BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc...

27
52 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitian Nayacom telah menetapkan aktor Didi Petet, sebagai salah Aktor Pendukung yang mempunyai penokohan yang cukup mendalam dalam perannya, sehingga yang menjadi data penelitian ini adalah menguji secara Konotatif, Denotatif dan Mitos dari peran Didi Petet dalam Film ini. Setelah dipecah, penulis memperoleh 15 Frame dari penokohan Didi Petet yang dapat diteliti secara Semiotika, khususnya Komunikasi Non-Verbalnya. Penetapan 15 frame ini penulis lakukan disebabkan oleh kemampuan akting aktor yang telah dianggap mumpini pada dunia perfilman, menghindari adanya frame yang seruoa dalam penelitian dan agar fokus kajian penelitian tidak terlalu lebar serta ditambah lagi untuk menghindari data penelitian yang terlalu banyak atau 15 frame ini sebagai pembatasan penelitian Adapun peran-peran tersebut antara lain: Tabel 4.1 Frame Materi Penelitian Peran Didi Petet saat memanggil Office Boy. Saat menunjukkan kepada Office Boy bahwa Ada “penjahat” di meja karyawannya

Transcript of BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc...

Page 1: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

52

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Penyajian Data Penelitian

Nayacom telah menetapkan aktor Didi Petet, sebagai salah Aktor Pendukung

yang mempunyai penokohan yang cukup mendalam dalam perannya, sehingga yang

menjadi data penelitian ini adalah menguji secara Konotatif, Denotatif dan Mitos

dari peran Didi Petet dalam Film ini.

Setelah dipecah, penulis memperoleh 15 Frame dari penokohan Didi Petet

yang dapat diteliti secara Semiotika, khususnya Komunikasi Non-Verbalnya.

Penetapan 15 frame ini penulis lakukan disebabkan oleh kemampuan akting aktor

yang telah dianggap mumpini pada dunia perfilman, menghindari adanya frame yang

seruoa dalam penelitian dan agar fokus kajian penelitian tidak terlalu lebar serta

ditambah lagi untuk menghindari data penelitian yang terlalu banyak atau 15 frame

ini sebagai pembatasan penelitian Adapun peran-peran tersebut antara lain:

Tabel 4.1

Frame Materi Penelitian

Peran Didi

Petet saat

memanggil

Office Boy.

Saat

menunjukkan

kepada

Office Boy

bahwa Ada

“penjahat” di

meja

karyawannya

Page 2: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

53

Hendak

Memasuki

lift setelah

memberikan

tugas pada

karyawannya

Terkujut

pada Kecoa

yang

terlepas dari

tangan

Office Boy

Melihat

kepada

Office Boy

setelah

kecoa

tersebut

terjatuh.

Berjalan

menuju meja

karyawan

setelah

ditinggal

Office Boy

Berdiri saat

Office Boy

mengambil

kecoa.

Melihat ke

arah

karyawannya

Melihat

kearah

karyawannya

Berbicara

kepada

karyawannya

Berbicara

kepada

karyawannya

dengan

sedikit

menunduk

Bertepuk

tangan

Page 3: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

54

Melihat ke

arah

karyawannya

Menerima

laporan dari

karyawannya

yang lain

Menghadap

ke

karyawannya

sebelum

memasuki

lift

Demikian data penelitian yang penulis berhasil kumpulkan dari scene Didi

Petet pada Film “Lost in Papua”. Peneliti mengunakan beberapa orang Narasumber

dalam penelitian ini untuk memperkuat analisis penulis. Adapun hasil analisa para

Narasumber pada sub pengolahan data yang terkumpul.

4.2 Pengolahan Terhadap Data Yang Terkumpul

Pada tahap Pengolahan terhadap data yang terkumpul ini, penulis akan

menggunakan teknik analisis semiologi Roland Barthes. Teknik analisis tentang

tatanan pertandaan yang akan memuat Denotasi, Konotasi dan Mitos.

Roland Barthes mengembangkan dua tingkatan pertandaan yang

memungkinkan akan dihasilkannya makna yang bertingkat, yaitu tingkat Denotasi

dan Konotasi. Dan pada tingkatan Konotasi, Barthes juga melihat makna yang lebih

mendalam dan bersifat konvensional, yaitu makna yang berkaitan dengan

Mitos.(Yasraf Amir Piliang Hal.262)

Tingkatan tanda dan makna Barthes ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 4: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

55

Gambar 4.1

Tingkatan tanda dan makna

Penulis bersama dengan beberapa orang Narasumber dari latar belakang

akademik dan praktis yang berbeda guna memperkuat analisa penulis,

selanjutnya akan penulis jabarkan makna yang terdapat di peran Didi Petet secara

Komunikasi Non-Verbal ini melalui tingkatan tanda dan makna menurut Barthes

seperti di atas. Mulai dari tahap Denotasi, Konotasi hingga pada tahapan Mitos.

Penjabaran makna melalui teknik analisis signifikasi dua tahap Roland Barthes

ini meliputi segala kegiatan non-verbal dari aktor tesebut.

