Bab 2,3 FORCEPS Fantomr
-
Upload
riezky-pratama -
Category
Documents
-
view
45 -
download
1
description
Transcript of Bab 2,3 FORCEPS Fantomr
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Ekstraksi Cunam/Forceps
Riwayat cunam/forceps obstetrik teramat panjang, sekitar tahun 1500
SM sudah terdapat tulisan bahasa sansekerta yang mengulas tentang alat ini.
Cunam/forceps obstetrik modern yang digunakan untuk janin hidup
diperkenalkan pertama kali oleh Peter Chemberlen (1600) dan setelah itu
dikenal lebih dari 700 jenis cunam/forceps obstetrik. William Smellie (1745)
memberikan penjelasan tentang rincian aplikasi cunam/forceps yang benar pada
kepala janin dalam panggul. Sir James Simpson (1845) mengembangkan jenis
cunam/forceps obstetrik yang sesuai dengan lengkungan kepala dan lengkungan
panggul. Joseph DeLee (1920) membuat modifikasi dari cunam/forceps
obstetrik yang telah ada dan menyarankan sebuah tindakan yang disebut sebagai
“Prophylactic Forceps Delivery”. Pada praktek obstetrik modern, dimana
sudah dikenal tranfusi darah dan berbagai jenis antibiotika serta semakin
langkanya ahli obstetri yang memiliki keterampilan melakukan ekstraksi
cunam/forceps maka ekstraksi cunam sebagai alternatif persalinan pervaginam
nampaknya semakin jarang digunakan dan digantikan dengan tindakan seksio
sesar. Pada tahun 1980, beberapa penelitian menunjukkan bahwa persalinan
cunam/forceps tengah (“mid forceps delivery”) seringkali menimbulkan adanya
efek samping jangka panjang terhadap anak. Faktor-faktor ini menyebabkan
banyak ahli obstetri yang semakin enggan menggunakan persalinan ekstraksi
cunam/forceps.
2.2. Definisi Ekstraksi Cunamm/Forceps
Ekstraksi cunam/forceps adalah suatu tindakan bantuan persalinan di
mana janin dilahirkan dengan suatu tarikan cunam / forceps yang dipasang pada
kepalanya. Ekstraksi cunam/forceps adalah tindakan obstetrik yang bertujuan
untuk mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian bawah janin
(kepala) dengan alat cunam. Tindakan ini dilakukan karena ibu tidak dapat
mengedan efektif untuk melahirkan janin. Walaupun sebagian besar proses
pengeluaran dihasilkan dari ekstraksi porceps tetapi bukan berarti kekuatan
menjadi tumpuan keberhasilan.
Forceps/cunam adalah alat bantu persalinan, terbuat dari logam, terdiri
dari sepasang (2 buah) sendok yaitu sendok cunam kiri dan sendok cunam
kanan. Cunam/forceps dipakai untuk membantu atau mengganti his, akan
tetapi sekali-kali tidak boleh digunakan untuk memaksa kepala janin melewati
rintangan dalam jalan lahir yang tidak dapat diatasi oleh kekuatan his yang
normal. Jika prinsip pokok ini tidak diindahkan, maka ekstraksi
cunam/forceps mengakibatkan luka pada ibu dan terutama pada anak.
2.3. Bagian-bagian Cunam/Forceps
Gambar 1. Bagian-bagian Cunam/Forceps
1. Sepasang cunam/forceps terdiri dari dua sendok, yaitu: 1. Sendok
kanan/forceps kanan adalah cunam yang dipegang di tangan kanan
penolong dan dipasang di sebelah kanan ibu, 2. Sendok kiri/forceps kiri
adalah cunam yang dipegang di tangan kiri penolong dan dipasang di
sebelah kiri ibu.
2. Sendok cunam/forceps memiliki bagian-bagian sebagai berikut:
1. Daun cunam/forceps: bagian yang dipasang di kepala janin saat
melakukan ekstraksi cunam/forceps. Terdiri dari dua lengkungan
(curve), yaitu lengkung kepala janin (cephalic curve), misalnya forcep
Naegele dan Simpson dan lengkung panggul (cervical curve), misalnya
forcep Kjelland. Daun cunam/forceps dapat memiliki lubang dan ujung.
Batas lubang tersebut dinamakan iga atau kostae.
2. Tangkai cunam/forceps: adalah bagian yang terletak antara daun
cunam/forceps dan kunci cunam/forceps. Terdiri dari 2 macam, yaitu:
1. Tangkai terbuka, 2. Tangkai tertutup.
3. Kunci cunam/forceps: kunci cunam/forceps ada beberapa macam,
antara lain:
1. Kunci Prancis: Tangkai cunam/forceps disilangkan kemudian
diskrup.
2. Kunci Inggris: Kedua tangkai cunam/forceps disilangkan dan
dikunci dengan cara kait-mengait (interlocking), misalnya forceps
Naegele.
3. Kunci Jerman: Bentuk kunci cunam/forceps yang merupakan
kombinasi antara bentuk Prancis dan Inggris, misalnya forceps
Simpson.
4. Kunci Norwegia: Bentuk kunci cunam/forceps yang dapat
diluncurkan (sliding lock), misalnya forceps Kjelland.
