BAB 3 Perekonomian Indonesia Kelompok

43
PEREKONOMIAN INDONESIA BAB 3 PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI Kelompok 3: 1. Cipta Ajeng Pratiwi 1211011034 2. Dewi Lestari 1211011042 3. Dwi Risma Dewi 1211011048 4. Lusyana Dewi 1211011084 5. Novita Liana Sari 1211011118 6. Rama Agustina1211011128 7. Ummi Restu Suci Nyai Putri 1211011152 8. Zefri Septiabe 12110111

description

PEREKONOMIAN INDONESIA , PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

Transcript of BAB 3 Perekonomian Indonesia Kelompok

PEREKONOMIAN INDONESIA BAB 3 PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

PEREKONOMIAN INDONESIABAB 3PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMIKelompok 3:

1. Cipta Ajeng Pratiwi12110110342. Dewi Lestari12110110423. Dwi Risma Dewi12110110484. Lusyana Dewi12110110845. Novita Liana Sari12110111186. Rama Agustina12110111287. Ummi Restu Suci Nyai Putri12110111528. Zefri Septiabe12110111PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMIDalam GBHN, tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Indikator untuk mengukur kesejahteraan adalah National Income.

PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMIProses pembangunan ekonomi merubah struktur ekonomi secara mendasar:Sisi permintaan agregat, pendalaman struktur ekonomi didorong oleh peningkatan national income yang berpengaruh terhadap selera masyarakat yang terefleksi dalam pola konsumsinya.Sisi penawaran agregat, faktor pendorong utamanya adalah perubahaczn teknologi, peningkatan SDM, dan penemuan material baru untuk produksi.

A. Pertumbuhan Ekonomia.1. Arti Pertumbuhan EkonomiPertumbuhan ekonomi merupakan penambahan GDP, sehingga terjadi peningkatan national income.

A. Pertumbuhan Ekonomia.2. Konsep Pendapatan NasionalDalam arti luas, National income dapat merujuk pada GDP, GNP atau NNP (Net national Product).Pendekatan pengukuran GDP:a) Pendekatan sisi penawaran agregat yang mencakup: Pendekatan produksi & Pendekatan pendapatanb)Pendekatan sisi permintaan agregat yakni pendekatan pengeluaran

A. Pertumbuhan Ekonomia.3. Sumber-Sumber PertumbuhanPertumbuhan ekonomi bisa bersumber dari pertumbuhan pada sisi permintaan agregat (AD) dan/atau sisi penawaran agregat (AS).

A. Pertumbuhan Ekonomia.3.1. Sisi Permintaan Agregat (AD)

A. Pertumbuhan Ekonomia.3.1. Sisi Permintaan Agregat (AD)

Kurva AD bergeser kekanan berarti peningkatan permintaan C, I, G (X-M).PDB=C + I + G + X - MC = cY + CaI = -ir + IaG = Ga, Pengeluaran pemerintah berifat otonom, besar kecilnya tidak ditentukan oleh factor dalam model, tapi oleh factor lain spt politik.X = Xa, pertumbuhan ekspor ditentukan oleh factor eksternalM = mY +MaA. Pertumbuhan Ekonomia.3.2. Sisi Penawaran Agregat (AS)

Pertumbuhan output disebabkan oleh peningkatan volume FP (Tenaga kerja, Kapital, Tanah) sebagai akibat dari peningkatan produktivitas.Q = f (X1, X2, .. Xn), dimana X = FP

A. Pertumbuhan Ekonomia.4. Teori-Teori dan Model-Model Pertumbuhan Teori Klasik Teori Neo Keynes Teori Neo-Klasik Teori Modern

B. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sejak Orde Baru Hingga Era SBYPada tahun 1968 PN per kapita masih sangat rendah, hanya sekitar US$60. Tingkat ini jauh lebih rendah dibandingkan PN dari NSB lain pada saat itu, seperti misalnya India, Sri Lanka, dan Pakistan. Tetapi, sejak Pelita 1 dimulai PN per kapita Indonesia mengalami peningkatan yang relatif tinggi setiap tahun, dan pada tahun 1980-an telah mendekati US$500.

