BAB I

49
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan mutu pelayanan energi listrik terus menerus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya PT. PLN (Persero) menuju perusahaan yang modern, efisien dan mandiri dengan menciptakan pola pelayanan yang cepat, mudah dan praktis. Salah satu cara untuk itu adalah pengoperasian jaringan distribusi dengan mutu yang memadai. Operasi distribusi dimaksudkan untuk memberikan tenaga listrik pada konsumen dengan setepat mungkin menjamin kelangsungan penyalur atau pelayanan dengan tegangan dan frekwensi yang stabil. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi di daerah papua khususnya di Manokwari, maka permintaan akan kebutuhan energi listrik kepada PT. PLN (Persero) Cabang Manokwari semakin meningkat. Hal tersebut menjadikan PT. PLN Persero harus menyalurkan energi listrik dengan baik. Akibat dari kondisi di atas, maka permintaan konsumen akan energi listrik berdaya besar (minimum 50 KVA) semakin meningkat, terutama konsumen seperti pemilik ruko-ruko, perhotelan, dan kantor-kantor. Namun dalam pemintaan kebutuhan akan energi listrik ini 1

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan mutu pelayanan energi listrik terus menerus merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari upaya PT. PLN (Persero) menuju perusahaan

yang modern, efisien dan mandiri dengan menciptakan pola pelayanan yang cepat,

mudah dan praktis. Salah satu cara untuk itu adalah pengoperasian jaringan

distribusi dengan mutu yang memadai. Operasi distribusi dimaksudkan untuk

memberikan tenaga listrik pada konsumen dengan setepat mungkin menjamin

kelangsungan penyalur atau pelayanan dengan tegangan dan frekwensi yang

stabil.

Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi di daerah papua

khususnya di Manokwari, maka permintaan akan kebutuhan energi listrik kepada

PT. PLN (Persero) Cabang Manokwari semakin meningkat. Hal tersebut

menjadikan PT. PLN Persero harus menyalurkan energi listrik dengan baik.

Akibat dari kondisi di atas, maka permintaan konsumen akan energi listrik

berdaya besar (minimum 50 KVA) semakin meningkat, terutama konsumen

seperti pemilik ruko-ruko, perhotelan, dan kantor-kantor. Namun dalam

pemintaan kebutuhan akan energi listrik ini konsumen mengalami kendala pada

PT. PLN karena pihak PT. PLN tidak akan menyalurkan energi listrik apabila

konsumen-konsumen tersebut tidak memiliki Gardu Trafo distribusi milik pribadi.

Agar kebutuhan akan energi listrik konsumen terpenuhi maka pihak PT. PLN

menganjurkan agar konsumen-konsumen tersebut memiliki Gardu Trafo penyalur

energi listrik pribadi, dan Gardu Trafo yang digunakan adalah Gardu Trafo

Distribusi Konstruksi Portal. Hal ini dilakukan agar konsumen pemakai energi

listrik berdaya besar tidak satu bagian mempergunakan energi listrik dengan

konsumen berdaya listrik kecil dalam gardu trafo distribusi yang sama, karena

akan menyebabkan terjadinya drop tegangan pada Gardu Trafo tersebut.

1

Page 2: BAB I

Gardu Tiang portal, yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya/

penyangganya terbuat dari tiang. Dalam hal ini trafo distribusi terletak di bagian

atas tiang. Karena trafo distribusi terletak pada bagian atas tiang, maka gardu

tiang hanya dapat melayani daya listrik terbatas, mengingat berat trafo yang relatif

tinggi, sehingga tidak mungkin menempatkan trafo berkapasitas besar di bagian

atas tiang (± 5 meter di atas tanah). Untuk gardu tiang dengan trafo satu fasa

kapasitas yang ada maksimum 50 KVA, sedang gardu tiang dengan trafo tiga fasa

kapasitas maksimum 160 KVA (200 KVA). Untuk itu dalam laporan kerja

praktek ini akan dijelaskan tentang pemasangan gardu trafo distribusi jenis

konstruksi portal 50 KVA.

1.2 Tujuan Kerja Praktek

Adapun tujuan dari Kerja Praktek (KP) pada CV. Sinar Teknik adalah :

1. Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang telah di peroleh di kampus

dalam dunia kerja (lapangan) secara professional.

2. Mahasiswa memperoleh pengetahuan bagaimana sistem bekerja dalam dunia

industri yang sebenarnya.

3. Mengetahui cara pemasangan Trafo Distribusi Konstruksi Portal pada

jaringan tegangan menengah.

1.3 Manfaat Kerja Praktek

Adapun manfaat dari pelaksanaan Kerja Praktek (KP) pada CV. Sinar

Teknik adalah :

1. Dapat menjadikan sumber referensi bagi perusahaan dalam melaksanakan

pemasangan Trafo Distribusi Konstruksi Portal selanjutnya.

2. Disiplin dalam bekerja membuat perusahaan menjadi bangga sehingga dapat

menerima peserta Kerja Praktek untuk tahun berikutnya.

2

Page 3: BAB I

1.4 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek

Kegiatan kerja praktek ini dilaksanakan mulai Tanggal 1 Pebruari 2011

sampai dengan Tanggal 1 April 2011. Adapun lokasi atau tempat pelaksanaan

kerja praktek yaitu di CV. Sinar Teknik (Kontraktor Dan Instalatur Listrik) Jl.

Esau Sesa Manokwari, ”Profinsi Papua Barat”.

1.5 Sejarah Perusahaan

Berdasarkan akta perusahaan, CV. Sinar Teknik merupakan kontraktor

listrik yang didirikan pada tanggal 13 November 2000 oleh Dodot Akwandi yang

pada saat itu masih menjadi tangan kanan kontraktor listrik dengan nama

perusahaan CV. Cahaya Baru. Banyaknya pengerjaan proyek listrik yang

ditangani oleh si pendiri ini yang melatarbelakangi berdirinya perusahaan CV.