Gambar 2. Kunci Cunam/Forceps
(Prancis, Jerman, Norwegia, Inggris)
4. Pemegang cunam/forceps, bagian yang dipegang penolong saat
melakukan ekstraksi.
2.4. Jenis-jenis Cunam/Forceps
1. Tipe Simpson. Bentuk cunam/forceps ini mempunyai tangkai
cunam/forceps yang terbuka sehingga lengkungan kepala lebih mendatar
dan lebih besar. Bentuk cunam/forceps ini baik untuk kepala janin yang
sudah mengalami molase.
2. Tipe Elliot. Bentuk cunam/forceps ini mempunyai tangkai yang tertutup,
sehingga lengkungan kepala lebih bundar dan lebih sempit. Cunam/forceps
ini baik untuk kepala yang bundar dan belum mengalami molase.
3. Tipe khusus. Ada bentuk khusus cunam/forceps, misalnya cunam/forceps
Piper yang dipakai untuk melahirkan kepala janin dengan letak sungsang
dimana leher cunam/forceps mempunyai lengkung perineum dan daun
cunam/forceps mempunyai lengkung kepala, tetapi tidak mempunyai
lengkung panggul.
4. Tipe Naegele. Daun sendok berbentuk lengkung tengkorak dengan jarak
terpanjang 9 cm yang disesuaikan dengan diameter kepala dan mempunyai
lengkung panggul yangs sesuai dengan lengkung paksi panggul.
5. Tipe Kielland. Karena daun sendok tidak mempunyai lengkung panggul,
cunam/forceps Kielland selalu dapat dipasang biparietal terhadap kepala,
tidak tergantung posisi kepala terhadap panggul.
Gambar 3. Jenis-jenis Cunam/Forceps
2.5. Fungsi Cunam/Forceps
1. Traksi, yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan, yang disebabkan
oleh karena satu dan lain hal.
2. Koreksi, yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil di kiri atau
dikanan depan atau sekali-kali UUK melintang kiri dan kanan atau UUK
kiri atau kanan belakang menjadi UUK depan (di bawah simfisis pubis).
3. Kompresor, untuk menambah moulage kepala.
2.6. Pembagian Pemakaian Cunam/Forceps
Ekstraksi cunam/forceps pada presentasi belakang kepala dibedakan
atas penurunan dan posisi kepala di dalam rongga panggul pada saat melakukan
ekstraksi cunam/forceps.
1. High Forceps
Ekstraksi cunam/forceps yang dilakukan pada saat kepala janin belum
masuk pintu atas panggul (floating). Ekstraksi cunam/forceps ini dapat
menimbulkan trauma yang berat untuk ibu maupun janinnya oleh karena itu
saat ini tidak dilakukan lagi. Sectio cesarea lebih direkomendasikan.
2. Mid Forceps
Ekstraksi cunam/forceps yang dilakukan pada saat kepala janin sudah
masuk pintu atas panggul (engaged), namun belum mencapai dasar
panggul. Saat ini tidak dilakukan lagi. Pada ekstraksi cunam/forceps
tengah, fungsi cunam adalah ekstraksi dan rotasi karena harus mengikuti
putaran paksi dalam. Sekarang ekstraksi cunam/forceps sudah jarang
dipakai. Sectio Cesarea ataupun vakum lebih direkomendasikan.
3. Low Forceps / Outlet Forceps
Ekstraksi cunam/forceps yang dilakukan pada saat kepala janin sudah
mencapai pintu bawah panggul dan sutura sagitalis sudah dalam
anteroposterior. Cara ini yang masih sering dipakai hingga saat ini.
Tabel 1. Klasifikasi Persalinan Ekstraksi Cunam/Forceps Berdasarkan
Desensus dan Putar Paksi Dalam
PROSEDUR KRITERIA
Ekstraksi Cunam/Forceps
“OUTLET”
Kulit kepala terlihat pada introitus tanpa
melakukan tindakan memisahkan labia
Tengkorak kepala sudah mencapai dasar panggul
Sutura sagitalis berada pada diameter
anteroposterior; oksiput berada di kanan atau kiri
depan atau di posterior
Kepala janin berada pada perineum
Putar paksi dalam tidak lebih dari 450
Ekstraksi Cunam/Forceps
”LOW”
Bagian terendah kepala berada pada station ≥ +2
dan tidak di dasar panggul
Putar paksi dalam ≤ 450 (oksiput kiri atau kanan
depan menjadi oksiput anterior; oksiput kiri atau
kanan belakang menjadi oksiput posterior)
Putar paksi dalam > 450
Ekstraksi Cunam/Forceps
”mid pelvic”
Stasion diatas + 2cm; tetapi kepala sudah engage
Ekstraksi Cunam/Forceps
“HIGH”
Tidak termasuk dalam kriteria
Sumber: American Academy of Pediatrics dan American College of
Obstetricians and Gynecologists, 2002.
Gambar 4. Pemakaian Cunam/Forceps
2.7. Indikasi Ekstraksi Cunam/Forceps
1. Indikasi Relatif
Ekstraksi cunam/forceps yang bila dikerjakan akan menguntungkan
ibu ataupun janinnya, tetapi bila tidak dikerjakan, tidak akan merugikan,
sebab bila dibiarkan, diharapkan janin akan lahir dalam 15 menit
berikutnya. Pada indikasi relatif, cunam/forceps dilakukan secara elektif
(direncanakan), ada dua:
1. Indikasi menurut De Lee
Ekstraksi cunam/forceps dengan syarat kepala sudah di pintu bawah
panggul, putaran paksi sudah sempurna, m.levator ani sudah teregang,
dan syarat-syarat ekstraksi cunam/forceps lainnya sudah terpenuhi.
