Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

112
SKRIPSI Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Strata Satu (SI) Disusun oleh : Nama : Moh Sentot Samsul NIM : 2010210008 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2015

Transcript of Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

Page 1: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

SKRIPSI

Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi

LTE (Long Term Evolution)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Strata Satu (SI)

Disusun oleh :

Nama : Moh Sentot Samsul

NIM : 2010210008

JURUSAN TEKNIK ELEKTROFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DARMA PERSADAJAKARTA

2015

Page 2: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

i

Lembar Pernyataan

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Moh Sentot Samsul

NIM : 2010210008

Judul Tugas Akhir : Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz

Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

Menyatakan bahwa skripsi ini merupakan tulisan sendiri dari hasil

penelitian dibawah bimbingan Bapak. M Darsono, ST, MT dan bukan merupakan

hasil jiplakan dari hasil karya orang lain.

Dan isi Tugas Akhir ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, September 2015

Penulis

Moh Sentot Samsul

Page 3: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

Dengan Judul :

Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE

(Long Term Evolution)

Disusun oleh :

MOH SENTOT SAMSUL

2010210008

Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat menyelesaikan program

Strata Satu (S1) untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (ST) pada Jurusan

Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Darma Persada

Disahkan Oleh :

Ketua Jurusan Teknik Elektro Pembimbing Tugas Akhir

M. Darsono, ST, MT M. Darsono, ST, MT

NIDN. 0302116701 NIDN. 0302116701

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DARMA PERSADA

JAKARTA

2015

Page 4: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

strata satu (S1) teknik elektro telekomunikasi Universitas Darma Persada.

Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan semua fasilitas serta

pengarahan-pengarahan yang diberikan kepada penulis selama melaksanakan penyusunan

tugas akhir ini, yaitu kepada yang terhormat :

1. Bapak M. Darsono, ST, MT selaku dosen pembimbing tugas akhir dan sebagai Ketua

Jurusan Teknik Elektro

2. Bapak Ir. Agus Sun Sugiarto, MT selaku dosen Teknik Elektro Universitas Darma

Persada.

3. Seluruh dosen dan staff fakultas teknik Universitas Darma Persada yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu.

4. Orang tua penulis, ibunda tercinta yang selalu memberikan dorongan dan motivasi

dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

5. Semua pihak yang telah berjasa dalam memberikan saran dan dukungan yang tidak

dapat disebutkan satu persatu, khususnya teman-teman seangkatan Elektro 2010.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih banyak terdapat

kekeurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk

pengembangan dan perbaikan, sehingga penulis dapat mempersembahkan hasil yang lebih

baik lagi kedepannya.

Akhir kata semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi pembacanya.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jakarta, September 2015

Penulis

Page 5: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

iv

ABSTRAK

Antena mikrostrip merupakan antena yang saat ini popular karena

memiliki keunggulan sehingga kompatibel dan mudah diintegrasikan. Dengan

adanya teknologi LTE, kebutuhan tidak hanya terbatas pada komunikasi suara

saja, akan tetapi juga dilakukan untuk komunikasi wireless.

Pada tugas akhir ini telah dirancang sebuah antena mikrostrip planar

monopol melalui metode simulasi, pada frekuensi 2,3 Ghz untuk aplikasi LTE.

Perancangan antena menggunakan media substrat RT/Durroid 5880 dengan

konstanta dielektrik ( r ) 2.2, loss tangent ( tan ) 0.002, dan ketebalan substrat

(h) sebesar 1,57 mm.

Rancangan antena dibentuk dalam dimensi substrat 80x80 mm2 dengan

struktur satu lapis menggunakan bidang pentanahan sebagian, serta bentuk

konduktor peradiasi bujur sangkar dengan penambahan celah persegi disisi tengah

patch.

Pencatuan menggunakan saluran transmisi mikrostrip dengan impendansi

50 Ω. Penentuan lebar pencatu menggunakan software PCAAD, sementara

pembentukan dan perancangan antena disimulasikan dengan menggunakan

software AWR Microwave Office.

