BAB 3

download BAB 3

of 29

description

bab 3

Transcript of BAB 3

BAB IIIARAH PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH

1.1 Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah

Otonomi daerah dan desentralisasi berimplikasi pada semakin luasnya kewenangan daerah untuk mengatur dan mengelola Pendapatan Daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka secara bertahap daerah dituntut untuk mengupayakan kemandirian pendapatannya dengan mengoptimalkan seluruh potensi pendapatan yang dimilikinya.

Dalam konteks pengelolaan pendapatan daerah di DIY, proporsi sumber pendapatan utama daerah yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan proporsi rata-rata dibawah 40% dari total pendapatan daerah, maka perlu adanya strategi-strategi dalam rangka peningkatan PAD di waktu yang akan datang. Disamping itu, sumbersumber pendapatan lainnya juga perlu ditingkatkan, antara lain bagian laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), lain-lain pendapatan yang sah, dana perimbangan bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak, sehingga dalam kurun waktu lima tahun mendatang, proporsi DAU secara bertahap dapat mulai digantikan oleh sumbersumber pendapatan yang dapat diupayakan oleh daerah.

Berdasarkan penjabaran kondisi keuangan serta kebijakankebijakan yang mempengaruhi perekonomian daerah, sebagaimana telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, kebijakan umum pendapatan daerah tahun 20092013 adalah sebagai berikut:

3.1.1 Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah

Adapun sumber-sumber pendapatan daerah di DIY berasal dari berbagai komponen, yaitu:

a. Pajak Daerah yang meliputi Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Pajak Pengambilan serta Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

b. Retribusi Daerah yang meliputi Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perizinan Tertentu. Retribusi Jasa Umum terutama berasal dari Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pelayanan Bidang Kehutanan dan Perkebunan, Retribusi Pelayanan Pemukiman dan Prasarana Wilayah. Retribusi Jasa Usaha terdiri dari pemakaian kekayaan daerah yang berasal dari sewa tanah dan bangunan, sewa rumah dinas, penitipan kendaraan bermotor, sewa penginapan/pesanggrahan/villa, sewa gedung Graha Wana Bhakti Yasa, sewa gedung/ruangan/aula/asrama, bidang perikanan dan kelautan, bidang perhubungan dan bidang perpustakaan daerah, retribusi Pasar Grosir dan/atau pertokoan, Retribusi Perijinan Tertentu berasal dari Retribusi Izin Pos dan Telekomunikasi.

c. Hasil Perusahaan Milik Daerah (PMD) dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang meliputi hasil penyertaan modal pada PT. Anindya Mitra Internasional, PD Taru Martani, BPD DIY dan Badan Usaha Kredit Pedesaan (BUKP).

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah dimaksudkan untuk menampung penerimaan-penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah di luar Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan. Penerimaan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah antara lain terdiri dari Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Tidak Dipisahkan, Jasa Giro, Penerimaan Bunga Deposito, Pemanfaatan lahan jalan untuk pemasangan iklan.

e. Penerimaan dari dana perimbangan yang meliputi: Bagi hasil pajak, bagi hasil bukan Pajak, DAU, DAK dan penerimaan lain-lain.

f. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah berasal dari Sumbangan dari Badan/Lembaga/Organisasi Swasta Dalam Negeri dan dari Pendapatan Lain-lain.

Dari berbagai penerimaan tersebut, selama lima tahun terakhir terjadi kecenderungan kenaikan penerimaan daerah dari Pajak dan Retribusi Daerah. Akan tetapi pada sisi yang lain, penerimaan pendapatan dari Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan mengalami kecenderungan terus menurun terutama pada periode 2005-2009.

Terkait dengan arah pengelolaan keuangan peningkatan pendapatan daerah, maka Pemerintah Provinsi DIY perlu melakukan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan PAD yaitu dengan:

a. Perbaikan Manajemen

Melalui perbaikan manajemen diharapkan setiap potensi pendapatan daerah dapat direalisasikan. Manajemen yang profesional dapat dicapai dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan perbaikan serta penyederhanaan sistem dan prosedur. Perbaikan manajemen ini baik pada internal Pemerintah Provinsi DIY maupun pada BUMD.

b. Peningkatan Investasi

Peningkatan investasi dapat didorong dengan membangun iklim usaha yang kondusif bagi berlangsungnya investasi.

3.1.2 Optimalisasi Aset Daerah

Pemerintah Provinsi DIY memiliki aset yang dapat lebih dioptimalkan pemanfaatannya untuk pelayanan kepada masyarakat maupun untuk peningkatan pendapatan. Optimalisasi aset daerah dapat dicapai dengan perbaikan pengelolaan aset, peningkatan kerjasama dengan pihak lain/swasta, dan pembentukan badan usaha baru yang khusus untuk pengoptimalan aset daerah. Disamping itu, optimalisasi aset DIY juga dapat dilaksanakan melalui kerjasama dengan pihak lain/swasta, baik dalam bentuk Build Operating Transfer (BOT) maupun Kontrak Konsesi.

3.1.3 Peningkatan Dana Perimbangan dan Bagi Hasil

Dana yang berasal dari DAU perlu dikelola dengan sebaikbaiknya, meskipun relatif sulit untuk memperkirakan jumlah realisasinya karena bergantung pada pemerintah pusat. Sumber dana yang berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) juga dapat diupayakan peningkatannya melalui penyusunan programprogram unggulan yang dapat diajukan untuk dibiayai dengan DAK. Bagi hasil pajak provinsi dan pusat dapat diupayakan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Pendapatan bagi hasil sangat terkait dengan aktivitas perekonomian daerah. Dengan demikian semakin meningkatnya aktivitas ekonomi akan berkorelasi dengan naiknya pendapatan yang berasal dari bagi hasil, oleh karena itu Pemerintah Daerah harus mendorong peningkatan aktivitas perekonomian.

1.2 Arah Pengelolaan Belanja

Belanja Daerah diarahkan untuk dapat mendukung pencapaian visi dan misi pembangunan lima tahun ke depan ditambah satu tahun transisi. Sesuai dengan visi pembangunan yang telah ditetapkan, belanja daerah dapat digunakan sebagai instrumen pencapaian visi tersebut. Pengelolaan belanja sejak proses perencanaan, pelaksanaan hingga pertanggungjawaban harus memperhatikan aspek efektifitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas. Belanja harus diarahkan untuk mendukung kebijakan yang telah ditetapkan dengan memperhatikan perbandingan antara masukan dan keluaran (efisiensi). Keluaran dari belanja dimaksud seharusnya dapat dinikmati hasilnya oleh masyarakat (efektifitas). Selanjutnya alokasi anggaran perlu dilaksanakan secara terbuka berdasarkan skala prioritas dan kebutuhan (transparansi), selain itu pengelolaan belanja harus diadministrasikan dan dipertanggungjawabkan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku (akuntabilitas).

3.2.1 Arah pengelolaan belanja daerah tahun 2009-2013 adalah sebagai berikut:

1. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran

Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat meningkatkan pelayanan pada masyarakat yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kualitas pelayanan masyarakat dapat diwujudkan dengan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia aparatur daerah, terutama yang berhubungan langsung dengan kepentingan masyarakat.

