Bab. 6 'Management Control System' Sistem ian Manajemen

26
Tujuan Penentuan Harga Transfer TAMPILAN 6.1 Transfer produk Antarpusat-pusat laba Bab 6 Penentuan Harga Tansfer Pemikiran organisasi modern berorientasi kepadadesentralisasi. Salahsatutantangan utama dalam mengoperasikan sistem yang terdesentralisasi adalah merancangsuatu metode akuntansi yang memuaskan untuk transfer barang dan jasa dari satu ke pusat laba yang lain dalam perusahaan yang memiliki transaksi sepert jumlah yang cukup signifikan. Pada bab ini akan dibahas mengenai berbagai dalam penentuan harga transfer (transfer pricing) untuk transaksi antar pusat laba system negosiasi dan arbitrase yang sangat penting ketika harga tra Kemudian akan dibahas penentuan harga jasa yang diberikan oleh unit-unit staf korporat kepusat laba. Penentuan harga transfer Internasioanl akan dibahas pada Bab 1 Jika dua atau lebih pudat laba bertanggung jawab bersama ataspengembangan, pembuatan, dan pemasaran suatu produk, maka masing-masing harus membagi pend yang dihasilkan ketika produk tersebut terjual. Hartga transfer meru untuk mendistribusikan pendapatan ini. Harga transfer harus dirancang sehingga dapat mencapai tujuan berikut ini: Memberikan informasi yang relevan kepada masing-masing uni usaha untuk menentukan tibal balik yang optimum antara bia dan pendapatan perusahaan . Menghasilkan keputusan yang selarasdengan cita-cita maksudnya, system harus dirancang sedemikian rupa se keputusan yang meningkatkan laba unitusaha juga akan meningkatkan laba perusahaan. Membantu pengukuran kinerjaekonomi dari unit usaha individual. Sistem tersebut harus mudah demengerti dan dikelolah. Merancang system penentuan harga transfer merupakan topic ku pengendalian manajemen bagi sebagian besar perusahaan; seperti ditunjukkan. Survei Govindarajan

Transcript of Bab. 6 'Management Control System' Sistem ian Manajemen

Bab 6Penentuan Harga TansferPemikiran organisasi modern berorientasi kepada desentralisasi. Salah satu tantangan utama dalam mengoperasikan sistem yang terdesentralisasi adalah merancang suatu metode akuntansi yang memuaskan untuk transfer barang dan jasa dari pusat laba yang satu ke pusat laba yang lain dalam perusahaan yang memiliki transaksi seperti ini dalam jumlah yang cukup signifikan. Pada bab ini akan dibahas mengenai berbagai pendekatan dalam penentuan harga transfer (transfer pricing) untuk transaksi antar pusat laba dan system negosiasi dan arbitrase yang sangat penting ketika harga transfer digunakan. Kemudian akan dibahas penentuan harga jasa yang diberikan oleh unit-unit staf korporat kepusat laba. Penentuan harga transfer Internasioanl akan dibahas pada Bab 15.

Jika dua atau lebih pudat laba bertanggung jawab bersama atas pengembangan, TujuanPenentuan Harga pembuatan, dan pemasaran suatu produk, maka masing-masing harus membagi pendapatan Transfer

yang dihasilkan ketika produk tersebut terjual. Hartga transfer merupakan mekanisme untuk mendistribusikan pendapatan ini. Harga transfer harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencapai tujuan berikut ini: Memberikan informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk menentukan tibal balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan. Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita maksudnya, system harus dirancang sedemikian rupa sehingga keputusan yang meningkatkan laba unit usaha juga akan meningkatkan laba perusahaan. Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual. Sistem tersebut harus mudah demengerti dan dikelolah.

Merancang system penentuan harga transfer merupakan topic kunci pengendalian manajemen bagi sebagian besar perusahaan; seperti yang ditunjukkan.TAMPILAN 6.1 Transfer produk Antarpusat-pusat laba

Survei Govindarajan

Jumlah responden yang digunakan

638

Perusahaan-perusahaan yang memiliki dua pusat laba atau lebih 593(93%) Dari perusahaan-perusahaan dengan dua pusatlaba ataulebih, perusahaan-perusahaan yangmelakukan transfer produk antarpusat laba. 470(79%) Sumber Vijay Govindarajan, Profit Center Measurement :AnEmpirical Survey,The Amos Truck School Of business Administration, Dartmouth Collage, 1994, hal.2

Pada Tampilan 6.1, 79% dari perusahaan Fortune 1.000 melakukan transfer produk antarpusat lava

Metode Penentuan Harga Transfer

Beberapa penulis menggunakan istilah harga transfer untuk mengacu pada jumlah yang digunakan dalam akuntansi untuk semua transfer barang dan jasa antarpusat tanggung jawab. Buku ini menggunakan definisi yang lebih sempit dan membatasi istilah harga transfer pada nilai yang diberikan atas suatu transfer barang atau jasa dalam suatu transaksi dimana setidaknya salah satu dari kedua pihak yang terlibat adalah pusat laba. Harga semacam itu biasanya melibatkan suatu elemen laba karena suatu perusahaan yang independen lain sebesar biaya produksi atau lebih rendah dari itu. Oleh karena itu, unsure mekanik untuk mengalokasikan biaya dalam system akuntansi biaya akan dikeluarkan, karena biaya-biaya semacam ini tidak memasukkan elemen laba. Istilah harga yang digunakan disini memiliki arti yang sama dengan yang digunakan berkaitan dengan transaksi

antarperusahaan independen.

Prinsip Dasar Masalah penentuan harga transfer sebenarnya merupakian penentuan harga pada umumnya, dengan sedikit modifikasi untuk

mempertimbangkan faktor-faktor tertentu yang unik dalam transaksi internal. Prinsip dasarnya adalah bahwa harga transfer sebaiknya serupa dengan harga yang akan dikenakan seandainya produk tersebut dijual ke konsumen luar atau dibelih dari pemasok luar. Melaksanakan

prinsip ini merupakan hal yang sulit karena adanya fakta bahwa terdapat banyak pertentangan dalam literature mengenai bagaimana harga jual ke pihak luar ditentukan. Literatur ekonomi klasik

menyatakan bahwa harga jual sebaiknya sama dengan biaya marginal, dan beberapa penulis menyarankan harga transfer berdasarkan biaya marginal. Hal ini tidak realities beberapa perusahaan menjalankan

kebijakan semacam itu dalam menentukan baik harga jual atau harga transfer. Ketika suatu pusat laba disuatu perusahaan membeli produk dari, dan menjual ke satu sama lain, maka dua keputusan yang harus diambil untuk setiap produk adalah : 1. Apakah perusahaan harus memproduksi sendiri produk tersebut atau membelinya dari pemasok luar? Hal ini merupakan keputusan sourcing 2. Jika diproduksi secara internal, pada tingkat harga berapakah

produk tersebut akan ditransfer antarpusat laba? Hal ini merupakan keputusan harga transfer. Contoh. CSX Corporation merupakan perusahaan induk terbesar dalam bidang kereta api dan armada laut. Dua pertiga pendapatan CSX diperolah dari bidang kereta api. CSX membagi kegiatan jalur relnya menjadi tiga pusat laba peralatan (gerbong pengangkut), transportasi kereta api (operasi kereta api, perawatan wilayah, jalur, dan lokomotif), jasa distribusi (penjualan dan pemasaran). Sebelumnya, harga transfer yang berlaku antar pusat laba adalah harga pasar yang telah dinegosiasikan berdasarkan transaksi

langsung. Logika dalam melakukan reorganisasi adalah untuk memindahkan pusat kegiatan dari departemen operasi yang

menjalankan operasi jalur rel secara tradisional, kebagian penjualan dan pemasaran. Jika cara yang paling efisien dalam memindahkan lalu lintas dari titik X ke titik Y adalah menggunakan truk atau kapal, maka lalu lintas itu dijalankan oleh truk atau kapal, meskipun biasanya dilakukan oleh kereta api. Faktanya, sejak system pusat laba dan harga transfer mulai diberlakukan, sebagian besar operasi lalau lintas yang baru telah diambil oleh armada laut selain yang dimiliki oleh CSX. Sistem harga transfer dapat bervariasi dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit, tergantung dari sifat usahanya. Pembahasan

