BAB I

9
 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Be la kang Tubuh manusia merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai proses fisikokimia yang menunjang kehidupan sehari – hari. Tubuh selalu berusaha agar segala sesuatu yang ada didalamnya berada dalam rentang konstan agar tercapai keadaan homeostasis. Seluruh sistem metabolisme bekerja sama dengan harmonis satu sama lain dalam menjalankan fungsinya masing – masing. Elektrolit dan cairan merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menjaga keseimbangan ini. Secara kimiawi, elektrolit adalah unsur – unsur yang berperan sebagai ion dalam larutan dan memiliki kapasitas untuk konduksi listrik. Dan keseimbangan elektrolit merupakan suatu hal yang penting agar sel dan organ dapat berfungsi secara normal. Elektrolit terdiri atas kation dan anion. Di dalam tubuh ada beberapa kation yang penting yaitu, natrium, kalium, kalsium dan magnesium. Sedangkan anion yang penting adalah klorida, bikarbonat, dan fosfat. Gangguan keseimbangan elektrolit diartikan sebagai suatu keadaan dimana kadar elektrolit di dalam darah berada dalam rentang nilai yang tidak normal. Bisa melebihi nilai normal atau dibawah nilai normal. Implikasi dari keadaan ini berpengaruh dalam hal keseimbangan cairan dan fungsi – fungsi organ tubuh lainnya. Berbagai macam hal dapat menyebabkan ketidakseimbangan ini. Ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan asupan serta ekskresi adalah penyebab utamanya. Adanya gangguan dari sistem regulasi yang  berperan, juga memberikan dampak dalam keseimbangan elektrolit. Dalam praktek klinik sehari – hari gangguan elektrolit merupakan kelainan yang sangat sering dijumpai. Keadaan ini biasanya merupakan bagian manifestasi klinis dari penyakit dasar yang diderita pasien. Hampir 20 % pasien rawat inap mengalami gangguan elektrolit, yang disebabkan oleh bermacam hal, sehingga dalam pembiayaanpun menjadi hal yang diperhitungkan. Gangguan elektrolit seringkali terdiagnosis saat pasien dirawat di rumah sakit, terutama  pada pasien – pasien dengan penyakit kritis. Keadaan ini berhubungan dengan meningkatnya risiko mortalitas di rumah sakit. Insidensi gangguan elektrolit terbanyak adalah gangguan kalium dan natrium. Sebanyak lebih dari 21 % pasien di rumah sakit mengalami hipokalemia dan 15 – 20 % mengalami hiponatremia. Pasien – pasien dengan hiperkalemia mencapai 1 – 10 %, sedangkan hipernatremia 0,3 – 5,5 % dari seluruh pasien yang dirawat. Hiperkalsemia terjadi pada lebih dari 70 % kasus keganasan. Hipomagnesemia muncul pada lebih dari 12%  pasien, yang terkadang sering diabaikan oleh para klinisi. Dengan tingginya angka kejadian gangguan keseimbangan elektrolit dalam praktek klinik sehari–hari, terutama gangguan keseimbangan natrium, kalium, maka perlu adanya

Transcript of BAB I

5/12/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a4d1de8ab34 1/9

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tubuh manusia merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai proses fisikokimia

yang menunjang kehidupan sehari – hari. Tubuh selalu berusaha agar segala sesuatu yang ada

didalamnya berada dalam rentang konstan agar tercapai keadaan homeostasis. Seluruh sistem

metabolisme bekerja sama dengan harmonis satu sama lain dalam menjalankan fungsinya

masing – masing.

Elektrolit dan cairan merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menjaga

keseimbangan ini. Secara kimiawi, elektrolit adalah unsur – unsur yang berperan sebagai iondalam larutan dan memiliki kapasitas untuk konduksi listrik. Dan keseimbangan elektrolit

merupakan suatu hal yang penting agar sel dan organ dapat berfungsi secara normal.

Elektrolit terdiri atas kation dan anion. Di dalam tubuh ada beberapa kation yang penting

yaitu, natrium, kalium, kalsium dan magnesium. Sedangkan anion yang penting adalah

klorida, bikarbonat, dan fosfat.

Gangguan keseimbangan elektrolit diartikan sebagai suatu keadaan dimana kadar 

elektrolit di dalam darah berada dalam rentang nilai yang tidak normal. Bisa melebihi nilai

normal atau dibawah nilai normal. Implikasi dari keadaan ini berpengaruh dalam hal

keseimbangan cairan dan fungsi – fungsi organ tubuh lainnya. Berbagai macam hal dapat

menyebabkan ketidakseimbangan ini. Ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan asupan

serta ekskresi adalah penyebab utamanya. Adanya gangguan dari sistem regulasi yang

 berperan, juga memberikan dampak dalam keseimbangan elektrolit.

