bab I

83
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian siswa, fisika merupakan salah satu pelajaran yang sulit. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena Fisika merupakan mata pelajaran yang banyak menuntut intelektualitas yang relatif tinggi. Harus kita akui bahwa guru berperan besar dalam menjadikan pelajaran fisika sulit dan tidak menarik minat siswa untuk mempelajarinya. Hal ini disebabkan metode atau cara yang digunakan guru dalam proses pembelajaran fisika yang kebanyakan kurang bervariatif. Selain itu, kurikulum yang ada terlalu padat, dan tidak semua materi yang ada pada kurikulum cocok diberikan kepada siswa sekolah menengah. Karena menurut kurikulum ini materi pelajaran fisika yang harus diberikan sangat banyak dan terlalu sulit padahal jam pelajaran yang tersedia sangat terbatas. Salah satu ganjalan lain yang berkaitan dengan kurikulum yang membuat pelajaran fisika menjadi terlihat sulit adalah adanya ujian nasional (UN) sebagai standar kelulusan. Pelajaran fisika (atau sains pada umumnya) yang seharusnya dapat dieksplorasi menjadi lebih menarik terbentur oleh batasan-batasan standar ujian nasional. Dengan adanya batasan-batasan ini guru menjadi terbelenggu dan membatasi pengajarannya hanya pada materi yang diprediksi akan keluar dalam UN. Pengajaran fisika 1

Transcript of bab I

Page 1: bab I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bagi sebagian siswa, fisika merupakan salah satu pelajaran yang sulit. Hal ini

tidak dapat dipungkiri karena Fisika merupakan mata pelajaran yang banyak

menuntut intelektualitas yang relatif tinggi. Harus kita akui bahwa guru berperan besar

dalam menjadikan pelajaran fisika sulit dan tidak menarik minat siswa untuk

mempelajarinya. Hal ini disebabkan metode atau cara yang digunakan guru dalam

proses pembelajaran fisika yang kebanyakan kurang bervariatif.

Selain itu, kurikulum yang ada terlalu padat, dan tidak semua materi yang ada

pada kurikulum cocok diberikan kepada siswa sekolah menengah. Karena menurut

kurikulum ini materi pelajaran fisika yang harus diberikan sangat banyak dan terlalu

sulit padahal jam pelajaran yang tersedia sangat terbatas.

Salah satu ganjalan lain yang berkaitan dengan kurikulum yang membuat

pelajaran fisika menjadi terlihat sulit adalah adanya ujian nasional (UN) sebagai

standar kelulusan. Pelajaran fisika (atau sains pada umumnya) yang seharusnya dapat

dieksplorasi menjadi lebih menarik terbentur oleh batasan-batasan standar ujian

nasional. Dengan adanya batasan-batasan ini guru menjadi terbelenggu dan membatasi

pengajarannya hanya pada materi yang diprediksi akan keluar dalam UN. Pengajaran

fisika yang dapat diarahkan agar lebih menarik digantikan oleh pembahasan soal-soal

untuk menghadapi UN. Keindahan ilmu dan penerapan fisika akhirya tertutup oleh

kekhawatiran bagaimana menyelesaikan soal UN dengan benar.

Salah satu keadaan peserta didik yang perlu mendapat perhatian guru ialah

kesulitan mereka di dalam belajar. Banyak guru yang merasa aman jika skor rata- rata

yang dicapai para siswanya melebihi batas lulus yang ditentukan. Mereka kurang

menyadari bahwa sesungguhnya skor rata- rata tidak selalu menggambarkan

keberhasilan proses belajar mengajar di kelas.

Setiap peserta didik memiliki perkembangan yang unik baik dipengaruhi oleh

faktor- faktor bawaan, lingkungan, maupun interaksi antara keduanya, maka di dalam

tiap kelas tidak mustahil akan terdapat beberapa peserta didik yang mengalami

kesulitan belajar. Kesulitan –kesulitan tersebut hendaknya dideteksi oleh para guru

sedini mungkin agar dapat direncanakan program remedial yang sesuai dan

1

Page 2: bab I

bermanfaat. Kesulitan belajar yang mereka alami dalam suatu kelas tentu saja

bervariasi baik intensitas maupun jenis atau penyebabnya.

Sekurang-kurangnya ada dua kegiatan yang dapat di lakukan untuk medeteksi

kesulitan belajar secara cermat, yakni melakukan observasi secara langsung, dan

melakukan pengukuran hasil belajar kemudian menganlisis hasilnya

Untuk mencari pembenaran asumsi-asumsi tentang pelajaran fisika diatas dan

mendeteksi kesulitan belajar siswa, maka penulis melakukan penelitian tentang

pembelajaran Fisika. Adapun yang menjadi objek penelitian penulis adalah siswa

kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Garut.

Pada pembahasan makalah ini akan diuaraikan tentang status mata pelajaran

Fisika dalam mata pelajaran umum, status mata pelajaran Fisika dalam mata pelajaran

serumpun, status mata pelajaran Fisika dalam mata pelajaran tidak serumpun, dan

status mata pelajaran fisika di kelas. Untuk menyimpulkan peserta didik diduga

mengalami mengalami kesulitan belajar, maka dalam pembahasan juga akan diuraikan

tentang pengelompokkan siswa menjadi tiga kelompok, yaitu siswa yang tergolong

kelompok tinggi, siswa yang tergolong kelompok menengah, dan siswa yang

tergolong kelompok rendah. Pengelompokakan siswa ini bertujuan untuk mengetahui

dimana letak kelemahan dan kekuatan siswa terhadap penguasaan suatu bagian atau

keseluruhan materi pelajaran serta dapat mengidentifikasi kesulitan-kesulitan belajar

yang muncul sehingga kegagalan dan keberhasilan siswa dapat diketahui. Dengan

mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi siwa, maka selanjutnya kita akan bisa

menentukan program pengajaran remedial yang tepat bagi siswa-siwa tersebut.

Atas dasar pemikiran diatas, maka makalah ini diberi judul “ Diagnostik dan

Remedial Kesulitan Belajar Fisika di SMA Negeri 2 Garut”

B. Rumusan dan Pertanyaan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan

masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1) Sumber kesulitan apa saja yang dialami siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2

Garut dalam mata pelajaran umum (semua mata pelajaran)

2) Sumber kesulitan apa saja yang dialami siwa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Garut

dalam mata pelajaran fisika?

3) Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Garut Semester 1

(Nilai UAS semester 1 dan Nilai Rapot) semua mata pelajaran?

2

Page 3: bab I

4) Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Garut Semester 2

(dilihat dari nilai UTS semester 2) semua mata pelajaran?

5) Bagaimanakah status mata pelajaran fisika dalam mata pelajaran umum?

6) Bagaimanakah status mata pelajaran fisika dalam mata pelajaran serumpun?

7) Bagaimanakah status mata pelajaran fisika dalam mata pelajaran tidak serumpun?

8) Bagaimanakah status mata pelajaran fisika di kelas?

9) Siswa manakah yang tergolong kelompok tinggi, kelompok tengah dan kelompok

rendah?

10) Bagaimana rencana pengembangan program remedial yang akan dilakukan?

C. Tujuan dan Manfaat Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1) Melatih keterampilan dalam membuat diagnostik dan remedial kesulitan belajar

fisika

2) Mengetahui sumber kesulitan belajar siswa SMA Negeri 2 Garut kelas XI IPA 4

semua mata pelajaran

3) Mengetahui sumber kesulitan belajar fisika siswa SMA Negeri 2 Garut kelas XI

IPA 4

4) Mengetahui hasil belajar siswa kelas SMA Negeri 2 Garut kelas XI IPA 4

5) Mengetahui dan menganalisis status fisika dalam mata pelajaran umum

6) Mengetahui dan menganalisis status fisika dalam mata pelajaran serumpun

7) Mengetahui dan menganalisis status mata pelajaran fisika dalam mata pelajaran

tak serumpun

8) Mengetahui status mata pelajaran fisika di kelas

9) Mampu mengelompokkan siswa menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok atas,

keleompok menengah dan kelompok rendah

10) Mampu mengembangkan program remedial sesuai dengan kesulitan belajar siswa

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai

berikut:

1) Mendalami teori diagnostik kesulitan belajar

2) Memahami prosedur dan teknik diagnostik kesulitan belajar

3) Mengetahui cara mengembangkan program remedial

3

Page 4: bab I

D. Metode Pembahasan

1) Studi Literatur : Kurikulum, silabus, RPP

2) Sudi Dokumenter : Daftar nilai UAS semester ganjil, daftar nilai rapot,

daftar nilai UTS semester genap (semua mata pelajaran)

3) Wawancara :

- wawancara kepada wakasek bertujuan untuk mengetahui tentang kurikulum,

- wawancara kepada guru mata pelajaran fisika untuk mengetahui PBM fisika di

kelas XI IPA 4, dan

- wawancara ke peserta didik bertujuan untuk mengetahui respon peserta didik

terhadap mata pelajaran fisika. Adapun peserta didik yang menjadi objek

wawancara adalah siswa kelas XI IPA 4 (6 orang, masing-masing terdiri dari 2

orang kelompok tinggi, 2 orang kelompok tengah dan 2 orang kelompok

rendah). Serta wawancara siswa kelas X.

4) Penyebaran angket ditujukan kepada siswa kelas XI IPA 4

4

Page 5: bab I

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Kurikulum

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu

lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan

diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.

Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan

kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut.

Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan

dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat

mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan

pembelajaran secara menyeluruh.

S. Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa pada saat sekarang istilah

kurikulum memiliki empat dimensi pengertian, dimana satu dimensi dengan dimensi

lainnya saling berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut yaitu: (1) kurikulum

sebagai suatu ide/gagasan, (2) kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang

sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide, (3) kurikulum

sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah kurikulum sebagai

suatu realita atau implementasi kurikulum, (4) kurikulum sebagai suatu hasil yang

merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan.

Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat

strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan

kurikulum didalam pendidikan dan perkembangan kehidupan peserta didik, maka

dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang

kokoh dan kuat.

Komponen-komponen kurikulum meliputi : (1) komponen tujuan, (2)

komponen isi/materi, (3) metode/strategi pencapaian tujuan dan (4) komponen

evaluasi. Keempat komponen tersebut satu sama lain saling berkaitan sebagai suatu

sistem yang saling mendukung dalam proses pencapaian tujuan.

B. Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata

pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,

materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi

5

Page 6: bab I

waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar

kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (BSNP, 2006:

14).

Landasan pengembangan silabus:

1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan Pasal 17 Ayat (2)

2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan Pasal 20

Prinsip pengembangan silabus:

1. Ilmiah

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar

dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

2. Relevan

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam

silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional,

dan spiritual peserta didik.

3. Sistematis

Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam

mencapai kompetensi.

4. Konsisten

Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar,

indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem

penilaian.

5. Memadai

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem

penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.

6. Aktual dan Kontekstual

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem

penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutahir dalam

kehidupan nyata dan peristiwa yang terjadi.

7. Fleksibel

6

Page 7: bab I

Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasikan keragaman peserta

didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan

masyarakat.

8. Menyeluruh

Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif,

psikomotor) (BNSP, 2006: 14).

Unit Waktu Silabus

1. Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang

disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di

tingkat satuan pendidikan.

2. Penyusun silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan persemester,

pertahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok.

3. Implementasi pembelajaran persemester menggunakan penggalan silabus

sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata

pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur kurikulum

(BSNP, 2006: 15).

Pengembang Silabus

1. Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau

berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau pada Kelompok Kerja Guru

(KKG), dan Dinas Pendidikan.

2. Disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu

mengenali karakteristik siswa, kondisi sekolah, dan lingkungannya.

3. Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan

pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah dapat

mengusahakan untuk membentuk kelompok guru mata pelajaran untuk

mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah tersebut.

4. Di SD/MI semua guru kelas, dari kelas I sampai dengan kelas VI,

menyusun silabus secara bersama.

5. Sekolah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri, sebaiknya

bergabung dengan sekolah-sekolah lain melalui forum MGMP/KKG untuk

bersama-sama mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah-

sekolah dalam lingkup MGMP/KKG setempat.

7

Page 8: bab I

6. Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan

membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman dalam

bidangnya masing-masing (BSNP, 2006: 15).

Langkah-langkah pengembangan Silabus

1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Dalam mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran,

sebagaimana tercantum pada SI, kita perlu memperhatikan:

a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan

materi tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI.

b. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata

pelajaran.

c. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata

pelajaran.

2. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran

Dalam mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian

kompetensi dasar, kita perlu mempertimbangkan:

a. potensi peserta didik;

b. relevansi dengan karakteristik daerah;

c. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual

peserta didik;

d. kebermanfaatan bagi peserta didik;

e. struktur keilmuan;

f. aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;

g. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan

h. alokasi waktu.

3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar

yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta

didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya

dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang

dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang

bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat

kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-hal yang harus

diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah:

8

Page 9: bab I

a. kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para

pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran

secara profesional;

b. kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan

oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar;

c. harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran;

d. penentuan urutan kegiatan pembelajaran;

e. rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung

dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar

siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.

4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh

perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta

didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, serta potensi daerah dan dirumuskan

dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.

Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.

5. Penentuan Jenis Penilaian

Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan

indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam

bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan, kinerja, pengukuran sikap, penilaian

hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan

penilaian diri.

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,

dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang

dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi

yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian:

a. penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi;

b. penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa

dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran dan bukan

untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya;

c. sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.

Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya

9

Page 10: bab I

dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang

belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa;

d. hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut

berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remidi bagi

peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria

ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi

kriteria ketuntasan;

e. sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang

ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran

menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus

diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik

wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang

berupa informasi yang dibutuhkan.

6. Menentukan Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah

minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu dengan

mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat

kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang

dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk

menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.

7. Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan objek dan/atau bahan yang digunakan untuk

kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber,

serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar

didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi

pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi

(BSNP, 2006: 15).

C. RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu

kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.

Lingkup Rencana Pelaksanaan Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu)

kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa indikator untuk

10

Page 11: bab I

1 (satu) kali pertemuan atau lebih. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sekurang-

kurangnya memuat tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber

belajar, dan penilaian hasil belajar.

Landasan Pengembangan RPP

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan Pasal 20:

“Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar,

metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”.

Komponen RPP

1. Kolom Identitas Mata Pelajaran

2. Standar Kompetensi

3. Kompetensi Dasar

4. Indikator Pencapaian Kompetensi

5. Tujuan Pembelajaran

6. Materi Ajar (Materi Pokok)

7. Materi/Kompetensi Prasyarat

8. Alokasi Waktu

9. Metode Pembelajaran

10. Kegiatan Pembelajaran

11. Penilaian

12. Sumber Belajar

Langkah-langkah menyusun RPP

1. Menuliskan Identitas Mata Pelajaran, yang meliputi:

a. Satuan Pendidikan;

b. Kelas/Semester;

c. Mata Pelajaran/Tema Pelajaran;

d. Jumlah Pertemuan.

2. Menuliskan Standar Kompetensi

Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik

yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata

pelajaran.

3. Menuliskan Kompetensi Dasar

11

Page 12: bab I

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik

dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi

dalam suatu mata pelajaran.

4. Menuliskan Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi

untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan

penilaian mata pelajaran.

5. Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan

dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.

6. Materi Ajar

Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan

ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian

kompetensi.

7. Menuliskan Materi Prasyarat

Materi Prasyarat ini merupakan materi atau kompetensi yang harus sudah dimiliki

atau dikuasai siswa yang berkaitan dengan materi atau kompetensi yang akan

dipelajari. Dalam pembelajaran matematika, materi prasyarat ini sangat perlu,

karena dalam pembelajaran matematika antara materi satu dengan yang lain

saling berkaitan satu sama lain. Pada proses pembelajaran, kompetensi ini

dapat diukur melalui kegiatan pendahuluan.

8. Alokasi Waktu

Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan

beban belajar.

9. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau

seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran

disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik serta karakteristik dari

setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata

pelajaran. Pada bagian ini dituliskan semua metode yang akan digunakan

selama proses pembelajaran berlangsung.

10. Merumuskan kegiatan pembelajaran

11. Penilaian Hasil Belajar

12

Page 13: bab I

12. Menentukan Media/Alat/Bahan/Sumber Belajar

D. Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar

a. Pengertian Diagnosis

Diagnosis, merupakan istilah teknis (termilogy) yang kita adopsi dari bidang

medis. Menurut Thorndike dan Hagen (1955:530-532), diagnosis dapat diartikan

sebagai:

(1) Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease)

apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama

mengenai gejala-gejalanya (symptons)

(2) Studi yang seksama terhadap fakta tenteng suatu hal untuk menemukan

karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial

(3) Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang seksama atas

gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal

Dari ketiga pengertian tersebut dapat kita maklumi bahwa didalam konsep

diagnosis, secara implisit telah tersimpul pula konsep pronosisnya. Dengan

demikian, didalam pekerjaan diagnostik bukan hanya sekadar mengidentifikasi

jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit

tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan

kemungkinan-kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.

b. Pengertian Kesulitan Belajar

Kegagalan belajar didefinisikan sebagai berikut :

(1) Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu tidak mencapai

ukuran tingkat keberhasialan atau tingkat penguasaan minimal dalam

pelajaran tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru.

Dalam konteks sistem pendidikan di Indonesia angka nilai batas lulus (passing

grade) itu ialah angka 6 atau 60 atau C. Kasus siswa seperti ini dapat

digolongkan

(2) Siswa dikatakan gagal apabila yang bersankutan tidak dapat mengerjakan atau

mencapai prestasi yang semestinya. Ia diramalkan akan dapat mengerjakannya

atau mencapai suatu prestasi, namun ternyata tidak sesuai dengan

kemampuannya. Kasus iswa ini dapat digolongkan kedalam under archievers.

(3) Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan

tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial sesuai dengan pola

13

Page 14: bab I

organismiknya (his organismic pattern) pada fase perkembangan tertentu,

seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan (norm-

referenced). Kasus siswa bersangkutan dapat dikatagorikan ke dalam slow

learners.

(4) Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai

tingkat penguasaan (level of mastery) yang diperlukan sebagai prasyarat

(prequisite) bagi kelanjutan (continuity) pada pelajaran berikutnya. Kasus

siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learners atau belum matang

(immature) sehingga mungkin harus mengikuti pengulang (repeaters)

pelajaran.

Dari keempat definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang siswa

diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil

mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu(berdasarkan ukuran kriteria

keberhasilan seperti yang dinyatakan dalam TIK atau ukuran tingkat kapasitas atau

kemampuan dalam program pelajaran time allowed dan tingkat perkembangnnya).

Dalam hasil belajar, sudah tentu mencakup aspek-aspek substansial-

material, fungsional-struktural, dan behavioral atau yang mencakup segi-segi

kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan batasan waktu yang dimaksud, dapat

berarti satu periode pendidikan atau fase perkembangan, satu tingkat atau kelas

tahun pelajaran, semester atau triwulan, mingguan bahakan jam pelajran tertentu.

c. Diagnostik Kesulitan Belajar

Dengan mengaitkan kedua pengertian dasar di atas (butir a dan b), kita

dapat mendefinisikan diagnostik kesulitan belajar sebagai suatu proses upaya untuk

memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar

dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai data/informasi selengkap dan

seobjektif mungkin sehingga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan

keputusan serta mencari alternatif kemungkinan pemecahannya.

d. Prosedur dan Teknik Diagnostik Kesulitan Belajar

Secara umum langkah-langkah pelaksanaan diagnostik kesulitan belajar

selaras dengan langkah-langkah pelaksanaan bimbingan belajar. Namun secara

khusus, langkah-langkah diagnostik kesulitan belajar itu dapat diperinci lebih

lanjut, mengingat pada hakikatnya hanya merupakan salah satu bagian atau jenis

layanan bimbingan belajar.

14

Page 15: bab I

5. How can errors be prevented?Bagaimana kelemahan itu dapat dicegah?

4. What remedies are suggested?Penyembuhan-penyembuhan apakah yang disarankan?

3. Why are the errors occur?Mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi?

2. Where are the errors located?Di manakah kelemahan-kelemahan itu dapat dilokalisasikan?

Who are the pupils having trouble? Siapa-siapa siswa yang mengalami gangguan?

Ross dan Stanley (1956:332-341) menggariskan tahapan-tahapan diagnosis

(the levels of diagnosis) itu sebagai berikut:

Dari skema tersebut, tampak bahwa keempat langkah yang pertama dari

diagnosis itu merupakan usaha perbaikan (corrective diagnosis) atau penyembuhan

(curative). Sedangkan langkah yang kelima merupakan usaha pencegahan

(preventive).