dimulai dengan situasi ideal, kemudian baru melangkah kesituasi yang lebih sulit. Situasi Ideal. Harga transfer berdasarkan harga pasar akan menghasilkan keselarasan cita-cita jika kondisi-kondisi di bawah ini ada. Dalam praktiknya, kondisi-kondisi tersebut sangat jarang ada. Oleh karena itu, daftar tersebut tidak menetapkan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi untuk memiliki harga transfer. Melainkan, daftar tersebut menyarankan suatu cara untuk memandang suatu situasi, guna melihat perubahanperubahan apa yang sebaiknya dilakukan untuk memperbaiki operasi mekanisme harga transfer. Orang-orang yang Kompeten Idealnya, para menajer harus memperhatikan kinerja jangka panjang dari pusat tanggung jawab mereka, sama seperti kinerja jangka pendeknya. Staf yang terlibat dalam negosiasi dan arbitrase harga transfer juga harus kompeten. Atmosfir yang Baik Para manajer harus menjadikan profitabilitas, sebagaimana diukur dalam laporan laba rugi mereka, sebagai cita-cita yang penting dan pertimbangan yang signifikan dalam penilaian kinerja mereka. Mereka juga harus memandang bahwa harga transfer tersebut adil.

Harga Pasar Harga transfer yang ideal adalah yang berdasarkan harga pasar normal dan mapan dari produk identik yang sedang ditransfer maksudnya, harga pasar mencerminkan kondisi yang sama (kuantitas, waktu pengiriman, dan kualitas) dengan produk yang dikenakan harga transfer. Harga pasar tersebut dapat diturunkan untuk mencerminkan penghematan dari penjualan di dalam perusahaan. Sebagi contoh, tidak akan ada beban piutang tak tertagih (bad debt expense),serta biaya iklan dan penjualan akan lebih kecil ketika produk tersebut ditransfer dari satu unit bisnis ke unit bisnis yang lain yang ada di dalam perusahaan. Meskipun kurang ideal, harga pasar dari produk yang serupa, tetapi

tidak identik, adalah lebih baik daripada tidak ada harga pasar sama sekali.

Kebebasan Memperoleh Sumber Daya Alternatif dalam memperoleh sumber daya haruslah ada, dan para manajer sebaiknya diizinkan untuk memilih alternative yang paling baik untuk mereka. Manajer pembelian harus bebas untuk membelih dari pihak luar, dan manajer penjualan harus bebas untuk menjual ke pihak luar. Dalam keadaan seperti ini, kebijakan harga transfer tersebut akan memberikan hak kepada setiap manajer pusat laba untuk berurusan baik dengan pihak di dalam maupun diluar perusahaan sesuai dengan penilaian mereka masing-masing. Kemudian pasar akan membentuk suatu harga transfer. Keputusan untuk berurusan dengan pihak di dalam atau di luar perusahaan juga dibuat oleh pasar. Jika pembeli tidak mendapatkan harga yang memuaskan dari sumber di dalam perusahaan, mereka bebas untuk membeli dari luar. Metode tersebut merupakan metode yang optimal jika pusat laba penjualan dapat menjual seluruh produknya baik di dalam maupun luar perusahaan dan jika pusat laba pembelian juga mendapatkan bahan bakunya baik dari dalam maupun dari luar perusahaan. Harga pasar tersebut mencerminkan biaya kesempatan bagi penjual akibat menjual produknya ke dalam perusahaan. Hal ini disebabkan karena jika produk tersebut tidak dijual ke dalam perusahaan, maka produk tersebut akan dijual ke luar perusahaan . Dengan demikian, dari sudut pandang perusahaan, biaya yang relevan untuk produk tersebut adalah harga pasarnya karena ini merupakan jumlah kas yang dikorbankan akibat menjual ke pihak dalam perusahaan. Harga transfer tersebut mencerminkan biaya kesempatan bagi perusahaan.

Informasi Penuh Para manajer harus mengetahui semua alternative yang ada, serta biaya pendapatan yang relevan dari masing-masing alternative.

Negosiasi Harus ada mekanisme kerja yang berjalan lancer melakukan negosiasi kontrak antar unit usaha. Jika semua kondisi di atas dipenuhi, maka system harga transfer berdasarkan harga pasar dapat menghasilkan keselarasan cita-cita, dan tidak membutuhkan administrasi pusat. Pada subbagian berikutnya, akan dilihat situasi-situasi di mana tidak semua kondisi tersebut ada.

Hambatan-hambatan dalam Perolehan Sumber Daya Idealnya, seorang manajer pembelian bebas untuk mengambil keputusan mengenai perolehan sumber daya. Demikian halnya manajer penjualan, harus bebas untuk menjual produknya ke pasar yang paling menguntungkan. Meskipun demikian, dalam kehidupan nyata,

kebebasan dalam perolehan sumber

daya tidak selalu mungkin

dilakukan atau, jika hal itu mungkin, dibatasi oleh kebijakan-kebijakan korporat. Sekarang akan dipertimbangkan situasi dimana manajer pusat laba tidak memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan tersebut dan akibat-akibat yang terjadi dengan adanya hambatan

dalamperolehan sumber daya pada kebijakan harga transfer yang ada.

Pasar yang Terbatas Dalam banyak perusahaan, pasar bagi pusat laba penjualan atau pembeli dapat saja sangat terbatas. Ada beberapa alasan akan hal ini. Pertama, keberadaan kapasitas internalmungkin membatasi

pengembangan penjualan eksternal. Jika hamper semua perusahaan besar dalam suatu industri sangat teritegrasi, seperti pulp dan kertas, maka ada kecenderungan sedikitnya kapasitas produksi yang

independen untuk produk-produk menengah. Dengan demikian, para produsen tersebut hanya mampu menangani jumlah yang terbatas saja dari permintaan produsen lain. Ketika kapasitas internal menjadi ketat, pasar akan dengan cepat dibanjiri oleh permintaan akan produk menengah. Meskipun kapasitas eksternal ada, namun kapasitas tersebut mungkin tidak tersedia bagi perusahaan terintergrasi tersebut tidak

membeli produk secara regular,maka perusahaan tersebut mengalami kesulitan dalam mendapatkannya dariluar ketika kapasitas terbatas. Kedua, jika suatu perusahaan merupakanprodusen tunggal dari produk yang terdeferensiasi, tidak ada sumber daya dari luar. Ketiga, jika suatu perusahaan telah melakukan investasi yang besar, mak perusahaan cenderung tidak akan menggunakan sumber daya dari luar kecuali kecuali harga jual diluar mendekati biaya variable perusahaan, dimana hal ini jarang sekali terjadi. Untuk tujuan-tujuan praktis, produk yang diproduksi adalah menarik. Perusahaan minyak terintegrasi merupakan contoh yang baik akan hal ini. Unit produksi mungkin harus mengirimkan minyak mentah ke unit penyulingan, meskipun jika unit produksi dapat secara potensial menjual minyak mentah tersebut ke pasar bebas.

Bahkan dalam kasus pasar terbatas harga transfer yang paling memenuhi persyaratan system pusat laba adalah harga kompetitif. Harga komptetif mengukur kontribusi dari setiap pusat laba terahadap laba perusahaan minyak terintegrasi, penggunaan harga pasar minyak mentah merupakan cara yang paling efektif untuk mengevaluasi unit ekstraksi dan penyulingan seperti layaknya jika unit unit tersebut merupakan unit usaha yang berdiri sendiri. Jika kapasitas internal tidak tersedia, maka perusahaan akan membeli dari luar pada tingkat harga kompetitif. Selisih antara harga kompetitif dan biaya perusahaan ( inside cost ) sama dengan jumlah penghematan dari memproduksi sendiri dan bukan membeli. Lebih lanjut lagi, harga kompetitif mengukur bagaimana kinerja suatu pusat laba dalam menghadapi pesaingnya. Bagaimana suatu perusahaan dapat mengetahui tingkat harga kompetitif jika perusahaan tersebut tidak membeli atau menjual produknya kepasar bebas ? inilah beberapa cara : 1. Jika ada harga pasar yang ditekan , maka harga tersebut dapat digunakan untuk menentukan harga transfer. Tetapi, terbitan tersebut harus merupakan harga yang benar benar yang dibayarkan di pasar bebas, dan kondisi yang ada di pasar bebas harus konsisten dengan kondisi yang ada dalam perusahaan. Sebagai contoh, harga pasar untuk pembelian yang relatif sedikit (misalnya, pasar spot) tidak dapat digunakan untuk mengukur suatu komitmen jangka panjang.

