Bab 5 Rencana Final.pdf

17
LAPORAN AKHIR Studi Perencanaan Jaringan Trayek Pulau Bunguran Kabupaten Natuna V-1 PT. SECON DWITUNGGAL PUTRA Dinas Perhubungan Pos dan Telekomunikasi Kabupaten Natuna RENCANA JARINGAN TRAYEK “Bab ini berisikan mengenai rencana-rencana yang terdiri dari ruas- ruas jalan terpilih yang menjadi lintasan angkutan umum, lokasi terminal dan tempat henti/halte pada wilayah studi, serta jumlah angkutan umum pedesaan. Selain itu, dalam bab ini diuraikan pula mengenai pertimbangan-pertimbangan pengelolaan angkutan umum di wilayah studi.5.1 Rencana Ruas-Ruas Jalan Terpilih yang Menjadi Lintasan Angkutan Umum Rencana ruas-ruas jalan yang akan dipertimbangkan untuk dipilih menjadi lintasan angkutan umum pedesaan di Pulau BunguranPulau Bunguran Kabupaten Natuna diperoleh dari hasil analisis matriks asal tujuan. Berdasarkan hasil analisis pada uraian bab sebelumnya, diperoleh bahwa pola perjalanan penduduk Pulau Bunguran dari zona asal (zona pembangkit) ke zona tujuan (zona penarik) terlihat bahwa jumlah pergerakan penduduk sangat bervariasi. Sedangkan zona yang berpotensi sebagai tujuan perjalanan (zona pembangkit terbesar) adalah zona 1 (Kecamatan Bunguran Timur dengan ibukota Kecamatan Ranai). Hal ini menunjukkan bahwa minat pengguna dari Zona 1 lebih banyak dibandingkan dengan zona lainnya, yaitu sebanyak 10 responden. Sedangkan zona penarik berdasarkan analisis adalah zona 4 (Kecamatan Bunguran Utara) dan zona 5 (kecamatan Bunguran Barat). Berdasarkan analisis tersebut teridentifikasi bahwa aktivitas penduduk B B A A B B V V

Transcript of Bab 5 Rencana Final.pdf

  • LAPORAN

    AKHIR

    Studi Perencanaan Jaringan Trayek Pulau Bunguran Kabupaten Natuna

    V-1

    PT. SECON DWITUNGGAL PUTRA

    Dinas Perhubungan Pos dan Telekomunikasi

    Kabupaten Natuna

    RENCANA JARINGAN TRAYEK

    Bab ini berisikan mengenai rencana-rencana yang terdiri dari ruas-ruas jalan terpilih yang menjadi lintasan angkutan umum, lokasi

    terminal dan tempat henti/halte pada wilayah studi, serta jumlah angkutan umum pedesaan. Selain itu, dalam bab ini diuraikan pula

    mengenai pertimbangan-pertimbangan pengelolaan angkutan umum di wilayah studi.

    5.1 Rencana Ruas-Ruas Jalan Terpilih yang Menjadi

    Lintasan Angkutan Umum

    Rencana ruas-ruas jalan yang akan dipertimbangkan untuk dipilih

    menjadi lintasan angkutan umum pedesaan di Pulau BunguranPulau Bunguran

    Kabupaten Natuna diperoleh dari hasil analisis matriks asal tujuan.

    Berdasarkan hasil analisis pada uraian bab sebelumnya, diperoleh bahwa pola

    perjalanan penduduk Pulau Bunguran dari zona asal (zona pembangkit) ke

    zona tujuan (zona penarik) terlihat bahwa jumlah pergerakan penduduk

    sangat bervariasi. Sedangkan zona yang berpotensi sebagai tujuan perjalanan

    (zona pembangkit terbesar) adalah zona 1 (Kecamatan Bunguran Timur

    dengan ibukota Kecamatan Ranai). Hal ini menunjukkan bahwa minat

    pengguna dari Zona 1 lebih banyak dibandingkan dengan zona lainnya, yaitu

    sebanyak 10 responden.

    Sedangkan zona penarik berdasarkan analisis adalah zona 4

    (Kecamatan Bunguran Utara) dan zona 5 (kecamatan Bunguran Barat).