Dalam praktek klinik sehari – hari gangguan elektrolit merupakan kelainan yang sangat

sering dijumpai. Keadaan ini biasanya merupakan bagian manifestasi klinis dari penyakit

dasar yang diderita pasien. Hampir 20 % pasien rawat inap mengalami gangguan elektrolit,

yang disebabkan oleh bermacam hal, sehingga dalam pembiayaanpun menjadi hal yang

diperhitungkan.

Gangguan elektrolit seringkali terdiagnosis saat pasien dirawat di rumah sakit, terutama

 pada pasien – pasien dengan penyakit kritis. Keadaan ini berhubungan dengan meningkatnya

risiko mortalitas di rumah sakit. Insidensi gangguan elektrolit terbanyak adalah gangguan

kalium dan natrium. Sebanyak lebih dari 21 % pasien di rumah sakit mengalami hipokalemia

dan 15 – 20 % mengalami hiponatremia. Pasien – pasien dengan hiperkalemia mencapai 1 – 

10 %, sedangkan hipernatremia 0,3 – 5,5 % dari seluruh pasien yang dirawat. Hiperkalsemia

terjadi pada lebih dari 70 % kasus keganasan. Hipomagnesemia muncul pada lebih dari 12%

 pasien, yang terkadang sering diabaikan oleh para klinisi.

Dengan tingginya angka kejadian gangguan keseimbangan elektrolit dalam praktek klinik sehari–hari, terutama gangguan keseimbangan natrium, kalium, maka perlu adanya

5/12/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a4d1de8ab34 2/9

suatu pemahaman yang lebih baik. Dengan pemahaman ini, akan memudahkan dalam hal

 penentuan diagnosis yang cepat dan akurat, sehingga terapi dan penatalaksanaan dapat

diberikan dengan cepat dan akurat pula.

BAB II

PEMBAHASAN

5/12/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a4d1de8ab34 3/9

2. Anatomi dan Fisiologi Cairan Tubuh

Cairan menempati hampir sebagian besar dari tubuh manusia, dan persentasenya

 berubah sesuai dengan pertambahan usia, jenis kelamin dan berat badan seseorang.Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, juga dapat dipengaruhioleh akibat terjadinya perdarahan, luka bakar, dehidrasi, muntah, diare,dan puasa preoperatif maupun perioperatif, dapat menyebabkangangguan fisiologis yang berat.

Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam kompartemenintraselular dankompartemen ekstraselular. Lebih jauh kompartemen ekstraselular dibagimenjadi cairanintravaskular dan intersisial.

Cairan intraselular adalah cairan yang terkandung di antara sel.Pada orangdewasa, sekitar duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat diintraselular (sekitar 27 liter rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan beratbadan sekitar 70 kilogram), sebaliknya pada bayi hanya setengah dariberat badannya merupakan cairan intraselular.

Cairan ekstraselular adalah cairan yang berada di luar sel. Jumlahrelatif cairanekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir, sekitarsetengahdari cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setelah usia 1 tahun, jumlahcairan ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari volume total.Inisebanding dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata 70 kg.

Cairan ekstraselular dibagi menjadi :o Cairan Interstitial

Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial,sekitar 11-12 liter pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volumeinterstitial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kalilipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa.

o Cairan Intravaskular

Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah(contohnyavolume plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6Ldimana 3 liternya merupakan plasma, sisanya terdiri dari sel darahmerah, sel darah putih dan platelet.

5/12/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a4d1de8ab34 4/9

Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu elektrolitdan non elektrolit. Elektrolit

Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkanarus listrik.

Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Jumlah kationdan anion dalam larutan adalah selalu sama (diukur dalam miliekuivalen).

o KationKation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+),

sedangkankation utama dalam cairan intraselular adalah potassium (K +). Suatusistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa keluarsodium dan potassium ini.

o

AnionAnion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) danbikarbonat (HCO3

-), sedangkan anion utama dalam cairan intraselularadalah ion fosfat(PO43-)

Diagram 1. Distribusi Cairan TubuhDiambil dari Lyon Lee.  Fluid and Electrolyte Therapy. Oklahoma State University - Center for Veterinary Health. 2006.

