bab 3 ika
-
Upload
josa-anggi-pratama -
Category
Documents
-
view
221 -
download
4
description
Transcript of bab 3 ika
MUNTAH
8. komplikasi apa saja yang bisa timbul akibat muntah?
a. Komplikasi metabolik
Dehidrasi, alkalosis, kekacauan elektrolit, deplesi kalium, natrium. Dehidrasi
terjadi sebagai akibat dari hilangnya cairan lewat mutah atau masukan yang kurang oleh
karena selalu mutah. Alkalosis sebagai akibat dari hilangnya asam lambung, hal ini
diperberat oleh masuknya ion hydrogen kedalam sel karena defisiensi kalium dan
berkurangnya natrium ekstraseluler. Kalium dapat hilang bersama bahan mutahan dan
keluarnya lewat ginjal. Karena alkalosis kalium bersama-sama bikarbonat keluar lewat
ginjal. Demikian juga natrium dapat hilang lewat mutah dan urine. Dalamkeadaan
alkalosis yang berat PH urine dapat 7 atau 8 kadar natrium dan kalium urine tinggi
walaupun terjadi deplesi Natrium dan Kalium.
b. Komplikasi nutrisi
Penurunan berat badan dan gangguan pertumbuhan sebagai akibat dari mutah
kronik, hal ini perlu diperhatikan pada saat melakukan terapi.
c. Mallory Weiss Syndrome
Adalah laserasi linier pada mukosa perbatasan esofagus dan lambung. Hal ini
biasanya terjadi mutah hebat berlangsung lama. Pada pemeriksaan endoskopi akan
ditemukan kemerahan pada mukosa esofagus bagian bawah daerah LES. Dalam
waktusingkat akan sembuh. Bila anemia terjadi oleh karena perdarahan yang hebat perlu
dilakukan transfusi darah.
d. Peptic Esophagitis
Akibat refluk yang berkepanjangan pada mutah kronik menyebabkan iritasi
mujkosa esofagus oleh asam lambung, antasida atau histamin receptor blocker dapat
menyembuhkan.
9. Bagaimana terapi penyakit / kelainan dengan manifestasi muntah pada anak?
Penatalaksanaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah mengkoreksi
keadaan hipovolemi dan gangguan elektrolit. Pada penyakit gastroenteritis akut dengan
muntah, obat rehidrasi oral biasanya sudah cukup untuk mengatasi dehidrasi. Pada muntah
bilier atau suspek obstuksi intestinal penatalaksanaan awalnya adalah dengan tidak
memberikan makanan secara peroral serta memasang nasogastic tube yang dihubungkan
dengan intermittent suction. Pada keadaan ini memerlukan konsultasi dengan bagian
bedah untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik muntah yang dapat
diidentifikasi. Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa mengetahui penyebab
yang jelas tidak dianjurkan. Bahkan kontraindikasi pada bayi dan anak dengan
gastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis saluran gastrointestinal yang merupakan
kasus bedah misalnya, hiperthrophic pyoric stenosis (HPS), apendisitis, batu ginjal,
obstruksi usus, dan peningkatan tekanan intrakranial. Hanya pada keadaan tertentu
antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif, misalnya pada mabuk perjalanan (motion
sickness), mual dan muntah pasca operasi, kemoterapi kanker, muntah siklik,
gastroparesis, dan gangguan motilitas saluran gastrointestinal.
Terapi farmakologis muntah pada bayi dan anak
a. Antagonis dopamin
Tidak diperlukan pada muntah akut disebabkan infeksi gastrointestinal karena
biasanya merupakan self limited. Obat-obatan antiemetik biasanya diperlukan pada
muntah pasca operasi, mabuk perjalanan, muntah yang disebabkan oleh obat-obatan
sitotoksik, dan penyakit refluks gastroesofageal. Contohnya Metoklopramid dengan dosis
pada bayi 0.1 mg/kgBB/kali PO 3-4 kali per hari. Pasca operasi 0.25 mg/kgBB per dosis
IV 3-4 kali/hari bila perlu. Dosis maksimal pada bayi 0.75 mg/kgBB/hari. Akan tetapi obat
ini sekarang sudah jarang digunakan karena mempunyai efek ekstrapiramidal seperti
reaksi distonia dan diskinetik serta krisis okulonergik.
