Bab 3

37
BAB III MANUSIA DAN PERADABAN 1. Pengertian Adab dan Peradaban. Para ilmuwan memiliki banyak konsep atau pengertian mengenai adab dan peradaban. Namun ada beberapa konsep atau pengertian mengenai adab dan peradaban yang mungkin relevan dan dapat membantu mahasiswa di Indonesia agar dapat memahami konsep atau pengertian tersebut. Adab berarti akhlak atau kesopanan dan kehalusan budi pekerti 1 . Manusia beradab dengan demikian adalah manusia yang mempunyai akhlak mulia, yang memiliki kesopanan dan kehalusan budi pekerti. Sedangkan manusia yang tidak mempunyai akhlak mulia, yang tidak memiliki kesopanan dan tidak halus budi pekertinya, maka kita akan menyabut manusia tersebut biadab. Tetapi masalah yang muncul kemudian adalah, siapa yang memberikan ukuran manusia tersebut beradab atau biadab ?. Norma menjadi suatu hal yang penting untuk dapat dijadikan sebagai konsep yang dapat mengukur bagi manusia yang mempunyai akhlak mulia, kesopanan dan budi pekerti atau manusia tersbut biadab. Norma adalah tingkah laku yang dianggap wajar, yang dapat diterima oleh orang ramai 39

Transcript of Bab 3

Page 1: Bab 3

BAB III

MANUSIA DAN PERADABAN

1. Pengertian Adab dan Peradaban.

Para ilmuwan memiliki banyak konsep atau pengertian mengenai adab dan

peradaban. Namun ada beberapa konsep atau pengertian mengenai adab dan

peradaban yang mungkin relevan dan dapat membantu mahasiswa di Indonesia agar

dapat memahami konsep atau pengertian tersebut.

Adab berarti akhlak atau kesopanan dan kehalusan budi pekerti1. Manusia

beradab dengan demikian adalah manusia yang mempunyai akhlak mulia, yang

memiliki kesopanan dan kehalusan budi pekerti. Sedangkan manusia yang tidak

mempunyai akhlak mulia, yang tidak memiliki kesopanan dan tidak halus budi

pekertinya, maka kita akan menyabut manusia tersebut biadab. Tetapi masalah yang

muncul kemudian adalah, siapa yang memberikan ukuran manusia tersebut beradab

atau biadab ?.

Norma menjadi suatu hal yang penting untuk dapat dijadikan sebagai konsep

yang dapat mengukur bagi manusia yang mempunyai akhlak mulia, kesopanan dan

budi pekerti atau manusia tersbut biadab. Norma adalah tingkah laku yang dianggap

wajar, yang dapat diterima oleh orang ramai dan yang sekaligus tentu saja diharapkan

dari kita oleh masyarakat. Hal ini sesuai dengan realita bahwa manusia memerlukan

kesopanan, akhlak, dan kehalusan budi pekerti dalam melakukan kontak sosial

dengan masyarakat luas.

Dalam konteks peradaban Huntington mendefinisikan peradaban sebagai the

highest social grouping of people and the broadest level of cultural identity people

have short of that which distinguish humans from other species. Sedangkan Ibnu

Khaldun (1332-1406 M), melihat peradaban sebagai organisasi sosial manusia,

kelanjutan dari proses tamaddun (semacam urbanisasi), lewat ashabiyah (group

feeling), dan merupakan keseluruhan kompleksitas produk pikiran kelompok manusia

39

Page 2: Bab 3

yang mengatasi negara, ras, suku, atau agama, yang membedakannya dari yang lain,

tetapi tidak monolitik dengan sendirinya. Pendekatan terhadap peradaban bisa

dilakukan dengan menggunakan organisasi sosial, kebudayaan, cara berkehidupan

yang sudah maju, termasuk sistem IPTEK dan pemerintahannya2.

Pengertian peradaban juga dikemukakan oleh Fairchild3, yang menyatakan

peradaban adalah perkembangan kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu

yang diperoleh manusia pendukungnya. Dan Koentjaraningrat,4 juga memberikan

definisi peradaban untuk menyebut bagian dan unsur kebudayaan yang halus, maju,

dan indah seperti misalnya kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santun pergaulan,

kepandaian menulis, organisasi kenegaraan, kebudayaan yang mempunyai sistem

teknologi dan masyarakat kota yang maju dan kompleks.

Jika Huntington mendefinisikan peradaban (civilization) sebagai the highest

social grouping of people and the broadest level of cultural identity people have short

of that which distinguish humans from other species, dan Ibnu Khaldun (1332-1406

M) yang melihat peradaban (umran) sebagai organisasi sosial manusia, kelanjutan

dari proses (semacam urbanisasi) lewat ashabiyah (group feeling), peradaban disini

dapat didefinisikan sebagai keseluruhan kompleksitas produk pikiran kelompok

manusia yang mengatasi negara, ras, suku, atau agama, yang membedakannya dari

yang lain, tetapi tidak monolitik dengan sendirinya.

Salah satu ciri yang penting dalam definisi peradaban adalah berbudaya, yang

dalam bahasa Inggris disebut cultured. Orang yang cultured adalah juga yang lettered

(melek huruf) namun, pengertian lettered dalam hal ini tidak sekedar bisa membaca

dan menulis hal yang sederhana. Orang yang sekedar bisa membaca karangan yang

sederhana dan memahami kesenian yang tidak kompleks misalnya, dianggap

unlettered (tidak melek huruf). Akibatnya, pembaca sastra dan peminat seni picisan

misalnya, dianggap uncultered (tidak berbudaya). Orang yang cultured adalah yang

mampu menghayati dan memahami, hasil kebudayaan adiluhung, yang hanya bisa

didapatkan dengan pendidikan yang tinggi tarafnya. Orang yang cultured pergi

menonton orkes simfoni, membaca buku-buku yang berisi pemikiran dan renungan

40

Page 3: Bab 3

yang rumit, dan berdiskusi mengenai berbagai perkara yang abstrak dan rumit. Dalam

pengertian yang demikian itu, kebutuhan akan adab berarti kebutuhan untuk masuk

kedalam cara hidup yang mungkin oleh kebanyakan anggota masyarakat dianggap

elit dan tidak egaliter5.

2. Wujud dan Perkembangan Peradaban.

Wujud peradaban

1. Moral

Berbicara soal moral berarti berbicara soal perbuatan manusia dan juga pemikiran

dan pendirian mereka mengenai apa yang baik dan apa yang tidak baik, mengenai

apa yang patut dan tidak patut untuk dilakukan. Karena norma moral merupakan

standar prilaku yang disepakati, maka moral bisa dipakai untuk mengukur prilaku

orang lain. Oleh karena itu, norma moral adalah tolok ukur yang dipakai

masyarakat untuk mengukur kebaikan seseorang. Maka dengan norma moral kita

betul-betul dinilai, apakah kita ini baik atau buruk, yang menjadi permasalahan

bidang moral6.