2. Prioritas

Penggunaan anggaran diprioritaskan untuk mendanai kegiatan-kegiatan penyediaan infrastruktur dan peningkatan pendapatan masyarakat serta penyediaan pelayanan kesehatan dan pendidikan, guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Disamping itu, prioritas penggunaan anggaran juga diarahkan untuk mendanai program strategis pada sektor-sektor unggulan Provinsi DIY, seperti sektor Pariwisata, Budaya dan Pendidikan.

3. Tolok ukur dan target kinerja

Belanja daerah pada setiap kegiatan harus disertai tolok ukur dan target pada setiap indikator kinerja yang meliputi masukan, keluaran dan hasil sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.

4. Efisiensi belanja langsung

Belanja langsung diupayakan untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan secara efisien dan efektif. Belanja langsung disusun atas dasar kebutuhan nyata masyarakat, sesuai strategi pembangunan untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Efisiensi belanja langsung untuk pembangunan infrastruktur publik dapat dikerjasamakan dengan pihak swasta.5. Transparan dan akuntabel

Setiap pengeluaran belanja, dipublikasikan dan dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, melalui publikasi masyarakat sehingga mudah dan tidak mendapatkan hambatan dalam mengakses informasi belanja. Pertanggungjawaban belanja tidak hanya menyangkut aspek administrasi keuangan, tetapi juga proses, keluaran dan hasil.

1.3 Kebijakan Umum Anggaran

Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan rangkaian siklus Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), yang pelaksanaannya dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan/pemeriksaan sampai kepada pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBD yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemberlakuan anggaran kinerja memungkinkan adanya surplus atau defisit pada penyusunan APBD. Untuk menutup defisit dan surplus diperlukan pembiayaan daerah. Jika pembiayaan diperlukan untuk menutup defisit anggaran berjalan, arah pengelolaan pembiayaan harus berdasarkan prinsip kemampuan dan kesinambungan fiskal daerah.

Pembiayaan defisit anggaran antara lain bersumber dari pinjaman daerah, sisa lebih perhitungan anggaran, dana cadangan dan penjualan aset. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hadiah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri, Pemerintah daerah berhak melakukan pinjaman daerah dengan ketentuan besaran pinjaman daerah tidak melebihi kemampuan daerah dalam mengembalikan pinjaman. Hal ini tercermin dari besaran rasio kemampuan membayar kembali pinjaman atau Debt Services Coverage Ratio (DSCR) minimal sebesar 2,5. coverage.

Selanjutnya untuk pengeluaran pembiayaan diprioritaskan pada pengeluaran yang bersifat wajib, antara lain untuk pembayaran hutang pokok yang telah jatuh tempo. Setelah pengeluaran wajib terpenuhi, maka pengeluaran pembiayaan diarahkan untuk penyertaan modal kepada BUMD yang berorientasi keuntungan dan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Dengan penyertaan modal yang dilakukan diharapkan dapat menghasilkan bagi hasil laba yang dapat meningkatkan pendapatan daerah sekaligus kinerja lembaga yang mendapat tambahan modal dalam melayani masyarakat. Secara lebih rinci Kebijakan Umum Anggaran Provinsi DIY Tahun 2009-2013 adalah sebagai berikut:

3.3.1 Pendapatan Daerah

Sejalan dengan kebutuhan pendanaan pembangunan daerah yang terus meningkat, pemerintah daerah merencanakan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan yang bisa diupayakan oleh daerah sendiri (PAD), yang bersumber dari pusat (Dana Perimbangan), serta pendapatan lainlain. Saat ini sumber pendapatan dari PAD masih relatif kecil dibandingkan dengan dana perimbangan. Kebijakan umum pendapatan daerah diarahkan untuk mendorong peningkatan pendapatan daerah melalui mobilisasi pendapatan asli daerah dan penerimaan daerah lainnya.

Pendapatan daerah diperkirakan Tahun 20092013 mengalami pertumbuhan ratarata sekitar 6%. Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan pada komponen PAD dan komponen dana perimbangan yang masingmasing diperkirakan memiliki ratio pertumbuhan ratarata sekitar 40,9% dan 25,4%. Pertumbuhan lain-lain pendapatan, pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil perusahaan daerah akan menjadi faktor yang penting dalam mendorong pertumbuhan dana perimbangan yang akan diperoleh.

Khusus untuk pendapatan lainlain yang sah, bagi hasil dari Pemerintah Provinsi berperan penting sebagai salah satu sumber pendapatan dalam mendukung pendanaan berbagai program dan kegiatan. Bagi hasil dari Pemerintah Provinsi ini antara lain Pajak Kendaraan Bermotor/Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (PKB/BBNKB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) dan lainlain. Pendapatan bagi hasil Pemerintah Provinsi ini sangat terkait dengan aktivitas ekonomi daerah. Pemerintah Daerah dapat berperan dalam memberikan insentif dan dorongan aktivitas perekonomian daerah. Adapun perkiraan pendapatan daerah Provinsi DIY berikut pertumbuhannya pada tahun 20092013 dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel: 3 PROYEKSI PENDAPATAN DAERAH TAHUN 2009-2013KODE REKURAIANTARGETTARGETTARGETTARGETTARGETTARGET

200920092010201120122013

4JUMLAH PENDAPATAN1.161.986.630.223,421.221.594.240.781,421.294.889.895.228,311.376.467.958.627,691.470.067.779.814,371.572.972.524.401,38

4 1PENDAPATAN ASLI DAERAH547.887.175.315,00596.850.801.653,00632.661.849.752,18672.519.546.286,57718.250.875.434,05768.528.436.714,44

4 1 1Pajak Daerah 486.168.175.841,00524.567.434.500,00556.041.480.570,00591.072.093.845,91631.264.996.227,43675.453.545.963,35

4 1 2Retribusi Daerah33.144.872.640,0032.935.463.785,0034.911.591.612,1037.111.021.883,6639.634.571.371,7542.408.991.367,77

4 1 3Hsl Pengelolaan Kekayaan Daerah Yg Dipisahkan12.768.526.834,0014.071.903.368,0014.916.217.570,0815.855.939.277,0016.934.143.147,8318.119.533.168,18

4 1 4Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah15.805.600.000,0025.276.000.000,0026.792.560.000,0028.480.491.280,0030.417.164.687,0432.546.366.215,13

4 2DANA PERIMBANGAN590.574.676.643,42618.381.981.128,42655.484.899.996,13696.780.448.695,88744.161.519.207,20796.252.825.551,71

4 2 1Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak59.333.281.643,4261.052.031.128,4264.715.152.996,1368.792.207.634,8873.470.077.754,0578.612.983.196,84

4 2 2 Dana Alokasi Umum511.773.395.000,00523.919.950.000,00555.355.147.000,00590.342.521.261,00630.485.812.706,75674.619.819.596,22

4 2 3Dana Alokasi Khusus19.468.000.000,0033.410.000.000,0035.414.600.000,0037.645.719.800,0040.205.628.746,4043.020.022.758,65

4 3LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH23.524.778.265,006.361.458.000,006.743.145.480,007.167.963.645,247.655.385.173,128.191.262.135,23

Tabel: 4 PROYEKSI PERTUMBUHAN PENDAPATAN DAERAH TAHUN 2009 - 2013

(dalam persentase)

KODE REKURAIANTATATATATATA

200920092010201120122013

4JUMLAH PENDAPATAN27,475,136,006,306,807,00

4 1PENDAPATAN ASLI DAERAH30,278,946,006,306,807,00

4 1 1Pajak Daerah 28,307,906,006,306,807,00

4 1 2Retribusi Daerah125,13-0,636,006,306,807,00

4 1 3Hsl Pengelolaan Kekayaan Daerah Yg Dipisahkan3,2110,216,006,306,807,00

4 1 4Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah8,5759,926,006,306,807,00

4 2DANA PERIMBANGAN20,854,716,006,306,807,00

4 2 1Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak2,906,006,306,807,00

4 2 2 Dana Alokasi Umum2,376,006,306,807,00

4 2 3Dana Alokasi Khusus71,616,006,306,807,00

4 3LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH-94,16-72,966,006,306,807,00

Sumber : DPPKA 2009

1. Belanja Daerah

Kebijakan umum belanja daerah diarahkan pada peningkatan efisiensi, efektifitas, transparansi, akuntabilitas melalui penetapan prioritas alokasi anggaran. Kebijakan belanja daerah juga diarahkan untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan dalam rangka memperbaiki kualitas dan kuantitas pelayanan publik.