2. Harga pasar mungkin ditentukan berdasarkan penawaran (bid). Hal ini umumnya dpat dilakukan hanya jika penawar terendah masih memiliki peluang untuk memenangkan bisnis tersebut. Suatu perusahaan melakukan hal ini dengan membeli kira kira separuh dari kelompok produk tertentu diluar dan separuh lagi didalam perusahaan. Perusahaan tersebut menawarkan seluruh produk tetapi memilih separuh yang tetap tidak dijual. Perusahaan tersebut mendapatkan penawaran yang sah karena penawar rendah, maka perusahaan tersebut akan segera menemukan bahwa tidak aka nada tawaran atau tawaran tersebut memiliki nilai yang dipertanyakan. 3. Jika pusat laba produksi menjual produk yang serupa dipasar bebas, maka pusat laba tersebut sering kali meniru harga kompetitif berdasarkan harga diluar. Sebagai contoh, jika suatu pusat laba produksi biasanya memperoleh laba 10 persen dari biaya standar produk yang dijual kepada pasar luar, maka pusat laba tersebut dapat meniru harga kompetitif dengan menambahkan 10 persen ke biaya standar untuk produk produk eksklusif. 4. Jika pusat laba pembelian membeli produk yang serupa dari pasar luar / bebas maka pusat lana tersebut dapat meniru harga kompetitif untuk produk produk eksklusifnya. Hal ini dapt dilakukan dengan cara menghitung biaya dari perbedaan dalam desain dan kondisi penjualan lain antara produk kompetitif dan produk eksklusif. Kelebihan atau Kekurangan Kapasitas Industri Misalnya jika pusat penjualan tidak dapat menjual seluruh produk kepasar bebas dengan kata lain, pusat laba tersebut memiliki kapasitas yang berlebih. Perusahaan mungkin tidak akan mengoptimalkan labanya jika pusat laba pembelian membeli produk dari pemasok luar sementara kapasitas produksi didalam masih memadai. Sebaliknya, andaikan jika pusat laba pembelian tidak dapat memperoleh produk yang diperlukan dari luar sementara pusat laba penjualan menjual produknya ke pihak luar. Situasi tersebut terjadi ketika terdapat kekurangan kapasitas produksi di dalam industry. Dalam kasus ini, output dari pusat laba pembelian terhalang dan kembali, laba perusahaan tidak dapat optimal. Jika jumlah transfer dalam perusahaan adala kecil atau jika situasi tersebut bersifat sementara, banyak perusahaan membiarkan para pembeli dan penjual untuk saling bekerja sama tanpa campur tangan kantor pusat. Bahkan jika jumlah transfer dalam perusahaan

yang cukup besar, beberapa manajemen senior tetap tidak ikut campur berdasarkan teori yang menyatakan bahwa manfaat dari menjaga agar pusat laba tetap independen akan menutupi kerugian dan melakukan suboptimasi atas laba perusahaan. Beberapa perusahaan memberikan wewenang kepada pusat laba pembelian atau penjualan untuk menyerahkan keputusan perolehan sumber daya ke satu orang atau komite yang terpusat. Sebagai contoh, suatu pusat laba penjualan dapat mengajukan banding atas keputusan pusat laba pembelian untuk membeli produk dari luar ketika kapasitas didalam masih memadai. Dengan cara yang sama, pusat laba pembelian dapat mengajukan banding atas keputusan perolehan sumber dayamya. Pusat laba tersebut harus dapat menerima produk pada tingkat harga kompetitif. Yang harus diperhatikan dalam kasus ini adalah : dengan adanya pilihan tersebut, pusat laba pembelian dibeberapa perusahaan akan lebih memilih untuk berurusan dengan pihak luar perusahaam. Salah satu alasannya adalah anggapan bahwa pihak luar memberikan pelayanan yang lebih baik. Alasan lain adalah persaingan internal yang terkadang muncul dalam perusahaan yang divisional. Untuk alasan apapun pihak manajemen haru hati hati terhadap intrik intrik politik dalam negoisasi penentuan harga transfer. Tidak ada jaminan bahwa suatu pusat laba akan secara sukarela membeli dari sumber di dalam perusahaan ketika terjadi kelebihan kapasitas. Singkatnya, meskipun ada hambatan dalam perolehan sumber daya, harga pasar tetap merupakan harga transfer yang baik. Jika harga pasar tersedia atau dapat diperkirakan maka gunakanlah itu. Meskipun demikian, jika tidak ada cara untuk memperkirakan harga kompetitif, pilihan lainnya adalah mengembangkan harga transfer berdasarkan biaya ( cost-based transfe price). Hal tersebut akan dibahas pada bagian berikutnya. Dalam menentukan harga transfer, perusahaan biasanya mengeliminasi unsur iklan, pendanaan, atau pengeluaran lain yang tidak dikeluarkan oleh pihak penjual dalam suatu transaksi internal. Hal ini sama seperti ketika dua perusahaan sampai pada sautu tingkat harga. Pihak pembeli tidak akan membayar komponen biaya yang tidak ada berlaku untuk kontrak tersebut. Harga Transfer Berdasarkan Biaya Jika harga kompetitif tidak tersedia, maka harga transfer dapat ditentukan berdasarkan biaya ditambah laba, meskipun harga transfer semacam ini sangat rumit untuk dihitung dan hasilnya kurang memuaskan dibandingkan dengan harga transfer berdasarkan biaya : (1) bagaimana menentukan besarnya biaya dan (2) bagaimana menetapkan standar yang ketat dan untuk meningkatkan standar tersebut.

Dasar Biaya Dasar yang umum adalah biaya standar. Biaya actual tidak boleh digunakan karena faktor inefisiensi produksi akan diteruskan kepusat laba pembelian. Jika biaya standar yang digunakan, maka dibutuhkan suatu insentif untuk menetapkan standar yang ketat dan untuk meningkatkan standar tersebut. Markup Laba Dalam menghitung markup laba, juga terdapat dua keputusan : (1) ada dasar markup laba tersebut dan (2) tingkat laba yan diperbolehkan. Dasar yang paling mudah dan umum dipergnakan adalah persentase dari biaya. Meskipun demikian, jika dasar tersebut digunakan maka tidak ada pertimbangan atas modal yang diperlukan. Dasar yang secara konsep lebih baik adalah persentase dari investasi. Tetapi untuk menghitung investasi yang akan dikenakan ke setiap dasar biaya historis suatu aktiva, maka fasilitas baru yang dirancang untuk mengurangi harga secara actual dapat meningkatkan biaya karena aktiva yang lama menjadi dinyatakan terlalu rendah. Masalah kedua dalam penyisihan laba adalah besarnya jumlah laba. Persepsi manajemen senior atas kinerja keuangan dari suatu pusat laba akan dipengaruhi oleh laba yang ditunjukan oleh pusat laba tersebut. Konsekuensi, jika mungkin, penyisihan laba harus dapat mendekati tingkat pengembalian yang akan diperoleh seandainya unit usaha tersebut merupakan perusahaan independen yang menjual produknya ke konsumen luar. Solusi konseptual adalah membuta penyisihan laba berdasarkan investasi yang dibutuhkan untuk memenuhi volume yang diminta oleh pusat laba pembelian. Nili investasi tersebut dihitung pada tingkat standar dengan aktiva tetap dan persediaan pada tingkat biaya penggantian ( replacement cost ). Biaya Tetap dan Laba Hulu Penetapan harga transfer dapat menimbulkan permasalahan yang cukup serius dalam perusahaan yang terintegrasi. Pusat laba yang pada akhirnya menjual produk ke pihak luar mungkin tidak menyadari jumlah biaya tetap dan laba bagian hulu yang terkandung didalam harga pembelian internal. Bahkan jika pusat laba berakhir menyadari adanya biaya tetap dan laba tersebut, pusat laba itu mungkin enggan untuk mengurangi labanya guna mengoptimalkan laba perusahaan. Metode metode yang digunakan oleh Perusahaan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan cara cara yang digambarkan dibawah ini. Persetujuan Antarunit Usaha

