Bab 5 Peran Kader Pemberdayaan Masyarakat di Daerah Tertinggal · 2019. 7. 17. · Permendagri No....

54
124|Dr. Gatot Sasongko, S.E, M.S, dkk. Bab 5 Peran Kader Pemberdayaan Masyarakat di Daerah Tertinggal Berdasarkan hasil wawancara mendalam, pengamatan, dan studi dokumen- dokumen terkait dengan peran kader pemberdayaan masyarakat di tingkat desa, dengan mengacu pada variabel dan indikator kajian dalam kegiatan ini, berikut disajikan temuan-temuan di 8 desa dengan masing-masing 2 desa berasal dari Kabupaten Rembang dan Wonogiri untuk propinsi Jawa Tengah, dan Propinsi Nusa Tenggara Timur meliputi Kabupaten Belu dan Timor Tengah Utara. Berikut deskripsi hasil temuan lapangan berdasarkan variabel dan indikator kajian yang telah ditetapkan. 5.1 Kabupaten Wonogiri 5.1.1. Dinamika Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa Gemawang. 1. Tahapan Perencanaan Program Dalam rangka identifikasi masalah, kebutuhan dan sumber daya yang dimiliki masyarakat, Kader Pemberdayaan Masyarakat melakukan dalam forum Musyawarah Dusun (MusDus). Musyawarah Dusun sebagai tahap awal dilakukan di seluruh dusun yang dihadari oleh: Ketua RT, Perangkat Desa, Tokoh Masyarakat dan Perwakilan Perempuan. Pertemuan difasilitasi oleh Perangkat Desa dan dibuka oleh Perangkat Desa, tetapi selanjutnya pertemuan dipimpin oleh Kader Pemberdayaan Masyarakat. Proses diskusi dilakukan terbuka dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta pertemuan untuk identifikasi masalah dan kebutuhan dan potensi yang dimiliki. Musyawarah dilakukan di seluruh dusun di lingkungan Desa Gemawang, sehingga karena Programn PNPM hanya ada satu Kader Pemberdayaan Masyarakat pertemuan dijadwal secara bergilir untuk seluruh dusun. Di Desa Gemawang ada 12 dusun, sehingga Kader Pemberdayaan harus mengagihkan pertemuan 12 kali di 12 dusun yang ada. Pertemuan dilakukan setelah petani

Transcript of Bab 5 Peran Kader Pemberdayaan Masyarakat di Daerah Tertinggal · 2019. 7. 17. · Permendagri No....

  • 124|Dr. Gatot Sasongko, S.E, M.S, dkk.

    Bab 5Peran Kader Pemberdayaan Masyarakatdi Daerah Tertinggal

    Berdasarkan hasil wawancara mendalam, pengamatan, dan studi dokumen-dokumen terkait dengan peran kader pemberdayaan masyarakat di tingkatdesa, dengan mengacu pada variabel dan indikator kajian dalam kegiatan ini,berikut disajikan temuan-temuan di 8 desa dengan masing-masing 2 desaberasal dari Kabupaten Rembang dan Wonogiri untuk propinsi Jawa Tengah,dan Propinsi Nusa Tenggara Timur meliputi Kabupaten Belu dan Timor TengahUtara.

    Berikut deskripsi hasil temuan lapangan berdasarkan variabel dan indikatorkajian yang telah ditetapkan.

    5.1 Kabupaten Wonogiri

    5.1.1. Dinamika Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa Gemawang.

    1. Tahapan Perencanaan Program

    Dalam rangka identifikasi masalah, kebutuhan dan sumber daya yang dimilikimasyarakat, Kader Pemberdayaan Masyarakat melakukan dalam forumMusyawarah Dusun (MusDus). Musyawarah Dusun sebagai tahap awal dilakukandi seluruh dusun yang dihadari oleh: Ketua RT, Perangkat Desa, Tokoh Masyarakatdan Perwakilan Perempuan. Pertemuan difasilitasi oleh Perangkat Desa dan dibukaoleh Perangkat Desa, tetapi selanjutnya pertemuan dipimpin oleh KaderPemberdayaan Masyarakat. Proses diskusi dilakukan terbuka dengan memberikankesempatan seluas-luasnya kepada peserta pertemuan untuk identifikasi masalahdan kebutuhan dan potensi yang dimiliki.

    Musyawarah dilakukan di seluruh dusun di lingkungan Desa Gemawang,sehingga karena Programn PNPM hanya ada satu Kader PemberdayaanMasyarakat pertemuan dijadwal secara bergilir untuk seluruh dusun. Di DesaGemawang ada 12 dusun, sehingga Kader Pemberdayaan harus mengagihkanpertemuan 12 kali di 12 dusun yang ada. Pertemuan dilakukan setelah petani

  • MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PERAN KADER |125

    dan undangan bekerja, sehingga waktu pertemuann biasanya dilakukansesudah solat Isya (jam 19.00 WIB).

    Dalam pertemuan tidak hanya dibahas tentang jenis kebutuhan, tetapi jugadidiskusikan prirotas suatu program. Selama ini yang digunakan sebagai kriteriapenetuan urutan prioritas adalah jumlah penerima manfaat dari suatu programdi lingkungan tertentu.

    Hasil pertemuan dari musyawarah tingkat dusun kemudian di bawa dalampertemuan atau Musyawarah Tingkat Desa (Musdes). Dalam Musdes, dilihatdan dibahas bersama seluruh program dari masing-masing dusun. Dengandemikian dapat terjadi program tertentu di dusun A merupakan prioritaspertama tetapi di dusun B menjadi prioritas terakhir, karena jumlah penerimamanfaatnya bebeda. Hasil kompilasi program dan prirotas program hasilMusdes disusun dan dibukukan menjadi Rencana Pembangunan JangkaMenengah Tingkat Desa (RPJM-Des).

    Dikaitkan dengan Permendagri No.7 tahun 2007 pasal 9 tentasng fungsi KaderPemberdayaan Masyarakat dalam hal ini Kader PNPM telah menjalan fungsiayat (a) yaitu pengidentifikasian masalah, kebutuhan dan sumber dayapembangunan yang dilakukan secara partisipatif, (b) penampungan danpenyaluran aspirasi masyarakat bersama Lembaga Kemasyarakatan kepadaPemerintah Desa atau Kelurahan dan (c) penyusunan rencana pembangunandan fasilitasi musyawarah perencanaan pembangunan secara partisipatif telahberjalan dengan baik. Proses dimulai dari Musdus sampai dengan Musdes dandihasilkan RPJM-Des.

    Tahapan lebih lanjut dari hasil Musdes dibawa dalam pertemuan MusyawarahAntar Desa (MAD). Hasil pertemuan MAD disusun prioritas untuk tingkatKecamatan Ngadirojo.

    Dari hasil Musdes beberapa masalah dan program yang diusulkan di DesaGemawang antara lain:a. Masih ada akses jalan desa yang kurang kayak, terutama pada musim

    penghujan. Beberapa akses ke dusun masih berwujud tanah, antara lainakses ke dusun Pelembapang. Masalah ketidak merataan akses antar dusuninilah yang kemudian disepakai menjadi salah satu prioritas program di

  • 126|Dr. Gatot Sasongko, S.E, M.S, dkk.

    dusun Pelembapang. Pada saat pertemuan juga disepakati partisipasimasyarakat dalam hal tenaga.

    b. Di Desa Gemawang, program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP)dinilai berhasil karena sampai pada saat diadakan penelitian tidak ada kredityang masuk kategori macet. Jumlah kredit macet inilah yang menjadi kriteriautama keberhasilan program simpan pinjam. Dengan keberhasilan ini, DesaGemawang mengajukan usulan perbaikan jalan dan masuk daftar prioritasuntuk tambahan modal kegiatan SPKP. Hanya saja pada saat dilakukanwawancara dengan Kader Pemberdayaan Masyarakat dan Tim PengelolaKegiatan (TPK) diketahui bahwa ada satu nasabah yang menunjukkan gejalakurang baik. Untuk itu, kami memutuskan untuk melakukan kunjungan kepadanasabah tersebut. Dalam diskusi kami jelaskan bahwa program simpanpinjam merupakan program bergulir, sehingga diharapkan dari pengembaliannasabah penerima kredit tahap awal akan dapat digulirkan kepada nasabahlain. Nasabah yang mempunyai indikasi kurang baik tersebut telah menyadarimanfaat program SPKP. Tunggakan angsuran untuk dua bulan memangdisengaja untuk menarik perhatian pengurus dalam hal ini TPK dan KaderPemberdayaan Masyarakat agar lebih rajin melakukan monitoring. Dalamdiskusi terungkap ternyata ada masalah pribadi antara nasabah dengan salahsatu pengurus TPK. Akhirnya disepakati agar nasabah mampu memisahkanantara masalah pribadi dan program pemerintah dalam hal ini PNPMMandiri. Nasabah berjanji akan segera menyesaikan tunggakannya.

    c. Jumlah petani di Desa Gemawang tahun 2008 sebanyak 690 orang,sementara yang merupakan buruh tani 128 orang. Secara total jumlah petani818 orang atau 87,7%. Dengan keterbatasan lahan pertanian, alternatifbidang pekerjaan lain perlu dipikirkan. Dari MusDes program pemberiankursus atau pelatihan untuk berbagai keterampilan menjadi salah satuprioritas. Adapun kursus ketrampilan yang telah diadakan antara lain: tataboga, montir motor, montir HP dan rias penganten. Program ini perludilanjutkan untuk mengurangi beban sektor pertanian sebagai penyedialapangan kerja.

    d. Sebagai tindak lanjut dari kursus ketrampilan, secara simultan perludipikirkan program lanjutan dalan bentuk pelatihan pembukuan,kewiraswastaan dan bantuan permodalan.

  • MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PERAN KADER |127

    e. Desa Gemawang merupakan Desa Di Kecamatan Ngadirojo dengan jumlahternak sapi terbanyak. Dari jumlah sapi 5.341 di Kecamatan Ngadirojo, diDesa Gemawaang jumlah sapinya 819 ekor yang merupakan urutan keduasetelah Ngadirojo Kidul. Musdus berhasil menggali potensi hasil ikutanternak sapi. Hal ini dimengerti dengan telah adanya pabrik kompos di DesaGemawang. Program lain yang potensial dikembangkan adalah hasil olahandari ternak, misalnya: kulit, dendeng, paru, rambak kulit dan sebagainya.

    f. Potensi lain di Desa Gemawang adalah hasil pertanian, antara lain : jagung,ubi kayu dan kacang tanah. Program yang memungkinkan untukdikembangkan adalah pelatihan kepada tani untuk menaikkan nilai tambahhasil pertanian, misalnya ketrampilan pembuatan kripik,marning, kacanggoring dan sebagainya. Dengan semakin tingginya nilai tambah, disatu pihakakan meningkatkan pendapatan petani dan di lain pihak akan membukalapangan kerja.

    g. Pada saat penelitian bebarengan dengan rusaknya saluran induk jaringanirigasi. Hasil Musdes telah disepakati bahkan telah disetujui programperbaikan jaringan irigasi ke tanah pertanian. Dengan musibah tersebutperlu modifikasi program dari perbaikan jaringan irigasi ke tanah petanianmenjadi perbaikan saluran utama saluran irigasi. Kalau program dipaksakantentu akan sia-sia. Jaringan irigasi baik, tetapi saluran utama air justru rusakyang berarti tidak ada air yang akan disalurkan. Penyesuaian program sepertiini membutuhkan kesepakatan bersama antar berbagai pihak, antara lainfasilitator, perangkat desa dan TPK.

    h. Dengan telah adanya RPJM-Des arah pembangunan desa selama 4 tahunkedepan sudah Ada. Namun dalam perkembangan sering terjadi programdadakan yang sering menimbulan permasalah di desa. Program dadakantersebut amtara lain dengan adanya program yang berasal dari dana aspirasi.Sebagai upaya untuk membangun desa tentu baik kalau potensi danaaspirasi dapat disadap dan dimanfaatkan di Desa Gemawang. Hanya yangkurang dapat diterima masyarakat, sering yang disetujui melalui danaaspirasi justru tidak ada dalam RPJM-Des. Hal ini terjadi karena para anggotaDPRD yang menyetujui permohonan dana aspirasi lebih kepadapertimbangan aspek publisitas dibandingkan aspek kebutuhan masyarakat.Alangkah baiknya kalau program melalui dana aspirasipun tetap mem-

  • 128|Dr. Gatot Sasongko, S.E, M.S, dkk.

    pertimbangkan RPJM-Des yang telah merupakan kesepakatan di tingkatDesa.

    i. Yang cukup menarik, pada saat penelitian dilakukan muncul dua istilahdengan tujuan yang sama, yaitu dalam rangka menggali aspirasi dankebutuhan masyarakat. Melalui anggaran APBD proses di tingkat desa diakhiri dengan Musrenbangdes (Musyawarah Rencana Pembangunan Desa),sementara melalui program PNPM hasil akhirnya adalah Musdes. Pada saatwawancara dengan Camat Ngadirojo dan Seksi PMD Kecamatan Ngadirojotahun 2011 ada pemikiran untuk melakukan sinkronisasi antara Musdesdan Musrenbangdes. Apabila hal ini berhasil dilakukan, akan mengurangitahapan dalam proses perencanaan, yang implikasinya adalah penghematananggaran.