Sinar Teknik. Semula kantor perusahaan ini terletak di jalan Reremi SPMA dan

hanya bergerak dibidang instalasi bangunan.

Saat ini perusahaan tersebut terletak di jalan Esau Sesa dan semakin berkembang

menjadi kontraktor pengadaan jaringan listrik bertegangan 20 KV yang biasa kita

sebut dengan saluran udara (overhead line) .

3

Page 4: BAB I

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Dan Pandangan Umum Tentang Sistem Distribusi

Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem

distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik

besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga

listrik adalah:

1. Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan)

2. Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan

pelanggan, Karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani

langsung melalui jaringan distribusi.

Pada suatu pembangkit tenaga listrik, tegangan yang biasanya di

bangkitkan oleh generatoar adalah tegangan dari 11 kV sampai 24 kV yang

kemudian dinaikan tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik

tegangan menjadi 70 kV, 154kV, 220kV atau 500kV kemudian disalurkan melalui

saluran transmisi. Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian

daya listrik pada saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah

sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I2.R). Dengan daya yang sama bila

nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga

kerugian daya juga akan kecil pula. Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan

lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk

distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik

dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah

gardu-gardu distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan

trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380Volt. Selanjutnya

disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen

4

Page 5: BAB I

Gambar 2.1. Sistem Penyaluran Energi Listrik

Keterangan:

G = Generator/Pembangkit Tenaga Listrik

GI = Gardu Induk

GH = Gardu Hubung

GD = Gardu Distribusi

TT = Jaringan Tegangan Tinggi

TM = Jaringan Tegangan Menengah

TR = Jaringan Tegangan Rendah

APP = Alat Pembatas/Pengukur

Pada umumnya sistem tenaga listrik terdiri atas kumpulan komponen-

komponen peralatan listrik atau mesin-mesin listrik seperti generator,

transformator, beban dan berikut alat-alat pengaman dan pengaturan yang saling

dihubungkan untuk membentuk suatu sistem yang digunakan untuk

membangkitkan, menyalurkan dan menggunakan energi. Di dalam sistem tenaga

listrik, komponen tersebut dibedakan menjadi tiga bagian yaitu :

5

Page 6: BAB I

1. Pembangkit Listrik

Pembangkit listrik merupakan pusat pembangkit tenaga listrik. Biasanya

terletak jauh dari pusat beban, di mana energi listrik tersebut digunakan pada

pembangkit. Tenaga dibangkitkan oleh generator sinkron 3 fasa pada tegangan 6,6

kV, 11kV, dan bahkan ada yang 32 kV.

2. Saluran Transmisi

Energi listrik yang dibangkitkan dari pembangkit listrik di salurkan

melalui kawat-kawat atau saluran transmisi menuju ke pusat-pusat beban. Saluran

transmisi menurut penyalurannya ada dua macam, yaitu :

1. Saluran udara

Saluran udara adalah perangkat untuk penyaluran tenaga listrik melalui

kawat penghantar yang direntang pada tiang-tiang listrik dengan

perantaraan isolator.

2. Saluran bawah tanah

Saluran bawah tanah adalah saluran distribusi yang menggunakan

kabel tanah yang berisolasi yang ditanam dengan kedalaman tertentu

dibawah tanah. Setiap cara penyaluran diatas mempunyai kelebihan

dan kekurangannya masing-masing. Dibanding dengan saluran udara,

saluran bawah tanah tidak terpengaruh oleh cuaca buruk, taufan, hujan

angin, bahaya petir dan sebagainya. Lagi pula, saluran bawah tanah

lebih estetis karena tidak mengganggu pandangan. Karena alasan

terakhir ini, saluran bawah tanah lebih disukai, terutama untuk daerah

yang padat penduduknya dan kota-kota besar. Namun biaya

pembangunannya jauh lebih mahal dibandingkan dengan saluran

udara, dan perbaikannya lebih sukar bila terjadi gangguan hubung

singkat dan kesukaran-kesukaran lainnya.

6

Page 7: BAB I

3. Saluran Distribusi

Sistem saluran distribusi merupakan area yang seringkali terjadi kerusakan

dan gangguan. Saluran distribusi di bagi menjadi tiga bagian utama yaitu :

a) Gardu Induk Distribusi

Gardu induk distribusi merupakan gardu yang bertugas membagi

dalam beberapa penyulang (feeder) dari 150 kV menjadi 20 kV.

b) Distribusi Primer

Saluran keluaran (outgoing) penyulang, tenaga listrik yang di salurkan

melalui distribusi primer dengan tegangan sebesar 20 kV/6 kV menuju

ke pusat-pusat beban melalui SUTM (Saluran Udara Tegangan

Menengah) dan SKTM (Saluran Kabel Tegangan Menengah).

c) Distribusi Sekunder

Distribusi sekunder terdiri dari dua jenis, yaitu Saluran Udara

Tegangan Rendah (SUTR) dan Saluran Kabel Tegangan Rendah

(SKTR). Tegangan yang berada pada saluran ini diturunkan dari

distribusi primer melalui transformator distribusi menjadi 380/220 V.

2.2 Klasifikasi Konstruksi Gardu Distribusi Berdasarkan Pemasangannya

1. Gardu trafo distribusi pada bangunan

Jenis ini trafo tenaga dan PHBTR-nya dipasang pada bangunan beton

bertulang. Sistem pendinginnya secara alami (air natural=AN) melalui lubang

angin (yalusi) yang ada dibagian atas atau bawah dari bangunan.

Bangunan ini diberi pintu yang selalu terkunci. Peralatan-peralatan berada

didalam bangunan. Jadi, termasuk pasangan dalam (in door). Ruangan terbagi

dua, yaitu ruangan sisi tegangan tinggi dan ruangan sisi tegangan rendah. Pada sisi

tegangan tinggi terdapat rel (bus bare), penghubung, pemutus dan trafo tenaga.

Pada sisi tegangan rendah terdapat PHBTR dan peralatan lainnya.