2.1 Elektrolit

2.1.1 Keseimbangan Natrium (Na)

 Natrium adalah kation utama cairan ekstraseluler (CES). Dalam kondisi fisiologis,

 Natrium (Na) serum memiliki rentang nilai antara 135 – 145 mmol/L. Untuk menilai jumlah

total partikel dalam darah, maka perlu diukur osmolalitas serum. Osmolalitas serum memiliki

5/12/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a4d1de8ab34 5/9

nilai berkisar antara 280 – 290 mOsm/kgH2O. Osmolalitas diukur dengan rumus :

P_osm= 2(Na)+(Nitrogen urea darah (mg/dl))/2,8+(glukosa(mg/dl))/18

Selain itu, Natrium sebagai kation utama didalam cairanekstraseluler dan paling berperan didalam mengatur keseimbangan

cairan. Kadar natrium dalam plasma diatur lewat beberapa mekanisme:- Left atrial stretch reseptor 

- Central baroreseptor 

- Renal afferent baroreseptor 

- Aldosterone (reabsorpsi di ginjal)- Atrial natriuretic factor 

- Sistem renin angiotensin- Sekresi ADH- Perubahan yang terjadi pada air tubuh total (TBW=Total Body

Water)

Kadar natrium dalam tubuh 58,5mEq/kgBB dimana + 70% atau40,5mEq/kgBB dapatberubah-ubah. Ekresi natrium dalam urine 100-180mEq/liter, faeces35mEq/liter dan keringat 58mEq/liter. Kebutuhan setiap hari = 100mEq(6-15 gram NaCl).

Peningkatan osmolalitas akibat absorpsi Na atau kehilangan cairan yang berlebihan,menyebabkan cairan intraseluler keluar untuk menyeimbangkan tekanan osmotik. Untuk itu,

 perlu adanya suatu osmoregulator. Dalam hal ini, ada suatu sensor atau osmoreseptor yangada di hipotalamus, dan Anti Diuretic Hormone (ADH), yang dikenal juga dengan

antidiuretin atau vasopressin. Ginjal berperan sebagai organ target ADH. Naik turunnya ekskresi natrium dalam urin diatur oleh filtrasi glomerulus dan

reabsorpsi oleh tubulus ginjal. Kondisi hipervolemi dan peningkatan asupan Na akanmeningkatkan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG), begitupula sebaliknya. Perubahan pada LFGakan mempengaruhi reabsorpsi natrium di tubulus. Hampir 99 % Na yang sudah difiltrasidireabsorpsi kembali. Paling banyak direabsorpsi di tubulus proksimal 65 %, ansa henle 25 – 30 %, dan 5 % saja di tubulus distal dan 4 % di duktus koligentes.

Setiap hari, sekitar 8 – 15 mg Natrium diabsorpsi setiap harinya. Ginjal harusmengekskresikan dalam jumlah yang sama setiap waktu, untuk mempertahankan homeostasisCES. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi regulasi ini adalah 12:Sistem Renin Angiotensin / Renin Angiotensin System ( RAS )

Aktivasi sistem ini meningkatkan retensi natrium melalui angiotensin II, aldosterondan ADHAtriopeptin / Atrial Natriuretic Peptide (ANP) adalah hormon peptida yangdisekresikan oleh sel spesifik dari atrium jantung sebagai respon terhadap peningkatanvolume CES. Hormon ini meningkatkan ekskresi Na pada ginjal dengan meningkatkan fraksifiltrasi dan menginhibisi reasorpsi natrium dari duktus koligentes. ADH, sekresi hormon inidistimulasi oleh :a) Peningkatan osmolalitas plasma dan cairan serebrospinal, b)Reflek Gauer-Henry, yang muncul ketika terjadi peregangan reseptor di atrium yang memberikansinyal ke hipotalamus bahwa telah terjadi penurunan jumlah CES > 10 %. c) Angiotensin IId) Aldosteron, e) Efek hormon ini adalah menstimulasi reabsorpsi natrium. Sekresi hormonini distimulasi oleh angiotensin II.

2.1.2 Ketidak Seimbangan Natriuma. Hiponatremia

5/12/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a4d1de8ab34 6/9

1. Definisi

Hiponatremi adalah keadaan dimana kadar serum Natrium (Na) kurang dari 135mEq/L. Hiponatremia akut dapat diartikan sebagai kejadian hiponatremia dalam jangkawaktu kurang dari 48 jam, sedangkan Hiponatremi Kronik adalah keadaan hiponatremi yangtimbul dalam jangka waktu lebih dari 48 jam.