2. Norma

Kata norma sudah begitu memasyarakat dan bukan monopoli dunia moral. Kata

ini telah lama digunakan dalam dunia meteologi, hukum, ekonomi, sosial dan

budaya. Dalam pengertian dasariah, kata norma berarti pegangan atau pedoman,

aturan, tolok ukur7. Dalam dunia etika moral atau hukum, kata ini biasanya

menyangkut orientasi tingkah laku dan tindakan manusia sesuai dengan takaran-

takaran objektif. Kata ini bernada menuntut perbuatan baik.

3. Etika

Adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagimana sebaiknya manusia

hidup dalam bermasyarakat, apa yang baik dan buruk. Etika hampir sama atau

dekat dengan moral dalam arti pertama, etika adalah nilai-nilai dan norma-norma

tentang apa yang baik dan yang buruk yang menjadi pegangan bagi seorang atau

suatu kelompok dalam mengatur tinggkah lakunya. Arti kedua, Etika berarti juga

41

Page 4: Bab 3

kumpulan azas atau nilai moral atau kode etik. Arti ketiga, dalam kehidupan

sosial terutama di indonesia, etika lebih populer denga sebutan etiket yang berarti

sopan santun, lebih dikenal dengan istilah etiket, seperti etika makan, etika

berbicara, berpakaian dan sebagainya.

4. Estetika

Berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam keindahan, mencakup

kesatuan (unity), keselarasan (balance), dan kebalikan (contrast).

Ada perbedaan antara nilai dengan norma. Misalnya: mengenai keadilan

putusan pengadilan ada yang secara hukum, dari tinjauan norma yang ada sudah

benar. Namun bisa jadi putusan tersebut belum memenuhi rasa keadilan bagi para

pihak, juga masyarakat. yang acuannya adalah nilai keadilan dari masyarakat itu

sendiri.

Evolusi Budaya dan Tahapan Peradaban

Newel Le Roy Sims menyatakan8 : Civilization is the cultural development,

the distinctly human attributes and attainments of a particular society. In ordinary

usage, the term imolies a fairly high stage on the culture evolutionary scale.

Reference is made to ‘civilized peoples’. More civilized usage would refer to more

highly and less highly civilized peoples, the refer to more highly and less highly

civilized peoples, the determinative characteristic being intellectual, aesthetic

technological, and spiritual attainments.

Dari pernyataan Sims tersebut dapat dikatakan bahwa peradaban merupakan

pengembangan budaya, atribut manusia secara jelas dan merupakan pencapaian

1 Supardi Damono, Manusia dan Kebutuhan Adab. Makalah dalam semilokakarya, dosen ISBD, Dirjen Dikti 5-8 November 2001, hal 2.

2 Dalam, Indar Siswarini, Manusia dan Peradaban, Makalah pelatihan dosen MBB ISBD, Denpasar, Bali, 7-9 Desember, 2003, hal. 3

3 H.P. Fairchild, Dictionary of Sosiology, Littlefield, Adam dan co, New York, 1980, hal. 414 Koentjaraningrat, Kebudayaan,Mentalitas dan Pembangunan, PT. Gramedia, Jakarta, 1990, hal. 1825 Ibid.6 F. Magnis Suseno, Etika Dasar, Kanisius, Jakarta, 1989.7 William Chang, Pengantar Teologi Moral, Kanisius, Yogyakarta, 2001, hal 83.8 Dalam, H.P. Fairchild, Op.Cit.

42

Page 5: Bab 3

masyarakat tertentu. Jika mengacu pada perbedaan manusia anatara yang beradab dan

biadab (manusia yang berbudaya), maka peradaban dapat pula berarti tahapan yang

tingi pada skala evolusi. Karakteristik utama melekat pada perbedan tingkat

intelektual, perasaan keindahan, penguasaan teknologi, dan tingkat spiritual yang

dimilikinya.

Evolusi budaya, menurut Alvin Tofler dalam bukunya “The Third Wave“9,

terjadi dalam 3 (tiga) gelombang, yaitu :

Gelombang Pertama.

Gelombang ini terjadi pada masa-masa tradisional, dimana tekhnologi masih

belum ditemukan. Kehidupan sosial-budaya masayaratkat pada gelombang ini

pun masih dianggap tradisional. Dengan kata lain gelombang ini dianggap

sebagai tahap peradaban pertanian, dimana dimulai kehidupan baru dari budaya

meramu ke bercocok tanam. Toffler menyebutnya sebagai revolusi agraris.

Gelombang Kedua.

Gelombang kedua dari evolusi budaya adalah tahap peradaban industri. Yang

ditandai dengan penemuan mesin uap, energi listrik, mesin untuk mobil dan

pesawat terbang. Toffler menyebutnya sebagai revolusi industri

Gelombang Ketiga.

Gelombang ini dianggap sebagai tahapan evolusi budaya yang lebih modern dan

serba canggih atau dapat juga disebut sebagai tahap peradaban informasi.

Penemuan-penemuan di bidang Tekhnologi Informasi dan komunikasi dengan

komputer atau alat komunikasi digital dapat dijadikan tolok ukur dalam evolusi

budaya gelobang ketiga oleh Toffler ini.

3. Peradaban dan Perubahan Sosial.

Modernisasi.

Manifestasi proses modernisasi pertama kali tampak di Inggris pada abad ke

18 yang kemudian dikenal dengan sebutan revolusi industri. Penyebaran gejala

9 Alvin Toffler, The Third Wave, William Morrow, Co., Inc, New York, 1981, hal. 10

43

Page 6: Bab 3

modernisasi pada awalnya hanya terdapat pada daerah-daerah yang kebudayaannya

satu jenis, yaitu kebudayaan Barat yang direpresentasikan oleh Eropa dan Amerika

Utara, dan kemudian menyebar lebih luas lagi kebeberapa daerah yang

kebudayaannya jauh berbeda dengan kebudayaan barat (Eropa dan Amerika Utara).

Penyebaran modernisasi ini dilihat sebagai suatu hal yang biasa atau wajar, karena

modernisasi dianggap sebagai suatu hal yang baru dan sesuai dengan perkembangan

jaman yang semakin maju, sehingga masyarakat dunia sering dibagi menjadi dua

kategori negara yaitu negara maju dan negara yang sedang bekembang. Negara maju

dianggap sebagai negara yang telah menerapkan modernisasi dalam setiap aspek

bidang kehidupannya, sedang negara yang sedang berkembang dianggap sebagai

negara yang sedang mengadakan modernisasi.