2. Indikasi menurut Pinard
Ekstraksi cunam/forceps yang mempunyai syarat sama dengan menurut
De Lee, namun ibu harus sudah mengejan selama 2 jam.
Keuntungan indikasi profilaktik, adalah:
1. Mengurangi keregangan perineum yang berlebihan
2. Mengurangi penekanan kepala pada jalan lahir
3. Kala II diperpendek
4. Mengurangi bahaya kompresi jalan lahir pada kepala
2. Indikasi Absolut
1. Indikasi ibu: pre-eklampsi, eklampsi, atau ibu-ibu dengan penyakit
jantung, paru, partus kasep
2. Indikasi janin: gawat janin
3. Indikasi waktu: kala dua lama
2.8. Kontraindikasi Ekstraksi Cunam/Forceps
1. Dilatasi servik belum lengkap.
2. Jika lingkaran kontraksi patologi bandl sudah setinggi pusat atau lebih.
3. Adanya disproporsi cepalo pelvik.
4. Pasien bekas operasi vesiko vagina fistel.
5. Kepala masih tinggi.
6. Presentasi dan posisi kepala janin tidak dapat ditentukan dengan jelas.
7. Janin sudah lama mati sehingga sudah tidak bulat dan keras lagi sehingga
kepala sulit dipegang oleh cunam/forceps.
8. Anensefalus
9. Kegagalan ekstraksi vakum.
10. Fasilitas pemberian analgesia yang memadai tidak ada.
11. Fasilitas peralatan dan tenaga pendukung yang tidak memadai.
12. Operator tidak kompeten.
13. Pasien menolak tindakan ekstraksi cunam/forceps obstetrik.
2.9. Syarat Ekstraksi Cunam/Forceps
1. Pasien dan keluarga sudah paham dan menyetujui tindakan ini serta
bersedia menandatangani "informed consent"
2. Tidak terdapat cephalo pelvic disproporsion sehingga janin diperkirakan
dapat lahir pervaginam.
3. Kepala sudah engage:
1. Pembentukan caput atau molase berlebihan sering menyulitkan
penilaian derajat desensus kepala janin.
2. Kesalahan dalam menilai derajat desensus akan menyebabkan kesalahan
penafsiran dimana tindakan yang semula dianggap sebagai ekstraksi
cunam/forceps rendah sebenarnya adalah ekstraksi cunam/forceps
tengah.
4. Presentasi belakang kepala, letak muka dengan dagu di depan atau “after
coming head” pada persalinan sungsang pervaginam.
5. Posisi kepala janin dalam jalan lahir dapat diketahui secara pasti oleh
operator.
6. Dilatasi servik sudah lengkap.
7. Selaput ketuban sudah pecah.
8. Kepala janin dapat dicekap dengan baik oleh kedua daun cunam.
2.10. Prosedur Ekstraksi Cunam/Forceps
1. Persiapan Pasien
1. Berikan O2 2-4 l/m.
2. Infus terpasang.
3. Uji fungsi dan perlengkapan peralatan resusitasi kardiopulmoner.
4. Rambut vulva dicukur.
5. Siapkan alas bokong, sarung kaki, dan penutup perut bawah.
6. Posisi litotomi
7. Kandung kemih dikosongkan.
8. Perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan dengan air sabun.
2. Persiapan alat dan bahan:
1. Larutan antiseptik: Povidon iodin 10%
2. Uterotonika: Oksitosin 20 IU, Ergometrin tab 1000 mg
3. Prokain 1% 2 cc
4. Set partus: 1 set
5. Ekstraktor cunam/forceps: 1 set
6. Klem ovum: sebanyak 2 buah
7. Cunam tampon: 1.
8. Tabung 5 ml dan jarum suntik no.23: sebanyak 2 buah.
9. Spekulum Sim’s atau L dan kateter karet: masing-masing 2 dan 1 buah.
10. Gunting episiotomi
11. Hecting set
12. Cunam/forceps
3. Persiapan untuk janin
1. O2 2-4 l/m
2. Kain bersih
3. Alat resusitasi
4. Penghisap lendir dan sudep/penekan lidah: 1.
5. Kain penyeka muka dan badan: masing-masing 2 buah.
6. Meja bersih, kering, dan hangat (untuk tindakan): 1.
7. Inkubator
8. Pemotong dan pengikat tali pusat: 1 set.
9. Semprit 10 ml dan jarum suntik No.23 (sekali pakai): sebanyak 2 buah.
10. Kateter intravena atau jarum kupu-kupu: sebanyak 2 buah.
11. Popok dan selimut: 1.
12. Medikamentosa: Larutan Bikarbonas Natrikus 7,5% atau 8,4% dan
antibiotika
13. Akuabidestilata dan Dekstrose 10%
4. Persiapan Penolong
1. Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker, dan kacamata pelindung:
sebanyak 3 set.
