BAB 3 PRINT

40
BAB III BAB III SISTEM PRODUKSI 3.1 Ruang Lingkup dan Definisi Sistem Produksi Untuk melaksanakan fungsi-fungsi produksi dengan baik, maka diperlukan rangkaian kegiatan yang akan membentuk suatu sistem produksi. Sistem produksi merupakan kumpulan dari sub sistem yang saling berinteraksi dengan tujuan mentransformasi input produksi menjadi output produksi. Input produksi ini berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal, dan informasi. Sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan, berikut hasil sampingannya, seperti limbah, informasi, dan sebagainya. Adapun input-output sistem produksi dapat dilihat pada gambar 3.1 Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 14

Transcript of BAB 3 PRINT

Page 1: BAB 3 PRINT

BAB III

BAB III

SISTEM PRODUKSI

3.1 Ruang Lingkup dan Definisi Sistem Produksi

Untuk melaksanakan fungsi-fungsi produksi dengan baik, maka diperlukan

rangkaian kegiatan yang akan membentuk suatu sistem produksi. Sistem produksi

merupakan kumpulan dari sub sistem yang saling berinteraksi dengan tujuan

mentransformasi input produksi menjadi output produksi. Input produksi ini

berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal, dan informasi. Sedangkan output

produksi merupakan produk yang dihasilkan, berikut hasil sampingannya, seperti

limbah, informasi, dan sebagainya. Adapun input-output sistem produksi dapat

dilihat pada gambar 3.1

Gambar 3.1 Sistem Produksi

Sub-sub sistem dari sistem produksi tersebut antara lain adalah

perencanaan dan pengendalian produksi, manajemen sumber daya manusia,

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 14

Page 2: BAB 3 PRINT

BAB III

penentuan standar-standar operasi, penentuan fasilitas produksi, perawatan

fasilitas produksi, kesehatan dan keselamatan kerja, dan penentuan harga pokok

produksi. Dalam pengerjaan laporan kerja praktek ini, kelompok kami membahas

materi perencanaan kebutuhan material/MRP (Material Requirement Planning),

manajeman sumber daya manusia, dan kesehatan dan keselamatan kerja.

3.2 Definisi dan Tujuan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP)

Kesulitan-kesulitan yang biasanya terjadi dalam pelaksanaan manajemen

persediaan tradisional telah teratasi dengan dikenalnya suatu pendekatan sistem

persediaan yang terperinci dan lebih baik, yang dikenal dengan MRP (Material

Requirement Planning), yang ditemukan oleh Orlicky dari J.I Case Company

tahun 1972. MRP (Material Requirement Planning) dapat didefenisikan sebagai

suatu teknik atau (set) prosedur yang sistematis dalam penentuan kuantitas serta

waktu dalam proses pengendalian kebutuhan bahan terhadap komponen-

komponen permintaan yang saling bergantungan.

Suatu sistem MRP (Material Requirement Planning) pada dasarnya

bertujuan untuk merancang suatu sistem yang mampu menghasilkan informasi

untuk mendukung aksi yang tepat baik berupa pembatalan pesanan, pesan ulang,

atau penjadualan ulang. Aksi ini sekaligus merupakan suatu pegangan untuk

melakukan pembelian dan/atau produksi.

Terdapat 4 macam yang menjadi ciri utama MRP (Material Requirement

Planning) , yaitu:

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 15

Page 3: BAB 3 PRINT

BAB III

a. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat, kapan suatu

pekerjaan akan selesai (material harus tersedia) untuk memenuhi

permintaan produk yang dijadualkan berdasarkan MPS (Master

Production Schedule) yang direncanakan.

b. Menentukan kebutuhan minimal setiap item, dengan menentukan secara

tepat sistem penjadualan.

c. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan, dengan memberikan

indikasi kapan pemesanan atau pembatalan suatu pesanan harus dilakukan.

d. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang

sudah direncanakan.

Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang dijadualkan

pada waktu yang dikehendaki, maka MRP (Material Requirement Planning)

dapat memberikan indikasi untuk melaksanakan rencana penjadualan ulang (jika

mungkin) dengan menentukan prioritas pesanan yang realistis. Seandainya

penjadualan ulang ini masih tidak memungkinkan untuk memenuhi pesanan,

maka pembatalan terhadap suatu pesanan harus dilakukan. Ada 3 (tiga) masukan

yang dibutuhkan dalam konsep MRP (Material Requirement Planning) yaitu :

a. Jadwal Induk Produksi ( JIP )

b. Struktur Produk

c. Status Persediaan

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 16

Page 4: BAB 3 PRINT

BAB III

Gambar 3.2 Peran MRP (Material Requirement Planning) pada perencanaan

produksi dan proses penjadwalan

3.3 Tujuan Umum Proses Produksi

Proses produksi yang ada pada perusahaan ini dapat dibagi menjadi

sembilan bagian utama. Sembilan bagian utama itu merupakan bagian dalam alur

pembuatan produk mulai dari proses pengukuran dan potongan kotor sampai

proses finishing.