Belanja daerah dikelompokan ke dalam belanja langsung dan tidak langsung yang masing-masing kelompok dirinci kedalam jenis belanja. Untuk belanja tidak langsung, jenis belanjanya terdiri atas belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan keuangan, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, dan belanja tidak terduga. Sementara itu, untuk belanja langsung jenis belanjanya terdiri atas belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal. Prinsip efisiensi dan efektifitas harus diterapkan pada semua pos belanja daerah tersebut di atas.

1. Belanja Tidak Langsung

Arah kebijakan belanja tidak langsung sampai dengan 2013 diperkirakan akan didominasi oleh belanja pegawai yang masih merupakan proporsi terbesar. Proyeksi pengeluaran belanja pegawai yang menjadi beban APBD DIY diperkirakan sebesar 38,4 %. Proporsi pengeluaran belanja tidak langsung terbesar kedua adalah pada belanja bagi hasil kepada kabupaten dengan presentasi sebesar 19,7%.

Kemungkinan dalam lima tahun ke depan pemerintah akan menaikkan kembali gaji PNS, sehingga selama lima tahun mendatang diperkirakan belanja tidak langsung akan mengalami kenaikan yang cukup signifikan terutama untuk biaya gaji tetap. Kenaikan gaji PNS tersebut dibiayai oleh sumber pendapatan dari DAU. Dengan demikian kenaikan gaji pegawai diharapkan dapat diikuti oleh kenaikan DAU. Belanja yang signifikan pada kelompok belanja tidak langsung adalah belanja bantuan sosial. Alokasi bantuan sosial diarahkan kepada masyarakat dan berbagai organisasi baik profesi maupun kemasyarakatan.

Alokasi belanja bantuan sosial ditujukan untuk memberdayakan masyarakat. Mekanisme anggaran yang dilaksanakan adalah block grant, artinya masyarakat dapat merencanakan sendiri sesuai dengan kebutuhan, sepanjang tidak keluar dari peraturan yang berlaku. Selain itu, belanja bantuan sosial digunakan untuk meningkatkan akses dan pelayanan dasar bagi masyarakat.

2. Belanja Langsung

Belanja langsung adalah belanja pemerintah daerah yang berhubungan langsung dengan program dan kegiatan. Program dan kegiatan yang diusulkan pada belanja langsung disesuaikan dengan kebijakan umum APBD, prioritas dan plafon anggaran, dan Rencana Strategis SKPD. Belanja langsung terdiri atas belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal. Belanja pegawai dalam belanja langsung ini berbeda dengan belanja pegawai pada belanja tidak langsung. Belanja pegawai pada belanja langsung antara lain untuk honorarium, uang lembur, belanja beasiswa pendidikan, dan belanja kursus.

Belanja langsung untuk jangka waktu lima tahun ke depan diarahkan pada pencapaian visi dan misi lima tahun Provinsi DIY, antara lain untuk peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan, kesehatan, pengurangan kemiskinan, eksplorasi potensi pariwisata serta perbaikan infrastruktur untuk peningkatan pelayanan jasa. Besarnya dana yang dikeluarkan untuk masingmasing kegiatan juga diperkirakan akan meningkat. Sementara itu, khusus untuk belanja modal, pengeluaran belanja modal pada lima tahun mendatang diprioritaskan untuk membangun prasarana dan sarana yang mendukung tercapainya Visi Pembangunan Provinsi DIY.

Kebijakan belanja daerah hingga tahun 2013 diperkirakan akan didominasi oleh belanja tidak langsung dengan rata-rata proporsinya terhadap belanja total adalah sebesar 51,69%, sedangkan untuk belanja langsung diperkirakan sekitar 51,03% atau sisanya. Proyeksi belanja hingga tahun 2013 adalah sebagai berikut:

Proyeksi Belanja Provinsi DIY 2009-2013

Sumber: Lap.Ket Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Gubernur DIY 2003-

2009, diolah.

Gambar: 3Tabel: 5 Proyeksi Anggaran Belanja Daerah Tahun Anggaran 20092013

U R A I A N20092010201120122013

BELANJA DAERAH 2.040.340.914.414,122.594.732.315.375,253.149.123.716.336,373.703.515.117.297,504.257.906.518.258,62

BELANJA TIDAK LANGSUNG1.102.214.442.589,761.298.598.360.467,521.494.982.278.345,281.691.366.196.223,041.887.750.114.100,79

BELANJA LANGSUNG938.126.471.824,371.296.133.954.907,731.654.141.437.991,102.012.148.921.074,462.370.156.404.157,83

Sumber: Lap.Ket Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Gubernur DIY 2003-2009, diolah.

Tabel: 6 Proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung

dan Belanja Langsung terhadap Total Belanja APBD

Tahun Anggaran 2009-2013

U R A I A N20092010201120122013Rata-rata Proporsi

BELANJA

TIDAK LANGSUNG45,9849,9552,5354,3355,6651,69

BELANJA LANGSUNG54,0263,6547,4745,6744,3451,03

TOTAL BELANJA 100,00113,60100,00100,00100,00100,00

Sumber: Lap.Ket Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Gubernur DIY

2003-2009, diolah.2. Pembiayaan Daerah

Dengan diberlakukannya anggaran kinerja, maka dalam penyusunan APBD dimungkinkan adanya defisit maupun surplus. Pembiayaan defisit anggaran antara lain bersumber dari pinjaman daerah, sisa lebih perhitungan anggaran, dana cadangan dan penjualan aset. Pemerintah daerah juga berhak melakukan pinjaman daerah. Selain dilakukan secara hati-hati sesuai dengan kemampuan keuangan daerah, pinjaman yang dilakukan harus tepat sasaran. Alokasi pinjaman daerah selain memberikan pemasukan pada PAD juga diharapkan mampu untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dengan berkembangnya sektor perdagangan dan jasa.