7

Page 8: BAB I

Adapun kelebihan dan kekurangan dari gardu trafo pada bangunan adalah :

a. Kelebihan

Semua peralatan / komponen terletak di dalam bangunan beton,

sehingga dapat terhindar dari gangguan external seperti ; gangguan

petir, gangguan angin, dll.

Sistem proteksi / pengaman yang baik, karena membagi 2 bagian

sisi tegangan tinggi dan tegangan rendah pada masing-masing

ruangan.

b. Kekurangan

Biaya pembangunan / pembuatan yang relatif mahal.

Tidak dapat dibangun / didirikan disembarangan tempat, terutama

daerah atau tempat yang berdekatan dengan pemukiman penduduk.

2. Gardu trafo distribusi pada bangunan besi ( kios )

Pada umumnya gardu jenis ini pemasangannya bersifat sementara.

Pemakaiannya antara lain :

a) Pergantian gardu trafo yang sedang mengalami perbaikan atau

penambahan kapasitas daya (trafo).

b) Penambahan diluar gardu trafo yang sudah ada karena adanya beban

yang sangat meningkat. Misalnya pada pelaksanaan suatu pekan raya.

Jenis gardu ini trafo daya yang terpasang mempunyai kapasitas kurang

lebih 100 KVA dengan tegangan kerja 6 kV pada sisi primernya.

Pemasangan semua peralatan berada dalam konstruksi besi yang

terkunci. Jenis-jenis gardu trafo ini juga termasuk pasangan dalam (in

door). Sistem pendinginnya juga secara alami (AN), melalui lubang-

lubang angin.

8

Page 9: BAB I

Untuk kelebihan dan kekurangan dari gardu trafo jenis ini adalah :

a. Kelebihan

Mudah dipindah-pindahkan, karena hanya bersifat sementara.

Dapat dioperasikan secara cepat, karena peralatan / komponen-

komponen yang telah terlebih dahulu dirangkai menjadi satu

bagian.

b. Kekurangan

Karena hanya bersifat sementara maka untuk kerugiannya

hanyalah pada proses pemindahan dari satu tempat ke tempat lain.

3. Gardu trafo distribusi tiang portal

Gardu jenis ini semua peralatannya terpasang diluar (out door). Sehingga

semua peralatan harus kedap air. Trafo tenaga ditumpu oleh dua tiang yang

dipasang kuat. PHBTR terpasang dibagian bawahnya. Instalasi listrik terlindung

dengan baik bila ada kemungkinan sambaran petir dan kemungkinan kebocoran

arus. Selain itu secara mekanik juga terlindung dengan baik.

Untuk kelebihan dan kekurangannya adalah sebagai berikut :

a. Kelebihan

Dapat di bangun pada daerah apapun, kecuali daerah perairan

seperti, daerah sungai, laut, dll.

Dapat langsung dikerjakan apabila terjadi gangguan.

b. Kekurangan

Mudah terkena gangguan external ( angin, petir, pohon tumbang,

dll )

Mempunyai batas kapasitas trafo yang dipasang, mengingat berat

trafo yang relatif tinggi.

9

Page 10: BAB I

4. Gardu trafo distribusi tiang tumpu ( trafo gantung )

Gardu jenis ini, seperti halnya gardu trafo distribusi tiang portal, semua

peralatan terpasang di luar (out door). Persyaratan kelistrikan dan lain-lainnya

juga sama. Trafo tenaganya ditumpu (digantung) pada satu tiang tumpu. Kapasitas

daya trafo relatif kecil, yaitu maksimum 25 KVA – 20 KVA.

Untuk kelebihan dan kekerangan dari trafo jenis ini hampir sama halnya dengan

gardu trafo jenis konstruksi portal.

2.3 Komponen-Komponen Utama Pemasangan Gardu Trafo Distribusi

Konstruksi Portal

2.3.1 Transformator

Transformator adalah suatu alat listrik yang di gunakan untuk mengubah

tegangan energi listrik dari satu tempat ke tempat yang lain melalui suatu

gandengan magnet, yang bekerja berdasarkan prinsip induksi-elekromagnet

(Dasar Teknik Tenaga Listrik Dan Elektronikaa Daya).

Transformator digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik

maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga

memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai, dan ekonomis untuk tiap-tiap

keperluan misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya listrik

jarak jauh.

Jenis - jenis Transformator

Berdasarkan pengelompokan transformator dibedakan atas beberapa jenis :

a) Transformator Daya

Transformator Daya berfungsi untuk menyalurkan daya/ tenaga dari

tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya (mentransformasikan). Dalam

operasinya trafo daya ini ditanahkan pada titik netralnya sesuai dengan kebutuhan

untuk sistem pengamanan/proteksi. Sebagai contoh Trafo 150/70 kV ditanahkan

secara langsung pada sisi netral 70 kV dan trafo 70/20 kV ditanahkan dengan

tahanan disisi netral 20 kV.

10

Page 11: BAB I

b) Transformator Distribusi

Transformator distribusi digunakan untuk menurunkan tegangan distribusi

ke tegangan pemakai (konsumen). Transformator distribusi tersebut melayani

konsumen melalui jaringan sekunder yaitu terminal-terminal pelayanan KWH

(alat ukur).

c) Transformator Pengukuran

Untuk pemasangan alat-alat ukur dan proteksi pada jaringan tegangan

tinggi diperlukan trafo pengukuran. Trafo Pengukuran terdiri dari :

Trafo arus ( current transformer ) berfungsi untuk menurunkan

besarnya arus listrik pada tegangan tinggi menjadi arus listrik yang

kecil dan diperlukan untuk alat dan pengaman.

Trafo tegangan ( potensial transformer ) berfungsi untuk menurunkan

besarnya tegangan tinggi menjadi tegangan rendah yang di perlukan

untuk alat ukur dan pengaman / proteksi.