Pengaruh Resesi Dunia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia : Suatu Ilustrasi Teoritis

B. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sejak Orde Baru hingga Era SBYLaju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik setelah 1998 tercerminkan pada peningkatan PDB perkapita atas dasar harga berlaku tercatat sekitar 4,8 juta rupiah. Tahun 1999 naik menjadi 5,4 juta rupiah dan berlangsung sehingga mencapai sekitar 10,6 juta rupiah tahun 2004. B. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sejak Orde Baru hingga Era SBYPada masa krisis ekonomi tahun 1998 dari sisi AD, Industri manufaktur dan sektor konstruksi mengalami penurunan produksi yang signifikan sedangkan sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan positif yaitu sektor pertanian dengan 1.31%, listrik, gas dan air bersih 3.11%, dan pengangktan dan komunikasi 16.23%.Dalam nilai riil (harga kosntan) semua sektor mengalami pertumbuhan negatif kecuali listrik, gas dan air minum dengan 2.6%.Pada tahun 2000 semua sktor kembali tumbuh positif kecuali sektor pertambangan yang mengalami pertumbuhan negatif sejak tahun 2003

Tabel 3.4Pertumbuhan PDB menurut sector di Indonesia, 2001-2005 (Semester 1)SektorPeriode2001200220032004Semester I 2005Terhadap Semseter 2004Terhadap Semester II 2004Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan Perikanan3.13.24.34.10.35.1Pertambangan Dan Penggalian0.31-0.9-4.6-0.9-5.5Industru Manufaktur3.35.35.36.26.82.7Listrik, Gas Dan Air Bersih7.98.95.95.97.73.6Bangunan4.65.56.78.27.40.7Perdagangan, Hotel Dan Restoran4.43.95.35.89.73Transporatsi Dan Komunikasi8.18.411.612.713.54.7Keuangan, Sewa Dan Perusahaan Jasa6.66.477.78.24Jasa-Jasa Lainnya3.23.83.94.94.62.5Pdb3.84.44.95.15.92.4PDB Tanpa Minyak Dan Gas5.15.15.86.273.1B. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sejak Orde Baru hingga Era SBYDari sisi AD, selama krisis 1998, semua komponen pengeluaran mengalami penurunan terkecuali komponen ekspor (X) .Komponen AD yang paling besar pengeluarannya adalah komponen I yang merosot sekitar 33.01%.Secara total dalam periode 2000-20004 semua komponen AD mengalami pertumbuhan dengan laju meningkat walaupun tahun tertentu di dalam jangka waktu tersebut beberapa komponen seperti komponen investasi (I) mengalami kelesuan.Komponenperiode20002001200220032004Jan - Juni 2005C856.81,039.71,2321,3721,532.1842.6G90.8113.4132.2163.7187.888.5I275.9323.9354.2386.2484.4279.1 Stok20.171.230.4-32.27.828.7X569.5642.6595.5627.1711.8421.4Minus M423.3506.4400.8471620.1380.5PDB1,398.81863.318632,045.92,3031,297Tabel 3.5PDB nominal menurut komponen AD atas harga berlaku di Indonesia (Rp triliun)C. Faktor-Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Didalam teori-teori konvensional, pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh ketersedian dan kualitas dari input-input produksi seperti tenaga kerja, modal, teknologi, bahan baku, kewirausahaan, dan energy. Tetapi, factor-faktor ini lebih krusial dalam menentukan prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Sedangkan pertanyaan apakah ekonomi Indonesia 2006 dan seterusnya akan tumbuh lebih baik, lebih buruk, atau relative sama dengan pertumbuhan 2005, adalah bicara soal prospek pertumbuhan ekonomi jangka pendek, yang berarti lebih dipengaruhi oleh factor-faktor jangka pendek.

