BAB 6 HASIL PERANCANGAN -...
Transcript of BAB 6 HASIL PERANCANGAN -...
296
BAB 6
HASIL PERANCANGAN
6.1 Desain Kawasan
Konsep desain kawasan menggunakan konsep dasar pola
kehidupan warga setempat yang merupakan bentuk integrasi manusia &
aesitektur, yaitu konsep perancangan yang mengambil dari sistem pola
aktivitas kehidupan berkebun sehari-hari warga Sumber Brantas, dimana
rutinitas warga sehari-hari memiliki kebiasaan berkumpul pada sore hari. Oleh
sebab itu, perancangan tapak di rancang dengan penataan ruang luar yang
melingkupi dan mengesankan kebersamaan seperti kebiasaan warga Sumber
Brantas-Bumiaji.
Gambar 6.1. Layout
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
297
Tapak memiliki orientasi ke barat laut dan cenderung memanjang dari
timur laut ke barat daya. Tapak yang cenderung memanjang untuk
mendapatkan radiasi matahari lebih besar. Kawasan didesain mulai dari sisi
paling utara tapak, yaitu jalan masuk utama menuju wisata pemandian air
panas Cangar, gerbang, area sirkulasi kendaraan, area parkir, dropp off,
gedung penerima & Mekanikal, gedung pelatihan, gedung budidaya, gedung
pengelola serta bangunan penunjang lainnya.Peletakkan massa di arahkan
Gambar 6.2. Transformasi Bentuk Layout
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
298
menghadap barat laut dan tenggara untuk memaksimalkan radiasi matahari
yang masuk ke dalam bangunan, karena tapak berada di dataran tinggi dan
membutuhkan radiasi matahari untuk mendapatkan kenyamanan thermal
manusia.
Gambar 6.3. Arah hadap Layout
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
299
6.1.1 Spesifikasi Desain Pada Tapak
Berikut merupakan kawasan terlihat perspektif mata burung sisi
atas. Dalam perancangan objek ini yang paling diutamakan adalah bangunan
budidaya, sehingga untuk bangunan lain seperti mini pabrik, restauran,
souvenir store, musholla dan cottage tidak begitu didetailkan namun tetap
didesain keberadaannya karena merupakan bagian dari agrowisata budidaya
jamur itu sendiri.
Sedangkan untuk area budidaya sendiri terdiri dari bangunan
budidaya, pengelola, bangunan pengolahan (mini pabrik), toilet, dan bangunan
maintanance kawasan. Konsep penataan bentuk dan zoning kawasan
merupakan penerapan dari hasil analisa kondisi lingkungan setempat dengan
memadukan kebiasaan pola hidup masyarakat Sumber Brantas didalamnya
Gambar 6.4. Desain Kawasan
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
300
Sedangkan susunan antara fungsi bangunan dengan bangunan yang
lainnya bersifat linier dari bangunan masuk sampai keluar, sehingga sirkulasi
dalam tapak bersifat linier mengikuti pola susunan bangunan meskipun tidak
seratus persen linier dan juga penataan bangunan menyesuaikan fungsi.
Penataan fungsi bangunan menyesuaikan dengan urutan dari bangunan pubik
menuju semi public, yaitu dari entrance menuju tempat utama obyek
perancangan yang tidak lain adalah budidaya dan di area paling belakang
berupa area yang membuutuhkan privasi dan ketenangan yang lebih
dibandingkan bangunan lainnya, area tersbut adalah area hunian cottage dan
area pengelola agro budidaya jamur itu sendiri.
Gambar 6.5. Tata Masa Kawasan
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
301
6.1.2 View Kawasan
Gambar 6.6.view perspektif mata manusia
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
Gambar 6.7.view perspektif mata burung
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
302
Gambar 6.9.view perspektif sebelah Barat
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
Gambar 6.8.view perspektif sebelah Timur
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
303
6.1.3 Sirkulasi Kawasan
Desain sirkulasi kawasan dibagi menjadi dua, yaitu srikulasi kendaraan
dan sirkulasi pejalan kaki atau pendestrian. Dalam perancangan ini sirkulasi pada
tapak di atur dengan mengintegrasikan dari susunan bangunan public menuju
privat yang bersifat linier. Sifat linier ini diterapkan pada pejalan kaki sebab
obyek perancangan didalamnya mengutamakan akses bebas kendaraan guna untuk
mengurangi efek polusi di sekitar lokasi perancangan meskipun tidak secara
mutlak sifat liniernya, sedangkan sirkulasi kendaraan diwujudkan dari pola akses
dari pintu masuk sampai akses untuk obyek wisata hanya berada pada zona pintu
utama dimana terdapat area parkir pengunjung sedangkan sirkulasi kendaraan
Gambar 6.10.Tampak kawasan
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
304
menuju bangunan privat dan semi public membutuhkan akses langsung dari pintu
masuk sehingga area ini dapat dilewati kendaraan.