    Berdasarkan analisis tersebut teridentifikasi bahwa aktivitas penduduk

    BBAABB VV

  • LAPORAN

    AKHIR

    Studi Perencanaan Jaringan Trayek Pulau Bunguran Kabupaten Natuna

    V-2

    PT. SECON DWITUNGGAL PUTRA

    Dinas Perhubungan Pos dan Telekomunikasi

    Kabupaten Natuna

    cenderung terbagi ke dalam 3 (tiga) bagian, yaitu : (1) menuju pusat kota; (2)

    menuju Batubi yang selanjutnya menuju Kelarik (Kecamatan Bunguran Utara);

    dan (3) menuju Sedanau (Kecamatan Bunguran Barat). Hal ini menunjukkan

    bahwa adanya penyebaran rute perjalanan yang belum optimal ke seluruh

    kecamatan di Pulau Bunguran, khususnya Kecamatan Bunguran Barat dan

    Kecamatan Bunguran Utara.

    Ditinjau dari penggunaan lahan, kedua kecamatan ini memiliki potensi

    yang lebih besar untuk dikembangkan dibandingkan dengan kecamatan

    lainnya, khususnya ditinjau dari jumlah penduduk, kegiatan dan pergerakan

    penduduk. Penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Bunguran Utara (zona

    4) meliputi : permukiman, perkebunan/kebun, semak belukar/ alang-alang,

    hutan rimba, dan sawah. Sedangkan Kecamatan Bunguran Barat (zona 5) yang

    merupakan kawasan transmigrasi, permukiman perkebunan/ kebun, semak

    belukar/ alang-alang, hutan rimba, dan sawah.

    Dalam RTRW Kabupaten Natuna 2011-2031, dikemukakan bahwa kondisi

    geografis Kabupaten Natuna berupa kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau

    kecil dan besar yang jumlahnya cukup banyak. Salah satu penyebab rendahnya

    aksesibilitas internal maupun eksternal di Kabupaten Natuna sehingga

    terdapat kesenjangan pertumbuhan antara satu wilayah dengan wilayah

    lainnya. Untuk memperkecil kesenjangan tersebut, maka perlu dilakukan

    penyebaran Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) maupun Pusat Pelayanan

    Lingkungan (PPL) yang merata di wilayah Kabupaten Natuna.

    Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) maupun Pusat Pelayanan Lingkungan

    (PPL) di alokasikan pada pulau - pulau besar yang memiliki daya dukung

    lingkungan yang memadai. Sedangkan pada pulau-pulau kecil lebih didorong

    pada pengembangan kegiatan - kegiatan non permukiman.

    Berdasarkan RTRW Kabupaten Natuna 2011-2031, dalam rencana

    sistem perkotaan wilayah Kabupaten Natuna dan arahan fungsi sistem

    perkotaan Kabupaten Natuna, Kecamatan Bunguran Utara termasuk pada

  • LAPORAN

    AKHIR

    Studi Perencanaan Jaringan Trayek Pulau Bunguran Kabupaten Natuna

    V-3

    PT. SECON DWITUNGGAL PUTRA

    Dinas Perhubungan Pos dan Telekomunikasi

    Kabupaten Natuna

    rencana sistem perkotaan berupa Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Kelarik

    yang terdiri dari Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Batubi dan PPL Binjai.

    Sedangkan Kecamatan Bunguran Barat memiliki fungsi PKL dengan PPK

    Tanjung Batang (PPL Cemaga) dan PPK Sabang Barat (PPL Subi dan PPL Pulaut

    Laut). (Tabel 5.1)

    Tabel 5.1 Rencana Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten Natuna.

    PKSN PKL PPK PPL

    Ranai (Kecamatan Bunguran Timur)

    Serasan (Kecamatan Serasan)

    1. PPK Teluk Buton 1. PPL Pengadah

    2. PPK Kelarik 2. PPL Batubi

    3. PPL Binjai

    Sedanau (Kecamatan Bunguran Barat)

    3. PPK Tanjung Batang 4. PPL Cemaga

    4. PPK Sabang Barat 5. PPL Subi

    6. PPL Pulau Laut

    Sumber: RTRW Kabupaten Natuna 2011-2031

    Ditinjau dari rencana sistem perkotaan tersebut, arahan fungsi

    kawasan tersebut, maka Kecamatan Bunguran Utara (Kelarik) dan Kecamatan

    Bunguran Barat (Sedanau) memiliki potensi yang dapat dikembangkan, salah

    satunya adalah dengan peningkatan jaringan jalan dan sarana transportasi

    penunjangnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut.

    Tabel 5.2 Arahan Fungsi Sistem Perkotaan Kabupaten Natuna.