3.3.1. Proses Produksi

Proses produksi pada perusahaan meubel dan furniture PT. Mahkota Sakti

Jaya termasuk batch processes, hal ini didasarkan atas proses produksi yang

terputus-putus. Adapun tahap-tahap proses produksi pada perusahaan meubel dan

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 17

Page 5: BAB 3 PRINT

BAB III

furniture PT. Mahkota Sakti Jaya dapat dilihat pada tahap-tahap produksi sebagai

berikut :

1. Tahap pertama ( Pengukuran dan potongan kayu gelondongan)

Bahan baku yang masih berupa kayu gelondongan diukur dan dipotong

sesuai tebal yang diinginkan

2. Tahap kedua (Vaccum)

Kayu yang sudah dipotong, tapi masih dalam keadaan basah dimasukan ke

dalam mesin Vaccum. Mesin ini berfungsi untuk memasukan obat anti

rayap dan jamur melalui air dengan tekanan tinggi. Hal ini bertujuan agar

obat bisa masuk ke dalam lapisan kayu.

3. Tahap ketiga (Kiln Dry)

Pada proses ini kayu yang sudah divaccum dikeringkan dalam ruangan kiln

Dry.

4. Tahap keempat (Potong Bruto)

Pada tahap ini kayu dalam keadaan kering dipotong bruto.

5. Tahap kelima (Laminasi)

Kayu yang sudah dipotong dijadikan satu dengan yang lainnya agar

memperoleh tebal yang diinginkan.

6. Tahap keenam (Potong netto)

Kayu yang sudah sesuai tebalnya dipotong sesuai dengan bentuk dan

panjang yang diinginkan.

7. Tahap ketujuh (Perakitan)

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 18

Page 6: BAB 3 PRINT

BAB III

Pada tahap ini komponen – komponen dirakit menjadi satu. Pada tahap ini

juga dilakukan penempelan veneer pada plywood.

8. Tahap kedelapan (Gosok)

Pada tahap ini benda kerja yang telah dirakit digosok untuk dihaluskan.

Pada proses penghalusan ini ada dua tahap yaitu gosok awal dan gosok

akhir. Pada proses gosok awal benda kerja digosok dengan jenis kertas

gosok yang kasar dengan bantuan mesin Hand Sander dan Arrow Sander.

Pada proses gosok akhir benda kerja digosok lagi dengan menggunakan

mesin yang sama seperti mesin digosok awal tetapi kertas gosok yang

digunakan permukaannya lebih halus.

9. Tahap kesembilan (Finishing)

Tahap ini adalah tahap pewarnaan, tahap ini dilakukan untuk memberi

kesan benda kerja menjadi lebih alami dan terlihat indah. Proses ini sendiri

berlangsung dalam ruang tersendiri yaitu ruang finishing. Proses ini

berlangsung beberapa tahap yaitu tahap dasar dan tahap akhir, tahap dasar

benda kerja diberi warna kemudian ditransfer lagi ke tempat gosok akhir

untuk dihaluskan, setelah benda kerja halus ditransfer lagi ke ruang

finishing dan dilakukan pengecatan lagi sampai benda kerja tersebut

kelihatan bagus. Benda kerja yang telah selesai diproses finishing

dikeringkan dalam ruang finishing.

Untuk lebih jelasnya diagram alir dari proses produksi meubel dan

furniture di perusahaan PT. Mahkota Sakti Jaya (diagram alir ini berlaku

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 19

Page 7: BAB 3 PRINT

BAB III

untuk pembuatan Dining Table 8 Seater di PT. Mahkota Sakti Jaya) dapat

dilihat pada gambar 3.3

Gambar 3.3 Diagram alir proses produksi Meubel dan furniture

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 20

Pengukuran dan potongan kayu

gelondongan

Gosok

Vaccum

Kiln Dry

Laminasi

Potong netto

Perakitan

Finishing

Produk Jadi

Page 8: BAB 3 PRINT

BAB III

Dibawah ini adalah sebagian dari gambar – gambar pada proses produksi

pembuatan meuble.