Selanjutnya untuk pengeluaran pembiayaan diprioritaskan pada pengeluaran yang bersifat wajib, antara lain untuk pembayaran hutang pokok yang telah jatuh tempo. Setelah pengeluaran wajib terpenuhi, maka pengeluaran pembiayaan diarahkan untuk penyertaan modal kepada BUMD yang berorientasi keuntungan dan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Dengan penyertaan modal yang dilakukan diharapkan dapat menghasilkan bagi hasil laba yang dapat meningkatkan pendapatan daerah sekaligus kinerja lembaga yang mendapat tambahan modal dalam melayani masyarakat. Untuk lebih jelasnya proyeksi pembiayaan Provinsi DIY Tahun Anggaran 20092013 dapat dilihat pada grafik berikut:

Proyeksi Pembiayaan Provinsi DIY 20092013

Sumber: Lap.Ket Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Gubernur DIY 2003-2009, diolah.Gambar: 43. Dampak Resiko Ekonomi pada Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Pembangunan provinsi DIY

Krisis ekonomi yang melanda dunia saat ini perlu mendapat perhatian yang serius dari Pemerintah Provinsi DIY terutama dari sisi dampaknya pada pendapatan, belanja dan pembiayaan. Dampak krisis pada pendapatan terutama akan dirasakan pada penerimaan pajak daerah, retribusi daerah dan dari hasil Perusahaan Milik Daerah (PMD) dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang meliputi hasil penyertaan modal pada PT. Anindya Mitra Internasional, PD Taru Martani, BPD DIY, dan Badan Usaha Kredit Pedesaan (BUKP). Dari sisi pajak dan retribusi, Pemerintah Provinsi DIY akan mewaspadai turunnya pendapatan dari penerimaan pajak dan retribusi seiring dengan menurunnya ekonomi dan kualitas hidup masyarakat sebagai obyek pajak dan retribusi. Dari sisi pendapatan yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, diperkirakan akan terjadi penurunan laba dari hasil penyertaan pada BUMD sebagai akibat turunnya permintaan dan naiknya harga bahan baku.

Dari sisi belanja, krisis ekonomi akan berakibat pada semakin beratnya beban belanja APBD provinsi DIY. Kenaikan beban belanja DIY ini terutama disebabkan dari kenaikan Standar Satuan Harga (SSH) yang digunakan sebagai dasar untuk penyusunan anggaran belanja, sehingga akan menyebabkan semakin beratnya beban APBD Provinsi DIY. Penerapan prinsip efisiensi, efektifitas dan ekonomis (3E) dalam belanja merupakan solusi yang bisa digunakan dalam penetapan anggaran belanja pada periode mendatang.

Dari sisi pembiayaan, Pemerintah Provinsi DIY perlu menyiapkan dana untuk menutup defisit sebagai akibat lebih besarnya belanja daripada pendapatan dalam APBD. Di samping itu, perlu pula untuk terus mencari sumber alternatif dana dari sumber-sumber lain di luar pendapatan rutin yang diterima Pemerintah Provinsi DIY.2.4 Indikator Kinerja Utama (IKU)

Suatu instansi meski telah mampu mendefinisikan visi dan misi, namun tujuannya kadang berjalan tanpa arah yang jelas, akibatnya hasil yang diharapkan tidak tercapai atau berjalan biasa-biasa saja. Performa dari sudut manapun tidak menunjukkan hasil yang menggembirakan. Kondisi semacam inilah yang mendorong perlunya Indikator Kinerja Utama (key performance indicator), yaitu ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis instansi.

Indikator Kinerja Utama Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Provinsi DIY Tahun 2009a) Sasaran :Tercapainya peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah.

b) Target Kinerja :

1. Realisasi terhadap target Pendapatan sebesar = 108 %,

2. Jumlah instansi yang telah menerapkan administrasi pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku = 31 instansi,

3. Jumlah optimalisasi pemanfaatan aset daerah = 3 buah,

4. Jumlah Kab/Kota yang terevaluasi penyusunan dan perhitungan APBD = 5 Kab/Kota

Tabel: 7 Target dan realisasi Pendapatan

No.IKU

SATUANTARGETREALISASICAPAIAN

a.

b.

c.

d.Realisai terhadap target pendapatan sebesar 108%

Jumlah Instansi yang telah menerapkan administrasi pengelolaan keuangan daerah

Jumlah optimalisasi pemanfaatan aset daerah

Jumlah Kab/Kota yang terevaluasi penyusunan dan perhitungan APBD

Rp

Instansi

Bidang

Kab/Kota898.553.743.100

31

3

5948.997.482.805

31

11

5110,00

100 %

367 %

100 %

Analisa Pengukuran Kinerja

Kinerja Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Provinsi DIY merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Provinsi DIY dalam rencana stratejik, dan akan dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Provinsi DIY melalui berbagai kegiatan tahunan.

Didalam rencana kinerja ditetapkan rencana capaian kinerja tahunan untuk seluruh indikator kinerja yang ada pada tingkat sasaran dan kegiatan yang ada di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Propinsi DIY.Tabel: 8 Analisa Dan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Pendapatan :URAIAN

ANGGARAN

PERUBAHANREALISASI

PENDAPATAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

PENDAPATAN TRANSFER

Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan

Dana Bagi Hasil Pajak

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam

Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Khusus

Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya

Dana Otonomi Khusus

Dana Penyesuaian

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAHPendapatan Hibah

Pendapatan Dana Darurat

Pendapatan Lainnya

1.161.986.630.223,00

547.887,175,315,00

486.168.175.841,00

33.144.872.640,00

12.768.526.834,00

15.805.500.000,00

590,574.676.843,00

590,574,676,643,00

59.324.977.528,00

8.304.115,00

511,773.395.000,00

19.468.000.000,00

-

-

-19.872.736.265

2.322.585.200

-

314.880.000,001.325,463,828,353.74

699.726.193.600,48

525,186,561,693,35

29,259,898,275,50

12.481.050.738,67

132.798.682.892,96

601.802.167.488,00

601.366.904.088,00

70.549.425.301,00

11.347.787,00

511.773.394.400,00

19.468.000.000,00

435.263.400,00

-

-

23.935.467.265.26

23.620.587.265,26

314.880.000,00

JUMLAH PENDAPATAN1.161.985.630.223,001.325.463,828,353,74

G a j i :

Anggaran Gaji dan Tunjangan Pegawai sebesar Rp. 14.059.072.159,- dan terealisasai sebesar Rp. 13.810.924.175,- atau 98,08%

Rencana kinerja Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Propinsi DIY memuat informasi tentang sasaran yang akan dicapai pada tahun 2009, indikator kinerja sasaran, rencana capaiannya, program, uraian kegiatan, dan indikator kinerja serta rencana capaiannya.

Adapun komponen rencana kinerja meliputi :

1. Peningkatan pendapatan daerah dengan menggali dan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan,

2. Meningkatkan fungsi regulasi fasilitasi, pelayanan, pengendalian dan pengawasan.

Pengukuran kinerja meliputi antara lain :

1) Kinerja kegiatan yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana tingkat capaian) dari masing-masing kelompok indikator kinerja kegiatan.

2) Tingkat pencapaian sasaran Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Propinsi DIY merupakan tingkat pencapaian target (rencana tingkat capaian) dari masing-masing indikator sasaran yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Propinsi DIY sebagai mana telah dituangkan di dalam rencana kerja.

