BAB 2.docx
-
Upload
faisal-abdullah -
Category
Documents
-
view
214 -
download
1
Transcript of BAB 2.docx
![Page 1: BAB 2.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071804/563db7bf550346aa9a8d94c1/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan
dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan
dari bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea). Membran ini
berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah saat terjadi inflamasi.
Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:
a) Konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).
b) Konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata).
c) Forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian
posterior palpebra dan bola mata) (Ilyas, 1998).
Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis.
Konjungtiva bulbar juga bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang
dan ke depan. Pembuluh darah dengan mudah dapat dilihat di bawahnya. Di
dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet yang mensekresi musin, suatu
komponen penting lapisan air mata pre-kornea yang memproteksi dan memberi
nutrisi bagi kornea (Ilyas, 1998).
Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan epitel silinder
bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva didekat limbus, di
atas karunkula dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata
terdiri dari sel-sel epitel skuamosa. Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel
goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet
ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata di seluruh
prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat daripada sel-sel superfisial
dan di dekat limbus dapat mengandung pigmen (Vaughan, 2000).
Produksi musin oleh sel-sel goblet konjungtiva sangat penting untuk
membuat air mata melekat pada epitel kornea. Kegagalan produksi sekret kelenjar
lakrimalis atau produksi sel-sel goblet akan mengakibatkan mata kering, kalau
3
![Page 2: BAB 2.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071804/563db7bf550346aa9a8d94c1/html5/thumbnails/2.jpg)
4
parah keadaan ini menyebabkan rasa nyeri dan merupakan presdiposisi terjadinya
ulserasi serta kekeruhan kornea (Robbin dan Cotrans, 2008).
Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri
palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak
vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya membentuk jaring-
jaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva
tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan bersambung dengan
pembuluh limfe kelopak mata hingga membentuk pleksus limfatikus yang kaya.
Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan (oftalmik) pertama nervus V.
Saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri (Vaughan, 2000).
B. Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata
dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus,
bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia (Vaughan, 2000).
1. Konjungtivitis Vernal
Termasuk reaksi hipersensitif musiman, ada hubungan dengan sensitivitas
terhadap tepung sari rumput-rumput pada iklim panas. Keluhannya berupa gatal,
kadang-kadang panas, lakrimasi, menjadi buruk pada cuaca panas dan berkurang
pada cuaca dingin (Mansmed, 2015).
Konjungtivitis vernal mengenai kedua mata, berupa inflamasi konjungtiva
berulang yang biasa terjadi pada anak-anak dan remaja dengan riwayat alergi
musiman, asma atau atopi. Onsetnya paling sering ketika musim panas dan semi,
sementara pada musim dingin penyakit ini mengalami remisi. Insidensi tertinggi
pada cuaca hangat, yaitu pada daerah iklim sedang seperti timur tengah-
Mediterania dan Meksiko. Laki-laki dua kali lebih berisiko dibandingkan
perempuan dengan kejadian tertinggi pada usia 11-13 tahun. Penyakit ini dapat
sembuh sendiri pada anak-anak dengan durasi antara 4-10 tahun. Pada orang
dewasa penyakit ini sering kambuh berulang. Gejala utamanya adalah gatal
![Page 3: BAB 2.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071804/563db7bf550346aa9a8d94c1/html5/thumbnails/3.jpg)
5
berlebih, gejala lainnya adalah fotophobia, rasa terbakar, mata berair, ptosis
ringan,dan sekret yang tebal, kuning dan mukoid (Yanoff and Duker, 2008).
