BAB I
Transcript of BAB I
1
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang
dengan pesat, hali itu berpengaruh pada pola kehidupan masyarakat
suatu bangsa. Di samping itu perubahan tersebut berpengaruh terhadap
keperibadian.
Untuk mengatisipasi perubahan dunia yang begitu cepat, negara –
negara yang sedang berkembang harus dapat menyesuaikan diri. Negara
RI merupakan negara yang sedang berkembang, karena itu pemerintah
sedang giat – giatanya mnadakan pembangunan di segala bidang, salah
satu diantaranya adalah bidang pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan sikap,
keperibadian dan keterampilan manusia dalam menghadapi masa depan.
Dalam proses pembentukan sikap keperibadian dan keterampilan
dipengaruhi okleh faktor – faktor tertentu, sehingga pada akhirnya proses
pembantukan sikap, kepribadian dan keterampilan memberikan hasil yang
bervariasi.( Abu dan uhbiyanti dalam karuniawati 2007 : 1)
Pertumbuhan dan perkembangan pertumbuhan dan
perkembangan anak merupakan permasalahan yang tidak dapat
dipisahkan dari aktivitas anak. Setiap tahap pertumbuhan da
perkembangan memberikan andil siap tidaknya anak untuk belajar. Tahap
– tahap mana yang memberikan ciri – ciri khas terhadap anak karakteristik
masa anak dan masa remaja mamberikan wawasan kebijakan yang
diambil guru. Pembinanaan secara diri mutlak dilakukan dengan cara
2
memberikan lingkungan sekolah yang kreatif terhadap anak.
Dalam proses belajar mengajar, siswa dituntut untuk disiplin,
tekun, giat dan mengulangi pelajarannya di rumah. Namun kenyataannya
yang sering dilihat bahwa siswa kurang termotivasi dalam kewajibannya.
Misalnya siswa sering disuruh mengerjakan tugas di rumah ternyata tidak
dapat dikerjakan. Dalam hal ini tentu ada masalah – masalah yang tejadi
dalam diri siswa.
Dalam pencapaian hasil belajar, maka cara belajar, kemauan dan
daya pikir siswa sangat berperan. Hal itu juga sangat mempengaruhi
berbagai faktor kejiwaan serta kondisi fisik lainnya. Faktor kejiwaan yang
dimaksud adalah minat serta motivasi dan prestasi yang semuanya
berhubungan dengan jiwa seseorang.
Dalam pencapaian hasil belajar, maka cara belajar kemauan dan
daya pikir siswa sangat berperan. Hal itu juga sangat mempengaruhi
berbagai faktor kejiwaan serta motivasi dan prestasi yang semuanya
berhubungan dengan jiwa seseorang.
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan
antara diri sendiri dengan suatu diluar diri. Menurut sukadji dalam
karuniawati (2007 : 1) minat mempengaruhi proses dan hasil belajar
siswa. Hal ini berarti seseorang yang tidak berminat untuk mempelajari
sesuatu maka ia tidak dapat diharapkan berhasil dengan baik dalam
mempelajari hal tersebut, sebaliknya jikaseseorang mempelajari sesuatu
sesuai minatnya maka hasil yang dicapai akan lebih baik pula.
Motivasi adalah dorongan dasar darongan dasar yang menggerakkan
seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang
3
menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam
dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi
tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.
Motivasi dapat juga dikatakan sebagai perbedaan antara dapat
melaksanka dan mau malaksanakan. Motivasi lebih dekat pada mau melaksanakan
tugas untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun
dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
ditetapkan sebelumnya. Atau dengan kata lain, motivasi dapat diartikan sebagai
dorongan mental terhadap perorangan atau orang – orang sebagai anggota
masyarakat. Motivasi dapat juga diartikan sebagai proses untuk mencoba
memengaruhi orang atau orang – orang yang dipimpimnya agar melakukan hal
yang diinginkannya, sesuai dengan tujuan tertentu yang telah ditetapkan lebih
dahulu.(Hamzah, 2003. Hal : 1)
Menurut Tampubaolon H.R (2001 : 32) dalam penelitiannya yang
berjudul “Hubungan Minat Balajar Terhadap Prestasi Belajar Fisika Pada
Siswa Kelas VII Semester I SMP Katolik Budi Dharma Balige Tahun Ajaran
2005/2006” menyimpulkan bahwa adanya hubungan antara minat dan hasil
belajar hal ini dapat ditinjukkan dari hasil pembahasan dimana setelah pemberian
angket minat maka dapat diketahui tingkat minat belajar siswa dari hasil
penelitian diperoleh sebagian besar 26,5 % dimana tingkat minat belajar tergolong
tinggi.
Menurut Sargi T (1998 : 32) dari hasil penelitiannya yang berjudul
“Hubungan Minat Baca Dengan Motivasi Berprestasi Siswa Dengan Prestasi
Belajar Fisika Kelas II Ilmu – Ilmu Fisik Semester IV Di SMA Negeri 4
Medan Tahun Ajaran 1991/1992” pada taraf α= 0,05 dengan thit = 351,174 dan
4
tta-b = 3,107.
Affri Ernita Karuniawati G. (2007 : 38) dari hasil penelitiannya yang
berjudul “Hubungan Minat Dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Kimia Pada
Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Medan” diketahui bahwa ada hubungan yang
positif antara hasil belajar siswa kelas XI sma negeri 4 medan tahun ajaran
2006/2007 dengan taraf α= 0,05 denag thit = 5,595 dan ttab = 1,67.
Dari uaraiant diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul Hubungan Antara Minat Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil
Belajar Fisika Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMA Swasta Prima Tembung
Tahun Ajaran 2009/2010.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah
tersebut, maka masalah dalam penelitian ini d apat diidentifikasi sbb :
1. Apakah ada pengaruh minat terhadap hasil belajar Fisika siswa kelas
XI SMA Swasta Prima
2. Apakah ada pengaruh motivasi terhadap hasil belajar Fisika siswa
kelas XI SMA Swasta Prima
3. Apakah ada pengaruh antara minat dan motivasi terhadap hasil
belajar fisika siswa kelas XI SMA Swasta Prima
1.3 Batasan Masalah
Untuk lebih mengarahkan penelitian ini sehingga terfokus dan
spesifik maka masalah dibatasi pada :
1. Minat siswa pada ketertarikan siswa pada pelajaran Fisika dan
motivasi merupakan dorongan kepada siswa untuk
5
mempelajari dan mengetahui mata pelajaran Fisika sehingga
menimbulkan keinginan dan perasaan senang terhadap
pelajaran Fisika dari siswa kelas XI SMA Swasta Prima
2. Hasil belajar merupakan tingkah laku yang terjadi pada
individu melalui usaha belajar yang dilakukan dalam datas
tertentu.
1.4 Rumusan Masalah
1. Seberapa besar pengaruh minat terhadap hasil belajar Fisika
siswa ?
2. Seberapa besar penagruh motivasi terhadap hasil belajar
Fisika siswa ?
3. Seberapa besar pengaruh antara minat dan motivasi terhadap
hasil belajar siswa ?
1.5 Tujuan Penelitian
Seuai dengan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian,
maka yang menjadi tujuanpenelitian adalah :
1. Untuk menentukan besarnya pengaruh minat terhadap hasil
belajar fisika siswa.
2. Untuk menentukan besarnya pengaruh motivasi terhadap hasil
belajar fisika siswa.
3. Untuk menentukan besarnya pengaruh minat dan motivasi
terhadap hasil belajar fisika siswa.
1.6 Manfaat Penelitian
1. Menambah pengetahuan dan informasi kepada peneliti di
dalam meningkatkan hasil belajar siswa setelah menjadi guru
6
kelas.