2.3.2 Jenis-jenis penopang saluran

Tiang penopang adalah komponen yang berfungsi untuk menopang semua

komponen pendukung saluran udara yang lain. Jenis utama penopang saluran

adalah:

a) Tiang kayu

Tiang kayu yang dirawat secara kimia digunakan untuk saluran-saluran

distribusi. Keuntungan dari penggunaan tiang kayu adalah karena murah

harganya, tetapi mudah untuk pengaruh oleh pembusukan.

b) Tiang baja bulat

Tiang bertingkat dibuat dari satu pipa, garis tengahnya diperkecil dengan

tingkat-tingkat yang sejajar dengan cara melewatkannya melalui beberapa cetakan

(dies). Oleh karena ringannya, kekuatan yang tinggi dibandingkan dengan

beratnya dan keawetannya, tiang ini mempunyai keuntungan-keutungan

dibandingkan dengan tiang jenis lain. Dengan menggunakan penutup di atas,

bungkus beton di tanah dan pengecetan ulang akan memperpanjang umurnya.

11

Page 12: BAB I

c) Tiang jenis kisi-kisi

Tiang ini dibuat dari struktur baja yang berbadan sempit. Tiang ini ringan

dan ekonomis dan dapat dirakit ditempat jika menggunakan konstruksi baut.

Bagian yang ditanam didalam tanah harus dilindungi dengan selimut beton

dan bagian atasnya dilindungi dengan pengecatan berkala, kecuali jika

menggunakan baja-baja yang galvanis.

Tiang listrik berdasarkan fungsinya :

1) Tiang awal/ tiang akhir adalah tiang yang dipasang pada permulaan dan

akhir penarikan kawat hantaran, yang gaya tarikan kawat bekerja terhadap

tiang dari satu arah.

2) Tiang penyangga adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik yang lurus

dan hanya berfungsi sebagai penyangga kawat penghantar. Gaya yang

diderita oleh tiang tersebut adalah gaya karena berat kawat.

3) Tiang sudut adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik, pada tiang

tersebut arah penghantar membelok dan arah gaya tarikan kawat adalah

horizontal.

4) Tiang penegang/tiang tarik adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik

yang lurus. Gaya tarik kawat bekerja terhadap tiang dari dua arah yang

berlawanan.

2.3.3 Isolator

Isolator adalah komponen yamg berfungsi untuk memisahkan atau

mengisolasi kawat konduktor dengan tiang agar arus konduktor tidak mengalir ke

tiang. Jenis-jenis isolator antara lain adalah isolator pasak, isolator gantung,

isolator piringan/tarik, isolator penahan, isolator pos. Bahan yang digunakan

untuk membuat isolator pada sistem distribusi adalah isolator gelas dan isolator

keramik. Isolator digunakan untuk menyangga kawat penghantar.

12

Page 13: BAB I

Secara fisik kedua jenis isolator tersebut dapat dibedakan dengan melihat

bentuk sirip dan warna isolatornya (putih dan coklat). Pada isolator tegangan

menengah mempunyai bentuk sirip dalam, lebar, dan banyak siripnya. Maksudnya

agar tidak terjadi loncatan listrik antara hantaran dengan tanah dan untuk menahan

air hujan atau debu agar tidak menempel pada seluruh permukaan sirip.

2.3.4 Lengan tiang (Travers)

Lengan tiang (travers) adalah bagian dari kelengkapan saluran SUTR atau

SUTM yang menggunakan kawat penghantar yang tidak terisolasi, yaitu BBC dan

ACSR. Pada travers terpasang isolator tempat kawat saluran diikat. Sesuai dengan

fungsinya travers dapat dibedakan menjadi travers penegang dan travers

penyangga. Konstruksi travers biasanya terbuat dari besi siku dan besi kanal.

Travers untuk saluran tegangan menengah selain menggunakan bahan dari

besi kanal ada juga yang menggunakan bahan dari kayu jati. Untuk

pemasangannya pada tiang listrik dilengkapi dengan sengkang sesuai ukuran tiang

dengan traversnya.

2.3.5 Kawat Penghantar

Fungsi kawat penghantar yaitu bahan yang dapat dipakai untuk

memindahkan tenaga listrik dari suatu tempat ke tempat lain yang pemasangannya

diatas tanah (di udara), pada tegangan rendah dan tegangan menengah .

Penghantar alumunium penuh (AAC) dan penghantar ACSR yang

biasanya di gunakan. Penghantar-penghantar ini adalah konstruksi standart dan

batas tegangan tarik dari smua penghantar didasarkan pada tegangan putus total.

Merupakan kawat tanpa isolator (kawat telanjang) yang padat (solid) berlilit atau

berongga.

13

Page 14: BAB I

Kawat penghantar alumunium terdiri dari :

a) AAC : All-Aluminium Conductor, yaitu kawat penghantar yang

seluruhnya terbuat dari alumunium.

b) AAAC : All-Aluminium-Alloy Conductor, yaitu kawat penghantar yang

seluruhanya terbuat dari campuran alumunium.

c) ACSR : Aluminium Conductor Stell-Reinforced, yaitu kawat

penghantar berinti kawat baja.

d) ACAR : Aluminium Conductor Alloy-Reinforced, yaitu kawat

penghantar alumunium yang di perkuat dengan logam campuran.

Gambar

2.2 Salah Satu Jenis Kawat Penghantar

Kawat penghantar tembaga mempunyai beberapa kelebihan di bandingkan

dengan kawat penghantar alumunium karena konduktifitas kuat tariknya lebih

tinggi. Tetapi kelemahanya yaitu untuk besar tahanan yang sama, tembaga lebih

berat daripada alumunium dan juga lebih mahal. Oleh karena itu kawat

penghantar alumunium telah menggantikan kedudukan tembaga. Untuk

memperkuat kuat tarik dari kawat alumunium digunakan campuran alumunium

(Alloy-Aluminium).