Untuk sirkulasi pejalan kaki disediakan dengan adanya pedestrian dari
jalan raya luar menuju gerbang, dalam tapak terutama area berwisata sirkulasi
pejalan kaki lebih diutamakan daripada kendaraan sebab area ini bebas dari
sirkulasi kendaraa bermotor. Pejalan kaki juga dimudahkan dengan adanya pohon-
pohon peneduh menjadikan pejalan kaki merasa lebih nyaman. Selain itu pejalan
kaki dalam tapak benar-benar merasa aman karena tidak terganggu dengan
sirkulasi kendaraan.
Gambar 6.11. Sirkulasi Kendaraan
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
305
Gambar 6.12. Sirkulasi Pejalan Kaki
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
Gambar 6.13. Sirkulasi Tapak
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
306
6.1.4 Desain Vegetasi dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan
Ruang terbuka hijau RTH pada tapak terdapat pada lahan yang tidak
terbangun, yaitu pada tiap sisi bangunan yang merupakan taman-taman kecil
sebagai resapan air pada sekitar bangunan, selain itu juga berada di sebelah timur
dimana area tersebut merupakan area agro dan area pembibitan pohon dan juga
pada depan bangunan pengelola agro yang digunakan sebagai penanda
agrowisata. RTH ini difungsikan sebagai resapan dan juga sebagai penyejuk
suasana bangunan dengan adanya pohon-pohon yang rindang.
Gambar 6.14. Ruang Terbuka
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
307
6.2 Desain Bangunan Utama
Konsep Dasar
3R
- Respect Site
- Respect Nature
Resources
- Respect Villager’s Life
Tema Ekologi
Arsitektur
Agrowisata & Budidaya
Tanaman JAmur
Aplikasi Konsep
Transformasi pola kehidupan warga Sumber Brantas
yang diekologikan dengan system bangunan budidaya
jamur beserta agro
Dipadukan dengan system Sustenaible Building
308
6.2.1 Aplikasi Konsep Bangunan
Mentransformasikan pola bentuk bangunan dari pola kehidupan
masyarakat Sumber Brantas yang memiliki kebiasaan hidup sederhana
dengan bentuk bangunan persegi yang berbahan dasar batu bata serta
mengunakan atap pelana yang berbahan dasar genteng dan seng. Sedangkan
pada perancangan bentuk bangunan mengikuti pola bentuk site dengan
mengkombinasikan identitas masyarakat sekitar dengan bentuk-bentuk
lingkaran yang merupakan identitas dari obyek perancangan yang diambil.
Pada perancangan arah hadap massa yang sebagian besar
dihadapkan ke barat laut dan tenggara untuk memaksimalkan matahari yang
masuk. Namun, untuk mengatasi glare (silau) digunakan shading berupa kisi-
kisi kayu yang terbuat dari material bambu. Penggunaan shading hanya
sebagai filter atau penyaring, jadi radiasi masih bisa masuk ke bangunan tanpa
adanya glare (silau). Penggunaan atap tumpuk pada bangunan bertujuan untuk
memasukkan cahaya matahari dari samping ke dalam bangunan. Hal ini
sebagai pencahayaan alami pada bangunan dan untuk menghemat energi.