2. Secara praktis hasil penelitian ini dapat menjadi perhatian
bagi lembaga pendidikan terutama SMA untuk pencapaian
hasil belajar siswa.
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
2.1 Minat
Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul
kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai denghan
bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak
sesuai dengan tipe – tipe khusus anak banyak menimbulkan problema pada
dirinya. Karena itu pelajaran pun tidak pernah terjadi proses di dalam otak, akibat
timbul kesulitan. Ada tidaknya minat terhadap sesuatu pelajaran dapat dilihat dari
cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya dalam pelajaran itu.
Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan
aktivitas. Cenderung akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan
rasa senang.
Minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan yang memunculkan
bahwa anak didik lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya. Anak didik
yang sesuatu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap
sesuatu yang diminati itu dan sama sekali tidak menghiraukan sesuatu yang lain.
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus
menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel (1996:24) minat
7
adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada
bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.”
Selanjutnya Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa minat adalah
“kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai
dengan rasa sayang.”
Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah “suatu
kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi
yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya
sendiri.”
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap
belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah
dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk
menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa
diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat
belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi
terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa
yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
Belajar timbul karena adanya minat di dalam diri seseorang yang juga dapat
timbul karena adanya pengaruh orang lain sehubungan denagn minat, menurut
slameto dalam kurniawati (2007 : 5) mengemukakan pengertian minat yaitu minat
besar pengaruhnya terhadap belajar, karena jika mengemukakan pengertian minat
yaitu minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena jika bahan pelajaran yang
8
dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik
– baiknya, ia segan untuk belajar karena tidak ada daya tarik baginya. Bahan
pelajaran yang menarik minat siswa, lebih dihafalkan dan disimpan, karena minat
menambah kegiatan untuk belajar.
Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa minat dapat
diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai
sesuatu hal daripada hal lainnya dan dapat pula dimanifestasikan melalui
partisipasi dalam suatu aktivitas atau siswa yang memiliki minat terhadap subyek
cenderung untuk memberikan perhatian yang besar terhadap subyek tersebut.
2.1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat
Minat tidak dapat dibentuk secara spontan/tiba-tiba. Minat muncul dari
keadaan hati seseorang setelah adanya stimulus atau rangsangan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Bernand (dalam Sardiman, 2000) bahwa minat timbul
tidak secara tiba-tiba melainkan akibat partisipasi, pengalaman, kebiasaan
pada waktu belajar/bekerja.
Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya minat terhadap sesuatu,
secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu yang bersumber
dari dalam individu yang bersangkutan (misal bobot, umur, jenis kelamin,
pengalaman, perasaan maupun kepribadian)dan yang berasal dari luar
mencakup keluarga, sekolah dan masyarrakat.
Crow dan Crow (dalam Sardiman, 2000) berpendapat ada 3 faktor yang
menjadi penyebab timbulnya minat.
Dorongan dari dalam diri individu, misalnya dorongan ingin
tahu/rasa ingin yang akan membangkitkan minat untuk belajar .
Motif sosial dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat
9
untuk melakukan suatu aktifitas tertentu. Yang termasuk motif
sosial adalah orang tua, teman sejawat, sarana pendidikan.
Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat dengan
emosi.
2.1.2. Cara Membangkitkan Minat
Menurut Sukmadinata (2001), pembangkit minat belajar pada anak ada
yang bersifat sementara (jangka pendek) dan ada yang lebih bersifat menetap
(jangka panjang). Beberapa hal yang dapat digunakan untuk membangkitkan
minat belajar pada anak yaitu pemilihan bahan pengajaran yang berarti bagi anak,
menciptakan kegiatan belajar yang dapat membangkitkan dorongan untuk
menemukan (discovery), menerjemahkan apa yang akan diajarkan dalam bentuk
pikiran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
Slameto (2002) mengatakan bahwa minat besar pengaruhnya terhadap
hasil belajar. Anak didik yang berminat terhadap suatu pelajaran akan
mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada terik baginya. Anak didik
mudah menghapal pelajaran yang menarik minatnya. Proses belajar akan berjalan
lancar bila disertai minat. Minat merupakan alat motivasi utama yang dapat
membangkitkan kegairahan belajar anak didik dalam rentangan waktu tertentu.
Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat anak didik agar pelajaran yang
diberikan mudah anak didik pahami. Ada beberapa macam cara yang dapat guru
lakukan untuk membangkitkan minat anak didik sebagai berikut:
Membangkitkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik, sehingga
dia rela belajar tanpa paksaan.
Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan
10
pengalaman yang dimiliki anak didik, sehingga nak didik mudah
menerima bahan pelajaran.
Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil
belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang
kreatif dan kondusif.
Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam
konteks perbedaanindividual anak didik
2.2 Motivasi
Motivasi adalah dorongan dasar darongan dasar yang menggerakkan
seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang
menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam
dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi
tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.
Motivasi dapat juga dikatakan sebagai perbedaan antara dapat
melaksankan dan mau malaksanakan. Motivasi lebih dekat pada mau
melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah kekuatan, baik dari
dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan
tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Atau dengan kata lain, motivasi dapat
diartikan sebagai dorongan mental terhadap perorangan atau orang – orang
sebagai anggota masyarakat. Motivasi dapat juga diartikan sebagai proses untuk
mencoba memengaruhi orang atau orang – orang yang dipimpimnya agar
melakukan hal yang diinginkannya, sesuai dengan tujuan tertentu yang telah
ditetapkan lebih dahulu.(Hamzah, 2003. Hal : 1)
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut
11
bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat
didinterprestasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau
pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Dari sudut sumber
yang menimbulkannya, motif dibedakan dua macam, yaitu motif intrinsik dan
motif ekstrinsik. Motif intrinsik, timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari
luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan
dengan kebutuhannya. Sedangkan motivasi ekstrinsik timbul karena adanya
rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat
yang positif terhadap kegiatan pendidikan timbul karena melihat manfaatnya.
Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari,
mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam
mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar
kesuksesan belajarnya. Seseorang yang besar motivasinya akan giat berusaha,
tampak gigih tidak mau menyerah, giat membaca buku – buku untuk
meningkatkanprestasinya untuk memecahkan masalahnya. Sebaliknya mereka
yang motivasinya rendah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya
tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan
pelajaran akibat banyak mengalami kesulitan belajar. (Ahmad, 2003. Hal : 83)
Motif intrinsik lebih kuat dari motif ekstrinsik. Oleh karena itu,
pendidikan harus berusaha menimbulkan motif intrinsik dengan menumbuhkan
dan mengembangkanminat mereka terhadap bidang - bidang studi yang relevan.
Sebagai contoh, memberitahukan sasaran yang hendak dicapai dalam bentuk
tujuan instruksional pada saat pembelajaran akan dimulai yang menimbulkan
motif keberhasilan mencapai sasaran. Berikut beberapa hal yang dapat
menimbulkan motif ekstrinsik, antara lain :
12
a. Pendidik memerlukan anak didiknya sebagai manusia yang berpribadi,
menghargai pendapatnya, pikirannya, perasaannya, maupun keyakinannya;
b. Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan
pendidikannya;
c. Pendidik senatiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan kepada anak
didiknya dan membantu, apabila mengalami kesulitan, baik yang bersifat pribadi
maupun akademis;
d. Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasaan bidang studi
atau materi yang diajarkan kepada peserta didiknya.
e. Pendidik harus mempunyai rasa cinta kasih dan sifat pengabdian kepada
profesinya sebagai pendidik.