Domperidon adalah obat pilihan yang banyak digunakan sekarang ini karenadapat
dikatakan lebih aman. Domperidon merupakan derivate benzimidazolin yang secara
invitro merupakan antagonis dopamine. Domperidon mencegah refluks esophagus
berdasarkan efek peningkatan tonus sfingter esophagus bagian bawah.
b. Antagonisme terhadap histamine (AH1)
Diphenhydramine dan Dimenhydrinate (Dramamine) termasuk dalam golongan
etanolamin. Golongan etanolamin memiliki efek antiemetik paling kuat diantara
antihistamin (AH1) lainnya. Kedua obat ini bermanfaat untuk mengatasi mabuk perjalanan
(motion sickness) atau kelainan vestibuler. Dosisnya oral: 1-1,5mg/kgBB/hari dibagi
dalam 4-6 dosis. IV/IM: 5 mg/kgBB/haridibagi dalam 4 dosis.
c. Prokloperazin dan Klorpromerazin
Merupakan derivate fenotiazin. Dapat mengurangi atau mencegah muntah yang
disebabkan oleh rangsangan pada CTZ. Mempunyai efek kombinasi antikolinergik dan
antihistamin untuk mengatasi muntah akibat obat-obatan, radiasi dan gastroenteritis.
Hanya boleh digunakan untuk anak diatas 2 tahun dengan dosis 0.4–0.6 mg/kgBB/hari tiap
dibagi dalam 3-4 dosis, dosis maksimal berat badan <20>
d. Antikolinergik
Skopolamine dapat juga memberikan perbaikan pada muntah karena faktor
vestibular atau stimulus oleh mediator proemetik. Dosis yang digunakan adalah 0,6
mikrogram/kgBB/ hari dibagi dalam 4 dosis dengan dosis maksimal 0,3mg per dosis.
e. 5-HT3 antagonis serotonin
Yang sering digunakan adalah Ondanasetron. Mekanisme kerjanya diduga
dilangsungkan dengan mengantagonisasi reseptor 5-HT yang terdapat pada CTZ di area
postrema otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran cerna. Ondansentron tidak
efektif untuk pengobatan motion sickness. Dosis mengatasi muntah akibat kemoterapi 4–
18 tahun: 0.15 mg/kgBB IV 30 menit senelum kemoterapi diberikan, diulang 4 dan 8 jam
setelah dosis pertama diberikan kemudiansetiap 8jam untuk 1-2 hari berikutnya. Dosis
pascaoperasi: 2–12 yr <40>40 kg: 4 mg IV; >12 yr: dosis dewasa8 mg PO/kali.
KOLESTASIS
11. Bagaimana digesti dan absorbsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak?
System pencernaan terdiri dari organ-organ utama yang meliputi saluran pencernaan yang
merupakan suatu pipa panjang mulai dari mulut, esophagus, gaster, usus halus, usus besar
(colon), rectum dan anus serta organ asesori yang meliputi kelenjar saliva, hepar, pancreas
dan kandung empedu.
Lemak
Lemak (bahasa Inggris: fat) merujuk pada sekelompok besar molekul-molekul alam
yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen meliputi asam lemak, malam,
sterol, vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak (contohnya A, D, E, dan K),
monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid (termasuk di dalamnya getah dan
Saluran Pencernaan Proses Pencernaan
1. Mulut Bercampur dengan kelenjar ludah yang
mengandung enzim lipase lingual
2. Esofagus Tidak ada pencernaan
3. Lambung Lipase lingual memulai hidrolisis
terbatas: trigliserida menjadi digliserida
dan asam lemak
• Lemak susu lebih banyak dihidrolisis
• Lipase lambung menghidrolisis lemak
dalam jumlah terbatas
4. Usus Halus • Bahan empedu mengemulsi lemak.
• Lipase dari pangkreas dan dinding usus
halus menghidrolisis lemak dalam
bentuk emulsi menjadi digliserida,
monogliserida, asam lemak dan gliserol
• Fosfolipase dari pancreas
menghidrolisis fosfolipid menjadi asam
lemak dan lisofosfogliserida.