2. Sarung tangan DTT/steril: sebanyak 4 pasang.
3. Alas kaki (sepatu/”boot” karet): sebanyak 3 pasang.
4. Lampu sorot, monoaural stetoskop, tensimeter: masing-masing 1.
5. Prosedur/Langkah Dalam Melakukan Ekstraksi Cunam/Forceps
Cara pemasangan cunam/forceps adalah:
1. Pemasangan sefalik (Cephalic forceps)
Dimana cunam dipasang biparietal, atau sumbu panjang cunam sejajar
dengan diameter mento-occiput kepala janin, sehingga kepala daun
cunam/forceps terpasang secara simetris di kanan kiri kepala.
Pemasangan sefalik adalah cara yang paling aman baik untuk ibu
maupun janin
2. Pemasangan pelvic (Pelvic forceps)
Dimana pemasangannya dalam keadaan sumbu panjang cunam/forceps
sejajar dengan sumbu panjang panggul.
Gambar 5. Pemasangan Cunam/Forceps
(Cephalic Forceps, Pelvic Forceps)
Jadi pemasangan cunam/forceps yang baik adalah bila
cunam/forceps terpasang biparietal kepala dan melintang panggung. Hal ini
hanya terjadi bila kepala janin sudah di pintu bawah panggul dan UUK
berada di depan, di bawah simfisis. Oleh karena itu, pemasangan
cunam/forceps sempurna, jika memenuhi kriteria berikut:
1. Cunam/forceps terpasang biparietal kepala, atau sumbu panjang
cunam/forceps sejajar dengan sumbu diameter mento-oksiput kepala
janin, melintang terhadap panggul.
2. Sutura sagitalis berada di tengah kedua daun cunam/forceps yang
terpasang dan tegak lurus dengan cunam/forceps.
3. Ubun ubun kecil berada kira-kira 1 cm di atas bidang tersebut.
Pengertian sempurna di sini ialah, bila ekstraksi cunam/forceps
dengan kriteria tersebut dikerjakan akan memberi trauma yang paling
minimal untuk ibu maupun janin. Ekstraksi cunam/forceps akan
menimbulkan trauma berat pada janin, bila ekstraksi cunam/forceps
dikerjakan dalam posisi daun cunam/forceps melintang dalam panggul
tetapi miring pada kepala.
Gambar 6. Pemasangan Daun Cunam/Forceps
yang Ideal di Dalam Panggul
Aturan dasar ekstraksi cunam/forceps, antara lain:
1. Memasang cunam/forceps
Cunam/forceps dipasang sedemikian rupa sehingga letak cunam/forceps
sedapat mungkin tegak lurus pada sutura. Sendok cunam/forceps yang
dipasang terlebih dahulu sedapat mungkin sendok kiri, dipegang tangan
kiri, dan dimasukkan ke dalam rongga panggul sebelah kiri. Lengkung
cunam/forceps dipasang sesuai dengan lengkung panggul.
2. Arah ekstraksi
Arah tarikan cunam/forceps sesuai dengan arah paksi panggul, di dalam
praktek, arah tarikan cunam/forceps sesuai dengan arah gagang
cunam/forceps.
1. Sebelum H IV, arah tarikan ke bawah sampai di dasar panggul.
2. Setelah mendatar, arah tarikan mendatar sampai hipomoklion ada di
bawah simfisis.
3. Setelah hipomoklion berada di bawah simfisis, cunam/forceps
digerakkan ke atas dan selanjutnya sesuai dengan mekanisme
persalinan.
4. Cunam/forceps tidak boleh diputar atau dirotasi, baik sebelum
maupun setelah ekstraksi, tetapi cunam/forceps ditarik sambil
mengikuti putaran paksi dalam.
Gambar 7. Aturan Dasar Ekstraksi Cunam/Forceps
Langkah-langkah ekstraksi cunam/forceps, yaitu:
PERSALINAN CUNAM/FORCEPS OUT-LET DENGAN
UUK DI ANTERIOR (oksiput anterior)
1. Operator berdiri didepan pasien dengan memegang cunam/forceps
obstetrik dalam keadaan terkunci dan membayangkan bagaimana
cunam/forceps kelak akan dipasang dalam jalan lahir (“ghosting”).
Gambar 8. Cunam/forceps dalam keadaan terkunci, dipegang
operator yang berdiri di depan vulva sambil membayangkan posisi
cunam/forceps kelak di dalam jalan lahir.
2. Tangkai sendok kiri dipegang tangan kiri seperti memegang pensil
yaitu dengan ujung ibu jari dan jari telunjuk, pegangan pada tangkai
cunam/forceps dalam keadaan tegak lurus di depan vulva.
3. Dua (atau lebih) jari tangan kanan operator dimasukkan pada sisi kiri
belakang vulva di samping kepala anak.
4. Ujung daun sendok kiri dimasukkan vagina antara kepala anak dan sisi
palmar jari-jari tangan kanan operator; dengan dorongan ibu jari tangan
kanan dan tuntunan jari-jari tangan kanan melalui gerakan horizontal,
sendok cunam/forceps ditempatkan di samping kiri kepala anak.
Gambar 9. Pemasangan daun cunam/forceps kiri pada sisi kiri
panggul ibu; Jari telunjuk dan tengah tangan kanan dimasukkan
vagina. Ibu jari diarahkan ke atas. Daun cunam/forceps
diluncurkan sepanjang jari telunjuk tangan kanan dengan
menekan tangkai cunam/forceps.
