BAB I

19
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia, fungsinya bagi kehidupan tidak pernah bisa digantikan oleh senyawa lain. Manusia membutuhkan air dalam semua aspek kehidupan diataranya mencuci, mandi, masak, dll. Secara biologis air berperan dalam semua proses dalam tubuh manusia, misalnya pencernaan, metabolisme, transportasi, mengatur keseimbangan suhu tubuh. Kekurangan air akan menyebabkan gangguan fisiologis, bahkan mengakibatkan kematian apabila kekurangan tersebut mencapai 15% dari berat tubuh. Namun jika ada zat-zat yang berlebihan dalam air makan akan berdampak bagi kesehatan, salah satu contohnya adalah kesadahan air yang tinggi yang dapat mengakibatkan terjadinya batu ginjal. senyawa-senyawa kalsium dan magnesium relatif sukar larut dalam air, maka senyawa-senyawa itu cenderung untuk memisah dari larutan dalam bentuk endapan atau presipitat yang akhirnya menjadi kerak. Dalam pemakaian yang cukup lama air sadah dapat menimbulkan gangguan ginjal akibat terakumulasinya endapan CaCO 3 dan MgCO 3 dalam ginjal. Air sadah pada umumnya terdapat pada daerah yang mempunyai pembentukan batu kapur secara geologi yang berlangsung ektensif. Batu-batuan karbonat mudah mengalami erosi dengan adanya air yang mengandung CO 2 terlarut. Penentuan kesadahan air dapat ditentukan dengan menggunakan spektroskopi serapan atom dan titrasi EDTA, namun penulis 1

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan bahan yang sangat penting bagi

kehidupan umat manusia, fungsinya bagi kehidupan

tidak pernah bisa digantikan oleh senyawa lain.

Manusia membutuhkan air dalam semua aspek

kehidupan diataranya mencuci, mandi, masak, dll.

Secara biologis air berperan dalam semua

proses dalam tubuh manusia, misalnya pencernaan,

metabolisme, transportasi, mengatur keseimbangan

suhu tubuh. Kekurangan air akan menyebabkan

gangguan fisiologis, bahkan mengakibatkan kematian

apabila kekurangan tersebut mencapai 15% dari berat

tubuh. Namun jika ada zat-zat yang berlebihan dalam

air makan akan berdampak bagi kesehatan, salah satu

contohnya adalah kesadahan air yang tinggi yang

dapat mengakibatkan terjadinya batu ginjal. senyawa-

senyawa kalsium dan magnesium relatif sukar larut

dalam air, maka senyawa-senyawa itu cenderung

untuk memisah dari larutan dalam bentuk endapan

atau presipitat yang akhirnya menjadi kerak. Dalam

pemakaian yang cukup lama air sadah dapat

menimbulkan gangguan ginjal akibat terakumulasinya

endapan CaCO3 dan MgCO3

dalam ginjal.

Air sadah pada umumnya terdapat pada daerah

yang mempunyai pembentukan batu kapur secara

geologi yang berlangsung ektensif. Batu-batuan

karbonat mudah mengalami erosi dengan adanya air

yang mengandung CO2

terlarut. Penentuan

kesadahan air dapat ditentukan dengan menggunakan

spektroskopi serapan atom dan titrasi EDTA, namun

penulis memilih titrasi dengan EDTA karena cara ini

masih handal dalam penentuan kesadahan air.

Dari uraian diatas, maka judul yang diangkat

adalah analisis tingkat kesadahan air dengan titrasi

EDTA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan

masalah adalah bagaimana cara menentukan

kesadahan suatu air sumur ?

C. Tujuan

1

Page 2: BAB I

Bertitik tolak dari rumusan masalah diatas,

maka tujuan yang ingin dicapai pada penulisan

makalah ini adalah mengetahui tingkat kesadahan air

sumur

D. Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah

1. Sebagai bahan infomarsi tentang syarat air yang

baik

2. Pembaca dapat mengetahui cara menetukan

kesadahan air sumur

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Air

1. Tinjauan umum air

Air merupakan unsur penting dalam kehidupan

yang hampir seluruh kehidupan di dunia tidak lepas

dari adanya air. Sebuah molekul air terdiri dari sebuah

atom oksigen yang berikatan kovalen dengan dua

atom hidrogen dengan rumus kimiawi H2

O (Winarno,

1997).