    2. Tahapan Pengorganisasian

    Pasal 2 ayat 1 Permendagri No. 7 tahun 2007 menyatakan bahwa KPM dibentuk didesa dan kelurahan berdasarkan Keputusan Kepala Desa/Lurah. KPM di DesaGemawang adalah Ibu Wiji dan Pak Pardi. Sebagai KPM Bu Wiji dan Pak Pardisudah mengantongi Surat Keputusan Kepala Desa. Dalam pasal 2 ayat 2Permendagri No. 7 tahun 2007 dinyatakan pembentukan KPM dilakukanmelalui proses pemilihan dari calon-calon KPM. Proses inipun telah dilalui padasaat terpilih Bu Wiji dan Pak Pardi. Masing-masing dusun mengajukan calon,kemudian terpilih Bu Wiji dan Pak Pardi. Dengan demikian Proses terpilihnyaBu Wiji telah sesuai dengan pasal 2 Permendagri No. 7 tahun 2007. Hanya sajadi desa Gemawaang dalam proses selanjutnya yang aktif sebagai kader hanyaBu Wiji karena kesibukan Pak Pardi dengan pekerjaannya. Disampng Bu Wijimasih ada kader yang lain, antara lain kader Posyandu. PPL dan sebagainya.Terpilihnya kader lain belum sesuai dengan Permendagri No. 7 tahun 2007.

    Hanya saja apabila diselaraskan dengan Psal 4 Permendagri No. 7 tahun 2007ayat (b) sampai dengan (d), terpilihnya Bu Wiji dan Pak Pardi belum memenuhi.Dalam proses terpilihnya Bu Wiji dan Pak Pardi, tidak didahului denganpembentukan Tim seleksi seperti dipersyaratkan ayat (b), tidak adapengumuman sebelumnya seperti dipersyaratkan ayat (c) juga tidak ada seleksidan verifikasi syarat administrasi dan wawancara seperti disyaratkan pada ayat(d). Mengingat untuk mencari kader tidak mudah. Lebih lanjut yang perlu

  • MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PERAN KADER |129

    dicermati justru proses pada pasal 4 Permendagri No. 7 tahun 2007 yangsemestinya tidak perlu terlalu dipersulit untuk menemukan seorang kader.Menemukan orang yang bersedia menjadi kader sudah sangat sulit. Kalau untukmenemukan prosedurnya terlalu rumit, justru akan semakin mempersulit untukdapat menemukan seorang kader. Dengan demikian ayat yang menjelaskanproses menemukan seorang kader seperti tercantum pada pasal 4 ayat (a)sampai dengan (d) perlu disederhanakan. Proses pemilihan KPM yang pentingsyarat terpenuhi, yang bersangkutan bersedia dan disepakati warga dalamMusdes. Karena KPM akan berhubungan langsung dengan masyarakat, makayang terpenting adalah proses demokratis dalam pemilihan KPM yaitu padaforum Musdes. Secara alamiah karena kesibukan dan sifatnya sebagai tenagasukarela yang akhirnya terus menjalankan fungsi sebagai kader adalah Bu Wiji.

    Sebelum menjalankan tugas, Bu Wiji memperoleh pelatihan yang dilakukanoleh fasilitator tingkat kecamatan bersama-sama dengan kader dari desa laindi Kecamatan Ngadirojo. Dalam menjalankan tugas di Desa Bu Wiji didampingioleh falilitator Desa yang merupakan petugas dari PNPM dan merupakanpenghubung antara TPK dan KPM dengan fasilitator kecamatan.

    Dari uraian di atas, terlihat bahwa keberadaan KPM melalui mekanisme duajalur: (a) terpilih dari beberapa calon yang diusulkan oleh masing-masing dusundan (b) detetapkan setelah program tertentu melakukan pengamatan terhadapmasyarakat dan ada yang dianggap mampu,

    Dengan adanya bermacam-macam KPM, dari wawancara dengan Kepala Desadan Camat dirasakan perlunya ada kordinator kader. Dengan adanyakoordinator kader, berbagai program yang masuk ke desa yang biasanya diikutidengan personalia sebagai fasiltator atau kader akan dapat dikordinasi secarabaik. Dengan adanya kordinator kader akan dapat dihindarkan tumpukanprogram pada wilayah tertentu atau duplikasi program untuk wilayah tertentu.Aspek pemerataan dan persebaran program akan dapat dilakukan olehkoordinator kader.

    Sebagai koordinator kader tentu ada kualifikasi lebih karena fungsinya sebagaikoordinator. Sementara dibawah koordinatir kader, seperti amanatPermendagri No. 7 tahun 2007, ada beberapa kader (bahkan dalam

  • 130|Dr. Gatot Sasongko, S.E, M.S, dkk.

    Permendagri No. 7 tahun 2007 dinyatakan 5 – 10 kader) yangmerupakan kaderteknis. Sebagai kader teknis, kader tersebut mempunyai kemampuan sebagaikader dan kemampuan teknis di bidangnya. Misalnya untuk kader Posyandutentunya harus menguasai bidan kesehatan Ibu dan Anak.

    Sebagai rekan kerja Bu Wiji, TPK di Desa Gemawang terdiri dari Ketua: Bp.Supardi, Sekretaris Ibu Penny Sutarti dan Bendahara Ibu Purwiti. TPK DesaGemawaang terpilih secara demokratis pada forum Musdes.

    Dari wawancara dengan KPM dan TPK tertangkap kesan adanya persainganantara perangkat desa dengan KPM dan TPK. Ha ini tejadi karena adanyaberbagai program yang masuk di Desa Gemawang dengan menempatkan peranperangkat desa secara berbeda. Ada program yang menempatkan perangkatdesa sebagai pengawas kegiatan sementara untuk PNPM aspek pengawasandilakukan langsung oleh fasilitator baik tingkat kecamatan maupun desa.

    Dalam program PNPM perangkat desa merasa tidak merasa bertanggung jawabkarena perangkat desa menganggap sudah ada penanggung jawab langsung.TPK dan KPM merasakan situasi yang mereka hadapi, sampai-sampai merekamemindahkan kantor tempat kerjanya ke salah satu rumah pengurus TPK.Jalinan kerja yang kurang harmonis tentu mengakibatkan hasil kerja akan kurangmaksimal. Dalam Permendagri No. 7 tahun 2007 pasal 4 ayat (e) dinyatakanKPM ditetapkan melaui Surat Keputusan Kepala Desa/Lurah. Hal ini berartiKPM seharusnya bertanggung jawab kepada Kepala Desa/Lurah. Jaringan kerjakepala desa dan KPM sudah tepat. Yang diperlukan adalah penyeragaman perankepala desa pada berbagai program yang masuk di desa. Apapun programnya,baik melalui APBD ataupun sumber lain sebaiknya menempatkan kepala desasebagai salah satu pengawas tingkat desa.

    Kepala Desa adalah aparat pemerintah yang paling dekat dengan kegiatansebagai wujud pelaksanaan program. Sebagai aparat pemerintah terdekat,diharapkan kepala desa adalah yang paling lengkap pengetahuannya tentangpelaksanaan program di wilayahnya. Kalau mereka tidak dilibatkan dan adamasalah dalam pelaksanaan program, tentu akan menyulitkan SKPD sebagaipemilik program.

  • MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PERAN KADER |131

    Sesuai Pasal 5 Permendagri No. 7 tahun 2007, dalam pembentukan KPM,Pemerintah KLabupaten/Kota melakukan (a) pelatihan, (b) pemberian sertifikatsan (c) memberikan kartu identitas sebagai KPM (kartu KPM). Sebagai KPM BuWiji sudah memperoleh pelatihan yang dilakukan oleh PNPM Mandiri, tetapibelum mendapatkan sertifikat dan kartu KPM. Untuk itu, PemerintahKabupaten/Kota sebaiknya melakukan koordinasi dengan pelaksana PNPMMandiri agar Pasal 5 ini dapat di wujudkan. Kantor yang semestinya menanganiadalah Bapermas. Dengan dilaksanakannya Pasal 5 Permendagri No. 7 tahun2007, inventarisasi kader dapat dilakukan. Dengan adanya inventarisasi akandapat dihindarkan: (a) duplikasi pelatihan, karena kader tertentu mengikutibeberapa kali pelatihan, (b) kelangkaan kader karena dapat dilihat persebarankader menurut kecamatan bahkan desa dan kalau memungkinkan tingkatdusun.

    3. Tahap Pelaksanaan

    Peran KPM dalam kegiatan pembangunan partisipatif telah menunjukkan hasil.Misalnya untuk SPKP, beberapa warung yang telah merasakan manfaat kreditada yang telah mengajukan lagi kredit untuk putaran kedua. Hal ini akandisetujui oleh TPK kalau dana yang ada masih tersisa. Yang terungkap ini disini,masyarakat sudah merasakan anfaat program dan berpartisipasi mensukseskanprogram SPKP. Kontrol sosial dari program SPKP juga berjalan baik. Hal initerlihat dengan sanksi sosial bagi kelompok yang mengalami tunggakan kredit.

    Sampai dengan akhir tahun 2009 SPKP tidak ada tunggakan kredit. Sepertitelah dijelaskan sebelumnya kalau pada tahun 2010 ada yang nunggak.Masyarakat lain yang seharus memperoleh pinjaman dan tidak memperolehkarena ada yang nunggak mulai “ngrasani”. Ketika hal ini disampaikan kepadanasabah yang nunggak tentang sanksi sosial seperti ini, mereka menyadari danberjanji untuk segera menyelesaikan. Dalam hal ini peran untuk menumbuhkembangkan ekonomi masyarakat mulai membuahkan hasil.

    Dalam pelaksanaan kegiatan antar kader belum terjadi koordinasi antar kader.Hal ini mungkin terjadi karena kader yang ada sekarang merupakan bawaanmasing-masing program dan belum ada kader yang berfungsi sebagaikoordinator. Dilihat untuk masing-masing program berjalan dengan baik,

  • 132|Dr. Gatot Sasongko, S.E, M.S, dkk.

    misalnya Posyandu, PPL dan PNPM, tetapi kordinasi belum terjadi. Untukmenghindari duplikasi baik program maupun lokasi koordinasi diperlukan. Perludihindari berbagai program menumpuk pada dusun tertentu sementara dusunlain tidak tersentuh program sama sekali.

    Dalam pelaksanaan program yang dirasakan kurang baik oleh para kader adalahpelaksanaan program yang berasal dari dana aspirasi. Kalau program, lain peranserta masyarakat menjadi poin penting baik pada tahap perencanaan, organisasibahkan sampai pelaksanaan dan evaluasi, tetapi untuk kegiatan yang berasaldari dana aspirasi, masyarakat hanya sebagai penonton. Upaya meningkatkanperan masyarakat oleh para kader seperti mendapat tantangan dengan adanyadana aspirasi. Dilihat dari manfaat, memang masyarakat merasakan manfaat,tetapi dilihat dari proses masyarakat kurang dilibatkan.

    Dalam pasal 9 Permendagri No 7 tahun 2007 ayat (d) sampai (j) dinyatakanfungsi pendampingan dan kordinasi KPM. Hasil penelitian menggambarkanperan pendampingan sudah dilaksanakan, tetapi peran koordinasi belumkarena dari beberapa kader belum ada yang ditunjuk sebagai koordinator kader.Sementara ayat (k) merupakan peran khusus untuk wilayah berbatasan dantidak banyak dilakukan oleh KPM.

    Hambatan lain dalam pelaksanaan program adalah musim. Kalau sudah musimpenghujan, beberapa kegiatan akan terhambat terutama untuk proyek fisik.Sementara kegiatan pendampingan juga terhambat, karena di beberapawilayah akses jalan belum sempurna.

    4. Tahap monitoring dan evaluasi

    Untuk kegiatan PNPM, tahap monitoring dan evaluasi dijadwalkan secara ketat.Setiap minggu harus ada progress report dan pelaksana program dalam hal iniKPM dan TKP serta fasilitator desa dan kecamatan mempunyai jadwalpertemuan rutin.

    Pelibatan masyarakat untuk kegiatan monitoring dan evaluasi perluditingkatkan. Hal ini menjadi perlu, terutama setelah program selesai danmemerlukan pemeliharaan. Peran serta masyarakat dalam hal pemeliharaansangat diperlukan. Harapan kedepan, dengan adanya peran serta masyarakatdalam pemeliharaan kemanfaatan program akan dirasakan oleh semakin

  • MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PERAN KADER |133

    banyak orang baik antar wilayah maupun antar generasi. Melihat pentingnyafungsi partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemeliharaan, pasal 9 PermendagriNo 7 tahun 2007 ayat (h) perlu mendapat perhatian khusus bagi KPM.

    Selama ini keberhasilan program lebih banyak pada menjawab pertanyaanapakah program sudah berjalan atau belum. Di masa yang akan datang perankader untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan perlumendapatkan porsi yang lebih besar.

    5. Harapan tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat

    Hasil wawancara kepada para penerima manfaat (peserta pelatihan dan warungyang penerima kredit), masyarakat merasakan manfaat dengan keberadaanKPM. Program menjadi terencana dengan baik, sosialisasi program lebihmemasyarakat dan sudah mulai tumbuh rasa memiliki terhadap program yangdijalankan. Untuk itu dimasa mendatang masyarakat mempunyai harapan yanglebih besar terhadap sosok seorang kader.