2. Etiologi dan Patogenesi

a. Hiponatremia dengan osmolalitas plasma normalPemberian cairan iso-osmotik yang tidak mengandung natrium ke cairan ekstra seldapat menimbulkan hiponatremia dengan osmolalitas plasma normal. Termasuk dalam hal ini, keadaan hiperproteinemia dan hiperlipidemia.

 b. Hiponatremia dengan osmolalitas plasma tinggiPada keadaan osmolalitas plasma yang tinggi, seperti pada keadaan hiperglikemia

 berat atau pemberian manitol intravena. Cairan intrasel akan keluar ke ekstrasel

menyebabkan dilusi cairan ekstrasel, dan menyebabkan hiponatremia.

c. Hiponatremia dengan osmolalitas plasma rendahTerjadi pada keadaan seperti gagal jantung, sirosis, insufisiensi renal, sindromanefrotik. Keadaan-keadaan ini terjadi dengan volume CES yang meningkat. PadaSIADH, volume CES normal dan pada keadaan muntah atau pada pemakaian diuretik,volume CES menurun.

5/12/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a4d1de8ab34 7/9

1. Gejala Klinis

Pada gejala awal hiponatremi, tidak ada gejala yang sangat menonjol. Tetapi padakadar Na < 125 mEq/L akan mulai menunjukkan gejala seperti anorexia, mual, muntah,mudah lelah. Dan jika kadar Na terus menurun dapat terjadi spame kejang pada otot hinggaterjadi koma. Sedangkan bila kadar Na terus menurun dalam 24 jam, dapat meningkatkan

angka mortalitas hingga 50%.

2. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan bila natrium dibawah 135 mmol/L. Berdasarkan klinis, hal yang penting kita tentukan adalah hiponatremia akut yang ditandai dengan gejala kesadaran yangmenurun dan kejang. Sedangkan hiponateremia kronik ditandai dengan mengantuk dan lemassaja, bahkan tanpa gejala. Dan untuk menentukan penyebab hiponatremia, perlu dilakukan

 pemeriksaan osmolalitas serum, penilaian status Extracelluler Volume (ECV) dan natrium

urin.3. Penatalaksanaan

Pada hiponatremi berat, untuk mengkoreksi digunakan NaCl hipertonik yaitu NaCl 3%. NaCl 3% diberikan pada keadaan natrium < 120 mEq/L atau pada gejala klinis terdapatkejang, gangguan neurologis seperti penurunan kesadaran. Pada pasien dengan kadar Na >125 mEq/L dan < 130 mEq/L dapat diberikan NaCl 0,9%.

Koreksi natrium secara intravena harus diberikan secara lambat, untuk mencegahcentral pontin myelinolysis (CPM). Kadar Na plasma tidak boleh dinaikkan lebih dari 10-12mmol/L dalam 24 jam pertama. Terapi inisial diberikan untuk mencegah udem serebri. Untuk hiponatremia akut dengan gejala serius, koreksi dilakukan agak cepat. Kadar natrium plasma

harus dinaikkan sebanyak 1,5-2 mmol/L dalam waktu 3-4 jam pertama, sampai gejalamenghilang. Kecepatan cairan infus diberikan 2-3 ml/kg/jam, setelah itu dilanjutkan dengan 1ml/kg/jam, sampai kadar Na 130 mmol/L. Untuk koreksi hiponatremia kronik, diberikandengan target kenaikan sebesar 0,5 mmol/L setiap 1 jam, maksimal 10 mmol/L dalam 24 jam.Kecepatan infus dapat diberikan 0,5 – 1 ml/kg/jam. Pemantauan kadar Na serum harusdilakukan setiap 2-4 jam. Untuk menaikkan jumlah Na yang dibutuhkan untuk menaikkan Naserum sampai 125 mEq/L digunakan rumus :

 Jumlah Na (mEq) = [125 mEq/L – Na serum aktual (mEq/L)]xTBW ( L )

• TBW (Total Body Water) = 0,6 x BB (dalam kg)

a. Hipernatremi

1. DefinisiHipernatremi adalah keadaan dimana kadar serum Na >145 mEq/L.

2. Etiologi

a. Etiologi dari hipernatremia adalah adanya defisit cairan tubuh akibat ekskresi air yangmelebihi ekskresi natrium. Seperti pada pengeluaran keringat, insesible water loss,diare osmotik akibat pemberian laktulosa atau sorbitol.

 b. Asupan air yang kurang, pada pasien dengan gangguan pusat rasa haus di hipotalamusakibat tumor dan gangguan vaskuler 

c. Penambahan natrium yang berlebihan, seperti pada koreksi asidosis dengan

 bikarbonat, atau pemberian natrium yang berlebihand. Masuknya air tanpa elektrolit ke dalam sel, misalnya setelah latihan fisik berat.