Motivasi adalah proses psikologis yang dapat menjelaskan perilaku
seseorang. Perilaku hakikatnya merupakan orientasi pada satu tujuan. Dengan kata
lain, perilaku seseorang dirancang untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai
tujuantersebut diperlukan proses interaksi dari beberapa unsur. Dengan
demikian, motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan
sesuatu untuk mencapai tujuan. Kekuatan – kekuatan ini pada dasarnya
dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan, seperti (1) keinginan yang
hendak dipenuhinya;(2) tingkah laku;(3) tujuan;(4) umpan balik. Proses interksi
ini disebut sebagai produk motivasi dasar (basic motivations process), dapat
digambarkan dengan model proses seperti berikut.
Needs, desires, or Expectation
Behavior
GoalsFeedback
13
Gambar 1.1 Proses Motivasi Dasar
Motivasi intrinsik berisi : (1) penyesuaian tugas dengan minat, (2)
perencanaan yang penuh variasi, (3) umpan balik atas respons siswa, (4)
kesempatan respons peserta didik yang aktif, dan (5) kesempatan peserta didik
untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya. Sedangkan motovasi ekstrinsik berisi :
(1) penyesuaian tugas dengan minat, (2) perencanaan yang penuh variasi, (3)
respons siswa, (4) kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas
pekerjaannya, dan (6) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
David McClelland et al., berpendapat bahwa : A motive is the
redintegration by a cue of a change in an affective situation, yang berarti motif
merupakan implikasi dari hasil pertimbangan yang telah dipelajari (redintegration)
dengan ditandai suatu perubahan pada situasi afektif. Sumber utama munculnya
motif adalah dari rangsangan (stimulasi) perbedaan situasi sekarang dengan situasi
yang diharapkan, sehingga tanda perubahan tersebut tampak pada adanya
perbedaan aktif saat munculnya motif dan saat usaha pencapaian yang diharapkan.
Motivasi dalam pengertian tersebut memiliki dua aspek, yaitu adanya dorongan
dari dalam dan dari luar untuk mengadakan perubahan dari suatu keadaan pada
keadaan yang diharapkan, dan usaha untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan teori motivasi yang telah dikemukakan diatas dapat
disimpulkan, motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya
rangsangandari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk
mengadakan perubahan tingkh laku/aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan
sebelumnya. Dengan sasaran sebagai berikut : (a) atas pemenuhan kebutuhan.
14
Dalam hal ini, motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kebutuhan.
Dalam hal ini, motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kebutuhan yang
akan dipenuhi, (b) menentukan arh tujuan yang hendak dicapai, dan (c)
menentukan perbuatan yang harus dilakukan.
Atau dapat pula disimpilkan bahwa motivasi adalah dorongan internal
dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku,
yang mempunyai indikator sebagai berikut : (1) adanya hasrat dan keinginan
untuk melakukan kegiatan, (2) adanya dorongan dan kebutuhan melakukan
kegiatan, (3) adanya harapan dan cita – cita, (4) penghargaan dan penghormatan
atas diri, (5) adanya lingkungan yang baik, dan (6) adanya kegiatan yang menarik
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman,
keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.
Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak
memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern
yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan
lingkungan masyarakat.”
2.2.a. Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat
seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto
bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga
yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan
dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.”
15
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan
seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk
belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong
dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan
lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-
tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam
keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak
dan pandangan hidup keagamaan.”
Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan
dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan.
Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan
kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha
meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana
orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah.
Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak
dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan
yang baik untuk belajar.
2.2. b. Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan
sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan
sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-
alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan
16
mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan “guru dituntut untuk
menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang
tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai
bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
2.2.c. Lingkungan Masyarakat
Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang
tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan
pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih
banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
Dalam hal ini Kartono (1995:5) berpendapat:
Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama
anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak
yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka.
Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal
yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian
anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan
dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila
seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar
maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya,
17
sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
(http://sunartombs.wordpress.com)
2.3 Hasil Belajar
Istilah hasil belajar berasal dari bahasa Belanda “prestatie,” dalam
bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Dalam literature,
prestasi selalu dihubungkan dengan aktivitas tertentu, seperti dikemukakan oleh
Robert M. Gagne (1988 : 65) bahwa dalam setiap proses akan selalu terdapat hasil
nyata yang dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar (achievement)
seseorang.
Muhibbin Syah (1997 : 141) menjelaskan bahwa: “Prestasi belajar
merupakan taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi
pelajaran di sekolah atau pondok pesantren dinyatakan dalam bentuk skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Perubahan sebagai hasil belajar bersifat menyeluruh. Menurut
pandangan ahli jiwa Gastalt, bahwa perubahan sebagai hasil belajar
bersifat menyeluruh baik perubahan pada perilaku maupun kepribadian
secara keseluruhan. Belajar bukan semata-mata kegiatan mekanis
stimulus respon, tetapi melibatkan seluruh fungsi organisme yang
mempunyai tujuan-tujuan tertentu.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang
dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat
atau tes tertentu. Dalam proses pendidikan prestasi dapat diartikan
sebagai hasil dari proses belajar mengajar yakni, penguasaan, perubahan
18
emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes
tertentu.
Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas
yakni untuk bermacam-macam aturan terhadap apa yang telah dicapai
oleh murid, misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes
lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung, tes akhir catur wulan
dan sebagainya.
Dalam tulisan ini hasil belajar yang dimaksudkan adalah dalam
pengertian yang terakhir, yaitu tes terakhir catur wulan. Oleh karena itu
proposisi yang dipakai adalah sebagai berikut:
Pertama, hasil belajar murid merupakan ukuran keberhasilan guru
dengan anggapan bahwa fungsi penting guru dalam mengajar adalah
untuk meningkatkan prestasi belajar murid;
Kedua, hasil belajar murid mengukur apa yang telah dicapai murid; dan
Ketiga, hasil belajar (achievement) itu sendiri dapat diartikan sebagai
tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di pondok
pesantren atau sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Pada umumnya, untuk menilai hasil belajar murid, guru dapat
menggunakan bermacam-macam “achievement test,” seperti “oral test,”
“essay test” dan “objective test” atau “short-answer test”. Sedangkan
untuk nilai proses belajar dan hasil belajar murid yang bersifat
keterampilan (skill), tidak dapat dipergunakan hanya dengan tes tertulis
atau lisan, tapi harus dengan ‘performance test’ yang bersifat praktek.
Selanjutnya Davis mengatakan bahwa dalam setiap proses belajar
19
akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur. Hasil nyata yang
dapat dikur dinyatakan sebagai prestasi belajar seseorang.
Benjamin S. Bloom (1956 : 1-10) mengklasifikasi hasil belajar
dalam tiga ranah yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah
afektif (affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor
domain). Hasil belajar dalam ranah kognitif terdiri dari enam kategori
yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan
evaluasi.
Sedangkan ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri
dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,
organisasi dan internalisasi. Dan yang terakhir ranah psikomotorik
berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
Hasil belajar yang diidentifikasi dalam tulisan ini mengacu pada
ranah kognitif. Dalam kaitan ini Soedjarto mengemukakan pula bahwa
hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh murid dalam
mengikuti program belajar mengajar, sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Dari uraian-uraian di atas jelas bahwa suatu proses belajar
mengajar pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan seseorang yang
mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dalam arti bahwa
perubahan kemampuan merupakan indikator untuk mengetahui hasil
prestasi belajar murid.. Hasil prestasi belajar murid diukur dengan
menggunakan tes hasil belajar. Tes ini disusun dan dikembangkan dari
pokok-pokok bahasan yang dipelajari oleh murid dalam beberapa materi
pelajaran di sekolah (http://spesialis-torch.com - 084 Prestasi Belajar.htm)
20
2.4 Usaha Dan Energi
2.4.a. Usaha
2.4.a.1 Pengertian Usaha
usaha dalam fisika memiliki penertian yang khas. Usaha fisika
hanya dilakukan oleh gaya yang bekerja pada benda, dan suatu gaya
dikatakan melakukan usaha pada benda hanya jika gaya tersebut
menyebabkan banda berpindah. Sebagai contoh :
1) Hilda mengerahkan gaya ototnya mendorong mobil temannya tetapi mobil
tidak bergerk. Di sini gaya otot Hilda dikatakan tidak melakukan usaha pada
mobil. Ini karena gaya otot Hilda tidak menyebabkan mobil berpindah.
