BAB 6- Metodologi Dan Pendekatan Teknis
-
Author
lutfiidris -
Category
Documents
-
view
165 -
download
12
Embed Size (px)
description
Transcript of BAB 6- Metodologi Dan Pendekatan Teknis
Usulan Teknis Perencanaan Pembangunan Kantor Bupati Kabupaten Halmahera Utara
Usulan Teknis Perencanaan Pembangunan Kantor Bupati Kabupaten Halmahera Utara
Usulan Teknis Perencanaan Pembangunan Kantor Bupati Kabupaten Halmahera Utara
BAB 6METHODOLOGI DAN PENDEKATAN TEKNIS6.1. UMUMPenerima tugas mengusulkan pendekatan dan metodologi yang komprehensif. Diharapkan hal ini akan menghasilkan desain teknis bangunan kantor yang dapat sebagai antisipasi kebutuhan wadah tempat masyarakat beraspirasi yang berada di wilayah/daerah kabupaten baru yang sedang atau mulai berkembang yang memiliki keterbatasan keadaan dalam pencapaian lahan, secara spesifik dapat dipertanggung jawabkan dan diandalkan baik secara teknis, fungsional, estetika maupun ekonomis.
Perencanaan dan perancangan yang diusulkan oleh penerima tugas memiliki beberapa pendekatan, yaitu berdasarkan kajian kebutuhan Kantor Kabupaten Halmahera Utara, adat kebiasaan dan pola kerja pengguna bangunan, kepentingan kenyamanan dan keamanan penggunaan bangunan serta kajian kriteria dan standar teknis mengingat lokasi yang cukup jauh dari kota sehingga pengadaan material harus menjadi perhatian utama. Hasil formulasi dari kajian komponen-komponen tersebut disusun menjadi menjadi acuan dan arahan dalam proses perencanaan bangunan gedung.
6.2. PENDEKATANTerdapat beberapa kriteria, ketentuan, dan standar teknis yang akan menjadi acuan sekaligus pendekatan bagi penerima tugas untuk mendesain, antara lain:
1. Persyaratan Tata Bangunan:
a. Persyaratan Peruntukan dan Intensitas Menjamin bangunan gedung didirikan pada lokasi yang sesuai dengan peruntukannya berdasarkan ketentuan tata ruang dan tata bangunan yang ditetapkan pada kawasan yang bersangkutan.
Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang mempunyai KDB dan KLB yang sesuai dengan ketentuan tata ruang dan tata bangunan yang ditetapkan pada kawasan yang bersangkutan.
Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang mempunyai GSB dan jarak bebas bangunan yang dapat menjamin keselamatan dan kesehatan bagi penghuni dan lingkungannya.
b. Persyaratan Arsitektur
Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang didirikan berdasarkan karakteristik lingkungan, ketentuan wujud bangunan dan budaya daerah sehingga seimbang serasi dan selaras dengan lingkungannya (fisik, sosial dan budaya).
Menjamin terwujudnya tata ruang hijau yang dapat memberikan keseimbangan dan keserasian bangunan terhadap lingkungannya.
c. Persyaratan dampak lingkungan
Menjamin bangunan gedung dibangun dan dimanfaatkan dengan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.d. Persyaratan Teknis dan Desain Plambing
Persyaratan Teknis dan Desain Plambing untuk Air Minum
Persyaratan Teknis dan Desain Plambing untuk Air Kotor
Persyaratan Teknis dan Desain Plambing untuk Kebakaran
2. Persyaratan Keandalan Bangunan
a. Persyaratan Keselamatan:
Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban yang timbul akibat perilaku alam dan manusia, termasuk gempa, angin, dan petir.
Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang mampu memproteksi secara pasif dan aktif terhadap bahaya kebakaran, seperti :
cukup waktu bagi penghuni melakukan evakuasi secara aman.
cukup waktu bagi pasukan pemadam kebakaran memasuki lokasi untuk memadamkan api.
dapat menghindari kerusakan pada properti lainnya.
b. Persyaratan Kesehatan:
Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang mempunyai sirkulasi udara yang mencukupi dan sehat bagi pemakai.
Menjamin terpenuhinya kebutuhan pencahayaan yang cukup dan sehat, baik alami maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan dalam bangunan gedung.