Melalui pendekatan simulasi, antena dengan jenis antena direksional dan

memiliki polarisasi linier telah disimulasikan dan mendapatkan nilai parameter-

parameter dalam pembuatan antena mikrostrip. Yaitu meliputi return loss, VSWR

dan impedansi masukan.

Hasil simulasi yang dilakukan, diperoleh untuk kerja antena pada return

loss dibawah -10 dB yaitu 26,69 dB dengan jangkuan frekuensi 2.099-2.599 Ghz

membentuk wideband, memiliki lebar bandwidth keseluruhan 500 Mhz yang

tersimulasikan pada VSWR minimum 1.097 pada resonansi 2.3 Ghz dengan

impedansi masukan Zin = 46.31 Ω.

Kata kunci : Mikrostrip, Bujur Sangkar, Direksional, Monopol, Celah Persegi,

LTE (Long Term Evolution).

Page 6: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

v

Daftar isi

Lembar Pernyataan ................................................................................... i

Lembar Pengesahan .................................................................................. ii

Kata Pengantar .......................................................................................... iii

Abstrak ...................................................................................................... iv

Daftar Isi .................................................................................................... v

Daftar Gambar ........................................................................................... ix

Daftar Tabel ............................................................................................... xi

Daftar Simbol dan Singkatan .................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1