Persyaratan Kualitas Air

Parameter Kualitas Air yang digunakan untuk

kebutuhan manusia haruslah air yang tidak tercemar

atau memenuhi persyaratan fisika, kimia, dan biologis.

1. Persyaratan Fisika Air

Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan 

fisika sebagai berikut:

1. Jernih atau tidak keruh

Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-

butiran koloid dari tanah liat. Semakin banyak

kandungan koloid maka air semakin keruh.

2. Tidak berwarna

2

Page 3: BAB I

Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih.

Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan

lain yang berbahaya bagi kesehatan.

3. Rasanya tawar

Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air

yang terasa asam, manis, pahit atau asin menunjukan

air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya

garam-garam tertentu  yang larut dalam air,

sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam

organik maupun asam anorganik.

4. Tidak berbau

Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila

dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau

busuk mengandung bahan organik yang sedang

mengalami dekomposisi (penguraian) oleh

mikroorganisme air.

5. Temperaturnya normal

Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas

terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang

ada pada saluran/pipa, yang dapat membahayakan

kesehatan dan menghambat pertumbuhan mikro

organisme.

6. Tidak mengandung zat padatan

Air minum mengandung zat padatan yang terapung di

dalam air

(Santoso.2010).

2. Persyaratan Kimia

Kandungan zat atau mineral yang bermanfaat dan

tidak mengandung zat beracun.

1) pH (derajat keasaman)

Penting dalam proses penjernihan air karena

keasaman air pada umumnya disebabkan gas Oksida

yang larut dalam air terutama karbondioksida.

Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari

pada penyimpangan standar kualitas air minum dalam

hal pH yang lebih kecil 6,5 dan lebih besar dari 9,2

akan tetapi dapat menyebabkan beberapa senyawa

kimia berubah menjadi racun yang sangat

mengganggu kesehatan.

3

Page 4: BAB I

2) Kesadahan

Kesadahan ada dua macam yaitu kesadahan

sementara dan kesadahan nonkarbonat (permanen).

Kesadahan sementara akibat keberadaan Kalsium dan

Magnesium bikarbonat yang dihilangkan dengan

memanaskan air hingga mendidih atau menambahkan

kapur dalam air. Kesadahan nonkarbonat (permanen)

disebabkan oleh sulfat dan karbonat, Chlorida dan

Nitrat dari Magnesium dan Kalsium disamping Besi dan

Alumunium. Konsentrasi kalsium dalam air minum

yang lebih rendah dari 75 mg/l dapat menyebabkan

penyakit tulang rapuh, sedangkan konsentrasi yang

lebih tinggi dari 200 mg/l dapat menyebabkan

korosifitas pada pipa-pipa air. Dalam jumlah yang lebih

kecil magnesium dibutuhkan oleh tubuh untuk

pertumbuhan tulang, akan tetapi dalam jumlah yang

lebih besar 150 mg/l dapat menyebabkan rasa mual.

3) Besi

Air yang mengandung banyak besi akan

berwarna kuning dan menyebabkan rasa logam besi

dalam air, serta menimbulkan korosi pada bahan yang

terbuat dari metal. Besi merupakan salah satu unsur

yang merupakan hasil pelapukan batuan induk yang

banyak ditemukan diperairan umum. Batas maksimal

yang terkandung didalam air adalah 1,0 mg/l

4) Aluminium

Batas maksimal yang terkandung didalam air

menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 82 / 2001

yaitu 0,2 mg/l. Air yang mengandung banyak

aluminium menyebabkan rasa yang tidak enak apabila

dikonsumsi.

5) Zat organik

Larutan zat organik yang bersifat kompleks ini

dapat berupa unsur hara makanan maupun sumber

energi lainnya bagi flora dan fauna yang hidup di

perairan  

6) Sulfat

Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air

dapat mengakibatkan kerak air yang keras pada alat

merebus air (panci / ketel)selain mengakibatkan bau

dan korosi pada pipa. Sering dihubungkan dengan

penanganan dan pengolahan air bekas.