Menjamin tersedianya sarana sanitasi yang memadai dalam menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
Menjamin terwujudnya kebersihan kesehatan dan memberikan kenyamanan bagi pemakai bangunan dan lingkungan.
Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan sanitasi dengan baik
c. Persyaratan Kemudahan/ Aksesibilitas:
Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang mempunyai aksesibilitas horisontal dan vertikal yang efisien, nyaman, dan memadai yang dapat menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam gedung tersebut.
Menjamin tersedianya akses evakuasi bagi pemakai gedung/ kantor yang dalam keadaan darurat dapat menyelematkan diri apabila terjadi bencana kebakaran, gempa, atau bencana lainnya. Menjamin tersedianya aksesibilitas bagi penyandang cacat, apabila dalam gedung tersebut pemakai atau masyarakat yang dilayani penyandang cacat dan lanjut usia.
Menjamin tersedianya prasarana dan sarana bangunan gedung yang dapat menunjang terselenggaranya fungsi Kantor, termasuk pertandaan di dalam dan di luar bangunan.
d. Persyaratan Kenyamanan:
Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang mempunyai ruang gerak dan hubungan antar ruang yang efektif, efisien, nyaman, dan memadai yang dapat menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam Gedung perkantoran tersebut.
Menjamin tersedianya instalasi listrik secara cukup dan aman dalam menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup, baik alami maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
Menjamin terwujudnya suasana kerja yang nyaman dari gangguan suara dan getaran yang tidak diinginkan.
Kriteria Khusus:
Kriteria khusus dimaksudkan untuk memberikan syarat-syarat yang khusus, spesifik berkaitan dengan bangunan gedung kantor yang direncanakan, yang meliputi:
1. Bangunan Kantor yang direncanakan merupakan bagian dari kesatuan lingkungan yang ada di sekitarnya (fisik, alam dan sosial budaya) dalam rangka implementasi penataan bangunan dan lingkungan;
2. Bangunan Kantor yang direncanakan diharapkan mencerminkan identitas setempat pada wujud arsitektur bangunan tersebut;3. Bangunan Kantor yang direncanakan harus memenuhi standar perencanaan multi-storey building untuk perkantoran, antara lain meliputi : luasan ruang (tipe ruang/unit), volume ruang/unit, panjang bangunan maksimal yang disyaratkan, perencanaan ruang-ruang publik (bersama), dll.
4. Bangunan Kantor hendaknya fungsional dan efisien dalam pemanfaatan, pengelolaan dan pemeliharaannya.
5. Dapat meningkatkan citra Bangunan Kantor, layak huni, indah, produktif dan berjati diri.
6. Rancangan bangunan dapat berupa bangunan tunggal ataupun bangunan dengan massa banyak (lebih dari satu), lengkap dengan fasilitas pendukungnya.
7. Tipe Bangunan Bangunan Gedung dapat bervariasi sesuai usulan Perencana, yang diharapkan dapat dikelompokkan sesuai kegiatan kerja atau jasa pelayanan. dan zoning tingkat keramaian/ kebisingan jumlah masyrakat yang harus dilayani.Ketentuan-ketentuan lainnya
Selain kriteria diatas, berlaku pula beberapa ketentuan-ketentuan seperti, Standar, Pedoman dan peraturan yang berlaku, antara lain :
Kajian terhadap Studi/ Desain yang terkait
Selain kriteria di atas, terdapat pula beberapa desain yang terkait yang telah ada sebelumnya, antara lain misalnya kantor kantor pemerintah yang telah terbangun sebelumnya.
Dalam penyusunan pekerjaan, konsultan melakukan pendekatan dan metode berdasarkan pola pikir kegiatan dengan mengacu kepada kebijakan dan mikro).dan peraturan yang terkait (makro )6.3 METODOLOGI PEKERJAANAdapun tahap-tahap kegiatan Penyusunan Panduan untuk perencanaan, perancangan, penaksiran, pelaksanaan pembangunan serta pengelolaan bangunan gedung perkantoran meliputi :
1.PERSIAPAN
Koordinasi dan konsultasi internal/ eksternal
Dalam tahap persiapan, konsultan menyusun program kerja kegiatan secara keseluruhan, dengan melakukan konsolidasi dan koordinasi baik dalam internal tim tenaga ahli maupun dengan instansi terkait seperti Pemerintah Daerah setempat untuk mendapatkan pengarahan awal sebagai bahan langkah kerja di dalam menangani pekerjaan ini.