Kehadiran Narasumber dalam Penelitian ini adalah untuk mewujudkan

Metode Penelitian Trianggulasi, dimana penulis guna mencapai tingkat

obyektifitas penelitian atau untuk mendekati tingkat validitas atau minimal

mencapai reliabelitas penelitian, maka penulis membutuhkan beberapa orang

Narasumber untuk ikut meneliti dalam Pnenelitian ini.

4.2.1 Denotasi – Konotasi – Mitos

Denotasi adalah pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda

dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

makna yang eksplisit, langsung dan pasti. (Yasraf Amiri Piliang, Op.cit, Hal.263)

Makna Denotasi adalah makna yang paling nyata adanya hubungan antara

petanda dengan penanda. Ini merupakan proses pemaknaan yang dijelaskan oleh

Saussure.

Page 5: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

56

Penanda adalah aspek material dari konsep mental (petanda). Setelah

menganalisa peran Didi Petet melalui tahapan Denotasi, tahap makna yang

harfiah, penulis akan melakukan pembahasan peran ini melalui tahap selanjutnya,

yaitu tahap Konotasi.

Dalam istilah Barthes, Konotasi dipakai untuk menjelaskan salah satu dari

tiga cara kerja tanda dalam tatanan pertandaan kedua. Konotasi menggambarkan

interaksi yang berlangsung tatkala tanda bertemu dengan perasaan atau emosi

penggunanya dan nilai-nilai kulturalnya. (John Fiske. Op.,Cit,. Hal 118)

Makna Konotasi adalah makna tambahan dari denotasi, perluasan makna

yang maknanya mengandung nilai-nilai emosional dan mengarah pada makna-

makna kultural.

Pada tahap pembahasan terakhir dari Peran Didi Petet yang dianalisis melalui

teknik analisa semiologi Roland Barthes, penulis akan membahas tampilan

Komunikas Non-Verbal aktor ini dengan pembahasan mengenai Mitos.

Barthes mengartikan Mitos sebagai “cara berpikir kebudayaan tentang

sesuatu, sebuah cara mengkonseptualisasikan atau memahami suatu hal. Barthes

menyebut Mitos sebagai rangkaian konsep yang berkaitan” (Alex Sobur, Op.cit,

Hal 224)

Mitos adalah suatu sistem komunikasi, bahwa Mitos adalah suatu pesan.

Mitos tidak mungkin merupakan suatu obyek, konsep, atau gagasan; Mitos

merupakan model pertandaan (a made of signification), suatu bentuk (form). Dan

segalanya dapat menjadi Mitos asal hal itu disampaikan lewat wacana

(discourse).

Page 6: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

57

Pada proses signifikansi penelitian ini, makna Denotasi, Konotasi dan Mitos

dari gambar yang mendominasi tampilan akting Didi Petet, yaitu dari gambar

Didi Petet masuk ke ruangan karyawanya hingga keluar ruangan dan masuk lift

dan seterusnya. Penulis mewawancarai Umar Fauzi Bahanan, S.Sos, M.Si. yang

merupakan Narasumber dari disiplin Ilmu Komunikasi yang akan menganalsis

penelitian ini, selanjutnya penulis sebut sebagai Narasumber 1. Sedangkan Irham

Acho Bachtiar dari praktisi perfilman juga berperan sebagai Narasumber 2 dalam

penelitian ini, sedangkan Narasumber 3 dalam penelitian ini yaitu Naynie

Ardiansyah yang merupakan produser film. Berikut paparan para Narasumber

atas komunikasi non-verbal peran Didi Petet.

Penelitian ini penulis susun dengan melakukan pengembangan dari hasil

wawancara para Narasumber., misalnya saja Narasumber 1 yang menilai bahwa

pada frame dibawah ini

Gambar 4.2

Frame 1 Materi Penelitian

Bahwa ini pada konteks Konotatif menjelaskan bahwa “peran Didi

Petet pada bagian ini menunjukkan pemimpin yang dingin, tanpa perlu

Page 7: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

58

pergerakan tangan saat memanggil office boy, apalagi memalingkan tubuhnya

ke arah pintu, terkesan kurang sopan memanggil atau hendak berbicara kepada

orang lain tanpa menghadapkan tubuhnya kepada orang yang diajak

berbicara”, ditanggapi berbeda oleh sutradara film ini yang merupakan

Narasumber ke 2 penelitian ini, sedangkan Narasumber 3 penelitian ini juga

memiliki perfektif sendiri terhadapnya.

Narasumber 2 penelitian ini menilai “Didi Petet merupakan pemimpin

yang selalu berusaha menenangkan suasana dikantornya dengan cara yang

tidak kaku namun santai. Ia juga terlihat tegas namun tidak segan untuk

memasuki ruang karyawannya” sedangkan Narasumber 3 penelitian ini

menanggapi frame ini dengan statement “Didi Petet adalah seorang pemimpin

yang terlihat dingin dengan caranya yang memanggil office boy hanya dengan

suara yang diperkeras” Sehingga jelas sekali bahwa penafsiran terhadap citra

dalam sebuah film dapat multy tafisr dimata penonton. Sementara tanggapan utuh

atas frame ini oleh ketiga Narasumber, penulis muat dalam lampiran penelitian

ini, termasuk didalamnya tanggapan atas Denotatif , Konotatif dan Mitos.