7) Nitrat dan nitrit

4

Page 5: BAB I

Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber

dari tanah dan tanaman. Nitrat dapat terjadi baik dari

NO2 atmosfer maupun dari pupuk-pupuk yang

digunakan dan dari oksidasi NO2 oleh bakteri dari

kelompok Nitrobacter. Jumlah Nitrat yang lebih besar

dalam usus cenderung untuk berubah menjadi Nitrit

yang dapat bereaksi langsung dengan hemoglobine

dalam daerah membentuk methaemoglobine yang

dapat menghalang perjalanan oksigen didalam tubuh.

8) Khlorida

Dalam konsentrasi yang layak, tidak berbahaya

bagi manusia. Chlorida dalam jumlah kecil dibutuhkan

untuk desinfektan namun apabila berlebihan dan

berinteraksi dengan ion Na+ dapat menyebabkan rasa

asin dan korosi pada pipa air.

9) Zink atau Zn

Batas maksimal Zink yang terkandung dalam

air adalah 15 mg/l. penyimpangan terhadap standar

kualitas ini menimbulkan rasa pahit, sepet, dan rasa

mual. Dalam jumlah kecil, Zink merupakan unsur yang

penting untuk metabolisme, karena kekurangan Zink

dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan

anak (Santoso.2010).

3. Persyratan mikrobiologis

Persyaratan mikrobiologis yangn harus dipenuhi oleh

air adalah sebagai berikut:

1. Tidak mengandung bakteri patogen, missalnya:

bakteri golongan coli; Salmonella typhi, Vibrio

cholera dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah

tersebar melalui air.

2. Tidak mengandung bakteri non patogen

seperti: Actinomycetes, Phytoplankton colifprm,

Cladocera dan lain-lain (Sujudi,1995).

1. COD (Chemical Oxygen Demand)

COD yaitu suatu uji yang menentukan jumlah

oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan misalnya

kalium dikromat untuk mengoksidasi bahan-bahan

organik yang terdapat dalam air (Nurdijanto, 2000 :

15). Kandungan COD dalam air bersih berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001

mengenai baku mutu air minum golongan B

maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/l. apabila

nilai COD melebihi batas dianjurkan, maka kualitas

air tersebut buruk.

5

Page 6: BAB I

2. BOD (Biochemical Oxygen Demand)

Adalah jumlah zat terlarut yang dibutuhkan

oleh organisme hidup untuk

memecah bahan – bahan buangan didalam air. Nilai

BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang

sebenarnya tetepi hanya mengukur secara relatif

jumlah oksigen yang dibutuhkan. Penggunaan oksigen

yang rendah menunjukkan kemungkinan air jernih,

mikroorganisme tidak tertarik menggunakan bahan

organik makin rendah BOD maka kualitas air minum

tersebut semakin baik. Kandungan BOD dalam air

bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No

82 / 2001 mengenai baku mutu air dan air minum

golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 6 mg/l.

Adanya penyebab penyakit didalam air dapat

menyebabkan efek langsung dalam kesehatan.

Penyakit-penyakit ini hanya dapat menyebar apabila

mikro penyebabnya dapat masuk ke dalam air yang

dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari.

Menurut santoso. 2010. Golongan-golongan air

berdasarkan kegunaannya adalah :

Golongan A : air untuk air minum tanpa

pengolahan terlebih dahulu.

Golongan B : air yang dipakai sebagai bahan baku

air minum melalui suatu pengolahan

Golongan C : air untuk perikanan dan peternakan

Golongan D : air untuk pertanian dan usaha

perkotaan, industri dan PLTA.

Sumber air merupakan salah satu komponen utama

yang ada pada suatu sistem penyediaan air bersih,

karena tanpa sumber air maka suatu system

penyediaan air bersih tidak akan berfungsi.

Macam-macam sumber air yang dapat di manfaatkan

sebagai sumber air minum sebagai berikut :

1. Air laut

Mempunyai sifat asin, karena mengandung

garam NaCl.Kadar garam NaCl dalam air laut 3 %

dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi

syarat untuk diminum.