Koentjaraningrat10 menyatakan modernisasi adalah usaha untuk hidup sesuai

dengan zaman dan konstelasi dunia sekarang. Anthony D Smith11 (1973:62)

menyatakan modernisasi bukan semata-mata proses yang spontan dan tanpa

perencanaan. “modernization then is a conscious set of plant and policies for

changing a particular society in the direction of contemporary societies which the

leaders think are more ‘advanced’ in certain respect”. Moderniasi merupakan proses

yang dilandasi oleh seperangkat rencana dan kebijakan yang didasari untuk

mengubah masyarakat ke arah kehidupan masyarakat kontemporer yang menurut

pemikiran para pemimpin lebih maju dalam derajat kehormatan tertentu. Modernisai

merupakan proses mengangkat kehidupan, suasana batin yang lebih baik dan maju

daripada kehidupan sebelumnya, suasana kehidupan yang serasi dengan kemajuan

zaman. Oleh karena itu, pada kehidupan modern, tercermin alam pikiran rasional,

ekonomis, efektif, efisien menuju ke kehidupan yang makin produktif.

Modernisasi sebagai konsep dalam kepustakaan ilmu-ilmu sosial dapat

diartikan sebagai suatu sikap pikiran yang mempunyai kecenderungan untuk

mendahulukan sesuatu yang baru daripada yang bersifat tradisi, dan satu sikap pikiran

10 Koentjaraningrat, Op.Cit.11 Anthony D. Smith, The Concept of Social Change, Routledge & Kegan Paul, London, 1973, hal. 62

44

Page 7: Bab 3

yang hendak menyesuaikan hal-hal yang sudah menetap dan menjadi adat kepada

kebutuhan-kebutuhan yang baru12.

Adapun efek-efek prkatis dari pada sikap modern itu dapat bersifat

konservatif maupun revolusioner. Dapat bersifat konservatif oleh karena sikap

penyesuaian itu pada prinsipnya dan pada tujuannya yang terakhir masih hendak

menyelesaikan yang lama, yang telah menjadi tradisi dengan menghindarkannya dari

kerusakan dan sikap masa bodoh, sesudah datang perubahan dan pembaharuan.

Sedang efek yang bersifat revolusioner adalah karena ada keinginan untuk sama

sekali mengganti adat tradisi dengan cara meninggalkannya sama sekali. Adapun

sikap modern yang berarti mendahulukan sesuatu yang baru dari pada yang sudah

menjadi tradisi itu, terutama disebabkan oleh penggunaan ilmu pengetahuan positif,

sehingga modernisasi dapat pula kita batasi sebagai sesuatu pikiran yang hendak

berusaha untuk mengharmoniskan hubungan antara lembaga-lembaga yang telah

lama ada dengan ilmu pengetahuan13.

Alex Inkeles memberikan pendapatnya mengenai modernisasi dalam upaya

melengkapi uraian-uraian tentang modern dan modernisasi. Inkeles meninjau arti

modernisasi sebagai sikap dan nilai-nilai yang ada pada manusia. Menurutnya ada

sembilan unsur yang terdapat pada konsep tentang manusia modern14, yang antara

lain yaitu :

1. Seorang manusia modern memiliki sikap untuk siap menerima ha-hal atau

pengalaman-pengalaman yang baru dan terbuka untuk inovasi dan perubahan.

Sebaliknya manusia tradisionil kurang bersikap untuk menerima ide-ide baru,

cara-cara baru untuk berperasaan dan bertindak. Sikap ini bukan suatu

ketrampilan, melainkan suatu sikap batin. Oleh karena modern adalah suatu sikap

pikiran, maka orang yang bekerja di sawah dengan bajak memiliki suatu sikap

modern dan dapat membuka pikirannya terhadap perubahan dan pembaharuan dan

bersedia mengganti alat kerjanya dengan yang baru yang lebih efektif.12 Harsojo, Pengantar Antropologi, Binacipta, Bandung, 1967, hal 265.13 Encyclopaedia of The Social Sciences, Edwin Seligman (ed), dalam Ibid.14 Alex Inkeles, The Modernization of Man, dalam, Ibid.

45

Page 8: Bab 3

2. Opini. Manusia dikatakan sebagai manusia modern apabila dia mempunyai

disposisi untuk membentuk atau memiliki opini atau pendapat tentang berbagai

masalah dan isu yang timbul tidak hanya yang berasal dari dalam lingkungannya

namun juga yang berasal dari luar lingkungannya. Dengan kata lain, manusia

modern memiliki sikap demokratis dengan tidak menolak opini-opini orang lain,

dan menganggapnya sebagai sebuah keanekaragaman opini tetapi tidak mudah

begitu saja menerima opini orang lain tanpa pertimbangan-pertimbangan yang

cukup. Mampu berbeda pendapat dengan orang lain dan menyatakannya adalah

sikap manusia modern.

3. Faktor waktu. Manusia di nilai modern apabila dia lebih banyak berorientasi ke

masa yang akan datang dari pada berorientasi ke masa yang silam. Manusia

modern menghargai waktu dan manusia modern membuat rencana kerja

berdasarkan waktu secara tetap.

4. Perencanaan (Planning). Manusia modern dalam tata kerjanya mengadakan

perencanaan dan pengorganisasian serta berpendapat bahwa cara-cara tersebut

adalah baik untuk mengatur kehidupan.

5. Manusia modern percaya bahwa manusia dapat belajar dalam batas-batas tertentu

untuk menguasai lingkungannya guna mencapai dan memajukan tujuannya. Disini

penekanannya bukan pada hasil yang dicapai tetapi lebih kepada kepercayaan

bahwa suatu saat nanti dia dapat menguasai alam sekelilingnya.

6. Sikap bahwa segala sesuatunya itu dapat dilaksanakan dengan perhitungan, bahwa

lembaga-lembaga yang terdapat di dalam masyarakatnya akan mampu untuk

memcahkan segala persoalan. Perbedaannya dengan manusia tradisionil adalah

dalam menghadapi permasalahannya manusia tradisionil lebih banyak berorientasi

pada “nasib” atau pada klasifikasi-klasifikasi kosmis, dimana segala sesuatunya

sudah ditetapkan fungsi dan tempatnya.

7. Manusia modern menghargai harkat manusia lain. Sikap modern ini tampak sekali

pada sikap yang ditujukan kepada wanita dan anak-anak.

8. Manusia modern lebih percaya pada ilmu dan tekhnologi.

46

Page 9: Bab 3

9. Manusia modern menjunjung tinggi suatu sikap bahwa pahala yang diterima oleh

seseorang itu seharusnya seimbang dengan prestasinya dan kontribusinya di dalam

serta kepada masyarakat dan tidak pada ukuran-ukuran lain yang tidak rasional.

Masyarakat Madani.

Wirutomo15 menerjemahkan kata “civil society” yang dikenal di Indonesia

sebagai “masyarakat sipil”, “masyarakat warga”, “masyarakat madani” atau

“masyarakat adab”. Pada dasarnya konsep ini sebenarnya sudah lama, berasal dari

kata societas civilis atau political society. Tekanan konsep ini lebih kepeda hubungan

antara pemerintah dan rakyat, negara dan masyarakat. Karena bidang politik pada

masa lalu selalu dikaitkan dengan negara, maka muncul konsep civil society sebagai

arena bagi negara yang aktif dalam politik. Tetapi lebih luas lagi konsep ini sering

juga dikaitkan dengan “peradaban masyarakat” (civilization) yaitu suatu kualitas

kebudayaan masyarakat yang ditandai oleh supremasi hukum.