    Sistem Kota

    Kota Arahan Fungsi Fungsi Penunjang

    PKSN Ranai Pusat Pemerintahan

    Pusat Perdagangan dan jasas kala regional

    Pusat pengembangan industri hasil-hasil pertanian

    Pusat kegiatan pertahanan dankeamanan

    Pengembangan kegiatan pertanian/perkebunan, perikanan, kehutanan, pertambangan dan pariwisata

    Pusat pelayanan transportasi laut dan

    Pemerintahan skala Kabupaten

    Pendidikan: SD, SLTP,SMU, PT/Akademi

    Kesehatan: RSU

    Terminal Type C

    Pelabuhan

    Peribadatan

    Ekonomi: Pasar,perdagangan grosir,

    Fasilitas Olahraga dan Rekreasi

    Akomodasi: HotelBerbintang

  • LAPORAN

    AKHIR

    Studi Perencanaan Jaringan Trayek Pulau Bunguran Kabupaten Natuna

    V-4

    PT. SECON DWITUNGGAL PUTRA

    Dinas Perhubungan Pos dan Telekomunikasi

    Kabupaten Natuna

    Sistem Kota

    Kota Arahan Fungsi Fungsi Penunjang

    udara skala lokal,regional dan nasional

    Pusat pelayanan Perumahan/Permukiman

    PKL PKL Sedanau

    Pusat koleksi dan distribusi hasil perikanan serta kelautan.

    Kawasan pertanian,perkebunan dan perikanan.

    Simpul pelayanan transportasilaut lokal.

    Kawasan pengembanganwisata bahari.

    Permukiman/ perumahan

    Pendidikan: SD, SLTP,SMU,

    1. Puskesmas dengan tempat perawatan

    2. Pelabuhan 3. Peribadatan Ekonomi: Pasar, perdagangan

    grosir

    Fasilitas Olahraga dan Rekreasi

    Akomodasi: Hotel Melati

    PKL Serasan

    Pengembangan kegiatan pertanian.

    Kawasan perikanan dan kelautan.

    Pusat koleksi dan distribusi hasil pertanian.

    Simpul pelayanan transportasi laut lokal

    Kawasan pengembangan wisata bahari

    Permukiman/perumahan

    Pendidikan: SD, SLTP,SMU,

    Puskesmas dengantempat perawatan

    4. Pelabuhan 5. Peribadatan Ekonomi: Pasar, perdagangan

    dan grosir

    Fasilitas Olahraga danRekreasi

    Akomodasi: Hotel Melati

    PPK PPK Tanjung Batang Pulau Tiga

    Perindustrian berbasisperikanan

    Transportasi Laut

    pariwisata,

    perkebunan kelapa

    perikanan (minapolitan),

    perumahan dan pemukiman

    Konservasi laut

    simpul pelayanan transportasilaut

    Pendidikan: SD, SLTP,SMU,

    Puskesmas dengantempat perawatan

    Pelabuhan

    Peribadatan

    Ekonomi: Pasar,perdagangan

    Fasilitas Olahraga danRekreasi

    Akomodasi: Hotel Melati

    Industri perikanan PPK Teluk Buton

    Industri dan pergudanganberbasis migas

    Rencana transportasi lautnasional

    Konservasi laut

    Perkebunan kelapa

    Perumahan dan pemukiman

    Ekonomi: Pasar,perdagangan

    Fasilitas Olahraga danRekreasi

    Peribadatan

    Pendidikan: SD, SLTP,SMU,

    Puskesmas dengantempat perawatan

    Industri migas

    Konservasi Alam PPK Kelarik

    Agro Industri

    Pertanian tanaman pangandan hortikultura

    Perkebunan karet, kelapa,

    Perumahan dan pemukiman

    Budidaya perikanan

    Akomodasi: hotel melati

    Terminal tipe C

    Ekonomi: Pasar,perdagangan

    Fasilitas Olahraga danRekreasi

    Peribadatan

  • LAPORAN

    AKHIR

    Studi Perencanaan Jaringan Trayek Pulau Bunguran Kabupaten Natuna

    V-5

    PT. SECON DWITUNGGAL PUTRA

    Dinas Perhubungan Pos dan Telekomunikasi

    Kabupaten Natuna

    Sistem Kota

    Kota Arahan Fungsi Fungsi Penunjang

    Simpul pelayanan transportasi laut lokal

    Perikanan budidaya (rumputlaut)

    Pendidikan: SD, SLTP,SMU,

    Puskesmas dengantempat perawatan

    Industri agro

    Konservasi Alam PPK Sabang Barat

    Pertanian tanaman pangandan hortikultura

    Perkebunan kelapa,cengkaeh,melinjo

    Perumahan dan pemukiman

    Perikanan tangkap

    Pariwisata

    Akomodasi: hotel melati

    Ekonomi: Pasar,perdagangan

    Fasilitas Olahraga danRekreasi

    Peribadatan

    Pendidikan: SD, SLTP,SMU,

    Puskesmas dengan tempat perawatan

    Konservasi Alam Sumber: RTRW Kabupaten Natuna 2011-2031

    Berdasarkan arahan pembangunan yang direncanakan, maka rute yang

    dipilih untuk direncanakan untuk menjadi lintasan angkutan umum di Pulau

    Bunguran. Jalur transportasi darat/rute yang direncanakan sebagai

    aksesibilitas penunjang sarana dan prasarana di Bunguran Utara, yaitu dengan

    membangkitkan kembali fungsi jalan yang telah ada. Adapun rute yang

    direncanakan adalah sebagai berikut :