Enam Factor Utama Penyebab Rendahnya Pertumbuhan Ekonomi IndonesiaKebijkan Pemerintah Tidak Terlalu Mendukung. Hal ini dapat terlihat dari tidak adanya kebijakan industry nasional yang komprehensif yang menetapkan prioritas terhadap industry yang akan diunggulkan dengan langkah yang jelas, dalam jangka panjang dan jangka pendek yang harus dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan industry yang telah ditetapkan sebagai industry kecil; Kebijkan pemerintah tidak terlalu mendukung usaha peningkatan pertumbuhan ekonomi selama ini tercerminkan dari departemen industry dan departemen perdagangan yang sifatnya ad holic, tidak konsisten dan sering bertentangan dengan kebijkan sebelumnya atau kebijakn dari sector lain seperti sector pertanian.Infrastruktur Terbatas. Hal ini terutama akibat tidak adanya kebijakan pemerintah yang membuat pembangunan fasilitas infrastruktur sebagai salah satu prioritas penting demi meningkatkan daya saing dan pertumbuhan ekonoimi nasional.Biaya Produksi Terus Meningkat. Yang disebabkan terutama oleh semakin banyaknya pungutan yang sifatnya resmi maupun tidak resmi. Banyaknya pungutan tersebut erat kaitannya dengan masih besarnya birokrasi dan banyaknya perda didaerah ynag bermunculan sejak penerapan otonomi daerah.

Tingkat Produktivitas Rendah. Ada tiga penyebab utama yakni kualitas SDM yang rendah ( pendidikan rendah dan IPM yang buruk); kapasitas produksi yang masih rendah yang membatasi kemampuan dari banyak industry didalam negeri untuk meningkatkan volume produksi (kecilnya aliran kredit perbankan dan rendahnya investasi dari luar negeri dan dalam negeri); dan masih lemahnya pengembangan atau penguasaaan teknologi (lemahnya SDM dan kuranfgnya dukyngan dari pemerintah). Tingkat Kewirausahaan Nasional Masih Rendah. Dilihat dari rendahnya inivasi yang dilakukan oleh pengusaha nasional baik dalam produk yang dihasilkan, proses produksi yang diterapkan, dan kegiatan promosi dan pemasaran yang dilakukan.Pertumbuhan Invesatsi Termasuk PMA Masi Rendah. Erat kaitanyya dengan lingkungan berusaha , keamanan, dan kepastian hukum didalam negeri yang belum kondusif dan masalah mendasar seperti buruknya infrastruktur, biaya produksi yang belum meningkat, kebujakan ekonomi yang tidak konsisten, dan kondisi perburuan yang semakin meningkat.

Kebijakan Pemerintah Yang Kurang MendukungInfrastruktur TerbatasTingkat Kewirausahaan/ Inovasi Yang RendahInvestasi RendahPertumbuhan LambatProduktifitas RendahBiaya Produksi MeningkatRasa Ketidakpastian Untuk Melakukan Bisis Di IndonesiaKualitas SDM RendahBirokrasiBanyaknya PerdaOtonomi DaerahBank Nasional Belum Sepenuhnya PulihKredit BankKurang Dukungan Dari Swasta/ UniversitasKurang Dukungan Dari PemerintahTeknologi RendahKapasitas Produksi RendahPungutan Bertambah TerusUMR Naik TerusGambar 3.9Enam Factor Utama Penyebab Rendahnya Pertumbuhan Ekonomi IndonesiaPertumbuhan ekonomi atau PDB adalah pertumbuhan output total dari semua sector ekonomi, dan pertumbuhan output di suatu sector adalah pertumbuhan output total dari semua perusahaan yang ada di sector tersebut. Berdasarkan pendekatan ini, maka dapat dikatakan bahwa lambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak krisis tidak lepas dari lambatnya pertumbuhan kegiatan bisnis didalam negeri, khususnya swasta sebagai pelaku ekonomi utama. Oleh karena itu, kinerja dari suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh oleh lingkungan. Lingkungan diman bisnis beroperasi dapat dibagi dalam dua macam, yakni lingkungan langsung dan lingkungan luas (Gambar 3.10). lingkungan yang lebih luas adalah lingkungan yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap suatu kegiatan bisnis, yang terdiri dari komponen-komponen berikut: ekonomi makro, pemerintah dan politik pada tingkat nasional dan local, jasa yang diberikan oleh pemerintah, pengaruh eksternal, social dan kultur, dan iklim serta lingkungan alam. Sedangkan, lingkungan langsung adalah lingkungan berpengaruh secra langsung terhadap semua kegiatan usaha, yakni pasar, regulasi dan birokrasi, dan intervensi yang didanai oleh uang public.

