Bab 5 Revisi

12
BAB V PEMBAHASAN 5.1Sistem Pengapalan Sistem pengapalan yang digunakan oleh Konsorsium Kencanaraya Megaperkasa Ricobana adalah sistem Rampdoor, dimana Rampdoor adalah jembatan yang menghubungkan dermaga dengan tongkang yang berfungsi sebagai jalan keluar masuk alat angkut yang mengangkut bijih (ore) dari stock pile atau grizzly ke tongkang dan selanjutnya dimuat ke kapal dengan menggunakan alat – alat mekanis. Untuk mendapatkan produksi yang maksimal dari alat- alat mekanis sebagaimana yang ditargetkan perusahaan, maka perlu dilakakukan penelitian guna menganalisa tentang hal-hal apa saja yang dapat menghambat dan mempengaruhi sehingga produksi tidak tercapai. Dengan mengetahui hambatan tersebut akan diupayakan perbaikan- 5 - 1

description

uuuu

Transcript of Bab 5 Revisi

BAB V

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Sistem Pengapalan

Sistem pengapalan yang digunakan oleh Konsorsium Kencanaraya Megaperkasa Ricobana adalah sistem Rampdoor, dimana Rampdoor adalah jembatan yang menghubungkan dermaga dengan tongkang yang berfungsi sebagai jalan keluar masuk alat angkut yang mengangkut bijih (ore) dari stock pile atau grizzly ke tongkang dan selanjutnya dimuat ke kapal dengan menggunakan alat alat mekanis.

Untuk mendapatkan produksi yang maksimal dari alat-alat mekanis sebagaimana yang ditargetkan perusahaan, maka perlu dilakakukan penelitian guna menganalisa tentang hal-hal apa saja yang dapat menghambat dan mempengaruhi sehingga produksi tidak tercapai. Dengan mengetahui hambatan tersebut akan diupayakan perbaikan-perbaikan sehingga terjadi peningkatan produksi sesuai dengan target yang telah ditetapkan perusahaan.5.2Upaya Perbaikan Jam Kerja Efektif dan Efisiensi Kerja.

Upaya perbaikan jam kerja efektif dan efisiensi kerja dilakukan dengan memperbaiki waktu hambatan yang terjadi pada keagitan pengapalan agar target yang ditetapkan bisa tercapai. Antara lain :

Pemeriksaan mesin dan pengisian bahan bakar dilakukan sebelum jam kerja dimulai.

Pengawasan kedisiplinan para operator alat mekanis ditingkatkan sehingga waktu mulai dan berakhirnya kerja tepat pada waktunya untuk menghindari waktu kerja yang hilang terutama pada saat pergantian shift.

Perbaikan kerusakan alat harus ditangani oleh tenaga ahli serta didukung dengan suku cadang yang cukup, sehingga waktu yang terbuang bisa diminimalisir.

Berdasarkan uraian di atas, hasil perbaikan waktu hambatan adalah sebagai berikut :Tabel 5.1Upaya Perbaikan Waktu Hambatan

Pada Kegiatan Pengapalan Bijih Nikel

KegiatanAlat Mekanis

Excavator Cat 330BDump Truck Nissan CW 520 LDN

a. Waktu Delay

Jalan Licin Setelah Hujan

Keperluan Operator

Waktu Pengisian Bahan Bakar35

20207550

30

30110

b. Waktu Standby

- Terlambat Keja

- Cepat Berakhirnya Kerja

- Waktu Menunggunya Alat

- Sesudah Dan Sebelum Istirahat 20155

206025

1552065

c. Waktu Repair

- Waktu Pemanasan Alat15152020

Total Waktu Hambatan (Wh)150 menit195 menit

Dari hasil perbaikan waktu hambatan di atas maka efisiensi kerja alat mekanis adalah sebagai berikut :

1. Alat Muat Excavator Caterpillar 330Ba. Waktu Kerja Efektif

We= Wt - Wh

= (1080 150) menit/hari

= 930 menit/hari

= 16 jam/hari

b.Efesiensi Kerja

We

Eff

= x 100%

T

930

= x 100%

1080

= 86 %2. Dump Truck Nissan CW 520 LDN

a. Waktu Kerja Efektif

We= Wt - Wh

= (1080 195) menit/hari

= 885 menit/hari

= 15 jam/harib.Efesiensi Kerja

We

Eff

= x 100%

T

885

= x 100%

1080

= 81 %Hasil perhitungan tingkat efisiensi kerja alat mekanis setelah peningkatan efisiensi kerja adalah sebagai berikut. Untuk detailnya terlampir (Lampiran 5)

Tabel 5.2Tingkat Efisiensi Alat Mekanis Setelah Peningkatan Efisiensi Kerja

Alat MekanisTingkat Efisiensi Alat Mekanis

MA (%)PA (%)UA (%)EU (%)

Excavator CAT 330B98919386

DT Nissan CW 520 LDN97879381

5.3 Produksi Alat Mekanis Setelah Peningkatan Efisiensi Kerja. a. Kemampuan Produksi Alat Muat Kemampuan produksi alat muat Excavator Caterpillar 330B setelah peningkatan efisiensi kerja adalah sebagai berikut:

Waktu edar (CT)= 0,3 menit

Kapasitas bucket (Kb)= 2,1 m3

Faktor pengisian (Ff)= 96 %

Eff= 86 %

Density Loose= 1,3 ton/m3

2.1 m3 x 96% x 86% x 60 (menit/jam)