Semakin banyak penulis mengajukan pertanyaan atas penelitian ini,

semakin lain tanggapan para Narasumber terhadap frame-frame yang penulis

ajukan kepada para Narasumber. Misalnya saja tanggapan Konotatif menurut

para Narasumber atas frame dibawah ini yang menggambarkan bagaimana Didi

Petet menunjuk dengan tangan kiri.

Page 8: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

59

Gambar 4.3

Frame 2 Materi Penelitian

Saat hal tersebut ditanyakan kepada Narasumber 1, penulis mendapat

respon yang sinis. Narasumber 1 menjawab pertanyan penulis dengan keterangan

“Konteks Konotatif maka peran Didi Petet pada bagian ini menunjukkan

pemimpin yang tidak mau tahu, menunjukkan tidak lebih tinggi dari bahunya,

menunjukkan dengan tangan kiri, tidak melihat kepada orang yang

diperintahkan, sombong sekali rasanya melihat pemimpin yang seperti ini”.

Anehnya Narasumber 2 yang merupakan sutradara pada film ini juga mengakui

arogansi aktor, padahal, yang menyutradarai film tersebut adalah Narasumber 2

sendiri, berikut petikan wawancara penulis dengan Narasumber 2, terkait dengan

frame diatas “Konteks Konotatif nya Didi Petet pemimpin yang arogan namun

santai dalam memberi perintah kebawahan. Ia nampak tidak terlalu suka banyak

bicara dan dia sadar betul bahwa dia adalah pemilik perusahaan itu jadi dia

berhak memerintahkan apapun pada bawahannya” Narasumber 3 yang

merupakan produser film ini menilai Konotasi dari frame ini justru dengan

Page 9: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

60

paradigma positivisme / kontruktivisme, disaat yang lain menilainya dengan

kritikisme, tanggapan Narasumber 3 adalah sebagai berikut, “peran Didi Petet

menunjukan sebagai pemimpin yang menyerahkan segala urusan kepada

bawahan yang disuruhnya, yang ia ingin tahu hanya pekerjaan tersebut cepat

dikerjakan dan diselesaikan”.

Kondisi semakin runyam katika penulis berusa menggabung-gabungkan

tanggapan ketiga Narasumber yang penulis wawancarai masing-masing dalam

waktu yang berbeda. Penulis menemukan keunikan dari ketiga Narasumber ini

ketika mempertanyakan frame yang dibawah ini.

Gambar 4.4

Frame 3 Materi Penelitian

Kata “jijik”menjadi statement yang sama dalam kacamata para

Narasumber, sebagai buktinya berikut penulis muat patikan wawancara tersebut.

Narasumber 1 mengatakan “Didi Petet pada bagian ini menunjukkan ke”jijik”an

terhadap sesuatu, berusaha menghindar, apalagi dengan dagu yang ditarik

kedalam merapat ke arah dada, dahi yang dikerutkan sedikit sambil melihat

Page 10: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

61

kepada sesuatu yang menjijikan itu, menunjukkan sebagai sikap yang takut”.

Keterkejutan penulis saat mengetahui Narasumber 2 juga menilai “Didi Petet

sangat jijik sekali dengan kecoak atau serangga namun ia berusaha

menutupinya dihadapan karyawannnya, untuk menjaga wibawanya meskipun

tetap tak bisa dibohongi dari Ekspresinya”. Sensasi pernelitian ini semakin

menarik ketika Narasumber 3 juga mengatakan “jijik” dalam konteks Denotatif

maupun Konotatif , “konteks Denotatif adalah Didi Petet terlihat terkejut,

sedikit takut dan “jijik” terhadap kecoak yang jatuh tepat dihadapannya

sedangkan konteks Konotatif nya Didi Petet masih berusaha menutupi

ketakutakan dan rasa “jijik”nya di depan bawahannya. Tetapi tetap terlihat

ekspresi takutnya”. Sehingga penulis juga yakin bahwa tafsiran penonton bisa

juga sama dalam menanggapi pesan komunikasi non-verbal aktor dalam film.

Sementara tanggapan utuh atas frame ini oleh ketiga Narasumber, penulis muat

dalam lampiran penelitian ini, termasuk didalamnya tanggapan atas Denotatif ,

Konotatif dan Mitos.

Kata “tidak suka” muncul dalam argumentasi Narasumber 1, dalam

menanggapai frame berikut.

Gambar 4.5

Frame 4 Materi Penelitian

Page 11: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

62

Narasumber 2 menggunakan kata “kesal dan ingin memarahi” sedangkan

Narasumber 3 menggunakan kata “marah” ketika frame ini penulis sodorkan

kepada mereka dalam waktu dan tempat yang berbeda.