Safrudin Setia Budi membedakan pengertian antara masyarakat madani dan

civil society16. Dia menjelaskan bahwa istilah masyarakat madani diperkenalkan

pertama kali oleh Timbalan Perdana Menteri Malaysia, Datuk Anwar Ibrahim, dalam

ceramahnya di festival Istiqlal tahun 1991. Istilah masyarakat madani berdasarkan

pada konsep negara kota Madinah pada tahun 622 masehi yang dibangun oleh Nabi

Muhammad SAW. Konsep ini tertuang dalam piagam Madinah yang bernuansakan

islami yang berisi wacana kebebasan beragama, persaudaraan antar umat beragama,

perdamaian dan kedamaian, persatuan, etika politik, hak dan kewajiban warga negara,

serta konsistensi penegakan hukum berdasarkan kebenaran dan keadilan. Jadi, pada

prinsipnya masyarakat madani mengarah kepada terciptanya masyarakat yang

demokratis dan dapat menghargai hask-hak azasi manusia sebagai individu yang

sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan atau ditentukan oleh Al-Quran.

Sedangkan istilah Civil Society, berasal dari kata latin yaitu “Civilis Societas”, yang 15 Dalam Indar Siswarini, Op. Cit.16 Safrudin Setia Budi, Mewujudkan Masyarakat Madani Melalui Pendidikan Dalam Perspektif

Gender, Makalah Kementerian Pemberdayaan Perempuan RI, Jakarta, September 2004.

47

Page 10: Bab 3

merupakan pendapat dari Cicerio, yang hidup pada abad pertama sebelum kristus.

Pengertian awalnya terkait dengan konsep tentang warga dan bangsa Romawi yang

hidup di kota-kota yang memiliki kode hukum. Kode hukum itu merupakan ciri dari

masyarakat atau komunitas politik yang beradab, yang berhadapan dengan

masyarakat di luar Romawi yang (oleh bangsa Romawi dianggap) belum beradab.

Konsep Cicerio ini mencakup kondisi individu maupun masyarakat secara

keseluruhan yang telah memiliki mudaya hidup di kota yang menganut norma-noram

kesopanan.

Pada perkembangannya, pada akhir abad 17 dan awal abad 18, istilah civil

society lebih ditekankan kepada “masyarakat politik”, yang membedakan diri dari

lingkungan keluarga atau masyarakat kecil yang dipimpin oleh bapak keluarga atau

bapak masyarakat yang belum melek politik. Namun konsep “masyarakat politik” ini

mendapat bantahan dari Hegel (1770-1871) yang mengatakan civil society bukanlah

masyarakat politik dengan tekanan-tekanan moral yang mewarnai perilaku mereka,

melainkan masyarakat ekonomi. Karl Marx (1818-1883) kemudian mengikuti

pendapat Hegel dengan mengatakan bahwa civil society disebut juga masyarakat

borjuis yang merupakan ciri masyarakat barat modern. Dengan kata lain bahwa civil

society adalah aspek non-politis dalam masyarakat modern yang sekarang kapitalis.

Marx menyatakan bawha negara dalam masyarakat kapitalis tidak lebih hanya badan

pelakasana kepentingan borjuis. Sedang pengertian masyarakat madani di Indonesia

adalah perpaduan antara pengertian masyarakat madani yang tercantum dalam

Piagam Madinah dengan civil society yang berkembang dalam negara-negara

industri. Ke dua pengertian tersebut dapat dianggap saling mengisi serta saling

melengkapi, dan penerapannya disesuaikan dengan karakteristik manusia modern

Indonesia yang bersifat Sosialis Religius17.

Dari pengertian masyarakat madani di Indonesia, muncul satu pertanyaan

bagaimana dengan realitasnya di Indonesia ?. Menurut Sulardi18, di Indonesia

17 Ibid.18 Sulardi, Tata Negara Indonesia Menuju Pembaruan, IKIP Malang, Malang, 1990, hal 57

48

Page 11: Bab 3

masyarakat madani masih berada pada tataran perdebatan, dan perdebatan mengenai

konsep masyarakat madani di Indonesia tidak terlepas dari apa yang terjadi pada

hubungan masyarakat dan negara. Lebih lanjut, Kunto Wijoyo19 membahas mengenai

hubungan antara negara dan masyarakat ke dalam 4 (empat) konsep, yaitu Pertama,

berasal dari pikiran Hegel yang menyatakan bahwa yang rasional adalah aktual dan

yang aktual adalah rasional, sedang keberadaan negara adalah aktual yang lahir

karena di dalam masyarakat terjadi konflik. Oleh karenanya kemerdekaan sejati tidak

akan ditemukan dalam masyarakat, dalam negaralah kemerdekaan itu terwujud.

Kedua, berasal dari pandangan K. Marx, bahwa negara adalah alat represi dari

negara, oleh karenanya harkat manusia dapat terwujud dengan hapusnya negara, oleh

karenanya harkat manusia dapat terwujud dengan hapusnya negara, bersamaan

dengan itu hapus pula represi. Ketiga, adalah pandangan A. Gramsci yang

menyatakan bahwa negara adalah mewakili paksaan dan dominasi, sedang

masyarakat mewakili budaya, konsensus dan ideologi. Dan keempat, menyatakan ada

hubungan fungsional antara masyarakat dan negara, masyarakat terpecah antara

kepentingan pribadi dan umum, antara individu dan masyarakat. Dan Indonesia

berada pada suasana ketiga, yakni terpisahnya antara political society dan civil

society.

Dengan terpisahnya masyarakat dan negara, maka bila selama ini masyarakat

madani yang lazimnya disetarakan dengan civil society belum terbentuk di Indonesia,

kuncinya pada demokratisasi yang belum berjalan, sebab secara historis bisa dilihat

bagaimana perjalanan bangsa ini yang tertatih-tatih dalam penegakan demokrasinya.

4. Masyarakat Yang Beradab.

Beberapa ratus tahun yang lalu bangsa-bangsa Barat beranggapan bahwa

banyak masyarakat lain di berbagai benua tidak beradab. Bangsa-bangsa India dan

Aborijin, misalnya, dianggap tidak beradab karena tingkah laku mereka tidak bisa

diterima oleh orang ramai menurut ukuran Barat, karena mereka dianggap tidak

19 dalam Ibid.

49

Page 12: Bab 3

memiliki kesopanan dan kehalusan budi menurut norma yang ditetapkan peradaban

Barat. Situasi semacam itu pada dasarnya merupakan pemaksaan norma suatu bangsa

terhadap bangsa lain. Sekarang tentu saja keadaan itu berangsur-angsur berubah,

meskipun dimana-mana masih saja pemaksaan norma semacam itu. Mungkin,

beradab atau tidaknya suatu masyarakat hanya bisa ditentukan oleh masyarakat itu

sendiri. Namun, tentu harus ada norma jika kita tetap ingin membicarakan beradap

tidaknya suatu masyarakat. Indonesia yang terdiri atas begitu banyak masyarakat

tentu memiliki sejumlah norma-norma yang berbeda satu sama lain. Jika ada

masyarakat yang biasa menggunakan jari tangan untuk makan, masyarakat bisa saja

menganggap tidak beradab begitu juga jika ada masyarakat yang biasa makan ikan

mentah atau melakukan ritual dengan cara memenggal kepala orang.