Burton (1950:640-652) menggariskan agak lain, yaitu berdasarkan kepada

teknik dan instrumen yang digunakan dalam pelaksanaanya sebagai berikut:

1) General diagnosis

Pada tahap ini lazim dipergunakan tes baku, seperti yang dipergunakan untuk

evaluasi dan pengukuran psikologis dan hasil belajar. Sasarannya, untuk

menemukan siapakah siswa yang diduga mengalami kelemahan tertentu.

2) Analystic diagnostic

Pada tahap ini yang lazimnya digunakan ialah tes diagnostik. Sasaranya, untuk

mengethui dimana letak kelemahan tersebut.

3) Psychological diagnosis

Pada tahap ini teknik pendekatan dan instrumen yang digunakan antara lain:

(a) Observasi (observation)

(b) Analasis karya tulis (analysis of written work)

(c) Analisis proses dan respons lisan (analysis of oral responses and account

of procedures)

15

Page 16: bab I

Input 1:Informasi/data prestasi dan proses belajar

Input 3:Informasi/data diagnistik psikologis

Input 2:Informasi/data tes/analisis diagnostik

Identifikasi kasusMenandai siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar

Identifikasi masalahMenandai dan melokalisasi dimana letaknya kesulitan

Identifikasi faktor penyebab kesulitanMenandai jenis dan karakteristik kesulitan dengan faktor penyebabnya

PrognosisMengambil kesimpulan dan keputusan serta meramalkan kemungkinan penyembuhan

Rekomendasi/ReferralMembuat saran alternatif pemecahannya

(d) Analisis berbagai catatan objektif (analysis of objectib=ves record of

various types)

(e) Wawancara (interviews)

(f) Pendekatan laboratories dan klinis (laboratory and clinical methods)

(g) Studi kasus (case studies)

Sasaran kegiatan dignosis pada langkah ini pada dasarnya ditujukan untuk

memahami karakteristik dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan.

Dari kedua model pola pendekatan di atas kita dapat menjabarkan ke

dalam suatu pola pendekatan opersional sebagai berikut:

16

Page 17: bab I

E. Konsep Dasar Pengajaran Remedial

Remedial teaching atau pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran

yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan atau dengan singkat pengajaran yang

membuat menjadi lebih baik, maka pengajaran remedial adalah bentuk khusus

pengajaran yang berfungsi untuk menyembuhkan, membetulkan, atau membuat

menjadi lebih baik(Ahmadi & Supriyono, 2004:152). Dapat dikatakan bahwa

pengajaran remedial itu berfungsi terapis untuk penyembuhan. Yang disembuhkan

adalah beberapa hambatan (ganngguan) kepribadian yang berkaitan dengan kesulitan

belajar sehingga terdapat timbal balik dalam arti perbaikan belajar juga perbaikan

pribadi juga sebaliknya.

Jadi, pengajaran remedial merupakan suatu sistem belajar yang dilakukan

berdasarkan diagnosa yang komprehensif (menyeluruh), yang dimaksudkan untuk

menemukan kekurangan-kekurangan yang dialami siswa dalam belajar, sehingga

pengajaran remedial ini bertujuan untuk membantu siswa dalam memperbaiki hasil

belajar siswa.

Secara Metodologis dapat dikatakan bahwa penanganan kasus kesulitan

belajar-mengajar itu mungkin dapat dilakukan melalui pendekatan pengajaran

remedial (remedial teaching), bimbingan dan konseling (guidance and conselling),

pskoterapi (psycoterapy) dan pendekatan lainnya. Pendekatan yang seyogianya

dikuasai atau setidak-tidaknya dikenal oleh para guru pada umumnya dan guru bidang

studi pada khususnya ialah apa yang disebut dengan pengajaran remedial. Jika guru

tersebut bertugas sebagai wali kelas atau petugas bimbingan, seyogianya minimal

menguasai atau setidak-tidaknya mengenal prinsip-prinsip dasar bimbingan dan

konseling.

Proses Pengajaran Remedial (PPR) pada hakikatnya serupa dengan Proses

Belajar Mengajar (PBM) biasa. Perbedaannya terutama terletak pada dua masalah

diantaranya :

a. Tujuannya lebih diarahkan kepada peningkatan (improvement) prestasi (baik

kualifkasi maupun kuantitatif) dari prestasi yang telah atau mungkin optimal

dapat dicapai. Jika menggunakan PBM biasa sehingga kurang-kurangnya dapat

memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang dapat diterima (minimum

acceptable perfomance); dan peningkatan kemampuan penyesuaian kembali

(readjusment), baik terhadap dirinya maupun lingkungannya.

17

Page 18: bab I

b. Strategi pendekatan (termasuk pula metode/teknik, materi/program, bentuk/jenis

dan sebagainnya) lebih menekankan penyesuaian terhadap keragaman kondisi

objektif (kapasitas umum/khusus, motivasi/minat/n-ach/aspirasi,

pengetahuan/keterampilan prasyarat, sikap/kebiasaan, kematangan/kesiapan, dan

sebagainya) yang dapat dipandang sebagai remodulasi atau modifikasi (repetisi,

akselerasi, pengayaan, subtitusi/alternatif) dari PBM yang biasa (konvensional-

klasikal).

c. Bahan pengajaran remedial biasanya dengan penggolongan-penggolongan yang

lebih kecil daripada bahan yang dikembangkan untuk pengajaran biasa.

Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati (2000:114) merinci perbedaan antara

pengajaran remedial dengan pengajaran biasa sebagai berikut:

No. Pengajaran Biasa No. Pengajaran Remedial

1

2

3

Sebagai program belajar di kelas

dengan semua siswa turut

berpartisipasi

Bertujuan untuk mencapai TIK

yang ditetapkan sesuai dengan

kurikulum berlaku untuk semua

siswa

Metode yang digunakan bersifat

sama untuk semua siswa

1

2

3

Dilakukan setelah diketahui

kesulitan

belajar dan kemudian

diberikan

pelayanan khusus sesuai

dengan jenis, sifat, dan latar

belakang

TIK disesuaikan dengan

kesulitan belajar yang

dihadapi siswa

Metode yang digunakan

bersifat diferensial

disesuaikan dengan sifat,

jenis, dan latar belakang

kesulitan belajar

18

Page 19: bab I

4

5

6

Dilaksanakan oleh guru kelas

atau guru bidang studi

Pendekatan dan teknik lebih

bersifat umum dan sama

Evaluasi menggunakan alat yang

bersifat seragam dan kompak

4

5

6

Dilaksanakan melalui

kerjasa ma berbagai pihak,

guru, pembimbing,

counselor dan sebagainya

Pendekatan dan teknik lebih

diferensial artinya

disesuaikan dengan keadaan

siswa

Alat evaluasi yang

digunakan disesuaikan

dengan kesulitan belajar

yang dihadapi siswa

F. Prosedur Pengajaran Remedial dengan Beberapa Asumsi yang Mendasarinya

Pengajaran remedial merupakan salah satu tahapan kegiatan utama dalam

keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian

kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar-mengajar. secara

skematik, prosedur remedial tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

19

Page 20: bab I

Diagnostik kesulitan Belajar-mengajar

Rekomendasi Referral

Penelaahan kembali kasus

Pilihan alternatif tindakan Layanan penyuluhan/psikoterapi

Pelaksanaan layanan pengajaran remedial

Post-test/pengukuran kembali hasil belajar mengajar

Re-evaluasi Re-diagnostikk

Tugas tambahan/additional assignment

Hasil yang diharapkan

Dibawah ini merupakan langkah-langkah atau prosedur dalam melakukan

pengajaran remedial.

(1) Penelaahan kembali kasus dengan permasalahannya

(2) Menentukan alternatif pilihan tindakan

(3) Layanan bimbingan dan konseling/psikoterapi

(4) Melaksanakan pengajaran remedial

(5) Mengadakan pengukuan potensi belajar kembali

(6) Mengadakan re-evaluasi dan re-diagnostik

(7) Remedial pengayaan dan atau pengukuran (tambahan)

G. Aplikasi Diagnostik dan Kesulitan Belajar

Beberapa strategi dan teknik pendekatan pengajaran remedial diantaranya:

1) Strategi dan teknik pengajaran remedial yang bersifat kuratif

2) Strategi dan teknik pengajaran remedial yang bersifat preventif

20

Page 21: bab I

3) Strategi dan teknik pengajaran remedial yang bersifat development

4) Pengayaan

5) Percepatan

Program pengajaran remedial perlu dilaksanakan, hal ini karena kenyataan

menunjukkan dalam proses belajar mengajar selalu dijumpai anak yang berbakat,

kemampuan tinggi, ada yang kurang berbakat, ada yang cepat, ada yang lambat,

disamping latar belakang mereka yang berbeda-beda. Atas dasar ini perlu ada

pelayanan yang bersifat individual dalam proses belajar mengajar yang menyangkut

masalah bahan, metode, alat, evaluasi dan sebagainya. Ada perbedaan individual yang

menjadi dasar perhatian, yaitu:

perbedaan kecerdasan (intelejensi)

perbedaan hasil belajar (achievement)

perbedaan bakat (aptitude)

perbedaan sikap (attitude)

perbedaan kebiasaan (habbit)

perbedaan pengetahuan (knowledge)

perbedaan kepribadian (personality)

perbedaan kebutuhan (need)

perbedaan cita-cita (ideal)

perbedaan minat (interest)

perbedaan fisik (phisically)

perbedaan lingkungan (enviroment)

Karena adanya perbedaan masing-masing individual seperti yang telah

disebutkan diatas maka berdasarkan hasil penelitian dengan melakukan

pengukuran hasil belajar kemudian menganlisis hasilnya (berkaitan dengan tes

diagnostik kesulitan belajar), maka strategi yang akan dikembangkan dalam

program remedial siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Garut adalah strategi dan

teknik pendekatan remedial yang bersifat kuratif. Tindakan pengajaran remedial

yang bersifat kuratif dilakukan setelah program PBM utama selesai

diselenggarakan. Sasaran pokok dari tindakan ini agar :

a) Siswa yang prestasinya jauh sekali dibawah batas kriteria keberhasilan

minimal, diusahakan pada suatu saat tertentu dapat memadai kreteria

keberhasilan minimal tersebut;

21

Page 22: bab I

b) Siswa yang sedikit masih kurang prestasinya dari kriteria keberhasilan

minimal, pada suatu saat dapat lebih disempurnakan.