14

Page 15: BAB I

2.3.6 Arrester ( Penangkal Petir )

Proteksi (pengaman) petir yang juga dinamakan proteksi surja biasanya

mempergunakan apa yang dinamakan arrester petir, yang berfungsi untuk

melindungi isolasi atau peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang diakibatkan

oleh sambaran petir atau tegangan yang tinggi dari suatu penyambungan atau

pemutus rangkaian ( sirkit ), dengan jalan mengalirkan arus denyut ( surge current

) ke tanah, serta membatasi berlangsungnya arus ikutan ( follow current ) serta

dapat mengembalikan keadaan semula tanpa menggangu sistem.

Gambar 2.3 Arrester 20 kV

2.3.7 Pengaman Lebur (Fuse Cut Out)

Pengaman lebur atau fuse cut out merupakan bagian pengaman dari

saluran dan peralatan dari adanya gangguan hubung singkat antar fasa. Fuse cut

out merupakan pengaman arus lebih yang cukup handal karena dapat bertahan

selam belasan maupun puluhan tahun tanpa perawatan.

Fungsi Pengaman lebur :

c) Tanggap terhadap arus lebih dari sistem/peralatan yang dilindunginya, yang

oleh karenanya melebur.

d) Memutus (memadamkan) arus lebih dan tahan terhadap perubahan tegangan

tegangan balik (transient recorvery voltage) yang timbul karena pemutusan

tersebut.

15

Page 16: BAB I

Gambar 2.4 Fuse Cut Out 20 kV

2.3.8 Panel / PHB / Casten

Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) dan kendali ialah suatu perlengkapan

atau peralatan listrik yang berfungsi sebagai pengendali, penghubung dan

pelindung serta membagi tenaga listrik dari sumber tenaga listrik seperti :

pembangkit, gardu induk, gardu distribusi dan transformer ke saluran pelayanan

atau pelanggan. Jika komponen-komponen dari PHB terlihat dari luar tanpa

perlindungan selungkup tertutup, maka PHB itu dari jenis terbuka, pembuatan lain

adalah PHB tertutup. Menurut ukuran dan bentuknya PHB di sebut lemari kotak

atau meja hubung bagi.

Ciri-ciri dan fungsi PHB :

a) Ciri-ciri PHB antara lain :

Selungkup dan kerangka biasanya terbuat dari besi.

Dapat berdiri sendiri pada lantai, pada dinding atau di pasang dalam

dinding.

b) Fungsi PHB antara lain :

Mengendalikan sirkuit dilakukan oleh saklar utama.

Melindungi sirkuit dilakukan oleh fase / pelebur

Membagi sirkuit dilakukan oleh pembagian jurusan / kelompok.

16

Page 17: BAB I

Menurut tegangan sumbernya, PHB dibedakan menjadi / sesuai dengan

tingkat tegangan sistemnya yaitu :

PHB Tegangan Rendah (TR)

PHB Tegangan Menengah (TM)

PHB Tegangan Tinggi (TT)

Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB TR)

Yang di maksud dengan PHB TR adalah perlengkapan hubung bagi yang

dipasang pada sisi TR atau sisi sekunder trafo sebuah gardu distribusi, baik gardu

beton, gardu kios, gardu portal maupun gardu cantol. Adapun PHB TR yang

banyak kita jumpai adalah PHB TR yang ada pada Gardu Trafo Tiang (GTT).

PHB TR yang terpasang pada Gardu Trafo Tiang (GTT) berbentuk lemari

besi yang di dalamnya terdapat komponen-komponen antara lain :

Kerangka / Rak Tr

Sakelar Utama

NH Fuse Utama

Rel Tembaga

Nh Fuse Jurusan

Isolator Penumpu Rel

Sirkuit Pengukuran

Alat Ukur Ampere Metter Dan Volt Metter

Trafo Arus (CT)

System Pembumian

PHB TR berfungsi sebagai penghubung dan pembagi atau pendistribusian

tenaga listik dari output trafo sisi tegangan rendah (TR) ke rel pembagi dan

diteruskan ke jaringan tegangan rendah (JTR) melalui kabel jurusan (opstyg

cable) yang diamankan oleh NH Fuse jurusan masing-masing. Berdasarkan

konstruksinya PHB TR dibedakan atas dua jenis, yaitu :

Jenis konstruksi PHB TR 2 jurusan

Jenis konstruksi PHB TR 4 jurusan.

17

Page 18: BAB I

2.4 Sistem Pentanahan Pada Pemasangan Trafo Distribusi Konstruksi

Portal

Yang dimaksud dengan pentanahan adalah suatu usaha untuk mengadakan

hubungan dengan tanah (bumi) menggunakan penghantar dan elektroda tanah.

Gambar 2.5

Sistem Pentanahan

Keterangan Gambar

1. Arrester.

2. Proteksi cut out fused

3. Trafo Distribusi

4. Sakelar beban tegangan rendah

5. PHB tegangan rendah

6. Sirkit keluar dilengkapi pengaman lebur (NH. Fuse).

18

Page 19: BAB I

Fungsi pentanahan :

Dalam pelaksanaannya pentanahan mengandung dua fungsi, yaitu :

a) Pentanahan sistem, yaitu pengadaan hubungan dengan tanah untuk suatu titik

penghantar arus dari suatu sistem. Pada umumnya titik tersebut adalah titik

netral dari mesin-mesin listrik arus putar berupa generator, transformator

tegangan tinggi.

b) Pentanahan peralatan sistem, berupa pengadaan hubungan dengan tanah untuk

suatu bagian-bagian atau bagian yang tidak membawa arus dari sistem.