    Menurut masyarakat dua aspek penting dari kader adalah mempunyai kemampuanberperan sebagai kader (pinter) dan mempunyai waktu untuk menjalankanperannya (kober). Lebih terperinci dari pinter dan kober tersebut dapatdijabarkan syarat menjadi kader menurut masyarakat. Beberapa kualifikasikader menurut masyarakat:a. Penduduk setempatb. Pendidikan minimal SLTAc. Usia antara 25 – 40d. pekerja kerase. Bersedia bekerja penuh waktu.Dari pengamatan terhadap KPM yang ada, di samping syarat sepertidisampaikan masyarakat di atas, hendaknya kader mempunyai dan mampu :a. Bekerja mandirib. Mempunyai jiwa wiraswasta,c. Mampu memimpin dand. Mampu berkomunikasi

  • 134|Dr. Gatot Sasongko, S.E, M.S, dkk.

    5.1.2 Dinamika Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa Ngadirojo Lor

    1. Tahapan Perencanaan Program

    Dalam rangka identifikasi masalah, kebutuhan dan sumber daya yang dimilikiimasyarakat, Kader Pemberdayaan Masyarakat melakukan dalam forumMusyawarah Dusun (MusDus). Musyawarah Dusun sebagai tahap awaldilakukan di seluruh dusun yang dihadari oleh : Ketua RT, Perangkat Desa,Tokoh Masyarakat dan Perwakilan Perempuan. Pertemuan difasilitasi olehPerangkat Desa dan dibuka oleh Perangkat Desa, tetapi selanjutnya pertemuandipimpin oleh Kader Pemberdayaan Masyarakat. Proses diskusi dilakukanterbuka dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pesertapertemuan untuk identifikasi masalah dan kebutuhan dan potensi yang dimiliki.

    Musyawarah dilakukan di 10 dusun di lingkungan Desa Ngadirojo Lore, sehinggakarena Programn PNPM hanya ada satu Kader Pemberdayaan Masyarakatpertemuan dijadwal secara bergilir untuk seluruh dusun. Di Desa NgadirojoLor ada 10 dusun, sehingga Kader Pemberdayaan harus mengagihkanpertemuan 10 kali di 10 dusun yang ada. Pertemuan dilakukan setelah petanidan undangan bekerja, sehingga waktu pertemuan biasanya dilakukan sesudah(bakdo) solat Isya (jam 19.00 WIB).

    Seperti halnya di Desa Gemawang, dalam pertemuan di setiap dusun di DesaNgadirojo Lor, tidak hanya dibahas tentang jenis kebutuhan, tetapi jugadidiskusikan prirotas suatu program. Selama ini yang digunakan sebagai kriteriapenetuan urutan prioritas adalah jumlah penerima manfaat dari suatu programdi lingkungan tertentu.

    Hasil pertemuan dari musyawarah tingkat dusun kemudian di bawa dalampertemuan atau Musyawarah Tingkat Desa (Musdes). Dalam Musdes, dilihatdan dibahas bersama seluruh program dari masing-masing dusun. Dengandemikian dapat terjadi program tertentu di dusun A merupakan prioritaspertama tetapi di dusun B menjadi prioritas terakhir, karena jumlah penerimamanfaatnya bebeda. Hasil kompilasi program dan prirotas program hasilMusdes disusun dan dibukukan menjadi Rencana Pembangunan JangkaMenengah Tingkat Desa (RPJM-Des) yang sudah merupakan kesepakatan ditingkat kabupaten.

  • MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PERAN KADER |135

    Dikaitkan dengan Permendagri No.7 tahun 2007 pasal 9 tentang fungsi KaderPemberdayaan Masyarakat dalam hal ini Kader PNPM telah menjalan fungsiayat (a) yaitu pengidentifikasian masalah, kebutuhan dan sumber dayapembangunan yang dilakukan secara partisipatif, (b) penampungan danpenyaluran aspirasi masyarakat bersama Lembaga Kemasyarakatan kepadaPemerintah Desa atau Kelurahan dan (c) penyusunan rencana pembangunandan fasilitasi musyawarah perencanaan pembangunan secara partisipatif telahberjalan dengan baik. Proses dimulai dari Musdus sampai dengan Musdes dandihasilkan RPJM-Des.

    Tahapan lebih lanjut dari hasil Musdes dibawa dalam pertemuan MusyawarahAntar Desa (MAD). Hasil pertemuan MAD disusun prirotas untuk tingkatKecamatan Ngadirojo.

    Dari hasil Musdes beberapa masalah dan program yang diusulkan di DesaNgadirojo Lor antara lain:a. Masih ada akses jalan desa yang kurang kayak, terutama pada musim

    penghujan. Beberapa akses ke dusun masih berwujud tanah, antara lainakses ke dusun Dungsri. Masalah ketidak merataan akses antar dusun inilahyang kemudian disepakai menjadi salah satu prioritas program di dusunDungsari-Mojorejo dengan pertimbangan 85% penduduk merupakanmasyarakat miskin.

    b. Di Desa Ngadirojo Lor masih banyak pemuda/I yang belum mempunyaipekerjaan. Disepakati dalam Musdus dan Musdes program pelatihan (tataarias, tata boga, pupuk organik dan anyaman). Kesepakatan ini denganpertimbangan ada potensi masyarakat dan bahan baku.

    c. Untuk program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) di DesaNgadirojo Lor juga dinilai berhasil. Dengan keberhasilan ini, Desa NgadirojoLor mendapatkan tambahan modal untuk 8 kelompok baru.

    d. Sebagai tindak lanjut dari kursus ketrampilan, secara simultan perludipikirkan program lanjutan dalan bentuk pelatihan pembukuan,kewiraswastaan dan bantuan permodalan.

    e. Dengan telah adanya RPJM-Des arah pembangunan desa selama 4 tahunkedepan sudah Ada. Namun dalam perkembangan sering terjadi programdadakan yang sering menimbulkan permasalahan di desa. Program dadakan

  • 136|Dr. Gatot Sasongko, S.E, M.S, dkk.

    tersebut amtara lain dengan adanya program yang berasal dari dana aspirasi.Sebagai upaya untuk membangun desa tentu baik kalau potensi danaaspirasi dapat disadap dan dimanfaatkan di Desa Gemawang. Hanya yangkurang dapat diterima masyarakat, sering yang disetujui melalui danaaspirasi justru tidak ada dalam RPJM-Des. Hal ini terjadi karena para anggotaDPRD yang menyetujui permohonan dana aspirasi lebih kepadapertimbangan aspek publisitas dibandingkan aspek kebutuhan masyarakat.Alangkah baiknya kalau program melalui dana aspirasi tetap mempertimbang-kan RPJM-Des yang telah merupakan kesepakatan di tingkat Desa.

    f. Yang cukup menarik, pada saat penelitian dilakukan muncul dua istilahdengan tujuan yang sama, yaitu dalam rangka menggali aspirasi dankebutuhan masyarakat. Melalui anggaran APBD proses di tingkat desa diakhiri dengan Murenbangdes (Musyawarah Rencana Pembangunan Desa),sementara melalui program PNPM hasil akhirnya adalah Musdes. Pada saatwawancara dengan Camat Ngadirojo dan Seksi PMD Kecamatan Ngadirojotahun 2011 ada pemikiran unntuk melakukan sinkronisasi antara Musdesdan Musrenbangdes. Apabila hal ini berhasil dilakukan, akan mengurangitahapan dalam proses perencanaan, yang implikasinya adalah penghematananggaran.

    2. Tahapan Pengorganisasian

    Pasal 2 ayat 1 Permendagri No.7 tahun 2007 menyatakan bahwa KPM dibentukdi desa dan kelurahan berdasarkan Keputusan Kepada Desa/Lurah. KPM diDesa Ngadirojo adalah Bp Wijirianto. Sebagai KPM Bp Wijirianto juga sudahmengantongi Surat Keputusan Kepala Desa. Dalam pasal 2 ayat 2 PermendagriNo. 7 tahun 2007 dinyatakan pembentukan KPM dilakukan melalui prosespemilihan dari calon-calon KPM. Proses inipun telah dilalui pada saat terpilihBp Wijirianto. Masing-masing dusun mengajukan calon, kemudian terpilihBp Wijirianto. Dengan demikian Proses terpilihnya Bp Wijirianto telah sesuaidengan pasal 2 Permendagri No. 7 tahun 2007.

    Hanya saja apabila diselaraskan dengan Pasal 4 Permendagri No. 7 tahun 2007ayat (b) sampai dengan (d), terpilihnya Bp Wijirianto belum memenuhi. Dalamproses terpilihnya Bp Wijirianto, tidak didahului dengan pembentukan Timseleksi seperti dipersyaratkabn ayat (b), tidak ada pengumuman sebelumnya

  • MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PERAN KADER |137

    seperti dipersyaratkan ayat (c) juga tidak ada seleksi dan verifikasi syaratadministrasi dan wawancara seperti disyaratkan pada ayat (d). Mengingat untukmencari kader tidak mudah. Terpilihnya Bp Wijirianto, walaupun tidak sesuaidengan Permendagri No. 7 tahun 2007 tidak perlu dipersoalkan.Lebih lanjutyang perlu dicermati justru proses pada pasal 4 Permendagri No. 7 tahun 2007yang semestinya tidak perlu terlalu dipersulit untuk menemukan seorang kader.Menemukan orang yang bersedia menjadi kader sudah sangat sulit. Kalau untukmenemukan prosedur terlalu rumit justru akan semakin mempersulit untukdapat menemukan seorang kader. Dengan demikian ayat yang menjelaskanproses menemukan seorang kader seperti tercanpum pasa pasal 4 ayat (a)sampai dengan (d) perlu disederhanakan. Proses pemilihan KPM yang pentingsyarat terpenuhi, yang bersanngkutan bersedia dan disepakati warga dalamMusdes. Karena KPM akan berhubungan langsung dengan masyarakat, makayang terpenting adalah proses demokratis dalam pemilihan KPM yaitu padaforum Musdes. Secara alamiah karena kesibukan dan sifatnya sebagai tenagasukarela yang akhirnya terus menjalankan fungsi sebagai kader adalah BpWijirianto.

    Sebelum menjalankan tugas, Bp Wijirianto memperoleh pelatihan yangdilakukan oleh fasilitator tingkat kecamatan bersama-sama dengan kader daridesa lain di Kecamatan Ngadirojo. Dalam menjalankan tugas di Desa BpWijirianto didampingi oleh falilitator Desa yang merupakan petugas dari PNPMdan merupakan penghubung antara TPK dan KPM dengan fasilitatr kecamatan.Perlu dijelaskan lebih lanjut, Bp Wijirianto sebelumnya pernah menjadifasilitator atau kader untuk program yang berbeda.

    Dari uraian di atas, terlihat bahwa keberadaan KPM melalui mekanisme duajalur: (a) terpilih dari beberapa calon yang diusulkan oleh masing-masing dusundan (b) detetapkan setelah program tertentu melakukan pengamatan terhadapmasyarakat dan ada yang dianggap mampu,

    Dengan adanya bermacam-macam KPM, dari wawancara dengan Kepala Desadan Camat dirasakan perlunya ada kordinator kader. Dengan adanyakoordinator kader, berbagai program yang masuk ke desa yang biasanya diikutidengan personalia sebagai fasiltator aatau kader akan dapat dikordinasi secara

  • 138|Dr. Gatot Sasongko, S.E, M.S, dkk.

    baik. Dengan adanya kordinaoir kader akan dapat dihindarkan tumpukanprogram pada wilayah tertentu atau duplikasi program untuk wilayah tertentu.Aspek pemerataan dan persebaran program akan dapat dilakukan olehkoordinator kader.

    Sebagai koordinator kader tentu ada kualifikasi lebih karena fungsinya sebagaikoordinator. Sementara dibawah koordinator kader, seperti amanat PermendagriNo. 7 tahun 2007, ada beberapa kader (bahkan dalam Permendagri No. 7 tahun2007 dinyatakan 5 – 10 kader) yangmerupakan kader teknis. Sebagai kaderteknis, kader tersebut mempunyai kemampuan sebagai kader dan kemampuanteknis di bidangnya. Misalnya untuk kader Posyandu tentunya harus menguasaibidan kesehatan Ibu dan Anak.

    Sebagai rekan kerja Bp Wijirianto, TPK di Desa Ngadirojo Lor Gemawaang terdiridari Ketua : Bp. Sakino, Sekretaris Bp Sugeng Arifin dan Bendahara Ibu Tri Suharni.TPK Desa Ngadirojo Lor Gemawaang terpilih secara demokratis pada forumMusdes yang diselenggarakan pada tanggal 4 April 2009.

    Dari wawancara dengan KPM dan TPK tertangkap kesan adanya persainganantara perangkat desa dengan KPM dan TPK. Ha ini tejadi karena adanyaberbagai program yangmasuk di Desa Ngadirojo dengan menempatkan peranperangkat desa secara berbeda. Ada program yang menempatkan perangkatdesa sebagai pengawas kegiatan sementara untuk PNPM aspek pengawasandilakukan langsung oleh fasilitator baik tingkat kecamatan maupun desa.

    Dalam program PNPM perangkat desa merasa tidak merasa bertanggung jawabkarena perangkat desa menganggap sudah ada penanggung jawab langsung.TPK dan KPM merasakan situasi yang mereka hadapi, sampai-sampai merekamemindahkan kantor tempat kerjanya ke salah satu rumah pengurus TPK.Jalinan kerja yang kurang harmonis tentu mengakibatkan hasil kerja akan kurangmaksimal. Dalam Permendagri No. 7 tahun 2007 pasal 4 ayat (e) dinyatakanKPM ditetapkan melaui Surat Keputusan Kepala Desa/Lurah. Hal ini berartiKPM seharusnya bertanggung jawab kepada Kepala Desa/Lurah. Jaringan kerjakepla desa dan KPM sudah tepat. Yang diperlukan adalah penyeragaman perankepala desa pada berbagai program yang masuk di desa. Apapun programnya,baik melalui APBD ataupun sumber lain sebaiknya menempatkan kepala desa

  • MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PERAN KADER |139

    sebagai salah satu pengawas tingkat desa. Sesuai dengan pasal 14 PermendagriNo 7 tahun 2007 sebenarnya secara tegas dinyatakan Kepala Desa/Lurahmerupakan pembina dan melakukan supervisi terhadap KPM. Hanya sajaoperasionalisasinya karena KPM yang ada bertanggung jawab kepada PNPM,Kepala Desa belum dapat menjalankan perannya secara baik.