Konsultan juga akan memaparkan dan memberikan interpetasi terhadap tugas yang diberikan dan menentukan Sasaran atau Target Proyek Bangunan Kantor Kabupaten Halmahera Utara ini.
Pendataan Awal
Pada tahapan ini, konsultan akan menetapkan metode survey dan perangkat yang akan digunakan, yaitu berupa pengumpulan data primer maupun sekunder termasuk informasi yang dapat menunjang perancangan dengan melakukan survey lapangan dan menentukan delineasi batas-batas. Selain metode, konsultan juga menyusun instrumen analisis untuk melakukan kajian terhadap data-data yang telah terkumpul.
Konsultan juga melakukan persiapan terhadap kegiatan lain seperti administrasi proyek, penyiapan personil serta persiapan rencana kerja dalam sebuah kerangka jadwal kerja, sehingga setelah persiapan matang dapat dilakukan kegiatan studi lapangan dan literatur.
Adapun rincian kegiatan persiapan akan meliputi :
Interpretasi secara garis besar terhadap Kerangka Acuan Kerja
Koordinasi dengan pihak terkait
Konsolidasi Tim dan Review
Menyusun Jadwal (program kerja perencanaan)
Mengumpulkan data awal (penelitian, peraturan, dan lain-lain) dan informasi lapangan (termasuk penyelidikan tanah sederhana)
Penyusunan Metodologi
Penetapan lokasi kunjungan lapangan dan dokumentasi elektronik
konsep perencanaan
sketsa gagasan
dan konsultasi dengan pemerintah daerah setempat mengenai peraturan daerah/ perizinan bangunan.Pengadaan Lahan
Pengadaan lahan pada proyek ini ditentukan oleh Pemerintah Daerah setempat, disesuaikan dengan kriteria kebutuhan warga atau target kelompok masyarakat yang akan menggunakan bangunan ini.
2.STUDI LITERATUR
Kegiatan studi literatur sangatlah diperlukan untuk mendapatkan sumber data atau bahan didalam melakukan evaluasi terhadap produk Penyusunan Perencanaan konsep model-model bangunan gedung studi literatur/ studi terkait meliputi :
Studi tentang norma-norma, standar-standar, prosedur, peraturan dan lain-lain
Studi dari text book, dan teori-teorinya
Studi-studi yang berkaitan dengan bangunan gedung perkantoran pemerintah.
Contoh-contoh dan studi banding dari berbagai bangunan gedung kantor pemerintah di beberapa lokasi
Studi literatur yang dapat menjadi acuan untuk aspek teknissubstansial maupun kebijakan dan peraturan yang terkait dengan perencanaan, perancangan, persyaratan teknis, pelaksanaan pembangunan, dan pengawasan pembangunan diantaranya adalah sebagai berikut: Persyaratan Teknis Bangunan Gedung (KepMen PU No. 441/KPTS/1998)
Persyaratan Teknis Aksesibilitas pada Bangunan Gedung Umum dan Lingkungan (KepMen PU No. 468/KPTS/1998)
Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan (KepMeneg PU No. 1 0/KPTS/2000) Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan (KepMeneg PU No. 11 IKPTS/2000)
KepMen Kimpraswil No. 332/KPTSIM/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara
dan yang lainnya.