22

Page 23: bab I

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Profil Sekolah

SMA Negeri 2 Garut (dulu SMA Negeri 1 Leles) didirikan pada tahun 1964,

diatas tanah seluas 7100 m2

. SMA Negeri 2 Garut merupakan SMA kedua di

Kabupaten Garut setelah SMA Negeri 1 Tarogong (sekarang SMA Negeri 1 Garut),

yang didirikan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan RI, berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Nomor 79/SK/B/III, tanggal 30 Juli 1964.

1. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Garut

Nomor Statistik Sekolah : 301021113012

Nomor kode DIK : 150653

Izin Pendiriaan : Nomor 79/S.K/B/III, tanggal 30 Juli 1964

SK Penegrian : Nomor 79/S.K/B/IIII, tanggal 30 Juli 1964

Akreditasi : A, Tahun 2003 dan 2007

Sertifikat Tanah Nomor : 177

Luas Tanah : 7100 m2

Luas Bangunan : 2799 m2

Luas halaman/Kebun : 4301 m2

.

SK Perubahan Nama : Berdasarkan Surat Peraturan Bupati Kabupaten

GarutNomor 446 Tahun 2008 Tanggal 24

Desember 2008 SMA Negeri 1 Leles menjadi

SMA Negeri 2 Garut

Alamat sekolah : Jalan Guntur No. 3 Leles Garut

Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat 44152

Nomor Telepon/Fax. : (0262) 455010

Website : www.sman1leles.sch.id

Visi

Menjadikan lembaga pendidikan yang mampu menghasilkan sumber daya manusia

Indonesia yang cerdas intelektual, inovatif beriman dan bertaqwa sehingga mampu

bersaing secara nasional dan global

23

Page 24: bab I

Misi

Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme untuk menghasilkan lulusan

yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berprestasi, inovatif, terampil,

berbudi pekerti luhur, dan bertanggung jawab

Meningkatkan mutu pendidikan sehingga memiliki daya saing di tingkat

nasional, regional dan internasional.

Menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif, inovatif, kreatif, dan

menyenangkan agar tercapai proses pendidikan yang maksimal untuk mencapai

prestasi sekolah berstandar nasional dan internasional.

Memaksimalkan sistem jaringan dan fasilitas internet sebagai sarana

informatika dan komunikasi pembelajaran serta sitem administrasi sekolah

Memperluas dan melingkupi sarana/prasarana perpustakaan secara bertahap

hingga mampu menjadi perpustakaan yang representatif lengkap dengan

jaringan internet.

Tujuan

Menyiapkan lulusan yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, inovatif,

kreatif, berkepribadian mantap dan mandiri

Menyiapkan lulusan yang berkualitas yaitu lulusan yang mampu menyikapi dan

hidup di era globalisasi ini dengan daya saing bermutu nasional dan

internasional dengan segala kemungkinan yang ada untuk tetap hidup sebagai

individu dan bangsa yang bermartabat dan beradab.

Mengembangkan dan mengoptimalkan pembelajaran dengan menggunakan

teknologi informasi dan komunikasi sehingga menghasilkan lulusan berpestasi,

mampu menjawab tantangan zaman yang selalu berubah, dan memiliki

kemampuan bersaing didalam masyrakat nasional, regional maupun

internasional yang sarat dengan produk-produk teknologi modern.

Motto

Iman, Ilmu, Amal

Budaya kerja

Bertaqwa, kreatif, inovatif, reflektif terhadap perubahan dengan senantiasa

menjunjung tinggi nila-nilai etika dan tanggung jawab dalam nuansa kebersamaan.

2. Identitas Kepala SMA Negeri 2 Garut

24

Page 25: bab I

Nama : Drs. Cucu Supena, MM.Pd.

Pangkat/Gol/Ruang : Pembina/ IV/b

Pendidikan Terakhir : Pasca Sarjana Universitas Nusantara

Pelatihan yang pernah diikuti :

Tahun Nama Pelatihan Lama Pelatihan

1996 Diklat Teknis Calon Kepala Sekolah 140 jam

1997 Diklat Calon Kepala Sekolah 160 jam

1998 Diklat PKLH 160 jam

2000 Diklat Imtaq 160 jam

2000 Workshop MPMBS 140 jam

2000 Pelatihan Fasilitaor PKHS 160 jam

3. Fasilitas Sarana dan Prasarana SMA Negeri 2 Garut

Jenis sarana yang dimiliki sekolah

Ruang Kepala Sekolah

Ruang Wakil Kepala Sekolah

Ruang Guru

Ruang Kelas

Perpustakaan

Laboratorium dan Ruang

Praktek Komputer

Laboratorium dan Ruang

Praktek Fisika

Laboratorium dan Ruang

Praktek Kimia/Biologi

Laboratorium dan Ruang

Praktek Bahasa

Ruang Layanan Bimbingan

dan Konseling

Ruang Tamu

Ruang UKS

Ruang Komite Sekolah

Ruang OSIS

Mushola

Koperasi

Ruang Multimedia

Warnet

Lapangan Tenis

Lapangan Volley

Lapangan Basket

Ruang Penjaga Sekolah

Ruang/Pos Keamanan

Gudang

Kantin Sekolah

Halaman Sekolah

25

Page 26: bab I

4. Personel Sekolah

Kepala Sekolah

Guru tetap 45 orang

Guru tidak tetap 22 orang

Staf TU tetap 8 orang

Staf TU tidak tetap 2 orang

Pesuruh tidak tetap 4 orang

Peserta didik 944 orang

5. Struktur Organisasi Sekolah

B. Hasil Wawancara

1. Wakasek

Di bawah ini merupakan hasil wawancara yang kami lakukan dengan guru

fisika.

1) Apakah kurikulum yang dikembangkan di Sekolah ini sudah sesuai dengan

yang ditetapkan pemerintah?

Jawab:Ya, sudah sesuai. Karena pada dasarnya kebebasan yang diberikan

kepada sekolah untuk mengembangkan kurikulum tidak boleh

26

Page 27: bab I

mengabaikan kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Kami pun seoptimal

mungkin berusaha mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi

dasar agar sesuai dengan kemampuan peserta didik dan kondisi

lingkungan sekolah kami.

2) Apa upaya-upaya yang dilakukan agar kurikulum yang dikembangkan

sesuai dengan kondisi peserta didik maupun lingkungan sekolah?

Jawab: ada beberapa upaya yang kami lakukan, diantaranya: (1)

mempertimbangkan cara bagaimana peserta didik dapat mencapai hasil

belajar sesuai dengantujuan kurikulum, (2) tentu saja kerja sama dengan

berbagai pihak, baik itu dengan kepala sekolah maupun guru-guru mata

pelajaran, (3) kami berusaha mengembangkan kurikulum ini secara efktif

dan efisien

3) Apa yang menjadi keuntungan dengan diberi kebebasannya sekolah

mengembangkan kurikulum?

Jawab: Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai

dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekolah,

meningkatkan keefektifan proses belajar mengajar, meningkatkan

efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran

4) Apa yang menjadi kesulitan yang dihadapi sebagai wakasek kurikulum?

Jawab: paling kesulitannya dalam penyusunan jadwal pelajaran suka ribet,

mengatur jadwal sekian mata pelajaran dengan sekian banyak guru yang

berbeda-beda pula, cukup membingngkan. Selain itu guru mata pelajaran

yang tidak merata.

2. Guru

Di bawah ini merupakan hasil wawancara yang kami lakukan dengan guru

fisika.

1) Apakah standar kompetensi yang digunakan sesuai dengan yang telah

ditetapkan oleh pemerintah?

Jawab: iya, sudah sesuai dengan aturan yang ditetapkan pemerintah

2) Buku sumber apa yang digunakan sebagai rujukan mata pelajaran?

Jawab: banyak, diantaranya erlangga, grafindo, butku-buku perguruan

tinggi sebagi referensi. Tapi saya tidak membatasi maupun mewajibkan

27

Page 28: bab I

siswa untuk menggunakan buku teretentu. Pokoknya selama berhubungan

dengan materi yang diajarkan boleh digunakan.

3) Metode/teknik/pendekatan/strategi apa yang digunakan dalam PBM?

Jawab : macam-macam, tergantung potensi anak dan tergantung materi

4) Media yang dipilih dalam PBM?

Jawab: kadang demonstrasi, praktek, kadang pake simulasi sederhana.

5) Faktor-faktor yang menjadi penunjang dan penghambat dalam PBM?

Jawab: Penunjang diantaranya failitas, potensi anak, dukungan teman

sejawat. Penghambat diantaranya keberagaman anak, intelektualitas

siswa, ada beberapa materi yang sulit dipahami siswa

6) Usaha-usaha atau bentuk solusi apa yang dilakukan oleh guru matpel

dalam merespons pertanyaan nomor 5? Sebutkan dengan contoh nyata!

Jawab: misalkan ketika menerangkan materi yang sulit dipahami siswa

bisa menggunakan analogi yang konstektual yang mudah terjangkau oleh

indra anak meskipun tidak sampai 100%

7) Cara evaluasi matpel yang diajarkan? Contohnya!

Jawab: PG, essay, ulangan praktek(jarang), open book

8) Kesan-kesan guru matpel terhadap matpel yang diajarkannya!

Jawab: enjoy, asik-asik aja, banyak hal-hal yang bisa dibilang metafisika,

menakjubkan, bisa bertafakur lewat fisika.

3. Siswa

Wawancara:

Kesimpulan hasil wawancara tentang pembelajaran Fisika menurut peserta

didik kelas X dan kelas XI diantaranya:

Tuntutan standar kompetensi yang diharapkan dalam fisika tidak terlalu

berat. Tapi terkadang tuntutan standar kompetensi yang diharapkan cukup

berat. Hal ini tergantung pada berat tidaknya materi yang diajarkan.

Contoh Standar kompetensi yang tidak terlalu berat (kelas X): Menerapkan

konsep besaran fisika dan pengukurannya.

Contoh Standar kompetensi yang cukup berat (kelas X): menerapkan prinsip

kerja alat optik.

Contoh Standar kompetensi yang tidak terlalu berat (kelas XI): Menerapkan

konsep Termodinamika dalam mesin kalor.