    Kepala Desa adalah aparat pemerintah yang paling dekat dengan kegiatan sebagaiwujud pelaksanaan program. Sebagai aparat pemerintah terdekat, diharapkankepala desa adalah yang paling lengkap pengetahuannya tentang pelaksanaanprogram di wilayahnya. Kalau mereka tidak dilibatkan dan ada masalah dalampelaksanaan program, tentu akan meyulitkan SKPD sebagai pemilik program.Bagaimana Kepala Desa dapat menjalan perannya sesuai dengan jiwaPermendagri No 7 tahun 2007 perlu dirumuskan secara baik.

    Sesuai Pasal 5 Permendagri No. 7 tahun 2007, dalam pembentukan KPM,Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan (a) pelatihan, (b) pemberian sertifikatsan (c) memberikan kartu identitas sebagai KPM (kartu KPM). Sebagai KPM BuWiji sudah memperoleh pelatihan yang dilakukan oleh PNPM Mandiri, tetapibelum mendapatkan sertifikat dan kartu KPM. Untuk itu, PemerintahKabupaten/Kota sebaiknya melakukan koordinasi dengan pelaksana PNPMMandiri agar Pasal 5 ini dapat di wujudkan. Kantor yang semestinya menanganiadalah Bapermas. Dengan dilaksanakannya Pasal 5 Permendagri No. 7 tahun2007, inventarisasi kader dapat dilakukan. Adanya inventarisasi akan dapatdihindarkan: (a) duplikasi pelatihan, karena kader tertentu mengikuti beberapakali pelatihan, (b) kelangkaan kader karena dapat dilihat persebaran kadermenurut kecamatan bahkan desa, dan kalau memungkinkan tingkat dusun.

    3. Tahap Pelaksanaan

    Peran KPM dalam kegiatan pembangunan partisipatif telah menunjukkan hasil.Misalnya untuk SPKP, beberapa warung yang telah merasakan manfaat kreditada yang telah mengajukan lagi kredit untuk putaran kedua. Hal ini akandisetujui oleh TPK kalau dana yang ada masih tersisa. Yang terungkap disini,masyarakat sudah merasakan manfaat program dan berpartisipasimensukseskan program SPKP. Kontrol sosial dari program SPKP juga berjalanbaik. Hal ini terlihat dengan sanksi sosial bagi kelompok yang mengalamitunggakan kredit.

  • 140|Dr. Gatot Sasongko, S.E, M.S, dkk.

    Dalam pelaksanaan kegiatan, belum ada koordinasi antar kader. Hal ini mungkinterjadi karena kader yang ada merupakan bawaan masing-masing program,dan belum ada kader yang berfungsi sebagai koordinator. Dilihat untuk masing-masing program berjalan dengan baik, misalnya Posyandu, PPL dan PNPM,tetapi belum ada koordinasi antar program. Untuk menghindari duplikasi baikprogram maupun lokasi diperlukan adanya koordinasi. Perlu dihindari berbagaiprogram menumpuk pada dusun tertentu sementara dusun lain tidak tersentuhprogram sama sekali.

    Dalam pelaksanaan program yang dirasakan kurang, baik oleh para kader adalahpelaksanaan program yang berasal dari dana aspirasi. Kalau program, lain peranserta masyarakat menjadi poin penting baik pada tahap perencanaan, organisasibahkan sampai pelaksanaan dan evaluasi, tetapi untuk kegiatan yang berasaldari dana aspirasi, masyarakat hanya sebagai penonton. Upaya meningkatkanperan masyarakat oleh para kader seperti mendapat tantangan dengan adanyadana aspirasi. Dilihat dari manfaat, memang masyarakat merasakan manfaat,tetapi dilihat dari proses masyarakat kurang dilibatkan.

    Dalam pasal 9 Permendagri No 7 tahun 2007 ayat (d) sampai (j) dinyatakanfungsi pendampingan dan kordinasi KPM. Hasil penelitian menggambarkanperan pendampingan sudah dilaksanakan, tetapi peran koordinasi belumkarena beberapa kader belum ada yang ditunjuk sebagai koordinator kader.Sementara ayat (k) merupakan peran khusus untuk wilayah berbatasan dantidak banyak dilakukan oleh KPM.

    Hambatan lain dalam pelaksanaan program adalah musim. Pada musimpenghujan, beberapa kegiatan akan terhambat terutama untuk proyek fisik.Sementara kegiatan pendampingan juga terhambat, karena di beberapawilayah akses jalan belum sempurna.

    4. Tahap monitoring dan evaluasi

    Untuk kegiatan PNPM, tahap monitoring dan evaluasi dijadwalkan secara ketat.Setiap minggu harus ada progress report dan pelaksana program dalam hal iniKPM dan TKP serta fasilitator desa dan kecamatan mempunyai jadwalpertemuan rutin.

  • MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PERAN KADER |141

    Yang masih perlu ditingkatkan adalah pelibatan masyarakat untuk kegiatanmonitoring dan evaluasi. Hal ini menjadi terutama setelah program selesaidan memerlukan pemeliharaan. Peran serta masyarakat dalam hal pemeli-haraan sangat diperlukan. Harapan kedepan, dengan adanya peran sertamasyarakat dalam pemeliharaan kemanfaatan program akan dirasakan olehbanyak orang baik, antar wilayah maupun antar generasi. Melihat pentingnyafungsi partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemeliharaan, pasal 9Permendagri No 7 tahun 2007 ayat (h) perlu mendapat perhatian khusus bagiKPM.

    Selama ini keberhasilan program lebih banyak pada menjawab pertanyaanapakah program sudah berjalan atau belum. Di masa yang akan datang perankader untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan perlumendapatkan porsi yang lebih besar.

    5. Harapan tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat

    Hasil wawancara kepada para penerima manfaat (peserta pelatihan dan warungyang penerima kredit), masyarakat merasakan manfaat dengan keberadaanKPM. Program menjadi terencana dengan baik, sosialisasi program lebihmemasyarakat dan sudah mulai tumbuh rasa memiliki terhadap program yangdijalankan. Untuk itu dimasa mendatang masyarakat mempunyai harapan yanglebih besar terhadap sosok seorang kader.

    Menurut masyarakat dua aspek penting dari kader, adalah mempunyaikemampuan berperan sebagai kader (pinter) dan mempunyai waktu untukmenjalankan perannya (kober). Lebih terperinci dari pinter dan kober tersebutdapat dijabarkan syarat menjadi kader menurut masyarakat. Beberapakualifikasi kader menurut masyarakat:a. Penduduk setempatb. Pendidikan minimal SLTAc. Usia antara 25 – 40d. Pekerja kerase. Bersedia bekerja penuh waktu.Dari pengamatan terhadap KPM yang ada, di samping syarat seperti yangdisampaikan masyarakat di atas, hendaknya kader mampu:

  • 142|Dr. Gatot Sasongko, S.E, M.S, dkk.

    a. Bekerja mandirib. Mempunyai jiwa wiraswasta,c. Mampu memimpin dand. Mampu berkomunikasi

    Kemampuan khusus inilah yang menjadi tugas Bupati untuk mengkoordinasikanpelatihan dan mempersiapkan kader sebelum terjun ke masyarakat. Semestinyajuga perlu dibedakan antara kader umum dan kader khusus. Kader umum yangdiharapkan berfungsi sebagai koordinatior kader semestinya mempunyaikemampuan tambahan kemampuan memimpin dan melakukan koordinasisementara kader khusus perlu dibekali tamabahan kemapuan bidang teknisyang harus dikerjakan.

    5.2 Kabupaten Rembang

    Sebelum membahas tentang kinerja KPM, perlu dikemukakan terlebih dulubahwa yang dimaksud KPM di kedua desa penelitian bukanlah kadersebagaimana dikehendaki oleh Permendagri No 7 tahun 2007. Kader yangditemukan adalah kader yang lahir dari masuknya program PNPM ke desa-desa sejak kurang lebih 2 tahun lalu.

    5.2.1 Dinamika Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa Kemadu

    KPMD desa Kemadu bernama Sri Suyetik, yang merupakan Ibu Rumah Tangga,dan berlatar-belakang pendidikan SMEA. Ia terpilih sebagai KPMD melaluimusyawarah desa saat sosialisasi adanya program PNPM di desa Kemadu. Padasaat bersamaan dipilih pula tiga orang sebagai Tim Pengelola Kegiatan PNPM.

    Berdasarkan Penunaian Fungsi sebagai KPM di Desa Kemadu maka berhasildiidentifikasi sebagai berikut:

    1. Tahapan Perencanaan Program

    Secara normatif Permendagri No.7 tahun 2007 pasal 9 menetapkan bahwaKader Pemberdayaan Masyarakat semestinya menjalankan fungsi, yangtermasuk dalam kategori perencanaan program yaitu (a) pengidentifikasianmasalah, kebutuhan dan sumber daya pembangunan yang dilakukan secarapartisipatif, (b) penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat bersama

  • MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PERAN KADER |143

    Lembaga Kemasyarakatan kepada Pemerintah Desa atau Kelurahan dan (c)penyusunan rencana pembangunan dan fasilitasi musyawarah perencanaanpembangunan secara partisipatif.

    Hasil penelitian menujukkan bahwa KPM Desa Kemadu sudah melakukanidentifikasi masalah, kebutuhan dan sumberdaya pembangunan di desa tempattugasnya. Sesuai dengan prosedur baku pelaksanaan program PNPM makafungsi di atas ia jalankan mulai dari Musyawarah Dusun (Musdus) di 7 Dusun,dan Musyawarah Desa (Musdes). Dalam melakukan hal itu, KPM melibatkanRT, RW, Tokoh Masyarakat, Perangkat Desa, BPD, dan LPMD. Hasilnya adalahmunculnya berbagai usulan tentang pembangunan aras dusun yang kemudiandisepakati di aras desa, seperti Pembangunan Gedung TPQ, pembangunantalud jalan dan pembangunan rabat beton serta simpan pinjam. Dengan caraitu sebenarnya KPM juga sekaligus sudah menampung dan menyalurkanaspirasi masyarakat kepada Pemerintah Desa dan penyusunan rencanapembangunan dan fasilitasi musyawarah perencanaan pembangunan secarapartisipatif.

    2. Tahap Pengorganisasian

    Untuk fungsi-fungsi ideal KPM yang termasuk kategori pengorganisan KPM diDesa Kemadu sudah terlibat dalam menyadarkan masyarakat agar aktif dalampelaksanaan kegiatan, dan mendapat tanggapan antusias dari masyarakat.Hasilnya adalah terbentuknya Tim Pengelola Kegiatan PNPM di tingkat Desasebagaimana telah disebut di atas. KPM Desa Kemadu juga telah mengembang-kan kapasitas warga masyarakat agar mereka dapat menangani masalah yangdihadapi secara efektif, dengan jalan memberi pelatihan. Hasilnya adalah telahmunculnya usaha kecil. Dalam melakukan hal itu KPM melibatkan tokohmasyarakat dan lembaga kemasyarakatan yang ada.

    KPM telah mendorong dan meyakinkan para pembuat keputusan agarmendengar, mempertimbangkan dan peka terhadap kebutuhan masyarakat.Hasilnya adalah tertampungnya aspirasi masayarakat dalam Musdus danMusdes, yang kemudian bermuara pada usulan Desa dalam Musyawarah AntarDesa di tingkat Kecamatan. KPM juga sering menghadiri pertemuan yangdiadakan warga dan menghubungkan masyarakat ke layanan yang dibutuhkan.

  • 144|Dr. Gatot Sasongko, S.E, M.S, dkk.

    Hasilnya adalah pembangunan sarana prasarana yang dibutuhkan masyarakat,seperti papan majalah dinding. KPM Desa Kemadu juga sudah menumbuh-kembangkan prakarsa, swadaya dan gotong royong masyarakat dalampembangunan partisipatif. Hal itu dilakukan setiap ada proyek pembangunan,dengan hasil terealisasinya usulan-usulan dari warga masyarakat.

    3. Tahap Pelaksanaan

    KPM Desa Kemadu sudah mendampingi masyarakat dalam pelaksanaankegiatan pembangunan, sehingga sebagian usulan pembangunan telah dapatdiwujudkan. KPM belum pernah mendampingi proses penyempurnaanpelaksanaan kegiatan pembangunan, karena belum pernah terjadi prosespenyempurnaan pelaksanaan kegiatan pembangunan.

    KPM sudah mendampingi masyarakat dalam pemanfaatan, pemeliharaan danpengembangan hasil pembangunan, dengan cara sering memberi penjelasandan mendorong terbentuknya Tim pemelihara hasil pembangunan.