3) Pengukuran kinerja dimaksud dapat dilakukan dengan menggunakan formulir Pengukuran Kinerja Kegiatan (Tabel :1)

Kinerja yang dapat dicapai Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset selama tahun 2009, sangat dipengaruhi oleh situasi, proses, dan waktu.Adapun evaluasi kinerja Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Propinsi DIY adalah sebagai berikut :

1. Capaian Kinerja

Sekretariat

1) Terealisasinya kenaikan pangkat 43 PNS Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Propinsi DIY;2) Terealisasinya Kenaikan Gaji Berkala 58 orang PNS Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Propinsi DIY;

3) Cuti Pegawai 31 orang;4) Pengadministrasian sebanyak 14 PNS yang pensiun;5) Pengiriman sebanyak 25 PNS untuk mengikuti berbagai pendidikan;6) Terealisasinya pemberian penghargaan kepada 25 PNS;7) Pemeliharaan sebanyak 28 Unit kendaraan operasional;8) Terinventarisasikannya barang-barang yang dikelola dengan anggaran rutin;9) Terselenggaranya rapat di ruang rapat sekretariat Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Propinsi DIY;10) Pengadministrasian lebih kurang 6.821 eksemplar surat masuk;11) Pengadministrasian lebih kurang 5.499 eksemplar surat keluar;12) Tersampaikannya surat yang dikirim SKPD;13) Tercukupinya kebutuhan akan jasa telefon, listrik dan air;14) Terpenuhinya penyediaan jasa pengurusan STNK-SKPD;15) Terpenuhinya pelayanan administrasi keuangan SKPD;16) Terpenuhinya kebersihan kantor SKPD;17) Tercukupinya kebutuhan ATK SKPD untuk kelancaran kegiatan;18) Tercukupinya kebutuhan barang cetakan dan penggandaan SKPD;19) Tercukupinya kebutuhan komponen instansi listrik/penerangan SKPD;20) Tercukupinya peralatan mesin tik, kalkulator, LCD, AC dan papan nama instansi di KPPD Kota, KPPD Bantul dan KPPD Kulonprogo;21) Tercukupinya pengisian tabung pemadam kebakaran dan peralatan dispenser;22) Terpenuhinya bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan SKPD;23) Tercukupinya makanan dan minuman untuk jamuan tamu DPPKA;24) Terlaksananya tugas dan fungsi SKPD,

25) Terlaksananya keamanan kantor SKPD,

26) Tersedianya Samsat pembantu Sleman, tersedianya bangunan gedung dan tempat parkir dalam rangka peningkatan pelayanan kepada wajib pajak,

27) Berfungsinya kendaraan dinas/operasional,

28) Tercukupinya perlengkapan gedung kantor DPPKA,

29) Tercukupinya peralatan mesik tik, mesin hitung, komputer, note book, printer dan UPS di kantor DPPKA,

30) Peningkatan fungsi meubelair dalam mendukung pelayanan wajib pajak,

31) Terlaksananya kelancaran tugas SKPD, meningkatnya fungsi gedung kantor KPPD secara optimal,

32) Terpeliharanya kendaraan dinas selama 1 tahun,

33) Terpeliharanya perlengkapan gedung kantor selama 1 tahun,

34) Terpeliharanya peralatan gedung kantor selama 1 tahun,

35) Terlaksananya pemeliharaan rumah dinas,

36) Terlaksananya pemeliharaan gedung kantor eks gedung pariwisata, bangunan eks gudang buku, kantor KPPD Kota dan KPPD Gunungkidul,

37) Tertingkatnya sistem pengarsipan yang sistematis,

38) Tersusunnya arsip yang mudah dan cepat dicari.

Bidang Anggaran Pendapatan

1) Terealisasinya penerimaan PBB, BPHTB, PPh Ps.21 dan PPh OPDN, Terkoordinasinya pemungutan PBB, BPHTB, PPh Ps.21 dan PPh OPDN dengan optimal;2) Terealisasinya penerimaan pendapatan dari Pajak Daerah;3) Terwujudnya koordinasi di 3 (tiga) instansi (DPPKA/KPPD, PT Jasa Raharja dan POLRI), Tersedianya sarana dan prasarana pemungutan pajak daerah;4) Meningkatnya pemahaman masyarakat wajib pajak terhadap peraturan tentang pajak daerah;5) Terealisasinya pemungutan dari retribusi lelang hasil hutan;6) Terwujudnya penerimaan pendapatan dari sumbangan pihak ke tiga;7) Tersusunnya target pendapatan tahun 2009 dan realisasi pendapatan tahun 2009, dokumen estimasi potensi pajak daerah, retribusi daerah dan BUMD serta pihak ketiga;8) Meningkatnya pemahaman instansi pengelola pendapatan terhadap peraturan tentang retribusi dan pendapatan lain-lain.Bidang Anggaran Belanja

1) Tersedianya acuan rencana penerimaan dan pengeluaran kas dalam triwulanan pada tahun 2009;2) Tersedianya buku peraturan daerah tentang APBD tahun anggaran 2009 dan tersusunnya buku peraturan daerah tentang APBD tahun anggaran 2009;3) Tersedianya buku peraturan Gubernur tentang Penjabaran APBD TA 2009 penjabaran APBD TA 2009 dan DPA-SKPD Taun 2009;4) Tersedianya buku peraturan daerah tentang perubahan APBD TA 2009;5) Tersedianya buku peraturan Gubernur tentang Penjabaran perubahan APBD TA 2009, DPA-SKPD tahun 2009 yang sudah di koreksi dan disahkan;6) Tercapainya prosentase jumlah pegawai yang bisa secara teknis dalam pelaksanaan regulasi dan implementasi keuangan daerah;7) Tersedianya buku laporan evaluasi peraturan daerah tentang APBD Kab./Kota TA 2009, Perhitungan APBD TA 2008, perubahan APBD 2009 serta APBD Kab./Kota TA 2009;8) Tersedianya buku laporan evaluasi peraturan Bupati/Walikota tentang APBD Kabupaten/Kota TA 2009, Perubahan APBD TA 2009, Perhitungan APBD TA 2006 serta APBD Kab./Kota TA 2009.

Bidang Perbendaharaan1) Terpeliharanya program gaji pegawai daerah yang sesuai dengan peraturan yang berlaku;2) Terbayarnya gaji dengan lancar, tepat waktu dan akurat;3) Tertingkatnya pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan keuangan daerah;4) Tersedianya program penerbitan SP2D dan perangkat kerasnya;Bidang Akuntansi

1) Terpeliharanya rutin/berkala program/sistem akuntasi keuangan daerah;2) Tersusunnya laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD;3) Tersedianya laporan hasil pelaksanaan kegiatan semesteran;4) Tersedianya data dan penjelasan yang akan direalisasi enam bulan berikutnya di seluruh SKPD;5) Tersedianya laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan arus laporan keuangan;6) Tersusunnya raperda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;7) Tersusunnya Peraturan Gubernur tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;8) Terwujudnya pemahaman pelaksanaan pembuatan laporan keuangan di masing-masing SKPD;9) Tersusunnya laporan hasil evaluasi pertriwulanan pelaksanaan APBD;10) Terkuranginya kerugian daerah;11) Temuan pengawasan tercatat dengan tertib dan dapat ditindak lanjuti;12) Laporan hasil pemeriksaan dapat ditindak lanjuti dengan tepat.