Gambar 6.15. Sistem penghawaan & pencahayaan bangunan
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
309
Gambar 6.16. Adaptasi bentuk bangunan
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
310
6.2.2 Tata Masa Bangunan
a. Bangunan Penerima
Gambar 6.17. Bangunan Penerima
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
Bangunan Penerima adalah bangunan saat dimana pengunjung memulai
perjalanan wisata mereka di Agrowisata Budidaya Tanaman Jamur ini. Bangunan ini
terletak berhadapan dengan gerbang utama sehingga bangunan ini juga sebagai droop
off pengunjung yang menggunakan jasa angkutan umum. Pada bangunan ini terdapat
beberapa ruang sebagai penunjang dari fungsi bangunan, diantaranya adalah
resepsionis, ruang tunggu pengunjung, toilet, pantry dan bangunan penunjang
lainnya. Bangunan penerima berdekatan persis dengan bangunan mekanikal
fungsinya adalah pada saat gangguan servis pada system bangunan dapat segera
terdeteksi. Bangunan mekanikal tersebut terdiri dari ruang genset, STP, dan PLN
311
b. Bangunan Pelatihan & Informasi
Gambar 6.18. Bangunan Pelatihan
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
Bangunan Pelatihan dan Informasi adalah bangunan yang memberikan kegiatan
edukasi kepada pengunjung. Dari bangunan ini pengunjung dapat mengetahui
berbagai informasi mengenai jamur yang dapat dikonsumsi mulai dari cara
penanaman dan pembudidayaannya, asal usul dari jamur, cara pengolahan jamur
yang baik dan beberapa infomasi lainnya mengenai berbagai macam manfaat jamur.
Bangunan ini terdiri dari beberapa ruang pendukung yakni ruang perpustakaan, ruang
serbaguna yang bersifat semi out door, hotspot area , dan masih banyak ruang
pendukung lainnya.
312
c. Bangunan Pengelola Budidaya
Gambar 6.19. Bangunan Pengelola Budidaya
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
Bangunan Pengelola Budidaya adalah sebuah bangunan yang memantau dan
bertanggung jawab atas kegiatan yang ada pada bangunan budidaya jamur. Bangunan
ini sengaja dipisahkan dari kegiatan budidaya agar kegiatan budidaya tidak
mengganggu pekerja dan staff kantor yang membutuhkan ketenangan dan
kenyamanan ruang. Bangunan ini berisi ruang mulai dari resepsionis, ruang kepala
bagian, ruang staff, dan beberapa ruang pendukung dari kegiatan bangunan pengelola
ini.
313
d. Bangunan budidaya jamur
Gambar 6.20. Bangunan budidaya
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
314
Bangunan budidaya jamur adalah bangunan khusus yang menjadi point
wisata dari pernacangan agrowisata budidaya yang ada di Sumberbrantas Batu ini.
Bangunan budidaya dirancang khusus sedemikian rupa mulai dari karakteristik
ruang yang dibutuhkan jamur, ruang-ruang tahapan budidaya jamur, system
penghawaan dan pencahayaan yang tepat tujuannya agar jamur dapat tumbuh
dengan baik. Bangunan ini terdapat ruang tahapan budidaya jamur dimulai dari
masuknya bahan pokok dari pembuatan jamur tersebut yaitu serbuk gergaji,
serbuk gergaji ini di timbun pada ruang persediaan bahan pokok jamur, setelah itu
terdapat ruang percampuran media pembuatan blogging jamur, dari percampuran
ini dibutuhkan ruang khusus untuk menetralisasikan percampuran serbuk gergaji
dengan beberapa bahan lainnya.
Dari proses pemeraman yang dibutuhkan waktu ± 2 hari kemudian media
tersebut dicetak di ruang bloging yang sekaligus berhubungan dengan ruang
stimer (pemanasan) yang bertujuan untuk membunuh bakteri yang ada pada
percampuran serbuk gergaji. Setelah blogiing siap ditanamai bibit jamur bloging
yang sudah didinginkan dari proses stimer dipindahkan menuju ruang pembibitan,
diruang ini pekerja yang member bibit harus steril sehingga diharuskan mencuci
tangan dengan alcohol dan menggunakan sarung tangan serta jas bersih yang
sudah disediakan didalam ruangan ini. Dari ruang pemberian bibit blogging
kemudian siap untuk dipindahkan ke ruang pertumbuhan miselium, dan setelah itu
dipindahkan lagi ke ruang pertumbuhan miselia dari ruang inilah kemudian jamur
di bagi menuju ruang-ruang pertumbuhan jamur agar jamur dapat berkembang
secara maksimal dan baik.