Jika kita mengaitkan kebutuhan akan adab ini dengan peradaban, maka kita

mengacu pada masyarakat yang memiliki organisasi sosial, kebudayaan, dan cara

kehidupan yang sudah maju, yang menyebabkan berbeda dari masyarakat lain. Dalam

pengertian ini jelas bahwa ada berbagai peradaban di dunia bahwa masyarakat

memiliki peradaban yang barbeda satu sama lain. Peradaban juga mengacu pada cara

kehidupan yang nyaman. Pendekatan terhadap peradaban juga berbeda-beda , namun

dasarnya boleh dikatakan sama, yakni perkembangan masyarakat pada suatu kurun

waktu dan tempat tertentu . Dalam pengertian ini kita mengenal, misalnya peradaban

Suku Inca, Mesir Kuno, Asia Timur, Islam, Kristen, Hindu dan Barat. Contoh-contoh

itu segera menunjukkan bahwa, meskipun tampaknya ditinjau dari berbagai

pendekatan, ada suatu hal yang sama yakni (1). Organisasi soial, (2). Kebudayaan,

dan (3). Cara berkehidupan yang sudah maju20. Bisa juga dikatakan bahwa

masyarakat yang memiliki peradaban itu, disamping berkebudayaan tinggi, juga

sudah mengembangkan tekhnologi dan sistem pemerintahan yang memungkinkan

kebanyakan anggotanya menikmati kenyamanan hidup. Contoh-contoh yang kita

sebut itu juga mengacu pada suatu taraf yang tinggi dari masyarakat yang memiliki

kesatuan sejarah dan kebudayaan.

20 Supardi Damono, Op.Cit.

50

Page 13: Bab 3

Dalam kebudayaan Barat, misalnya, manusia beradab adalah yang

berpendidikan, sopan, dan berbudaya. Konsep-konsep itu selintas tampak serupa,

namun jika kita periksa lebih jauh ada hal-hal yang khas, yang membedakannya dari

peradaban lain. Misalnya, pendidikan dalam pengertian ini tentu menuntut ukuran

Barat, yang tentunya berbeda dengan peradaban Asia Timur, misalnya. Di zaman

lampau, peradaban Cina memiliki ciri penting, yakni keampuhan menguasai

kesenian, membaca, dan menulis, oleh karena itu jabatan penting dalam pemerintahan

ditentukan oleh hal-hal tersebut. Di Jepang, peradaban Asia Timur telah

menghasilkan kebudayaan bushido di masa lampau, yang sampai sekarangpun masih

terasa cirinya dalam masyarakat. Kesetiaan kepada atasan dan harga diri merupakan

ciri khas. Dua hal antara lain menyebabkan bunuh diri menjadi ritual yang harus

dilakukan jika harga diri seorang tidak ada lagi21.

Ketenangan, kenyamanan, ketentraman, dan kedamaian sebagai makna hakiki

manusia beradab. Konsep masyarakat adab dalam pengertian lain adalah suatu

kombinasi yang ideal antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum yang

memperjuangkan penguatan posisi masyarakat terhadap negara. Manusia adalah

ukuran bagi segala, manusia mempunyai kemampuan untuk menyempurnakan

hidupnya sendiri, dengan syarat bertitik tolak dari rasio, intelektualitas, dan

pengalamannya. Kualitas hidup manusia bukan hanya diukur dari materi dan sekedar

gaya hidup. Tapi nilai kerohanianlah yang tertinggi dan menjadi penentu dari

kwalitas hidup manusia, yang akhirnya melahirkan suasana kehidupan ideal berupa

ketenangan, kedamaian, kesejahteraan, dan sebagainya.

5. Problematika Peradaban dalam Kehidupan Masyarakat.

Kemajuan Iptek Bagi Peradaban Manusia

Tekhnologi lahir karena adanya kebutuhan manusia pada masa terdahulu.

Meskipun secara sederhana mereka dapat membuat alat-alat yang hasilnya dapat

mereka gunakan untuk memudahkan pekerjaan mereka atau meningkatkan hasil kerja

21 Ibid.

51

Page 14: Bab 3

mereka. Hal ini berarti mereka telah melakukan kegiatan atau proses yang

menghasilkan produk yakni alat-alat dan dapat digunakan untuk meningkatkan

efisiensi pelaksanaan kegiatan. Sedangkan sains atau ilmu pengetahuan berawal dari

sifat ingin tahu manusia. Observasi yang sistematis terhadap peristiwa-peristiwa yang

terjadi di lingkungan sekitar manusia serta pemikiran atau perenungan tentang sebab-

sebab terjadinya beberapa peristiwa di lingkungan manusia ini telah melahirkan

“suatu kesimpulan sementara” yang pada zamannya telah dianut oleh sebagian besar

masyarakat. Pada awalnya, persitiwa-peristiwa di lingkungan manusia yang menjadi

obyek perhatian adalah peristiwa-peristiwa yang bersangkutan dengan alam,

misalnya, pergerakan matahari di siang hari, yang muncul dari arah timur dan hilang

menuju ke arah barat bahkan terjadi setiap hari. Begitu juga dengan bintang di malam

hari yang tampak bergerak mengelilingi bumi.

Di lihat dari awal lahirnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi memang tidak

terdapat keterkaitannya sama sekali, namun dalam perkembangannya, ilmu

pengetahuan dan tekhnologi memiliki kaitan yang sangat erat. Hal ini dapat diambil

contoh misalnya penggunaan mikroskop elektron dalam bidang geologi pada

pertengahan abad ke-20 telah membawa kemajuan dalam penelitian terhadap fosil-

fosil. Disamping itu, penggunaan mikroskop ini dalam bidang metalurgi amat

berguna dalam penelitian tentang struktur suatu logam. Dari beberapa contoh tersebut

dapat dikatakan bahwa, konsep ilmu pengetahuan, teori serta hukum yang

dikemukakan oleh para ilmuwan membawa dampak pada penemuan tekhnologi22.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi sendiri dapat membawa

dampak positif maupun dampak negatif. Dapat diambil contoh yaitu dalam bidang

telekomunikasi dan tekhnologi informasi. Segi positif dari adanya peralatan

telekomunikasi dan peralatan tekhnologi informasi yang makin canggih atau modern,

maka beberapa kelompok masyarakat dari beberapa negara dapat berinteraksi dengan

mudah. Bahkan Indar Siswarini23 mengatakan bahwa perkembangan tekhnologi

22 Anna Poedjiadi, Sains Tekhnologi Masyarakat, kerjasama anatara Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal. 63.