Gambar 3.4 Proses Pemotongan

Gambar 3.5 Proses Perakitan

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 21

Page 9: BAB 3 PRINT

BAB III

Gambar 3.6 Finishing

Gambar 3.7 Proses pengelolahan bahan produksi

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 22

Page 10: BAB 3 PRINT

BAB III

3.4. Bahan Baku Utama Dan Bahan Pembantu

Karena perusahaan ini adalah perusahaan meuble dan furniture maka

bahan baku yang digunakan berupa kayu. Bahan kayu tersebut dibedakan menjadi

tiga jenis dengan kualitas yang berbeda :

3.4.1. Bahan Baku Utama

1. Kayu Sengon

Kayu Sengon yang digunakan adalah kayu yang memiliki sifat ringan, lunak,

dan tahan terhadap rayap.

2. Kayu Jati

Kayu jati yang digunakan adalah kayu yang memiliki sifat keras, ulet, dapat

dibentuk sesuai dengan yang diinginkan, dan memiliki serat yang lebih halus

serta motif yang lebih bagus dari kayu-kayu lainnya. Pada umumnya kayu jati

biasa dipakai dalam pembuatan furniture menyesuaikan permintaan pasar dan

harga yang dimiliki oleh pemesan (pembeli) karena masing-masing bahan baku

memiliki ciri khas dan keunggulan yang berbeda untuk digunakan sebagai

bahan pembuatan furniture.

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 23

Page 11: BAB 3 PRINT

BAB III

3.4.2. Bahan Pembantu

1. Lem Perekat

Lem yang digunakan disini adalah lem yang khusus digunakan untuk kayu.

Gambar 3.8 Lem Perekat

2. Sekrup

Sekrup berguna untuk membantu menambah dan mempererat daya lekat

kerja lem dengan kayu.

Gambar 3.9 Sekrup

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 24

Page 12: BAB 3 PRINT

BAB III

3. Pewarna (cat, politur)

Pewarna digunakan untuk memberikan tekstur warna sehingga memberikan

kesan alami pada produk yang dihasilkan.

Gambar 3.10 Pewarna kayu

4. Kelompok kain: nylon, wool, busa, kain majun/lap.

Gambar 3.11 Kain majun

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 25

Page 13: BAB 3 PRINT

BAB III

5. Kertas melamin, kertas gosok

Kertas gosok ini dipakai pada saat proses penghalusan dan finishing

Gambar 3.12 Kertas gosok

6. Perlengkapan furniture: mur, baut, kunci, engsel dan aksesoris lain.

Gambar 3.13 Handle

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 26

Page 14: BAB 3 PRINT

BAB III

3.5 Mesin dan Peralatan

Mesin dan peralatan yang digunakan oleh PT. Mahkota Sakti Jaya untuk

melakukan proses produksi dapat dilihat pada table 3.1 sebagai berikut

No. Nama Mesin Jumlah (buah)

1 Band Saw 1

2 Circle Saw 5

3 Multi Rip Saw 1

4 Vaccum 1

5 Mesin Bor Duduk 5

6 Mesin Bor Tangan 12

7 Spindel 3

8 Table Router dan Hand Router 12

9 Planner 4

10 Hand Sander 20

11 Spray Gun 25

12 Edgebander 1

13 Tenon Mortise 1

14 Vaccum Hot Press Veneer 2

15 Laminated Finger Joint 2

16 Laminated Jointer 6

17 Compressor 3

Tabel 3.1 Daftar nama mesin dan jumlah mesin yang digunakan untuk proses

produksi

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 27

Page 15: BAB 3 PRINT

BAB III

Dan berikut ini adalah nama mesin beserta dengan kegunaannya :

1. Band saw (gergaji pita) dengan fungsi utamanya adalah membelah

kayu atau logs.

Gambar 3.14 Band Saw

2. Circle Saw untuk memotong kayu dengan sudut yang diinginkan

Gambar 3.15 Circle Saw

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 28

Page 16: BAB 3 PRINT

BAB III

3. Multi Rip Saw berfunsi untuk memotong kayu dari dua sisi

Gambar 3.16 Multi Rip Saw

4. Vaccum berfungsi untuk memesukan obat ke dalam kayu.

Gambar 3.17 Vaccum

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 29

Page 17: BAB 3 PRINT

BAB III

5. Mesin bor duduk berfungsi untuk mengebor kayu.

Gambar 3.18 Mesin bor duduk

6. Mesin bor tangan berfungsi untuk mengebor.

Gambar 3.19 Mesin bor tangan

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 30

Page 18: BAB 3 PRINT

BAB III

7. Spindel mesin ini digunakan untuk membuat lis atau profile dan juga untuk membuat/meratakan permukaan kayu yg melengkung.