• Kolesterol esterase dari pancreas
menghidrolisis ester kolesterol
5. Usus Besar Sisa lemak dan kolesterol terkurung dlm
serat makan dan dikeluarkan melalui
feses
Penyerapan Lipid
Hasil pencernaan dari lemak akan diserap kembali ke dalam membran mukosa usus
halus dengan cara difusi pasif. Absorbsi ini paling banyak terjadi di jejenum. Untuk bentuk
gliserol, asam lemak rantai pendek (C4-C6), dan asam lemak rantai panjang (C8-C10) dapat
langsung diserap menuju aliran darah. Sedangkan bagi asam lemak dengan rantai panjang,
monogliserida harus diubah menjadi trigliserida dahulu. Trigliserida dan lipida besar lainnya
(kolestrol, fosfolipida) kemudian diabsorbsi secara aktif dan menghasilkan kilomikron (jenis
lipoprotein—alat angkut lipida). Kilomikron membawa lipida ke jaringan – jaringan adiposa
melewati limfe menuju ke darah.
Hasil Pencernaan Lipid Absorpsi
Gliserol
Asam lemak rantai pendek (C4-6)
Asam lemak rantai menengah (C8-10)
Diserap langsung ke dalam darah
Asam lemak rantai panjang
Monogliserida
Diubah menjadi trigliserida di dalam sel-
sel usus halus
Trigliserida
Kolesterol
Fosfolipida
Membentuk kilomikron, masuk ke dalam
limfe kemudian ke dalam darah
Transportasi Lemak
Pemrosesan dan distribusi lipid dijelaskan dalam 8 yaitu:
1. Triasilgliserol yang berasal dari diet makanan tidak larut dalam air. Untuk
mengangkutnya menuju usus halus dan agar dapat diakses oleh enzim yang dapat larut di air
seperti lipase, triasilgliserol tersebut disolvasi oleh garam empedu seperti kolat dan glikolat
membentuk misel.
2. Di usus halus enzim pankreas lipase mendegradasi triasilgliserol menjadi asam lemak dan
gliserol. Asam lemak dan gliserol diabsorbsi ke dalam mukosa usus.
3. Di dalam mukosa usus asam lemak dan gliserol disintesis kembali menjadi triasilgliserol
4. Triasilgliserol tersebut kemudian digabungkan dengan kolesterol dari diet makanan dan
protein khusus membentuk agregat yang disebut kilomikron.
5. Kilomikron bergerak melalui sistem limfa dan aliran darah ke jaringan-jaringan.
6. Triasilgliserol diputus pada dinding pembuluh darah oleh lipoprotein lipase menjadi asam
lemak dan gliserol.
7. Komponen ini kemudian diangkut menuju sel-sel target.
8. Di dalam sel otot (myocyte) asam lemak dioksidasi untuk energi dan di dalam sel adipose
(adipocyte) asam lemak diesterifikasi untuk disimpan sebagai triasilgliserol.
Dalam darah lipid diangkut dalam bentuk kilomikron, Lipoprotein, dan Albumin,
Kilomikron merupakan pengangkut Trigliserida dari bahan yang terdiri dari asam-asam
lemak bebas berantai panjang terdiri dari protein. karena lipid tidak dapat larut dalam air,
bentuk Lipid non polar harus bergabung dengan Lipid Amfipatik dan Protein untuk
membentuk Lipoprotein yang bisa campur dengan air sehingga dapat diangkut antar jaringan
didalam plasma darah yang akueosa.
Utilisasi Lemak
Jumlah kolesterol baik dalam darah merupakan penandaan penting soal gangguan
jantung, tanpa peduli berapa banyak kolesterol jahat yang di kurangi.
Cara kerja lemak tak jenuh :
a) Lemak jenuh (kolesterol jahat) LDL yang berasal dari hasil disalurkan ke bagian tubuh
lain dan lama-lama menumpuk dan berkontribusi membentuk plak.
b) Timbunan lemak (LDL) pada dinding arteri membentuk plak (kotoran menempel).
c) Lemak tak jenuh kolesterol baik (HDL) sifatnya stabil dan membawa sifat lemak jenuh
menjauh arteri dan membawa kembali ke hati.