Gambar:
Usaha tidak akan bernilai bila tidak ada
perpindahan
2) Atlet angkat berat mengerahkan
kekuatan ototnya untuk mengengkat barbel ke atas kepalanya, kemudian
menahan barbel itu sejenak di atas kepalanya. Di sini otot atlet dikatakan
melakukan usaha ketika mengangkat barbel dari lantai ke atas kepalanya. Ini
karena gaya otot atlet memindahkan posisi
berbel dari lantai ke kepala.
Gambar
Seorang atlet angkat besi dikatakan melakukan usaha
karena mengangkat barbel ke atas kepalanya
2.4.a.2 Rumus Usaha
21
Usaha berhubungan dengan gaya dan perpindahan. Usaha (diberi
lambang W, berasal dari bahasa Inggris “work”) didefinisikan sebagai hasil kali
komponen gaya searah perpindahan (Fx) dengan besar perpindahannya (∆x).
secara matematis, definisi ini ditulis dengan rumus :
W = Fx . ∆x (1-1a)
Bedakan antara lambang huruf besar W, yang menyatakan usaha, dan
lambang huruf kecil w, yang menyatakan gaya berat benda).
Untuk gaya (F) searah dengan perpindahan (∆x), Fx = F sehingga usaha (W)
dapat dinyatakan sebagai :
W = F . ∆x (1-1b)
Untuk gaya (F) membentuk sudut θ terhadap perpindahan ∆x, Fx = F cos θ,
maka
W = F. ∆x cos θ (1-2)
Dengan gaya 0 < θ < 180° adalah sudut terkecil antara F dan ∆x.
Dalam SI, satuan usaha adalah joule (J), satuan gaya adalah newton, dan
satuan perpindahan adalah meter, sehingga sesuai persamaan (1-1b), diperoleh :
1 joule = 1 newton . meter
22
Dari hubungan diatas dapat didefinisikan satu joule ?
Satu joule adalah usaha yang kecil. Sebagai contoh, usaha melempar bola
adalah 20 J. Karena itu, satuan yang sering digunakan adalah kelipatan
sepuluhnya (1 kJ = 1000 J; 1 MJ = 1.000.000 J). Dalam keseharian, sering juga
dijumpai satuan erg dan kalori, dengan :
1 erg = 10 -7 joule dan 1 kalori = 4,2 joule
2.4.b. Energi
Energi merupakan salah satu konsep yang penting dalam sains. Meski
energi tidak dapat diberikan sebagai suatu definisi umum yang sederhana dalam
beberapa kata saja, namun secara tradisional, energi dapat diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk melakukan usaha atau kerja. Untuk sementara suatu pengertian
kuantitas energi yang setara dengan massa suatu benda kita abaikan terlebih
dahulu, karena pada bab ini, hanya akan dibicarakan energi dalam cakupan
mekanika klasik dalam sistem diskrit. Beberapa energi yang akan dibahas dalam
bab ini adalah sebagai berikut.
2.4.b.1. Energi Potensial
Energi potensial adalah energi yang berkaitan dengan kedudukan
suatu benda terhadap suatu titik acuan. Dengan demikian, titik acuan
23
akan menjadi tolok ukur penentuan ketinggian suatu benda. Misalkan sebuah
benda bermassa m digantung seperti di bawah ini.
Energi potensial dinyatakan dalam persamaan:
Ep = m . g . h (1.4)
Ep = energi potensial (joule)
m = massa (joule)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = ketinggian terhadap titik acuan (m)
Persamaan energi seperti di atas lebih tepat dikatakan sebagai
energi potensial gravitasi. Di samping energi potensial gravitasi, juga terdapat
energi potensial pegas yang mempunyai persamaan:
Keterangan :
Ep = ½ . k. ∆x2 atau Ep = ½ . F . ∆x (1.5)
Ep = energi potensial pegas (joule)
k = konstanta pegas (N/m)
∆x = pertambahan panjang (m)
F = gaya yang bekerja pada pegas (N)
24
Gambar :
Mobil mainan memanfaatkan energi pegas diubah menjadi energi kinetik
Di samping energi potensial pegas, juga dikenal energi potensial gravitasi
Newton, yang berlaku untuk semua benda angkasa di jagad raya, yang
dirumuskan:
(1.6)
Ep = energi potensial gravitasi Newton (joule) selalu bernilai
negatif. Hal ini menunjukkan bahwa untuk memindahkan suatu
benda dari suatu posisi tertentu ke posisi lain yang jaraknya lebih jauh
dari pusat planet diperlukan sejumlah energi (joule)
M = massa planet (kg)
m = massa benda (kg)
r = jarak benda ke pusat planet (m)
G = tetapan gravitasi universal = 6,672 x 10-11N.m2/kg2
2.4.b.2. Energi Kinetik
Energi kinetik adalah energi yang berkaitan dengan gerakan suatu
benda. Jadi, setiap benda yang bergerak, dikatakan memiliki energi kinetik. Meski
gerak suatu benda dapat dilihat sebagai suatu sikap relatif, namun penentuan
kerangka acuan dari gerak harus tetap dilakukan untuk menentukan gerak itu
sendiri. Persamaan energi kinetik adalah :
(1.7)
25
Ek = energi kinetik (joule)
m = massa benda (kg)
v = kecepatan gerak suatu benda (m/s)
Gambar:
Energi kimia dari bahan bakar
diubah menjadi energi kinetik
oleh mobil
2.4.b.3. Energi Mekanik
Energi mekanik adalah energi total yang dimiliki benda, sehingga energi
mekanik dapat dinyatakan dalam sebuah persamaan:
Em = Ep + Ek (1.8)
Energi mekanik sebagai energi total dari suatu benda bersifat kekal,
tidak dapat dimusnahkan, namun dapat berubah wujud, sehingga berlakulah
hukum kekekalan energi yang dirumuskan:
Ep1 + Ek1 = Ep2 + Ek2 (1.9)
Mengingat suatu kerja atau usaha dapat terjadi manakala adanya sejumlah energi,
maka perlu diketahui, bahwa berbagai bentuk perubahan energi berikut
akan menghasilkan sejumlah usaha, yaitu:
(1.10)
26
Dengan mengkombinasi persamaan-persamaan di atas, maka dapat
ditentukan berbagai nilai yang berkaitan dengan energi. Di samping itu perlu
pula dicatat tentang percobaan James Prescott Joule, yang menyatakan
kesetaraan kalor – mekanik. Dari percobaannya Joule menemukan hubungan
antara satuan SI joule dan kalori, yaitu :
1 kalori = 4,185 joule atau
1 joule = 0,24 kalor
2.4.c.. Kaitan Antara Energi dan Usaha
Teorema usaha-energi apabila dalam sistem hanya berlaku energi kinetik
saja dapat ditentukan sebagai berikut.
27
(1.11)
Sedangkan teorema kerja-energi apabila dalam sistem hanya berlaku
energi potensial gravitasi saja dapat ditentukan sebagai berikut.