1.2. Tujuan Penelitian ................................................................. 3

1.3. Rumusan Masalah ............................................................... 3

1.4. Batasan Masalah .................................................................. 3

1.5. Metodelogi Penelitian ......................................................... 3

1.6. Sistematika Penulisan .......................................................... 4

BAB II TEORI DASAR ANTENA MICROSTRIP ................................ 6

2.1. Antena Microstrip .................................................................. 6

2.2. Elemen Peradiasi Antena ........................................................ 8

2.2.1. Microstrip Patch Antena .......................................... 9

2.2.1.1. Patch persegi panjang ............................... 9

2.2.2. Microstrip Dipole Antena ........................................ 11

2.2.3. Printed Slot Antena .................................................. 11

2.2.4. Microstrip Travelling Antena ................................... 12

2.3. Teknik Pencatuan Saluran Transmisi Microstrip .................... 14

Page 7: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

vi

2.3.1. Microstrip Feed Line ................................................ 14

2.3.2. Coaxial Feed ............................................................ 15

2.3.3. Aperture Coupled Feed ............................................ 16

2.3.4. Proximity Coupled Feed ........................................... 17

2.3.5. Coplanar Feed Line .................................................. 18

2.4. Metoda Analisa ....................................................................... 19

2.4.1. Transmission Line Model ........................................ 19

2.4.2. Cavity Model ........................................................... 20

2.5. Parameter Antena Microstrip ................................................. 21

2.5.1. Return Loss ............................................................. 22

2.5.2. VSWR ..................................................................... 22

2.5.3. Bandwidth ............................................................... 23

2.5.4. Input Impedance ...................................................... 24

2.5.5. Pola Radiasi ............................................................. 24

2.5.5.1. Pola Radiasi Antena Unidirectional ......... 25

2.5.5.2. Pola Radiasi Antena Omnidirectional ....... 26

2.5.6. Polarisasi .................................................................. 26

2.5.7. Gain .......................................................................... 28

2.5.8. Beamwidth ................................................................ 29

2.5.9. Directivity ................................................................. 30

2.5.10. Impedance Karakteristik Saluran Microstrip .......... 30

2.6. Modifikasi Antena Microstrip .................................................. 31

2.6.1. Antena Microstrip Broadband Multiband ................. 31

2.6.2. Antena Microstrip Ultrawideband ............................ 35

2.7. Perkembangan Teknologi LTE ................................................ 36

Page 8: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

vii

2.7.1. OFDM ...................................................................... 41

2.7.2. MIMO ...................................................................... 42

2.7.3. Teknologi EPC ......................................................... 43

2.7.4. Perbandingan Karakteristik LTE dan UMTS/HSPA 45

2.7.5. Layanan-layanan LTE ............................................. 46

2.7.6. LTE Link Budget .................................................... 47

2.7.7. Perangkat Pengirim LTE ......................................... 49

2.7.8. Media Propagasi ...................................................... 50

2.7.9. Path Loss Model ...................................................... 50

2.7.10. Faktor Geografis .................................................... 51

2.8. Solusi NSN Untuk Jaringan LTE ............................................ 52

2.9. Produk NSN Untuk Perangkat BTS LTE ................................ 52

2.9.1. Sektor RF Module ..................................................... 53

2.9.2. Flexi Multimedia System Module ............................ 53

2.9.3. Flexi Multiradio BTS with MIMO ........................... 53

2.10. Skenario Migrasi BTS NSN Flexi WCDMA ke LTE ........... 55

2.11. Dasar Acuan Perancangan Antena ......................................... 56

BAB III PERANCANGAN ANTENA MICROSTRIP ............................. 59

3.1. Dasar Perancangan Antena ...................................................... 59

3.2. Media Perancangan Antena ..................................................... 60

3.2.1. Software dan Hardware Perancangan Antena ........... 60

3.3. Perancangan Antena Microstrip .............................................. 62

3.4. Rancangan Dasar Antena ......................................................... 64

3.4.1. Menentukan Lebar Saluran Pencatu .......................... 64

3.4.2. Menentukan Dimensi Patch ....................................... 65

Page 9: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

viii

3.4.3. Konfigurasi pada Software Simulasi AWR 2002 ..... 68

3.5. Konfigurasi Rancangan Antena ............................................... 74

3.5.1. Pemodelan Patch Pada Antena Persegi .................... 74

3.5.1.1 Perancangan Antena Persegi Tanpa Modifikasi ...... 75

3.5.1.2 Perancangan Antena Persegi dengan Slot ........... ... 76

3.5.1.3 Pembatasan pada Bidang Ground Plane ................. 79

BAB IV ANALISA PARAMETER ANTENA ......................................... 81

4.1. Konfigurasi Antena Hasil Rancangan ..................................... 81

4.2. Parameter Antena Hasil Rancangan ....... ............................... 84

4.2.1 Parameter Hasil Simulasi ........................................ 84

4.2.1.1 Bandwidth ................................................ 84

4.2.1.2 VSWR ....................................................... 86

4.2.1.3 Impedansi Masukan .................................. 86

4.2.1.4 Polarisasi ................................................... 88

4.2.1.5 Pola Radiasi .............................................. 89

4.3. Spesifikasi Antena Hasil Rancangan ..................................... 90

BAB V KESIMPULAN ............................................................................ 91

Daftar Pustaka ............................................................................................ 92

Page 10: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

ix

Daftar Gambar

Gambar 2.1. Struktur Antena Microstrip .................................................. 7

Gambar 2.2. Jenis - jenis Antena Microstrip ............................................ 9

Gambar 2.3. Struktur dan patch antena mikrostrip ................................... 11

Gambar 2.4. Patch bujur sangkar ............................................................. 12

Gambar 2.5. Bentuk dasar antena slot ....................................................... 13

Gambar 2.6. Contoh bentuk Microstrip Traveling-Wave Antena ............. 14

Gambar 2.7. Skema pencatuan microstrip line ......................................... 16

Gambar 2.8. Skema pencatuan probe coaxial ........................................... 17

Gambar 2.9. Skema pencatuan aperture couple ........................................ 18

Gambar 2.10. Skema pencatuan proximity couple ................................... 19

Gambar 2.11. Skema Pencatuan Coplanar Feedline ................................ 20

Gambar 2.12. Saluran transmisi ................................................................ 20

Gambar 2.13. Distribusi muatan dan arus ................................................. 22

Gambar 2.14. Rentang frekuensi bandwidth ............................................. 24