Gambar 3.10Dunia Usaha di Dalam Lingkungan Langsung dan Lebih LuasEkonomi MakroPemerintah & PolitikJasa PemerintahSocial & StrukturPengaruh-pengaruh EksternalIklim & LingkunganLingkungan Langsung

Iklim usaha yang tidak kondusif merupakan penyebab lambatnya proses pemulihan ekonomi nasional dari krisis. Secara sederhana, iklim usaha mencerminkan sejumlah factor yamng berkaitan dengan lokasi tertentu membentuk kesempatan dan insentof bagi individu/ pengisaha/ perusahaan/ pemilik modal untuk melakukan usaha atau investasi secara produktf dan berkembang. Lebi konkritnya, iklim usaha yang kondusif adalah iklim yang mendorong seseorang melakukan bisnis (termasuk investasi) dengan biaya dan resiko serendah mungkin disatu sisi, dan keuntungan jangka panjang setinggi mungkin, disisi lain.Executive Opinion Survey, yakni survey terhadap opini pribadi dari CEO atau pimpinan/ manajer/ direktur perusahaan dan orang-orang penting dipemerintahan ( di lembaga-lembaga terkait seperti Departemen Industri dan Departemen Perdagangan) mengenai berbagai aspek yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan dunia usaha. Salah satu masalah yang dipertanyakan didalam survey tersebut adalah factor penghambat utama kegiatan usaha di Indonesia.

Seperti yang terlihat di Gambar 3.11, berdasarkan persentase responden, tiga factor penghambat bisnis adalah korupsi, birokrasi, dan kebijakan tidak stabil. Sebagian responden menganggap korupsi yang paling mengganggu usha mereka. Sebagian besar lainnya mengangga birokrasi yang bertele-tele tidak efisien sebagai penghambat utama perkembangan bisnis di Indonesia ( disebutkan juga dalm World Bank 2005). Kelompok terbesar ketiga dari pengusaha menganggap kebijakan khususnya ekonomi makro yang tidak stabil adalah yang paling merugikan usaha. Menurut laporan World Bank 2005 mengenai iklim investasi, mencipakan suatu iklim investasi yang lebih baik mengharuskan pemerintah untuk menangani tiga hal, yakni biaya, risiko, dan pembatasan bagi persainganTabel 3.9Kebijakan dan perilaku pemerintah yang mempengaruhi keputusan investasi

Tiga hal penting yang mempengaruhi keputusan investasiFactor-faktor yang membentuk kesempatan dan insentif untuk melakukan investasiPemerintah berpengaruh kuatPemerintah kurang berpengaruhBiayaKorupsi, Tarif pajak dan system perpajakan, bea masuk & tariff ekspor, subsidi, beban peraturan & birokrasi, infrastruktur, jasa jasa public, kinerja sector keunagan, suku bunga, peraturan pasar tenaga kerjaHarga bahan yangditentukan oleh pasar, jarak terhadap pasar input & output, skala & bidang ekonomi yang dikaitkan dengan teknologi tertentu.RisikoArah kebijakan yang dapat diantisipasi & kredibilitasnya, stabilitas ekonomi makro, hak-hak atas property, pemaksaan kepatuhan hak atas property untuk kepentingan umumTanggapan konsumen & pesaing, kejutan eksternal, bencana alam, kendalan pemasok.Pembatasan bagi persainganPembatasan peraturan untuk masuk & keluar, hukuman & kebijakan persaingan memfungsikan pasar sector keuangan, infrastruktur.Ukuran pasar & jarak terhadap pasar input & output, skala & bidang ekonomi dalam kegiatan-kegiatan tertentu.Kegiatan bisnis termasuk investasi dipengaruhi oleh dua macam lingkungan yakni :lingkungan langsung;lingkungan yang lebih luas.