(1.12)
Sehingga dapat diberlakukan persamaan umum sebagai berikut;
(1.13)
28
29
2.4.d. Daya
Daya adalah kemampuan untuk mengubah suatu bentuk energi menjadi
suatu bentuk energi lain. Sebagai contoh, jika terdapat sebuah lampu 100 watt
yang efisiensinya 100 %, maka tiap detik lampu tersebut akan mengubah 100
joule energi listrik yang memasuki lampu menjadi 100 joule energi cahaya.
Semakin besar daya suatu alat, maka semakin besar kemampuan alat itu
mengubah suatu bentuk energi menjadi bentuk energi lain.
Jika seluruh energi yang masuk diubah menjadi energi dalam bentuk lain,
maka dikatakan efisiensi alat tersebut adalah 100 % dan besar daya dirumuskan :
(1.14)
P = daya (watt)
W = usaha (joule)
t = waktu (sekon)
Namun mengingat dalam kehidupan sehari-hari sukar ditemukan kondisi
ideal, maka dikenalla konsep efisiensi. Konsep efisiensi yaitu suatu perbandingan
antara energi atau daya yang dihasilkan dibandingkan dengan usaha atau daya
masukan.
30
Efisiensi dirumuskan sebagai berikut :
(1.15)
2.5 Kerangka Konseptual
Minat seseorang merupakan suatu hal yang penting dalam diri manusia.
Karena tanpa adanya minat tersebut sulit untuk meraih suatu keberhasilan dalam
mencapai tujuan. Namun dalam menimbulkan minat tersebut tidak bisa
dipaksakan kecuali atas kemauan sendiri.
Dalam mencapai hasil belajar tidak cukup hanya dengan minat, tetapi
motivasi juga merupakan hal yang sangat penting. Karena dalam mencapai hasil
belajar yang maksimal harus memiliki motivasi yang bertujuan untuk memberikan
dorongan dari dsalam diri maupun dari luar. Seseorang yang tidak mempunyai
motivasi bekerja, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini
merupakan pertand bahwa suatu yang akan dikerjakan tidak menyentuh
kebutuhannya.
Keberhasilan dalam belajar tidak cukup dengan menghafal melainkan
dari faktor – faktor yang mempengaruhinya. Misalnya faktor minat dan motivasi
harus dimiliki seseorang agar bisa tercapai tujuan hasil belajar yang maksimal.
Dari faktor tersebut tentu timbul minat bahan pemikiran bahwa bagaimana cara
31
untuk menimbulkan minat dan motivasi sehingga setiap orang dapat memikirnya.
2.6. Hipotesis
1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara minat dan hasil belajar
fisika.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi dan hasil belajar
fisika.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara minat dan motivasi
terhadap hasil belajar fisika.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Swasta Prima
dengan alamat:Jalan. Beringin gg. Prima. Waktu pelaksanaan
penelitian adalah pada Tahun Pembelajaran 2009/2010 di kelas
XI semester I.
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI semester I SMA
Swasta Prima T. P. 2009/2010 yang berjumlah 1 kelas.
3.2.2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian ditentukan dengan teknik random
sampling..
3.3 Desain Penelitian
Desain penelitian digunakan untuk menggambarkan urutan
atau sistematika antara variabel-variabel dalam penelitian.
Dengan desain penelitian tersebut dapat dibagun suatu teknik
analisis yang sesuai untuk menjapai tujuan dan pengajuan
hipotesis yang telah dirumuskan. Adapun desain penelitian ini
adalah sebagai berikut :
X
X
Y
33
DESAIN PENELITIAN
Keterangan :
X1 : Motivasi Belajar
X2 : Minat Belajar
Y : Hasil Belajar
3.4. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdiri atas 3 (tiga) variabel yang akan
diteliti, yaitu terdiri dari dua variabel bebas (variable
independent) dan satu variabel terikat (variable dependent)
Variabel-variabel itu adalah :
1. Variabel bebas (X1) yaitu : Motivasi Belajar
2. Variabel bebas (X2) yaitu : Minat Belajar
3. Variabel terikat (Y) yaitu : Hasil Belajar.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data berhubungan erat dengan hasil
penelitian yang diharapkan, untuk itu dalam mengumpulkan data
dilakukan dengan tepat dan cermat untuk menghindari
kesalahan-kesalahan yang mungkin timbul.
34
Adapun cara mengumpulkan data pada penelitian ini
adalah :
1. Data motivasi siswa dijaring melalui angket.
2. Data minat siswa dijaring melalui angket
3. Data hasil belajar dijaring melalui tes.
3.6.Instrumen Penelitian
3.6.1. Instrumen Motivasi Belajar
Untuk memperoleh data motivasi belajar digunakan
angket tertutup. Penggunaan angket tertutup model skala Likert
terdiri dari empat pilihan jawaban. Pengembangan instrumen
penelitian untuk angket disusun sesuai dengan kisi-kisi dari
angket yang terdiri dari 30 butir item yang terdiri dari 4 pilihan
jawaban. Angket motivasi belajar diberi skor sebagai berikut :
Tabel 3.1: Pilihan jawaban angket motivasi belajar
Adapun kisi-kisi instrumen Motivasi Belajar, dapat dilihat
pada tabel 2 sebagai berikut :
PERNYATAAN POSITIF NEGATIF
Sangat sering 4 1
Sering 3 2
Kadang-
kadang
2 3
Tidak pernah 1 4
35
Tabel 3.2: Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar
NO Indikator ANGKET MOTIVASI
Nomor
pernyataan
positif
Nomor
pernyataan
negatif
1. Adanya hasrat dan
keinginan berhasil
2. Adanya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar
3. Adanya harapan dan
cita-cita masa depan
4. Adanya penghargaan
dalam belajar
5. Adanya kegiatan
menarik dalam belajar
6. Adanya lingkungan
belajar yang kondusif,
sehingga memungkinkan
seseorang siswa dapat
belajar dengan baik
Rekap skor yang diberikan siswa terhadap
pernyataan-pernyataan dalam Angket Motivasi Siswa dibuat
dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Untuk pernyataan dengan kriteria positif: 1 = tidak pernah, 2
= kadang-kadang, 3 = Sering, 4 = sangat sering.
2. Untuk pernyataan dengan kriteria negatif: 1 = sangat sering,
2 = sering, 3 = kadang-kadang, 4 = tidak pernah.
36
3.6.2. Minat belajar
Tabel kisi – kisi angket
Aspek yang
diteliti
Indikator No. Item Jumlah
Internal
siswa
1. Perhatian siswa terhadap
pelajaran fisika.
2. Keaktifan siswa dalam
pelajaran fisika.
3. Cara belajar fisika siswa.
4. Persepsi siswa terhadap fisika.
5. Kehadiran siswa setiap
pelajaran fisika.
6. Memilih fisika sebagai profesi.
1,2,3,4,5
6,7,8,9,10,1
1
12,13,14,15
16,17,18,19
20
21
5
6
4
4
1
1
Eksternal
siswa
1. Peranan orang tua.
2. Pribadi dan profesional guru.
3. Peranan teman sejawat.
4. Suasana kenyamanan kelas.
5. Sarana dan prasarana.
22
23,24
25
26
27,28
1
2
2
1
2
Rekap skor yang diberikan siswa terhadap
pernyataan-pernyataan dalam Angket Motivasi Siswa dibuat
dengan ketentuan sebagai berikut:
37
4 = sangat setuju (SS)
3 = setuju (S)
2 = tidak setuju (TS)
1 = sangat tidak setuju (STS)
3.6.3. Tes Hasil belajar pada materi pokok pemuaian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
hasil belajar siswa yang berjumlah dua puluh lima soal dalam
bentuk pilihan berganda dengan empat pilihan (option) dan
diberikan sebanyak dua kali, yaitu pada saat pretes dan postes.