Beberapa perusahaan membuat mekanisme formal dimana wakil wakil dari unit pembelian dan penjualan bertemu secara berkala untuk memutuskan harga penjualan ke pIhak luar dan pembagian laba untuk produk poduk dengan biaya tetap dan laba bagian hulu yang signifikan. Mekanisme ini hanya bekerja bil proses peninjauannya terbatas pada keputusan keputusan yang melibatkan jumlah bisnis yang signifikan bagi paling tidak satu pusat laba; sebab bila tidak demikian halnya, negosiasi ini akan sia sia. Dua Langkah Penentuan Harga Cara lain untuk mengatasi masalah ini adalah dengan membuat harga transfer yang meliputi dua beban. Pertama, untuk setiap unit yang terjual, pembebanan biaya dilakukan dalam jumlah yang sama dengan biaya variabel standar produksi. Kedua, pembebanan biaya berkala (biasanya setiap bulan dilakukan dalam jumlah yang sama dengan biaya tetap yang berkaitan dengan fasilitas yang disediakan untuk unit pembelian. Salah satu atau kedua komponen tersebut harus memasukkan margin laba sebagai contoh, asumsikan kondisi pada Tampilan 6.2 Dalam metode ini, harga transfer sebesar $11 per unit merupakan biaya variabel selama hanya Unit Y diperhitungkan. Tetapi, biaya variabel perusahaan untuk produk A adalah sebesar $5 per unit. Dengan demikian, Unit Y tidak memiliki informasi yang benar untuk membuat keputusan pemasaran jangka pendek yang tepat. Jika Unit Y memberikan harga yang lebih rendah dari pada harga normal dalam kondisi tertentu. Penentuan harga dua langkah akan mengoreksi permasalahan ini dengan mentransfer biaya variabel per unit dan mentransfer biaya tetap serta laba secara lumpsum. Dengan metode ini, harga transfer untuk produk A adalah sebesar $5 untuk Tampilan 6.2 Unit Usaha x (produsen) Produk A Penentuan Harga Perkiraan penjualan bulanan ke unit Usaha 5.000 unit Dua Langkah : Y $5 Situasi Biaya Varibel per unit 20.000 Yang diasumsikan Biaya tetap bulanan yang dialokasikan ke 1.200.000 produk 10% Investasi dalam modal kerja dan fasilitas ROI kompetitif per tahun Satu cara untuk mentransfer produk A ke Unit Usaha Y adalah pada harga per unit yang dihitung sebagai berikut: Harga Transfer untuk Produk A Biaya Variabel per unit $5 Ditambah biaya tetap per unit 4 Ditambah laba per unit * 2 Harga transfer per unit $11

10% dari investasi bulanan per unit

Setiap unit yang dibeli oleh Unit Y, ditambah biaya tetap sebesar $ 20.000 per bulan, serta ditambah lagi laba sebesar $10.000 per bulan: x 0,10 Jika transfer produk A dalam disuatu bulan tertentu diperkirakan berjumlah 5.000 unit, maka dengan metode dua langkah, Unit Y akan membayar biaya variabel sebesar $25.000 (5.000 unit x$5 per unit), ditambah $30.000 untuk biaya tetap dan laba total keseluruhan sebesar $55.000. Ini merupakan jumlah yang sama dengan jumlah yang harus dibayar oleh Unit X jika harga transfernya adalah sebesar $11 per unit (5.000x$11 = $55.000). Jika transfer pada bulan lain jumlahnya lebih kecil katakanlah, 4.000 unitY harus membayar sebesar $50.000 (4.000x$5] + $30.000) dengan metode dua langkah, dibandingkan dengan jumlah sebesar $44.000 yang harus dibayarnya jika harga transfernya adalah $11 per unit (4.000x$11). Selisih tersebut merupakan penalty karena tidak menggunakan sebagian kapasitas unit X yang disediakan untuknya. Sebaliknya, unti Yharus membayar lebih rendah dengan metode dua langkah jika jumlah transfernya diatas 5.000 unit dalam bulan yang sama. Hal ini mencerminkan penghematan bagi unit X karena dapat memproduksi unit tambahan tanpa menimbulkan tambahan biaya tetap. Perhatikanlah bahwa dengan metode dua langkah, biaya variabel perusahaan untuk produk A identik dengan biaya variabel Unit Y unit produk ini, dan Unit Y akan membuat keputusan pemasaran jangka pendek yang tepat. Unit Y juga memiliki informasi atas biaya tetap dan laba bagian hulu yang berhubungan dengan produk A, dan ia dapat menggunakan data data tersebut untuk keputusan jangka panjang. Perhitungan biaya tetap dalam metode penentuan harga dua langkah adalah berdasarkan kapasitas yang tersedia untuk memproduksi produk A yang dijual ke Unit Y. investasi yang tercermin dari Kapasitas tersebut dialokasikan ke Produk A. tingkat pengembalian investasi ROI yang diperoleh Unit X dari produk kompetitif (dan, jika mungkin, dapat dibandingkan) dihitung dan dikalikan dengan investasi yang ditujukan untk produk tersebut. Dalam contoh diatas, penyisihan laba dihitung sebagai jumlah yang tetap setiap bulannya. Dalam kondisi tertentu, akan lebih tepat jika investasi dibagi kedalam komponen variabel(seperti, piutang, dan persediaan ) dan tetap (seperti, pabrik). Kemudian

penyisihan laba berdasarkan tingkat pengembalian atas aktiva (return on variable assets ) akan ditambahkan ke biaya variabel standar untuk setiap unit yang terjual. Berikut ini merupakan beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menerapkan metode penentun harga dua langkah : Pembebanan biaya perbulan untuk biaya tetap dan laba harus dinegosiasikan secara berkla dan bergantung dari kapasitas yang digunakan oleh unit pembelian. Pertanyaan mungkin akan timbul mengenai keakuratan alokasi investasi dan biaya. Dalam beberaoa situasi, mengaloksikan biaya dan aset kepada produk secara individual tidaklah sulit. Dalam kejadian manapun, keakuratan yang mendekati adalah cikup memadai. Permasalahan utama bukan pada teknik melainkan pada keputusan mengenai jumlah kapasitas yang akan disediakan untuk berbagai produk. Lebih lanjut lagi, jika kapasitas yang disediakan untuk berbagai jenis produk dijual ke unit usaha yang sama, maka tidak perlu mengalokasikan biaya tetap dan investasi ke Produk individual dalam kelompok tersebut. Dengan system penentuan harga ini, kinerja laba dari unit produkdi tidak dipengaruhi volume penjualan dari unit final. Hal ini menyelesaikan masalah yang muncul ketika usaha pemasaran oleh unit usaha lain mempengaruhi kinerja laba dari unit produksi murni. Mungkin terdapat konflik antara kepentingan dari unit produksi dengan kepentingan perusahaan. Jika kapasits terbatas, unit produksi dapat

meningkatkan laba denga cara menggunakan kapasitasnya untuk memproduksi bagian untuk dijual ke pihak luar, jika hal tersebut menguntungkan. (