    1. Ranai-Batubi- kelarik

    2. Ranai- Basisir- Batubi

    3. Ranai-Batubi-Sedanau

    5.1.1 Ruas Jalan Ranai Basisir - Batubi

    Ruas jalan Ranai Basisir Batubi merupakan jaringan jalan yang

    direncanakan mengikuti rute trayek Ranai - Batubi. Namun, rute ini tidak

    sepenuhnya mengikuti jalur yang ada. Dikarenakan rute ini direncanakan

    melewati Jalan Basisir, yang melintasi kawasan : Pusat Pemerintahan

    Kabupaten Natuna (kantor Bupati), perdagangan dan jasa, permukiman

    penduduk, dan lain-lain.

  • LAPORAN

    AKHIR

    Studi Perencanaan Jaringan Trayek Pulau Bunguran Kabupaten Natuna

    V-6

    PT. SECON DWITUNGGAL PUTRA

    Dinas Perhubungan Pos dan Telekomunikasi

    Kabupaten Natuna

    Ruas jalan ini diprediksi akan mengalami peningkatan pada beberapa

    tahun mendatang. Mengingat aksesibilitas penduduk baik dengan asal/ tujuan

    dari Ranai (Kecamatan Bunguran Timur) menuju Batubi (Kecamatan Bunguran

    Barat) atau dari arah sebaliknya melintasi rute tersebut akan lebih banyak. Hal

    ini dikarenakan rute ini menjadi jalur alternatif dari rute yang sudah ada, yaitu

    rute Ranai-Batubi.

    5.1.2 Ranai-Batubi-Kelarik

    Rute Ranai Batubi Kelarik merupakan salah satu jaringan jalan yang

    dipertimbangkan untuk dipilih sebagai akses jalan bagi penduduk di Pulau

    Bunguran Kabupaten Natuna, khususnya dari Kota Ranai menuju Batubi dan

    kelarik. Selain itu, ruas jalan ini merupakan jalan yang direncanakan dalam

    RTRW Kabupaten Natuna 2011-2013, dimana pengembangan dan peningkatan

    ruas jalan kolektor primer 2, yang akan menghubungkan Kota Ranai sebagai

    Pusat Kegiatan Strategis Nasional dengan pusat pelayanan kawasan dan pusat

    pelayanan lingkungan di Pulau Bunguran, salah satunya adalah Trans Batubi

    Kelarik.

    Jaringan jalan yang dilalui oleh rute ini pada mulanya telah ada, namun

    dikarenakan kondisi penggunaan lahan dan kondisi jalan di sepanjang rute ini,

    maka tidak banyak digunakan oleh penduduk sebagai akses dari Batubi

    (Kecamatan Bunguran Barat) menuju Kelarik (Kecamatan Bunguran Utara).

    Rute yang dipilih untuk memfasilitasi akses penduduk direncanakan

    merupakan jaringan jalan yang termasuk dalam ruas jalan kolektor primer 2,

    yaitu ruas jalan Trans Batubi Kelarik memiliki panjang ruas 16,80 km.

    Dikarenakan asal tujuan dari Kota Ranai/ Terminal Ranai, maka rute yang

    direncanakan adalah Ranai-Batubi-Kelarik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

    pada Tabel 5.3berikut ini.

  • LAPORAN

    AKHIR

    Studi Perencanaan Jaringan Trayek Pulau Bunguran Kabupaten Natuna

    V-7

    PT. SECON DWITUNGGAL PUTRA

    Dinas Perhubungan Pos dan Telekomunikasi

    Kabupaten Natuna

    Tabel 5.3 Rencana Ruas Jalan Kolektor Primer 2 di Kabupaten Natuna

    No Nama Ruas Jalan Pajang Ruas (Km)