Tes disusun berdasarkan analisa kurikulum 2006, buku
pegangan guru dan siswa serta soal-soal yang pernah diberikan
untuk semua kelas atau kelompok.
3.7. Uji Coba Instrumen
3.7.1 Angket
Agar dalam penelitian diperoleh data yang benar, kuesioner
yang digunakan sebaiknya menggunakan kalimat yang mudah
dipahami oleh siswa sebagai objek penelitian, jadi sebelum
diedarkan ke siswa angket terlebih dahulu diedarkan ke guru
yang mengerti tentang angket. Angket yang diedarkan ke guru
dilengkapi dengan petunjuk agar melengkapi kekurangan pada
setiap kuesioner yang diberikan.
Suatu instrumen dikatakan reliable apabila instrumen
tersebut menghasilkan ukuran yang relatif tetap meskipun
dilakukan berulang-ulang dalam waktu yang berbeda. Untuk
38
mengetahui reabilitas angket digunakan rumus koefisien Alpha.
Reliabilitas angket ditentukan melalui rumus alpha yang
diuraikan oleh Arikunto (2007:302 ).
Rumus yang digunakan adalah :
Dengan : r1.1 = reliabilitas
= varians total
= jumlah varians butir soal.
3.7.2Tes
3.7.2.1Validitas Tes
Uji validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah
validitas isi, yaitu item-item soal divalidkan oleh tim ahli sebagai
validator. Tes disusun berdasarkan analisa kurikulum 2006, buku
pegangan guru dan siswa serta soal-soal yang pernah diberikan
untuk suatu kelas atau kelompok. Selanjutnya dituangkan dalam
tabel berikut:
Tabel 3.4 Spesifikasi Tes Hasil Belajar
Materi Pokok/Sub
materi pokok
Tingkat kemampuan kognitif Jumlah
C1 C2 C3 C4 C5 C6
Usaha
1. Usaha oleh
beberapa
gaya
24 30 16,19,2
1,25,
27,28
18,2
3, 29
- 22 12
Energi Bentuk –
bentuk energi dan
1,2,10 3,9,
13,2
4, 5,11,
14,15,
6,7,8
, 23
10 - 18
39
sumber –
sumbernya
0 26
JUMLAH 30
Keterangan :
C1 : Pengetahuan/Ingatan C4 : Analisis
C2 : Pemahaman/Pengertian C5 : Sintesis
C3 : Aplikasi/Penerapan C6 : Evaluasi
Setelah menyusun tes, maka langkah selanjutnya adalah
uji coba tes tersebut. Uji coba ini dilakukan untuk mendapatkan
alat pengumpul data yang sahih dan andal dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
3.7.2.2 Reliabilitas Tes
Uji relibilitas tes adalah untuk melihat seberapa jauh alat
pengukur tersebut andal (reliabel) dan dapat dipercaya, sehingga
instrumen tersebut dapat dipertanggungjawabkan dalam
mengungkapkan data penelitian. Karena tes yang digunakan
sebagai instrumen penelitian adalah soal yang pilihan berganda
rumus yang digunakan adalah rumus K – R 20 sebagai berikut :
40
dengan Vt = (Arikunto, 2007:188)
Keterangan:
: Reliabilitas instrumen
k : Banyaknya butir pertanyaan
Vt : Varians total
P : Proporsi subjek yang menjawab betul pada
sesuatu
butir (skor 1)
Q : Proporsi subjek yang menjawab salah pada
sesuatu
butir
Y : Skor total
N : Banyaknya siswa
Masing-masing proporsi dihitung dengan rumus:
Untuk menafsirkan harga reabilitas dari soal, maka harga
tersebut dikorelasikan ke tabel harga product moment dengan
= 0,05 jika r > r maka soal reabel.
Adapun kriteria reliabilitas suatu tes adalah sebagai berikut
:
41
< 0,20 sangat rendah
0,20 – 0,40 rendah
0,41 – 0,70 sedang
0,71 – 0,90 tinggi
0,91 – 1,00 sangat tinggi.
3.7.3 Indeks Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan karakteristik (sukar mudahnya)
suatu soal disebut Indeks Kesukaran. Indeks kesukaran ini
menunjukkan taraf kesukaran soal. Untuk menentukan taraf
kesukaran soal digunakan rumus sebagai berikut :
(Arikunto, 2007:176)
Dengan : P = Indeks kesukaran
B = Subjek yang menjawab dengan benar
J = Jumlah subjek yang ikut mengerjakan
tes.
Dengan klasifikasi taraf kesukaran sebagai berikut :
P = 0,00 – 0,30 sukar
P = 0,31 – 0,70 sedang
P = 0,71 – 1,00 mudah.
3.7.4 Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal
untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan
tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Untuk
menghitung daya pembeda soal, digunakan rumus sebagai
berikut :
42
(Arikunto, 2007:177)
Dengan : D = Daya pembeda soal
BA = Banyak kelompok atas yang menjawab benar
BB = Banyak kelompok bawah yang menjawab
benar
JA = Banyak subjek kelompok atas
JB = Banyak subjek kelompok bawah
Dengan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut :
D = 0,00 – 0,20 jelek (poor)
D = 0,21 – 0,40 cukup (satisfactory)
D = 0,41 – 0,70 baik (good)
D = 0,71 – 1,00 baik sekali (excellent).
3. 8. Teknik Analisis Data
Untuk mendeskripsikan data setiap variabel penelitian
digunakan stasitik deskriftif, yaitu mencari distribusi frekuensi,
mean (M), standart deviasi (SD), modus, dan median. Utnuk
mengidentifikasi tingkat kecendrungan setiap variabel penelitian
menggunakan rerata, skor ideal (Mi) dan standart deviasi ideal
(SDi). Berdasarkan Mi dan SDi maka skor setiap ubahan
penelitian dikelompokkan menjadi empat kategori sebagaimana
diberikan oleh Arikunto (1992: 40), sebagai berikut :
(Mi + 1,5 SDi) s/d Ke atas = tinggi
(Mi s/d Mi + 1,5 SDi) = cukup
(Mi) s/d (Mi - 1,5 SDi) = kurang
(Mi - 1,5 SDi) s/d ke bawah = rendah
43
Hasil penelitian yang dianalisis dengan perhitungan
statistik persamaan regresi. Adapun langkah-langkah analisis
yang digunakan adalah sebagai berikut :
3.8.1Uji Normalitas.
Uji normalitas dimaksud untuk memeriksa apakah dat-
data variabel penelitian berdistribusi normala atau tidak dan
juga untuk mengetahui apakah teknik analisis regresi cocok
digunakan untuk menganalisis data penelitian. Teknik analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan rumus Chi-
Kuadrat (X2), sebagai berikut :
Keterangan :
Fo = frekuensi yang didapat dari sampel
Fh = frekuensi yang diharapkan dari sampel sebagai
pencerminan dari frekuensi yang diharapkan populasi.
Harga Chi-Kuadrat yang digunakan dengan taraf
signifikansi yang dipergunakan 5 % dan derajat kebebasan
sebesar jumlah kelas frekuensi dikurang tiga (dk = K – 2).
Apabila x2hitung ≤ X2
tabel, maka distribusi data adalah normal,
(Sugiyono, 2004: 200).