Kelemahan ini diatasi dengan menentukan bahwa unit pemasaran memiliki prioritas utama dalam menggunakan kapasitas tersebut.) Metode ini mirip dengan penentuan harga ambil atu bayar ( take or pay ) yang sering digunakan oleh perusahaan perusahaan sarana umum, saluran pipa, dan tambang batubara, serta dalam kontrak jangka panjang lainnya. Pembagian Laba Jika sistem penentuan harga dua langkah yang baru saja diperlihatkan tidak dapat digunakan, maka sistem pembagian laba (profit sharing) dapat digunakan untuk

memastikan keselarasan antara kepentingan unit usaha dan perusahaan. Sistem tersebut beroperaso dengan cara sebagai berikut : 1. Produk tersebut ditransfer ke unit pemasaran pada biaya variabel standar. 2. Setelah produk tersebut dijual,unit unit usaha membagi kontribusi yang dihasilkan, yang merupakan harga penjualan dikurangi biaya variabel produksi dan pemasaran. Metode penentuan harga ini mungkin tepat jika permintaan akan produk yang dihasilkan tidak cukup stabil untuk menjamin lokasi fasilitas secara permanen, seperti dalam metode dua langkah, pada umumnya, metode ini benar benar membuat kepentingan unit pemasaran selaras dengan kepentinan perusahaan. Melaksanakan sistem pembagian laba semacam ini akan menimbulkan beberapa masalah teknis. Pertama, mungkin saja terdapat argument argument mengenai cara pembagian kontribusi antara dua pusat laba, dan manajemen senior akan turun tangan untuk menangani masalah tersebut. Hal ini memakan waktu dan biaya, serta bertentangan dengan alasan dasar dari desentralisasi, yaitu otonomi para manajer unit usaha. Kedua, membagi laba diantara pusat laba secara arbitrer tidak memberikan informasi yang tepat mengenai profitabilitas dari masing masing pusat laba. Ketiga, karena kontribusi yang ada tidak akan dialokasikan sampai penjualan selesai dilakukan maka kontribusi unit produksi bergantung pada kemampuan unit pemasaran untuk menjual pada harga penjualan actual. Unit produksi mungkin merasa diperlakukan dengan tidak adil dalam situasi ini. Dua Kelompok Harga Dalam metode ini, pendapatan unit produksi akan dikreditkan pada harga jual ke luar dan unit pembelian dibebankan dengan total biaya standar. Selisihnya dibebankan kedalam akun kantor pusat dan dieliminasi ketika laporan keuangan unit usaha dikonsolidasilan. Metode penentuan harga transfer ini terkadan digunakan ketika ada konflik antara untu pembelian dan penjualan yang tidak dapat diselesaikan oleh metode yang lain. Baik unit pembelian maupun penjualan memperoleh manfaat dari metode ini. Tetapi, ada beberapa kelemahan dari sistem yang menggunakan dua kelompok harga. Pertama, jumlah laba unit usaha akan lebih besar dari laba perusahaan secara keseluruhan. Pihak manajemen senior harus menyadari situasi ini ketika menyetujui anggaran untuk unit unit usaha dan harus mengadakan evaluasi secara berkala atas kinerja dari anggaran tersebut. Kedua, sistem ini menciptakan suatu ilusi bahwa unit usaha

menghasilkan uang, sementara pada kenyataannya perusahaan secara keseluruhan mengalami kerugian karena debit ke kantor pusat. Ketiga, sistem terpaku pada markup yang bagus dengan mengorbankan penjualan ke luar. Keempat, ada tambahan pembukuan yang terlibat dalam pendebitan akun kantor pusat setiap kali ada transfer dan kemudian eliminasi atas akun kantor pusat setiap usaha dikonsolidasi. Kelima,fakta bahwa konflik diantara unit bisnis akan berkurang mengenai harga transfer dan kemudian eliminasi akun ini ketika laporan keuangan unit dalam sistem tersebut dapat dilihat sebagai kelemahan. Kadang kadang konflik mengenai harga transfer menandakan adanya permasalahan didalam struktur organisasi atau dalam sistem manajemen. Dengan metode dua kelompok harga, konflik konflik ini dapat dikurangi sehingga tidak mengahadapkan manajemen senior kepada permasalahan seperti ini. Praktik Bisnis Tampilan 6.3 menggambarkan praktik praktik penentuan harga transfer pada perusahaan perusahaan di AS dan metode metode yang digunakan dibeberapa negara di luar AS. Penentuan Harga jasa Korporat Pada bagian ini akan digambarkan beberarapa masalah yang berkaitan dengan pembebanan unit usaha atas jasa jasa yang disediakan oleh unti staf korporat. Biaya daru unit staff jasa pusat untuk man unit usaha tidak memiliki kendali (seperti, akuntansi pusat, hubungan masyarakat, administrasi dikeluarkan). Seperti yang telah dijelaskan dalam Bab 5, jika seluruh biaya ini dibebankan, maka itu semua biaya tersebut akan dialokasikan, dan alokasi tidak memasukkan komponen laba. Alokasi juga bukan merupakan harga transfer. Terdapat dua jenis transfer 1. Untuk jasa pusat yan harus diterima oleh unit penerima dimana unit dapat mengendalikan jumlah yang digunakan paling tidak

penerima secara parsial. 2.

Untuk jasa pusat yang dapat diputuskan oleh unit usaha apakah akan digunakannya atau tidak.

Tampilan 6.3 Metode metode Penentuan harga Transfer untuk barangPersentase Responden yang Menggunakan Metode Penentuan Harga Transfer Amerika Serikata 470 Australiab tidak ada Kanadac tidak ada Jepangd tidak ada tidak ada Indiae tidak ada Inggrisf tidak ada

Jumlah Reseponden

Metode Berdasarkan Biaya Biaya Variabel 11% Biaya Penuh 25 Biaya di tambah markup 17 Lainnya tidak ada Total 53% Harga Pasar 31 Harga negosiasi 16 Lainnya tidak ada 100%

tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada 65 % 13 11 11 100%

6% 37 tidak ada 3 46% 34 18 2 100%

2% 44 tidak ada 0 46% 34 19 1 100%

6% 47 tidak ada 0 53% 47 0 0 100%

10% 38 tidak ada 1 49% 26 24 1 100%

a. b. c. d. e. f.

Vijay Govindarajan Profit Center Measurement An Emprical Study, The Amos Tuck School of Business Administration Dortmouth Collee, hal 2 M Joye dan P. Blayney Cost and Managament Accounting Practises in Austrilian Manufacturing Companies Accounting Research Centre, The University Of Sdyney. 1991 R. Tang Canadian Transfer Pricing in the 1990s Management Accounting, Februari 1992 R. Tang C. Walter dan R Raymond Transfer Pricing Japanese vs Americn style Management Accounting, Januari 1979. V. Govindarajan dan B. Ramamurty, Transfer Pricing Policies in Indian Companies A Survey The Chartered Accountant, November 1983. C. Drury S. Braund, P. Osborne, dan M. Tayles A Survey Of Management Accounting Practices in U.K Manufacturing Companies, London. UK. Chartered Association of Certified Accountants, 1993

Pengendalian atas Jumlah Jasa Unit usaha mungkin diharuskan untuk menggunaan staf korporat untuk jasa jasa seperti teknologi informasi serta riset dan pengembangan. Dalam situasi seperti ini, manajer unit usaha tidak dapat mengendalikan efisiensi kinerja dari kegaitan tersebut, namun ia dapat mengendalikan jumlah jas yang diterimanya. Ada tiga teori pemikiran mengenai jasa jasa seperti ini. Teori pertama menyatakan bahwa suatu unit usaha harus membayar biaya variabel standar dari jasa yang diberikan. Jika membayar kurang dari itu, maka unit usaha kan termotivasi untuk menggunanakan jasa jasa dalam jumlah yang lebih banyak daripada yan dibenarkan secara ekonomis. Dilain pihak, jika para manajer unit usaha diharuskan untuk membayar lebih dari biaya variabelnya, maka mereka mungkion tidak akan menggunakan jasa jasa yang dipandang perlu oleh manajemen senior memperkenalkan jasa baru, misalnya sebuah program analisis proyek baru. Harga rendah serupa dengan harga perkenalan yang terkadang digunakan oleh perusahaan untuk memperkenalkan produk baru. Contoh. Selama bertahun tahun, para manajer dari department Corporate Data Procesing Services (CDPS) di Boise Cascadr Coporation tidak mengalokasikan biaya pendukung personal computer (PC), Seperti pembelian, pemasangan dan bantuan apliksi, ke para pengguna PC karena merek ingin mendorong penggunaan PC. Biaya biaya tersebut dibebankan ke seluruh pengguna lain CDPS, terutama konsumen dari

Sumber daya mainframe computer. Meskipun ketika biaya

pendukung PC menjadi signifikan dan pantas untuk dibebankan, para manajer CDPS tetap memilih tidak membebankannya dengan tingkat biaya penuh. Mereka menetapkan beban biaya sebesar $ 100 per bulan per PC, dan bukan sebesar $121 per bulan seperti yang diestimasikannya untuk tahun ini.