Pada tahap ini konsultan akan menggabungkan hasil-hasil studi literatur. Kemudian dari hasil studi tersebut di atas, konsultan melakukan pengelompokan data berdasarkan aspek-aspek:
Fungsional
Struktural
Arsitektural
Utilitas, ME dan SanitasiITEMPOINT YANG DIBAHASPOINT YANG DIHARAPKANSUMBER DATA/INFORMASI
FUNGSIKLASIFIKASI KRITERIA YANG DI DESAINKRITERIA TEKNIS
PROGRAM RUANG PROGRAM RUANG YANG DIBUTUHKANKRITERIA TEKNIS
KEBUTUHAN & FLEKSIBILITAS RUANGKEMUNGKINAN PENGEMBANGAN RUANGKRITERIA TEKNIS & PENGAMATAN/WAWANCARA
JARINGAN UTILITASUTILITAS TERPILIH LITERATUR & PENGAMATAN LAPANGAN
BENTUKARSITEKTUR LOKALKEMUNGKINAN MODIFIKASI DESAINLITERATUR
MODUL RUANG BANGUNANKEMUNGKINAN PELETAKAN MASSALITERATUR
KONDISI LAHANALTERENATIF JENIS BANGUNANKRITERIA TEKNIS
BIAYAPLAFON BIAYAPLAFON BIAYALITERATUR (Bappenas & ciptakarya/PU)
DLLDESAIN PROTOTIPACUAN/KOMPARASI DESAINDESAIN PROTOTIP
STRUKTURBAHAN BANGUNANALTERENATIF JENIS BANGUNANLITERATUR, KUNJUNGAN LAPANGAN, KRITERIA TEKNIS
ASPEK ALAM LAINNYA (SALINITAS)ALTERENATIF JENIS/STRUKTUR BANGUNAN LITERATUR & SURVEY LAPANGAN
DAYA DUKUNG/JENIS LAHANALTERENATIF JENIS BANGUNANLITERATUR & SURVEY LAPANGAN
3. SURVEY LOKASI
Melakukan survey dan kunjungan lapangan yang disertai oleh Pemerintah Daerah setempat untuk melakukan pengukuran dan penelitian tentang lokasi dan daya dukung tanah dengan tujuan untuk melihat lebih detail dan mendokumentasikan secara elektronik lokasi rumah susun yang akan dibangun. Kunjungan ini tak terlepas dari kontrol Pemerintah Daerah, agar dalam pembuatan rencana tapak bangunan, perkiraan biaya dan pengurusan perizinan, dan lain-lain tidak mengalami perbedaan data.
4.ANALISIS SINTESIS
Pada tahap ini konsultan melakukan analisis terhadap hasil kompilasi data dan merumuskannya dalam beberapa kategori sebagai berikut:
a. Tata Lingkungan Bangunan Gedung Kantor yang merupakan Identifikasi Masalah Perkotaan, mencakup bidang arsitektur kawasan dan bangunan, estetika, fungsional, ekonomis dan sosial kemasyarakatan
b. Penentuan Kriteria berdasarkan Kerangka Acuan Kerja Proyek
Tabel 6.1 Contoh Kriteria Perancangan:
ITEMUSULAN KRITERIA
1Arsitektur LokalKonsep HIBUALAMO Dapat diterapkan pada bentuik dasar/tapak bangunan berbentuk segi delapan
Modifikasi Ornamen LokalDapat diterapkan pada bagian:
atap
dinding
pintu , jendela,
kolom
2Sistem ModulPenggunaan sistem Grid
Menggunakan ukuran Grid dasar 60 cm dan variasinya. Penggunaan ukuran ini digunakan dalam ukuran horizontal dan vertical bangunan misalnya pada:
Penerapan pada modul kolom
Perletakan Masa & RuangPembagian margin dengan berupaya mengacu pada modul
3Penataan Masa & LingkunganPola peletakan penataan massa BangunanMemperhatikan pola kontur tapak (menentukan arah drainase dan desain perletakan masa)
Blok massa bangunanRuang terbuka berupa lapangan/ taman menjadi titik orientasi penataan bangunan
Ruang terbuka hijau pada tapakKDH minimum 30 % atau disesuaikan dengan peraturan daera setempat
Pola penataan vegetasiPenataan vegetasi berfungsi sebagai buffer terhadap polusi suara dan debu sekaligus sebagai terbuka
ITEMUSULAN KRITERIA
1Klasifikasi & ketentuan Klasifikasi bangunan negara kelas B (bangunan Tidak Sederhana) & non standard
2Program ruangJumlah dan Luas fungsi ruang penunjang merupakan Merupakan bangunan kantor
3Aspek ergonomiMemperhatikan fleksibilitas ruang
Memperhatikan Persyaratan ruang
Bukaan
Aksesibilitas
Bahan bangunan seperti plafon tidak mengandung asbes
Warna ruang harus terang
Memperhatikan Persyaratan Furniture dan penataannya
ITEMUSULAN KRITERIA
1Aspek Sistem TeknologisMenggunakan struktur konvensional berupa sistem rangka kaku (rigid frame)