28

Page 29: bab I

Contoh Standar kompetensi yang cukup berat (kelas XI): Menerapkan

konsep dan prinsip mekanika klasik sistem continue dalam menyelesaikan

masalah.

Perbedaan yang paling menonjol antara pembelajaran Fisika di kelas X dan

kelas XI adalah tentang pemahaman siswa pada materi yang diajarkan. Di

kelas X, rumus-rumusnya lebih sedikit dibanding kelas XI. Cara guru

menerangkan pun ternyata lebih bervariatif di kelas XI.

Buku-buku sumber yang digunakan sulit dipahami, dan ada buku-buku

sumber tertentu yang sulit diadapatkan. Untuk latihan-latihan soal lebih

banyak menggunakan LKS.

Metode/teknik/pendekatan/strategi yang digunakan dalam proses

pembelajaran fisika di kelas X itu monoton, karena metode/cara

mengajarnya yang menggunakan metode yang sama, jadi peserta didik

merasa bosan dan jenuh. Tetapi, metode/teknik/pendekatan/strategi yang

digunakan dalam proses pembelajaran Fisika di kelas XI itu monoton, tetapi

kadang bervariatif karena guru tidak hanya ceramah, melainkan lebih

memotivasi siwa untuk aktif di kelas. Misalnya mengerjakan soal-soal

latihan dan praktikum. Selain itu, komunikasi antara guru dan peserta didik

cukup efektif.

Media yang digunakan dalam PBM belum sesuai dengan apa yang

diharapkan.

Penghambat dalam PBM fisika diantaranya cara guru mengajar yang

monoton, fasilitas lab yang kurang lengkap, keadaan kelas yang keadang

berisik ketika guru menerangkan, banyak sekali rumus-rumus fisika yang

harus dihafal, waktu belajar yang kurang.

Penunjang dalam PBM: banyak latiha soal, gurunya yang baik dan sabar.

Hal yang menarik dari mata pelajaran Fisika adalah banyak rumus, hitung

menghitung, soal-soal fisika membuat penasaran, ketika praktikum alat-alat

yang digunakan unik, fisika banyak berhubungan denga kehidupan sehari-

hari, fisika dapat melahirkan metode yang menjamin seseorang dapat

menemukan inovasi baru.

Evaluasi yang digunakan : essay, PG, open book, tugas, ulangan harian per

bab

29

Page 30: bab I

Kesan-kesan belajar fisika bagi peserta didik: rumus-rumusnya rumit tapi

menantang, jadi ketika mengerjakan soal ingin terus mencoba, seru, rame,

pusing, kesel, menarik, mengasah otak, bingung, menyenangkan ketika

praktikum.

Angket mengenai kesulitan belajar secara umum

Jumlah siswa yang menjadi sampel berjumlah 46 orang. Jawaban dari

pertanyaan tersebut adalah jawaban yang terbanyak.

1) Apakah masuk jurusan IPA merupakan keinginan sendiri?

Jawab: iya

2) Mata pelajaran apa yang paling anda senangi?

Jawab: Biologi

Alasan: karena gurunya baik, menyenangkan, materinya menarik, dan

cara mengajarnya tidak monoton.

3) Mata pelajaran apa yang tidak disenangi?

Jawab: Kimia dan B.Inggris

Alasan: Kimia materinya sulit dipahami, setiap ujian soalnya pasti sulit.

B.Inggris metode guru menerangkannya monoton

4) Lebih menyukai belajar kelompok atau sendiri?

Jawab : kelompok

Alasan : bisa sharing, jadi kalau ada materi yang tidak dimengerti bisa

bertanya kepada teman yang lebih paham.

5) Lebih senang berhitung/menghafal?

Jawab: berhitung

Alasan: kalo berhitung terasa lebih menantang, seperti permainan teka-

teki yang mencari jawaban. Kalu mengahafal, hari ini ingat, besoknya

sudah lupa lagi.

6) Apakah menurut anda mata pelajaran fisika sulit?

Jawab:Ya.

Alasan: karena terlalu banyak rumus yang harus dipahami, dan

terkadang cara penyampaian materi nya tidak begiu jelas.

7) Materi/bab apa pada mata pelajaran fisika yang menurut anda paling

mudah?

Jawab: Termodinamika, gas ideal

8) Materi/bab apa pada mata pelajaran fisika yang menurut anda paling sulit?

30

Page 31: bab I

Jawab: kinematika rotasi, GLBB

9) Apakah media yang digunakan dalam mata pelajaran fisika sudah sesuai

dengan apa yang diharapkan?

Jawab: Tidak

10) Apakah metode yang digunakan oleh guru fisika dalam PBM di kelas

bervariatif?

Jawab: Tidak

Alasan: monoton, membuat bosan dan jenuh

11) Apakah anda merasa kesulitan ketika ujian mata pelajaran fisika?

Jawab: iya

Alasan :karena belum paham, malas belajar,

12) Apakah buku sumber yang digunakan mudah dipahami?

Jawab: tidak

C. Status Fisika dalam Mata Pelajaran Umum

Dari hasil pengolahan data, status fisika dalam mata pelajaran umum ditunjukkan

oleh grafik dibawah ini.

Nilai UAS Semester Ganjil

Fisika

BiologiKim

ia

Matemati

ka

B.Indonesi

a

B.inggr

is

B.sunda PAI

B.Jepan

g

Penjas

kes PKnPLH

Sejara

h

S.Budaya TIK

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Nilai Rata-rata kelas

Nilai Rata-rata kelas

31

Page 32: bab I

Nilai Raport semester ganjil

Fisika

BiologiKim

ia

Matemati

ka

B.Indonesi

a

B.inggr

is

B.sunda PAI

B.Jepan

g

Penjas

kes PKnPLH

Sejara

h

S.Budaya TIK

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Nilai Rata-rata kelas

Nilai Rata-rata kelas

Nilai UTS semester genap

Fisika

BiologiKim

ia

Matemati

ka

B.Indonesi

a

B.inggr

is

B.sunda PAI

B.Jepan

g

Penjas

kes PKnPLH

Sejara

h

S.Budaya TIK

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Nilai Rata-rata kelas

Nilai Rata-rata kelas

D. Status Fisika dalam Mata Pelajaran Serumpun

Dari hasil pengolahan data, status fisika dalam mata pelajaran umum ditunjukkan

oleh grafik dibawah ini.

Nilai UAS semester ganjil

32

Page 33: bab I

Fisika Biologi Kimia Matematika0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Nilai Rata-rata kelas

Nilai Rata-rata kelas

Nilai Raport semester ganjil

Fisika Biologi Kimia Matematika66

68

70

72

74

76

78

80

Nilai Rata-rata kelas

Nilai Rata-rata kelas

Nilai UTS semester genap

33

Page 34: bab I

Fisika Biologi Kimia Matematika0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Nilai Rata-rata kelas

Nilai Rata-rata kelas

E. Status Fisika dalam Mata Pelajaran tidak serumpun

Dari hasil pengolahan data, status fisika dalam mata pelajaran umum ditunjukkan

oleh grafik dibawah ini.

Nilai UAS semester ganjil

Fisika

B.Indonesi

a

B.inggr

is

B.sunda PAI

B.Jepan

g

Penjas

kes PKnPLH

Sejara

h

S.Budaya TIK

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Nilai Rata-rata kelas

Nilai Rata-rata kelas

Nilai Raport semester ganjil

34

Page 35: bab I

Fisika

B.Indonesi

a

B.ingg

ris

B.sunda PAI

B.Jepan

g

Penjas

kes

PKnPLH

Sejar

ah

S.Buday

a TIK60

65

70

75

80

85

90

Nilai Rata-rata kelas

Nilai Rata-rata kelas

Nilai UTS semester genap

Fisika

B.Indonesi

a

B.inggr

is

B.sunda PAI

B.Jepan

g

Penjas

kes PKnPLH

Sejara

h

S.Budaya TIK

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Nilai Rata-rata kelas

Nilai Rata-rata kelas

F. Status Mata Pelajaran Fisika di Kelas

Dari hasil pengolahan data, status fisika dalam mata pelajaran umum ditunjukkan

oleh grafik dibawah ini.

35

Page 36: bab I

UAS Semester 1 Raport semester 1 UTS semester 20

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Nilai rata-rata kelas

Nilai rata-rata kelas

G. Hasil Pengolahan Data secara Umum

Berdasarkan hasil pengolahan data secara umum, diperoleh grafik yang

menunjukan posisi peserta didik dalam seluruh mata pelajaran .

Graffik berdasarkan nilai rata-rata (mean)

ACEP W

AHYUDIN

AI NOVI A

NGGRAENI

AI SITI S

AADAH

BILLQIST

LAUTSA

CECEP

AHMAD SOLIH

IN

CUCU CASMAYA

DODI ROBIDIN

ELSA RIYA

NTI

ERNI R

AHMAWATI

FETTY

FATIM

AH

FITRI YU

LIANTI

G.ST. H

USNUL K

HOTIMAH

HESTIANA M

ARDINI

HILMAN FIR

MANSYAH

IKHSAN RAHADIAN

0102030405060708090

Nilai rata-rata keseluruhan

Nilai rata-rata keseluruhan

Grafik 1

36

Page 37: bab I

INDRA RAMDANI

IQRI PUSP

A YUNANDA

LENTI N

URBAETI R

MELI BUDIARTI

NENG ADE Y

ANI

NENG DELI

S NURDIANI

NENG YA

NTI

NINA KARLINA

PUTRA RAHADIAN DESA

RARA ISMAYA

PUTRI

RATIH JU

LAEH

A

RESTI R

AHAYU PUTR

I

RESTI R

IANTI

RIKA FITROH

RIMA KARIM

AH H

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Series1

Grafik 2

RISTA PUSPITA

SARI

RISKA RAHMI G

ODTAMI

RIZKI N

UGRAHA

RIZKI PRATA

MA

SHINTA

PUTRI YANI

SHOFIA

UTARI A

GUSTINA

SISKA OKTA

VIANI

SYIFA

FAUZIA

H

WIRASANTI D

ITA A

WIWIN SU

PRIATIN

WIWIN W

IDIA NENGSIH

WULANSARI

YANI N

URHAENI

YUDHA PERMANA

YUDI M

ULYADI

YULI Y

ULIANI

62

64

66

68

70

72

74

76

78

80

Series1

Grafik 3

Berdasarkan hasil pengolahan data secara umum, dapat disimpulkan bahwa

Jika 75<Nilai rata-rata siswa <84.1 maka siswa dinyatakan kelompok

atas(tinggi)