2. Air Atmosfer

Untuk menjadikan air hujan sebagai air minum

hendaknya pada waktu menampung air hujan mulai

turun, karena masih mengandung banyak kotoran.

Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama

terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak

6

Page 7: BAB I

reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat

terjadinya korosi atau karatan. Juga air ini mempunyai

sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian

sabun.

3. Air Permukaan

Adalah air hujan yang mengalir di permukaan

bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan

mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya

oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran

industri dan lainnya. Air permukaan ada dua macam

yaitu air sungai dan air rawa. Air sungai digunakan

sebagai air minum, seharusnya melalui pengolahan

yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada

umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi.

Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan

air minum pada umumnya dapat mencukupi. Air rawa

kebanyakan berwarna disebabkan oleh adanya zat-zat

organik yang telah membusuk, yang menyebabkan

warna kuning coklat, sehingga untuk pengambilan air

sebaiknya dilakukan pada kedalaman tertentu di

tengah-tengah.

4. Air tanah

Air tanah adalah air yang berada di bawah

permukaan tanah didalam zone jenuh dimana tekanan

hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan

atmosfer.

5. Mata air

Yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya

ke permukaan tanah dalam hampir tidak terpengaruh

oleh musim dan kualitas atau kuantitasnya sama

dengan air dalam (Santoso.2010).

2. Air sadah

Air sadah pada umumnya terdapat pada daerah

yang mempunyai pembentukan batu kapur secara

geologi yang berlangsung ektensif. Batu-batuan

karbonat mudah mengalami erosi dengan adanya air

yang mengandung CO2

terlarut, yang reaksinya dapat

ditunjukkan oleh :

Persamaan 1 dan 2 (O’Neill, 1994)

CaCO3(s) + CO2

+ H2O Ca2+ + 2 HCO3

-

(1)

MgCO3(s) + CO2 + H2O Mg2+ + 2 HCO3

-

(2)

7

Page 8: BAB I

Kesadahan air adalah kandungan mineral-

mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium

(Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam

karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang

memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air

lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah.

Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab

kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain

maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode

paling sederhana untuk menentukan kesadahan air

adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan

menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah,

sabun tidak akan menghasilkan busa atau

menghasilkan sedikit sekali busa. Cara yang lebih

kompleks adalah melalui titrasi. Kesadahan air total

dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v)

dari CaCO3.

Air sadah tidak begitu berbahaya untuk

diminum, namun dapat menyebabkan beberapa

masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan

mineral, yang menyumbat saluran pipa dan keran. Air

sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah

tangga, dan air sadah yang bercampur sabun dapat

membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan.

Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi

dengan ketat untuk mencegah kerugian. Untuk

menghilangkan kesadahan biasanya digunakan

berbagai zat kimia, ataupun dengan menggunakan

resin penukar ion

Menurut Wikipedia.2010 Air sadah digolongkan

menjadi dua jenis, berdasarkan jenis anion yang diikat

oleh kation (Ca2+ atau Mg2+), yaitu air sadah sementara

dan air sadah tetap.

1. Air sadah sementara

Air sadah sementara adalah air sadah yang

mengandung ion bikarbonat (HCO3-), atau boleh jadi air

tersebut mengandung senyawa kalsium bikarbonat

(Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat

(Mg(HCO3)2). Air yang mengandung ion atau senyawa-

senyawa tersebut disebut air sadah sementara karena

kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan

air, sehingga air tersebut terbebas dari ion Ca2+ dan

atau Mg2+. Dengan jalan pemanasan senyawa-senyawa

tersebut akan mengendap pada dasar ketel. Reaksi

yang terjadi adalah : Ca(HCO3)2(aq) CaCO3(s) +

H2O(l) + CO2(g)

8

Page 9: BAB I

2. Air sadah tetap

Air sadah tetap adalah air sadah yang

mengadung anion selain ion bikarbonat, misalnya

dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO4

2-. Berarti senyawa

yang terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2),

kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4),

magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat

(Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4). Air yang

mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut air

sadah tetap, karena kesadahannya tidak bisa

dihilangkan hanya dengan cara pemanasan. Untuk

membebaskan air tersebut dari kesadahan, harus

dilakukan dengan cara kimia, yaitu dengan

mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia

tertentu. Pereaksi yang digunakan adalah larutan

karbonat, yaitu Na2CO3(aq) atau K2CO3(aq). Penambahan

larutan karbonat dimaksudkan untuk mengendapkan

ion Ca2+ dan atau Mg2+.