Gambar 2.15. Bentuk Pola Radiasi Antena Unidirectional ....................... 26

Gambar 2.16. Bentuk Pola Radiasi Antena Omnidirectional .................... 27

Gambar 2.17. Polarisasi ellips dengan sudut τ yang dibentuk Ex dan Ey ... 28

Gambar 2.18. Beamwidth antena ............................................................... 30

Gambar 2.19. Macam-macam bentuk celah untuk rancangan kompak ..... 33

Gambar 2.20. Evolusi Perubahan Teknologi Telekomunikasi .................... 36

Gambar 2.21. Orthogonal Frequency Division Multiple Access (OFDMA) 41

Gambar 2.22. Evolved packet core dalam arsitektur jaringan LTE ........... 44

Gambar 2.23. Ilustrasi Link Budget LTE .................................................... 48

Gambar 2.24. Wilayah Geografis LTE Jakarta ........................................ 51

Gambar 2.25. Solusi NSN Untuk Setiap Jalur Migrasi LTE ..................... 52

Gambar 2.26. 3-Sector RF module ............................................................ 53

Gambar 2.27. Flexi Multimode System Module ........................................ 53

Gambar 2.28. Flexi Multiradio BTS Dengan MIMO ................................ 54

Gambar 2.29. Skenario Migrasi BTS NSN Flexi WCDMA ke LTE ......... 55

Page 11: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

x

Gambar 2.30 Antena LTE 6 Slits ............................................................. 56

Gambar 2.31 Antena Mikrostrip Array Persegi Empat ............................ 57

Gambar 2.32 Antena Mikrostrip Patch Bowtie ........................................ 58

Gambar 3.1. Diagram Alir Perancangan Antena ...................................... 63

Gambar 3.2 Tampilan software PCAAD lebar saluran antena ................. 64

Gambar 3.3 Ukuran Lebar Saluran Pencatu Antena ................................ 65

Gambar 3.4 Ukuran Sisi Patch Persegi .................................................... 68

Gambar 3.5 Tahap awal simulasi pada Software Microwave Office 2002 69

Gambar 3.6 Konfigurasi Ukuran Dimensi Substrate Antena ................... 69

Gambar 3.7 Konfigurasi Layer Dielektrik Antena ................................... 70

Gambar 3.8 Konfigurasi Boundaries Setting pada Antena ....................... 70

Gambar 3.9 Penggunaan Port pada Saluran Pencatu ................................. 71

Gambar 3.10 Pilihan Opsi pada AWR MWO Program Simulasi Antena ... 72

Gambar 3.11 Pilihan perancangan parameter pada Microwave Office ...... 73

Gambar 3.12 Pengaturan Jangkauan Frekuensi pada Perancangan Antena 74

Gambar 3.13 Rancangan antena patch persegi tanpa modifikasi ............. 75

Gambar 3.14 Hasil return loss patch persegi tanpa modifikasi ................. 76

Gambar 3.15 Konfigurasi antena hasil rancangan tampak bawah ............ 77

Gambar 3.16 Konfigurasi awal pemberian celah persegi pada radiator .... 77

Gambar 3.17 Pengurangan dimensi pada slot persegi ............................... 78

Gambar 3.18 Hasil return loss terhadap perubahan pengurangan dimensi 79

Gambar 3.19 Konfigurasi Penambahan Ground Plane ............................. 80

Gambar 3.20 Hasil return loss terhadap penambahan ground plane ......... 80

Gambar 4.1. Konfigurasi antena hasil rancangan tampak atas ................... 81

Gambar 4.2. Konfigurasi antena hasil rancangan tampak bawah ............... 82

Gambar 4.3. Konfigurasi antena hasil rancangan tampak samping ............ 83

Gambar 4.4. Parameter return loss terhadap frekuensi hasil simulasi ....... 84

Gambar 4.5. Parameter VSWR terhadap frekuensi hasil simulasi .............. 86

Gambar 4.6. Grafik Smith Chart impedansi input ...................................... 87