5. Tangan kanan dikeluarkan dan sendok kiri yang telah terpasang
dipegang oleh asisten.
Gambar 10. Tangan kanan dikeluarkan dan sendok kiri yang telah
terpasang dipegang oleh asisten.
6. Dengan cara yang sama, daun sendok kanan ditempatkan di samping
kanan kepala anak.
Gambar 11. Pemasangan sendok kanan; Sendok kiri yang sudah
terpasang dipegang oleh asisten (atau ditahan dengan kelingking
tangan kiri). Ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah tangan kanan
menuntun pemasangan sendok kanan yang tangkainya dipegang
tangan kanan.
7. Dilakukan reposisi sendok cunam bilamana diperlukan untuk
memudahkan penguncian cunam/forceps.
Gambar 12. Penguncian; Masing-masing tangan memegang
tangkai cunam/forceps. Kedua ibu jari saling berdekatan di atas
gagang cunam; Kunci harus dipasang tanpa paksaan, bila perlu
dapat dilakukan reposisi daun cunam/forceps untuk memudahkan
penguncian.
8. Setelah penguncian, dilakukan pemeriksaan ulangan untuk mengetahui
apakah:
1. Kedua daun cunam sudah dipasang secara benar.
2. Terdapat bagian anak selain kepala atau jalan lahir ibu yang terjepit.
9. Setelah cunam terpasang dan dikunci dengan benar, dilakukan traksi
percobaan.
Gambar 13. Traksi Percobaan; Tangan kiri mencekap cunam
diatas kunci; Telunjuk kanan digunakan untuk mengetahui
apakah kepala anak ikut tertarik saat melakukan traksi
percobaan.
10. Setelah traksi percobaan menunjukkan bahwa pemasangan dan
penguncian cunam sudah dilakukan dengan benar, maka tindakan ini
dilanjutkan dengan traksi definitif.
Gambar 14. Traksi definitif; Tangan kanan ditempatkan di leher
cunam dekap dengan kepala janin. Tangan kiri operator di sebelah
distal tangan kanan.
11. Traksi definitif diawali dengan tarikan horizontal secara intermiten
sampai perineum teregang. Episiotomi dikerjakan saat perineum
teregang.
12. Setelah oksiput meregang vulva, tangkai cunam dielevasi dengan cara
meletakkan empat jari tangan di atas permukaan atas “pegangan
cunam” dan dorongan ibu jari dan sisi belakang permukaan bawah
“pegangan cunam”.
13. Setelah vulva teregang dan dahi teraba pada perineum, lahirnya kepala
anak selanjutnya dapat dilakukan dengan cunam yang masih terpasang
atau cunam yang sudah dibuka (dilepas) dan selanjutnya kepala anak
dilahirkan dengan maneuver Ritgen.
Gambar 15. Melakukan ekstraksi kepala dengan tangan kanan
sambil menahan perineum dengan tangan kiri agar tidak regangan
perineum yang berlebihan.
14. Persalinan tubuh anak lebih lanjut dilakukan seperti pertolongan
persalinan presentasi belakang kepala seperti biasanya.
15. Setelah bayi lahir, dilakukan plasenta manuil sambil melakukan
eksplorasi jalan lahir untuk melihat adanya cedera pada jalan lahir.
PERSALINAN CUNAM/FORCEPS RENDAH DENGAN UUK KIRI
DEPAN (posisi oksipitalis kiri depan)
1. Dengan tangan kanan, operator menentukan posisi telinga kiri janin
yang berada di sebelah kiri posterior.
2. Dengan tuntunan jari-jari kanan dalam vagina, tangan kiri memasang
cunam/forceps kiri setinggi telinga kiri janin.
3. Sendok cunam/forceps kiri yang sudah terpasang ditahan oleh asisten
atau dibiarkan saja dan hendaknya berada pada kedudukannya tanpa
paksaan.
4. Dua jari tangan kiri masuk pada sisi kanan belakang vagina dan sendok
cunam/forceps kanan yang dipegang dengan tangan kanan dimasukkan
vagina dengan tuntunan jari-jari tangan kiri tersebut dan segera digeser
ke depan untuk ditempatkan setinggi telinga depan janin, sehingga
sendok cunam/forceps kanan berada pada posisi yang tepat berhadapan
dengan sendok cunam/forceps kiri yang sudah terpasang sebelumnya.
5. Setelah kedua sendok cunam/forceps dikunci, maka posisi masing-
masing sendok cunam/forceps berada di depan dan di belakang (pada
diameter oblique pelvik).
PERSALINAN CUNAM/FORCEPS RENDAH DENGAN UUK
KANAN DEPAN (posisi oksipitalis kanan depan)
1. Pemasangan sendok cunam/forceps dilakukan dengan cara yang sama,
tetapi dengan arah yang berbeda.
2. Pada keadaan ini, telinga kanan janin adalah telinga posterior dan
sendok cunam/forceps kanan harus dipasang lebih awal .
3. Penguncian hanya dapat dilakukan setelah tangkai sendok cunam kanan
disilangkan dan ditempatkan di atas tangkai sendok kiri.
PERSALINAN CUNAM/FORCEPS RENDAH
DENGAN UUK MELINTANG
1. Jenis cunam/forceps obstetrik yang tepat digunakan adalah
cunam/forceps Tucker Mc Lane atau cunam/forceps Kielland.