Gambar 4.6

Frame 5 Materi Penelitian

Biasanya statement-stament negatif penulis temukan saat mewawancari

pada konteks Konotatif , namun untuk frame ini penulis memperoleh statement

yang cenderung negatif pada konteks Denotatif , yang biasanya dala wawancara

sealu ditanggapi dengan paradigma positifisme atau konstruktifisme. Berikut

statement Narasumber 1 “Pada konteks Denotatif peran ini menunjukkan

ketidak sukaan sikap dari seorang pemimpin dari sikap anak buahnya”.

Narasumber 2 “Konteks Denotatif nya Ia sangat kesal dan ingin memarahi OB

nya itu”. Sedangkan Narasumber 3 “Konteks Denotatif nya adalah Didi Petet

sebagai atasan sangat marah dan tidak menyukai perlakuan dari

bawahannya”sehingga penulis yakin sekali bahwa Denotatif tidak selalu

Page 12: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

63

bernada positifisme / kontruktifisme, bisa juga bernada negatifisme/ kritikisime /

destrutifisme.

Namun ada juga tanggapan para Narasumber yang berbeda jauh satu

dengan yang lainnya, contohnya ketika penulis mengajukan frame berikut.

Ketiga Narasumber dalam konteks Mitos menafsirkan frame ini dengan

pandangan yang saling bertolak belakang, berikut statement Narasumber 1

“Konteks Mitos maka menyimpulkan peran Didi Petet sebagai pemimpin sudah

mulai acuh dan ingin keluar dari kondisi ini”. Narasumber 2 lain lagi “Konteks

Mitosnya Ia seorang yang ambisius dan sangat mempunyai ego tinggi sehingga

semuanya harus mengikuti keinginan hatinya. Jika lagi serius maka yang lain

pun harus ikut serius. Di lain waktu mungkin saja dia sebenarnya suka bercanda

terlihat dari sikap OB nya yang friedly padanya secara santai. Namun kali ini

dia sedang ingin serius”. Narasumber 3 argumentasinya sebagai berikut

“Konteks Mitos adalah ia ingin segera masalahnya dengan office boy tersebut

cepat selesai dan berharap office boy tersebut cepat pergi sehingga ia bisa

menyelesaikan urusannya yang jauh lebih penting”. Sehingga semakin pasti

bahwa perbedaan tafsir pasti terjadi dalam penilaian orang atas sebuah karya

film. Sementara tanggapan utuh atas frame ini oleh ketiga Narasumber, penulis

muat dalam lampiran penelitian ini, termasuk didalamnya tanggapan atas

Denotatif , Konotatif dan Mitos.

Ada hal yang tidak lazim dalam sebuah hubungan kerja di kantor, dan

ironisnya penilaian ini keluar justru dari mulut sutradara yang merupakan

Narasumber 2 dalam penelitian ini tarkit dengan frame berikut.

Page 13: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

64

Gambar 4.7

Frame 6 Materi Penelitian

Narasumber 2 mengatakan “Konteks Mitosnya Didi Petet seorang

pemimpin yang merakyat, ia tak segan segan datang ke ruang karyawannya

untuk menyampaikan sesuatu. Padahal selama ini seorang bos pasti memanggil

karyawannya keruangannya jika ada yang ingin disampaikan” Sedangkan

Narasumber 1 mengatakan “Konteks Mitos maka menyimpulkan peran Didi

Petet sebagai pemimpin penuh permaslahan, banyak kerjaan, dan perlu

bersegera menyelesaikan sesuatu atau menyampaikan ssuatu” Narasumber 3

mengatakan “Konteks Mitosnya didi petet terlihat segera ingin menyelesaikan

masalah yang ingin disampaikannya karena ia merasa masih banyak pekerjaan

lain yang tidak kalah penting sedang menunggunya”. Ironis memang ketika film

dibuat oleh sutradara yang mungkin dinilainya kurang natural, namun

dipaksakan juga, sehingga semakin dalam wawancara penulis terhdap film ini,

semakin ketahuan kualitas filmnya, ini baru wawancara terhadap peran aktor

pembantu pria penulis bisa memperoleh data demikian, bagaimana bila

penelitian ini membongkar komunikasi non verbal aktor utama, sudah barang

Page 14: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

65

tentu sangat panjang hasil penelitian ini. Sementara tanggapan utuh atas frame

ini oleh ketiga Narasumber, penulis muat dalam lampiran penelitian ini,

termasuk didalamnya tanggapan atas Denotatif , Konotatif dan Mitos.