Bidang Pengelolaan Kekayaan Daerah

1) Tersusunnya profil aset, tertib administrasi pemanfaatan aset, optimalisasi aset, tersedianya bahan promosi dan terpeliharanya pagar bumi;2) Terlaksananya pengelolaan manajemen BUMD yang meliputi pengembangan BUKP, sosialisasi BUKP, pengembangan manajemen BUKP, pelatihan manajemen BUKP, pelatihan akuntansi BUKP dan penyusunan strategi pengembangan BUKP;Keuangan :

Sumber pembiayaan kegiatan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Propinsi DIY Tahun 2009 bersumber dari Dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi DIY. Belanja Tidak Langsung : 398.050.992.934 dengan rincian sebagai berikut Tabel: 9 BelanjaTargetTerealisasi

a. Belanja PegawaiRp. 41.551.317.025Rp. 30.316.064.933

b. Belanja BungaRp. 45.778.400Rp. 45.778.400

c. Belanja HibahRp. 17.015.222.300Rp. 15.550.887.300

d. Belanja Bantuan SosialRp. 116.393.128.300Rp. 96.340.500.384

e.Belanja Bagi HasilRp. 201.741.158.800Rp. 198.385.862.000

f.Belanja Bantuan KeuanganRp. 79.488.400.000Rp. 76.388.400.000

g. Belanja Tidak TerdugaRp. 21.786.849.212 Rp. 0

a. Belanja Langsung

Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

1) Penyediaan jasa surat menyurat Rp. 20.585.000,- terealisasi Rp. 16.464.000,- berupa pembelian materai 600 buah, perangko sebanyak 300 buah dan pengiriman surat sebanyak 2.152 buah sebesar 80 %,

2) Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik Rp. 749,335,200,- terealisasi Rp. 563,934,874, sebesar 75,3 % berupa pembayaran tagihan listrik, air, telepon dan internet selama 1 tahun,;3) Penyediaan Jasa Jaminan Barang Milik Daerah, target 249,691,000 terealisasi Rp. 167,119,000 sebesar 66.9 %;4) Penyediaan jasa pemeliharaan dan perijinan kendaraan dinas operasional Rp. 4,246,598 terealisasi Rp. 4,063,000,- sebesar 95,7 % berupa pengurusan peranjangan STNK Kendaraan roda 2 sebanyak 4 unit kendaraan, dan roda 4 sebanyak 1 unit kendaraan,

5) Penyediaan jasa administrasi keuangan Rp. 212,760,000,- terealisasi Rp. 200,390,000 sebesar 94.2%,- berupa honorarium pengelola keuangan selama 1 tahun,

6) Penyediaan jasa kebersihan kantor Rp. 332,496,400,- terealisasi Rp. 326,554,600,- yang dikelola oleh pihak ketiga selama 1 tahun,

7) Penyediaan alat tulis kantor Rp330,762,400,- terealisasi Rp. 311,027,700,- sebesar 94%8) Penyediaan barang cetakan dan pengadaan Rp. 321,855,200,- terealisasi Rp. 266,375,555,- sebesar 82.8%;9) Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan kantor Rp. 47,169,240,- terealisasi Rp. 43,270,750 sebesar 91.7%;10) Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor Rp. 4,800,000 terealisasi Rp. 4,700,000,- sebesar 97.9%;

11) Penyediaan peralatan rumah tangga Rp. 6,100.000,- terealisasi Rp. 4.950.000,- sebesar 81.1%;

12) Penyediaan bahan bacaan dan peralatan perundang-undangan Rp. 62,248,000,- terealisasi Rp. 44,636,600, berupa pembayaran langganan surat kabar/majalah dan buku bacaan;

13) Penyediaan makanan dan minuman Rp. 161,776,000,- terealisasi Rp. 82,696,500 atau (51,1%), berupa hidangan rapat dan jamuan tamu kantor selama 1 tahun;

14) Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi ke Luar Daerah Rp. 623,746,000 terealisasi Rp. 440,446,600,- sebasar 70.6%;15) Penyedia Jasa Keamanan Kantor Rp. 46,000,000,- terealisasi Rp. 32,500,000,- sebesar 70.7% berupa honorarium PTT/petugas keamanan dan jaga malam di Kantor Jln. Tentara Pelajar Yogyakarta.

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur,

1. Pembangunan Gedung Kantor Rp. 3,070,764,000,- terealisasi Rp. 2,287,668,500,- sebesar 74.5% berupa pembangunan ruang arsip 2 lantai Samsat Induk dan Samsat Pembantu Sewon, terlaksanannya pembangunan Mushola di KPPD Kulonprogo dan tersediannya bangunan dan tempat parkir di KPPD Sleman;2. Pengadaan Perlengkapan Gedung Kantor target Rp. 265,223,00,- sedangkan terealisasi 253,946,450 sebesar 95.7% tersedianya Filling kabinet dan Kipas Angin di DPPKA Induk, Terlaksananya pengadaan perlengkapan kantor, tersediannya perlengkapan gedubng kantor, terlaksanannya pembangunan pagar gedung kantor, tersediannya TV, Kipas Angin, Karpet, Papan NamaInstansi, Rambu Petunjuk Arah;

3. Pengadaan Peralatan Gedung Kantor target Rp. 315,892,500,- realisasi Rp. 139.078,000,- sebesar 44% tersedianya LCD, Komputer PC, Note Book dan Printer di DPPKA Induk KPPD Kota, KPPD Bantul, KPPD Kulonprogo dan KPPD Sleman;

4. Pengadaan Meubeler Rp. 175,213,400,- terealisasi Rp. 135,985,000 atau (77,6%), berupa pembelian kursi rapat dan kursi lipat di DPPKA Induk, terlaksananya pengadaan mebeleur di KPPD Kota, tersedianya kebutuhan mebeleur kantor di KPPD Kota, tersedianya kebutuhan mebeler kantor di KPPD Bantul, tersediannya kursi tunggu WP di KPPD Kulonprogo dan tersediannya meja kursi, almari kerja dan meja tamu di KKPPD Sleman;5. Pemeliharaan Rutin/Berkala Rumah Dinas Rp. 31,242,490 terealisasi Rp. 27,193,490 atau (87 %), terlaksanannya pembayaran pajak bumi dan bangunan dan pemasangan instalasi listrik rumah dinas;6. Pemeliharaan Rutin/Berkala gedung kantor Rp. 413.584.000 terealisasi Rp. 373,975,800 atau (90,4%), terselenggaranya pemeliharaan gedung kantor DPPKA Induk dan 5 KPPD selama 1 tahun;7. Pemeliharaan Rutin/Berkala kendaraan dinas/ operasional Rp. 565,756,250,- terealisasi Rp433,507,678 atau (76,6%),

8. Pemeliharaan Rutin/Berkala Peralatan Gedung Kantor Rp. 269,750,000 terealisasi Rp. 232,130,800,- atau (86.1%),

9. Pemeliharaan Rutin/ Berkala Peralatan Gedung Kantor Rp. 269,750,000 terealisasi Rp. 232,130,800 atau (86.1%), Terpeliharannya perlengkapan gedung kantor selama 1 tahun;10. Pemeliharaan Rutin / berkala perelatan gedung kantor Rp. 477,695,120,- terealisasi Rp. 352,159,370,- (73,7%) terpeliharannya perlengkapan gedung kantor selama 1 tahun;11. Rehabilitasi Sedang/Berat Rumah Dinas Rp. 136,500,000,- terealisasi Rp. 133,833,00 atau (98%), berupa Terehabilitasinya rumah dinas di Provinsi DIY;12. Pemeliharaan Program Gaji Pegawai Daerah sebesar Rp. 102,239,675 teralisasi Rp. 93,584,675 (91.5%) berpa terpeliharannya program gaji pegawai daerah yang sesuai dengan peraturan yang berlaku;13. Pemeliharaan ArsipSurat Kendaraan Bermotor Rp. 200,737,500 terealisasi Rp. 198,907,000 atau (99.1%), berupa terpeliharanya arsip kendaraan bermotor di KPPD Kota, KPPD Bantul, KPPD Kulonprogo, KPPD Gunungkidul, dan KPPD Sleman;14. Pemeliharaan Arsip Keuangan Rp. 140,455,800 terealisasi Rp. 133,109,250,- atau (94,8%), berupa Tersusunnya aplikasi kearsipan keuangan se Provinsi DIY, tersediannya Komputer dan Scanner;15. Pemeliharaan Rutin/ Berkala Program/ Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (172,145,000) terealisasi169,944,950 atau (98.7%) berupa terpeliharannya rutin/ berkala program sistem akuntanasi keuangan;