Bagian-bagian ini adalah semua logam (metal) yang dekat dengan sistem yang

membawa arus, misalnya pelindung mekanis kabel, kerangka mesin listrik,

kerangka/kotak sekring dan sebagainya. Pentanahan jenis ini berfungsi sebagai

pengaman terhadap kemungkinan kebocoran arus dari suatu sistem.

c) Selain berfungsi sebagai pengaman terhadap kemungkinan kebocoran arus

dari suatu sistem instalasi, pentanahan juga merupakan pengaman terhadap

kemungkinan adanya sambaran petir. Yang perlu diamankan terhadap

kemungkinan sambaran petir adalah bangunan bertingkat, menara baja,

bangunan sarana umum dan sebagainya

Gambar. 2.6. Elektroda Tancap Benam

19

Page 20: BAB I

III. MATERI KERJA PRAKTEK

3.1 Gardu Trafo Distribusi Konstruksi Portal

Gardu Tiang portal, yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya/

penyangganya terbuat dari tiang. Dalam hal ini trafo distribusi terletak di bagian

atas tiang. Karena trafo distribusi terletak pada bagian atas tiang, maka gardu

tiang hanya dapat melayani daya listrik terbatas. Mengingat berat trafo yang

relatif tinggi, maka tidak mungkin menempatkan trafo berkapasitas besar di

bagian atas tiang (± 5 meter di atas tanah). Untuk gardu tiang dengan trafo satu

fasa kapasitas yang ada maksimum 50 KVA, sedang gardu tiang dengan trafo tiga

fasa kapasitas maksimum 160 KVA (200 KVA).

Gambar 3.1 memperlihatkan sebuah rangkaian gardu distribusi tiang tipe portal

lengkap dengan perlengkapan proteksinya dan panel distribusi tegangan rendah

yang terletak di bagian bawah tiang (tengah).

Gardu portal adalah gardu listrik tipe terbuka (outdoor) yang memakai

konstruksi tiang/menara kedudukan transformator minimal 3 meter diatas

platform.Umumnya memakai tiang beton ukuran tinggi 9 meter.

Perlengkapan peralatan terdiri atas :

Fuse cut out

Arrester lighting

Transformer 50 Kva

Satu lemari PHB tegangan rendah maksimal 4 jurusan

20

Page 21: BAB I

Gambar.3.1.

Gardu

Perlengkapan Jaringan Distribusi

Lemari PHB TR dipasang minimal 80 cm diatas permukaan tanah atau 1

meter pada daerah yang sering terkena banjir. Pada beberapa tempat gardu portal

juga dipasang trafo arus untuk pengukuran alat ukur pelanggan-pelanggan

tegangan rendah.

3.2 Perencanaan

3.2.1 Survei Tempat / Lokasi Pemasangan

Yang dimaksud dengan survei tempat atau lokasi pemasangan adalah

peninjauan langsung ke lokasi untuk menentukan tempat dimana berdirinya trafo

tersebut. Kriteria suatu lokasi sebagai titik berdirinya trafo distribusi adalah tidak

terlalu jauh dari pinggir jalan yang artinya lokasi dekat dengan sumber tegangan

menengah 20 KV dan tempat tidak terlalu berbatuan agar dalam proses pembuatan

fondasinya mudah. Selain itu kondisi tanah juga perlu diperhatikan untuk sebuah

nilai pentanahan yang nantinya bernilai baik atau tidak.

21

Page 22: BAB I

3.2.2 Alat Dan Bahan

a. Alat

Alat penggali ( dodos, skop, linggis )

1 set kunci pas ring

Tangga

Katrol

Tali

Takel

Tang pres

Alat perkakas

Alat keselamatan kerja ( helm pelindung, sabuk pengaman, sarung

tangan karet )

b. Bahan

Trafo 50 kva

Panel distribusi 2 group

2 tiang ( panjang 9 meter )

Travers

6 buah isolator tarik dan isolator tumpu

3 buah arrester

3 buah cut off (co)

Kawat penghantar

6 buah tap konector

3.2.3 Aspek Penting Pemasangan Jaringan Listrik

Dalam pekerjaan sebuah jaringan listrik harus memperhatikan beberapa

aspek penting baik secara teknis maupun non teknis, antara lain :

22

Page 23: BAB I

a. Aspek teknis

Menguasai teknik dan prosedur pengerjaan pemasangan gardu

distribusi

Menguasai fungsi dan cara penggunaan alat yang akan digunakan

dalam pengerjaan gardu distribusi.

Professional dan kreatif dalam memecahkan sebuah masalah mengenai

kendala-kendala yang ditemui dalam waktu pengerjaan

b. Aspek non teknis

Mampu bekerja sama dalam tim kerja

Mampu menganalisa dan merencanakan pengembangan gardu

distribusi kedepannya.

3.3 Persiapan Awal

Persiapan awal sebelum melaksanakan pekerjaan pemasangan gardu

distribusi antara lain :

a. Periksa kembali semua peralatan dan bahan yang akan digunakan pada saat

bekerja agar kita dapat mengetahui apakah peralatan dan bahan itu masih

dapat digunakan sebagaimana fungsinya, hal ini dimaksudkan agar pada saat

bekerja nanti tidak ada kendala-kendala yang ditemui dalam kegagalan

peralatan kerja.

b. Dalam menentukan hasil pekerjaan yang ingin dicapai atau diselesaikan, perlu

diketahui tingkat kesulitan dalam pengerjaan ini. hal ini akan berpengaruh

pada efisiensi tenaga dan juga waktu. Efisiensi ini di butuhkan dalam

memenuhi tuntutan konsumen bahwa pengerjaan yang diberikan kepada

kontraktor harus cepat namun tetap memperhitungkan keamanan kerja dan

gardu distribusi yang dikerjakan.

c. Utamakan keselamatan kerja dan juga pastikan kondisi keadaan tubuh harus

dalam keadaan fit atau tidak dalam keadaan sakit.23

Page 24: BAB I

3.4 Pemasangan Komponen

3.4.1 Pembuatan Lubang Atau Fondasi Tiang Trafo

Buat 2 lubang sedalam 1,70 meter dengan jarak antar tiang kurang

lebih 2 meter untuk kedudukan tiang dengan menggunakan alat

penggali seperti dodos karena lapisan tanahnya agak bercampur

dengan batuan. Pada waktu menggali harus membuat sudut kemiringan

pada sisi dimana posisi tiang akan ditanam, hal ini dilakukan akan

mempermudah dalam memasukan tiang kedalam lubang yang akan

digali.