2Sistem modul Pada Struktur
3PondasiPenggunaan pondasi tiang pancang
4 Bahan bangunan (kolom & balok)sebaiknya dipakai struktur beton bertulang (K225) .
5Rangka atapRangka baja
6Kemiringan atapAtap metal minimum 3
ITEMUSULAN KRITERIA
1Aspek UtilitasSarana dan Prasarana (utilitas) mengacu pada buku biru (spesifikasi teknis gedung negara)
2Aspek Keamanan & Kenyamanan Luas bukaan minimal 20% dari luas dinding
Pemakaian warna cerah untuk dinding bagian dalam
Pemakaian warna yang menyolok pada elemen aksesibilitas (railing)
Perlunya sistem ventilasi silang pada setiap unit
Aspek sirkulasi Lebar selasar minimal 2 m
Lebar tangga utama minimal 1,2 m
Lebar tangga sekunder minimal 1,2 m
Tinggi railing selasar 1 m
Penggunaan ramp pada lantai dasar
Perlu memikirkan kemungkinan ramp pada lantai berkutnya
3Aspek PsikologisSeyogyanya terdapat pemasangan elemen dekoratif yang berhubungan dengan kebersamaan/ simbol area setempat
5. FORMULASI KONSEP PERANCANGAN
Formulasi Konsep Perancangan yang didapatkan dari hasil analisis dan temuan berupa:
a. Pemahaman umum;
melingkupi kepadatan lahan, peraturan-peraturan daerah yang berlaku, norma-norma sosial yang ada, standar-standar dan time frame.
b. Tata Lingkungan;
melingkupi aspek-aspek perencanaan kawasan, yaitu :
Bentuk Arsitektur
Dengan pertimbangan kemudahan dalam perancangan maka tatanan masa dengan memakai sistem modul dan konsep HIBUALAMO yaitu bentuk dasar segi Delapan.Penataan Horisontal (site plan)
Dari penjelasan Model penataan masa maka dengan mudah dapat ditentukan suatu tatanan lengkap pada suatu tapak degan tetap memperhatikan zonasi dari program ruang , orientasi orientasi terhadap matahari, lingkungan sekitar tapak , rencana pentahapan.
Selain dari hal hal diatas juga perlu diperhatikan jarak antara dua masa bangunan , selain mengikuti peraturan daerah setempat maka jarak paling dekat adalah 3 meter antara dua bidang massif, sedangkan untuk bidang berjendela paling dekat 9 meter dengan pertimbangan kondisi pencahayaan dan udara .
Kemungkinan Pentahapan dan Penambahan
Kemungkinan pentahapan bangunan baik secara horizontal maupun vertical dengan memakai suatu model pada bentukan masa dan sistem yang dapat menyatukan satu masa dengan masa lainnya. Perlu diperhatikan sistem penyatuan dua masa seperti sistem siar dilatasi .
a. Konsep Bangunan
Zona dan Program Ruang
Pada Pembahasan sebelumnya penerima tugas telah menguraikan bahwa zonasi ruang pada tapak tergantung dari aksesibilitas pada tapak ,dan program kegiatan.Zona secara umum ditetapkan sebagai berikut:
Zona untuk Daerah Publik,
Zona untuk Daerah Privat,
Zona untuk Daerah Servis,
Zona Halaman Terbuka sebagai space pengikat atau pusat orientasi dan sarana penunjang: parkir dan lain-lain.
b. Struktur Bangunan
Telah ditetapkan struktur pada bangunan adalah beton bertulang dan baja .
Penggunaan struktur Beton Bertulang untuk bangunan 2(dua) lantai harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
Minimal mempunyai kekuatan K250 .
Untuk struktur seperti kolom, dimensi dan penempatannya harus diperhatikan yaitu diusahakan rata dalam sehingga ruang sisal bisa clean .
Balok balok terutama pada ruang tangga harus diperhatikan jangan terjadi penebalan yang dapat mengakibatkan penumpukan debu.
Pelat lantai dapat menggunakan sistem pelat balok anak biasa.
Pembagian grid kolom diusahakan mengacu kepada sistem modul yang sudah ditetapkan sehingga memudahkan dalam pembagian bukaan bukaan Jendela dan memudahkan pengembangan layout ruang dalam perencanaannya. Penggunaan baja merupakan alternatif pada pekerjaan atap untuk efisiensi dan waktu pelaksanaan yang lebih cepat.c. Bahan Bangunan
Bahan bangunan yang digunakan sesuai dengan standar buku biru yang berlaku tetapi khusus pada bangunan gedung perlu diperhatikan hal hal sebagai berikut:
Bahan penutup lantai yang umum dipakai adalah keramik, tetapi keramik mempunyai kelemahan yaitu bila sistem pemasangannya tidak baik maka ada kecenderungan melendut dan pecah
Pada tangga yaitu pada injakan perlu adanya karet atau keramik anti slip untuk keamanan pemakai gedung dan penyandang cacat.