Gambar 4.7 Polarisasi pada power directivity antena dari hasil simulasi ... 88

Page 12: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

xi

Gambar 4.8 Radiation pattern pada antena dari hasil simulasi .................. 90

Page 13: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

xi

Daftar Tabel

Tabel 2.1. Evolusi Teknologi Telekomunikasi Selular

Tabel 2.2. Klasifikasi layanan mobile pada LTE

Tabel 2.3 Tabel Skenario Propagasi

Tabel 3.1 Spesifikasi media substrate antena mikrostrip

Tabel 4.1 Dimensi ukuran antena hasil perancangan tampak atas

Tabel 4.2 Dimensi ukuran antena hasil perancangan tampak bawah

Page 14: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

xii

Daftar Simbol dan Singkatan

3GPP The 3rd Generation Partnership Project

αc Rugi konduktor

αd Rugi dielektrikal

β Beamwidth dari pola radiasi antena

εr Dielektrik konstan

εreff Dielektrik konstan aktif

|E| Resultan magnitude medan listik

λ0 Panjang gelombang di udara saat osilasi

λg Panjang gelombang guide pada saluran

ΓL Koefisien refleksi

η Impedansi intrinsik ruang bebas (377 Ω )

AR Axial Ratio

c Kecepatan cahaya (3xl 08 m / s)

CDMA Code Division Multiple Access

CSFB Circuit Switched Fallback

B Beamwidth

BTS Base Transceiver Station

BW Bandwidth

Eɵ Komponen medan listrik ɵ

Eϕ Komponen medan listrik ϕ

EDGE Enhance Data Rates for GSM Evolution

ƒ0 Frekuensi osilasi

ƒc Frekuensi tengah

ƒH Frekuensi atas untuk penentuan bandwidth

ƒL Frekuensi bawah untuk penentuan bandwidth

FBW Fractional Bandwidth

FCC Federal Communication Commision

FDTD Finite Different Time Domain

FEM Finite Element Methode

Page 15: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

xiii

FNBW First Null Bandwidth

G Gain (Penguatan)

GHz Giga Hertz

GPRS General Packet Radio System

h Ketebalan Substrat

HPBW Half Power Beamwidth

I0 Intensitas Radiasi maksimum antena

I Intensitas Radiasi maksimum dari antena referensi

L Panjang patch

Leƒƒ Panjang sisi efektif

LHCP Left Handed Circular Polarization

LTE Long Term Evolution

MHz Mega Hertz

MIMO Multiple Input Multiple Output

MoM Methode of Moment

MTA Microstrip Traveling Wave Antena

MWO Microwave Office

NSN Nokia Siemens Network

PCAAD Personal Computer Aided Antenna Design

PCB Printed Circuit Board

Rin Komponen impedansi real

RFID Radio Frequency Identification

RHCP Right Handed Circular Polarization

RL Return Loss

RNC Radio Network Controller

SVLTE Simultaneous Voice and LTE

t Ketebalan patch

tan δ Dielektrik loss tangent

TDMA Time Division Multiple Access

TE Transverse Magnetic

OFDM Orthogonal Frequency Division Mutiplexing

Page 16: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

xiv

UWB Ultrawideband

V0- Tegangan yang dipantulkan (Volt)

V0+ Tegangan yang dikirimkan (Volt)

VSWR Voltage Standing Wave Ratio

VoLTE Voice over LTE

W Lebar patch

w Lebar saluran transmisiW/h width to height, rasio lebar patch terhadap ketebalan substrat

WiMax Worldwide Interoperability for Microwave Access

WLAN Wireless Local Area Network

WPAN Wireless Personal Area Network

Xin Komponen impedansi imajiner

Z0 Impedansi saluran

Zin Impedansi masukan

Zt Impedansi beban atau load

Page 17: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Telekomunikasi data mobile saat ini sangat diminati oleh masyarakat

karena mereka dapat dengan mudah mengakses data dimana saja dan kapan saja.