Terdapat 3 bentuk dari konjungtivitis vernalis, yaitu palpebral, limbal dan
campuran. Bentuk palpebral ditandai dengan cobblestone pada konjungtiva tarsal
superior sementara pada konjungtiva inferior hampir normal. Perubahan paling
awal adalah hipertrofi papil dimana jaringan ikat pada substansia propia
mengalami hiperplasia dan proliferasi untuk membentuk papil raksasa yang
diameternya dapat mencapai 7-8 mm. tekanan pada kornea meluruskan bagian
atas dari papil raksasa yang membentuk cobblestone. Cabang-cabang kecil
pembuluh darah ditemukan di tengah papil, yang mana membedakan dengan
folikel raksasa seperti pada konjungtivitis trachoma. Ketika dibersihkan dengan
katembat lapisan seperti susu akan terangkat pada cobblestone (Yanoff dan Duker,
2008).
Bentuk limbal ditandai dengan opacity yang luas, tebal dan seperti agar-agar
pada limbus superior yang dapat mendorong kornea. Cabang-cabang kecil
pembuluh darah muncul di tengah benjolan dimana limbal folikel pembuluh darah
mengelilingi sisi dari benjolan tersebut. Secara histologi, jaringan diinfiltrasi oleh
limfosit, sel plasma, makrofag, basofil, dan eosinofil. Karakteristik khas dari
konjungtivitis vernal bentuk limbal adalah adanya Horner-Trantas dots yang
memiliki ciri berwarna putih seperti kapur yang terdiri dari sel eosinofil dan
debris epitel yang berlokasi di limbus (Yanoff dan Duker, 2008).
2. Konjungtivitis Alergi Akut Seasonal/Perennial
Konjungtivitis atopi akut berhubungan dengan reaksi hipersensitifitas tipe I
yang dimediasi oleh IgE dan aktivasi sel mast yang terstimulasi oleh ekspos
langsung permukaan mukosa okuli oleh allergen seperti debu, rumput, jamur,
serbuk sari, spora dan bulu binatang. Reaksinya dapat terbatas pada mata atau
dapat merupakan bagian reaksi alergi pada hidung dan sistem respirasi. Pada
umumnya riwayat atopi pada keluarga ditemukan. Pada pemeriksaan histologi
dari swab konjungtiva menunjukkan adanya infiltrasi eosinofil, peningkatan IgE
dan histamin. Konjungtivitis alergi akut dapat dibagi menjadi dua, yaitu Seasonal
![Page 4: BAB 2.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071804/563db7bf550346aa9a8d94c1/html5/thumbnails/4.jpg)
6
Allergic Conjunctivitis (SAC) dan Perennial Allergic Conjunctivitis (PAC). Onset
dari SAC bergantung pada musim dimana terdapat alergen sementara PAC
merupakan varian dari SAC dimana onsetnya sepanjang tahun. Gejala klinis dan
tanda konjuntivitis alergi adalah bilateral, gatal, rasa terbakar, injeksi ringan
sampai sedang, papil pada konjuntiva tarsal superior dengan adanya discharge
(Yanoff dan Duker, 2008).
3. Keratokunjungtivitis Kronik Atopi
. Keratokonjungtivitis atopi kronik merupakan penyakit inflamasi yang dapat
menyebabkan gejala pada konjungtiva dan kornea. Penyakit ini dapat terjadi
antara usia belasan tahun sampai pada dekade kelima. Mayoritas pasien memiliki
riwayat atopi atau asma. Gejala kliniknya adalah bilateral, gatal, mata berair, rasa
terbakar, fotophobia, pandangan kabur dan sekret seperti benang. Ekzim
periorbital, edema kelopak, kemosis konjungtiva sering ditemukan. Hipertrofi
papil ditemukan pada konjuntiva tarsal superior dan inferior dimana lebih jelas
terlihat pada konjungtiva inferior. Nodul dan hiperplasia limbal dengan atau tanpa
Horner-Trantas dots (area dimana terdapat eosinofil dan debris epitel). Pada kasus
yang parah, terdapat sikatrik pada subkonjungtiva, symblepharon, dan
pemendekan fornik. Secara histologi ditemukan sel mast, eosinofil, limfosit. Sel
T dipertimbangkan sebagai efektor utama pada keratokonjungtivitis atopi kronik
dan konjungtivitis vernal (Yanoff dan Duker, 2008).