16. Penyusunan Pelaporan Realisasi Kegiatan sebesar Rp. 49,875,000 terealisasi Rp. 8,598,500 (17.2%) berupa berita acara penyerahan dan serah terima kegiatan Instansi;

17. Sertifikasi Tanah Pemda Provinsi DIY Rp. 139,750,000,- terealissi Rp. 120.113,000 (85.9%) berupa Identifikasi Asal usul tanah;18. Perubahan Status Hukum Barang Daerah Rp. 149,435,000,- terealisasi 94,627,000,- atau (63,3%) berupa terlaksanannya penghapusan barang Pemerintah Provinsi DIY;

19. Penyusunsan RKBU/RTBU sebesar 25.000.000,- terealisasi 21,730,000 atau (86.9%) berupa penyusunsan daftar kebutuhan barang milik daerah;

20. Penyusunan Laporan Inventarisasi Barang Milik Daerah Rp. 93,175,000,- terealisai Rp. 90,021,875,- atau (96.6%) berupa laporan Inventarisasi Barang Milik Daerah di Provinsi DIY;

21. Pemeliharaan Rutin/berkala Program/Sistem Penerbitan SP2D untuk Belanja Non Gaji Rp. 303,380,150,- terealisasi 287,091,500 atau (94.6%) beriupa terpeliharannya program penerbitan SP2D untuk belanja non gaji, 2 tersediannya komputer PC;

22. Pemeliharaan Rutin/ Berkala Program/istem Penganggaran Belannja sebesar Rp. 213,245,625,- terealisasi Rp. 211,085,1125 atau (99%) berupa terpeliharannya program sistem penganggaran belanja dan terealisasinya perubahan jumlah menu dan sub menu aplikasi penyusunan APBC;

Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aperatur

1. Sosialisasi peraturan perundang-undangan Rp. 35.900.000 terealisasi Rp. 33,696,000,- atau (93,9%), berupa sosialisasi peraturan perundang-undangan kepada masyarakat,

2. Bimbingan teknis implementasi peraturan perundang-undangan Rp 41,075,750 terealisasi Rp. 37,737,625 atau (91.9%), berupa bimbingan teknis petugas pelayanan di KPPD Bantul, KPPD Sleman;Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Kinerja dan Keuangan

1. Penyusunan Laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD Rp. 123,091,00 terealisasi Rp. 108,307,00 atau (88%), berupa tersusunnya kompilasi keuangan semesteran dan pronogsis realisasi Anggaran seluruh SKPD;2. Penyusunan pelaporan keuangan akhir tahun Rp. 260,567,050 terealisasi Rp. 243,344,000 atau (93.4%), berupa tersusunnya kompilasi laporan keuangan akhir tahun3. Penyusunan cash budget Rp. 119,572,500,- terealissi 110,997,800,- atau (92,8%) berupa tersusunnya laporan cash budget tahun 2009;4. Penyusunan pelaporan pelaksanaan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan di Provinsi DIY Rp. 105,886,125,- realisasi Rp. 99,603,375 atau (94,1%) berupa monitoring dana-dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang ada di wilayah provinsi DIY;Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah

1. Penyusunan kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Rp. 54,210,000,- realisasi Rp. 51,959,800,- atau (95.85%) berupa tersediannya Peraturan Gubernur tentang Revisi Kebijakan Akuntansi;

2. Penyusunan sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah Rp. 100.824,500,- terealisasi Rp. 75,284,500,- atau (74,67%), berupa revisi Peraturan Gubernur tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah;3. Penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD tahun anggaran 2009 dan tahun anggaran 2010 Rp. 695,010,000 terealisasi Rp. 633,023,400 atau (91,08%), berupa penyusunan Perda APBD Tahun 2009 dan APBD TA 2010;4. Penyusunan rancangan peraturan Gubernur tentang penjabaran APBD TA. 2009 dan TA. 2010 dan penyusunan DPA-SKPD Tahun 2009 Rp. 520,355.000 terealisasi Rp. 314,069,000 atau (60.36%), berupa tersusunnya buku pergub tentang penjabaran APBD TA 2009, penjabaran APBD TA 2009, APBD 2010 serta terlaksananya Penyusunan DPA SKPD Tahun 2009;5. Penyusunan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD Rp. 321,488,240 terealisasi Rp. 316,398,5,- (98.42%) Tersusunnya buku daerah tentang Perubahan APBD TA 2009;6. Penyusunan rancangan peraturan Gubernur tentang penjabaran perubahan APBD TA. 2009 dan TA. 2009 dan penyusunan DPA-SKPD Tahun 2009 Rp. 225,543,500 terealisasi Rp. 203,534,500 atau (90.24%), berupa tersusunnya buku peraturan gubernur ten tang penjabaran perubahan APBD TA 2009, terlaksannya penyusunan DPPA-SKPD tahun 2009;7. Penyusunan rancangan peraturan daerah tentang peertanggungjawaban pelaksanaan APBD Rp. 346,274,300,- terealisasi Rp. 337,008,350 atau (97,32%), hasil tersusunnya rancangan peraturan daerah tentang peertanggungjawaban pelaksanaan APBD tahun 2008,