    Namun demikian KPM Desa Kemadu belum menumbuh kembangkan lembagakemasyarakatan di bidang ekonomi, sosial budaya, politik, dan pelestarianlingkungan hidup karena KPM hanya berkonsentrasi pada pendampinganpelaksanaan kegiatan PMPM. KPM Desa Kemadu juga tidak mengoordinasikanpelaksanaan Kader Teknis dalam pemberdayaan masyarakat, karena di Desabelum dikenal istilah Kader Teknis. Jika yang dimaksud adalah petugaspemberdaya masyarakat lain (PLKB, Kader Posyandu, PKK, PPL Pertanian, dll)maka mereka berada di bawah koordinasi dari masing-masing departemen/Dinas yang membawahinya.

    KPM menyatakan sudah menanamkan dan memupuk rasa persatuan dankesatuan masyarakat, dengan bukti bahwa selama pelaksanaan pembangunandi desa tidak terdapat perpecahan antar warga masyarakat.

    4. Tahap Monitoring Evaluasi

    KPM tidak melakukan pengawasan dan evaluasi. Yang melakukan pengawasanadalah BPD, dengan mengontrol administrasi keuangan, tenaga kerja dankemajuan pembangunan. Hasil monev dilaporkan ke Kepala desa.

  • MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PERAN KADER |145

    5.2.2 Dinamika Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa Pragu

    KPMD desa Pragu bernama Nur Hidayah, yang merupakan Ibu Rumah Tangga,dan berlatar-belakang pendidikan SMA. Ia terpilih sebagai KPMD melaluimusyawarah desa saat sosialisasi adanya program PNPM di desa Pragu. Padasaat bersamaan dipilih pula tiga orang sebagai Tim Pengelola Kegiatan.

    Berdasarkan Penunaian Fungsi sebagai KPM di Desa Pragu maka berhasildiidentifikasi sebagai berikut:

    1. Tahapan Perencanaan Program

    KPM Desa Pragu sudah melakukan identifikasi masalah, kebutuhan dansumberdaya pembangunan di desa tempat tinggalnya. Hal itu ia lakukan setiapada kesempatan, misalnya dalam Musyawarah Dusun (Musdus), MusyawarahDesa (Musdes) dan Musyawarah Antar Desa (MAD) di Kecamatan Sulang. Dalammelakukan hal itu, KPM melibatkan RT, RW, Warga Masyarakat. Hasilnya adalahmunculnya berbagai usulan-usulan tentang pembangunan dusun/desa.

    KPM Desa Pragu juga sudah menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakatkepada Pemerintah Desa. Hal itu ia lakukan setiap ada kesempatan, misalnyadalam Musyawarah Dusun (Musdus), dan Musyawarah Desa (Musdes). Dalammelakukan hal itu, KPM melibatkan RT, RW, Tokoh Masyarakat, TPK. Hasilnyaadalah munculnya berbagai usulan tentang pembangunan desa sebagaimanatertuang dalam Berita Acara Musyawarah Dusun.

    2. Tahap Pengorganisasian

    KPM sudah terlibat dalam menyadarkan masyarakat agar aktif dalampelaksanaan kegiatan, dan mendapat tanggapan antusias dari masyarakat.Dalam melakukan hal itu, KPM melibatkan seluruh warga dekat proyek.Perangkat pemerintah ikut memfasilitasi pelaksanaan Musyawarah Desa.

    KPM juga sudah mengembangkan kapasitas agar dapat menangani masalahyang dihadapi secara efektif, melalui yasinan mingguan. Hasilnya adalahkerukunan antar warga dalam pelaksanaan pembangunan desa. Dalammelaksanakan kegiatan pembangunan, KPM melibatkan seluruh wargamasyarakat.

  • 146|Dr. Gatot Sasongko, S.E, M.S, dkk.

    KPM Desa Pragu juga telah mendorong dan meyakinkan para pembuatkeputusan agar mendengar, mempertimbangkan dan peka terhadap kebutuhanmasyarakat. Hasilnya adalah tertampungnya aspirasi masyarakat dalam Musdusdan Musdes. KPM menghadiri pertemuan yang diadakan warga, tetapi belummenghubungkan masyarakat ke layanan yang dibutuhkan. KPM juga sudahmenumbuhkembangkan prakarsa, swadaya, dan gotong royong masyarakatdalam pembangunan partisipatif. Hal itu dilakukan setiap ada proyekpembangunan, dengan hasil terealisasinya usulan-usulan dari warga masyarakat.

    3. Tahap Pelaksanaan

    KPM sudah mendampingi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pembangunanbersama TPK, fasilitator Kecamatan, Kepala Desa, kaur Pembangunan dan LPMDsehingga sebagian usulan pembangunan berjalan lancar dan bersih.

    KPM kadang mendampingi masyarakat dalam pemanfaatan, pemeliharaan danpengembangan hasil pembangunan, seperti dalam hal pemanfaatan TK Ekasila.KPM Desa Pragu menyatakan bahwa ia sudah menanamkan dan memupukrasa persatuan dan kesatuan masyarakat, dengan bukti bahwa selamapelaksanaan pembangunan tidak terjadi perpecahan antar warga masyarakat

    Namun KPM desa Pragu belum pernah mendampingi proses penyempurnaanpelaksanaan kegiatan pembangunan, karena belum pernah terjadi prosespenyempurnaan pelaksanaan kegiatan pembangunan. KPM Desa Pragu jugabelum menumbuh kembangkan lembaga kemasyarakatan di bidang ekonomi,sosial budaya, politik, dan pelestarian lingkungan hidup karena KPM hanyaberkonsentrasi pada pendampingan pelaksanaan kegiatan PMPM. KPM DesaKemadu juga tidak mengoordinasikan pelaksanaan kader Teknis dalampemberdayaan masyarakat, karena di Desa belum dikenal istilah Kader Teknis.Jika yang dimaksud adalah petugas pemberdaya masyarakat lain (PLKB, KaderPosyandu, PKK, PPL Pertanian, dll) maka mereka berada di bawah koordinasidari masing-masing departemen/Dinas yang membawahinya.

    4. Tahap Monitoring dan Evaluasi

    KPM melakukan pengawasan dan evaluasi, dengan cara ikut mempelajaripertanggung-jawaban pelaksanaan kegiatan. Hasil monev langsung disajikandalam forum evaluasi pelaksanaan kegiatan pembangunan.

  • MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PERAN KADER |147

    5.3 KabupatenTimor Tengah Utara

    5.3.1 Dinamika Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa Sainoni

    Dalam pengumpulan data di Desa Sainoni, telah dilakukan wawancara denganbeberapa responden, baik yang dikategorikan sebagai KPM (baca: pendampingatau fasilitator) di tingkat desa, aparatur pemerintah desa dan wargamasyarakat, sebagaimana tampak pada Tabel 5.1

    Mengacu pada Tabel 5.1, tampak bahwa KPM (baca: pendamping/fasilitator)yang ada di Desa Napan berasal dari lingkungan pemerintahan desa danlembaga non pemerintah (LSM). Dari segi pengalaman pendidikan/pelatihan,tampak bahwa sebagian besar KPM dan responden non KPM telah mengikutipelatihan seperti pelatihan kepemimpinan, fasilitator, penanganan masalah,teknologi tepat guna, pelatihan Conflict Resolution, Fasilitator Child CenterDevelopment, Community Based Child Protection Fasilitator, dan menjahit.Pengalaman-pengalaman pelatihan tersebut setidaknya memberi bekal ketikamereka melakukan kegiatan pendampingan kepada masyarakat.

    Beberapa KPM yang dikelola oleh lembaga non pemerintah ( LSM), antara lain:Plan International Program, Yayasan Bina Swadaya, Yayasan Mitra Tani Mandiridan Yayasan SUTRA Kupang. LSM Plan International telah ada sejak tahun 1999,yang mempunyai wilayah atau area kerja di 10 kecamatan dan di 49 desa/kelurahandi wilayah Kabupaten TTU. LSM Plan International mempunyai program ataukegiatan di bidang kesehatan, pendidikan, sarana prasarana, pertanian,perencanaan pembangunan dan sosial budaya. Salah satu out put dari LSM Planbersama Yayasan SUTRA Kupang yaitu melakukan pendampingan kepadapemerintahan desa dalam penyusunan dokumen Rencana Pembangunan JangkaMenengah (RPJM) Desa Sainoni tahun 2010- 2015.

    Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden dan pengamatanlapangan serta dokumen, Peranan KPM di desa ini, dapat diuraikan berikut ini;

    1. Tahap Perencanaan Program

    Pada tahap ini, KPM telah membantu pemerintah desa dan masyarakat dalammengidentifikasi masalah, kebutuhan dan sumber daya pembangunan, yangmana dilakukan setiap tahun melalui kegiatan musyawarah perencanaan

  • 148|Dr. Gatot Sasongko, S.E, M.S, dkk.

    Tabel 5.1 Identitas Responden Desa Sainoni

    No Nama Pendidikan Pekerjaan Pengalaman1 Kandibus Abi SMK Kepala Desa 1. pelatihan

    kepemimpinan,2. pelatihan fasilitator,3. pelatihan penanganan

    konflik dan4. pelatihan monitoring

    dan evaluasi)

    2 Sabina Kolo SD Ibu RumahTangga

    Pelatihan teknologi tepatguna dari BPMD)

    3 Irene Nabu SLTA Ketua TimPenggerakPKK

    1. Pelatihan TTG2. Pelatihan LP3 PKK3. Pelatihan Ketrampilan

    Menjahit4 Gaudensius Abi SLTP Sekretaris

    Desa---

    5 Johanes A.Nalle, SE

    S1 PNS KantorBPMD

    1. SertifikasiJabatanFungsionalAuditor ahli

    2. Kursus KeuanganDaerah

    6 YakobusBerelaka

    S1 PengurusYayasanBinaSwadaya

    1. PelatihanPengelolaanLembagaKeuangan

    2. PengembanganKelompokSwadayaMasyarakat.

    7 Philipus DaraLay

    S1 KoordinatorPlanInternationalIndonesia

    1. PelatihanConflictResolution

    2. Fasilitator ChildCenterDevelopment

    3. CommunityBased ChildProtectionFasilitator

    8 Petrus Naibobe S1 SupervisorYayasanMitra TaniMandiri

    1. PelatihanPertanianBerkelanjutandan PendekatanMasyarakat.2. KursusPembaharuanAgraria.3. PelatihanPengelolaanKeuangan Mikro.

    Sumber : Data Primer (Diolah), 2010

  • MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PERAN KADER |149

    pembangunan di tingkat dusun dan tingkat desa, atau setiap kali ada programyang diberikan ke tingkat desa oleh pihak pemerintah kabupaten dan lembagaswadaya masyarakat (seperti PNPM – MP dan LSM Plan International). Pihak-pihak yang biasanya dilibatkan yaitu: tokoh pemuda, tokoh perempuan dananak, tokoh masyarakat, tokoh agama dan kelompok bapak-bapak. Out putdari tahapan ini yaitu tersusunnya dokumen perencanaan, untuk jangkapendek, jangka menengah dan jangka panjang (seperti RPJM Desa dan ProgramTahunan Desa)

    Kendala yang dihadapi pada tahap ini berupa kendala internal (kemampuanperangkat desa yang masih rendah, minimnya biaya, partisipasi masyarakatrendah) dan kendala eksternal (perencanaan yang telah disusun tidakmendapatkan tanggapan dari instansi terkait).

    Selanjutnya, KPM juga telah menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakatkepada pemerintah desa, yang dilakukan setiap ada kegiatan perencanaan padatingkat dusun dan tingkat desa (Musrenbang) dan setiap ada kesempatan.Pihak-pihak yang dilibatkan yaitu semua lapisan masyarakat, diantaranyapendidik/pengajar, tokoh masyarakat, tokoh perempuan, tokoh agama, tokohpemuda, tokoh perempuan dan anak serta LSM Plan. Hasil yang dicapai yaitudiakomodirnya usulan masyarakat dalam produk perencanaan tingkat desadan tingkat kabupaten atau di pihak LSM, sehingga pada gilirannya ada kegiatanberupa Alokasi Dana Desa (ADD). Selain itu, usulan kelompok perempuanmendapat apresiasi yaitu adanya kegiatan menenun, menjahit, pembuatanjamu instan. Dalam kenyataan, ada juga usulan yang belum dapat diterimadan ditindaklanjuti. Kendala yang dihadapi yaitu minimnya pendidikan darisumber daya manusia dan minimnya biaya sehingga masih banyak usulanmasyarakat yang belum diterima menjadi program.

    2. Tahap Pengorganisasian

    Pada tahap ini, KPM telah menyadarkan masyarakat agar mereka terlibat aktifdalam pelaksanaan kegiatan maupun memberikan teladan berupa keterlibatanKPM yang bersangkutan dalam membentuk organisasi seperti Kelompok Tani,Kelompok PKK, Kelompok SPP, dan Dasawisma. Pihak-pihak yang dilibatkanterdiri dari anak-anak/sanggar anak, pemuda/karang taruna, lembaga adat,

  • 150|Dr. Gatot Sasongko, S.E, M.S, dkk.

    organisasi keagamaan dan kelompok perempuan dan juga pihak pemerintahdengan memfasilitasi pertemuan pembentukan organisasi. Pihak-pihakdimaksud memberikan apresiasi positif dalam pelibatan mereka saatpelaksanaan kegiatan, meski masih ada sebagian kecil yang tidak bersediaterlibat. Hambatan atau kendala yang dihadapi yaitu minimnya kualitas dankuantitas SDM, kesibukan warga dengan pekerjaan masing-masing dan programyang bersifat insidentil atau tidak ada keberlanjutan.