CaCl2(aq) + Na2CO3(aq CaCO3(s) + 2NaCl(aq)

Mg(NO3)2(aq) + K2CO3(aq)MgCO3(s) + 2KNO3(aq)

Dengan terbentuknya endapan CaCO3 atau MgCO3

berarti air tersebut telah terbebas dari ion Ca2+ atau

Mg2+ atau dengan kata lain air tersebut telah terbebas

dari kesadahan.

Air yang mengandung ion-ion kalsium dan atau

magnesium dalam jumlah lebih besar dari 17,1 ppm

disebut sebagai air sadah. Adanya ion-ion tersebut

dalam air sadah dapat mengganggu kesehatan seperti

terjadinya endapan kapur pada ginjal atau saluran

kencing dan tidak baik untuk industri karena dapat

menimbulkan kerak/endapan kapur pada ketel uap

atau pipa-pipa saluran air (Supardi.2009)

Pembagian air menurut tingkat kesadahannya

(winarno,1986)

Jenis air Mg/L(ppm) CaCO3

Air lunak 50

Air agak sadah 50-100

Air sadah 100-200

Air sangat sadah >200

Proses pembentukan air sadah Air sadah

berasal dari air hujan yang melewati formasi geologi

atau lapisan batu kapur. Konsentrasinya berbeda-

beda, ada yang besar, ada yang kecil. Yang besarlah

yang menjadi masalah karena harus diolah dengan

cara pelunakan atau softening. Menurut definisinya,

9

Page 10: BAB I

kesadahan ialah kehadiran kation multivalen (valensi 2

atau 3) berkonsentrasi tinggi di dalam air. Dari sekian

banyak jenis kation itu, penyebab utamanya hanya

kalsium dan magnesium. Yang lainnya adalah besi,

mangan, timbal, barium, dan aluminum. Anion yang

terlibat biasanya bikarbonat, sulfat, klorida, nitrat, dan

silikat.

Proses ini tak lepas dari siklus hidrologi. Air

hujan yang sampai ke Bumi, ada yang melimpas (run

off) ada juga yang meresap (infiltrasi) ke dalam tanah

lalu mengalami perkolasi (menyusup) di lapisan tanah

dalam. Ketika mengalir di lapisan tanah atas (top soil),

di dalam air terjadi aktivitas mikroba yang

menghasilkan karbondioksida (CO2). Air dan CO2 ini

lantas membentuk asam karbonat (H2CO3). Asam inilah

yang bereaksi dengan batu kapur, gamping (CaCO3,

MgCO3) menjadi kalsium bikarbonat, Ca(HCO3)2 dan

magnesium bikarbonat, Mg(HCO3)2(Gede H.

Cahyana.2008)

B. Penentuan kesadahan air

Banyak ion logam dapat ditentukan dengan

titrasi menggunakan suatu pereaksi (sebagai titran)

yang dapat membentuk kompleks dengan logam

tersebut. Salah satu senyawa komplek yang biasa

digunakan sebagai penitrasi dan larutan standar

adalah ethylene diamine tetra acetic acid (EDTA).

HOOCCH2 H2CCOOH

N – CH2 – CH2 – N

HOOCCH2 H2CCOOH

EDTA merupakan asam lemah dengan empat proton.