P=

0.3 menit

= 344 m3/jam x 1.3 ton/m3

= 448 ton/jam x 18 jam/hari

= 8061 ton/harib. Kemampuan Produksi Alat Angkut

Kemampuan produksi alat angkut Dump Truck Nissan CW 520 LDN secara nyata adalah sebagai berikut:

Waktu edar (CT)= 3.21 menit

Kapasitas Bak (KB)= 6,05 m3

Faktor pengisian (Ff)= 96 %

Eff= 81 %

- Density Loose= 1,3 ton/m3 Na= 4 Unit n= 3 kali pengisian

6.05 m3 x 81% x 60 (menit/jam)

P=

3.21 menit

= 91 m3/jam x 1.3 ton/m3

= 119 ton/jam x 18 jam/hari

= 475 ton/hari x 4 unit

=8542 ton/hari

Dari hasil perhitungan diperoleh efisiensi kerja sebesar 86% dengan produksi sebesar 8061 ton/hari untuk alat muat Excavator Caterpiller 330B dan untuk Dump Truck Nissan CW 520 LDN diperoleh efisiensi sebesar 81% dengan produksi sebesar 8542 ton/hari.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa target yang ditetapkan perusahaan untuk kegiatan pengapalan bijih nikel yaitu sebesar 8000 ton/hari dapat tercapai.5.4 Faktor faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Dalam Kegiatan Pengapalan

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, tidak tercapainya target pengapalan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut : 1. Rendahnya Efisiensi Kerja Dari Alat Muat dan Alat Angkut

Waktu kerja efektif sangat berpengaruh terhadap produksi dari alat muat dan alat angkut yang digunakan, dengan rendahnya waktu efektif kerja maka produksi dari alat-alat tersebut juga akan menurun. Dalam upaya meningkatkan produksi dari alat mekanis maka perlu diadakan perbaikan dan peningkatan waktu operasi dari masing-masing alat mekanis, sehingga target pengapalan yang diinginkan akan tercapai.

2. Pengaruh Cuaca Dan Keadaan Jalan.

Keadaan cuaca merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam kegiatan pengapalan. Dalam keadaan cuaca panas akan banyak debu dan akan mengganggu kerja operator, sehingga mengurangi kelincahan gerak peralatan mekanis. Begitu pula pada saat musim hujan, rampdoor akan licin yang menyebabkan kegiatan pengapalan akan dihentikan. Disamping itu pula waktu edar alat angkut akan semakin besar. Untuk mengurangi banyaknya debu pada musim kemarau maka perlu diadakan penyiraman secara teratur dan pada saat setelah hujan, kondisi jalan akan menjadi becek maka perlu dilakukan tindakan yang cepat dan tepat dari perusahaan yaitu dengan langsung melakukan pengerasan kembali jalan angkut.

3. Ketersedian bijih (ore)Untuk mencapai target pengapalan yang telah ditetapkan maka bijih (ore) di stock peli harus tetap ada, bila tidak akan mempengaruhi efisiensi kerja alat muat dan alat angkut. Kecepatan pemuatan sangat tergantung dari bijih yang ada, jika bijih di stock pile banyak maka kecepatan pemuatan juga akan meningkat dan tidak ada alat angkut yang lama menunggu. Sebaliknya jika bijih di stock pile tidak ada maka alat angkut banyak menunggu sehingga memganggu kelancaran pemuatan ke tongkang. 4. Faktor Pengisian (Fill Factor)Faktor pengisian adalah faktor yang menunjukkan perbandingan antara kapasitas nyata alat dengan kapasitas teoritis alat. Kapasitas teoritis sendiri merupakan heaped capacity yaitu sudut maksimum yang dapat dicapai oleh tumpukan material lepas. Faktor pengisian sangat dipengaruhi oleh keterampilan operator, ukuran butir, metode pemuatan, ketersediaan material yang akan dimuat. Hal inilah yang mempengaruhi faktor pengisian sehingga volume bucket tiap pengisian berbeda.

5. Keterampilan Operator (Skill Operator)

Operator yang terampil dan terlatih akan tahu cara mengoperasikan dan menempatkan alat pada posisi yang benar, sehingga alat yang dioperasikan dapat bergerak dengan leluasa dan tidak mengganggu alat lain yang sedang beroperasi. Peralatan mekanis akan menghasilkan produksi yang tinggi apabila alat tersebut dioperasikan oleh operator yang terampil. 6. Posisi RampdoorSesuai dengan hasil pengamatan di lapangan posisi Rampdoor sangat berpengaruh pada kecepatan pemuatan ke tongkang. Pemuatan biasanya lancar disaat Rampdoor rata dengan tempat kerja. Bila posisi Rampdoor lebih tinggi atau lebih rendah dari tempat kerja maka akan mempenaruhi kecepatan alat angkut yang akan masuk ke tongkang.

7. Sempitnya Ruang Manuver Dalam Tongkang

Saat tongkang kosong kecepatan pembongkaran alat angkut lebih cepat bila dibandingkan dengan waktu pembongkaran saat tongkang sudah terisi, hal ini disebabkan karena alat angkut memerlukan ruang gerak yang luas untuk melakukan pembogkaran (dumping).

PAGE 5 - 9