5/12/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a4d1de8ab34 8/9

Keadaan hipernatremia akan membuat cairan intraseluler keluar ke ekstraseluler untuk menyeimbangkan osmolalitas cairan ekstrasel. Hal ini akan membuat terjadinya

 pengkerutan sel, dan bila terjadi pada sel saraf sistem saraf pusat, maka akanmenimbulkan disfungsi kognitif, seperti lemah, bingung, sampai kejang.

1. Gejala Klinis

Iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder terhadaphipernatremia.

2. Diagnosis

Untuk diag

2.2 Keseimbangan Kalium (K)

Kalium (K) adalah kation utama kompartemen cairan intraseluler ( CIS ). Sekitar 90

% asupan kalium diekskresikan di urin dan 10 % di feses atau kurang lebih faeces 72mEq/liter. Konsentrasi normal kalium di plasma adalah 3,5 – 4,8 mmol/L, sedangkankonsentrasi intraseluler dapat 30 kali lebih tinggi, dan jumlahnya mencapai 98 % dari jumlah

K keseluruhan. . Kebutuhan setiap hari 1-3 mEq/kgBB.Keseimbangan kaliumsangat berhubungan dengan konsentrasi H+ ekstraseluler. Ekskresi kaliumlewat urine 60-90 mEq/liter, dan keringat 10 mEq/liter.

Walaupun kadar kalium di dalam CES hanya berkisar 2 % saja, akan tetapi memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga homeostasis. Perubahan sedikit saja pada kaliumintraseluler, akan berdampak besar pada konsentrasi kalium plasma

Keseimbangan Kalium diatur dengan menyeimbangkan antara pemasukan dan

ekskresi, serta distribusi antara intrasel dan ekstrasel. Regulasi akut kalium ekstraseluler 

dicapai dengan perpindahan kalium internal antara CES dan CIS. Ketika kadar kalium

ekstrasel meningkat akibat asupan yang banyak, atau disebabkan oleh pembebasan kalium

internal, maka regulasi akut ini akan terjadi. Regulasi ini merupakan kontrol hormonal,

yaitu1,2,14 : Insulin disekresikan segera setelah makan, dan ini akan menstimulasi Na, K,

ATPase dan mendistribusikan Kalium yang didapat dari sel–sel makhluk hidup yang dimakan

ke intrasel.Epinefrin meningkatkan ambilan kalium sel, yang mana penting untuk kerja otot

dan trauma. Kedua kondisi ini memicu terjadinya peningkatan kalium plasma.

Aldosteron juga berperan dalam meningkatkan konsentrasi kalium intraseluler.

Perubahan pH mempengaruhi distribusi kalium ekstra dan intraseluler. Pada asidosis,

konsentrasi K ekstraseluler meningkat, sedangkan alkalosis cenderung membuat hipokalemia.Regulasi kronik untuk homeostasis K adalah oleh ginjal. 65 % dari K yang difiltrasi,

direabsorpsi sebelum mencapai akhir dari tubulus proksimal ginjal, 20% di tubulus distal, dan

15 % lainnya di ansa henle. Jumlah ekskersi kalium ditentukan pada tubulus penghubung dan

duktus koligentes Besarnya jumlah K yang direabsorpsi atau disekresi tergantung kepada

kebutuhan. Pada keadaan dimana pemasukan berlebihan, maka ekskresi akan meningkat,

 begitu pula sebaliknya.

2.3 Keseimbangan klorida (Cl)

Elektrolit utama yang berada di dalam cairan ekstraselular (ECF) adalah elektrolit bermuatan negatif yaitu klorida (Cl ). Jumlah ion klorida (Cl ) yang terdapat di dalam

5/12/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a4d1de8ab34 9/9

 jaringan tubuhdiperkirakan sebanyak 1.1 g/Kg berat badan dengan konsentrasi antara 98-106

mmol / L.Konsentrasi ion klorida tertinggi terdapat pada cairan serebrospinal seperti otak 

atau sumsumtulang belakang, lambung dan juga pankreas.

Sebagai anion utama dalam cairan ekstraselullar,ion klorida juga akan berperan dalam

menjaga keseimbangan cairan-elektrolit. Selain itu, ionklorida juga mempunyai fungsifisiologis penting yaitu sebagai pengatur derajat keasaman lambung dan ikut berperan dalam

menjaga keseimbangan asam-basa tubuh. Bersama denganion natrium (Na ), ion klorida juga

merupakan ion dengan konsentrasi terbesar yang keluar melalui keringat.