Teori pemikiran yang kedua menyarankan harga yang sama dengan biaya variabel standar ditambah bagian yang wajar dan biaya tetap standar yaitu, biaya penuh (full costs). Pendukung teori ini beragumentasi bahwa jika unit usaha tidak mempercayai bahwa jasa tersebut bernilai sebesar itu, maka ada sesuatu yang salah dalam kualitas atau efisiensi dari unit jasa tersebut. Biaya penuh mencerminkan biaya jangka panjang perusahaan, dan inilah jumlah yang harus dibayar. Teori pemikiran yang ketiga menyarankan harga yang sama dengan harga pasar, atau biaya penuh standar (standar full cost) ditambah dengan margin labanya. Harga pasar akan digunakan jika memungkinkan (misalnya, biaya yang dibebankan oleh biro jasa komputer); jika tidak, maka harga sebesar biaya penuh ditambah ROI yang akan diguankan. Logikanya adalah bahwa modal yang digunakan oleh unit jasa sebaiknya memperoleh tingkat pengembalian atas modal yang digunakan sebagaimana dengan unit produksi. Selain itu, unit-unit usaha harus mengeluarkan investasi tambahan jika mereka menggunakan jasa mereka sendiri.

Pilihan Penggunaan Jasa Dalam beberapa kasus, pihak manajemen mungkin memutuskan bahwa unit-unit usaha dapat memilih apakah akan menggunakan unit jasa sentral atau tidak. Unit-unit bisnis dapat memperoleh jasa tersebut dari pihak luar, mengembangkan kemampuan mereka, atau memilih untuk tidak menggunakan jasa ini sama sekali. Perjanjian semacam ini sering ditemukan untuk aktivitas-aktivitas seperti teknologi informasi, kelompok konsultasi internal, dan pekerjaan perawatan. Pusat-pusat jasa ini independen; yaitu harus berdiri sendiri-sendiri. Jika pelayanan internal tidak kompetitif dibandingkan dengan penyedia jasa dari luar, maka ruang lingkup dari aktivitas mereka akan dikontrakkan atau jasa-jasa mereka sepenuhnya didapat dari luar perusahaan. Contoh. Commodore business machines memberikan salah satu kegiatan jasa sentral layanan konsumen-ke Federal Express. James Reeder, wakil presiden Commodore bidang kepuasan konsumen mengatakan, Pada saat itu kami tidak memiliki reputasi yang baik dalam hal pelayanan dan kepuasan pelanggan tetapi inilah keahlian yang dimiliki FedEx, yang menangani lebih dari 300.000 panggilan setiap harinya. Commodore mengatakan perjanjian dengan FedEx untuk menangani seluruh operasi layanan telepon konsumen dari markas FedEx di Memphis. Setelah mengalami kerugian online sebesar $29 juta tahun lalu, Borders Group beralih kesaingannya, Amazon untuk mengelola penjualannya secara online. Borders

dapat mempertahankan saluran penjualan Internet serta meraih efektivitas operasional yang diberikan oleh Amazon.com, dan pada waktu yang sama juga dapat memperhatikan pertumbuhan bisnis tokonya.

Dalam situasi ini, para manajer unit usaha mengendalikan baik jumlah maupun efisiensi dari jasa pusat. Pada kondisi ini, kelompok pusat tersebut merupakan pusat laba. Harga transfernya harus berdasarkan pada pertimbangan yang sama dengan pertimbangan yang mengendalikan harga transfer yang lain.

Kesederhanaan dari Mekanisme Harga Harga yang dibebankan untuk jasa korporat tidak akan mencapai tujuan yang dimaksudkan, kecuali jika metode untuk menghitungnya dapat dimengerti dan dipahami dengan cukup mudah oleh para manajer unit usaha. Para ahli computer sudah terbiasa dengan persamaan-persamaan yang rumit, dan komputer sendiri juga menyediakan informasi detik demi detik dengan biaya rendah. Oleh karena itu, kadang ada kecenderungan untuk membebani para pengguna komputer berdasarkan peraturan yang begitu rumit, sehingga pengguna tidak dapat mengerti apa dampaknya terhadap biaya, jika mereka memutuskan untuk menggunakan komputer untuk aplikasi tertentu atau, alternatifnya, untuk menghentikan aplikasi yang sekarang. Peraturan-peraturan semacam ini merupakan sesuatu yang kontraporduktif.

ADMINISTRASI HARGA TRANSFER Sejauh ini telah dibahas bagaimana cara untuk merumuskan suatu kebijakan harga transfer yang sesuai. Pada bagian berikut akan dibahas bagaimana pelaksanaan dari kebijakanyang sudah dipilih tadi khususnya, tingkat negosiasi yang diizinkan untuk menentukan harga transfer, metode penyelesaian konflik dalam menentukan harga transfer, dan klasifikasi produk yang sesuai dengan metode yang paling tepat.

Negosiasi Dihampir semua perusahaan, unit usaha menegosiasikan harga transfer satu sama lain; maksudnya, harga transfer tidak ditentukan oleh kelompok staf pusat. Alas an yang paling penting untuk hal ini adalah kepercayaan bahwa dengan menetapkan harga jual dan mencapai kesepakatan atas harga pembelian yang paling sesuai merupakan salah satu fungsi utama dari manajemen lini (line management). Jika kantor pusat mengendalikan

penentuan harga, maka kemampuan manajemen lini untuk memperbaiki profitabilitas akan semakin berkurang. Selain itu, banyak harga transfer yang harus melibatkan penilaian subjektif pada tingkat tertentu. Akibatnya, satu harga transfer yang telah dinegosiasikan sering kali merupakan hasil kompromi antara pihak pembeli dengan penjual. Jika kantor pusat sudah menentukan harga transfer, maka para manajer unit usaha dapat beragumentasi bahwa mereka menghasilkan laba yang kecil karena harga transfer yang telah ditentukan secara arbitrer tersebut. Alas an lain bagi unit usaha untuk menengosiasikan harga transfernya adalah bahwa unit bisnis biasanya memiliki informasi yang paling baik mengenai pasar dan biaya-biaya yang ada, sehingga merupakan pihak yang paling tepat untuk mencapai harga yang pantas. Contoh. Unit Usaha A memiliki peluang untuk memasok produk tertentu dalam jumlah besar ke perusahaan luar dengan harga $100 per unit. Bahan baku untuk produk ini dipasok oleh Unit Usaha B. Harga transfer normal dan Unit B untuk bahan baku tersebut adalah $35 per unit, dimaan $10-nya merupakan biaya variabel. Biaya pemrosesan (tidak termasuk bahan baku) ditambah laba normalnya adalah $85, dimana $50-nya merupakan biaya variabel. Dengan demikian, biaya total ditambah laba normal adalah sebesar $120; sehingga pada jumlah ini, harga jual sebesar $100 tidaklah tepat. Menolak kontrak merupakan kerugian bagi perusahaan secara keseluruhan karena kedua unit usaha tersebut memiliki kapasitas yang memadai. Karena itu, kedua unit tersebut harus menegosiasikan harga yang lebih rendah untuk bahan baku sehingga keduanya akan menghasilkan laba. Jika suatu perusahaan (diluar masalah dua unit usaha dalam satu perusahaan tunggal) mengajukan penawaran untuk menjual bahan baku ke perusahaan lain yang memiliki prospek penjualan yang sama, maka kedua perusahaan harus melakukan negosiasi untuk kepentingan bersama. Faktanya adlaah bahwa satu harga transfer yang terlibat pada contoh pertama tidak mempengaruhi kewajaran perilaku para manajer.