    1. Sp. Tanjung Ceruk 13.70

    2. Trans Batubi Sebangkar 5.50

    3. Sp. Harapan Jaya Padang Angus 3.70

    4. Padang Angus Cemaga 9.00

    5. Sp. Sekunyam Pian Tengah 6.00

    6. Padang Angus Binjai 5.10

    7. Sp. Harapan Jaya Bukit Leman 8.70

    8. Bukit Leman Trans Batubi 16.20

    9. Trans Batubi Tg. Kudu 7.40

    10. Trans Batubi Kelarik 16.80 Sumber: RTRW Kabupaten Natuna 2011-2031

    Ruas jalan ini diprediksi akan mengalami peningkatan pada beberapa

    tahun mendatang. Mengingat fungsi penunjang yang diarahkan di Bunguran

    Utara adalah kawasan sebagai berikut :

    1. Akomodasi: hotel melati

    2. Terminal tipe C

    3. Ekonomi: Pasar,perdagangan

    4. Fasilitas Olahraga danRekreasi

    5. Peribadatan

    6. Pendidikan: SD, SLTP, dan SMU

    7. Puskesmas dengantempat perawatan

    8. Industri agropolitan

    9. Konservasi Alam

    5.1.3 Ranai-Batubi-Sedanau

    Ruas jalan Ranai Batubi Sedanau merupakan jaringan jalan yang

    direncanakan mengikuti rute trayek Ranai - Sedanau. Rute jalan ini diprediksi

    akan mengalami peningkatan pada beberapa tahun mendatang. Mengingat

    aksesibilitas penduduk baik dengan asal/ tujuan dari Ranai (Kecamatan

  • LAPORAN

    AKHIR

    Studi Perencanaan Jaringan Trayek Pulau Bunguran Kabupaten Natuna

    V-8

    PT. SECON DWITUNGGAL PUTRA

    Dinas Perhubungan Pos dan Telekomunikasi

    Kabupaten Natuna

    Bunguran Timur) menuju Sedanau (Kecamatan Bunguran Barat) atau dari arah

    sebaliknya melintasi rute tersebut akan lebih banyak.

    Berdasarkan RTRW Kabupaten Natuna tahun 2011-2031, pengembangan

    jaringan jalan dititikberatkan pada pulau - pulau besar yang akan

    dikembangkan sebagai kawasan permukiman. Pengembangan pola jaringan

    jalan pulau - pulau tersebut di rencanakan membentuk sistemloop yang

    merupakan jalan lingkar pulau yang terpadu dengansistem transportasi laut

    yang menghubungkan antar pulau di dalam wilayah Kabupaten Natuna

    maupun dengan wilayah sekitarnya. Sistem inidikembangkan dalam upaya

    untuk mendorong pengembangan kawasan di pesisir dan membatasi

    pengembangan di wilayah tengah pulau yang berupa perbukitan sebagai

    daerah resapan air.

    Pengembangan jaringan jalan yang menghubungkan wilayah Pulau

    Bunguran Kabupaten Natuna sebagian berstatus Jalan Nasional, Jalan Provinsi

    dan Jalan Kabupaten. Dalam merencanakan jaringan jalan di wilayah

    Kabupaten Natuna khususnya pada pulau - pulau besar yang di rencanakan

    sebagai kawasan permukiman, akan memperhatikan rencana jaringan jalan

    nasional dan rencana jaringan jalan provinsi yang sudah ditetapkan.

    Dalam upaya untuk mengefisienkan pergerakan antar

    pulau,direncanakan untuk mengembangkan jembatan antar pulau padapulau -

    pulau yang dipisahkan oleh selat dengan jarak pendek dandimungkinkan

    untuk dikembangkan jembatan antar pulau. DiPulau Bunguran Kabupaten

    Natuna direncanakan pembangunan jembatan antaraPulau Bunguran (Binjai)

    dengan Sedanau (Kecamatan BunguranBarat) yang dimaksudkan untuk

    memperlancar akses transportasidarat antara Pusat Kegiatan Strategis

    Nasional Ranai yang jugasebagai simpul transportasi udara dengan Sedanau

    sebagai salahsatu Pusat Kegiatan Lokal. Sebagaimana rencana sistem

    perkotaandi Kabupaten Natuna, antara Pusat Kegiatan Strategis

    NasionalRanai perlu dikoneksikan dengan Pusat Kegiatan Lokalnya,

  • LAPORAN

    AKHIR

    Studi Perencanaan Jaringan Trayek Pulau Bunguran Kabupaten Natuna

    V-9

    PT. SECON DWITUNGGAL PUTRA

    Dinas Perhubungan Pos dan Telekomunikasi

    Kabupaten Natuna

    yakniSedanau dan Serasan, yang keduanya tidak berada pada pulauyang sama

    dengan Kota Ranai.