C. Patofisiologi Konjungtivitis
Konjungtiva mengandung epitel skuamosa yang tidak berkeratin dan
substansia propria yang tipis, kaya pembuluh darah. Konjungtiva juga memiliki
kelenjar lakrimal aksesori dan sel goblet.
Konjungtivitis alergika disebabkan oleh respon imun tipe 1 terhadap
alergen. Alergen terikat dengan sel mast dan reaksi silang terhadap IgE terjadi,
menyebabkan degranulasi dari sel mast dan permulaan dari reaksi bertingkat dari
peradangan. Hal ini menyebabkan pelepasan histamin dari sel mast, juga mediator
lain termasuk triptase, kimase, heparin, kondroitin sulfat, prostaglandin,
![Page 5: BAB 2.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071804/563db7bf550346aa9a8d94c1/html5/thumbnails/5.jpg)
7
tromboksan, dan leukotrien. histamin dan bradikinin dengan segera menstimulasi
nosiseptor, menyebabkan rasa gatal, peningkatan permeabilitas vaskuler,
vasodilatasi, kemerahan, dan injeksi konjungtiva (Sambursky, 2015).
D. Gejala Konjungtivitis
a) Rasa adanya benda asing
Rasa ini disertai dengan rasa pedih dan panas karena pembengkakan dan
hipertrofi papil. Jika rasa sakitnya berat, maka harus dicurigai kemungkinan
terjadinya kerusakan pada kornea.
b) Rasa sakit yang temporer
Informasi ini dapat membentu kita menegakkan diagnosis karena rasa
sakit yang datang pada saat-saat tertentu merupakan symptom bagi infeksi
bakteri tertentu, misalnya;
Sakitnya lebih parah saat bangun pagi dan berkurang siang hari, rasa
sakitnya (tingkat keparahan) meningkat setiap harinya, dapat menandakan
infeksi stafilokokus. Sakit parah sepanjang hari, berkurang saat bangun tidur,
menandakan keratokonjungtiva sisca (mata kering).
c) Gatal
Biasanya menunjukkan adanya konjungtivitis alergi.
d) Fotofobia (Sirajuddin, 2006).
E. Tanda Penting Konjungtivitis (Vaughan, 2007)
1. Hiperemi
Hiperemi pada konjungtivitis berasal dari rasa superficial, tanda ini
merupakan tanda konjungtivitis yang paling mancolok. Hiperemi yang tampak
merah cerah biasanya menandakan konjungtivitis bakterial sedangkan hiperemi
yang tampak seperti kabut biasanya menandakan konjungtivitis karena alergi.
![Page 6: BAB 2.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071804/563db7bf550346aa9a8d94c1/html5/thumbnails/6.jpg)
8
Kemerahan paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus disebabkan
dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior.
2. Lakrimasi
Diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, terbakar atau gatal.
Kurangnya sekresi airmata yang abnormal mengesankan keratokonjungtivitis
sicca.
3. Eksudasi
Eksudasi adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut. Eksudat berlapis-lapis
dan amorf pada konjungtivitis bakterial dan dapat pula berserabut seperti pada
konjungtivitis alergika, yang biasanya menyebabkan tahi mata dan saling
melengketnya palpebra saat bangun tidur pagi hari, dan jika eksudat berlebihan
agaknya disebabkan oleh bakteri atau klamidia.
4. Pseudoptosis
Pseudoptosis adalah turunnya palpebra superior karena infiltrasi ke
muskulus muller (M. Tarsalis superior). Keadaan ini dijumpai pada konjungtivitis
berat. Misalnya Trachoma dan keratokonjungtivitis epidemika.
5. Kemosis
Ini terjadi akibat terkumpulnya eksudat di jaringan yang longgar. Khemosis
merupakan tanda yang khas pada hay fever konjungtivitis, akut gonococcal atau
meningococcal konjungtivitis, serta kerato konjungtivitis.