3.8.2Uji linieritas
Dalam hal ini terlebih dahulu ditentukan persamaan
umum regresi sederhana antara variabel bebas dengan variabel
terikat seperti ditentukan oleh Sudjana (2005:315)
44
Keterangan :
a = Bilangan konstan
b = Bilangan regresi Y dan X
X = Variabel bebas
Y = Variabel terikat
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui linier tidaknya
hubungan antara ubahan bebas dengan variabel terikat. Rumus
yang dipakai untuk menghitung linieritas adalah seperti rumus
yang dikemukakan oleh sudjana (1984) :
Dalam pengujian keberartian regresi dari hubungan
variabel digunakan teknik analisis varians dengan taraf signifikan
5 % dengan derajat kebebasan (K-2) dan (N-K). Untuk uji
keberartian regresi, digunakan rumus sebagai berikut :
Hasil dari Fo dikonsultasikan dengan Ftabel. Jika Fo < Ftabel
pada taraf signifikan 5 %, maka garis regresi adalah linear.
Dengan demikian model linieritas diterima.
45
3.8.3Uji Hipotesis Penelitian
Setelah didapat uji persyaratan analisis maka langkah
selanjutnya adalah menganalisa data dengan menggunakan :
3.8.4 Perhitungan Korelasi Antar Variabel
Untuk menghitung korelasi antar variabel bebas (X)
dengan variabel terikat (Y) digunakan rumus korelasi product
moment seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2006:274)
Hipotesis penelitian diterima apabila harga rhitung > rtabel
pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 2
.
3.8. 5 Perhitungan Korelasi Parsial
Korelasi ini dihitung dengan rumus yang diberikan oleh
sudjana (1986:365) yaitu:
Dengan :
ry1.2 = koefisien korelasi antar hubungan Y dengan ubahan X1
dimana X2 terkontrol
ry2.1 = koefisien korelasi antar hubungan Y dengan ubahan X2
dimana X1 terkontrol
46
Selanjutnya uji keberartian koefisien korelasi dihitung dengan
menggunakan uji t yang dikemukakan oleh Sudjana (2005:377)
yaitu:
3.8.6 Uji Keberartian Persamaan regresi Ganda.
Untuk menguji hipotesis ketiga digunakan dengan mencari
koefisien korelasi ganda. Sebelum perhitungan tersebut maka
terlebih dahulu dicari regresi ganda dengan rumus yang
dikemukakan oleh Sudjana (2005 : 348)
Analisis regresi ganda dinyatakan berarti atau tidak. Untuk
itu diperlukan rumus seperti yang dikemukakan oleh Sudjana
(1986:340) yaitu : Regresi dinyatakan
berarti apabila fo > ft pada taraf signifikansi 5% dengan
derajat kebebasan K lawan (n-k-1).3.8.7 Perhitungan
Korelasi GandaUntuk menghitung korelasi ganda digunakan
rumus yang dikemukakan oleh Sudjana (1986: 368) sebagai
berikut : Dengan : R = koefisein korelasi
gandaUntuk menghitung korelasi ganda apakah berarti, maka
selanjutnya dilakukan uji coba keberartian koefisien korelasi
47
ganda dengan menggunakan rumus :
Koefisien korelasi dianggap berarti apabila Rh > Rt pada
taraf signifikan 5 % dengan derajat kebebasan K lawan (n – k
– 1). 3.8.8.Perhitungan Sumbangan Masing-
Masing Variabel Bebas (X) Terhadap Variabel Terikat
(Y).
Untuk menentukan besarnya sumbangan-sumbangan
variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan rumus
sebagai berikut :
48
BAB IV PEMBAHASAN
1. UJI NORMALITAS DENGAN MENGGUNAKAN SPSS 12.0 FOR
WINDOWS
SEBARAN DATA
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
minat 16 100,0% 0 ,0% 16 100,0%
hasil 16 100,0% 0 ,0% 16 100,0%
UJI DESKRIPTIF
Statistic Std. Error
Minat Mean 80,5000 2,47656
95% Confidence
Interval for
Mean
Lower Bound 75,2213
Upper Bound85,7787
5% Trimmed Mean 80,2778
Median 78,5000
Variance 98,133
Std. Deviation 9,90623
Minimum 62,00
Maximum 103,00
Range 41,00
Interquartile Range 12,25
Skewness ,599 ,564
Kurtosis ,955 1,091
Hasil Mean 11,8125 ,33190
95% Confidence
Interval for
Mean
Lower Bound 11,1051
Upper Bound12,5199
5% Trimmed Mean 11,7917
49
Median 12,0000
Variance 1,763
Std. Deviation 1,32759
Minimum 10,00
Maximum 14,00
Range 4,00
Interquartile Range 2,00
Skewness ,195 ,564
Kurtosis -,954 1,091
UJI NORMALITAS
a. hasil uji liliefors dengan SPSS 12.0 for windows
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
minat ,133 16 ,200(*) ,960 16 ,660
hasil ,167 16 ,200(*) ,920 16 ,169
InterprestasiSyarat normalitas dari data diatas menurut SPSS 12.0 windows adalah :
1. Normal bila Sig. > 0,05
2. Tidak Normal bila Sig. < 0,05
Dari data tersebut terlihat bahwa Sig. = 0,200; sehingga lebih besar dari
0,05 Sehingga data tersebut berdistribusi normal.
Lihat Sig. Kolmogorov-Smirnov.Normal apabila Sig. > 0,05Tidak normal apabila Sig. < 0,05
50
1. Menentukan Koefisien Korelasi Dengan Menggunakan SPSS 12.0. For Windows
A. PEARSON CORRELATIONo Digunakan untuk data interval & rasio
o Distribusi data normal
o Terdiri dari dua variabel
o 1 Variabel X (Independen)
o 1 Variabel Y (dependen)
o Variabel X1 minat belajar fisika (diukur dengan angket minat)
o Variabel X2 Motivasi belajar fisika (diukur dengan angket
motivasi)
o Variabel Y hasil nelajar fisika (diukur dari nilai Tes)
o Arah hubungan:
• Dilihat dari tanda koefisien korelasi• Tanda (-) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y rendah• Tanda (+) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y juga tinggi
B. SPEARMAN Digunakan untuk jenis data ordinal
Cara analisis dan interpretasi sama dengan Pearson.
Perbedaan hanya pada waktu memilih box yang
diaktifkan adalah box spearman
C. KORELASI GANDA Korelasi yang digunakan untuk menguji hubungan dua
atau lebih variabel independen dengan satu variabel
dependen secara bersamaan
51
1. Korelasi Antara Minat Dan Hasil Belajar Siswa.
INTERPRESTASI
Untuk pengambilan keputusan statistik, dapat digunakan 2 cara:
1. Koefisien Korelasi dibandingkan dengan nilai rtabel (korelasi tabel)
a. Apabila Koefisien Korelasi > rtabeL Maka ada korelasi yang
signifikan (Ha Diterima)
b. Apabila Koefisien Korelasi < rtabeL Maka tidak ada korelasi yang
signifikan (H0 Diterima)
2. Melihat Sig.
a. Apabila nilai Sig. < 0,05 Maka ada korelasi yang signifikan (Ha
Diterima)
melihat koefisien korelasi person = -0,630dan sig.( 2 – tailed) = 0,816
Minat Belajar Fisika
52
b. Apabila nilai Sig. > 0,05 Maka tidak ada korelasi yang signifikan
(H0 Diterima)
3. Arah hubungan:
a. Dilihat dari tanda koefisien korelasi
b. Tanda (-) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y rendah
c. Tanda (+) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y juga
tinggi
Dari gambar terlihat bahwa nilai koefisien korelasi rhitung = -0,630
sedangkan rtabel = 0,389 pada taraf signifikan 5% dengan responden N = 16, Dari
sini telihat bahwa rhitung < r tabel; maka tidak ada korelasi yang signifikan antara
minat belajar fisika dengan hasil belajar fisika.
Selain itu nilai sig.= 0,816 > 0,05 Maka tidak ada korelasi yang
signifikan (Ho diterima).