Untuk mengimbangi kebutuhan akan akses data yang capat dan berkualitas bagus

maka diperlukan teknologi baru yang lebih handal agar efisiensi penggunaan

frekuensi dapat dipertahankan.

Salah satu elemen penting dari sistem wireless pada perangkat komunikasi

adalah antena. Yang berfungsi sebagai penguat daya pada perangkat penyesuaian

antara sistem pemancar dan penerima. Pada sistem pemancar, antena digunakan

untuk meradiasikan gelombang radio ke udara, dan sebaliknya untuk menangkap

radiasi gelombang radio dari udara antena diterapkan pada sistem penerima.

Teknologi generasi ke-4 (4G) yang menawarkan efisiensi dan akses data

berkecepatan tinggi adalah teknologi Long Term Evolution (LTE). Long Term

Evolution (LTE) merupakan salah satu teknologi jaringan telekomunikasi generasi

keempat (4G).

Pemerintah belum akan mengeluarkan kebijakan penggelaran teknologi

LTE apabila operator telekomunikasi atau operator seluler di Indonesia belum

siap untuk menerapkannya.

Bagi industri Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kesiapan

operator seluler memberikan pengaruh produk TIK yang akan dihasilkan. Industri

TIK akan berusaha membuat produk yang menunjang teknologi LTE apabila

operator seluler sudah siap menerapkan teknologi tersebut dan pemerintah sudah

mengeluarkan kebijakan penggelaran LTE.

Penggelaran LTE sangat diinginkan masyarakat karena teknologi LTE

memberikan kualitas pengiriman data yang handal dan cepat melebihi kualitas

yang ditawarkan teknologi 3G (WCDMA dan CDMA- 2000). Dengan demikian

Page 18: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

2

semakin banyak peluang bagi masyarakat untuk mengakses data sehingga

kebutuhan informasi dapat terpenuhi.

Dari sisi teknologi, LTE hadir dengan teknologi terkini, baik dari sisi

transmisi, antena maupun jaringan inti berbasis IP. Untuk transmisi, LTE

menggunakan teknologi OFDMA (Orthogonal Frequency Division Multiple

Access) untuk downlink.

Sedangkan untuk uplink, LTE menggunakan SC-FDMA (Single Carrier

Frequency Division Multiple Access), teknologi yang dipercaya lebih efisien

dalam hal penggunaan energi. Sementara untuk antena, LTE menggunakan

konsep MIMO (Multiple Input Multiple Output) yang memungkinkan antena

untuk melewatkan data berukuran besar setelah sebelumnya dipecah dan dikirim

secara terpisah.

Dengan LTE, memungkinkan para user maupun subscribers menikmati

beragam media (multimedia), seperti musik, internet, film, sampai game dalam

satu peralatan yang saling terhubung menjadi satu. Tapi, seperti halnya WiMAX,

LTE juga masih menunggu regulasi yang jelas. Terutama dalam hal penggunaan

frekuensi.

Meskipun, 3GPP menjanjikan bahwa LTE bisa dioperasikan dihampir

seluruh frekuensi yang distandarisasi 3GPP, mulai dari 2.5/2.6 GHz, 2.3 GHz, 2.1

GHz, 1900 MHz, 1800 MHz, 1700/2100 MHz, 1500 MHz, 900 MHz, 850 MHz,

700 MHz, hingga 450 MHz.

LTE dirancang untuk mendukung carrier bandwidth yang fleksibel dari

1.4 MHz up to 20 MHz, dibanyak band spectrum dan untuk penyebaran FDD

(frequency division duplexing) dan TDD (time division duplexing).

Page 19: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

3

1.2. Tujuan

Tujuan dalam pembuatan penelitian tugas akhir ini adalah untuk membuat

perancangan sebuah antena mikrostrip, yang dapat bekerja pada frekuensi

wideband sebagai antena penerima dan mampu mendukung sistem komunikasi

4G LTE pada frekuensi 2,3 Ghz.