Pada frame berikut, bisa terlihat bahwa penonton ada yang memiliki

sensasi yang begitu liar, ada pula yang tidak, buktinya adalah tanggapan

Narasumber 1 pada frame berikut

Gambar 4.8

Frame 7 Materi Penelitian

Tanggapan Narasumber 1 “Konteks Konotatif maka peran Didi Petet

pada bagian ini menunjukkan sikap menggoda, nakal, kepala sedikit

mendengkleng ke kanan terkesan gemas dengan lawan bicaranya, tangan

diletakkan diatas meja sebagai pelampiasan kegemasannya, dan bagian bawah

tubuhnya berbenturan dengan ujung meja sebagai pemicu sensasi

kegemasannya”, bertolak belakang dengan asumsi Narasumber 2 terhadap frame

ini yang mengatakan “Konteks Konotatif nya ada sesuatu yang tidak sesuai

keinginannya dari lawan bicaranya namun ia mencoba memahaminya meskipun

hatinya menolak” dan Narasumber 3 yang mengatakan “Konteks Konotatif

Page 15: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

66

adalah mengingat bahwa pesan yang ingin disampaikan adalah bersifat sangat

penting dan serius jadi ia tidak ingin menyampaikannya dengan suasana yang

sangat serius atau cenderung kaku. ia menyampaikannya dengan cara yang

santai bahkan agak sedikit bercanda sehingga pesan yang disampaikannya pun

tidak mengejutkan karyawannya” Sehingga para sineas diharapkan sangat

berhati-hati dalam melakukan eksplorasi naskah film, sebab bisa sangat jauh dari

harapan sutradara tafsiran penontonnya.

Bagian ini menunjukkan frame yang hampir sama satu dengan yang

lainnya, namun para Narasumber menanggapinya berbeda satu dengan yang

lainnya walaupun framenya satu dengan yang lainnya hampir sama, misalnya

saja tanggapan Narasumber 1 atas 3 frame ini

Tabel 4.2

Frame 8-9-10 Materi Penelitian

Narasumber 1 Narasumber 1 Narasumber 1

Pada Konteks Denotatif

peran ini menunjukkan

bahwa aktor sedang berfikir

menyimak apa yang

disampaikan bawahannya,

Pada Konteks Denotatif

peran ini menunjukkan

bahwa aktor sedang

berargumen atas

pandangannya.

Pada Konteks Denotatif

peran ini menunjukkan

bahwa aktor sambil berfikir

menyimak apa yang

disampaikan bawahannya

Page 16: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

67

secara seksama dan detail.

Konteks Konotatif maka

peran Didi Petet pada

bagian ini menunjukkan

sikap tidak suka, mencibir,

enggan memahami kendala

atau permasalahan

bawahannya, kepala

dengkleng ke kanan dengan

malas merespon

argumentasi lawan

bicaranya, mata melirik ke

kanan menyimak dengan

keengganan.

Konteks Mitos maka

menyimpulkan peran Didi

Petet menunjukkan ketidak

sukaannya dengan pendapat

yang disampikan oleh

lawan bicaranya.

Konteks Konotatif maka

peran Didi Petet pada

bagian ini menunjukkan

memerintahkan dengan

penuh tekanan, sambil

memicingkan mata, bibir

bawah sedikit ke kiri

dengan kepala dengkleng

ke kanan, belum lagi letak

kaca mata yang sedikit

kebawah

Konteks Mitos maka

menyimpulkan peran Didi

Petet menyampiakan

perintahnya dengan pasti

dan agar dapat diterima

secara jelas dan pasti

sambil berargumen atas

pandangannya

Konteks Konotatif maka

peran Didi Petet pada

bagian ini sedang merespon

argumentasi lawan

bicaranya, dengan penuh

tekanan,sambil

memicingkan mata dengan

kepala semakin dengkleng

ke kanan.

Konteks Mitos maka

menyimpulkan peran Didi

Petet menunjukkan tekanan

kuat atas pendapatnya yang

disampikan kepada lawan

bicaranya dengan perintah

pasti dan agar dapat

diterima secara jelas dan

pasti

Narasumber 2 Narasumber 2 Narasumber 2

K : Konteks Denotatif nya

ia orang yang serius

Konteks Denotatif nya Ia

terlihat meremehkan lawan

Konteks Denotatif nya ia

kurang yakin dengan lawan

Page 17: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

68

terhadap lawan bicaranya

Konteks Konotatif nya ada

sesuatu yang tidak sesuai

keinginannya dari lawan

bicaranya namun ia

mencoba memahaminya

meskipun hatinya menolak.

Konteks Mitosnya ia orang

yang menerima argument

karyawannya sebagai

curhat meskipun tetap saja

ia menginginkan

kesimpulannya bahwa

dialah yang paling benar.

bicaranya karena merasa

posisinya lebih berhak

didengar

Konteks Konotatif nya ia

tidak ingin banyak dibantah

dan baginya sebuah

perintah adalah wajib

dilaksanakan. Terlihat

ketegasan dan kengototan

dalam berbicara disini.

Seperti memberi penekanan

yanglebih tegas.

Konteks Mitosnya ia agak

sedikit emosional dalam

menyampaikan sesautu

sekalipun dengan gaya

yang dingin.

bicaranya dan ia sangat

ingin meyakinkannya lagi

Konteks Konotatif nya ia

sedang mencoba

mendalami apa yang

dirasakan lawan biacranya.

Ia merasa ada sesuatu yang

tidak dipahami lawan

biacaranya sehingga perlu

ketegasan untuk

mengakhirinya.