6. Hipertrofi Papil
Hipetropi papil merupakan reaksi non spesifik, terjadi karena konjungtiva
terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut-serabut halus. Ketika
berkas pembuluh yang membentuk substansi papila sampai di membran basal
epitel, pembuluh ini bercabang-cabang di atas papila mirip jeruji payung.
![Page 7: BAB 2.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071804/563db7bf550346aa9a8d94c1/html5/thumbnails/7.jpg)
9
7. Pembentukan Folikel
Folikel adalah bangunan akibat hipertrofi lomfoid lokal di dalam lapisan
adenoid konjungtiva dan biasanya mengandung sentrum germinotivum.
Kebanyakan terjadi pada viral konjungtivitis, chlamidial konjungtivitis, serta
toksic konjungtivitis karena topikal medication. Pada pemeriksaan, vasa kecil bisa
terlihat membatasi foliker dan melingkarinya.
F. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan mata awal termasuk pengukuran ketajaman visus, pemeriksaan
eksternal dan slit-lamp biomikroskopi. Pemeriksaan eksternal harus mencakup
elemen berikut ini: (American Academy of Ophtalmology, 2003).
a) Limfadenopati regional, terutama sekali preaurikuler
b) Kulit: tanda-tanda rosacea, eksema, seborrhoea
c) Kelainan kelopak mata dan adneksa: pembengkakan, perubahan warna,
malposisi, kelemahan, ulserasi, nodul, ekimosis, keganasan
d) Konjungtiva: bentuk injeksi, perdarahan subkonjungtiva, kemosis,
perubahan sikatrikal, simblepharon, massa, sekret
Slit-lamp biomikroskopi harus mencakup pemeriksaan yang hati-hati
terhadap:
a) Margo palpebra: inflamasi, ulserasi, sekret, nodul atau vesikel, nodul atau
vesikel, sisa kulit berwarna darah, keratinisasi
b) Bulu mata: kerontokan bulu mata, kerak kulit, ketombe, telur kutu dan
kutu
c) Punctum lacrimal dan canaliculi: penonjolan, sekret
d) Konjungtiva tarsal dan forniks
Adanya papila, folikel dan ukurannya
Perubahan sikatrikal, termasuk penonjolan ke dalam dan simblepharon
Membran dan psudomembran
Ulserasi
Perdarahan
Benda asing
![Page 8: BAB 2.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071804/563db7bf550346aa9a8d94c1/html5/thumbnails/8.jpg)
10
Massa
Kelemahan palpebra
e) Konjungtiva bulbar/limbus: folikel, edema, nodul, kemosis, kelemahan,
papila, ulserasi, luka, flikten, perdarahan, benda asing, keratinisasi
f) Kornea
Defek epithelial
Keratopati punctata dan keratitis dendritik
Filamen
Ulserasi
Infiltrasi, termasuk infiltrat subepitelial dan flikten
Vaskularisasi
Keratik presipitat
g) Bilik mata depan: rekasi inflamasi, sinekia, defek transiluminasi
h) Corak pewarnaan: konjungtiva dan kornea
G. Pemeriksaan Penunjang
Kebanyakan kasus konjungtivitis dapat didiagnosa berdasarkan anamnesa
dan pemeriksaan. Meskipun demikian, pada beberapa kasus penambahan tes
diagnostik membantu. Smear untuk sitologi dan pewarnaan khusus (misalnya
pewarnaan gram atau giemsa) direkomendasikan pada kasus dicurigai
konjungtivitis alergi. Pada kasus positif konjugtivitis alergi dapat ditemukan
peningkatan dari IgE, sel plasma, makrofag, limfosit, dan eosinifil (American
Academy of Ophtalmology, 2003).
H. Diagnosis
Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu tergores atau
panas, sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan fotofobia. Sensasi benda asing dan
tergores atau terbakar sering berhubungan dengan edema dan hipertrofi papiler
yang biasanya menyertai hiperemi konjungtiva. Sakit pada iris atau ckrpus siliaris
mengesankan terkenanya kornea (Vaughan, 2007).