Bentuk asam dari EDTA dituliskan sebagai H4Y dan

reaksi netralisasinya adalah sebagai berikut :

H4Y H2 Y- + H+

H3Y- H2 Y2- + H+

H2Y2- Y3- + H+

HY3- Y4- + H+

Sebagai penitrasi/pengomplek logam, biasanya yang

digunakan yaitu garam Na2EDTA (Na2H2Y), karena

EDTA dalam bentuk H4Y dan NaH3Y tidak larut dalam

air. EDTA dapat mengomplekkan hampir semua ion

logam dengan perbandingan mol 1 : 1 berapapun

bilangan oksidasi logam tersebut. Kestabilan senyawa

komplek dengan EDTA, berbeda antara satu logam

10

Page 11: BAB I

dengan logam yang lain. Reaksi pembentukan

komplek logam (M) dengan EDTA (Y) adalah :

M + Y → MY

(Adam,W.2007;33)

Karena selama titrasi terjadi reaksi pelepasan

ion H+ maka larutan yang akan dititrasi perlu

ditambah larutan bufer. Untuk menentukan titik akhir

titrasi ini digunakan indikator, diantaranya Calmagite,

Arsenazo, Eriochrome Black T (EBT). Sebagai contoh

titrasi antara Mg2+ dengan EDTA sebagai penitrasi,

menggunakan indikator calmagite. Reaksi antara ion

Mg2+ dengan EDTA tanpa adanya penambahan

indikator

adalah : Mg2+ + H2 Y2- → MgY2_ + 2H+

Jika sebelum titrasi ditambahkan indikator maka

indikator akan membentuk kompleks dengan Mg2+

(berwarna merah) kemudian Mg2+ pada komplek akan

bereaksi dengan EDTA yang ditambahkan. Jika semua

Mg2+ sudah bereaksi dengan EDTA maka warna merah

akan hilang selanjutnya kelebihan sedikit EDTA akan

menyebabkan terjadinya titik akhir titrasi yaitu

terbentuknya warna biru.

Mg Ind- + H2 Y2 MgY2- + H Ind2- +

H+

(merah) (tak berwarna) (biru)

(Adam,W.2007;34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian

ini adalah labu erlenmeyer 250 ml, buret 50 ml, labu

takar 50 ml, 250 ml, 500 ml dan 1000 ml, gelas ukur

10 ml, 25 ml, 50 ml, pipet volume 5 ml, 10 ml, 25 ml,

dan 50 ml, gelas kimia 50 ml, 250 ml, dan 500 ml,

batang pengaduk, neraca analitik, kaca arloji, spatula,

corong, kaki tiga, kasa asbes, pembakar spritus, statif

dan klem, botol semprot.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada penelitian

ini adalah indikator Eriocroma Black T, amonium

klorida, amonium hidroksida 3 N, EDTA, asam klorida,

amoniak pekat, asam nitrat, calsium carbonat

anhidrat, aquadest, indikator universal, korek api

kertas saring dan tissue.

11

Page 12: BAB I

B. Prosedur kerja

1. Pengambilan sampel

Sampel akan diambil dari dua sumur tiap arah,

yaitu 2 sumur dibagian barat,timur, utara dan selatan.

Pada pengambilan sampel ini tiap sampel akan

ditentukan kesadahannya, masing-masing diambil satu

titik dengan kedalaman 20 cm dari dasar sumur.

Adapun proses pengambilan sampel adalah ujung tali

diikat dengan alat penimbah air dan air tesebut

langsung dimasukkan kedalam botol yang bersih

kemudian ditutup rapat. Setelah pengambilan sampel,

sampel segera dibawah ketempat penentuan

kesadahan.

2. Persiapan larutan

a. Pembuatan larutan EDTA 0,01 M

Sebanyak 3,7233 gram EDTA ditimbang

kemudian dilarutkan dengan aquadest hingga volume

1000 ml.

b. Standarisasi Larutan EDTA 0,01 M

Sebanyak 0,4148 gram kalsium karbonat

dilarutkan dengan 25 ml aquadest dan memasukkan

kedalam labu takar 500 ml kemudian ditambahkan lagi

aquadest sampai tanda batas. Memipet 50 ml larutan

tersebut dan menambahkan 1 ml HCl dan 3 tetes

indikator EBT. Larutan ini segera dititrsi dengan

larutan EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan warna

dari merah menjadi biru. Mencatat volume EDTA yang

digunakan dan mengulangi titrasi sebanyak 3 kali.