Gambar 3.20 Mesin Spindel

8. Table router dan hand router berfungsi untuk membuat alur pada

permukaan kayu maka pisau berada pada posisi vertikal ke arah

bawah.

Gambar 3.21 Hand routerl

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 31

Page 19: BAB 3 PRINT

BAB III

9. Planer adalah mesin untuk meratakan kayu.

Gambar 3.22 Mesin Planer

10. Hand sander berfungsi untuk menghaluskan permukaan kayu

Gambar 3.23 Mesin hand sander

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 32

Page 20: BAB 3 PRINT

BAB III

11. Spray gun berfungsi untuk proses pengecatan.

Gambar 3.24 Spray gun

12. Edgebander berfungsi menempelkan veneer pada ujung MDF atau

plywood.

Gambar 3.25 Edgebander

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 33

Page 21: BAB 3 PRINT

BAB III

13. Tenon mortise berfungsi untuk membuat profil sambungan pada

kayu

Gambar 3.26 Tenon Motise

14. Vaccum hot press berfungsi untuk menempelkan veneer pada

bidang tertentu.

Gambar 3.27 Vacum hot press

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 34

Page 22: BAB 3 PRINT

BAB III

15. Laminated Finger Joint untuk membuat profil sambungan.

Gambar 3.28 Mesin laminated finger joint

16. Laminated Joint untuk menggabungkan kayu.

Gambar 3.29 Mesin laminated joint

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 35

Page 23: BAB 3 PRINT

BAB III

17. Compressor berfungsi untuk memberi tekanan angin.

Gambar 3.30 Compressor

3.6. Peta Proses Operasi/ OPC (Operation Process Chart)

Peta proses operasi secara umum dapat didefinisikan sebagai gambar

grafik yang menjelaskan setiap operasi yang terjadi dalam operasi manufacturing.

Peta proses operasi digunakan untuk mempermudah aliran bahan dalam pabrik

(Wignjosoebroto, 1986).

Agar dapat berkomunikasi dalam proses operasi, maka digunakan simbol-

simbol tertentu, yaitu sebagai berikut :

1. Operasi

Kegiatan operasi terjadi bilamana sebuah obyek atau benda

mengalami perubahan bentuk baik secara fisik maupun

kimiawi, dan perakitan dengan obyek lainnya.

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 36

Page 24: BAB 3 PRINT

BAB III

2. Inspeksi

Kegiatan inspeksi atau pemeriksaan terjadi bila sebuah obyek

mengalami pengujian maupun pengecekan ditinjau dari segi

kualitas maupun kuantitas.

3. Transportasi

Kegiatan transportasi terjadi bila sebuah obyek dipindahkan

dari suatu lokasi ke lokasi yang lain. Jika gerakan perpindahan

tersebut merupakan bagian dari operasi atau inspeksi, maka

kegiatan tersebut bukan termasuk transportasi.

4. Menunggu (delay)

Proses menunggu terjadi bila bahan baku, tenaga kerja atau

fasilitas kerja dalam keadaan terhenti atau tidak mengalami

kegiatan apapun. Biasanya obyek terpaksa menunggu atau

ditinggalkan sementara sampai suatu saat dikerjakan atau

diperlukan kembali.

5. Menyimpan (storage)

Proses peyimpanan terjadi bila obyek disimpan dalam jangka

waktu lama. Disini obyek akan disimpan secara permanen dan

dilindungi terhadap pengeluaran atau perpindahan tanpa ijin

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 37

Page 25: BAB 3 PRINT

BAB III

khusus atau obyek disimpan karena menunggu proses

selanjutnya.

6. Aktivitas ganda

Bila dikehendaki untuk menunjukkan kegiatan-kegiatan yang

secara bersamaan dilakukan oleh operator pada stasiun kerja

yang sama pula, seperti kegiatan operasi

3.7. Tata Letak Fasilitas Pabrik

Tata letak fasilitas produksi merupakan keseluruhan bentuk dan

penempatan fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam proses produksi. Fasilitas-

fasilitas tersebut harus sesuai dengan kebutuhan proses produksi, sehingga hasil

produksi dapat diproduksi dengan jumlah dan kualitas yang sesuai harapan, serta

dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan dengan biaya minimum. Tata letak