2. Pemasangan tidak berbeda, sendok cunam/forceps pertama yang
dipasang adalah sendok cunam/forceps yang akan ditempatkan setinggi
telinga posterior dan sendok cunam/forceps kedua dipasang setinggi
telinga depan (setelah digeser ke depan).
3. Dengan pemasangan di atas, satu sendok cunam/forceps akan berada di
depan sakrum dan satu sendok lagi di belakang simfisis pubis.
PERSALINAN CUNAM RENDAH DENGAN UUK POSTERIOR
(posisio oksipitalis posterior persisten)
Persalinan dengan posisi oksipitalis posterior persisten sering terjadi
pada persalinan dengan anaestesi epidural. Posisi oksipitalis posterior kiri
atau kanan, artinya:
1. Tidak terjadi fleksi kepala yang maksimal.
2. Pada beberapa kasus, tindakan vaginal toucher saat menentukan lokasi
telinga posterior dapat menyebabkan oksiput berputar spontan ke depan
dengan sendirinya.
3. Agar oksiput berada di sebelah depan, maka dapat dilakukan tindakan:
1. Rotasi manual
Bila oksiput berada di sebelah kiri belakang, operator menggunakan
tangan kanannya untuk memutar kepala dan sebaliknya bila oksiput
di sebelah kanan belakang maka operator menggunakan tangan
kirinya untuk memutar kepala. Gerakan pronasi lebih mudah
dikerjakan dibandingkan gerakan supinasi.
Teknik yang dilakukan, ialah:
1. Persiapan persalinan dengan ekstraksi cunam/forceps.
2. Tangan yang sesuai dimasukkan vagina dan mencekap sinsiput,
jari-jari berada pada satu sisi telinga dan ibu jari pada sisi
telinga yang lain.
3. Tangan luar mencari bahu depan anak dan menghelanya ke
depan bersamaan dengan gerakan tangan untuk memutar kepala
dari dalam.
4. Tangan dalam memutar kepala sehingga oksiput berada di
sebelah depan.
5. Pada posisi kepala seperti itu diharapkan dapat terjadi
persalinan spontan atau dengan ekstraksi cunam/forceps
(dengan cunam Kielland).
Rotasi manual dari posisio oksipitalis posterior kiri dengan cara:
1. Tangan kiri operator ditempatkan di atas abdomen dan menarik
bahu kanan ke arah kanan ibu. Secara serentak, tangan kanan
operator memegang kepala janin pada diameter biparietal dan
memutarnya dengan gerak pronasi sejauh 1800
2. Pada akhir tindakan, oksiput janin berada di sebelah anterior.
Gambar 16. Rotasi Manual
Pemutaran dengan cunam/forceps Kielland
1. Bila tak dapat melakukan rotasi manual, maka persalinan
pervaginam dapat diusahakan dengan bantuan ekstraksi cunam.
2. Persalinan dengan cunam dapat dilakukan dengan oksiput tetap
di posterior atau oksiput di anterior.
3. Teknik yang dilakukan, ialah:
1. Dikerjakan traksi horizontal sampai pangkal hidung berada
di bawah simfisis.
2. Dilakukan gerakan elevasi pada “pegangan” cunam secara
perlahan sampai oksiput secara bertahap muncul di depan
perineum.
3. Mengarahkan “pegangan” cunam ke bawah dan lahirlah
pangkal hidung, muka dan dagu di depan vulva.
4. Tindakan ini memerlukan episotomi yang cukup luas.
Gambar 17. Persalinan cunam/forceps rendah pada posisi oksipitalis
posterior persisten; Gambar ”panah” menunjukkan titik saat kepala mengalami
fleksi setelah bregma melewati arcus pubis; Pada saat ini harus dicegah
terjadinya ruptur perinei yang luas dengan episiotomi luas.
PERSALINAN CUNAM/FORCEPS RENDAH
PADA PRESENTASI MUKA
1. Hanya dapat dikerjakan pada kasus presentasi muka mento anterior.
2. Pada awalnya dilakukan traksi cunam/forceps bawah sampai dagu
nampak di bawah simfisis.
3. Kemudian dilakukan traksi elevasi ke atas, setelah dagu nampak di
bawah simfisis maka secara berurutan lahir hidung, mata, dahi dan
oksiput di tepi anterior perineum.
Gambar 18. Traksi Cunam/Forceps Atas Setelah Dagu Lahir
Pemasangan cunam/forceps dikatakan gagal apabila:
1. Cunam/forceps tidak dapat dipasang
2. Cunam/forceps tidak dapat dikunci
3. Tiga kali traksi janin tidak lahir
Penyebab kegagalan ekstraksi cunam/forceps, antara lain:
1. Kesalahan menentukan denominator kepala
2. Adanya lingkaran konstriksi.
3. Adanya disproporsi sefalopelvik yang tidak ditemukan sebelumnya.
Bila sebuah persalinan operatif pervaginam diperkirakan menemui
kesulitan maka tindakan tersebut dinamakan “ekstraksi cunam/forceps
percobaan”. Tindakan “ekstraksi cunam/forceps percobaan” dilakukan
dengan kamar bedah yang telah dipersiapkan untuk sewaktu-waktu dapat
digunakan melakukan tindakan sectio caesar manakala “ekstraksi
cunam/forceps percobaan” tersebut menemui kegagalan. Bila aplikasi daun
cunam/forceps tidak dapat dilakukan dengan baik, maka persalinan dengan
ekstraksi cunam/forceps dianggap gagal dan persalinan harus segera
diakhiri dengan ekstraksi vakum atau sectio caesar. Bila aplikasi dan
cunam/forceps dapat dilakukan, namun pada traksi percobaan tidak diikuti
dengan desensus kepala yang berarti maka persalinan cunam/forceps
dianggap gagal (“failed forceps”) dan persalinan harus diakhiri dengan
sectio caesar atau ekstraksi vakum.