1. Lingkungan yang lebih luas adalah lingkungan yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap suatu kegiatan bisnis, yang terdiri dari komponen-komponen berikut: ekonomi makro (seperti kebijakan perdagangan, kebijakan industri, kebijakan sektor keuangan, dan kebijakan moneter dan fiskal), pemerintah dan politik pada tingkat nasional dan lokal (misalnya legislatif dan proses pembuatan kebijakan, judisiari, dan keamanan dan stabilitas), jasa-jasa yang diberikan oleh pemerintah (seperti pelayanan kesehatan dan pendidikan, infrastruktur, utilitas dan jasa keamanan), pengaruh-pengaruh eksternal (seperti perdagangan global, bantuan luar negeri, tren dan selera masyarakat dunia, teknologi, dan informasi), sosial dan kultur (seperti demografi, selera konsumer, dan sikap terhadap bisnis), dan iklim serta lingkungan alam (misalnya sumber daya alam, cuaca, dan siklus pertanian).Sedangkan, yang dimaksud lingkungan langsung adalah lingkungan berpengaruh secara langsung terhadap semua kegiatan usaha, yakni pasar (misalnya consumen, tenaga kerja, keterampilan dan teknologi, material dan alat-alat produksi, lokasi, infrastruktur, modal, dan jaringan-jaringan kerja), regulasi dan birokrasi (seperti undang-undang, peraturan-peraturan, tarif pajak dan sistem perpajakan, lisensi dan perijinan, standar produk dan proses, dan perlindungan konsumer dan lingkungan), dan intervensi-intervensi yang didanai oleh uang publik (seperti jasa keuangan untuk bisnis).Tabel 3.10Kinerja infrastruktur di ASEANIndikatorIndonesia (2000)Peringkat dalam ASEAN Tingkat elektrifikasi (%) Jaringan telepon tetap (%) Jumlah pemohon mobile phone (%) Akses ke sanitasi yang baik (%) Akses ke air bersih (%) Jaringan jalan raya (km per 1000 penduduk)53 penduduk) 4 6 55 78 1,7 11 dari 12 negara 21 dari 12 negara 9 dari 12 negara 7 dari 11 negara 7 dari 11 negara8 dari 12 negara Tabel 3.11Posisi Relatif Indonesia untuk Kualitas Infrastruktur dalam the Global competitiveness report 2004-2005IndikatorPeringkat (total 104 negara)Kualitas keseluruhan Pembangunan jalan raya Kualitas pelabuhan Kualitas transpor udara Suplai listrik Efisiensi kantor pos Kualitas telepon/fax Jaringan telepon per 1000 penduduk (data, 2003)44 28 40 61 68 57 8586 Sumber: WEF (2005)Laporan kedua adalah dari WEF (2005). Seperti telah dijelaskan sebelumnya (lihat gambar 3.11), survey tahunan yan g dilakukan oleh WEF ini adalah mengenai opini pribadi dari pimpinan perusahaan dan pejabat-pejabat penting di department-departmen yang terkait dengan peningkatan daya saing negara. Hasil survey mengenai kualitas infrastruktur untuk kasus Indonesia dapat dilihat di table 3.11. untuk kasus Indonesia dapat dilihat di table 3.11. untuk infrastruktur secara keseluruhan, Indonesia berada pada peringkat ke 44 dari Negara 104 negara yang masuk di dalam sampel. Untuk kualitas infrastruktur menurut jenisnya, kondisi Indonesia juga buruk.