52

Page 15: Bab 3

informasi dan komunikasi membuat dunia menjadi sempit. Ruang dan waktu menjadi

sangat relatif dan dalam banyak hal batas-batas negara sering menjadi kabur bahkan

mulai tidak relevan. Bahkan budaya suatu negara akan lebih mudah diketahui dan

bahkan di tiru oleh bangsa atau negara lain.

Hal ini tentu akan berakibat pada adanya perubahan nilai budaya pada

masyarakat tertentu. Sebagai contoh misalnya, banyak orang yang melihat dari

tayangan televisi (yang merupakan kemajuan produk tekhnologi elektronika) melihat

tayangan-tayangan kekerasan, yang berakibat pada terpengaruhnya orang-orang

tertentu terhadap tayangan tadi yang kemudian melakukan tindakan-tindakan

kekerasan serpeeti yang ia lihat di tayangan tersebut. Contoh lainnya adalah budaya

sebagian masyarakat Amerika dengan kebebasannya, seksualitas maupun gaya hidup

hedonisme mereka, bisa saja ditiru dan dapat dijadikan pedoman dalam berkehidupan

oleh sebagian masyarakat Indonesia, terutama generasi mudanya.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin cepat dewasa

ini, telah menumbuhkan cakrawala pandangan manusia. Teknologi yang sebenarnya

merupakan alat bantu atau ekstensi kemampuan diri manusia, saat ini telah menjadi

sebuah kekuatan yang justru (baik disadari ataupun tidak) telah “membelenggu”

perilaku dan gaya hidup kita sendiri. Dengan daya pengaruhnya yang sangat besar,

karena ditopang pula oleh sistem-sistem sosial yang kuat, dan dalam kecepatan yang

makin tinggi, teknologi telah menjadi pengarah hidup manusia. Masyarakat yang

rendah kemampuan teknologinya cenderung tergantung dan hanya mampu bereaksi

terhadap dampak yang ditimbulkan oleh kecanggihan teknologi.

Dampak Globalisasi Bagi Peradaban Manusia

Saat ini dunia sedang menghadapi arus perubahan besar, yang nantinya akan

(bahkan telah) membuat konsep-konsep lama mengenai tata hubungan antar bangsa

menjadi usang, di samping akan berkembangnya pandangan-pandangan baru. Arus

23 Indar Siswarini, Fenomena Peradaban Indonesia Menghadapi Peradaban Dunia, Makalah pelatihan dosen MBB ISBD, Denpasar, Bali, 7-9 Desember, 2003, hal. 3.

53

Page 16: Bab 3

ini didorong oleh kemajuan tekhnologi yang berkembang dengan cepat dalam abad

ke-21 ini. Bahkan beberapa ahli mengatakan bahwa era tekhnologi industri yang

berkembang sejak abad ke-18 akan digantikan oleh sebuah era baru yaitu era

tekhnologi informasi, atau dengan kata lain proses perubahan yang sekarang

berlangsung merupakan proses perubahan dari masyarakat industri menjadi

masyarakat informasi. Jadi dapat dikatakan pula bahwa revolusi di bidang informasi

dan komunikasi (yang menggeser bidang industri), terutama terjadi dalam awal abad

ke-21, yang akan mempengaruhi kecenderungan perubahan mendasar dalam

kehidupan manusia yang salah satu aspek diantaranya ialah kecenderungan

globalisasi.

Azyumardi Azra menyatakan bahwa disorientasi, dislokasi atau krisis sosial-

budaya umumnya dikalangan masyarakat kita (masyarakat Indonesia) semakin

bertambah dengan kian meningkatnya penetrasi dan ekspansi dari budaya Barat

(khususnya Amerika) sebagai akibat proses globalisasi yang hampir tidak

terbendung24. Berbagai ekspresi sosial-budaya yang sebenarnya asing, yang tidak

memiliki basis dan presiden kulturalnya dalam masyarakat kita semakin menyebar

pula dalam masyarakat kita, sehingga memunculkan kecenderungan-kecenderungan

“gaya hidup” baru yang tidak selalu positif dan kondusif bagi kehidupan sosial

budaya masyarakat dan bangsa.

Arus informasi dan komunikasi telah membuat makin globalnya berbagai nilai

budaya. Bahkan secara mendalam telah terjadi interaksi budaya yang sangat intensif

yang menjurus ke arah terciptanya nilai budaya universal. Jadi, dapat dikatakan

bahwa saat ini sedang tercipta sistem-sistem nilai global yang berlaku dimana-mana.

Akibat lain dari globalisasi yaitu masyarakat mengalami anomi atau tidak

punya norma atau heteronomy atau banyak norma, sehingga terjadi kompromisme

sosial terhadap hal-hal yang sebelumnya dianggap melanggar norma tunggal

masyarakat. Selain itu juga terjadinya disorientasi atau alienasi, keterasingan pada

24 Azyumardi Azra, makalah dalam rangka seminar Hari Kebangkitan Tekhnologi Nasional ke-9. Kementerian Riset dan Tekhnologi, Juni 2004.

54

Page 17: Bab 3

diri sendiri atau pada perilaku sendiri, akibat pertemuan budaya-budaya yang tidak

sepenuhnya terintegrasi dalam kepribadian kita.

Masyarakat Indonesia saat ini sedang mengalami dilematis karena globalisasi,

dimana masyarakat Indonesia (secara langsung maupun tidak langsung) dituntut

untuk terbuka terhadap globalisasi, namun di sisi lain masyarakat Indonesia

mengalami “ketakutan” dengan dampak negatif dari globalisasi yang dapat merusak

nilai-nilai (sosial-budaya) yang telah ada. Tetapi, jika masyarakat Indonesia ingin

maju maka mengisolasi diri dari globalisasi dianggap sebagai kesalahan karena

menolak peluang dan kesempatan untuk maju. Dan jika masyarakat Indonesia

memutuskan untuk maju dan dengan sadar menerima globalisasi, maka untuk

menghindari dampak negatif dari globalisasi salah satunya solusi alternatifnya adalah

dengan penguatan nilai-nilai keagamaan.

Benturan Peradaban (The Clash of Civilization).

Selama Perang Dingin berlangung, keadaan dunia terbagi-terbagi menjadi

beberapa bagian, yang mana pembagian-pembagian (dilakukan oleh barat yang dipimpin

Amerika untuk menentukan mana “teman” dan mana “bukan teman”) ini bertujuan untuk

membedakan-bedakan dunia menurut kemampuan sosial-ekonomi serta pertumbuhan

ekonomi (bahkan ideologi) suatu negara. Ada tiga bagian di dunia selama Perang Dingin

yaitu Dunia Pertama, yang merepresentasikan dunia-dunia maju secara sosial dan

ekonominya seperti Amerika dan aliansi Eropa-nya. Dunia Kedua, merupakan

representasi dari negara-negara maju tetapi secara sosial-ekonomi “baru” maju karena

bantuan-bantuan yang diberikan oleh Barat seperti Jepang, Korsel, Australia dan lain-

lainnya . Dan Dunia Ketiga, yang mewakili dunia-dunia yang beru berkembang atau

kemampuan sosial-ekonomi serta pertumbuhan ekonominya masih tertatih-tatih untuk

maju, seperti Indonesia.