    Oleh sebab itu, untuk membentuk jaringan dan aksesibiltas

    yangterkoneksi antar sistem perkotaan, perlu dibangun Jembatan Binjai -

    Sedanau. Dengan pembangunanjembatan tersebut diatas, maka diharapkan

    keterisolasian daerahdapat diatasi, sehingga roda perekonomian dapat

    berjalan lancarbahkan lebih baik, sehingga pemerataan pembangunan

    diKabupaten Natuna dapat tercapai.

    Adapun jalur yang direncanakan dalam rute ini adalah rute trayek Ranai

    Batubi ( 40 km), kemudian dari Batubi menuju ke Sedanau (Ibukota

    Kecamatan Bunguran Barat) melewati jembatan (yang akan direncanakan.

    Dengan kata lain, rute yang direncanakan adalah Ranai Batubi Sedanau.

    Untuk lebih jelasnya mengenai ruas jalan/ rute yang diuraikan dari ke 3

    (tiga) rute di atas, dapat dilihat pada Gambar V.1 berikut.

  • LAPORAN

    AKHIR

    Studi Perencanaan Jaringan Trayek Pulau Bunguran Kabupaten Natuna

    V-10

    PT. SECON DWITUNGGAL PUTRA

    Dinas Perhubungan Pos dan Telekomunikasi

    Kabupaten Natuna

  • LAPORAN

    AKHIR

    Studi Perencanaan Jaringan Trayek Pulau Bunguran Kabupaten Natuna

    V-11

    PT. SECON DWITUNGGAL PUTRA

    Dinas Perhubungan Pos dan Telekomunikasi

    Kabupaten Natuna

    5.2 Rencana Lokasi Terminal dan Tempat Henti/Halte

    Pada Wilayah Studi

    Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa terdapat 3 (tiga) rute

    jaringan trayek yang direncanakan yaitu : (1) Ranai-Batubi- kelarik; (Ranai-

    Basisir- Batubi); dan Ranai-Batubi-Sedanau. Guna mendukung jaringan trayek

    tersebut, maka diperlukan prasarana pendukung lalu lintas dan angkutan

    jalan.

    Berdasarkan RTRW Kabupaten Natuna Tahun 2011-2031, dikemukakan

    bahwa pengembangan terminal di Pulau Bunguran Kabupaten Natuna

    dimaksudkan sebagai titik simpul dalam sistem jaringan transportasi.

    Mengingat kondisi geografis Kabuaten Natuna sebagai kabupatenkepulauan

    maka terminal juga dimaksudkan sebagai tempat pergantian moda

    transportasi, khususnya pada transportasi darat.

    Untuk jaringan trayek, maka perlu direncanakan pembangunan

    terminal. Adapun terminal yang akan dikembangkan di Pulau Bunguran

    Kabupaten Natuna adalah terminal tipe C dengan fungsi untuk melayani

    angkutan pedesaan, meliputi :

    1. Terminal penumpang tipe C di Sungai Pauh Kecamatan BunguranTimur.

    Terminal ini direncanakan sebagai Terminal Ranai 2, yang dapat

    digunakan untuk ketiga jaringan trayek yang direncanakan.

    2. Terminal penumpang tipe C di Binjai di Kecamatan Bunguran Barat.

    Terminal ini direncanakan sebagai terminal asal/tujuan penduduk yang

    ada di sekitar Sedanau menuju Batubi dan Ranai, atau sebaliknya.

    3. Terminal penumpang tipe C di Kelarik di Kecamatan Bunguran Utara.

    Terminal ini direncanakan sebagai terminal asal/tujuan penduduk yang

    ada di sekitar Kelarik (Kecamatan Bunguran Utara) menuju Batubi dan

    Ranai, atau sebaliknya.

    4. Terminal penumpang tipe C di Batubi di Kecamatan Bunguran Barat.

    Terminal ini direncanakan dengan pertimbangan guna memberikan

  • LAPORAN

    AKHIR

    Studi Perencanaan Jaringan Trayek Pulau Bunguran Kabupaten Natuna

    V-12

    PT. SECON DWITUNGGAL PUTRA

    Dinas Perhubungan Pos dan Telekomunikasi

    Kabupaten Natuna

    pelayanan pada pengguna trayek sebagai prasarana dengan asal/

    tujuan dari Sedanau (Kecamatan Bunguran Barat), Kelarik (Kecamatan

    Bunguran Utara), dan Ranai (Kecamatan Bunguran Timur), atau

    sebaliknya.

    Untuk lebih jelasnya mengenai rencana lokasi terminal dapat dilihat

    pada Gambar V.2 berikut.