Unit-unit usaha harus mengetahui aturan dasar yang dijadikan patokan dalam melakukan negosiasi harga tersebut. Di sebagian kecil perusahaan, kantor pusat menginformasikan kepada unit-unit usaha bahwa unit usaha tersebut bebas bertransaksi satu sama lain atau dengan perusahaan luar yang ditemui, dengan persyaratan bahwa jika impas, maka bisnis tersebut harus tetap didalam perusahaan. Jika hal ini dilaksanakan, dan terdapat sumber luar dan pasar luar, maka tidak ada lagi prosedur administratif yang harus dipenuhi. Harganya ditentukan di pasar luar, dan jika unit usaha tidak dapat menyetujui

harga tersebut, maka unit bisnis tersebut dengan mudah membeli atau menjual ke pihak luar. Tetapi, di banyak perusahaan, unit-unit usaha harus saling bertransaksi satu sama lain. Jika unit usaha tersebut tidak memiliki ancaman dari pesaing yang dapat dijadikan kekuatan tawar-menawar dalam proses negosiasi, maka staf kantor pusat harus menetapkan peraturan yang mengatur penentuan harga dan perolehan sumber daya dari produk dalam perusahaan. Para manajer lini tidak boleh hanya menghabiskan waktu mereka untuk melakukan negosiasi harga transfer. Oleh karena itu, aturan tersebut harus mengatur sedemikian rupa supaya penenetuan harga transfer tidak semata-mata ditentukan oleh keahlian individu dalam bernegosiasi. Tanpa adanya peraturan semacam ini, manajer yang paling keras kepala sekalipun akan melakukan negosiasi dengan harga yang paling pantas.

Arbitrase dan Penyelesaian Politik Bagaimanapun rincinya peraturan penentuan harga (pricing rules), mungkin ada kasus dimana unit-unit usaha tidak dapat menyetujui harga tertentu. Untuk alasan tersebut, suatu prosedur harus dibuat untuk menengahi arbitrase hargas transfer. Terdapat tingkat formalitas yang luas dalam arbitrase harga transfer. Contoh ekstremnya adalah menyerahkan tugas untuk menengahi arbitrase kepada seorang eksekutif saja wakil presiden keuangan atau wakil presiden eksekutif, misalnya yang berbicara kepada para manajer unit usaha yang terlibat dan kemudian langsung menetapkan harga. Contoh ekstrem yang alin adalah membentuk suatu komite. Komite sepeti ini biasanya memiliki tiga tanggung jawab : (1) menyelesaikan arbitrase harga transfer, (2) meninjau alternatif perolehan sumber daya yang mungkin ada, dan (3) mengubah peraturan harga transfer bila perlu. Tingkat formalitas yang diguankan tergantung pada jenis dan luasnya potensi arbitrase harga transfer. Dalam berbagai macam kasus, arbitrase harga transfer merupakan tanggung jawab dari kelompok atau eksekutif tingkat atas kantor pusat, karena putusan arbitrase memiliki dampak yang sangat mempengaruhi laba unit-unit usaha. Arbitrase dapta dilakukan dengan beberapa cara. Dalam sistem yang formal, kedua pihak menyerahkan kasus secara tertulis kepada pihak penengah/pendamai (arbitrator). Arbitrator akan meninjau posisi mereka masing-masing dan memutuskan harga yang akan ditetapkan, kadang kala dengan bantuan staf kantor yang lain. Sebagai contoh, departemen pembelian dapat meninaju alasan dari permintaan harga kompetitif yang diusulkan, atau departemen teknik industri mungkin meninjau kewajaran dari biaya tenaga kerja standar

yang dipertentangkan. Seperti yang telah ditunjukkan diatas, dalam sistem yang lebih normal, presentasi sebagian besar dilakukan secara lisan. Adalah penting bahwa sekecil apapun arbitrase yang terjadi harus diselesaikan. Jika banyak arbitrase yang terjadi, hal ini menunjukkan bahwa peraturan yang ada masih kurang spesifik atau sulit dilaksanakan, atau pengelolaan unit usahanya tidak rasional. Pendek kata, hal tersebut merupakan gejala adanya suatu kesalahan. Arbitrase tidak hanya banyak membuang-buang waktu para manajer lini dan eksekutif kantor pusat, melainkan juga harga yang diputuskan pun biasanya tidak dapat memuaskan kedua belah pihak yang bertikai, baik pihak penjual maupun pembeli. Di beberapa perusahaan, menyerahkan pertikaian harga ke arbitrase adalah merepotkan sehingga sangat sedikit yang dilaporkan. Jika, sebagai akibatnya, keluhan resmi tidak muncul, maka hasilnya sangat tidak diinginkan. Mencegah agar pertikaian tidak diserahkan kepada pihak arbitrase cenderungakan menyembunyikan fakta adanya permasalahan dalam sistem harga transfer. Selain tingkat formalitas arbitrase, jenis proses penyelesaian konflik yang diguankan juga mempengaruhi efektivitas suatu sistem harga transfer. Terdapat empat cara untuk menyelesaikan konflik : memaksa (forcing), membujuk (smoothing), menawarkan (bargaining), dan penyelesaian masalah (problem solving). Mekanisme penyelesaian konflik dapat bervariasi, dan menghindari konflik melalui forcing dan smoothing, sampai penyelesaian konflik melalui bargaining dan problem solving.

Klasifikasi Produk Luas dan formalitas dari perolehan sumber daya dan peraturan penentuan harga transfer bergantung pada banyaknya jumlah transfer dalam perusahaan dan ketersediaan pasar serta harga pasar. Semakin besar jumlah transfer dan ketersediaan harga pasar, maka semakin formal dan spesifik peraturan yagn ada. Jika harga pasar selalu siap sedia, maka perolehan sumber daya dapat dikendalikan dengan peninjauan kantor pusat atas keputusan buat atau beli (make-or-buy decision) yang melebihi jumlah tertentu. Beberapa perusahaan membagi produknya kedalam dua kelas :

Kelas I meliputi produk untuk mana manajemen senior ingin mengendalikan perolehan sumber daya. Produk ini merupakan produk-produk yang bervolume besar; produk-produk yang tidak memiliki sumber dari luar; dan produk-produk yang produksinya tetap ingin dikendalikan oleh pihak manajemen demi alas an kualitas atau alasan tertentu.

Kelas II meliputi seluruh produk lainnya. Secara umum, ini merupakan produkproduk yang dapat diproduksi diluar perusahaan tanpa adanya gangguan terhadap operasi yang sedang berjalan, produk-produk yang volumenya relatif kecil, diproduksi dengan peralatan umum (general-purpose equipment). Produk-produk kelas II ditransfer pada harga pasar.

Perolehan sumber daya untuk produk Kelas I dapat diubah hanya dengan izin dari manajemen pusat. Perolehan sumber daya untuk produk Kelas II ditentukan oleh unit-unit usaha yang terlibat. Unit-unit pembelian dan penjualan dapat dengan bebas bertransaksi dengan pihak dalam ataupun luar perusahaan. Dengan perjanjian semacam ini, pihak manajemen dapat berkonsentrasi pada perolehan sumber daya dan penetapan harga atas sejumlah kecil produk-produk bervolume besar. Peraturan untuk harga transfer dibuat dengan menggunakan berbagai metode yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.