Setelah memasukan tiang dan posisi tiang berdiri kokoh, lalu timbun

kembali lubang yang telah digali dengan batuan dan tanah yang telah

di sediakan atau yang ada di sekitarnya. Pastikan tiang berdiri dengan

tegak lurus, karena apabila posisi tiang tidak tegak lurus maka akan

mempengaruhi pada saat pemasangan travers.

3.4.2 Pemasangan Travers Dan Siku

Gamba 3.2 Posisi Travers Dan Siku Pada Tiang

24

Page 25: BAB I

Gunakan tangga untuk memanjat tiang, sampai diatas pakailah sabuk

pengaman agar kita dapat bekerja dengan bebas.

Naikkan travers-travers yang digunakan dengan menggunakan tali dan

di bantu oleh rekan kerja yang lain.

Pasangkan travers seperti pada gambar 3.2, di mulai dari pemasangan

travers untuk isolator sampai travers yang akhir yakni travers untuk

panel.

Gunakan behel untuk menahan travers yang di pasang dari muka tiang

dan masukkan behel kedalam lubang travers yang sudah di lubangi,

kemudian pasang baut lalu di kencangkan dengan menggunakan kunci

pas ring yang sudah di sediakan.

Pemasangan besi siku pada tiang berfungsi untuk menopang travers

agar saat penarikan kawat penghantar tidak terjadi kemiringan pada

travers.

Pertama-tama besi siku dirakit terlebih dahulu dibawah agar mudah

untuk proses pemasannganya di atas tiang nanti, setelah dirakit besi

siku di angkat dengan menggunakan bantuan tali, lalu tempelkan

lubang ujung besi siku pada lubang travers yang sudah tersedia pada

travers tersebut lalu masukkan baut penguat untuk menahan besi siku

tersebut lalu kencangkan dengan menggunakan kunci pas / ring.

25

Page 26: BAB I

3.4.3 Pemasangan Isolator

Untuk pemasangan isolator tumpu, terdapat enam buah isolator tumpu

yang siap untuk di pasang pada travers.

Proses pemasangan isolator tumpu pertama-tama mengangkat isolator

tersebut satu persatu dengan bantuan tali, setelah isolator tersebut

sampai di atas masukkan pen penahan isolator yang terdapat pada

isolator ke dalam lubang travers yang telah tersedia, setelah ke enam

isolator terpasang kencangkan ring yang ada pada pen isolator tersebut

dengan menggunakan kunci pas / ring.

Isolator tarik digunakan / dipasang untuk menarik kawat penghantar

AAAC 70 mm dari sumber tegangan 20 KV. Perbedaannya dengan

isolator tumpu adalah pemasangan isolator tarik hanya dapat dipasang

menggunakan dua buah travers dan posisinya tergantung pada travers.

Proses pemasangan isolator tarik adalah pertama kita terlebih dahulu

merakitnya di bawah, mulai dari merakit isolator dengn cross arm.

Setelah selesai merakitnya lalu angkat isolator tariknya menggunakan

tali lalu pasangkan pada lubang travers yang saling menempel lalu

kancing baut pada pen isolator tersebut dengan kuat juga

menggunakan kunci pas /ring.

Gambar 3.3

Pemasangan Isolator26

Page 27: BAB I

3.4.4 Pemasangan Trafo Distribusi

Langkah pertama adalah siapkan travers untuk duduk trafo tersebut

diletakkan dan juga travers untuk tempat gantungan katrol.

Langkah kedua adalah siapkan trafo pas di bawah travers lalu

gantungkan katrol pada travers yang telah di siapkan. Selanjutnya

mengangkat trafo ke atas tiang dengan bantuan takel, lalu setelah trafo

sampai di atas letakkan pada travers yang telah tersedia. Pasangkan

travers pada bawah trafo ukuran sesuai lebar trafo untuk selanjutnya di

kancingkan dengan travers pada tiang agar trafo dapat duduk dengan

kokoh.

27

Page 28: BAB I

Gambar 3.4 Pemasangan Trafo Distribusi

3.4.5 Pemasangan Gardu Distribusi

Untuk pemasangan gardu distribusi tinggi maksimal dari permukaan

tanah adalah 80 cm dari permukaan tanah. Pemasangannya adalah

sebagai berikut.

Langkah yang pertama adalah pemasangan travers untuk

menggantungkan gardu tersebut, di sini terdapat dua buah travers yang

akan digunakan pemasangan dengan jarak yang sudah ditentukan

sesuai ukuranya.

Proses pemasangan traversnya pertama-tama traversnya diangakat ke

atas lalu ujung-ujung travers disandarkan pada tiang yang sudah

berdiri lalu masukkan behel sebagai penahan travers tersebut lalu

mengancingnya hingga kokoh. Proses pemasangan traversnya sama

baik antara travers atas maupun bawah.

Langkah yang kedua adalah pemasangan atau menggantungkan gardu,

pertama-tama gardu tersebut disandarkan pada travers yang sudah

terpasang lalu masukkan baut pengancing yang ada pada gardu

tersebut di lubang travers yang telah dilubangi sesuai dengan ukuran

lalu kancing hingga kokoh.

28

Page 29: BAB I

Gambar 3.5. Pemasangan Gardu Distribusi

3.4.6 Pemasangan Arrester

Langkah pertama dalam pemasangan arrester adalah pemasangan

travers tempat arrester, pemasangannya sesuai dengan travers lainnya.

Langkah kedua adalah sebelum arrester dipasang, arrester tersebut

harus dirakit terlebih dahulu. Setelah selesai merakitnya, arrester

tersebut diangkat ke atas dengan menggunakan tali, ketiga arrester

satu per satu lalu digantungkan pada travers yang sudah terpasang

terlebih dahulu. Langkah berikutnya adalah masukkan klem yang ada

pada arrester pada travers yang sudah terpasang terlebih dahulu lalu

kencangkan baut penahan hingga kokoh.