Bahan daun pintu lebih baik digunakan panil kayu .
Penggunaan plin dirasa perlu demi menjaga kebersihan pada dinding bagian bawah.
Plafon menggunakan bahan yang mudah dalam perawatan
d. Utilitas Bangunan
Secara umum utilitas yang perlu diperhatikan adalah :
Terpenuhinya kebutuhan air bersih di KM/ WC.
Water Tank diletakkan pada zona servis dan tertutup, daya tampung tangki harus dperhitungkan untuk cadangan hydrant pemadam kebakaran.
Saluran saluran talang harus ditempatkan pada lokasi yang baik dan tidak terekspos dan tidak mudah untuk dijangkau .
e. Bentuk Arsitektur
Bentuk dari Bangunan Gedung dengan menerapkan model penataan masa maka secara keseluruhan bentuk akan mengikuti kebutuhan akan ruang pada tapak.
f. Sketsa Gagasan
Dalam mengolah Formulasi Konsep Perancangan, konsultan harus memperhatikan atau melibatkan masukan/pendapat stakeholder dengan memperhatikan asas-asas sebagai berikut:
a. Bentuk dasar bangunan meng akomodasi konsep HIBUALAMO bentuk segi delapan.
b. Bangunan Gedung Kantor hendaknya fungsional, efisien, menarik tetapi tidak berlebihan.
c. Kreatifitas desain hendaknya tidak ditekankan kepada kemewahan material, tetapi pada kemampuan mengadakan sublimasi antara fungsi teknik dan fungsi sosial bangunan.
d. Dengan batasan tidak mengganggu produktifitas kerja, biaya investasi dan pemeliharaan bangunan sepanjang umumya, hendaknya biaya diusahakan serendah mungkin.
e. Desain bangunan hendaknya dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat dilaksanakan dalain waktu yang pendek dan dapat dimanfaatkan secepatnya.
f. Bangunan gedung Pemerintah hendaknya mendukung peningkatkan kualitas lingkungan di sekitarnya.
g. Disamping fungsional, dalam keterbatasan luas ruang dalam, tata ruang dalam hendaknya mempertimbangkan tata perletakan bukaan, dan tata letak perabot yang efisien.
6. PRA RENCANA
Tahap Penyusunan Pra Rencana, berisi tentang pengejewantahan konsep perancangan ke bentuk rencana tapak, rencana fungsi bangunan, rencana arsitektur, rencana struktur, rencana utilitas.7. PENGEMBANGAN DESAIN
Pada tahapan ini, setelah melakukan beberapa pembahasan desain, koordinasi teknis dan non teknis serta konsolidasi dengan pihak pemberi tugas, berdasarkan masukan-masukan dan opini forum maka konsultan akan melakukan pengembangan pada desain yang tujuannya adalah penyempurnaan terhadap rancangan , agar secara kebutuhan dan kelayakan tepat serta diharapkan akan berimplikasi pada kesesuaian antara rancangan dengan kebutuhan fungsi serta karakteristik lokal.
8. PENYUSUNAN DOKUMEN LELANG
Konsultan bertugas membantu Panitia Lelang dalam menyusun program pelaksanaan pelelangan dengan memberikan penjelasan syarat-syarat teknis pelaksanaan dalam Rapat Pemberian Penjelasan (Aanwijzing) secara jelas dan membantu Panitia Lelang dalam mengevaluasi SPH (Surat Penawaran Harga) pemborong.
9. PENGAWASAN BERKALA
Untuk kegiatan Pengawasan Berkala, berdasarkan KAK jadwal kegiatan konsultan hanya 6 bulan. Maka kegiatan pengawasan berkala yang akan dimulai pada bulan ke 7, konsultan juga akan melakukan diskusi berkala dengan pihak terkait dalam rangka memberikan saran/petunjuk dalam penyelesaian permasalan desain di lapangan.
VI-1
PAGE VI - 16