6. Contoh ekstraksi cunam/forceps
Seorang pasien, primigravida, dengan PEB pembukaan lengkap, presentasi
belakang kepala dengan UUK kanan depan, penurunan HIII+.
1. Membayangkan cunam/forceps sebelum dipasang
Setelah persiapan selesai, penolong berdiri di depan vulva, memegang
kedua cunam/forceps dalam keadaan tertutup dan membayangkan
bagaimana cunam/forceps terpasang pada kepala.
Gambar 19. Contoh Penolong Memegang Sendo
Cunam/Forceps Sambil Membayangkan
2. Memasang cunam/forceps
Pada pasien ini UUK janin adalah UUK kanan depan, jadi
cunam/forceps yang dipasang adalah cunam/forceps kiri terlebih dahulu,
yaitu cunam/forceps yang dipegang tangan kiri penolong dan dipasang
di sisi kiri ibu.Cunam/forceps kiri dipegang dengan cara seperti
memegang pensil, dengan tangkai cunam/forceps sejajar dengan paha
kanan ibu, sambil empat jari tangan kanan penolong masuk ke dalam
vagina. Cunam/forceps secara perlahan dipasang dengan bantuan ibu
jari tangan kanan. Jadi bukan tangan kiri yang mendorong
cunam/forceps masuk ke dalam vagina. Setelah cunam/forceps kiri
terpasang, asisten membantu memegang cunam/forceps kiri tersebut
agar tidak berubah posisi. Dan penolong segera memasang
cunam/forceps kanan, yaitu cunam/forceps yang dipegang oleh tangan
kanan penolong dan dipasang di sisi kanan ibu. Cunam/forceps kanan
dipegang seperti memegang pensil, dengan tangkai cunam/forceps
sejajar dengan paha kiri ibu, sambil empat jari tangan kiri penolong
masuk ke dalam vagina. Cunam/forceps dipasang dengan tuntunan ibu
jari tangan kiri penolong. Setelah cunam/forceps terpasang, dilakukan
penguncian.
Gambar 20. Contoh Pemasangan Sendok
Cunam/Forceps Kiri, Kanan
3. Mengunci cunam/forceps
Penguncian dilakukan setelah cunam/forceps terpasang. Bila
penguncian sulit dilakukan, jangan dipaksa, tetapi periksa kembali
apakah pemasangan telah benar dan dicoba pemasangan ulang. Apabila
cunam/forceps kiri yang dipasang duluan, maka penguncian dilakukan
secara langsung, dan bila cunam/forceps kanan yang dipasang duluan,
maka cunam/forceps dikunci secara tidak langsung.
Gambar 21. Contoh Penguncian Cunam/Forceps
4. Memeriksa kembali pemasangan
Setelah cunam/forceps terpasang dan terkunci, dilakukan pemeriksaan
ulang, apakah cunam/forceps telah terpasang dengan benar, dan tidak
ada jalan lahir/jaringan yang terjepit.
5. Traksi percobaan
Setelah yakin tidak ada jaringan yang terjepit, maka dilakukan traksi
percobaan. Penolong memegang pemegang cunam/forceps dengan
kedua tangan , sambil jari telunjuk dan tengah tangan kiri menyentuh
kepala janin, lalu dilakukan tarikan. Apabila jari telunjuk dan tengan
tangan kiri tidak menjauh dari kepala janin, berarti cunam/forceps
terpasang dengan baik, dan dapat segera dilakukan traksi definitif.
Apabila jari telunjuk dan tengah tangan kiri menjauh dari kepala janin,
berarti cunam/forceps tidak terpasang dengan baik, dan harus dilakukan
pemasangan ulang.
Gambar 22. Contoh Traksi Percobaan
6. Traksi definitif
Traksi definitif dilakukan dengan cara memegang kedua pemegang
cunam/forceps dan penolong melakukan traksi. Traksi dilakukan hanya
menggunakan otot lengan. Arah tarikan dilakukan sesuai dengan bentuk
panggul. Pertama dilakukan tarikan cunam/forceps ke bawah, sampai
terlihat occiput sebagai hipomoklion, lalu tangan kiri segera menahan
perineum saat kepala meregang perineum. Kemudian dilakukan traksi
ke atas hanya dengan menggunakan tangan kanan sambil tangan kiri
menahan perineum. Kemudian lahirlah dahir, mata, hidung, mulut bayi.
Gambar 23. Contoh Traksi Definitif
7. Melepaskan cunam/forceps
Setelah kepala bayi lahir, maka cunam/forceps dilepaskan dan janin
dilahirkan seperti persalinan biasa.