315
Berikut Perhitungan khusus luas bukaan yang ada pada bangunan
budidaya :
LUAS LUBANG VENTILASI (Av = m2)
Av x v (m/mnt) = p x l x t x Ac m3/m
60
dimana,
v = kecepatan angin yang nikmat (m/mnt)
0,1 – 0,15 m/dtk
6 – 9 m/mnt
p = panjang ruangan ( m )
l = lebar ruangan ( m )
t = tinggi ruangan ( m )
Ac = pertukaran udara : 2 – 3 kali/jam
316
Dari rumus diatas dicoba perhitungan pada ruang salah satu pertumbuhan jamur
Diket : Suatu Ruang budidaya berukuran 18 x 10 x 5
Ditanya : Berapa luas ventilasi yang dibutuhkan ruang dengan ukuran 18x10x5
Jawab :
Diambil v = 9 m/mnt (ambil tingkat kenyamanan yang dibutuhkan ruang)
Ac = 3 kali/jam (ambil berapa kali yang diingkan untuk pergantian
udara)
Av x v = p x l x t x Ac m3/mnt
60
Av x 9 m/mnt = 18 x 10 x 5 x 3 m3/mnt
60
Av x 9 m/mnt = 2700 m3/mnt
60
317
Av = 45 m3/mnt
9
= 5 m2 untuk 2 sisi
= 2,5 m2 untuk 1 sisi
Untuk lebar ventilasi 0,5 m (ebar ventilasi yang diinginkan)
Maka panjang = 2,5 m2 / 0,5 m
= 5 m
jadi ukuran ventilasi persisi dinding bangunan 2,5 m x 0,5 m
Selain data bangunan tersebut juga data input lainnya dalam kasus ini adalah:
Data kecepatan angin pada ketinggian 10 m diatas permukaan
Tanah
Koefisien lingkungan lokasi bangunan
Suhu udara lingkungan luar
Jumlah Ruang
Kondisi pemakai ruang
Untuk gambar ukuran ruang seperti dibawah ini
Hasil simulasi untuk evaluasi luas bukaan dan debit udara ditunjukkan
melalui perhitungan dibawah ini:
318
Data Kecepatan Angin (h=10 m) = 6,06 km/jam (Kamis, 03 Mei 2012 -
11:12:51 WIB | Diposting oleh : Administrator)
Koefisien Lingkungan (Alpha) = .67
Koefisien Lingkungan (Beta) = .25
Suhu Lingkungan Luar = suhu maksimum antara = 26,2 - 27,30 C
Jumlah Ruang = 1
==============> R U A N G nomor : 1
Volume Ruang (m3) : 900 M3
Suhu ruang dalam (celcius) : 28-300 C
Jumlah Bukaan Pada Selubung Bangunan : 2
Jumlah Bukaan Pada Sekat Antar Ruang : 0
"Bukaan Pada Selubung Bangunan" / Bukaan Nomor : 1
Cd Cp Pn Pint dP h A
.50 .75 6.35 3.80 2.56 1.00 5.00
V(h) V(A) Q
3.77 1.03 4.13
319
"Bukaan Pada Selubung Bangunan" / Bukaan Nomor : 2
Cd Cp Pn Pint dP h A
.50 .15 1.24 3.80 2.56 1.00 4.00
V(h) V(A) Q
3.77 -1.03 -4.13
Selanjutnya untuk menentukan tingkat kenyamanan penghuni di dalam
ruang yang dipengaruhi oleh kecepatan angin dan kondisi fisik tubuh manusia.
Maka pertama-tama harus diketahui kecepatan angin di dalam ruang (Vi) dengan
menggunakan rumus dibawah ini:
Vi = [0,45 – e ( - 3.84 x)]vh
320
e. Bangunan pengolahan jamur
Bangunan pengolahan jamur adalah bangunan pendukung dari kegiatan
budidaya, dalam bangunan ini stok-stok jamur yang sudah dapat diproduksi di
olah menjadi berbagai makanan yang dapat dikonsumsi dari bahan dasar jamur,
mulai dari kripik jamur, bakso jamur, abon jamur, dan segala jenis makanan jamur
lainnya. Selain diolah menjadi bahan yang dapat dikonsumsi jamur tersebut juga
diolah sebagai bahan dasar kosmetik (spa) yang dapat dipasarkan di masyarakat
dan yang dapat langsung dinikmati di bangunan pendukung wisata yang ada di
perancangan yaitu bangunan spa.
Gambar 6.21. Bangunan Pengolahan
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
321
f. Bangunan Restauran
Bangunan Restoran juga merupakan salah satu bangunan pendukung dari
wisata perancangan. Bahan dasar yang digunakan selain dari distribusi bangunan
budidaya jamur langsung juga dari bangunan pengolahan. Di bangunan ini
pengunjung dapat menikamti berbagai macam jenis olahan masakan yng berbahan
dasar jamur sehingga pengunjung tidak perlu repot lagi mempersiapkan bekal saat
berwisata.