3.4.7 Pemasangan Cut Out

Proses pemasangan cut out sama dengan proses untuk pemasangan

arrester. Langkah-langkah kerjanya juga sama.

29

Page 30: BAB I

Gamabar 3.6. Pemasangan Cut Out

3.4.8 Pemasangan Kawat Penghantar Pada Income Trafo

Langkah pertama adalah pergunakan takel untuk menarik kawat

penghantar dan kawat pertama dipasang pada saluran S,R,T.

Setelah terpasang pada isolator tarik maupun isolator tumpu, untuk

isolator tarik kencangkan baut klem isolator dengan menggunakan

kunci pas ring, dan untuk mengikat isolator tumpu menggunakan

kawat agar tidak terjatuh dari atau keluar dari dudukan isolator.

Setelah kawat terhubung dengan kuat pada isolator, lalu lepaskan takel

yang terpasang. Ujung kawat penghantar disambungkan langsung pada

input arrester dan di pararel dengan input cut out.

Output terminal ketiga arrester terpasang paralel satu sama lain dan

langsung dibumikan ke tanah sedangkan output cut out di sambung

langsung dengan kabel tanah yang mengarah ke sisi primer Trafo

kapasitas 50 KVA.

30

Page 31: BAB I

Gambarn 3.7. Pemasangan Kawat Income Trafo

3.4.9 Pemasangan Kawat Pada Income Gardu

Untuk proses pemasangan adalah menggunakan pipa paralon ukuran 3

inchi.

Langkah kedua adalah penyambungan kabel saluran tegangan rendah

pada sisi sekunder trafo, di sini terdapat empat terminal kabel yaitu

kabel fasa R, S, T dan Netral. Prosesnya langsung di sambungkan ke

input terminal gardu / panel yang melewati dalam pipa yang telah

disediakan.

Untuk pemasangan kabel ke saluran tegangan rendah untuk

konsumen/pelanggan pada gardu adalah ke-empat kabel tersebut di

sambung langsung pada terminal pada output gardu. Untuk proses

pemasangan pipa sama seperti pada pemasangan income gardu.

31

Page 32: BAB I

Gambar 3.8. Pemasangan Kawat Income Gardu

3.4.10 Pemasangan Kawat Tanah ( Pengaman Jaringan Distribusi )

Untuk pemasangan kawat tanah bahan yang digunakan adalah pipa

besi 5/8 mm dan kawat penghantar tembaga. Langkah pertama untuk

pemasangan dengan membuat lubang di sekitar tiang listrik kurang

lebih 50 cm lalu tancapkan elektroda ke dalam tanah.

Langkah yang kedua adalah penyambungan pada line arrester, untuk

penyambungannya ketiga arrester tersebut dengan membuka baut

penahan yang ada pada line arrester tersebut lalu kawat tembaganya

masukan kawat tesebut pada ketiga arrester satu per satu kemudian

kancingkan baut penahan yang ada pada line arrester hingga kokoh,

pemyambungannya secara paralel. Setelah penyambungan di arrester

lalu ujung dari kawat tersebut diikatkan pada elekroda yang sudah di

tancapkan ke dalam tanah.

Untuk pemasangan pentanahan pada trafo, kawat pentanahannya diikat

pada bagian bodi trafo yang khusus untuk pemasangan pentanahan.

Kalau untuk pemasangan pentanahan pada trafo langkah-langkah

kerjanya sama dengan proses pemasangan pentanahan pada jaringan

distribusi.

32

Page 33: BAB I

Pastikan semua sambungan dan pemasangan komponen jaringan

tertata dengan baik dan rapi sehingga tidak terjadi perbaikan jaringan

akibat kelalaian dalam pemasangan

Pada umumnya pengerjaan jaringan telah selesai sehingga saluran

primer dari pembangkit dapat dihidupkan, pada kondisi ini pihak PLN

yang berwenang melakukan penyambungan sakelar CO dengan

menggunakan stick sambung hingga trafo berdengung sebagai tanda

ketiga saluran primer telah ON dan trafo dapat di fungsikan.

IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Pemasangan gardu distribusi portal ini di peruntukan bagi konsumen-

konsumen listrik berdaya besar sperti, hotel,supermarket maupun ruko-

ruko dan perkantoran. Ini di karenakan agar konsumen-konsumen

seperti ini tidak menggunakan trafo yang sama dengan konsumen-

konsumen listrik berdaya kecil karena akan mengakibatkan sering

terjadinya drop tegangan.

2. Pemasangan gardu trafo distribusi konstruksi portal terdiri dari

beberapa tahap yaitu persiapan awal, survei lapangan, dan pemasangan

perlengkapan / komponen.

3. Hal-hal penting dalam pemasangan perlengkapan gardu trafo distribusi

konstruksi portal adalah lubang untuk fondasi tiang 1,70 meter,

pemasangan travers dan isolator, penarikan kawat penghantar

AAC3x70 mm, pemasangan siku, pemasangan tupang tarik dan tupang

33

Page 34: BAB I

tekan, trafo distribusi, gardu distribusi, arrester, cut out, kawat tanah

(arde) dan pengaman jaringan distribusi, serta kabel saluran tegangan

rendah.

4.2 Saran

1. Keselamatan dan kesehatan pekerja, haruslah di perhatikan dalam

suatu perusahaan. Untuk itu perlu adanya sarana dan prasarana yang

menunjang keselamatan kerja pegawai perusahaan khususnya di ruang

lingkup CV. SINAR TEKNIK.

2. Komponen-komponen / peralatan gardu trafo distribusi sebaiknya

menggunakan bahan-bahan yang berkualitas agar dapat tahan lama

sehingga menjadi kepuasan bagi konsumen.

3. Kepada pihak CV harus memperhatikan kawat penghantar pada saat

penarikan, jangan sampai kawat penghantar tersebut terlingkar karena

kawat tersebut mudah pecah dan akan mudah putus apabila sudah

dialiri arus dan juga akan mengurangi keandalan dari sistem jaringan

distribusi itu sendiri.

34

Page 35: BAB I

35