Tabel 3.12Posisi Relative Indonesia untuk Pengembangan Pendidikan dan Teknologi dalam the Global Competitiveness

IndikatorPeringkat (total 104 negara)Kualitas system pendidikanKualiotas sekolah-sekolah negeriKualitas pendidikan matematik dan sainsPenyebaran dalam pelayanan kesehatan berkualitasTingkat (berdasarkan data sekunder 2001, atau tahun tahun terakhir yang ada)-primary enrollment- secondary enrollment- teriary enrollmentKesiapan teknologi35485736

238174 57Tabel 3.12Posisi Relative Indonesia untuk Pengembangan Pendidikan dan Teknologi dalam the Global Competitiveness

Dalam teknologi, yakni pertanyaan apakah tingkat kesiapan teknologi dari suatu Negara jauh di bawah Negara Negara laion, atau termasuk salah satu pemimpin dunia, posisi Indonesia juga Rendah, yang mencerminkan pembangunan teknologi hingga sekarang ini di Indonesiamasih relative buruk. Kondisi ini seperti halnya dengan kondisi pendidikan yang masih buruk tidak lepas dari kondisi lingkungan kelembagaan dan kebijakan yang selama ini belum optimal mendukung pengembangan pendidikan dan teknologi dio Indonesia.

Tabel 3.13Posisi Relative Indonesia untuk Lingkungan Ekonomi makro dalamthe Global Competitiveness Report 2004-2005

IndikatorPeringkat (total 104 negara)Kecanggihan pasar keuanganKondisi perbankan Ketersediaan modal venturaAkses ke kreditAkses ke pasar saham localPeraturan perdagangan sekuritasEfektifitas dari undang-undang kebangkrutanRintangan-rintangan perdagangan terselubungBiaya impor perlatan/mesin dari luar negeriDampak bisnis dari rintangan-rintangan perdagangan domesticDampak bisnis dari rintangan-rintangan perdagangan luar negeriDampak bisnis dari prosedur-prosedur pabeanDampak bisnis dari peraturan-peraturan mengenai PMABeban pajakEfisiensi dari prosedur-prosedur pabeanKeterbukaan dari regim pabeanUsaha-usaha terorganisasi untuk memperbaiki daya saing408320646570536552692051867374427Table 3.13 menunjukkan peringkat yang sangat krusial bagi pertumbuhan bisnis/investasi, seperti pembangunan sector keuangan, kelayakan bisnis dari perbankan, akses ke kredit, ketersediaan modal ventura, dan seterusnya.

Tabel 3.14Posisi Relatif Indonesia untuk Kelembagaan Publik dalam the global competitiveness report 2004-2005

IndikatorPeringkat (total 104 negara)Kemandirian Judisial Efisiensi dari kerangka kerja legal Hak Properti Perlindungan kekayaan intelektual Pemborosan dalam pengeluaran pemerintah Beban dari regulasi pemerintah pusat Beban dari regulasi pemerintah daerahTingkat birokrasi Tingkat dan efek dari perpajakan Pembayaran tidak regular/ilegal dalam ekspor dan impor Pembayaran tidak reguker.ilegal dalam pemakaian utilitas publik Pembayaran tidak regular/ilegal dalam pembayaran pajak Pembayaran tidak regular.ilegal dalam kontrak publicPembayaran tidak regular.ilegal dalam aplikasi kreditPembayaran tidak regular/ilegal dalam keputusan judisial Biaya- biaya bisnis dari pembayaran-pembayaran non regular illegal58 51 67 47 25 15 2985 27 75 70 76 4680 6981 Selanjutnya, masih berdasarkan laporan WEF (2004), table 3.14 menyajikan posisi relative dari Indonesia dalam beberapa indicator dari kelembagaan public yang sangat relevan bagi kegiatan usaha atau investasi. Seperti yang dapat dilihat, dalam kemandirian judicial dari pengaruh politik dari pengaruh politik dari anggota-anggota pemerintah (misalnya menteri dan presiden), politikus dan masyarakat, dan perusahaan, Indonesia berada pada peringkat ke 58.

Bagian ramaBagian uteBagian abeTerima kasih