Gambar 6.22. Bangunan Restoran
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
322
g. Bangunan Store
Bangunan Strore adalah bangunan pendukung perancangan, seperti halnya dengan
bangunan restoran bangunan store ini juga mendapatkan stok bahan jamur dari
distribusi bangunan budidaya dan pengolahan untuk dapat dijual kepada
pengunjung. Selain jamur yang dijual pada store ini juga hasil budidaya agro yang
terdapat diperancangan seperti sayur mayur dan buah-buahan.
Gambar 6.23. Bangunan Store
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
323
h. Bangunan Musholla
Musholla adalah salah satu bangunan keagamaan sebagai pendukung
aktifitas beribadah pengunjung dan pengelola. Musholla terletak dekat dengan
playground (ruang luar) yang berinteraksi dengan lingkungan luar. Bangunan ini
sengaja didekatkan dengan playground agar pengunjung dapat mengetahui
keberadaan fasilitas keibadatan dan dapat mengingat kewajiban beribadah pada
saat berwisata.
Gambar 6.24. Bangunan Musholla
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
324
i. Bangunan Pengelola Utama
Bangunan Pengelola Agro adala bangunan dimana staff dan pekerja yang
bertanggung jawab atas fungsi dan kegiatan keselurhan bangunan yang ada di
perancangan, bangunan ini memiliki akses yang berbeda dengan akses masuk
pengunjung. Hal ini dilakukan agar kegiatan berwisata tidak menganggu kegiatan
yang ada di kantor pengelola mengingat bahwa bangunan ini membutuhkan
tingkat ketenangan dan kenyamanan sehingga jauh dari hiru pikuk kegiatan
wisata.
Gambar 6.25. Bangunan Pengelola Utama
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
325
j. Bangunan Resort
Bangunan Resort adalah saah satu fasilitas pendukung wisata namun
keberadaan bangunan ini terletak jauh dari kegiatan wisata utama. Begitu
halnya dengan bangunan pengelola agro akses untuk menuju bangunan
resort ini adalah sama dengan bangunan pengelola agro hal ini bertujuan
agar pengunjung yang menginginkan fasilitas resort dan dapat menikmati
keindahan alam sekitar dapat mengakses langsung dengan kendaraan
pribadi tanpa harus melewati kegiatan wisata agro dimana wisata tersebut
dikhususkan bebas dari sirkulasi dan polusi kendaraan.
Gambar 6.26. Bangunan Resort
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
326
Interior pada bangunan ini ada unsur-unsur ekologi yang di aplikasikan
pada tiap interior bangunan yang menggunakan material alam seperti kayu,
bamboo, dan batu alam. Selain itu ada beberapa ornament dinding yang
berbentuk dasar jamur yang dipadukan dengan bentuk persegi yang
merupakan identitas bentuk bangunan warga sekitar, sehingga menjadi
dinding yang memiliki perpaduan ornament yang berkesan sederhana dan
alami.
Gambar 6.27. Interior R.tunggu
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
Gambar 6.28. Interior R.Budidaya
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
327
6.2.3 Detail Desain Ekologi Arsitektur dan Konsep 3R
Dalam perancangan ini ada desain Ekologi Arsitektur dan konsep 3R yang
menjadi keunggulan dan memiliki detail – detail baik secara struktur maupun
arsitektural.
6.2.2.1. Detail Arsitektural
Detail arsitektural diperlihatkan dalam hal-hal berikut:
- Tower
Desain dari tower mengambil bentukan dari beberapa bentuk ornament
bangunan, yaitu segitiga dari identitas atap pelana, lingkaran sebagai
identitas bentuk yang diilhami dari obyek perancangan (jamur), dan
penggunaan material yang sama dengan yang digunakan bangunan.
Gambar 6.29. Arsitektural tower
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
328
6.2.2.2. Detail Struktur
Detail Struktural diperlihatkan dalam hal-hal berikut:
Kolom Utama
Kolom utama yang melingkari atap yang kemudian terekspose keluar,
hal ini bertujuanuntuk mengalirkan beban dari atas menuju ke tanah
yang melibatkan semua struktur bangunan.