![Page 9: BAB 2.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071804/563db7bf550346aa9a8d94c1/html5/thumbnails/9.jpg)
11
Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, berair mata, eksudasi,
pseudoptosis, hipertrofi papiler, kemosis (edem stroma konjungtiva), folikel
(hipertrofi lapis limfoid stroma) (Vaughan, 2007).
I. Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan
kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi.
Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:
a) Glaucoma
b) Katarak
c) Ablasi retina
d) Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit
dari blefaritis seperti ekstropion, trikiasis
e) Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea
f) Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea
adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan parut yang tebal di kornea
yang dapat mengganggu penglihatan, lama-kelamaan orang bisa menjadi
buta
g) komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik
dapat mengganggu penglihatan
J. Diagnosis Banding
![Page 10: BAB 2.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071804/563db7bf550346aa9a8d94c1/html5/thumbnails/10.jpg)
12
Tabel 3.1 Diagnosis Banding Konjungtivitis
Konjungtivitis KeratitisUveitis Anterior
Glaukoma Kongestif
Akut
Visus NormalTergantung
letak infiltrate
Menurun perlahan
Menurun mendadak
Hiperemi Konjungtiva Perikornea Siliar Mix injeksiEpifora - + + -Sekret Banyak - - -
Palpebra Normal Normal Normal Edema
Kornea JernihBercak Infiltrat
Gumpalan sel radang
Edema
COA Cukup CukupSel radang
(+)Dangkal
H. Aquous Normal Normal
Sel radang (+), flare (+), tyndal efek
(+)
Kental
Iris Normal NormalKadang edema
Kripta menghilang
Pupil Normal Normal Miosis Midriasis
Lensa Normal NormalSel radang menempel
Keruh
Diagnosa banding tipe konjungtivitis yang lazim :
Klinik dan Sitologi
Viral Bakteri Alergi
Gatal Minim Minim HebatHiperemia Profuse Sedang SedangEksudasi Minim Mengucur Minim
Adenopati Preaurikular
Lazim Jarang Tidak ada
Pewarnaan kerokan dan
eksudatMonosit Bakteri, PMN Eosinofil
Sakit Tenggorokan
Kadang Kadang Tak pernah
Lakrimasi ++ + +
![Page 11: BAB 2.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071804/563db7bf550346aa9a8d94c1/html5/thumbnails/11.jpg)
13
K. Tatalaksana
1. Non Farmakologi
Kompres dingin dapat mengurangi gejala konjungtivitis. Pasien jangan
menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci
tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap,
handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit.
2. Farmakologi
Umumnya kebanyakan konjungtivitis alergi awalnya diperlakukan seperti
penanganan ringan sampai ada kegagalan terapi dan menyebabkan kenaikan
menjadi tingkat sedang. Penyakit ringan sampai sedang biasanya mempunyai
konjungtiva yang bengkak dengan reaksi konjungtiva papiler yang ringan dengan
sedikit sekret mukoid. Kasus yang lebih berat mempunyai giant papila pada
konjungtiva palpebranya, folikel limbal, dan perisai (steril) ulkus kornea
(Sambursky, 2015).
1) Alergi ringan
Konjungtivitis alergi ringan identik dengan rasa gatal, berair, mata merah
yang timbul musiman dan berespon terhadap tindakan suportif, termasuk air mata
artifisial dan kompres dingin. Air mata artifisial membantu melarutkan beragam
alergen dan mediator peradangan yang mungkin ada pada permukaan okuler.
2) Alergi sedang
Konjungtivitis alergi sedang identik dengan rasa gatal, berair dan mata
merah yang timbul musiman dan berespon terhadap antihistamin topikal dan/atau
mast cell stabilizer. Penggunaan antihistamin oral jangka pendek mungkin juga
dibutuhkan.