Konteks Mitosnya ia

merasa mengalami

kesulitan komunikasi

sehingga harus berfikir

bagaimana caranya agar

pesannya dapat diterima

lawan bicaranya

Narasumber 3 Narasumber3 Narasumber 3

Konteks Denotatif nya

adalah seorang atasan yang

sedang mencermati dan

mendengarkan

Konteks Denotatif nya

adalah ia sedang berbicara

kepada karyawannya yang

menolak akan tugas yang

Konteks Denotatif nya

adalah ia tidak yakin

dengan dengan alasan yang

diberikan oleh

Page 18: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

69

karyawannya yang sedang

berbicar

Konteks Konotatif peran

didi petet pada bagian ini

terlihat tidak suka dan tidak

menerima pernyataan atau

penolakan dari

karyawannya.

Konteks Mitos

menyimpulkan bahwa didi

petet dalam perannya

merasa bahwa ia yang

harusnya paling benar dan

pasti selalu benar.

akan diberikan kepadanya

Konteks Konotatif nya

adalah peran Didi Petet

dalam bagian ini terlihat

bahwa ia tidak mau

dibantah dan baginya

perintah adalah perintah

yang harus dilaksanakan.

Konteks Mitosnya adalah

peran Didi Petet dalam

bagian ini menyampaikan

suatu pesan dengan sangat

pasti agar karywan yang

menerima pesan tersebut

menjadi mengerti dan jelas.

karyawannya sehingga ia

mencoba ingin meyakinkan

lagi.

Konteks Konotatif adalah

Didi Petet dalam perannya

ingin lebih menegaskan

kepada karyawannya yang

dirasa masih kurang paham

akan maksudnya.

Konteks Mitos nya adalah

peran Didi Petet pada

bagian ini memberikan

tekanan yang sangat kuat

sehingga menimbulkan

keharusan untuk

karyawannya agar

menerima apa yang

diperintahkan.

Page 19: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

70

Pada adegan ini sepertinya sutradara sebagai Narasumber 2 ingin menyampaikan

konsepnya, yang menurut para Narasumber yang lain ditanggapi berbeda.

Gambar 4.9

Frame 11 Materi Penelitian

Berikut ini penulis paparkan tanggapan Narasumber 2 “Konteks

Denotatif nya ia memberikan gimmick tertentu sebagai pertanda bahwa sesuatu

yang diucapkannya ini adalah hal baru yang beda dari yang biasa diucapkan

selama ini. Konteks Konotatif nya ia ingin menghibur karyawannya yang

ketakutan dengan daerah tersebut sehingga memberikan support secara

emosional. Tepuk tangan adalah symbol sebuah kegembiraan jadi ia mengharap

dengan menyebut papua sambil bertepuk tangan maka karyawannya akan

gembira karena mendapatkan sebuah sensasi baru yang selama ini tak pernah

diberikan padanya. Konteks Mitosnya tepuk tangan bukan berhubungan dengan

kata papua tetapi lebih berhubungan dengan emosional yang terjadi antara Bos

dan karyawan saat itu. Dimana sang karyawan terlihat tidak bersemangat

sedangkan si bos menggebu gebu dengan gayanya yang dingin berusaha

menyemangati. Jadi tepuk tangan dan nama papua dimaksudkan si bos untuk

Page 20: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

71

memberikan nilai surprise dan sebuah penghargaan namun karyawannya malah

menolak itu”. Narasumber 1 menyatakan “Pada konteks Denotatif peran ini

menunjukkan aktor pesan yang disampaikan penuh unsur budaya atau latar

belakang religius dari pesan tersebut yang disampikannnya yaitu “papua”.

Konteks Konotatif maka peran Didi Petet pada bagian ini sangat tidak

nyambung dengan pesan yang disampaikannya yaitu “papua”, tidak ada

hubungan yang signifikan antara tepukan tangan dengan papua, sehingga

sangat tidak tepat menggunakan “gimmick” tepuk tangan sebagai komunikasi

non verbal atas budaya papua. Konteks Mitos maka menyimpulkan peran Didi

Petet menunjukkan tidak punya referensi pelambang komunuikasi non verbal

atas budaya papu”. Narasumber 3 argumentasinya “Konteks Denotatif nya

adalah Didi Petet dalam perannya memperlihatkan bahwa ia ingin menghibur

karyawannya dengan gaya bertepuk tangannya yang asik. Konteks Konotatif

nya adalah ia ingin menggambarkan kepada karyawannya bahwa papua adalah

daerah yang sangat asik sesuai dengan gayanya bertepuk tangan, bahwa papua

tidak seseram dan semistik yang karyawannya bayangkan. Konteks Mitos

terlihat bahwa didi petet dalam perannya sangat bersemangat dan menggebu-

gebu”. sehingga menuruut penulis, perlu riset yang mendalam saat menggarap

sebuah film terkait budaya suatu masyarakat.

Penulis mencoba menggabung 2 frame, yang berisikan menanggapi

lawan main sambil berjalan.

Page 21: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

72

Tabel 4.3

Frame 12-13 Materi Penelitian

Narasumber 1 Narasumber 1

Pada Konteks Denotatif peran ini

menunjukkan aktor tidak mengerti dengan

apa yang disampaikan oleh lawan

mainnya, dan bingung dengan yang

dilakukan oleh lawan mainnya.