Gambar 6.30. Bangunan Resort
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
329
6.2.4 Sistem Utilitas
6.2.4.1 Sistem Penyediaan Air Bersih
Sistem pendistribusian dan biocycle untuk mengurangi penggunaan mata
air baru. Sistemnya adalah ketika musim hujan tiba, rainwater harvesting dan
wastewater dapat membantu menggantikan suplai air bersih untuk menyiram
tanaman maupun glontor. Namun, ketika musim kemarau, hanya wastewater saja
yang dapat membantu menyupali air bersih ke tanaman dan glontor karena tidak
ada hujan.
Sistem pendistribusian air bersih menggunakan sistem up down, dimana
hanya menggunakan tandon atas dan pompa untuk menyalurkan air bersih ke alat
plumbing. Air bersih berasal dari mata air pegunungan dengan arah aliran dari
pusat kecamatan Bumiaji menuju Sumber brantas. Air bersih berasal dari saluran
setempat masuk ke tapak ditampung ditandon atas, kemudian dipompa ke tandon
transfer dan ke fasilitas-fasilitas lainnya. Terdapat 2 tandon untuk
mendistribusikan air bersih, dengan adanya 2 tandon maka pendistribusian air
bersih menjadi 2 wilayah yaitu wiayah penunjang dan percontohan serta wilayah
umum dan penginapan.
330
6.2.4.2 Sistem Pembuangan Air Kotor
Pembuangan air kotor (grey water) dan kotoran (black water) ke biocycle
untuk diolah dan kemudian digunakan kembali untuk menyiram tanaman dan
glontor. Biocycle ditanam di dalam tanah dan membutuhkan kira-kira 3 x 3m,
dengan ukuran 2,5m dan tinggi 2, 35m per biocycle. Jumlah biocycle yang
digunakan dalam tapak ada 12 biocycle. Bila letak unit utilitas berdekatan maka
dilakukan penggabungan pembuangan dalam 1 biocycle. Pada biocycle dilakukan
4 tahap perlakuan hingga bisa digunakan kembali.
Gambar 6.31. Utilitas air bersih
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
331
Tahap pertama adalah primary treatment chamber, dimana solid waste
diambangkan dan dihancurkan dengan bakteri anaerobic. Perlakuan yang kedua
adalah secondary treatment chamber, dimana filter biocycle yang melakukan
oksigenasi secara terus menerus untuk mempercepat kinerja bakteri. Perlakuan
ketiga adalah clarification chamber, dimana partikel-partikel kecil yang masih
tersisa dikembalikan lagi ke primary chamber. Perlakuan yang terakhir adalah
pumpout chamber, dimana air yang tidak terinfeksi dan sudah dibersihkan akan
terpompa secara otomatis untuk digunakan kembali. Pembuangan air kotor
(greywater) pada massa restoran diberi grease trap untuk menyaring lemak
terlebih dahulu kemudian air kotor (greywater) disalurkan ke biocycle untuk
direcycle.
Gambar 6.32. Utilitas air Kotor
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
332
6.2.4.3 Sistem Air Hujan
Sistem air hujan menggunakan rainwater harvesting dari atap. Pada atap
terdapat talang air yang menampung air hujan untuk disalurkan ke kolam
tampung. Sebelum masuk ke kolam tampung air difilter terlebih dahulu karena air
hujan biasanya kotor. Setelah difilter air hujan dialirkan ke kolam tampung. Dari
kolam tampung, air hujan difilter kembali lalu dipompa untuk digunakan
menyiram tanaman maupun glontor. Kapasitas kolam tampung bila kapasitas
kolam tampung tidak mencukupi, maka ada selokan kecil di samping kolam untuk
mengalirkan air tersbut ke jalur drainase. Air hujan yang jatuh ke tanah dibiarkan
meresap ke dalam tanah. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar masih ada
air hujan yang meresap ke dalam tanah dan hal ini juga penting untuk
keberlanjutan air tanah.
333
Gambar 6.33. Utilitas kawasasan
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
Gambar 6.34. Kolam Penampungan air hujan
Sumber : Hasil rancangan, 2012.
334
6.2.4.4 Sistem Elektrikal
Aliran listrik berpusat pada bangunan mekanikal kawasan diterima oleh
trafo untuk diturunkan tegangannya kemudian dilanjutkan ke meteran PLN dan
dialirkan ke panel utama. Dari panel utama, listrik dialirkan ke sub-sub panel
masing-masing bangunan. Pada area cottages terdapat 1 subu panel yang
mengatur panel listrik pada masing-masing cottages. Apabila terjadi listrik
padam, sumber listrik diganti oleh genset.
Gambar 6.35. Sumber listrik
Sumber : Hasil rancangan, 2012.