Mast cell stabilizer mencegah degranulasi sel mast; contoh yang paling
sering dipakai termasuk sodium kromolin dan Iodoxamide. Antihistamin topikal
mempunyai masa kerja cepat yang meredakan rasa gatal dan kemerahan dan
![Page 12: BAB 2.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071804/563db7bf550346aa9a8d94c1/html5/thumbnails/12.jpg)
14
mempunyai sedikit efek samping; tersedia dalam bentuk kombinasi dengan mast
cell stabilizer. Antihistamin oral, yang mempunyai masa kerja lebih lama, dapat
digunakan bersama, atau lebih baik dari, antihistamin topikal. Vasokonstriktor
tersedia dalam kombinasi dengan topikal antihistamin, yang menyediakan
tambahan pelega jangka pendek terhadap injeksi pembuluh darah, tapi dapat
menyebabkan rebound injeksi dan inflamasi konjungtiva. Topikal NSAID juga
digunakan pada konjungtivitis sedang-berat jika diperlukan tambahan efek anti-
peradangan.
3) Alergi berat
Penyakit alergi berat berkenaan dengan kemunculan gejala menahun dan
dihubungkan dengan peradangan yang lebih hebat dari penyakit sedang.
Konjungtivitis vernal adalah bentuk konjungtivitis alergi yang agresif yang
tampak sebagai shield coneal ulcer. Rujukan spesialis harus dipertimbangkan pada
kasus berat atau penyakit alergi yang resisten, dimana memerlukan tambahan
terapi dengan kortikosteroid topikal, yang dapat digunakan bersama dengan
antihistamin topikal atau oral dan mast cell stabilizer. Topikal NSAID dapat
ditambahkan jika memerlukan efek anti-inflamasi yang lebih lanjut.
Kortikosteroid punya beberapa resiko jangka panjang terhadap mata termasuk
penyembuhan luka yang terlambat, infeksi sekunder, peningkatan tekanan
intraokuler, dan pembentukan katarak. Kortikosteroid yang lebih baru seperti
loteprednol mempunyai efek samping lebih sedikit dari prednisolon. Siklosporin
topikal dapat melegakan dengan efek tambahan steroid dan dapat
dipertimbangkan sebagai lini kedua dari kortikosteroid. Dapat terutama sekali
berguna sebagai terapi lini kedua pada kasus atopi berat atau konjungtivitis vernal.
Tabel 3.2 Obat yang Digunakan pada Konjungtivitis Alergi
Katagori Nama Obat KeteranganAntagonis reseptor H1
Levocabastine, emedastine difumarate
Digunakan pada serangan alergi akut. Dapat digunakan sendiri atau kombinasi dengan stabilizer sel mast dan NSAID
![Page 13: BAB 2.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071804/563db7bf550346aa9a8d94c1/html5/thumbnails/13.jpg)
15
Stabilizer sel mast Cromolyn sodium, lodoxamide, pemirolast, nedocromil sodium
Sangat baik digunakan untuk alergi kronik. Harus digunakan 1-2 minggu untuk menghasilkan efek yang maksimal. Pemirolast dan nedocromil memiliki efek antihistamin. Nedocromil juga dapat mengurangi eosinofil dan neutrofil.
Antihistamin dengan aktivitas stabilizer sel mast
Olopatadine, ketotifen fumarate, azelastine
Obat ini merupakan kombinasi antara selektif antihistamin dan stabilizer sel mast. Ketotifen dan azelastine memiliki efek antiinflamasi.
NSAID topikal Ketorolac Dapat mengurangi gatal tetapi memberikan rasa pedih pada mata
Vasokonstriktor Naphazoline/pheniramine, naphazoline/antazoline
Harus dengan instruksi karena penggunakan kronik dapat menyebabkan rebound fenomena
Steroid topikal Loteprednol, fluorometholone, rimexolone
Dapat digunakan pada kasus serius hingga penyakit dapat dikontrol
Antihistamin oral Fexofenadine, Loratadine, ceterizine
Dapat digunakan ketika terdapat sistemik alergi, efek samping berupa mata kering.