Jika 70=<Nilai rata-rata siwa=<75 maka siswa dinyatakan kelompok

menengah (sedang)

37

Page 38: bab I

Jika Nilai rata-rata siswa<70, maka siswa dinyatakan kelompok rendah

Berdasarkan grafik diatas, peserta didik dapa dikelompokkan menjadi 3

kelompok,yaitu:

1) Kelompok atas (tinggi) = 15 orang

2) Kelompok tengah (sedang) = 23 orang

3) Kelompok rendah = 8 orang

Berdasarkan hasil pengolahan data secara umum peserta didik yang diduga

mengalami kesulitan belajar diantaranya:

1) Ikhsan Rahadian

2) Rima Karimah H

3) Shinta Putri Yani

4) Wiwin Widia Nengsih

5) Wulansari

6) Yani Nurhaeni

7) Yudha Permana

8) Yudi Mulyadi

Berdasarkan tinjauan nilai fisika, grafik prestasi belajar siswa ditunjukkan oleh

grafik dibawah ini:

ACEP W

AHYUDIN

AI NOVI A

NGGRAENI

AI SITI

SAADAH

BILLQIST

LAUTS

A

CECEP

AHMAD SOLIH

IN

CUCU CASMAYA

DODI ROBIDIN

ELSA RIYA

NTI

ERNI R

AHMAWATI

FETT

Y FATIM

AH

FITRI Y

ULIANTI

G.ST. H

USNUL K

HOTIMAH

HESTIA

NA MARDINI

HILMAN FI

RMANSYAH

0102030405060708090

100

Series1

Grafik 1

38

Page 39: bab I

IKHSAN RAHADIAN

INDRA RAMDANI

IQRI P

USPA YU

NANDA

LENTI

NURBAETI R

MELI BUDIARTI

NENG ADE Y

ANI

NENG DELI

S NURDIANI

NENG YA

NTI

NINA KARLINA

PUTRA RAHADIAN DES

A

RARA ISMAYA

PUTRI

RATIH JU

LAEH

A

RESTI

RAHAYU PUTR

I

RESTI

RIANTI

RIKA FITR

OH0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Series1

Grafik 2

RIMA KARIM

AH H

RISTA PUSP

ITA SA

RI

RISKA RAHMI G

ODTAMI

RIZKI N

UGRAHA

RIZKI P

RATAMA

SHINTA

PUTRI YA

NI

SHOFIA

UTARI A

GUSTINA

SISKA OKTA

VIANI

SYIFA

FAUZIA

H

WIRASANTI D

ITA A

WIWIN SU

PRIATIN

WIWIN W

IDIA NENGSIH

WULANSA

RI

YANI N

URHAENI

YUDHA PER

MANA

YUDI M

ULYADI

YULI Y

ULIANI

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Series1

Grafik 3

Berdasarkan ketiga grafik diatas, maka pada mata pelajaran Fisika, peserta didik di

kelompokan menjadi 3 kelompok berdasarkan nilai KKM, yaitu:

1) Kelompok atas (tinggi) = 12 orang

2) Kelompok tengah (sedang) = 27 orang

3) Kelompok rendah = 7 orang

H. Kasus Peserta Didik yang Diduga Mengalami Kesulitan Belajar

Beberapa siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar ditinjau dari semua mata

pelajaran, diantaranya:

39

Page 40: bab I

1) Ikhsan Rahadian

Fisika

BiologiKim

ia

Matemati

kaB.In

do

B.Inggr

is

B.Sunda PAI

B.Jepan

g

Penjas

kes PKnPLH

sejara

h

seni b

udaya TIK0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Ikhsan Rahadian

Ikhsan Rahadian

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Ikhsan Rahadian mengalami kesulitan

belajar pada mata pelajaran Kimia, Matematika, B. Inggris dan PKn. Nilai

Fisika Ikhsan lebih baik dibandingkan dengan mata pelajaran Kimia,

Matematika, B.inggris, dan PKn.

2) Rima Karimah H

Fisika

BiologiKim

ia

Matemati

kaB.In

do

B.Inggr

is

B.Sunda PAI

B.Jepan

g

Penjas

kes PKnPLH

sejara

h

seni b

udaya TIK0

10

20

30

40

50

60

70

80

Rima Karimah H

Rima Karimah H

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Rima karimah H mengalami kesulitan

belajar pada mata pelajaran Kimia, Matematika, B.Indonesia, B.Inggris, PKn,

PLH. Nilai Fisika Rima lebih baik dibandingkan dengan mata pelajaran Kimia,

Matematika, B. Indonesia, B.inggris, PKn dan PLH.

40

Page 41: bab I

3) Shinta Putri Yani

Fisika

BiologiKim

ia

Matemati

kaB.In

do

B.Inggr

is

B.Sunda PAI

B.Jepan

g

Penjas

kes PKnPLH

sejara

h

seni b

udaya TIK0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Shinta Putri Yani

Shinta Putri Yani

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Shinta Putri Yani mengalami kesulitan

belajar pada mata pelajaran Kimia, B.Inggris, dan PKn. Nilai Fisika Shinta lebih

baik dibandingkan dengan mata pelajaran Kimia, B.inggris, dan PKn.

4) Wiwin Widia Nengsih

Fisika

BiologiKim

ia

Matemati

kaB.In

do

B.Inggr

is

B.Sunda PAI

B.Jepan

g

Penjas

kes PKnPLH

sejara

h

seni b

udaya TIK0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Wiwin Widia Nengsih

Wiwin Widia Nengsih

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Wiwin Widia Nengsih mengalami

kesulitan belajar pada mata pelajaran Fisika, Kimia, Matematika, dan B.Inggris.

Nilai Fisika Wiwin masih dibawah nilai KKM.

41

Page 42: bab I

5) Wulansari

Fisika

BiologiKim

ia

Matemati

kaB.In

do

B.Inggr

is

B.Sunda PAI

B.Jepan

g

Penjas

kes PKnPLH

sejara

h

seni b

udaya TIK0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Wulansari

Wulansari

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Wulansari mengalami kesulitan belajar

pada mata pelajaran Fisika, Kimia, Matematika, B.Inggris, dan B. Jepang. Nilai

Fisika Wulansari masih dibawah nilai KKM.

6) Yani Nurhaeni

Fisika

BiologiKim

ia

Matemati

kaB.In

do

B.Inggr

is

B.Sunda PAI

B.Jepan

g

Penjas

kes PKnPLH

sejara

h

seni b

udaya TIK0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Yani Nurhaeni

Yani Nurhaeni

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Yani mengalami kesulitan belajar pada

mata pelajaran Fisika, Kimia, B.Indonesia, B.Inggris, dan B. Jepang. Nilai

Fisika Yani masih dibawah nilai KKM.

7) Yudha Permana

42

Page 43: bab I

Fisika

BiologiKim

ia

Matemati

kaB.In

do

B.Inggr

is

B.Sunda PAI

B.Jepan

g

Penjas

kes PKnPLH

sejara

h

seni b

udaya TIK0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Yudha Permana

Yudha Permana

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Yudha mengalami kesulitan belajar

pada mata pelajaran Fisika, Biologi, Kimia, B.Inggris, dan PKn . Nilai Fisika

Yudha masih dibawah nilai KKM.

8) Yudi Mulyadi

Fisika

BiologiKim

ia

Matemati

kaB.In

do

B.Inggr

is

B.Sunda PAI

B.Jepan

g

Penjas

kes PKnPLH

sejara

h

seni b

udaya TIK0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Yudi Mulyadi

Yudi Mulyadi

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Yudi mengalami kesulitan belajar pada

mata pelajaran Fisika, Kimia, B.Inggris, dan PKn . Nilai Fisika Yudha masih

dibawah nilai KKM.

Beberapa siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar ditinjau darimata

pelajaran Fisika, diantaranya:

1) Putra Rahadian Desa

43

Page 44: bab I

UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap54

56

58

60

62

64

66

68

70

72

74

Putra Rahadian Desa

Putra Rahadian Desa

2) Rara Ismaya Putri

UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap58

60

62

64

66

68

70

72

74

Rara Ismaya Putri

Rara Ismaya Putri

3) Wiwin Widia Nengsih

UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap54

56

58

60

62

64

66

68

70

72

74

Wiwin Widia Nengsih

Wiwin Widia Nengsih

4) Wulansari

UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap0

10

20

30

40

50

60

70

80

Wulansari

Wulansari

44

Page 45: bab I

5) Yani Nurhaeni

UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap0

10

20

30

40

50

60

70

80

Yani Nurhaeni

Yani Nurhaeni

6) Yudha Permana

UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Yudha Permana

Yudha Permana

7) Yudi Mulyadi

UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Yudi Mulyadi

Yudi Mulyadi

I. Penyusunan Program Pengajaran Remedial

Pengajaran remedial pada hakikatnya adalah pemberian bantuan bagi

peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Sehubungan dengan itu, langkah-

langkah yang perlu dikerjakan dalam pemberian pengajaran remedial meliputi dua

langkah pokok, yaitu pertama mendiagnosis kesulitan belajar, dan kedua

memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran remedial.

45

Page 46: bab I

Berdasarkan hasil diagnosis kesulitan belajar siswa kelas XI IPA 4 SMA

Negeri 2 Garut, maka strategi dan teknik pengajaran remedial yang akan

dikembangkan adalah sebagai berikut:

a. Strategi dan teknik pengajaran remedial yang bersifat kuratif

Sasaran pokok dari pengajaran remedial yang bersifat kuratif adalah siswa yang

prestasinya jauh dibawah batas kriteria keberhasilan minimal. Sehingga dengan

adanya pengajaran remedial yang bersifat kuratif ini siswa suatu saat dapat

memenuhi kriteria keberhasilan minimal tersebut.

b. Strategi dan teknik pendekatan pengajaran remedial yang bersifat preventif

Sasaran pokok dari pengajaran remedial yang bersifat preventif ini adalah siswa

yang diprediksikan akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu

program studi tertentu yang akan ditempuhnya. Dalam kajian ini, penulis akan

mengembangkan pengajaran remedial yang bersifat preventif yang ditujukan

bagi siswa yang menunjukan prestasi belajarnya menurun. Sehingga diharapkan

dengan dikembangkannya pengajaran remedial yang bersifat preventif ini, siswa

tersebut mampu meningkatkan kembali prestasi belajarnya atau paling tidak

mempertahankan prestasi belajarnya.

c. Strategi dan teknik pendekatan pengajaran remedial yang bersifat development

Sasaran pokok dari pengajaran remedial yang bersifat development ini adalah

agar siswa dapat segera mengatasi hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan

yang mungkin dialaminya selama melaksanakan kegiatan PBM. Dengan

diberikannya Dengan diberikan bantuan segera (immediate treatment) selama

berlangsungnya PBM, pada akhirnya siswa diharapkan dapat menyelesaikan

program secara tuntas sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan.