Gambar grafik minat – hasil belajar fisika
Hasil B
elajar Fisik
a
53
2. Menentukan Koefisien Korelasi Antara Veriabel Motivasi Belajar
Fisika Dengan Hasil Belajar Fisika Siswa.
INTERPRESTASI
Untuk pengambilan keputusan statistik, dapat digunakan 2 cara:
4. Koefisien Korelasi dibandingkan dengan nilai rtabel (korelasi tabel)
a. Apabila Koefisien Korelasi > rtabeL Maka ada korelasi yang
signifikan (Ha Diterima)
b. Apabila Koefisien Korelasi < rtabeL Maka tidak ada korelasi yang
signifikan (H0Diterima)
5. Melihat Sig.
a. Apabila nilai Sig. < 0,05 Maka ada korelasi yang signifikan (Ha
Diterima)
b. Apabila nilai Sig. > 0,05 Maka tidak ada korelasi yang signifikan
(H0 Diterima)
6. Arah hubungan:
a. Dilihat dari tanda koefisien korelasi
b. Tanda (-) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y rendah
c. Tanda (+) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y juga
tinggi
Nilai koefisien korelasi person = -0,389dan sig.( 2 – tailed) = 0,137
Motivasi Belajar Fisika
54
Dari gambar terlihat bahwa nilai koefisien korelasi rhitung = -0,630
sedangkan rtabel = 0,389 pada taraf signifikan 5% dengan responden N = 16, Dari
sini telihat bahwa rhitung < r tabel; maka tidak ada korelasi yang signifikan antara
minat belajar fisika dengan hasil belajar fisika.
Selain itu nilai sig. = 0,137 > 0,05 Maka tidak ada korelasi yang
signifikan (Ho diterima).
Gambar grafik motivasi – hasil belajar fisika
Hasil B
elajar Fisik
a
55
3. Menentukan Koefisien Korelasi Antara Variabel minat Belajar
Fisika Dengan Motivasi Belajar Fisika Siswa.
INTERPRESTASI
Untuk pengambilan keputusan statistik, dapat digunakan 2 cara:
1. Koefisien Korelasi dibandingkan dengan nilai rtabel (korelasi tabel)
b. Apabila Koefisien Korelasi > rtabeL Maka ada korelasi yang
signifikan (Ha Diterima)
c. Apabila Koefisien Korelasi < rtabeL Maka tidak ada korelasi yang
signifikan (H0Diterima)
2. Melihat Sig.
a. Apabila nilai Sig. < 0,05 Maka ada korelasi yang signifikan (Ha
Diterima)
b. Apabila nilai Sig. > 0,05 Maka tidak ada korelasi yang signifikan
(H0 Diterima)
3. Arah hubungan:
a. Dilihat dari tanda koefisien korelasi
b. Tanda (-) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y rendah
Nilai koefisien korelasi person = 0,776dan sig.( 2 – tailed) = 0,000
Minat Belajar Fisika
56
c. Tanda (+) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y juga
tinggi
Dari gambar terlihat bahwa nilai koefisien korelasi rhitung = 0,776
sedangkan rtabel = 0,389 pada taraf signifikan 5% dengan responden N = 16, Dari
sini telihat bahwa rhitung > r tabel; maka ada korelasi yang signifikan antara minat
belajar fisika dengan motivasi belajar fisika.
Selain itu nilai sig. = 0,00 < 0,05 Maka ada korelasi yang signifikan
(Ha diterima).
Gambar Grafik Minat – Motivasi belajar
Motivasi B
elajar F
isika
57
4. Menentukan Koefisien Korelasi Antara Variabel minat Belajar Fisika Dan
Motivasi Belajar Fisika Terhadap Motivasi Belajar Fisika Siswa.
INTERPRETASI KORELASI GANDA
Tidak ada menu khusus korelasi ganda dalam SPSS. Untuk itu bisa
digunakan menu regression untuk mencari (R) dan R square
Untuk menginterpretasi korelasi ganda lihat nilai R, semakin mendekati 1
maka korelasi semakin kuat
Guna memperkaya analisis, sebelum dianalisis korelasi ganda dapat juga
ditambahkan analisis korelasi pada masing-masing variabel independen
dengan variabel dependen (caranya sama dengan analisis korelasi pearson
Dari sini terlihat bahwa nilai R yang ditunjukkan adalah ; R = 0,542
Sehingga dapat dikatakan cukup.
Untuk Korelasi ganda yang digunakan hanya output Model Summary. Lihat koefisien R output yang lain diabaikan
58
Gambar Hubungan Minat, Motivasi Dan Hasil Belajar Fisika
3. Menentukan Regresi Antara Variabel minat Belajar Fisika Dan Motivasi Belajar Fisika Terhadap Motivasi Belajar Fisika Siswa
A.REGRESI
o Analisis regresi adalah analisis lanjutan dari korelasi
o Menguji sejauh mana pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen setelah diketahui ada hubungan antara variabel
tersebut
o Data harus interval/rasio
o Data Berdistribusi normal
Yang akan dibahas disini adalah:
Regresi sederhana: yaitu regresi untuk 1 variabel independen
dengan 1 variabel dependen
Regresi ganda: yaitu regresi untuk lebih dari satu variabel
independen dengan 1 variabel dependen
59
B. REGRESI GANDA
Digunakan untuk analisis regresi dengan jumlah variabel independen
lebih dari satu dengan satu variabel dependen. Ada tambahan asumsi yang
harus dipenuhi, yaitu tidak boleh ada korelasi antar variabel-variabel
independennya (multikolinearitas)
Dengan menggunakan SPSS 12.0 didapat data sebagai berikut :
Output 1
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,542(a) ,294 ,185 1,19858
a Predictors: (Constant), motivasi, minat
b Dependent Variable: hasil
Lihat nilai R = 0,546 ini berarti bahwa korelasi antara variabel X1dan X2 secara
bersamaan dengan Y adalah 0,546
Output 2
ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regressio
n7,762 2 3,881 2,701 ,104(a)
Residual 18,676 13 1,437
Total 26,438 15
a Predictors: (Constant), motivasi, minat
b Dependent Variable: hasil
Untuk melihat signifikansi persamaan regresi dapat dilihat dari nilai F = 2,701 dan
dibandingkan dengan F tabel
o Apabila nilai F < F tabel maka persamaan garis regresi tidak dapat
digunakan untuk prediksi
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Exp
ecte
d C
um
Pro
b
Dependent Variable: hasil
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
60
o Apabila nilai F > F tabel maka persamaan garis regresi dapat digunakan
untuk prediksi
o Selain itu dapat pula dengan melihat nilai Sig. dapat digunakan untuk
prediksi apabila nilai Sig. < 0,05
Dari tabel terlihat bahwa nilai Sig.> 0,05 ; yaitu ; maka persamaan garis
regresi tidak dapat digunakan.
Output 3
Coefficients(a)
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 11,222 2,592 4,329 ,001
minat ,080 ,050 ,599 1,620 ,129
motivasi -,080 ,035 -,853 -2,308 ,038
a Dependent Variable: hasil
Untuk membuat persamaan garis regresi dapat dilihat dari kolom B.
• Constan = 11,222
• Minat = 0,080
• Motivasi = -0,08
• Berarti persamaan garisnya adalah:
Y = 11,222 + 0,080 Minat - 0,08 Motivasi
Hasil Belajar Fisika
Data
Perk
iraan
Data Pengamatan
61
BAB V
KESIMPULAN
1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara minat belajar fisika siswa
dengan minat belajar siswa
2. tidak ada hubungan yang signifikan antara minat belajar fisika siswa
dengan motivasi belajar siswa.
3. ada hubungan yang signifikan antara minat belajar siswa dengan motivasi
belajar siswa