BAB 3 PI Farisan Insani

10
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel- Variabel Penelitian Adapun variabel yang terlibat dalam penelitian ini adalah: Variabel Bebas : Kematangan Emosi Variabel Terikat : Mentoring Agama Islam B. Definisi Operasional Variable Penelitian Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kematangan Emosi Kematangan emosi merupakan kondisi remaja mampu mengendalikan dan mengarahkan penyaluran emosi sesuai situasi dan waktu yang tepat dengan cara yang dapat diterima, mampu menggunakan pemikiran terlebih dahulu terhadap suatu situasi sebelum menggunakan respon emosional, serta mengambil keputusan yang didasarkan pada pertimbangan sehingga tidak mudah berubah-ubah. Dalam penelitian ini, kematangan emosi diukur dengan menggunakan skala kematangan emosi yang di adaptasi dan dikembangkan oleh Ilmi (2011) 1

Transcript of BAB 3 PI Farisan Insani

Page 1: BAB 3 PI Farisan Insani

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel- Variabel Penelitian

Adapun variabel yang terlibat dalam penelitian ini adalah:

Variabel Bebas : Kematangan Emosi

Variabel Terikat : Mentoring Agama Islam

B. Definisi Operasional Variable Penelitian

Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Kematangan Emosi

Kematangan emosi merupakan kondisi remaja mampu

mengendalikan dan mengarahkan penyaluran emosi sesuai situasi dan

waktu yang tepat dengan cara yang dapat diterima, mampu

menggunakan pemikiran terlebih dahulu terhadap suatu situasi

sebelum menggunakan respon emosional, serta mengambil keputusan

yang didasarkan pada pertimbangan sehingga tidak mudah berubah-

ubah.

Dalam penelitian ini, kematangan emosi diukur dengan

menggunakan skala kematangan emosi yang di adaptasi dan

dikembangkan oleh Ilmi (2011) melalui aspek-aspek kematangan

emosi yaitu kemandirian, kemampuan menerima kenyataan,

kemampuan beradaptasi, kemampuan merespon dengan tepat, merasa

aman, Kemampuan berempati, Kemampuan menguasai amarah.

Skor tinggi pada skala ini akan menunjukkan tingginya

kematangan emosi individu dan skor rendah pada skala ini

menunjukkan rendahnya kematangan emosi individu.

1

Page 2: BAB 3 PI Farisan Insani

2. Mentoring Agama Islam

Menurut Rusmiyati (dalam Ridwansyah, 2008) mentoring agama

islam adalah suatu kegiatan pembinaan pemuda pelajar yang

berlangsung secara periodik dengan bimbingan seorang mentor. Pola

pendekatan teman sebaya yang diterapkan menjadikan program ini

lebih menarik, efektif serta memiliki keunggulan tersendiri.

3. Populasi Dan Sampel Penelitian

Sugiyono (2001) menyatakan bahwa populasi adalah kelompok yang

terdiri atas subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Kelompok subyek ini merupakan sekelompok individu

yang mempunyai ciri-ciri atau sifat yang sama yang membedakan dengan

kelompok lain. Menurut Sugiyono (2001) sampel adalah sebagian dari

jumlah dan karakteristik subjek yang mewakili populasi. Bila dalam

populasi besar maka peneliti tidak mungkin mempelajari semua subjek

yang ada pada populasi, misalnya terkena kendala keterbatasan dana,

tenaga dan waktu maka dari itu peneliti menggunakan sampel yang

diambil dari sebagian populasi untuk diteliti, apapun yang dipelajari dan

diteliti dari sampel tersebut hasilnya berlaku untuk populasi, maka dari itu

peneliti harus memilih sampel yang betul-betul representatif. Sampel

dalam penelitian ini adalah 30 orang remaja SMA yang berusia sekitar 15-

18 tahun yang merupakan siswa SMAN 2 Cibinong.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data akan digunakan dalam penelitian ini

adalah metode angket. Angket adalah instrumen pengumpulan data

berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang biasa disebarkan kepada

responden. Menurut Sudirman (dalam Probowati, 2013), Angket termasuk

2

Page 3: BAB 3 PI Farisan Insani

alat untuk mengumpulkan dan mencari data atau informasi, sikap, dan

paham dalam hubungan kausal. Metode ini penulis gunakan untuk

mengetahui data tentang kematangan remaja SMA yang mengikuti

mentoring agama islam dan yang tidak mengikuti mentoring agama islam.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan angket tertutup (angket

berstruktur) yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa

sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai

dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda (x) atau tanda

checklist (ѵ). Yang kemudian dianalisa dalam bentuk angka, yakni dalam

bentuk kuantitatif dengan memberi nilai pada setiap item jawaban

pertanyaan pada angket untuk responden. Skala yang dipakai dalam

penelitian ini yaitu:

1. Skala kematang emosi

Skala kematangan emosi yang diadaptasi dari Ilmi (2011) yang

bertujuan untuk mengukur kematangan emosi pada remaja yang

mendapatkan mentoring agama islam dan yang tidak. Skala

kematangan emosi ini merupakan skala adaptasi dan diukur

berdasarkan aspek-aspek kematangan emosi dari Katkovsky dan

Gorlow (2011).

a. Kemandirian

Mampu memutuskan apa yang dikehendaki dan bertanggung jawab

terhadap keputusan yang diambilnya.

b. Kemampuan menerima kenyataan

Mampu menerima kenyataan bahwa dirinya tidak selalu sama

dengan orang lain, mempunyai kesempatan, kemampuan, serta

tingkat intelegensi yang berbeda dengan orang lain.

c. Kemampuan beradaptasi

Orang yang matang emosinya mampu beradaptasi dan mampu

menerima beragam karakteristik orang serta mampu menghadapi

situasi apapun.

3

Page 4: BAB 3 PI Farisan Insani

d. Kemampuan merespon dengan tepat

Individu yang matang emosinya memiliki kepekaan untuk

merespon terhadap kebutuhan emosi orang lain, baik yang

diekspresikan maupun yang tidak diekspresikan.

e. Merasa aman

Individu yang memiliki tingkat kematangan emosi tinggi

menyadari bahwa sebagai mahluk sosial ia memiliki

ketergantungan pada orang lain.

f. Kemampuan berempati

Mampu berempati adalah kemampuan untuk menempatkan diri

pada posisi orang lain dan memahami apa yang mereka pikirkan

atau rasakan.

g. Kemampuan menguasai amarah

Individu yang matang emosinya dapat mengetahui hal-hal apa saja

yang dapat membuatnya marah, maka ia dapat mengendalikan

perasaan marahnya.

Aspek-aspek tersebut kemudian akan dikembangkan menjadi

item-item. Bentuk bentuk pertanyaan akan disusun dengan bentuk

skala Likert yang menggunakan alternatif jawaban SS = Sangat Sesuai,

S = Sesuai, TS = Tidak sesuai, STS = Sangat Tidak Sesuai. Pada skala

kematangan emosi terdapat pertanyaan yang bersifat favorable dan

unfavorable. Adapun penilaian dari skala kematangan emosi dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

E. Validitas Dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Azwar (dalam Matondang, 2009) menyatakan bahwa validitas

berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan

dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan

fungsi ukurnya.

4

Page 5: BAB 3 PI Farisan Insani

Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat

tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil

ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang

mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan. Teknik yang digunakan

adalah menggunakan teknik analisis faktor . Analisis faktor merupakan

sala satu cara untuk menguji validitas konstruk suatu alat ukur

(Anastasia dalam Hidayat, 2008). Validitas konstruk dilakukan apabila

pengguna tes ingin mengambil kesimpulan berdasarkan skor tes dan

mengelompokan prilaku kedalam konstruk psikologis tertentu Lalu

data yang diperoleh dari penelitian di olah kembali dengan

menggunakan piranti lunak berupa SPSS

2. Uji Reliabilitas

Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur berkaitan erat

dengan masalah kekeliruan pengukuran. Kekeliruan pengukuran

sendiri menunjukkan sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran

terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang terhadap kelompok subyek

yang sama. Sedangkan konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil

ukur berkaitan erat dengan kekeliruan dalam pengambilan sampel yang

mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan

ulang pada kelompok yang berbeda. Sudjana (dalam Matondang,

2009) menyatakan bahwa reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan

atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya,

kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil

yang relatif sama. Reliabilitas dalam penelitian ini diuji dengan

menggunakan Alpha Cronbach. Analisis dilakukan dengan bantuan

program SPSS (Statistical Program for Social Sciences) versi 22 for

windows.

5

Page 6: BAB 3 PI Farisan Insani

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang di pakai adalah dengan menggunakan t-test.

Teknik analisis ini digunakan untuk mencari koefisien t-score. Koefisien

tersebut menunjukkan tingkat perbedaan kematangan emosi antara remaja

sma yang mendapatkan mentoring agama islam dan yang tidak.

Adapun alasan peneliti memilih rumus t-test adalah karena :

1. Dapat digunakan untuk mengetahui nilai perbedaan mean dari pasangan

sampel

2. Dapat digunakan untuk mengetes apakah perbedaan dari dua sampel

yang telah diselidiki itu merupakan perbedaan yang meyakinkan atau

kesalahan sampel

6

Page 7: BAB 3 PI Farisan Insani

7