J. Pembahasan

1. Wawancara

Wakasek Kurikulum

Berdasarkan hasil wawancara dengan wakasek kurikukum, kurikulum

di SMA Negeri 2 Garut telah sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemerintah,

karena pada dasarnya otonomi yang diberikan pada sekolah dalam mengelola

kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan

ketercapaian sasaran dalam visi dan misi sekolah tidak mengabaikan

kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Dalam mengembangkan kurikulum ini,

46

Page 47: bab I

pihak sekolah berusaha seoptimal mungkin untuk merealisasikan dan

merelevansikan antara kurikulum nasional (standar kompetensi/kompetensi

dasar) dengan kebutuhan dan kondisi sekolah, sehingga kurikulum yang

dikembangkan integritas dengan peserta didik maupun dengan lingkungan

sekolah.

Adapun upaya-upaya yang dilakukan agar kurikulum yang

dikembangkan seseuai dengan peserta didik maupun lingkungan sekolah

diantaranya:

- Dengan mempertimbangkan bagaimana cara agar peserta didik dapat

mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum

- Adanya kerja sama yang positif dari berbagai pihak

- Rangkaian kegiatan dalam memanajemen kurikulum ini dilakukan secara

efektif dan efisien, sehingga dapat memberikan hasil yang optimal dengan

biaya, tenaga dan waktu yang relative singkat.

Ada beberapa hal yang menjadi keuntungan sekolah diberi kebebasan

untuk mengembangkan kurikulum sendiri tanpa mengabaikan kebijaksanaan

yang telah ditetapkan pemerintah, diantaranya:

- Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan

kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekolah

- Meningkatkan efesiensi dan efektivitas proses belajar mengajar

- Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam

mencapai tujuan pembelajaran

Dalam memanejemen kurikulum ada beberapa kesulitan yang dihadapi,

misalnya: penyusunan jadwal pelajaran, Sumber Daya Manusia (guru mata

pelajaran) yang tidak merata, pengaturan dan kewajiban guru.

Guru mata pelajaran Fisika

Standar kompetensi yang digunakan sesuai dengan aturan yang

ditetapkan oleh pemerintah. Adapun dalam menentukan indicator disesuaikan

dengan kondisi sekolah, yaitu fasilitas yang tersedia, kondisi siswa,

kemampuan intelektualitas siswa, dsb).

Buku sumber yang digunakan diantaranya buku sumber terbitan

Erlangga, Garffindo, buku-buku perguruan tinggi pun digunakan sebagai

referensi. Guru tidak membatasi maupun mewajibkan buku apa yang harus

digunakan peserta didik, tetapi guru memberikan kebebasan pada siswa untuk

47

Page 48: bab I

menggunakan buku apa saja (selama buku itu masih bersangkutan dengan

materi yang diajarkan), tergantung kemampuan peserta didik dan yang

terpenting setiap peserta didik memiliki referensi.

Metode yang digunakan dalam mengajar diantaranya demonstrasi,

praktikum, membahas materi, membahas latihan soal-soal dimana siswa aktif

mengerjakan di depan kelas. Adapun alat/media yang digunakan dalam PBM

adalah alat-alat praktikum.

Ada beberapa hal yang menunjang guru dalam mengajar fisika

diantaranya fasilitas yang media, potensi peserta didik, serta dukungan dari

teman sejawat.

Adapun penghambat guru dalam mengajar fisika diantaranya

keberagaman intelektualitas anak, ada beberapa materi/bab dalam fisika yang

tidak bisa diterangkan secara maksimal karena keterbatasan indra kita.

misalnya pada saat membahas materi tentang gas ideal.

Untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dialami guru dalam

mengajar fisika solusi yang digunakan diantaranya:

- Saat menerangkan menggunakan analogi-analogi yang konstektual, yang

bisa terjangkau oleh indra peserta didik

- Membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok belajar, sehingga

peserta didik yang lemah dalam pelajaran fisika setidaknya dapat

berdiskusi dengan peserta didik yang pintar dalam pelajaran fisika.

- Bentuk evalasi yang digunakan dalam mata pelajaran fisika diantaranya

essay, PG, ulangan praktek. Dalam hal ini ulangan praktek jarang

dilakukan, tetapi penilaian tetap dilakukan saat dilaksanakan praktek.

Penilaiannya ditinjau dari kemampuan peserta didik mengguanakan alat

praktek dengan benar, kemampuan kerjasama dengan teman kelompoknya,

dsb.

Guru memiliki kesan-kesan tersendiri selama mengajar fisika yaitu

guru merasa senang mengajar fisika, banyak hal yang bisa dipelajari, fisika itu

menakjubkan, dan kita bisa bertafakur lewat fisika.

Siswa

Berdasarkan hasil wawancara secara umum dapat disimpulkan bahwa

mata pelajaran fisika itu merupakan mata pelajaran yang cukup sulit dan

menantang. Sebagian dari mereka tertarik mempelajari fisika, hanya saja

48

Page 49: bab I

buku-buku yang tersedia sulit didapat dan sulit dapahami. Selain itu, metode

yang digunakan guru dalam PBM fisika cenderung monoton dan kurang

variatif. Hal ini disebabkan karena media yang digunakan dalam pembelajaran

belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Jumlah siswa yang terlalu banyak

pun sebenarnya cukup mempengaruhi siswa dalam PBM karena kondisi kelas

yang kurang kondusif ketika guru menarangkan. Tapi disamping itu, mereka

menyukai fisika ketika dihadapkan dengan soal-soal latihan yang menantang.

Dalam hal evaluasi, biasanya diberikan dalam bentuk essay maupun PG.

Berdasarkan hasil jawaban angket secara umum dapat disimpulkan

bahwa sebagian dari siswa kelas XI IPA 4 menyukai pelajaran Biologi. Hal ini

dikarenakan materi yang diajarkan di kelas XI menarik serta metode yang

digunakan guru ketika menerangkan tidak monoton. Adapun pmata pelajaran

yang tidak diminati adalah mata pelajaran Kimia dan Bahasa Inggris. Mereka

mengaku mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran kimia dan bahasa

inggris. Sebagian besar siswa kelas XI IPA 4 lebih menyukai belajar

kelompok, karena dengan belajar kelompok mereka bisa saling bertanya satu

sama lain ketika ada materi/bab yang belum mereka pahami. Alasan mereka

memilih jurusan IPA karena mereka lebih suka berhitung daripada menghafal

dkarena menurut mereka berhitung itu seperti sedang melakukan sebuah

permainan yang sedang mencari jawaban yang sebenarnya.

2. Status Fisika dalam Mata Pelajaran Umum

Berdasarkan data nilai hasil observasi menunjukkan bahwa status fisika

dalam mata pelajaran umum kategori UAS semester ganjil menduduki posisi

ke-10 dengan nilai rata-rata 69,1 . Posisi pertama adalah Biologi dengan nilai

rata-rata 81,5 dan posisi terakhir adalah kimia dengan nilai rata-rata 41.3.

Status fisika dalam mata pelajaran umum kategori Nilai Raport

semester ganjil menduduiki posisi ke-9 dengan nilai rata-rata 75,5. Posisi

pertama B. Jepang dengan nilai rata-rata 85,5 dan posisi terakhir kimia dengan

nilai rata-rata 70,6.

Status Fisika dalam mata pelajaran umum kategori Nilai UTS semester

genap menduduki posisi ke-2 dengan nilai rata-rata 83,6. Posisi pertama adalah

Biologi dengan nilai rata-rata 93,7 dan posisi terakhir adalah kimia dengan nilai

rata-rata 34,3.

49

Page 50: bab I

Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa

dalam mata pelajaran fisika mengalami peningkatan.

3. Status Mata Pelajaran Fisika dalam Mata Pelajaran Serumpun

Berdasarkan data nilai hasil observasi menunjukkan bahwa status fisika

dalam mata pelajaran umum kategori UAS semester ganjil menduduki posisi

ke-2 dengan nilai rata-rata 69,1 . Posisi pertama adalah Biologi dengan nilai

rata-rata 81,5 dan posisi terakhir adalah kimia dengan nilai rata-rata 41.3.

Status fisika dalam mata pelajaran umum kategori Nilai Raport

semester ganjil menduduiki posisi ke-3 dengan nilai rata-rata 75,5. Posisi

pertama Biologi dengan nilai rata-rata 78,2 dan posisi terakhir kimia dengan

nilai rata-rata 70,6.

Status Fisika dalam mata pelajaran umum kategori Nilai UTS semester

genap menduduki posisi ke-2 dengan nilai rata-rata 83,6. Posisi pertama adalah

Biologi dengan nilai rata-rata 93,7 dan posisi terakhir adalah kimia dengan nilai

rata-rata 34,3.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fisika dalam mata

pelajaran serumpun tergolong mata pelajaran yang tidak terlalu sulit. Hal ini

dibuktikan dengan fisika tidak pernah menduduki posisi terakhir.

4. Status Mata Pelajaran Fisika dalam Mata Pelajaran tak Serumpun

Berdasarkan data nilai hasil observasi. Menunjukkan bahwa status

fisika dalam mata pelajaran umum kategori UAS semester ganjil menduduki

posisi ke-11 dengan nilai rata-rata 69,1 . Posisi pertama adalah PAI dengan

nilai rata-rata 79.3 dan posisi terakhir adalah PKn dengan nilai rata-rata 61,1.

Status fisika dalam mata pelajaran umum kategori Nilai Raport

semester ganjil menduduiki posisi ke-9 dengan nilai rata-rata 75,5. Posisi

pertama B. Jepang dengan nilai rata-rata 85,5 dan posisi terakhir B.Inggris dan

sejarah dengan nilai rata-rata 70,6.