Konteks Konotatif maka peran Didi Petet

pada bagian ini aktor tidak peduli dengan

kesulitan lawan mainnya.

Konteks Mitos maka menyimpulkan

peran Didi Petet menunjukkan tidak

kebingungan atas sikap dan kesulitan

lawan mainnya.

Pada Konteks Denotatif peran ini

menunjukkan aktor memiliki kerjaan yang

cukup banyak dan harus bisa berbagi

konsentrasi antara menerima laporan dan

menyimak argumentasi karyawannya yang

lain.

Konteks Konotatif maka peran Didi Petet

pada bagian ini menilai bahwa tugas yang

diberikan harus segera dilaksanakan dan

tidak peduli apakah karyawannya memiliki

kesulitan

Konteks Mitos maka menyimpulkan

peran Didi Petet menunjukkan tidak peduli

dengan kebingungan atas sikap dan

kesulitan lawan mainnya.

Page 22: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

73

Narasumber 2 Narasumber 2

Konteks Denotatif nya Didi Petet tidak

peduli dengan kesulitan yang dihadapi

karyawannya

Konteks Konotatif nya Ia tidak ingin

melanjutkan debat bersama karyawannya

karena itu ia memilih jalan kembali

keruangannya meskipun sang karyawan

terus mengejar. Ia pun tidak ingin

menanggapi panjang lebar lagi namun

singkat saja meremehkan. Bahwa apa yang

telah diperintahkan tidak dapat dicabut

kembali

Konteks Mitosnya Ia orang yang sangat

tegas namun cuek. Jika apa yang

diperintahkan harus segera diturutin

apapun alasannya tidak mau diterimanya.

Konteks Denotatif nya ia adalah orang

yang terbiasa menerima sesautu tanpa

banyak basa basi dan ia juga ingin hal itu

terjadi ke karyawannya.

Konteks Konotatif nya ia adalah orang

super sibuk yang selalu moble dan tak

pernah diam ditempat. Sampai sampai

laporan dll dilakukan selalu bukan

diruangannya tetapi dimana saja. Semua

ini sejalan dengan kebiasaannya yang

mendatangi ruangan karyawan dan bukan

memanggil keruangannya. Sebuah tipikal

karakter yang tergambar dari gerak

geriknya. Yakni tipikal santai dan tidak

kaku sebagai seorang bos pada bawahan

dalam hal birokrasi.

Konteks Mitosnya ia tidak terlalu

mempedulikan lawan bicaranya yang terus

mengejarnya. Sama dengan tidak

mempedulikan karyawan yang lain yang

menyerahkan laporan tersebut. Dalam hal

ini sangat cuek dan santai tidak suka

Page 23: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

74

dengan sesuatu yang bersifat formil.

Narasumber 3 Narasumber 3

Konteks Denotatif nya adalah Didi Petet

dalam perannya tidak perduli dengan

kecemasan dan apapun yang sedang

disampaikan oleh karyawannya.

Konteks Konotatif dalam perannya didi

petet terlihat meremehkan dan tidak

perduli dan tetap bersikeras bahwa ia yang

paling benar dan sekali lagi bahwa

perintah adalah perintah yang harus

dijalankan

Konteks Mitosnya adalah karyawannya

tetap harus mengikuti perintahnya dan

tidak mau menerima alasan dari

karyawannya

Konteks Denotatif nya adalah peran Didi

Petet tergambar sebagai atasan yang sangat

sibuk namun tetap mampu bersikap santai

dan tenang.

Konteks Konotatif peran didi petet pada

bagian ini adalah ia ingin karyawannya

cepat menyetujui perintahnya dan tidak

ingin mendengar alasan apapun lagi dari

karyawannya.

Konteks Mitosnya adala Didi Petet dalam

perannnya tidak perduli dengan alasan dan

kecemasan karyawannya.

Pada bagian terakhir ini penulis juga akan menggabungkan 2 frame secara

sekaligus, sebab merupakan gambar dalam frame yang serupa, namun maknanya

berbeda dari para Narasumber.

Page 24: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

75

Tabel 4.4

Frame 14 – 15 Materi Penelitian

Narasumber 1 Narasumber 1

Pada Konteks Denotatif peran ini

menunjukkan aktor berbalik badan dan

memberikan penegasan atas tugasnnya .

Konteks Konotatif maka peran Didi Petet

sudah tidak kuat lagi dengan arumentasi

penolakan tugas

Konteks Mitos maka menyimpulkan

peran Didi Petet menunjukkan saatnya

memberikan tekanan atas perintahnya.

Pada Konteks Denotatif peran ini

menunjukkan aktor berusaha menjelaskan

bahwa tugas yang diberikan tidak berat,

bahkan justru sangat mudah .

Konteks Konotatif maka peran Didi Petet

berbaik-baik yang sifatnya mencibir

Konteks Mitos maka menyimpulkan

peran Didi Petet menunjukkan menetralisir

emosi yang mungkin ditafsirkan lawan

mainnya.

Narasumber 2 Narasumber 2

Konteks Denotatif nya ia memberikan

kesempatan terakhir pada lawannya untuk

berbicara sebelum ia masuk lift.