  • LAPORAN

    AKHIR

    Studi Perencanaan Jaringan Trayek Pulau Bunguran Kabupaten Natuna

    V-13

    PT. SECON DWITUNGGAL PUTRA

    Dinas Perhubungan Pos dan Telekomunikasi

    Kabupaten Natuna

    Gambar V.1 Peta Rencana Terminal C di Pulau Bunguran Kabupaten Natuna

  • LAPORAN

    AKHIR

    Studi Perencanaan Jaringan Trayek Pulau Bunguran Kabupaten Natuna

    V-14

    PT. SECON DWITUNGGAL PUTRA

    Dinas Perhubungan Pos dan Telekomunikasi

    Kabupaten Natuna

    5.3 Rencana Jumlah Angkutan Umum Pedesaan

    Jumlah armada angkutan umum pedesaan yang telah beroperasi

    sampai dengan tahun 2012 dari 7 (tujuh) trayek yang ada di Pulau Bunguran

    adalah sebanyak 9 unit. Berdasarkan hasil analisis tersebut direncanakan

    adanya penambahan armada angkutan umum pedesaan, yaitu sebanyak 15

    armada.

    Sedangkan untuk trayek yang direncanakan sebanyak 3 (tiga) trayek

    baru diperlukan masing-masing trayek sebanyak 2 unit angkutan umum

    pedesaan. Dengan kata lain penambahan armada baru untuk trayek ini adalah

    sebanyak 6 unit. Adapun dasar pertimbangan dari rencana jumlah angkutan

    umum pedesaan ini adalah jarak jaringan jalan yang dilewati, penggunaan

    lahan yang ada, dan jumlah penduduk sebagai pengguna sarana angkutan

    umum pedesaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat padaTabel 5.4 berikut.

    Tabel 5.4 Hasil Analisis Selisih Jumlah Angkutan.

    No Trayek Selisih Penambahan Armada Eksisting Rencana

    1 Ranai Selat Lampa (1 dan 2) 2 4 2

    2 Ranai Cemaga 1 3 2

    3 Ranai Batubi (1 dan 2) 2 4 2

    4 Ranai Ceruk 1 4 3

    5 Ranai Sebadai Ulu 1 4 3

    6 Ranai Teluk Buton 1 2 1

    7 Ranai Pian Tengah 1 3 2

    Jumlah 9 24 15

    8 Ranai-Batubi- kelarik 0 2 2

    9 Ranai- Basisir- Batubi 0 2 2

    10 Ranai-Batubi-Sedanau 0 2 2

    Jumlah 0 6 6

    Sumber : Hasil Rencana, 2012 Trayek rencana

  • LAPORAN

    AKHIR

    Studi Perencanaan Jaringan Trayek Pulau Bunguran Kabupaten Natuna

    V-15

    PT. SECON DWITUNGGAL PUTRA

    Dinas Perhubungan Pos dan Telekomunikasi

    Kabupaten Natuna

    5.4 Pertimbangan-pertimbangan Pengelolaan

    Angkutan Umum Pedesaan di Wilayah Studi

    Kendaraan umum merupakan kendaraaan yang disediakan untuk

    digunakan oleh masyarakat umum dengan dipungut bayaran. Kendaraan

    umum dapat berupa mobil penumpang, bus kecil, bus sedang dan bus besar.

    Tujuan utama dari keberadaan angkutan umum penumpang adalah

    menyelenggarakan angkutan yang baik dan layak bagi masyarakat. Ukuran

    pelayanan yang baik adalah pelayanan yang aman, cepat, murah, dan nyaman.

    Semakin banyak jumlah penumpang menyebabkan biaya per

    penumpang dapat ditekan serendah mungkin. Karena merupakan angkutan

    massal, perlu ada beberapa kesamaan diantara para penumpang, antara lain

    kesamaan asal dan tujuan. Kesamaan ini dicapai dengan cara pengumpulan di

    terminal dan/atau tempat pemberhentian. Kesamaan tujuan tidak selalu

    berarti kesamaan maksud. Pelayanan angkutan umum akan berjalan dengan

    baik apabila terjadi keseimbangan antara sediaan dan permintaan. Dalam

    kaitan ini perlu campur tangan Pemerintah dengan tujuan antara lain:

    a. Menjamin sistem operasi yang aman bagi kepentingan masyarakat

    pengguna jasa angkutan, petugas pengelola angkutan, dan pengusaha

    jasa angkutan.

    b. Mengarahkan agar lingkungan tidak terlalu terganggu oleh kegiatan

    angkutan.

    c. Menciptakan persaingan sehat dan menghindarkan kembaran yang tidak

    perlu.

    d. Membantu perkembangan dan pembangunan nasional maupun daerah

    dengan meningkatkan pelayanan jasa angkutan.

    e. Menjamin pemerataan jasa angkutan sehingga tidak ada pihak yang

    dirugikan.

    f. Mengendalikan operasi pelayanan jasa angkutan.

