukannya. Apabila ada kenaikan

upah, maka sedikit banyak akan dianggap sebagai kenaikan pangkat, dan kebanggaan terhadap

kedudukan yang baru itu akan mengubah perilaku dan perasaanya.

4. Umur

Dinyatakan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja dengan umur karyawan: Umur

antara 25 sampai 34 tahun dan umur 40 sampai 45 tahun adalah merupakan umur-umur yang

bisa menimbulkan perasaan kurang puas terhadap pekerjaan. Sedangkan untuk umur karyawan

diatas 45 tahun, mereka akan cenderung realistis dan puas terhadap pekerjaannya.

5. Jaminan Finansial dan Jaminan Sosial

Masalah jaminan financial (kompensasi) dan jaminan sosial kebanyakan berpengaruh

terhadap kepuasan kerja karyawan.

6. Mutu Pengawasan

Hubungan antara karyawan dengan pihak pimpinan sangat penting artinyadalam

menaikkan produktivitas kerja. Kepuasan karyawan dapat ditingkatkan melalui perhatian dan

hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahannya, sehingga karyawan akan merasa bahwa

dirinya merupakan bagian yang penting dari organisasi kerja

Persepsi pekerja mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaannya dan kepuasan

kerja melibatkan rasa aman, rasa adil, rasa menikmati, rasa bergairah, status dan kebanggaan.

Dalam persepsi ini juga dilibatkan situasi kerja pekerja yang bersangkutan yang meliputi

interaksi kerja, kondisi kerja, pengakuan, hubungan dengan atasan, dan kesempatan promosi.

Page 13: BAB I

Selain itu di dalam persepsi ini juga tercakup kesesuaian antara kemampuan dan keinginan

pekerja dengan kondisi organisasi tempat mereka bekerja yang meliputi jenis pekerjaan, minat,

bakat, penghasilan, dan insentif.

2.2 Hipotesis

Berdasarkan uraian-uraian dalam latar belakang, permasalahan dan tujuan maka

hipotesis yang diajukan adalah “Diduga bahwa dengan adanya beberapa faktor seperti : umur,

mutu pengawasan, pangkat, jaminan pinansial dan lain-lain dapat mempengaruhi kepuasan kerja

penyuluh pertanian di BP3K Bojongmangu, Desa Bojongmangu , Kecamatan Bojongmangu

Kabupaten Bekasi

Page 14: BAB I

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Bojongmangu , Kecamatan Bojongmangu

Kabupaten Bekasi Lokasi ini dipilih atas pertimbangan bahwa di Desa tersebut merupakan salah

satu obyek yang mempunyai Penyuluh Pertanian berpengalaman.

3.2 Penentuan Responden

Penentuan responden dilakukan dengan mengambil semua jumlah penyuluh yang ada

pada BP3K Bojongmangu

3.3 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini pengambilan terdiri dari data primer dan data sekunder.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan observasi langsung

kepada semua jumlah penyuluh pertanian, Kantor BP3K Bojongmangu Data sekunder diperoleh

dari kantor BP3K Bojongmangu dan (BP4KKP) Badan pelaksana penyuluh pertanian,

kehutanan kelautan,dan Ketahanan Pangan Kabupten Bekasi , dan tinjauan pustaka melalui buku,

artikel, dan internet.

Page 15: BAB I

4.4 Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui tingkat kepuasan kerja penyuluh pertanian pada BP3K

Bojongmangu maka digunakan angka – angka sebagai berikut :

3 = Sangat Puas

2 = Kurang Puas

1 = Tidak Puas

4.5 Defenisi Operasional

Beberapa pengertian yang menjadi batasan penelitian ini adalah :

1.            Penyuluhan secara sistematis adalah suatu proses yang Membantu petani menganalisis

situasi yang sedang dihadapi dan melakukan perkiraan ke depan

2.            Penyuluh Pertanian adalah petugas yang melakukan pembinaan dan berhubungan atau

berhadapan langsung dengan petani binaan.

3.            Umur adalah usia responden yang dihitung dari tahun kelahiran sampai pada saat

diwawancarai dinyatakan dalam satuan tahun

4.            Kelompok fungsional adalah kelompok Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)

5.            kepuasan kerja adalah perilaku umum karyawan terhadap pekerjaanya sebagai hasil

perbedaan antara nilai reward yang diperoleh dan nilai reward yang diharapkan akan

diperoleh.

6.            Faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja penyuluh pertanian yaitu :

a) Gaji yaitu salah satu hal yang penting bagi setiap penyuluh yang bekerja dalam

suatu instansi pemerintah, karena dengan gaji yang diperoleh seseorang dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Page 16: BAB I

b) Pangkat dan Golongan adalah kedudukan yang M menunjukkan tingkatan

seseorang Pegawai Negeri Sipil berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan

kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian.

c) Umur adalah usia satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda

atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. dinyatakan dalam satuan tahun

d) Jaminan Finansial dan Jaminan Sosial adalah suatu program yang didanai atau

diberikan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar orang tanpa sumber

daya.

Page 17: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

1. Abbas Samsuddin 1999. Sembilan Puluh Tahun Penyuluhan Pertanian di Indonesia.

Jakarta. BPLPP-Departemen Pertanian.

2. Bahua M. Ikbal, 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian

dan Dampaknya Pada Perilaku Petani Jagung di Provinsi Gorontalo. Disertasi – Doktor.

Bogor. Sekolah Pascasarjana-IPB.

3. http://blog-husni.blogspot.com/2010/07/kinerja-penyuluh-pertanian-lapangan-di.html

Kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan di Provinsi Jambi. Diakses pada tanggal 25

Februari 2012

4. http://www.penyuluhpertanian.com/pelaksanaan-sertifikasi-penyuluhpertanian Standar

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Pusbangluhtan Kementrian Pertanian.

Diakses pada tanggal 25 Februari 2012

Page 18: BAB I

Proposal Skripsi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAAN PENYULUH

PERTANIAN STUDI KASUS DI BP3K BOJONGMANGU KABUPATEN BEKASI

Oleh :

Yana Hendriyana

108092000026

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2012/1433 H