Status Fisika dalam mata pelajaran umum kategori Nilai UTS semester

genap menduduki posisi ke-2 dengan nilai rata-rata 83,6. Posisi pertama adalah

PAI dengan nilai rata-rata 84,9 dan posisi terakhir adalah B. Inggris dengan

nilai rata-rata 64,3.

5. Kasus Peserta Didik yang Diduga Mengalami Kesulitan Belajar

Beberapa peserta didik yang diduga mengalami kesulitan belajar dalam mata

pelajaran Fisika:

50

Page 51: bab I

1) Ikhsan Rahadian

UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Ikhsan Rahadian

Ikhsan Rahadian

Dalam mata pelajaran Fisika, prestasi belajar ikhsan mengalami

peningkatan. Pada semester 1 nilai fisika nya masih di bawah nilai KKM,

tetapi di semester 2 nilai fisikanya berada jauh diatas nilai KKM. Tetapi,

meskipun ia mengalami peningkatan dalam mata pelajaran fisika, ia

mengalami kesulitan belajar pada beberapa mata pelajaran lain, yaitu

Kimia, Matematika, B. Inggris dan PKn.

2) Putra Rahadian Desa

UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap54

56

58

60

62

64

66

68

70

72

74

Putra Rahadian Desa

Putra Rahadian Desa

Dalam mata pelajaran fisika, prestasi belajar putra mengalami penurunan.

Sesuai dengan grafik diatas, pada semester 2 dia mengalami penurunan

prestasi belajar yang cuku drastis. Tapi, dia tidak mengalami kesulitan

belajar pada mata pelajaran lain.

3) Rara Ismaya Putri

51

Page 52: bab I

UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap58

60

62

64

66

68

70

72

74

Rara Ismaya Putri

Rara Ismaya Putri

Dalam mata pelajaran fisika, prestasi belajar Rara mengalami penurunan.

Nilai fisika di semester 2 menurun drastic jauh di bawah KKM. Tapi, pada

mata pelajaran lain, ia tidak mengalami kesulitan belajar.

4) Rima Karimah H

UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap60

65

70

75

80

85

90

Rima Karimah H

Rima Karimah H

Dalam mata pelajaran fisika, prestasi belajar Rima mengalami turun naik.

Tapi dia mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Kimia,

Matematika, B.Indonesia, B.Inggris, PKn, PLH.

5) Shinta Putri Yani

52

Page 53: bab I

UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Shinta Putri Yani

Shinta Putri Yani

Dalam mata pelajaran fisika, prestasi belajar Shinta mengalami

peningkatan. Tapi ia mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran

Kimia, B.Inggris, dan PKn.

6) Wiwin Widia Nengsih

UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap54

56

58

60

62

64

66

68

70

72

74

Wiwin Widia Nengsih

Wiwin Widia Nengsih

c pada mata pelajaran Kimia, Matematika, dan B.Inggris.

7) Wulansari

UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap0

10

20

30

40

50

60

70

80

Wulansari

Wulansari

53

Page 54: bab I

Dalam mata pelajaran fisika, prestasi belajar Rima mengalami turun naik.

Tapi dia mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Kimia,

Matematika, B.Inggris, dan B. Jepang.

8) Yani Nurhaeni

UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap0

10

20

30

40

50

60

70

80

Yani Nurhaeni

Yani Nurhaeni

Dalam mata pelajaran fisika, prestasi belajar Rima mengalami turun naik.

Tapi dia mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Kimia,

B.Indonesia, B.Inggris, dan B. Jepang.

9) Yudha Permana

UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Yudha Permana

Yudha Permana

Dalam mata pelajaran mata pelajaran Fisika, prestasi belajar Yudha

mengalami peningkatan. Tapi ia mengalami kesulitan belajar pada mata

pelajaran Biologi, Kimia, B.Inggris, dan PKn

10) Yudi Mulyadi

54

Page 55: bab I

UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Yudi Mulyadi

Yudi Mulyadi

Dalam mata pelajaran mata pelajaran Fisika, prestasi belajar Yudha

mengalami peningkatan. Tapi ia mengalami kesulitan belajar pada mata

pelajaran Kimia, B.Inggris, dan PKn.

6. Penyusunan Program Pengembangan Remedial

Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik serta penyebab

timbulnya kesulitan belajar, langkah berikutnya adalah memberikan perlakuan

berupa pengajaran remedial. Pengajaran remedial yang dikembangkan oleh

penulis yaitu dengan melakukan berbagai kegiatan, antara lain:

(1) Memberikan tambahan penjelasan atau contoh

Peserta didik kadang-kadang mengalami kesulitan memahami

penyampaian materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang

disajikan hanya sekali, apalagi kurang ilustrasi dan contoh. Pemberian

tambahan ilustrasi, contoh dan bukan contoh untuk pembelajaran konsep

misalnya akan membantu pembentukan konsep pada diri peserta didik.

(2) Menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya

Penggunaan alternatif berbagai strategi pembelajaran akan memungkinkan

peserta didik  dapat mengatasi masalah pembelajaran yang dihadapi.

(3) Mengkaji ulang pembelajaran yang lalu.

Penerapan prinsip pengulangan dalam pembelajaran akan membantu

peserta didik menangkap pesan pembelajaran. Pembelajaran ulang dapat

disampaikan dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian,

penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan bilamana

sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai ketuntasan

belajar atau mengalami kesulitan belajar. Pendidik perlu memberikan

55

Page 56: bab I

penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau media yang

lebih tepat.

(4) Menggunakan berbagai jenis media

Penggunaan berbagai jenis  media dapat menarik perhatian peserta didik.

Perhatian memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Semakin

memperhatikan, hasil belajar akan lebih baik. Namun peserta didik

seringkali mengalami kesulitan untuk memperhatikan atau berkonsentrasi

dalam waktu yang lama. Agar perhatian peserta didik terkonsentrasi pada

materi pelajaran perlu digunakan berbagai media untuk mengendalikan

perhatian peserta didik.

(5) Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan.

Dalam hal pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan,  perlu

dipilih alternatif tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara

individual. Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran 

pendidik sebagai tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu

atau beberapa peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan.

(6) Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus.

Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu

diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam

mengerjakan tes akhir. Peserta didik perlu diberi latihan intensif (drill)

untuk membantu menguasai kompetensi yang ditetapkan.

(7) Pemanfaatan tutor sebaya.

Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki kecepatan belajar lebih.

Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada rekannya

yang mengalami kelambatan belajar. Dengan teman sebaya diharapkan

peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan

akrab.

56

Page 57: bab I

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1) Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap siswa kelas XI IPA 4 SMA

Negeri 2 Garut, diperoleh suatu kesimpulan tentang status/posisi fisika. Fisika

bukan merupakan pelajaran yang perlu ditakuti ataupun dianggap sulit. Hal ini

dibuktikan dengan beberapa perbandingan antara fisika dengan mata pelajaran

lainnya baik itu serumpun maupun tak serumpun, ternyata fisika tidak pernah

menduduiki posisi paling akhir.

2) Ada beberapa faktor penyebab kesulitan belajar siswa yaitu sistem pengajaran,

sistem evaluasi, keterbatasan guru dalam menerangkan dsb.

3) Ada beberapa faktor organismik dalam diri siswa sendiri sebagai penyebab

kesulitan, diantaranya kurangnya motivasi untuk belajar, kurang daya tangkap

atau daya serap siswa.

4) Berdasarkan hasil penelitian, siswa keles XI IPA 4 dikelompokkan menjadi 3

kelompok, yaitu kelompok atas, kelompok menengah dan kelompok rendah.

5) Siswa yang termasuk kelompok atas memiliki krtieria nilai yang berada jauh

diatas KKM. Sedangkan siswa yang termasuk kelompok rendah kriteria nilai

berada dibawah KKM.

6) Peserta didik memiliki kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda.

Sesuai dengan kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda tersebut maka

permasalahan yang dihadapi berbeda-beda pula. Dalam melaksanakan

pembelajaran, pendidik perlu tanggap terhadap kesulitan yang dihadapi peserta

didik.

7) Dalam rangka pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan

pembelajaran tuntas, peserta didik yang gagal mencapai tingkat pencapaian

kompetensi yang telah ditentukan perlu diberikan pengajaran remedial

(perbaikan).

8) Strategi yang digunakan dalam pengajaran remedial adalah strategi yang

bersifat kuratif, preventif dan development.

57

Page 58: bab I

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, pengolahan data, serta beberapa kasus

yang ada di lapangan, maka penulis memberikan beberapa rekomendasi, yaitu:

1) Guru mata pelajaran fisika maupun guru mata pelajaran lainnya hendaknya

meningkatkan motivasi dan semangat untuk mengajar mata pelajaran yang

bersangkutan.

2) Guru fisika agar lebih bisa kreatif lagi dalam menggunakan metode serta

memanfaatkan sarana dalam mengajar fisika sehingga dapat menjadi lebih

mudah.

3) Tidak menjadikan alasan fisika sebagai salah satu mata pelajaran yang di

ujiankan sehingga membuat guru fisika lebih sering membahas soal-soal

sehingga keindahan ilmu dan penerapan fisika serta merta akan tertutup oleh

kekhawatiran bagaimana menyelesaikan soal ujian dengan benar.

4) Untuk guru fisika jangan samakan fisika dengan pelajaran sejarah yang hanya

cukup dapat dijelaskan dengan metode ceramah, melainkan harus ada variasi

dalam mengajar sehingga PBM tidak monoton.

5)  Untuk guru fisika ciptakanlah sesuatu yang dapat merangsang pola berpikir

siswa ketika PBM berlangsung

6) Penyajian materi yang bukan hanya sebagai kumpulan rumus belaka yang

harus dihafal mati oleh siswa, hingga akhirnya ketika evaluasi belajar,

kumpulan tersebut bercampur aduk dan menjadi kusut di benak siswa. Artinya

penyajian materi harus seimbang antar penyampain konsep dan aplikasi.

7) Untuk para siswa hendaknya menumbuhkan semangat belajar

8) Para penulis buku hendaknya bisa lebih mengemas buku fisika menjadi lebih

mudah dipahami

9) Ada beberapa pelaksanaan remedial yang dapat diaplikasikan untuk menangani

kasus kesulitan belajar, yaitu:

- Memberikan tambahan penjelasan atau contoh

- Menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya

- Mengkaji ulang pembelajaran yang lalu

- Menggunakan berbagai jenis media

- Pemberian bimbingan secara khusus

- Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus

- Pemanfaatan tutor sebaya

58