Ekskresi Lemak
Lemak diekskresikan sebagai bahan sisa (waste product) CO2 dan H2O. Jalur
ekskresi dari kedua zat ini telah dibicarakan pada ekskresi bahan sisa karbohidrat.
Lemak di dalam makanan tidak dicerna dan diserap seluruhnya melainkan ada sebagian yang
terbuang di dalam tinja, kalau tinja mengandung kadar lemak tinggi dari biasanya, disebut
steatorrhoea. Dalam kondisi demikian, tinja mempunyai volume besar dan berwarna agak
pucat karena garam kalsium dari asam lemak.
Kebutuhan lemak bagi tubuh
American Heart Association merekomendasikan untuk membatasi konsumsi lemak maksimal
30% dari total kebutuhan kalori Anda. Namun jika Anda kelebihan berat badan, memiliki
kadar kolesterol tinggi, atau memiliki riwayat penyakit tertentu, disarankan untuk
mengonsumsi di bawah persentase tersebut.
Vitamin yang larut lemak
Beberapa vitamin larut lemak adalah vitamin A, D, E, dan K, yang hanya mengandung
unsur- unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Vitamin yang larut lemak atau minyak, jika
berlebihan tidak dikeluarkan oleh, tubuh, melainkan akan disimpan.
Proses Metabolismenya :
Proses pencernaan makanan, baik di dalam lambung maupun usus halus akan membantu
melepaskan vitamin dari makanan agar bisa diserap oleh usus. Vitamin larut lemak diserap di
dalam usus bersama dengan lemak atau minyak yang dikonsumsi.
Vitamin larut lemak akan diserap secara difusi pasif dan kemudian di dalam dinding usus
digabungkan dengan kilomikron (lipoprotein) yang kemudian diserap sistem limfatik, baru
kemudian bergabung dengan saluran darah untuk ditransportasikan ke hati.
Proses dan Mekanisme Penyerapan Vitamin dalam Usus Halus
Jenis Vitamin Mekanisme Penyerapan
Vitamin A, D, E, K dan
beta-karoten
Dari micelle, secara difusi pasif, digabungkan
dengan kilomikron, diserap melalui saluran
limfatik.
Sumber : Muchtadi, 2009
Proses Metabolisme Vitamin A :
Sebelum ditemukan vitamin yang larut dalam lemak, orang menduga bahwa lemak hanya
berfungsi sebagai sumber energi. Vitamin yang larut dalam lemak biasanya ditimbun dalam
tubuh dan karenanya tidak perlu disediakan setiap hari dalam makanan.
Absorbsi vitamin larut lemak yang normal ditentukan oleh absorbsi normal dari lemak.
Gangguan absorbsi lemak yang disebabkan oleh gangguan sistim empedu akan
menyababkan gangguan absorbsi vitamin–vitamin yang larut lemak. Setelah diabsorbsi,
vitamin ini dibawa ke hepar dalam bentuk kilomikron dan disimpan di hepar atau dalam
jaringan lemak. Di dalam darah, vitamin larut lemak diangkut oleh lipoprotein atau protein
pengikat spesifik (Spesific Binding Protein), dan karena tidal larut dalam air, maka
ekskresinya lewat empedu, yang dikeluarkan bersama-sama feses.
16. Jealaskan gambaran patalogi anatomi atrena dan hep neonatal?
Anatomi Sistem Billiaris/ Sistem Empedu
Sistem empedu dan hati tumbuh bersama. Berasal dari diverticulum yangenonjol dari
lantai depan (foregut) ada ada tonjolan yang akan menjadi hepar dan sistem empedu, dimana
tonjolan ini akan menyebar ke septum transversum. Sedangkan Bagian caudal diverticulum akan
menjadi: Gall Bladder (kandung empedu), Ductus cysticus, Ductus biliaris communis (ductus
choledochus). Bagian cranialnya akan menjadi liver dan hepatic bile ducts .
Kandung empedu berbentuk buah pear, diliputi oleh peritoneum dan menempel ke
permukaan bawah dari lobus kanan dan lobus quadratus dari liver. Ductus cysticus berjalan dari
liver ke arah kandung empedu, Ductus choledochus berjalan ke bawah menuju ke duodenum,
ductus choledochus masuk ke duodenum melalui bagian belakang duodenum. Ductus hepaticus
bercabang 2 à lobus kanan dan lobus kiri, Di daerah ductus hepaticus banyak terjadi kelainan
kongenital Kandung empedu panjangnya ± 10 cm, 3 – 5 cm dan mengandung 30 – 60 cc bile.