Langkah selanjutnya adalah menghitung molaritas

EDTA yang sebenarnya dengan menggunakan rumus

MEDTA = mgCaCO3

BMCaCO3×V EDTA

Keterangan

MEDTA = Molaritas Larutan baku EDTA (mmol/ml)

VEDTA = Volume rata-rata larutan baku EDTA (ml)

c. Pembuatan larutan Amonium Hidroksida (NH4OH) 3

N

Sebanyak 88,00 ml larutan NH3 17,0300 N

dipipet yang kemudian diencerkan dengan aquadest

dalam labu takar 500 ml sampai tanda batas.

d. Larutan Penyangga (Buffer) pH 12

Menimbang sebanyak 16,9028 gram NH4Cl

yang kemudian dilarutkan dalam 143 ml NH4OH

12

Page 13: BAB I

denagn aquadest dalam labu takar 250 ml sampai

tanda batas dan mengukur pHnya samapi 12.

3. Kesadahan total

Memipet sebanyak 25 ml sampel air sumur dan

memasukkan kedalam erlenmeyer dan menambahkan

2 ml larutan penyangga pH 12 serta 3 tetes indikator

EBT kemudian dikocok, larutan tersebut dititrasi

dengan larutan baku EDTA yang telah distandarisasi

sebelumnya secara perlahan sampai terjadi perubahan

warna dari merah menjadi biru. Mencatat volume

EDTA dan mengulangi titrasi sebanyak 3 kali.

4. Kesadahan tetap

Memanaskan sampel terlebih dahulu dengan

menggunakan gelas piala selama 25 menit, lalu

mengambil 25 ml sampel tersebut dan memasukkan

kedalam erlenmeyer 250 ml kemudian menambahkan

2 ml larutan penyangga pH 12 dan 3 tetes indikator

EBT, kemudian dikocok. Larutan tersebut kemudian

dititrasi dengan larutan baku EDTA yang telah

distandarisasi secara perlahan sampai terjadi

perubahan warna dari merah menjadi biru. Mencatat

volume EDTA yang digunakan dan mengulangi titrasi

sebanyak 3 kali.

C. Teknik Analisis Data

1. Kesadahan Total

Mg/L CaCO3 =1000ml×V EDTAMEDTA×BMCaCO3

ml sampel

2. Kesadahan Tetap

Mg/L CaCO3 =1000ml×V EDTAMEDTA×BMCaCO3

ml sampel

3. Kesadahan Sementara = Kesadahan Total –

Kesadahan Tetap

Keterangan

VEDTA = Volume rata-rata EDTA untuk titrasi (ml)

MEDTA = Molaritas EDTA yang digunakan (mmol/ml).

13

Page 14: BAB I

Daftar Pustaka

Adam, W.dkk.2007. Kimia Analitik. Malang : Dapertemen Pendidikan

Republik Indonesia.

Badan Pusat Statistk Kabupaten sidrap.2009. http://

www.sidrap.co.id.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1405/menkes/sk/xi/2001

F. G. Winarno. 1986. Air Untuk Industri Pangan. Jakarta: PT.

Gramedia.

F. G. Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta; PT. Gramedia.

Gede, H.Cahyana. 2008. Proses Penyadahan. http://www.batan.go.id.

diakses pada tanggal 29-mei-2010.

Nurdijanto, 2000. Kimia Lingkungan. Pati. Yayasan peduli

Lingkungan.

Santoso,urip.2010. kualitas dan kuantitatif air bersih untuk

pemenuhan kebutuhan manusia.

http://uripsantoso.wordpress.com/jurnal/ diakses pada

tanggal 29-mei-2010.

Sujudi. 1995. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi Bina Rupa Aksara.

Jakarta.

Supardi, Doni.2009.water Softening of Hard Water By syintetic

Zeolit. http: //digilib. itb.ac.id. Diakses pada tanggal 29-mei-

2010.

Wikepedia.2010.kesadahan air.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadahan_air diakses pada

tanggal 27-april-2010.

14