Konteks Konotatif nya ia mulai

Konteks Denotatif nya ia menganggap

enteng dan merasa sebagai hal yang lucu

perkataan lawan bicaranya

Konteks Konotatif nya ia berusaha

Page 25: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

76

terganggu dengan sikap karyawannya yang

terus mengejarnya. Jadi ia merasa perlu

untuk menegaskan kembali bahwa tidak

ada alasan lagi untuk menolak tawarannya.

Ia juga menegaskan untuk mendengarkan

keluhan terakhir lawan bicaranya.

Konteks Mitosnya ia memastikan untuk

menghentikan gerakan karyawannya yang

terus mengikutinya agar tidak diikuti terus

setelah masuk lift. Tandanya ia ingin

perdebatan itu selesai disitu.

menenangkan dengan cara menghibur dan

bercanada setelah sebelumnya terlalu

serius terus. Ia berharap dengan begitu apa

yang diinginkannya bisa diterima

lawannya yang sebelumnya menolak.

Konteks Mitosnya memberikan sebuah

senyuman dengan bercanda yang

menggampangkan, setelah sebelumnya

serius adalah hal yang dilakukan untuk

memutus keseriusan lawan biacarnya

dengan cara sarkasme. Dengan begitu si

lawan bicara tidak ingin melanjutkan hal

serius lagi padanya.

Narasumber 3 Narasumber 3

Konteks Denotatif nya terlihat bahwa didi

petet dalam perannya berbalik badan dan

kembali menegaskan kepada karyawannya

tentang tugasnya.

Konteks Konotatif nya adalah ia

menegaskan kembali bahwa tidak ada

alasan untuk menolak perintahnya.

Konteks Mitos peran Didi Petet dalam

perannya ia ingin cepat mengakhiri

Konteks Denotatif peran Didi Petet pada

bagian ini adalah didi petet mennganggap

enteng ketakutan dan kecemasan dari

karyawannya

Konteks Konotatif nya adalah Didi Petet

dalam perannya terlihat melunak dan

bercanda kepada karyawannya tetapi tetap

terlihat bahwa perintahnya harus tetap

dijalankan.

Page 26: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

77

semuanya dan menegaskan bahwa

perintahnya harus dijalankan.

Konteks Mitosnya adalah Didi Petet

dalam perannya mampu menetralisir

emosinya yang tadinya serius menjadi

agak sedikit bercanda.

Berdasarkan analisa Para Narasumber yang akan menjadi bahan referensi

atas analisa penulis. Maka dengan ini penulis menyimpulkan pada pembahasan hasil

penelitian dibawah ini.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Bahwa dalam kesimpulan ini, kekuatan komunikasi non verbal aktor dalam

film lost ini papua, khususnya didi petet, lebih dominan unsur Konotatif nya yang

kuat, kurang ekspresif, dan menunjukkan rendahnya kualitas film Lost In Paua ini.

Pada film ini banyak dipengaruhi oleh energi yang berada pada Mitos penggarapan

film-film murahan. Inspirasi yang digunakan Penulis Naskah dan Sutradara saat

menciptakan karya film ini adalah kurang berbobot. Jadi setelah dianalisa maka film

ini mengandung unsur film yang penggarapannya kurang mendalam, dalam

perspektif mitologi dapat disimpulkan kekuatan Mitos yang berada pada film ini

dapat menjadi inspirasi sineas muda lainnya saat pencipta karya lebih baik.

Adapun yang memperkuat argumentasi penulis adalah bahwa penulis

menemukan bukti berdasarkan analisa terhadap frame film diatas yaitu

ditemukannya bahwa penafsiran terhadap citra dalam sebuah film dapat multy tafisr

dimata penonton. Penulis juga menemukan bahwa tafsiran penonton bisa juga sama

dalam menanggapi pesan komunikasi Non-Verbal aktor dalam film.

Page 27: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitianthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00417-mc 4.pdf · dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan

78

Sementara terkait teori semilogi Roland Bartes penulis menemukan bahwa

Denotatif tidak selalu bernada positifisme / kontruktifisme, bisa juga bernada

negatifisme/ ktikitsime / destrutifisme.

Pengharapan penulis terhadap sutradara agar tidak memunculkan hal yang

ironis, seperti Ironis memang ketika film dibuat oleh sutradara yang mungkin

dinilainya kurang natural, namun dipaksakan juga, sehingga semakin dalam

wawancara penulis terhdap film ini, semakin ketahuan kualitas filmnya, ini baru

wawancara terhadap peran aktor pembantu pria penulis bisa memperoleh data

demikian, bagaimana bila penelitian ini membongkar komunikasi Non-Verbal aktor

utama, sudah barang tentu sangat panjang hasil penelitian ini.

Belum lagi para sineas diharapkan sangat berhati-hati dalam melakukan

eksplorasi naskah film, sebab bisa sangat jauh dari harapan sutradara tafsiran

penontonnya apalagi terkait pentingnya riset yang mendalam saat menggarap sebuah

film terkait budaya suatu masyarakat.