Secara anatomis, kandung empedu terbagi menjadi:
1. Bagian fundus (ujung), Menonjol keluar ke tepi depan dari liver
2. Corpus (bagian yang besar/ body)
3. Infundibulum
4. Leher (berhubungan dengan ductus cysticus)
Panjang ductus cysticus ± 3 cm, diliputi permukaan dalam dengan mukosa yang banyak
sekali membentuk duplikasi (lipatan-lipatan) jadi disebut valve of Heister (mengatur pasase bile
dari dan ke gall bladder). Ductus cysticus akan bergabung dengan ductus hepaticus communis
menjadi ductus biliaris communis (ductus choledochus). Ductus hepaticus bercabang menjadi
lobus kiri dan kanan, dg panjang masing-masing ± 2 – 3 cm. Ductus choledochus panjangnya 10
– 15 cm dan berjalan menuju duodenum dari sebelah belakang, akan menembus pankreas dan
bermuara di sebelah medial dari duodenum descendens.
Dalam keadaan normal, ductus choledochus akan bergabung dengan ductus pancreaticus
WIRSUNGI (baru mengeluarkan isinya ke duodenum) Tapi ada juga keadaan di mana masing-
masing mengeluarkan isinya, pada umumnya bergabung dulu. Pada pertemuan (muara) ductus
choledochus ke dalam duodenum, disebut choledochoduodenal junction (di tempat ini ada
sphincter ani).
Atresia Bilier adalah suatu keadaan dimana saluran empedu tidak terbentuk atau tidak
berkembang secara normal. Dapat juga diartikan bahwa Obstruksi billiaris adalah tersumbatnya
saluran kandung empedu karena terbentuknya jaringan fibrosis. Atresia Billiaris merupakan
obstruksi bilier ekstrahepatik progresif pada neonates. Cabang-cabang bilier ekstrahepatik
mengalammi fibrosis, dan terlibat dalam inflamasi hebat yang menunjukan adanyha infeksi. Jika
tidak diobati, akhirnya akan membahayakan system bilier intrahepatik dan mengakibatkan
sirosis, hipertensi portal, asites, dan insufisiensi hepar.
Atresia biliary merupakan obliterasi atau hipoplasi satu komponen atau lebih dari duktus
biliaris akibat terhentinya perkembangan janin, menyebabkan ikterus persisten dan kerusakan
hati yang bervariasi dari statis empedu sampai sirosis biliaris, dengan splenomegali bila berlanjut
menjadi hipertensi porta. (Kamus Kedokteran Dorland 2002: 206). Atresia bilier atau atresia
biliaris ekstrahepatik merupakan proses inflamasi progresif yang menyebabkan fibrosis saluran
empedu intrahepatik maupun ekstrahepatik sehingga pada akhirnya akan terjadi obstruksi saluran
tersebut. (Donna L. Wong 2008: 1028)
Atresia bilier (biliary atresia)a adalah suatu penghambatan di dalam pipa/saluran-
saluran yang membawa cairan empedu (bile) dari liver menuju ke kantung empedu
(gallbladder). Ini merupakan kondisi congenital, yang berarti terjadi saat kelahiran. Atresia
billiaris merupakan salah satu penyebab dari kolestasis extrahepatik. Gejala yang sering
menyertai adalah: sindrom polisplenia (situs inversus, levocardia, dan tidak adanya vena cava
inferior). Napsu makan sangat menurun, muntah, irritable dan sepsis akibat adanya kelainan
metabolisme, (missal: galaktosemia, intoleransi fruktosa herediter, trisemia, dll), Hersig J
(1980).
Atresia billiaris merupakan penyebab tersering dari ikterus pada neonates. Atresia
merupakan kegagalan perkembangan lumen pada korda epitel yang akhirnya menjadi duktus
billiaris, kegagalan ini dapat menyeluruh atau sebagian. Penyakit ini tidak mungkin terjadi lebih
dari sekali dalam sebuah keluarga.