Gambar 24. Contoh Melepaskan Cunam/Forceps
2.11. Komplikasi Cunam/Forceps
1. Komplikasi langsung akibat aplikasi cunam/forceps dibagi menjadi:
1. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dapat berupa:
1. Perdarahan. Dapat disebabkan karena atonia uteri, retensio plasenta
serta trauma jalan lahir yang meliputi ruptura uteri, ruptura cervix,
robekan forniks, kolpoforeksis, robekan vagina, hematoma luas,
robekan perineum.
2. Infeksi. Terjadi karena sudah terdapat sebelumnya, aplikasi alat
menimbulkan infeksi, plasenta rest atau membran bersifat asing
yang dapat memudahkan infeksi dan menyebabkan sub involusi
uteri serta saat melakukan pemeriksaan dalam.
2. Komplikasi segera pada bayi, antara lain:
1. Asfiksia. Karena terlalu lama di dasar panggul sehingga terjadi
rangsangan pernapasan menyebabkan aspirasi lendir dan air
ketuban. Dan jepitan langsung cunam/forceps dapat menimbulkan
perdarahan intra kranial, edema intrakranial, kerusakan pusat vital di
medula oblongata atau trauma langsung jaringan otak.
2. Infeksi oleh karena infeksi pada ibu menjalar ke bayi.
3. Trauma langsung cunam/forceps yaitu fraktur tulang kepala
dislokasi sutura tulang kepala; kerusakan pusat vital di medula
oblongata; trauma langsung pada mata, telinga dan hidung; trauma
langsung pada persendian tulang leher; gangguan pleksus brachialis
atau paralisis Erb, kerusakan saraf trigeminus dan fasialis, serta
hematoma pada daerah yang tertekan.
2. Komplikasi kemudian atau terlambat
1. Komplikasi lambat pada ibu, antara lain:
1. Perdarahan yang disebabkan oleh plasenta rest, atonia uteri sekunder
serta jahitan robekan jalan lahir yang terlepas
2. Penyebaran infeksi makin luas
3. Trauma jalan lahir yaitu terjadinya fistula vesiko vaginal, fistula
rekto vaginal dan fistula utero vaginal.
2. Komplikasi lambat pada janin berupa:
1. Trauma ekstraksi cunam/forceps dapat menyebabkan cacat karena
aplikasi cunam/forceps.
2. Infeksi berkembang menjadi sepsis yang dapat menyebabkan
kematian serta ensefalitis sampai meningitis.
3. Trauma langsung pada saraf pusat dapat menimbulkan
gangguan intelektual.
4. Gangguan susunan saraf pusat, gangguan pendengaran dan
keseimbangan
BAB III
KESIMPULAN
Ekstraksi cunam/forceps adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk
mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian bawah janin (kepala)
dengan alat cunam. Prosedur tindakan low forceps lebih sering digunakan
dibandingkan dengan tindakan mid forceps dan high forceps. Operator yang
kompeten diperlukan untuk melakukan tindakan ini. Indikasi prosedur forceps, baik
itu indikasi ibu seperti pre-eklampsia, eklampsia, dan partus kasep ataupun indikasi
janin seperti gawat janin harus diperhatikan. Syarat dan kontraindikasi tindakan
forceps juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi komplikasi seperti pendarahan pada
ibu ataupun trauma pada ibu maupun anak.
DAFTAR PUSTAKA
1. American College Of Obstetrican and Gyncologists: Operative vaginal delivery.
Practice Bulletin no 17, June 2000.
2. Arya LA et al : Risk of new-onset urinary incontinence after forcep and vacuum
delivery in primiparous women. Am J Obstet Gynecol 185,1318, 2001.
3. Bhide A, Guven M, Prefumo F, Vankalayapati P, Thilaganathan B. Maternal and
neonatal outcome after failed ventouse delivery: comparison of forceps versus
cesarean section. J Matern Fetal Neonatal Med. Jul 2007;20(7):541-5. [Medline].
4. Caughey AB, Sandberg PL, Zlatnik MG, et al. Forceps compared with vacuum:
rates of neonatal and maternal morbidity. Obstet Gynecol. Nov
2005;106(5Pt1):908-12. [Medline].
5. Cunningham FG (editorial): Forceps Delivery and Vacuum Extraction in
“William Obstetrics” 22nd ed p 547–563, Mc GrawHill Companies 2005.
6. de Leeuw JW, de Wit C, Kuijken JP, Bruinse HW. Mediolateral episiotomy
reduces the risk for anal sphincter injury during operative vaginal delivery. BJOG.
Jan 2008;115(1):104-8. [Medline].
7. Fitzpatrick M et al: Randomized clinical trial to asses anal sphincter function
following forceps and vacuum assisted vaginal delivery. Br J Obstet Gynecol
110;424, 2003.
8. Gillstrap LC III: Forcep Delivery. In Gillstrap LC III, Cunningham FG, Van
Dorsten JP(eds): Operative Obstetrics 2nd ed. New York, Mc Graw-Hill, 2002.
9. Handa VL et al: Obstetrics anal sphincter lacerations. Obstet Gynecol 98: 225,
2001
10. Johnson JH et al: Immediate maternal and neonatal effects of forceps and vacuum
assisted delivery. Obstet Gynecol 103:513, 2004.