8. Penyusunan rancangan peraturan Gubernur tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Rp. 95,700,000,- terelalisasi Rp. 91,585,500 atau (95.70%), tersusunnya Rancanangan Peraturan Gubernur tentang pertanggungjawaban APBD 2008;9. Peningkatan manajemen aset/barang daerah Rp. 364,496,300,- terealisasi Rp. 319,355,000 atau (87,62), teroptimalisasinya Aset Daerah dan tersusunnya legalitas pemanfaatan aset;10. Intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan daerah (Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak) Rp. 691,619,980 terealisasi Rp. 397,882,035 atau (57,53%), Terselenggaranya koordinasi dan fasilitasi PBB dan PBHTB, cukai, PPh OPDN & PPh Pasal 2111. Pengelolaan gaji dan pengendalian gaji Rp. 508,751,250,- terealisasi Rp. 467,308,550 atau (91.85%), berupa Pendapingan Pencetakan daftar gaji, data pegawai PNS dan buku Laporan realisasi gaji, terlaksanaanya koordinasi dengan pihak ke tiga (PT. Askes, PT. Taspen dan Taperum) dan Penjelasan Program Gaji;12. Bimbingan teknis implementasi paket regulasi tentang Laporan Realisasi Anggaran, Penyusunan Neraca dan catatan atas Laporan Keuangan di SKPD se Provinsi DIY Rp. 182,423,000,- realisasi 166,663,000 (91.36%) berupa Terlaksanaanya Bimtek Implementasi Paket Regulasi Tentang Penyusunan Laporan Keuangan;13. Peningkatan dan Pengembangan Manajemen BUMD Rp. 597,265,730 realisasi 568,330,730 atau (95.16%) berupa terlaksanaanya pemasangan aplikasi komputer sistem akuntansi BUMD, terlaksananya pemasangan aplikasi komputer sistem akuntasni BUMD, terlaksanannya forum komunikasi BUMD, terlaksannya pelatihan manajemen perbankan, terlasananya pelatihan teknik pemasaran LKM, terlaksannya penyusunan RKAT BUMD, terlaksanya peningkatan kinerja BUMD dan BUKP serta terlaksananya monev perkembangan BUKP; 14. Intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan di KPPD Kota Yogyakarta Rp. 907,366,770 terealisasi Rp. 866,558,570 atau (95.5%) berupa terlaksananya Pemungutan PKB, BBN-KB, PABT, Retibusi lain-lain dan pendapatan daerah yang syah;15. Intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan di KPPD Bantul Rp. 767,313,000,- terealisasi sebesar Rp. 661,220,550 atau (86.17%), terlaksananya pemungutan PKB, BBN-KB, PABT, Retribusi lain-lain dan pendaptan daerah yang syah;16. Intensifikasi dan ekstensifikasi sumbersumber pendapatan di KPPD Kulonprogo Rp. 420,721,700 terealisasi Rp. 316,778,645 atau (75.29%), terlaksananya pemungutan PKB, BBN-KB, PABT, Retribusilain-lain pendaptan daerah yang syah;17. Intensifikasi dan Esktensifikasi sumber-sumber pendapatan di KPPD Gunungkidul Rp. 483,767,800 realisasi Rp. 424.88.200 atau (87,83%) terlaksanya pemungutan PKB, BBN-KB, P-ABT, Retribusi lain-lain dan pendaptan daerah yang syah;18. Intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan di KPPD Sleman Rp. 1,545,340,000,- dan terealisasi sebesar Rp. 1,442,407,720 atau (93,3%), terlaksananya pemungutan PKB, BBN-KB, PABT, Retribusi lain-lain dan Pendaptan daerah yang syah;19. Pemungutan Pajak Daerah Rp. 410,690,000,- realisasi Rp. 305,792,000,- berupa terselenggarannya pelayanann dalm pengelolaan pajak daerah (PKB, BBN-KB, PBB-KB dan PABT);20. Pembinaan Teknis Pengelolaan PKB dan BBNKB Rp. 982,704,500,- realisasi 783,144,000,- atau (79,69%) berupa terselenggaranpembinaan teknis pengelolaan PKB dan BBN-KB;21. Penyusunanan Perhitungan Dasar Pengenaan PKB dan BBNKB Rp. 179.096.000,- realisasi Rp. 135,188,700 atau (75.48%) berupa terwujudnya pemahaman masyarakat (wajib Pajak) terhadap peraturan tentang pajak daerah;22. Pemungutan retribusi lelang hasil hutan Rp. 463,343,100,- terealisasi Rp. 376,654,730 atau (81.27%), terpungutnya retribusi lelang hasil hutan, terselenggaranya koordinasi pemungutan lelang hasil hutan dengan KP2LN dan Perum Perhutani;

23. Perencanaan dan pengendalianpendapatan daerah Rp. 335,908,510 realisasi 250,395,750 atau (74.54%) berupa tersediannya dokumen rencana pendapatan tahun 2009 dan realisai pendaptantahun 2008;

24. Pembinaan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah Rp. 262,833,700,- realisasi Rp. 211,739,600 atau (80.56%) berupa terlaksanannya Bimbingan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah seluruh SKPD;25. Pembinaan teknis retribusi dan pendapatan lain-lain yang syah Rp. 124,981,000,- terealisasi Rp. 92,984,000 atau (74,40%), berupa terselenggaranya forum komunikasi antara pemerintah dan pengusaha dan terselenggaranya koordinasi intensifikasi pendaptan lain-lain dengan provinsi lain;26. Peningkatan Kualitas Pemungutan Pajak di KPPD Bantul Rp. 133,833,000 realisasi Rp. 122,072,050 atau (91,21%) berupa terlaksanaanya Peningkatan Kualitas Pelayanan Pemungutan Pajak;27. Penintkatan Kualitas Pemungutan Pajak di KPPD Kulonprogo Rp. 119,367,000,- realisasi Rp. 106,966,500,- atau (90%) berupa terlaksananya Peningkatan Pelayanan Wajib Pajak Daerah;

28. Peningkatan Kualitas Pemungutan Pajak di KPPD Gunungkidul Rp. 116,142,000,- realisasi 107,083,000 atau (92%) berupa terlaksannya Peningkatan Pelayanan Wajib Pajak Daerah;

29. Pembinaan dan Pengembangan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah Rp. 243,284,500,- terealisasi 226,322,400 atau( 93,03%) berupa terlaskanya pembuatan SIM Komunikasi Administrasi Keuangan;

30. Pengembangan Pelayanan Kesamsatan dengan Online Sistem Rp. 2.279,104,730 realissasi 1,421,672,995 atau (62,38%) berupa terlaksanaanya bintek implimentasi Software penatausahaan keuangan daerah dan terlasakannya bintek implementeasi Software pelaporan dan akuntasi keuangan daerah;

2.9 Program Pembinaan Dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Kabupaten/Kota

1. Evaluasi rancangan peraturan daerah tentang APBD kabupaten/kota Rp. 294.335.000 terealisasi Rp. 214.144.500 atau (72.76%) berupa terlaksananya evaluasi rancangan perda tentang APBD Kab/Kota TA 2009, terlaksananya evaluasi rancangan perda tentang perhitungan APBD Kabupaten/ Kota TA 2008, Terlaksananya evaluasi rancangnan perda tentang perubahan APBD Kab/Kota TA 2009, terlaksanaan evaluasi rancangan perda tentang APBD Kab/ Kota TA 2010;

2. Evaluasi rancangan peraturan KDH tentang APBD Kabupaten/kota Rp. 47,755,500 terealisasi Rp. 31,297,500 atau (65.54%) berupa terlaksananya evaluasi rancangan peraturan Bupati/Walikota tentang APBD Kab/Kota TA 2009;2.10 Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal Dan Pengendalian

Pelaksanaan

1. Pengendalian manajemen pelaksanaan kebijakan kepala daerah Rp. 163,979,000,- terealisasi Rp. 121,468,500,- atau (74.2%), berupa terlaksanaanya pengendalian manajemen pelaksanaan pengendalian manajemen pelaskanaan kebijkan kepala daerah;2. Tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi Rp. 66,455,000 terealisasi Rp. 55,439,000 atau (83,4%), berupa terlaksanaanya tutntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi (TPGR)3. Tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan Rp. 59,724,400,- terealisasi Rp. 49,747,450 atau (83.3%), berupa tersusunnya tindaklanjut laporan hasil pemeriksaan;2.11 Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasia) Penyusunan Sistem Informasi terhadap Layanan Publik Rp. 40.730.500 realisasi 40,424,000,- atau (99.2%) berupa terlaksanaanya penyususnan bank data dan pembuatan website DPPKA Provinsi dIY.

2.12 Program Penataan Peraturan Perundang-Undangana) Penyusunan Rencana Kerja Rancangan Peraturan Perundang-Undangan Rp. 112,452,500 realisasi Rp. 97,520,500,- berupa tersusunnya draft Raperda tentang Pengelolaan Barang Milik daerah di Provinsi DIY.

PAGE 61 Laporan Tahunan DPPKA Provinsi DIY Tahun 2009