Setelah Perang Dingin usai atau Pasca Perang Dingin, pembagian dan

pengelompokan dunia (atas prakarsa Amerika tersebut) dalam bidang sosial-ekonomi

sudah tidak relevan lagi. Konstelasi politik dunia internasional yang terjadi pasca perang

55

Page 18: Bab 3

dingin tidak lagi menjadikan isu-isu sosial-ekonomi serta pertumbuhan ekonomi (bahkan

ideologi) sebagai tolok ukur dalam membagi dunia. Pembagian dunia saat ini mengarah

kepada hal lain yaitu atas dasar budaya dan peradaban.

Peradaban adalah suatu entitas budaya. Desa-desa, kawasan-kawasan, kelompok-

kelompok etnis, nasionalitas, kelompok-kelompok keagamaan, semuanya memiliki

budaya yang berbeda-beda pada tingkat keragaman budaya yang berbeda-beda

pula25. Dapat diambil contoh yaitu di Indonesia, budaya orang-orang di daerah-daerah

di Indonesia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Budaya Jawa berbeda

dengan budaya Sunda, budaya Sumatra atau Batak berbeda dengan dengan budaya

Kalimantan atau Dayak, dan lain-lainnnya. Tetapi kesemuanya sama-sama berbudaya

Indonesia, sehingga membedakan dengan mereka yang dari Malaysia atau yang dari

Brunei Darussalam. Budaya yang berbeda-beda antara Indonesia, Malaysia, Brunei

Darussalam dan sekitarnya di wilayah Asia, mempunyai satu budaya yang sama yaitu

Budaya Asia.

Begitu pula dengan budaya-budaya yang ada di Eropa. Perbedaan budaya antara

Inggris, Italia, Prancis, Jerman dan lain-lainnya tidak bisa menghapus identitas budaya

mereka yaitu Budaya Barat (hal yang sama juga berlaku untuk Amerika). Pada

masyarakat Arab juga memiliki identitas budaya yaitu Budaya Arab yang membedakan

mereka dari masyarakat Cina dengan Budaya Cina. Tetapi satu hal yang pasti yaitu

Barat (Eropa dan Amerika), Arab dan Cina, bukanlah menjadi bagian dari entitas

budaya yang lebih luas. Mereka semua merupakan peradaban-peradaban. Karena

itu suatu peradaban adalah pengelompokan tertinggi dari orang-orang dan tingkat

identitas budaya yang paling luas yang dimiliki orang sehingga membedakan dari

spesies lainnya. Ia dibantu oleh unsur-unsur obyektif yang sama: seperti bahasa,

sejarah, agama, adat-istiadat, institusi, dan juga dibatasi oleh unsur-unsur

subyektif, identifikasi diri dari orang-orang itu26. Jadi dapat dikatakan bahwa peradaban

25 F. Fukuyama dan Samuel P. Huntington, Iyubenu (Ed), The Future of The World Order : Masa Depan Peradaban dalam Cengkraman Demokrasi Liberal versus Pluralisme, Ircisod, Yogyakarta, hal. 76

26 Ibid.

56

Page 19: Bab 3

adalah tingkat identifikasi yang luas yang dimiliki orang, dan dengan peradaban ia

memberi identifikasi dirinya secara intens. Orang-orang atau bangsa-bangsa bisa

dan melakukan redefinisi identitas mereka. Tetapi, dengan adanya redefinisi ini,

komposisi dan batas-batas peradaban berubah.

Suatu peradaban meskipun dapat mencakup sebagian besar orang atau

masyarakat, namun juga bisa mencakup tentang sejarah sebuah negara bangsa,

seperti misalnya yaitu peradaban Barat, Eropa, Amerika, Arab, dan Asia serta

lain-lainnya. Di sini dapat dilihat bahwa peradaban bisa juga bercampur aduk

dan tumpang tindih, tetapi yang pasti, ada juga peradaban yang mencakup

beberapa peradaban atau sub-sub peradaban. Peradaban Barat misalnya,

memiliki dua sub peradaban yaitu peradaban Eropa dan Amerika Utara atau

Peradaban Islam yang memiliki tiga sub peradaban yaitu Arab, Turki, dan

Melayu. Peradaban merupakan entitas yang jelas, dan kalaupun garis-garis

pemisah antara peradaban-peradaban itu biasanya tidak tajam, tapi nyata.

Identitas peradaban dianggap suatu hal yang sangat penting dimasa yang

akan datang, dan interaksi dunia akan dibentuk oleh peradaban-peradaban besar

yang beberapa diantaranya adalah peradaban Barat, Asia, Amerika Latin, Islam

dan lain-lainnya. Namun, konflik yang mungkin akan terjadi di masa mendatang

akan terjadi sepanjang garis pemisah budaya yaitu identitas peradaban itu

sendiri, yang saling memisahkan peradaban-peradaban tersebut.

Menurut Huntington27, hal ini bisa terjadi karena disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu Pertama, perbedaan antara peradaban tidak hanya riil, tapi

juga mendasar. Peradaban terdiferensiasi oleh sejarah, bahasa, budaya, tradisi,

dan yang lebih penting lagi adalah agama. Perbedaan peradaban melahirkan perbedaan

dalam memandang hubungan manusia dengan Tuhan, individu dengan kelompok, warga

dengan negara, orang tua dengan anak, suami dengan istri, hak dengan kewajiban,

kebebasan dengan kekuasaan, dan kesejajaran atau kesamaan dengan hirarki. Perbedaan

ini hasil proses berabad-abad. Mereka tidak mudah hilang, jauh lebih mendasar

27 Ibid.

57

Page 20: Bab 3

daripada ideologi atau rezim politik. Perbedaan tidak mesti melahirkan konflik, dan

konflik tidak dengan sendirinya melahirkan kekerasan. Tapi selama berabad-abad,

perbedaan antara peradaban telah menimbulkan konflik yang paling keras dan yang

paling lama.

Kedua, dunia sekarang semakin menyempit. Interaksi antara orang yang

berbeda peradaban semakin meningkat. Interaksi yang meningkat ini mempertajam

kesadaran dan rasa perbedaan peradaban antara orang-orang atau masyarakat yang

berbeda peradaban tapi juga mempertajam kesadaran akan kesamaan-kesamaan

yang terdapat dalam peradaban-peradaban itu. Imigrasi dari Afrika Utara ke

Perancis melahirkan kebencian di antara orang-orang Perancis terhadap para imigran

dari Afrika Utara tersebut, tapi bersamaan dengan itu terjadi peningkatan penerimaan

imigran Polandia, Katolik Eropa “yang taat”. Orang-orang Amerika bereaksi lebih

negatif terhadap penanaman modal dari Jepang daripada penanaman modal dari

Canada dan negara-negara Eropa. Demikian juga halnya dengan, apa yang

diungkapkan Donald Horowitz, “Seorang Ibo mungkin... seorang Ibo Owerri atau

seorang Ibo Onitsha di daerah Timur Nigeria. Di Lagos, ia hanya seorang Ibo. Di

Inggris, ia adalah seorang Nigeria. Di New York, ia adalah seorang Afrika.”