    KPM bersama aparat pemerintah kabupaten (SKPD) dan LSM telah membantumasyarakat mengembangkan kapasitas agar dapat menangani masalah yangdihadapi secara efektif, yaitu dengan melatih warga masyarakat menjadifasilitator dalam kegiatan Musrenbang tingkat dusun dan tingkat desa, melatihpembentukan kelompok simpan pinjam dan melatih kelompok dasawismauntuk menjalankan program/kegiatan di kelompoknya. Hasil yang diperolehberupa adanya 3 orang fasilitator dalam kegiatan Musrenbang tingkat dusundan desa serta adanya kelompok simpan pinjam yang telah memiliki modalawal sejak tahun 2001. Pihak yang dilibatkan yaitu perangkat pemerintah desa(pemerintah desa, BPD, LKMD, PKK, Sanggar Anak, Karang Taruna, KelompokDasawisma, Kelompok Tani dan Kelompok Perempuan. Dari upaya ini, kuranglebih 25% dari jumlah penduduk telah diikutsertakan dan memiliki kemampuanmenangani persoalan yang dihadapi.

    Selanjutnya, KPM juga telah mendorong dan meyakinkan para pembuatkeputusan (dalam hal ini pemerintah desa, pemerintah kecamatan, pemerintahkabupaten dan LSM) untuk benar-benar mendengar dan peka terhadapkebutuhan masyarakat, yaitu dengan cara memperjuangkan kebutuhanmasyarakat setiap tahun sekali, misalnya melalui wadah Musrenbang. Pihak-pihak yang terlibat yaitu lembaga-lembaga mitra di tingkat desa dan luar desa.Bukti dari keberhasilan KPM yaitu banyak usulan yang diakomodir dandilaksanakan, meski masih ada kendala berupa adanya program atau bantuanyang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta masih banyak wargayang malas dan memiliki kesibukan lain.

    KPM juga melakukan pekerjaan purna waktu berupa: menghadiri pertemuan/musyawarah kelompok masyarakat baik di tingkat dusun dan tingkat desa,membantu kelompok masyarakat dalam memperoleh akses terhadap

  • MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PERAN KADER |151

    pelayanan yang dibutuhkan. Kegiatan itu dilakukan ketika ada program daritingkat desa, tingkat kabupaten, dan program PNPM – MP. Pihak-pihak yangdilibatkan yaitu masyarakat, pemerintah dan LSM. KPM menyadari bahwakegiatan ini terkadang berhasil dan tidak berhasil, karena adanya kendalakeuangan dan rendahnya partisipasi masyarakat.

    KPM telah menumbuhkembangkan prakarsa, swadaya, dan gotong royongmasyarakat dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan aspirasimasyarakat setiap kali ada program atau ada kesempatan. Kelompok sasarandari kegiatan tersebut yaitu kelompok anak-anak, perempuan/kaum ibu danbapak-bapak, kelompok peternak dan kelompok tani. Kegiatan ini membawahasil yaitu pengembangan usaha pertanian, adanya jalan dusun, adanya pagardesa dan pembangunan rumah, meski tidak dapat dihindari adanya kendalaberupa rendahnya partisipasi aktif masyarakat, lunturnya budaya gotongroyong, dan pendapatan masyarakat yang rendah.

    3. Tahap Pelaksanaan

    Pada tahap pelaksanaan, KPM telah melakukan pendampingan masyarakatdalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif, yangmelibatkan kelompok pemuda, kelompok simpan pinjam, kelompok anak-anak,pelajar, kelompok ternak dan kelompok tani. Kegiatan ini cukup berhasil olehkarena adanya beberapa kelompok yang telah berjalan secara eksis sepertikelompok simpan pinjam dan beberapa kelompok masih dilakukanpendampingan, meski ada juga kelompok lain yang tidak aktif. Kendala yangdihadapi berupa: sejumlah anggota kelompok jarang menghadiri rapat danbelum memahami pentingnya pembentukan kelompok dimaksud.

    KPM telah berusaha mendinamisir kehidupan kelompok masyarakat gunapeningkatan kesejahteraan masyarakat, yang mana dilakukan pada pertemuanatau musyawarah perencanaan pembangunan tingkat RT, RW dan Dusun. Pihakyang terlibat yaitu semua unsur masyarakat yaitu LSM, pemerintah desa, BPD,LKMD, tokoh adat, kelompok perempuan dan anak. Bukti keberhasilan yaitukurang atau menurunnya kasus kekerasan terhadap anak atau perempuansetiap tahun. Kendala yang ada berupa pendapatan masyarakat yang masihrendah, minimnya fasilitas di tingkat desa, tidak ada dokumentasi proses danmonitoring evaluasi yang minim dilakukan.

  • 152|Dr. Gatot Sasongko, S.E, M.S, dkk.

    KPM melakukan pendampingan masyarakat dalam pemanfaatan, pemeliharaandan pengembangan hasil pembangunan, dengan melibatkan seluruh lapisanmasyarakat. Kegiatan ini dilakukan di sekolah, tempat ibadah, posyandu dandi tiap lingkungan. Bukti keberhasilan, yaitu adanya beberapa perkembanganatau kemajuan yang dirasakan oleh warga seperti kemampuan mengelola uang,mengelola administrasi dan usaha makanan, meski tidak dihindari adanyakendala berupa tidak adanya perbaikan terhadap barang milik desa yangmengalami kerusakan, minimnya biaya dan rendahnya kemampuan SDM.

    KPM menumbuhkembangkan dinamika lembaga kemasyarakatan ataukelompok-kelompok masyarakat guna peningkatan kesejahteraan masyarakat,dengan melibatkan pemerintah dan LSM. Bukti keberhasilan berupa banyaknyahasil pembangunan yang dimanfaatkan atau masih digunakan masyarakat,meski ada kendala biaya dan kemampuan SDM.

    KPM telah berusaha mendinamisir kehidupan lembaga kemasyarakatan ataukelompok masyarakat yang bergerak di bidang ekonomi, sosial budaya, politikdan pelestarian lingkungan hidup guna peningkatan kesejahteraan masyarakat,dengan melibatkan pemerintah dan LSM. Bukti keberhasilan yaitu ada banyakkelompok ekonomi dan kelompok tani yang tetap eksis dan berjalan baik, meskijuga ada kendala rendahnya kemampuan SDM pengurus kelompok masyarakattersebut.

    KPM sering mengkoordinir pelaksanaan kegiatan kader teknis dalampemberdayaan masyarakat dan pembangunan, dengan melibatkan kelompokPKK, Karang Taruna, Kelompok Tani, Kelompok Simpan Pinjam Perempuan,Kelompok TTG. Kegiatan ini membawa hasil berupa banyaknya masyarakat yangterlibat aktif, yaitu tampak dari adanya kelompok ibu-ibu yang memiliki usahapembuatan kerupuk waluh, kripik tempe dan kripik jipan, krupuk rambak, jamuinstan kunyit, meski ada kendala berupa minimnya bahan baku, volumeproduksi terlalu kecil, minimnya peralatan dan produksi yang tidak kontinyu,serta kendala pemasaran.

    KPM juga telah berupaya menanam dan memupuk rasa persatuan dan kesatuanmasyarakat dalam kerangka memperkokoh NKRI, yang ditujukan kepada seluruhmasyarakat (mulai anak-anak sampai orang dewasa), yang dilakukan setiap

  • MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PERAN KADER |153

    perayaan hari nasional (Hari Sumpah Pemuda, Hari Ulang Tahun Kemerdekaan,Hari Pahlawan, dan Hari Kebangkitan Nasional) dan setiap rapat atau pertemuantingkat dusun dan desa. Bukti keberhasilan, yaitu keadaan lingkungan yangaman, warga desa tetap cinta NKRI meski desa ini berdekatan dengan negaraTimor Leste, masyarakat tetap menggunakan bahasa Indonesia, berkurangnyakonflik horisontal dan tidak adanya teroris. Kendala yang ada berupa: rendahnyakemampuan SDM, kemiskinan/penghasilan penduduk yang rendah, sulitnyamemotivasi beberapa anggota masyarakat yang belum lancar berbahasaIndonesia.

    4. Tahap Monitoring dan Evaluasi

    Pada tahap ini, KPM sering melakukan pengawasan secara berkala terhadap prosespembangunan, melalui forum pertemuan atau rapat, yang melibatkan masyarakatsehingga mereka dapat menyampaikan usul dan saran. Hasil pengawasan tersebutdisampaikan kepada pemerintahn desa dan pelaksana/pengelola program.Hambatan yang ada yaitu belum semua masyarakat memahami pentingnya prosespengawasan yang dilakukan oleh masyarakat sendiri.

    KPM bersama masyarakat juga melakukan pengawasan secara berkala terhadapproses pembangunan, yang mana hasil pengawasan tersebut disampaikankepada pelaksana program/proyek dan pemerintah desa. Hambatan yang adaberupa motivasi masyarakat untuk pemberdayaan masih rendah, tidak adanyapendamping atau fasilitator tingkat desa, dan kurangnya pemahamanmasyarakat tentang program/proyek tersebut.

    5. Harapan Terhadap Profil Kader Pemberdayaan Masyarakat

    Harapan responden terhadap profil kader pemberdayaan di masa yang akandatang yaitu:a. KPM harus mendapat pelatihan dan pemagangan yang cukupb. KPM harus berpendidikan yang cukup dan mempunyai pengalaman

    pendampingan masyarakat.c. KPM harus kader berusia muda, enerjik, berjiwa wiraswasta/bisnisman,

    berdomisili di desa yang bersangkutan, bersedia menjadi teladan.d. KPM mendapat penghasilan yang cukup, minimal setara dengan penghasilan

    kepala desa (Rp. 800.000,-/bulan).

  • 154|Dr. Gatot Sasongko, S.E, M.S, dkk.

    e. KPM bersedia menjadi pendamping/Penyuluh/Fasilitator pembangunandesa dalam aspek pertanian, ekonomi, perkebunan dan perbaikanlingkungan.

    f. KPM mengutamakan kepentingan umum dan berjiwa volunter.

    5.3.2 Dinamika Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa Napan

    Dalam pengumpulan data di Desa Napan, telah dilakukan wawancara denganbeberapa responden, baik selaku KPM (baca: pendamping/ fasilitator) dan jugaaparat pemerintahan desa, sebagaimana tampak pada Tabel 5.2.

    Bertolak dari data KPM, tampak bahwa pendamping/fasilitator yangmenjalankan fungsi pemberdayaan masyarakat di Desa Napan terdiri daripendamping pemerintah dan pendamping non pemerintah, yaitu dari LSMseperti : Yayasan Bina Swadaya, Plan International Indonesia, dan Yayasan MitraTani Mandiri.

    LSM Plan International ini telah ada sejak tahun 1999, yang mempunyai wilayahatau area kerja di 10 kecamatan dan di 49 desa/kelurahan di wilayah KabupatenTTU. LSM Plan International mempunyai program atau kegiatan di bidangkesehatan, pendidikan, sarana prasarana, pertanian, perencanaan pembangunandan sosial budaya.

    Dari segi tingkat pendidikan, tampak bahwa sebagian KPM dan respondenberpendidikan strata 1 (sarjana) dan sebagian berpendidikan SLTA. Dari segipengalaman pendidikan/pelatihan, tampak bahwa sebagian besar KPM telahmengikuti beberapa pelatihan seperti: Pengelolaan Lembaga Keuangan,Pengembangan Kelompok Swadaya Masyarakat,Conflict Resolution, Fasilitator ChildCenter Development Community Based Child Protection, Fasilitator PelatihanPertanian Berkelanjutan dan Pendekatan Masyarakat, Kursus Pembaharuan Agraria,dan Pengelolaan Keuangan Mikro.

    Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan lapangan serta dokumen, PeranKader Pemberdayaan Masyarakat di desa ini, dapat diuraikan berikut ini;

    1. Tahap Perencanaan

    Pada tahap ini, KPM telah membantu pemerintah desa dan masyarakat dalammengidentifikasi masalah, kebutuhan dan sumber daya pembangunan, yang

  • MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PERAN KADER |155

    Sumber: Wawancara, 2010

    Tabel 5.2 Identitas Responden Desa NapanNo Nama Pendidikan Pekerjaan Pengalaman1 Jufentius B. Kabelen S1 Camat --2 Johanes A. Nalle, SE S1 PNS Kantor

    BPMD Sertifikasi Jabatan

    Fungsional Auditor ahli Kursus Keuangan Daerah

    3 Yakobus Berelaka S1 PengurusYayasan BinaSwadaya

    Pelatihan PengelolaanLembaga Keuangan

    PengembanganKelompok SwadayaMasyarakat.

    4 Philipus Dara Lay S1 KoordinatorPlanInternationalIndonesia

    Pelatihan ConflictResolution

    Fasilitator Child CenterDevelopment

    Community Based ChildProtection Fasilitator

    5 Petrus Naibobe S1 SupervisorYayasan MitraTani Mandiri

    Pelatihan PertanianBerkelanjutan danPendekatan Masyarakat.

    Kursus PembaharuanAgraria.

    Pelatihan PengelolaanKeuangan Mikro.