asilitas ini akan sempurna apabila didukung dengan adanya ketepatan dalam

menentukan peta perakitan, peta proses operasi, peta aliran bahan dan tipe tata

letak fasilitas, dimana keempat hak tersebut sangat erat kaitannya karena saling

mempengaruhi jalannya proses produksi. Tujuan perencanaan lay out peralatan

dan produksi pada hakekatnya merupakan optimasi pengaturan fasilitas-fasilitas

operasi sehingga nilai yang diciptakan oleh sistem produktif maksimum. Selain

itu perlu pula dipenuhi kebutuhan para karyawan dalam menjalankan proses

produksi. Secara terperinci, lay out fasilitas bertujuan untuk menggunakan

ruangan yang tersedia seefektif mungkin, meminimumkan biaya penanganan,

biaya bahan dan jarak angkut, menciptakan kesinambungan dalam proses

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 38

Page 26: BAB 3 PRINT

BAB III

produksi, menyederhanakan proses produksi, mendorong semangat dan efektifitas

kerja para karyawan, menjaga keselamatan karyawan dan barang-barang yang

sedang diproses, serta menghindari berbagai bentuk pemborosan (Handoko,

1991).Maka untuk lebih jelasnya tata letak pabrik dari ruang produksi dapat

dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 3.7 Tata letak mesin produksi di PT. Mahkota Sakti Jaya

3.8. Pemeliharaan Fasilitas Produksi

Dalam proses produksi ini sendiri tentunya tidak lepas dari penggunaan

mesin-mesin. Pada tiap-tiap tahapan proses mulai dari tahapan pengukuran,

pemotongan sampai dengan tahap finishing, mesin-mesin yang digunakan ada

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 39

Page 27: BAB 3 PRINT

BAB III

beberapa jenis. Untuk menjaga agar mesin tidak cepat rusak pada penggunaan tiap

prosesnya, maka dibutuhkan pemeliharaan (maintenance).

Pemeliharaan (maintenance) dilakukan agar terdapat sesuatu keadaan

operasi produksi yang memuaskan, sesuai dengan apa yang direncanakan mesin.

Dalam upaya untuk mencapai efektivitas pemeliharaan mesin dan fasilitas

produksi secara optimum, maka kegiatan perawatan dibagi menjadi dua kegiatan

yaitu :

a. pemeliharaan mesin-mesin produksi

b. pemeliharaan jaringan dan pembangkit listrik

Perawatan mesin-mesin yang digunakan untuk proses produksi PT. Mahkota Sakti

Jaya dilakukan setiap enam bulan sekali agar pada waktu berproduksi tidak ada

hambatan yang disebabkan oleh kerusakan mesin.

3.9. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

3.9.1. Arti Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan

peralatan, tempat kerja dan lingkungan, serta cara melakukan pekerjaan

3.9.2. Tujuan keselamatan kerja

1.Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melaksanakan

pekerjaan.

2. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.

3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 40

Page 28: BAB 3 PRINT

BAB III

3.9.3. Jenis keselamatan kerja

1. Keselamatan kerja dalam industri (Industrial Safety)

2. Keselamatan kerja di pertambangan (Mining Safety)

3. Keselamatan kerja dalam bangunan (Building & Construction Safety)

4. Keselamatan kerja lalu lintas (Traffic Safety)

5. Keselamatan kerja penerbangan (Fligh Safety)

6. Keselamatan kerja kereta api (Railway Safety)

7. Keselamatan kerja di rumah (Home Safety)

8. Keselamatan kerja di kantor (Office Safety)

3.9.4. Sasaran keselamatan kerja

1. Mencegah terjadinya kecelakaan

2. Mencegah timbulnya penyakit akibat pekerjaan

3. Mencegah/ mengurangi kematian

4. Mencegah/ mengurangi cacat tetap

5. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan

bangunan, alat kerja, mesin, pesawat, instalasi, dan lain-lain.

6. Meningkatkan produktifitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan

menjamin kehidupan produktifnya

7. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumber produksi

lainnya sewaktu kerja

8. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehinga

dapat menimbulkan kegembiraan semangat kerja

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 41

Page 29: BAB 3 PRINT

BAB III

9. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi, industri

serta pembangunan

3.9.5. Syarat-syarat keselamatan kerja

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan

4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu

kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya

5. Memberi pertolongan pada kecelakaan

6. Memberi alat perlindungan diri kepada para pekerja

7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,

kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca

sinar atau radiasi, suara dan getaran

8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik

fisik maupun psikis, infeksi dan penularan

9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

Laporan Kerja Praktek di PT. Mahkota Sakti Jaya Teknik Industri – ITATS 42