Interaksi antara orang-orang atau bangsa-bangsa yang berbeda peradaban

meningkatkan kesadaran peradaban mereka sehingga pada gilirannya memperkuat

perbedaan dan kebencian yang merentang atau dipandang merentang jauh ke

belakang dalam sejarah.

Ketiga, proses modernisasi ekonomi dan perubahan sosial dunia membuat

orang atau masyarakat tercerabut dari identitas lokal mereka yang sudah berakar

dalam, di samping memperlemah negara-bangsa sebagai sumber identitas mereka.

Banyak agama dunia yang telah dapat mengisi gap (jurang pemisah) ini, sering dalam

bentuk gerakan yang dicap “fundamentalis”. Gerakan-gerakan, ini ditemukan pada

agama Kristen Barat, Judaisme, Buddhisme, Hinduisme, dan juga Islam. Di kebanyakan

negeri dan agama, orang yang aktif dalam gerakan fundamentalis adalah

orang-orang muda, berpendidikan universitas, kalangan profesional, teknisi kelas

58

Page 21: Bab 3

menengah dan pengusaha. “Unsekularisasi dunia,” kata George Weigel, “adalah salah

satu fakta kehidupan sosial dominan di penghujung abad 20 ini”. Kebangkitan agama,

atau apa yang disebut Gilles Kepel “la revanche de Dieu”, memberikan suatu basis

identitas dan komitmen yang mentransendensikan batas-batas bangsa dan menyatukan

peradaban-peradaban.

Keempat, tumbuhnya kesadaran peradaban dimungkinkan karena peran ganda

Barat. Di satu sisi, Barat berada di puncak kekuatan. Dan di sisi lain, dan ini mungkin

akibat posisi Barat tersebut, kembalinya ke fenomena asal sedang berlangsung di antara

peradaban-peradaban non-Barat. Orang semakin banyak mendengar meningkatnya

kecenderungan-kecenderungan untuk “kembali ke dalam” dan “Asianisasi” di

Jepang. Berakhirnya warisan Nehru dan berlangsungnya “Hinduisme” India, kega-

galan ide-ide Sosialisme dan Nasionalisme Barat dan kemudian “re-Islamisasi” Timur

Tengah, dan sekarang perdebatan tentang Westernisasi lawan Rusianisasi di negeri Boris

Yeltsin. Barat yang berada di puncak kekuatannya berhadapan dengan non-Barat yang

semakin berkeinginan untuk membentuk dunia dengan cara-cara mereka, dan

menjadikan peradaban mereka sebagai sumber bagi pembentukan dunia tersebut.

Kelima, karakteristik dan perbedaan budaya kurang bisa menyatu dan karena

itu kurang bisa kompromi dibanding karakteristik dan perbedaan politik dan ekonomi.

Di negara-negara bekas Uni Soviet, orang-orang komunis bisa menjadi demokrat, yang

kaya bisa menjadi miskin, dan sebaliknya yang miskin menjadi kaya. Tapi orang-

orang Rusia tidak bisa menjadi orang Estonia dan orang-orang Azeris tidak bisa menjadi

orang-orang Armenia. Dalam konflik kelas dan ideologi, masalah kuncinya adalah

“Anda berada di pihak mana?” dan orang dapat memilih mau berada di pihak mana, dan

kemudian dapat berpindah ke pihak yang lain. Dalam konflik antara peradaban,

masalahnya adalah “Anda ini apa?”. Ini merupakan ketentuan yang tak bisa

berubah. Sebagaimana kita ketahui, dari Bosnia, Kaukasus, sampai ke Sudan,

jawaban yang salah terhadap pertanyaan itu bisa berarti anda akan (bahkan dipastikan)

kehilangan kepala. Bahkan lebih dari etnisitas, agama mendiskriminasi secara tajam

dan ekslusif sesama manusia. Orang bisa menjadi separuh Perancis dan separuh Arab,

59

Page 22: Bab 3

dan dapat berwarga-negara ganda. Tapi sulit untuk menjadi setengah Katolik dan

setengah Muslim.

Keenam, regionalisme ekonomi semakin meningkat. Proporsi perdagangan

seluruhnya yang dulu bersifat intraregional bangkit antara tahun 1980-1989.

Pentingnya blok-blok ekonomi regional tampaknya terus meningkat pada masa

yang akan datang. Di satu sisi, regionalisme ekonomi yang berhasil akan

memperkuat kesadaran-peradaban. Di pihak lain, regionalisme ekonomi hanya bisa

berhasil jika ia berakar dalam budaya yang sama. Masyarakat Eropa bersandar pada

landasan budaya Eropa yang sama dan agama Kristen Barat. Keberhasilan Wilayah

Perdaganagan Bebas Amerika Utara tergantung pada konvergensi budaya Meksiko,

Canada, dan Amerika. Sebaliknya Jepang, menghadapi kesulitan dalam

menciptakan entitas ekonomi yang sebanding di Asia Timur karena masyarakat dan

peradaban Jepang unik, berdiri sendiri. Bagaimanapun kuatnya perdaganagan dan

hubungan-hubungan investasi yang mungkin dapat dikembangkan Jepang dengan

negara-negara Asia Timur lainnya, perbedaan budaya Jepang dengan negara-

negara tersebut menghambat dan mungkin menghalangi integrasi ekonomi

regional yang terus meningkat seperti yang dialami Eropa dan Amerika Utara.

Berakhirnya negara-negara yang berbasis ideologi di Eropa Timur dan

bekas Uni Soviet memungkinkan identitas dan kebencian etnik tradisional mencuat

ke permukaan. Perbedaan budaya dan agama menciptakan perbedaan-perbedaan

dalam masalah-masalah kebijakan, mulai dari hak asasi manusia sampai imigrasi,

perdagangan, dan lingkungan. Yang paling penting, upaya-upaya Barat untuk

mendukung nilai-nilai demokrasi dan liberalisme sebagai nilai-nilai universal,

untuk mempertahankan kekuatan militernya dan untuk memajukan kepentingan

ekonominya, melahirkan respon balik dari peradaban-peradaban lain. Semakin

pemerintah tidak mampu memobilisasi dukungan dan membentuk koalisi atas dasar

ideologi, hal ini mengakibatkan pemerintah dan kelompok-kelompoknya akan

semakin berusaha memobilisasi dukungan dengan daya tarik agama yang sama dan

identitas peradaban.

60

Page 23: Bab 3

61