    6 Yohanis Anunu SMA Kepala Desa ---

    7 Antoninan Kolo SMA Wakil KetuaBPD

    ---

    8 Gerardus Siki SLTA Seksi Tramtib --9 Siprianus Saba SMA Ketua BPD Pelatihan dari LSM dan

    Pemerintah10 Marselus Sila SMA Sekretarus

    Desa--

    dilakukan setiap kegiatan musyawarah perencanaan pembangunan baik ditingkat dusun, tingkat desa, maupun saat musyawarah antar desa ketika adaprogram yang diberikan ke tingkat desa oleh pemerintah kabupaten danlembaga swadaya masyarakat (seperti Yayasan Bina Swadaya dan PlanInternational). Pihak-pihak yang biasanya dilibatkan yaitu semua unsur terkaitdi desa, yaitu tokoh pemuda, tokoh perempuan, tokoh masyarakat, tokohagama dan kelompok bapak-bapak, tokoh adat, tokoh LSM, aparat kecamatandan kabupaten. Out put dari kegiatan ini berupa dokumen perencanaan, baikjangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang pada tingkat desa (RPJMDesa dan RKP Desa), pembuatan jalan dalam lingkungan desa, pengembangan

  • 156|Dr. Gatot Sasongko, S.E, M.S, dkk.

    pertanian hortikoltura, dan pembagian bibit/ternak, Peta Tata Ruang Desa sertaprogram penataan kompleks kecamatan.

    Kendala yang dihadapi ketika melakukan identifikasi masalah, kebutuhan dansumber daya pembangunan berupa : kurangnya tenaga pendamping dan kaderyang cerdas dan mampu mendampingi Musrenbangdes, kemampuan perangkatdesa/fasilitator yang masih rendah, masyarakat belum sepenuhnya menyadaripentingnya perencanaan pembangunan yang partisipatif, serta alokasi waktuyang cukup panjang dan menyebabkan banyak masyarakat yang lebihmemprioritaskan pekerjaan di kebun atau di ladang.

    Selanjutnya, KPM telah menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakatkepada pemerintah desa, yang dilakukan setiap kali ada kegiatan perencanaanpada tingkat dusun dan tingkat desa (Musrenbang) dan setiap ada pogrambaru. Pihak-pihak yang dilibatkan yaitu semua lapisan masyarakat, diantaranyapendidik/pengajar, tokoh masyarakat, bidan desa, PPL, tokoh perempuan, tokohagama, tokoh pemuda, tokoh perempuan dan anak serta LSM. Hasil yangdicapai yaitu diakomodirnya usulan masyarakat dalam produk perencanaantingkat desa dan tingkat kabupaten atau di pihak LSM, terutama programpenguatan kelembagaan, bidang kesehatan dan pendidikan. Hasil lain berupadokumen rencana kegiatan operasional di tingkat kelompok. Dalam kenyataan,ada juga usulan yang belum dapat diterima dan ditindaklanjuti.

    Kendala yang dihadapi berupa minimnya kemampuan dari lembagakemasyarakatan desa, minimnya dana dan jarangnya aspirasi masyarakat yangdikabulkan.

    2. Tahap Pengorganisasian

    Pada tahap ini, KPM telah menyadarkan masyarakat agar mereka terlibat aktifdalam pelaksanaan kegiatan maupun memberikan teladan berupa keterlibatanKPM yang bersangkutan dalam membentuk organisasi seperti Kelompok UsahaBersama, Kelompok Tani, Kelompok PKK, Kelompok SPP, dan Dasawisma. Pihak-pihak yang dilibatkan terdiri dari anak-anak/sanggar anak, pemuda/karangtaruna, lembaga adat, organisasi keagamaan dan kelompok perempuan danjuga pihak pemerintah dengan memfasilitasi dan mengawasi pertemuanpembentukan organisasi. Pihak-pihak dimaksud memberikan apresiasi positif

  • MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PERAN KADER |157

    dalam pelibatan mereka saat pelaksanaan kegiatan, meski masih ada sebagiankecil yang tidak bersedia terlibat. Hambatan atau kendala yang dihadapi yaituSDM pengurus dan anggota yang masih rendah.

    KPM bersama aparat pemerintah kabupaten (SKPD) dan LSM telah membantumasyarakat mengembangkan kapasitas agar dapat menangani masalah yangdihadapi secara efektif, yaitu dengan melatih warga masyarakat menjadifasilitator dalam kegiatan atau program kemitraan dengan BPMD Kabupaten,LSM, Tim Penggerak PKK, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian dan Program PNPM– MP. Selain itu ada kegiatan pelatihan kepemimpinan dan kewirausahaan.Hasil yang diperoleh tampak dari banyaknya anak-anak desa yang melakukanwajib belajar 9 tahun, banyaknya organisasi/kelompok pelaksana, seperti : pokjaposyandu tingkat desa, kelompok kerja fisik sarana prasarana PNPM – MP.Pihak yang dilibatkan, yaitu perangkat pemerintah desa (pemerintah desa, BPD,LKMD, PKK, Sanggar Anak, Karang Taruna, Kelompok Dasawisma, KelompokTani dan Kelompok Perempuan dan Dinas terkait (Dinas Pertanian, DinasKesehatan dan Dinas Sosial). Dari upaya ini, banyak warga yang dapat memahamiproblematika pada dirinya dan desanya, sehingga mampu merumuskanalternatif solusi pemecahannya. Kendala berupa SDM yang rendah, dukungandana yang rendah, fasilitas terbatas, tidak adanya tenaga pendamping/kaderserta ketergantungan masyarakat pada bantuan yang bersifat karitatif.

    Selanjutnya, KPM telah mendorong dan meyakinkan para pembuat keputusan(dalam hal ini pemerintah desa, pemerintah kecamatan, pemerintah kabupatendan LSM) untuk benar-benar mendengar dan peka terhadap kebutuhanmasyarakat, dengan cara memperjuangkan kebutuhan masyarakat setiap tahunsekali, misalnya melalui wadah Musrenbang dan berkoordinasi dengan sektorterkait di tingkat kecamatan dan kabupaten. Pihak-pihak yang terlibat yaitu aparatdesa, aparat kecamatan, LSM dan sektor terkait di tingkat kabupaten. Bukti darikeberhasilan KPM yaitu adanya kebijakan pengelolaan anggaran yang transparan,adanya usulan yang diakomodir dan dilaksanakan, adanya Perdes tentangPengelolaan Lahan Desa, Perdes tentang Posyandu, Perdes Keamanan danKetertiban dan Perdes RPJMDesa. Kendala berupa minimnya kemampuankeuangan, terbatasnya waktu serta regulasi dan kebijakan yang belum dipahamisecara baik oleh kader penggerak maupun masyarakat.

  • 158|Dr. Gatot Sasongko, S.E, M.S, dkk.

    KPM juga melakukan pekerjaan purna waktu berupa : menghadiri pertemuan/musyawarah kelompok masyarakat baik di tingkat dusun dan tingkat desa,membantu kelompok masyarakat dalam memperoleh akses terhadappelayanan yang dibutuhkan. Kegiatan itu dilakukan ketika ada pertemuan baikformal dan informal. Dalam melaksanakan kegiatan melibatkan berbagaikomponen masyarakat (tokoh adat, tokoh pemuda, tokoh masyarakat,kelompok tani, kelompok usaha, dll). KPM menyadari bahwa kegiatan initerkadang berhasil (adanya jalan dusun dan jembatan desa) atau tidak berhasil,karena adanya kendala kesibukan masyarakat, birokrasi yang berbelit dan biayatinggi. Kelompok masyarakat yang mendapat akses layanan yaitu 400 anakyang mendapat akte kelahiran gratis dari pemerintah desa.

    KPM telah menumbuhkembangkan prakarsa, swadaya, dan gotong royongmasyarakat dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan aspirasimasyarakat setiap kali ada program, saat bulan bakti LKMD, dan saat acaraadat. Kelompok sasaran dari kegiatan tersebut yaitu kelompok anak-anak,perempuan/kaum ibu, kelompok ternak, kelompok tani, kelompok usahabersama dan unsur pemda. Usaha ini membuahkan hasil berupa sebagian besarmasyarakat telah memiliki rumah yang layak huni, adanya saluran irigasi danadanya jalan dusun serta ada 310 kelompok tani yang mendapat pelayanandari Dinas Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian.Kendala yang ada, bahwa kesadaran masyarakat masih rendah, perwakilansetiap unsur masyarakat belum sinifikan karena keterbatasan budaya, adatistiadat dan tradisi.

    3. Tahap Pelaksanaan

    KPM telah melakukan pendampingan masyarakat dalam kegiatan pember-dayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif, yang melibatkan Posyandu,kelompok simpan pinjam, lembaga adat, kelompok kerja PNPM, kelompok tani,kelompok usaha bersama (KUBE), pembangunan embung dan industri rumahtangga. Kegiatan ini cukup berhasil oleh karena adanya beberapa kelompok usahayang berhasil dan mandiri, khusus untuk kelompok simpan pinjam pengembaliandana yang cukup baik, demikian juga dengan dimulainya kegiatan membangunembung. Kendala yang dihadapi berupa: ego anggota yang dominan, lemahnyatanggung renteng, dan kurangnya pertemuan pada tingkat kelompok.

  • MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PERAN KADER |159

    KPM telah berusaha mendinamisir kehidupan kelompok masyarakat gunapeningkatan kesejahteraan masyarakat, yang mana dilakukan pada pertemuanpembinaan atau saat evaluasi dan monitoring tingkat desa. Pihak yang terlibatyaitu semua unsur masyarakat yaitu LSM, pemerintah desa, BPD, LKMD, tokohadat, kelompok perempuan dan Tim Terpadu tingkat kecamatan. Buktikeberhasilan yaitu kegiatan-kegiatan fisik dapat dipercepat sesuai jadwal dankelompok-kelompok usaha dapat meningkatkan produksi. Kendala yang adaberupa pemasaran hasil produksi dan akses ke pasar serta tidak adanyadokumentasi proses.

    KPM melakukan pendampingan masyarakat dalam pemanfaatan, pemeliharaandan pengembangan hasil pembangunan, dengan melibatkan kelompok kerjamasyarakat dan Tim Pemelihara Prasarana. Kegiatan ini dilakukan di setiappertemuan formal dan informal. Bukti keberhasilan yaitu sarana dan prasaranamendapat porsi perhatian dalam rangka pemeliharaan dan keberlanjutanpembangunan. Kendala berupa masih adanya kelompok masyarakat yangbelum memiliki komitmen dalam pemeliharaan dan pengembangan hasilpembangunan, tidak adanya keputusan desa tentang pemeliharaan aset.

    KPM menumbuhkembangkan dinamika lembaga kemasyarakatan ataukelompok-kelompok masyarakat guna peningkatan kesejahteraan masyarakat,dengan melibatkan berbagai komponen masyarakat, pemerintah dan LSM.Bukti keberhasilan bersama Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerahmengaktifkan lembaga adat dan lembaga-lembaga kemasyarakatan.

    KPM telah berusaha mendinamisir kehidupan lembaga kemasyarakatan ataukelompok masyarakat yang bergerak di bidang ekonomi, sosial budaya, politikdan pelestarian lingkungan hidup guna peningkatan kesejahteraan masyarakat,dengan melibatkan pemerintah dan LSM. Bukti keberhasilan yaitu ada banyakkelompok ekonomi dan kelompok tani yang tetap eksis dan berjalan baik, meskijuga ada kendala rendahnya kemampuan SDM pengurus kelompok masyarakattersebut.

    KPM sering mengkoordinir pelaksanaan kegiatan kader teknis dalampemberdayaan masyarakat dan pembangunan, dengan melibatkan kelompokPKK, Karang Taruna, Kelompok Tani, Kelompok Simpan Pinjam Perempuan,

  • 160|Dr. Gatot Sasongko, S.E, M.S, dkk.

    Kelompok TTG. Kegiatan ini membawa hasil berupa banyaknya masyarakat yangterlibat aktif, yaitu tampak dari adanya kelompok ibu-ibu yang memiliki usahapembuatan kerupuk waluh, kripik tempe dan kripik jipan, krupuk rambak, jamuinstan kunyit, meski ada kendala berupa minimnya bahan baku, volumeproduksi terlalu kecil, minimnya peralatan dan produksi yang tidak kontinyu,serta kendala pemasaran.

    KPM juga telah berupaya menanam dan memupuk rasa persatuan dan kesatuanmasyarakat dalam kerangka memperkokoh NKRI, yang ditujukan kepada seluruhmasyarakat teristimewa yang berdomisili di daerah perbatasan, yang dilakukansetiap perayaan hari nasional (Hari Sumpah Pemuda, Hari Ulang TahunKemerdekaan, Hari Pahlawan dan Hari Kebangkitan Nasional) dan setiap rapatatau pertemuan tingkat dusun dan desa. Bukti keberhasilan yaitu keadaanlingkungan yang aman, warga desa tetap cinta NKRI meski desa ini berdekatandengan negara Timor Leste, masyarakat tetap menggunakan bahasa Indonesia,berkurangnya konflik horisontal dan tidak adanya teroris. Kendala yang adaberupa : faktor ekonomi rumah tangga, keseimbangan pembangunan di wilayahperbatasan, dan perhatian pemerintah pusat untuk wilayah perbatasan.

    4. Tahap Monitoring dan Evaluasi

    KPM sering melakukan pengawasan secara berkala terhadap proses pembangunan,melalui forum pertemuan atau rapat, yang melibatkan masyarakat (termasuk kaderpetani) sehingga mereka dapat menyampaikan usul dan saran. Hasil pengawasantersebut disampaikan kepada pemerintahan desa dan pelaksana/pengelolaprogram. Hambatan yang ada yaitu fasilitas terbatas, koordinasi lintas sektormasih kurang.