  • LAPORAN

    AKHIR

    Studi Perencanaan Jaringan Trayek Pulau Bunguran Kabupaten Natuna

    V-16

    PT. SECON DWITUNGGAL PUTRA

    Dinas Perhubungan Pos dan Telekomunikasi

    Kabupaten Natuna

    Menurut Warpani (2002) dalam Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan

    Jalan, angkutan pedesaan adalah pelayanan angkutan penumpang yang

    ditetapkan melayani trayek dari dan ke terminal tipe C. Ciri utama lain yang

    membedakan angkutan pedesaan dengan yang lainnya adalah pelayanan

    lambat, tetapi jarak pelayanan tidak ditentukan.

    Definisi ini agak berbeda dengan pengertian rural transport yaitu

    angkutan yang melayani daerah pinggiran/desa (remote rural areas) yang

    penduduknya sangat sedikit. Desa didefinisikan sebagai pemukiman

    berpenduduk kurang dari 3.000 jiwa (White, 1995 seperti dikutip oleh

    Warpani). Angkutan pedesaan merupakan salah satu sarana transportasi

    umum yang penting untuk mendukung aktifitas dan mobilitas penduduk, serta

    mempercepat pemerataan hasil pembangunan terutama pada daerah-daerah

    pinggiran/desa.

    Namun arti penting angkutan pedesaan ini telah tertutupi dengan

    permasalahan-permasalahan transportasi perkotaan sehingga banyak pihak

    telah melupakan bahwa sebagian besar wilayah negeri ini dilayani oleh

    angkutan pedesaan. Permasalahan angkutan pedesaan terutama terjadi

    karena minimnya permintaan yang harus dilayani sedangkan pengusaha

    angkutan harus tetap bertahan tanpa ada subsidi dari pemerintah baik

    langsung maupun tidak langsung. Disamping itu, terbatasnya lapangan

    pekerjaan pada wilayah pedesaan menjadikan profesi sebagai penyedia jasa

    (baik awak maupun pemilik kendaraan) merupakan sesuatu kesempatan

    tanpa memandang kelayakan imbalan dari kegiatan yang diselenggarakannya.

    Pertimbangan-pertimbangan pengelolaan menerapkan jaringan trayek

    adalah sebagai berikut:

    1. Pola Tata Guna Lahan.

    Pelayanan angkutan umum diusahakan mampu menyediakan

    aksesibilitas yang baik. Untuk memenuhi hal itu, lintasan trayek angkutan

    umum diusahakan melewati tata guna tanah dengan potensi permintaan

  • LAPORAN

    AKHIR

    Studi Perencanaan Jaringan Trayek Pulau Bunguran Kabupaten Natuna

    V-17

    PT. SECON DWITUNGGAL PUTRA

    Dinas Perhubungan Pos dan Telekomunikasi

    Kabupaten Natuna

    yang tinggi. Demikian juga lokasi-lokasi yang potensial menjadi tujuan

    berpergian diusahakan menjadi prioritas pelayanan.

    2. Pola Pergerakan Penumpang Angkutan Umum.

    Rute angkutan umum yang baik adalah arah yang mengikuti pergerakan

    penumpang angkutan sehingga tercipta pergerakan yang lebih efisien.

    Trayek angkutan umum harus dirancang sesuai dengan pola pergerakan

    penduduk yang terjadi, sehingga transfer moda yang terjadi pada saat

    penumpang mengadakan perjalanan dengan angkutan umum yang

    diminimumkan.

    3. Kepadatan Penduduk.

    Salah satu faktor yang menjadi prioritas pelayanan angkutan umum

    adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, yang pada

    umumnya merupakan wilayah yang mempunyai potensi permintaan

    yang tinggi. Trayek angkutan umum yang ada diusahakan sedekat

    mungkin menjangkau wilayah itu.

    4. Daerah Pelayanan.

    Pelayanan angkutan umum, selain memperhatikan wilayah-wilayah

    potensial pelayanan, juga menjangkau semua wilayah yang ada. Hal itu

    sesuai dengan konsep pemerataan pelayanan terhadap penyediaan

    fasilitas angkutan umum.

    5. Karakteristik Jaringan Jalan. Kondisi jaringan jalan akan menentukan

    pola pelayanan trayek angkutan umum.

    Karakteristik angkutan jalan meliputi konfigurasi, klasifikasi, fungsi, lebar

    jalan dan tipe operasi jalan.