Rangkuman Mendelegasikan wewenang bergantung pada kemampuan untuk menyerahkan tanggung jawab atas laba. Tangung jawab laba tidak dapat didelegasikan dengan aman kecuali dua kondisi berikut ini dipenuhi : 1. Pihak penerima delegasi memiliki seluruh informasi relevan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan yang menghasilkan laba optimal. 2. Kinerja penerima delegasi diukur berdasarkan seberapa baik unit tersebut membuat trade-off antara biaya dan pendapatan

Dimana bagian-bagian dalam peruasahaan berbagi tanggung jawab untuk pengembangan, produksi, dan pemasaran produk, di situlah sistem harga transfer dibutuhkan jika bagian-bagian tersebut diserahkan tanggung jawab laba. Sistem harga transfer harus dihasilkan dalam kondisi yang telah disebutkan diatas. Dalam organisasi yang rumit, akan sulit jika membuat sistem harga transfer yang memastikan motivasi dan wawasan yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan yang optimal. Dua keputusan terlibat dalam merancang suatu sistem harga transfer. Pertama adlaah keputusan perolehan sumber daya : Apakah perusahaan harus memproduksi produknya didalam perusahaan atau membelinya dari pemasok luar? Yang Kedua adalah keputusan harga transfer : Pada harga berapakah produk tersebut ditransfer antar pusat laba ?

Idealnya, harga transfer harus mengestimasikan harga normal pasar diluar, dengan penyesuaian untuk biaya yang tidak terjadi di dalam perusahaan. Bahkan ketika keputusan perolehan sumber daya mengalami hambatan, harga pasar merupakan harga transfer yang paling baik. Jika harga kompetitif tidak tersedia, maka harga transfer dapat ditetapkan berdasarkan biaya ditambah laba, meskipun harga transfer semacam ini terlalu rumit untuk dapat dihitung dan hasilnya kurang memuaskan dibandingkan dengan harga yang berdasarkan harga pasar (market-based price). Harga transfer berdasarkan biaya (costbased transfer price) dapat dibuat pada tingkat biaya standar ditambah margin laba, atau dengan menggunakan system penentuan harga dua langkah (two-step pricing system). Suatu metode untuk menegosiasikan harga transfer harus dibuat dan harus pula ada mekanisme arbitrase-nya untuk menyelesaikan pertikaian harga transfer, tetapi perjanjian ini tidak boleh terlalu rumit sehingga pihak manajemen tidak membuang terlalu banyak waktu. Mungkin ada beberapa contoh harga transfer yang benar-benar memuaskan dalam suatu organisasi yang rumit. Sama seperti pada banyak pilihan rancangan pengendalian manajemen, sangatlah penting untuk memilih tindakan-tindakan yang terbaik di antara yang kurang sempurna. Yang penting di sini adalah kesadaran akan kekurangankekurangan dan kepastian bahwa prosedur administratif yang ada digunakan untuk menghasilkan keputusan yang tepat.

LAMPIRAN BEBERAPA PERTIMBANGAN TEORETIS

Ada banyak alasan literatur mengenai model harga transfer teoretis (theoretical transfer pricing model). Sedikit, jika ada, dari model-model tersebut yang diguankan dalam kehidupan nyata, dan untuk alasan-alasan yang akan dijelaskan dibawah ini, kecil kemungkinannya bahwa model-model tersebut digunakan secara luas. Akibatnya, teoriteori ini tidak dibahas dalam bagian isi bab ini. Meskipun model-model tersebut tidak secara langsung digunakan dalam situasi bisnis yang nyata, tetapi model-model tersebut berguna dalam konseptualisasi sistem harga transfer. Model-model ini dibagi menjadi tiga jenis : (1) model-model yang berdasarkan teori ekonomi klasik, (2) model-model yang berdasarkan program linier, dan (3) model-model yang berdasarkan nilai Shapley (Shapley value).

Model Ekonomi Model ekonomi klasik pertama kali ditemukan oleh Jack Hirschleifer dalam sebuah artikel tahun 1956, sesuai dengan yang tercantum pada catatan kaki 2 bab ini. Professor Hirschleifer mengembangkan serangkaian pendapatan marginal (marginal revenue), biaya marginal (marginal cost), dan kurva permintaan untuk transfer produk menengah dari satu unit usaha ke unit usaha lain. Ia menggunakan kurva-kurva ini untuk mendapatkan harga transfer, dengan berbagai asumsi ekonomi yang akan mengoptimalkan total laba dari kedua unit usaha. Dengan menggunakan harga transfer yangada, kedua unit tersebut menghasilkan total laba maksimum dengan mengoptimalkan laba masing-masing unit. Kesulitan dari model Hirschleifer ini adalah bahwa model tersebut hanya dapat digunakan ketika beberapa kondisi khusus terpenuhi : Kurva permintaan untuk produk madya harus dapat diestimasi; kondisi-kondisi yang diasumsikan harus tetap stabil; dan tidak boleh ada alternatif penggunaan atas fasilitas untuk pembuatan produk menengah tersebut. Yang terakhir, model tersebut hanya dapat diterapkan pada situasi dimana unit penjualan hanya memproduksi satu jenis produk menengah, yang selanjutnya ditransfer ke satu unit pembelian saja, di mana unit pembelian ini menggunakan produk menengah tersebut untuk menghasilkan produk akhir tunggal. Kondisi tersebut sangat jarang terjadi pada dunia nyata. Model ini (juga model yang lain) mengasumsikan bahwa harga transfer akan dipengaruhi oleh staf pusat, dan menyangkal pentingnya negosiasi diantara unit-unit usaha. Para manajer unit usaha memiliki informasi yang lebih baik daripada staf pusat. Jika benar bahwa staf pusat dapat menentukan pola produksi optimal, pertanyaan yang timbul adalah : mengapa pola ini tidak berpengaruh langsung melainkan melalui mekanisme harga transfer terlebih dahulu ?

Model Program Linier Model program linier adalah model yang berdasarkan pendekatan biaya kesempatan. Model ini juga mengkombinasikan hambatan-hambatan kapasitas. Model ini menghitung pola produksi optimal perusahaan, dan dengan menggunakan pola ini, model tersebut menghitung nilai yang menunjukkan kontribusi laba dari setiap sumber daya yang langka. Hal ini dikenal dengan istilah harga bayangan, dan satu proses penghitungan disebut dengan mendapatkan solusi ganda bagi program linier. Jika biaya variabel dari produk menengah ditambahkan kedalam harga bayangan, maka suatu harga transfer akan dihasilkan dan akan memicu unit usaha untuk berproduksi sesuai dengan pola produksi

optimal bagi perusahaan secara keseluruhan. Hal ini juga disebabkan karena jika harga transfer tersebut digunakan, setiap unit usaha akan mengoptimalkan labanya hanya dengan memproduksi sesuai dengan pola yang telah dikembangkan melalui program linier. Jika harga transfer yang andal dapat dihitung, maka model ini akan berguna dalam menentukan harga transfer. Tetapi, untuk membuat model ini dapat dikelola, bahkan dengan komputer pun, harus banyak asumsi yang mempermudah untuk dimasukkan kedalamnya. Diasumsikan kurva permintaan telah diketahui, bahwa kurva tersebut statis, fungsi dari biayanya adalah linier, dan penggunaan alternatif atas fasilitas produksi dan profitabilitasnya dapat diestimasi terlebih dahulu. Sama seperti pada model ekonomi, kondisi-kondisi ini jarang terjadi dalam dunia nyata.

Nilai Shapley Teoretis memiliki beberapa artikel yang menayrankan penggunaan nilai Shapley sebagai harga transfer. Nilai Shapley dikembangkan pada tahun 1953 oleh L.S. Shapley sebagai metode pembagian laba dari koalisi perusahaan atau individu di antara anggotaanggota individual sesuai dengan proporsi kontribusi yang dibuat oleh masing-masing. Hal ini adalah masalah yang timbul dalam teori permainan (theory of games), dan nilai Shapley biasanya digunakan untuk memberikan solusi yang setara bagi masalah ini. Apakah teknik yang sama dapat digunakan untuk masalah harga transfer masih merupakan hal yang diperdebatkan. Meskipun metode ini telah dijelaskan dalam literature selama bertahun-tahun, hanya ada sedikit aplikasi praktis yang dilaporkan. Sebagian alas an dari kurangnya penerimaan atas metode ini adalah proses penghitungannya sangat panjang kecuali jika hanya sedikit produk yang terlibat dalam transfer tersebut. Alasan lainnya adalah bahwa banyak orang yang telah mempelajari metode Shapley tidak percaya bahwa asumsi yang mendasari metode tersebut dapat digunakan untuk masalah penentuan harga transfer.