    KPM bersama masyarakat juga melakukan pengawasan secara berkala terhadapproses pembangunan, yang mana hasil pengawasan tersebut disampaikankepada pelaksana program/proyek dan pemerintah desa. Hambatan yang adaberupa motivasi masyarakat untuk pemberdayaan masih rendah, tidak adanyapendamping atau fasilitator tingkat desa, fasilitats rendah, dan kurangnyapemahaman masyarakat tentang program/proyek tersebut.

    5. Harapan Terhadap Profil Kader Pemberdayaan Masyarakata. KPM harus mendapatkan honor atau insentif yang layak.

  • MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PERAN KADER |161

    b. KPM mempunyai motivasi untuk pengembangan sosial ekonomic. KPM mempunyai jiwa wirausaha/bisnisd. KPM berusia antara 20 – 40 tahune. KPM berpendidikan minimal SLTAf. KPM telah mengikuti pelatihan dan magangg. KPM berdomisili di desa yang bersangkutan agar memahami kondisi sosial

    budaya dan adat istiadat.h. KPM diberi kepercayaan yang penuh dalam mengelola dan menentukan

    kebijakan untuk memajukan masyarakat desa.i. Koordinasi antar sektoral dalam penempatan kader di desa

    5.4 Kabupaten Belu

    5.4.1 Dinamika Kader Pemberdayaan Masyarakat di Desa Kabuna

    Dalam pengumpulan data di Desa Kabuna Kabupaten Belu, Nusa TenggaraTimur, telah dilakukan wawancara dengan beberapa responden, baik selakuKPM (baca: pendamping/ fasilitator) dan juga aparat pemerintahan desa,sebagaimana tampak pada Tabel 5.3 berikut,

    Tabel 5.3 Identitas Responden Desa KabunaNo Nama Alamat Pekerjaan Pendidikan Pendidikan Non Formal

    1 Vincentius JoniLeto Mali

    DesaKabuna

    Kades Kabuna Sarjana Kursus KaderPosyandu, Kursus KSM,Kursus Kader KB,Pelatihan KSM

    2 Drs. VinsensiusKapau, MM

    Umarete -KalukukMesaak

    CamatKakulukmesak

    S1 PNPM

    3 Deliana Niis Jl. A.ABere Tallo

    PNS BPM Kab S1 Pemb PertanianTerpadu, KursusAgraria, KaderPosyandu

    4 Rosalia Hoar DesaFatukbot

    PNS BPM Kab SMA Kursus Kader PKK,Kursus Kader KB,Pengemb SwadayaMasy

    5 Yasinta B. Bere DesaKabuna

    TokohMasyarakat

    SMA Pelatihan TTG, KursusKSM, KursusKeterampilan Industri

    7 Fransisca Sarmento TiniBeirafu

    Kader PKK SMP Pelatihan Kader PKK,P3DT, Pengemb KlpkSwadaya Masy

    8 Alsino Dos SantosMartinus, S.Sos

    Umarsese PNS Kasi PMD Sarjana Pelatihan P3MD,Pelatihan PPAL

    9 Petrus Rohan Rae Haliwen Sekretaris Desa(PNS)

    SMA Kursus KaderPosyandu, Kursus KSM,Kursus Kader KB,Pelatihan KSM

    10 Hendrik Seran DesaKabuna

    BPD STM Perencanaan Desa

    11 Marselus Payong KantorBPM Kab

    Kasubag Umum SMA Kader Pemb Desa, TOTP3MD, Kursus PSDATTG

    12 Yoseph Letto Jl.Proklamasi7 Atambua

    Kader Yay.Cakrawala

    SLTA Pemberdayaan Masy,Pengelolaan KeuanganMikro CU, PerencBangdes

  • 162|Dr. Gatot Sasongko, S.E, M.S, dkk.

    Sumber: Data Primer Hasil Wawancara, (diolah), 2010

    No Nama Alamat Pekerjaan Pendidikan Pendidikan Non Formal

    1 Vincentius JoniLeto Mali

    DesaKabuna

    Kades Kabuna Sarjana Kursus KaderPosyandu, Kursus KSM,Kursus Kader KB,Pelatihan KSM

    2 Drs. VinsensiusKapau, MM

    Umarete -KalukukMesaak

    CamatKakulukmesak

    S1 PNPM

    3 Deliana Niis Jl. A.ABere Tallo

    PNS BPM Kab S1 Pemb PertanianTerpadu, KursusAgraria, KaderPosyandu

    4 Rosalia Hoar DesaFatukbot

    PNS BPM Kab SMA Kursus Kader PKK,Kursus Kader KB,Pengemb SwadayaMasy

    5 Yasinta B. Bere DesaKabuna

    TokohMasyarakat

    SMA Pelatihan TTG, KursusKSM, KursusKeterampilan Industri

    7 Fransisca Sarmento TiniBeirafu

    Kader PKK SMP Pelatihan Kader PKK,P3DT, Pengemb KlpkSwadaya Masy

    8 Alsino Dos SantosMartinus, S.Sos

    Umarsese PNS Kasi PMD Sarjana Pelatihan P3MD,Pelatihan PPAL

    9 Petrus Rohan Rae Haliwen Sekretaris Desa(PNS)

    SMA Kursus KaderPosyandu, Kursus KSM,Kursus Kader KB,Pelatihan KSM

    10 Hendrik Seran DesaKabuna

    BPD STM Perencanaan Desa

    11 Marselus Payong KantorBPM Kab

    Kasubag Umum SMA Kader Pemb Desa, TOTP3MD, Kursus PSDATTG

    12 Yoseph Letto Jl.Proklamasi7 Atambua

    Kader Yay.Cakrawala

    SLTA Pemberdayaan Masy,Pengelolaan KeuanganMikro CU, PerencBangdes

    No Nama Alamat Pekerjaan Pendidikan Pendidikan Non Formal

    1 Vincentius JoniLeto Mali

    DesaKabuna

    Kades Kabuna Sarjana Kursus KaderPosyandu, Kursus KSM,Kursus Kader KB,Pelatihan KSM

    2 Drs. VinsensiusKapau, MM

    Umarete -KalukukMesaak

    CamatKakulukmesak

    S1 PNPM

    3 Deliana Niis Jl. A.ABere Tallo

    PNS BPM Kab S1 Pemb PertanianTerpadu, KursusAgraria, KaderPosyandu

    4 Rosalia Hoar DesaFatukbot

    PNS BPM Kab SMA Kursus Kader PKK,Kursus Kader KB,Pengemb SwadayaMasy

    5 Yasinta B. Bere DesaKabuna

    TokohMasyarakat

    SMA Pelatihan TTG, KursusKSM, KursusKeterampilan Industri

    7 Fransisca Sarmento TiniBeirafu

    Kader PKK SMP Pelatihan Kader PKK,P3DT, Pengemb KlpkSwadaya Masy

    8 Alsino Dos SantosMartinus, S.Sos

    Umarsese PNS Kasi PMD Sarjana Pelatihan P3MD,Pelatihan PPAL

    9 Petrus Rohan Rae Haliwen Sekretaris Desa(PNS)

    SMA Kursus KaderPosyandu, Kursus KSM,Kursus Kader KB,Pelatihan KSM

    10 Hendrik Seran DesaKabuna

    BPD STM Perencanaan Desa

    11 Marselus Payong KantorBPM Kab

    Kasubag Umum SMA Kader Pemb Desa, TOTP3MD, Kursus PSDATTG

    12 Yoseph Letto Jl.Proklamasi7 Atambua

    Kader Yay.Cakrawala

    SLTA Pemberdayaan Masy,Pengelolaan KeuanganMikro CU, PerencBangdes

    Telah dilakukan identifikasi dan wawancara terhadap beberapa responden kunci,baik itu aparat pemerintah daerah, kecamatan, desa, tokoh masyarakat dan tokohkunci lainnya sebagian besar telah mengikuti berbagai pendidikan non-formalyang terkait dengan pemberdayaan masyarakat antara lain Pelatihan PNPM,Pelatihan P3MD, Participatory Poverty Assessment (PPA), Pelatihan KelompokSwadaya Masyarakat (KSM), Kader KB, Kader Posyandu, dan Teknologi Tepat Guna(TTG). Sedangkan latar belakang pendidikan formal beragam, dimulai dari sarjana,SMA, dan yang terendah adalah Sekolah Rakyat (SR).

    1. Tahap Perencanaan

    Dalam proses perencanaan pembangunan langkah awal dilakukan melaluiidentifikasi permasalahan, kebutuhan, dan sumber daya pembangunan yangdilakukan secara partisipatif. Informasi yang didapatkan dari responden, prosesidentifikasi dan pemetaan dilakukan terlebih dahulu sebelum implementasiprogram pembangunan. Kegiatan pemetaan tersebut dilakukan pada saatMusrenbangdes, pembangunan sarana sekolah, posyandu, air bersih, PNPM,Kebun Bibit Rakyat, penetapan Peraturan Desa (Perdes), sumur bor dan irigasi,Proyek Pengadaan Air Tanah (P2AT) dan P2DTK. Pihak-pihak yang dilibatkan dalamproses kegiatan pembangunan tersebut di atas adalah masyarakat, perangkat

  • MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PERAN KADER |163

    desa, BPD, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh perempuan, PKK, danKelompok Tani.

    Proses pelibatan tersebut membuahkan hasil dengan beberapa output semisal;tersusunnya rencana pembangunan yang kemudian diusulkan kepadapemerintah pusat atau daerah, terealisasinya usulan program pembangunansemisal pembangunan sumur bor dan sumur gali. Sedangkan dari lain sisi,masyarakat mempunyai kemampuan dalam melakukan identifikasi masalahdan potensi desa.

    Sedangkan kendala utama yang dihadapi dalam proses perencanaan adalah,rendahnya pendidikan sumber daya manusia yang berimplikasi pada wawasandan keterampilan masyarakat dalam memahami dan mengelola programpembangunan tidak optimal. Di samping itu tingkat partisipasi masyarakatdalam setiap perencanaan kegiatan sangat rendah, sehingga menimbulkanresistensi terhadap pelaksanaan program di lapangan. Dalam hal usulan yangsudah disampaikan ke Kabupaten, pada saat realisasi turunnya kegiatan,seringkali tidak “menjawab” yang diusulkan/ yang diminta.

    Di dalam proses menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, semuaresponden telah melakukan hal tersebut, dalam setiap kegiatan musren-bangdes,musrenbang kecamatan, dan kegiatan pembangunan lainnya. Pihak yangdilibatkan dalam proses tersebut adalah perangkat desa, tokoh masyarakat,kelompok perempuan, dan seluruh masyarakat desa, pelibatan stakeholdersini tergantung dari program pembangunan yang akan dilaksanakan.

    Menurut informasi dari responden upaya mereka dalam menampung danmenyalurkan aspirasi membuahkan hasil signifikan dengan diakomodirnyausulan pembangunan semisal: simpan pinjam kelompok perempuan,pembangunan air bersih, dan beberapa kegiatan pembangunan lainnya yangtelah berjalan.

    Sama halnya dengan membangun partisipasi masyarakat dalam prosesperencanaan pembangunan, kendala utama yang dihadapi dalam aspek iniadalah rendahnya kapasitas sumber daya manusia. Sehingga berimplikasi padakeberlangsungan program tidak dapat terkelola dengan baik, selain itu motivasiuntuk terus mengembangkan program semakin hari semakin menurun.

  • 164|Dr. Gatot Sasongko, S.E, M.S, dkk.

    2. Tahap Pengorganisasian

    Jika diukur dari sejauhmana keterlibatan kader pemberdayaan masyarakat(KPM) desa melakukan inisiasi membentuk organisasi, maka seluruh respondenmenjawab sudah melakukan hal tersebut. Upaya KPM tersebut disambutberagam oleh masyarakat, ada yang menyambut dengan baik bahkan terlibatsecara aktif, ada juga yang masih merasa berat untuk terlibat. Sedangkan pihakyang terlibat dalam organisasi tersebut sangat variatif sama seperti pada proses-proses sebelumnya.

    Keterlibatan pemerintah dalam proses tersebut sebagai fasilitator, motivator,dan mendukung pelaksanaan kegiatan, bahkan terlibat intensif dalam setiapkegiatan. Tidak ada kendala yang dihadapi oleh masyarakat dalam keseluruhanproses kegiatan ini.

    Para KPM di desa sudah melatih masyarakat agar memiliki kemampuan dalamproblem solving terhadap persoalan yang dihadapi keseharian. Pengembangankapasitas dilakukan melalui pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan baik ituprogram P3MD, pertemuan warga, penyuluhan-penyuluhan, dan kegiatanlainnya yang melibatkan masyarakat.

    Dari hasil pengembangan kapasitas tersebut sedikit banyak membuahkan hasil,semisal beberapa mantan peserta pelatihan peternakan ayam dan kambingmasih berjalan sampai saat ini, demikian halnya dengan pengelolaan saranaair bersih. Pembuatan peraturan desa termasuk didalamnya penerapan sanksiberjalan efektif sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam peraturan.Stakeholders yang terlibat dalam proses tersebut adalah kelompok-kelompokmasyarakat sesuai dengan fokus kegiatan/bidang pengembangan, danmasyarakat secara umum.

    Rendahnya kapasitas sumber daya manusia sedikit banyak berpengaruh padaproses pengembangan kapasitas ini, sehingga membutuhkan waktu agarmasyarakat memiliki kemampuan dalam hal pemecahan masalah.

    Dampak yang ditimbulkan dari pendampingan ini, hanya sebagian kecil warga(+25%) yang memiliki kemampuan tersebut, yang notabene adalah perangkatpemerintah dan masyarakat yang telah mengikuti berbagai pelatihan