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam tugas akhir ini adalah :

1. Merancang sebuah antena mikrostrip yang sesuai pada frekuensi untuk

aplikasi LTE.

2. Membuat rancangan antena mikrostrip berbentuk persegi.

3. Sifat material substrat PCB menggunakan Duroid

4. Penentuan rancangan antena dilakukan melalui metode simulasi.

5. Nilai-nilai parameter antena yang menjadi target sebuah rancangan.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam laporan tugas akhir ini adalah :

1. Tidak membahas arsitektur LTE secara menyeluruh, hanya fokus pada

perancangan AMP Persegi untuk frekuensi resonansi 2,3 Ghz pada LTE

dengan metode simulasi.

2. Model rancangan antena dibentuk dengan media substrat RT Duroid 5880,

memiliki spesifikasi ketebalan atau thickness (h) 1,57 mm, konstanta

dielektrik ( r ) 2,2, loss tangent ( tan ) 0,002, ukuran substrat 80x80 mm

dan saluran transmisi mikrostrip dengan impendansi 50 Ω

3. Karakteristik VSWR (Voltage Standing Wave Ratio) ≤ 2, return loss -10

dB, pada frekuensi 2,3 Ghz untuk aplikasi LTE.

1.5 Metodologi Penelitian

a. Study Literatur

Pencarian dan pengumpulan literatur serta kajian yang berkaitan dengan

masalah-masalah yang ada laporan tugas akhir ini, dilakukan untuk

Page 20: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

4

mempelajari teori umum yang diperlukan melalui buku-buku referensi,

internet, artikel, jurnal dan web yang berkaitan dengan antena mikrostrip

dan teknologi LTE.

b. Perancangan Pemodelan Simulasi

Melakukan proses perancangan antena mikrostrip melalui alat bantu

software untuk menghasilkan pemodelan antena mikrostrip.

c. Perangkat Lunak Simulasi

Pengukuran antena mikrostrip dengan nilai parameter dengan

menggunakan software AWR Microwave 2002 dan PCCAD 5.

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan tugas akhir ini secara sistematis dibagi dalam beberapa bab yang

dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, batasan

masalah, tujuan, metodelogi penulisan dan sistematika

penulisan.

BAB II : Teori Dasar Antena Mikrostrip & Teknologi LTE

Bab ini berisi tentang uraian teori dasar antena mikrostrip

dan parameter-parameter umum dan infrastruktur teknologi

LTE.

BAB III : Perancangan Antena Mikrostrip Untuk Aplikasi LTE

2,3 Ghz

Bab ini membahas tentang perancangan antena mikrostrip

meliputi disain, pembuatan, dan pemodelan dengan

Simulator AWR Microwave Office 2002 untuk masing-

masing rancangan.

BAB IV : Hasil Analisis Pengukuran Model Antena Mikrostrip

Untuk Aplikasi LTE 2,3 Ghz

Bab ini akan membahas mengenai hasil analisis pemodelan

Page 21: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

5

antena mikrostrip dan membandingkan dengan parameter-

parameter pabrikan.

BAB V : Kesimpulan

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil

pembahasan tugas akhir ini.

Page 22: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

6

BAB II

TEORI DASAR ANTENA MIKROSTRIP

2.1. Antena Mikrostrip

Antena mikrostrip adalah suatu konduktor metal yang menempel diatas

groundplane yang diantaranya terdapat bahan dielektrik seperti yang terlihat pada

Gambar.2.1. Antena mikrostrip merupakan antena yang memiliki masa ringan,

mudah difabrikasi, dengan sifatnya yang konformal sehingga dapat ditempatkan

pada hampir semua jenis permukaan dan ukurannya kecil jika dibandingkan

dengan antena jenis lain.

Karena sifat yang dimilikinya, antena mikrostrip sangat sesuai dengan

kebutuhan saat ini sehingga dapat diintegrasikan dengan peralatan telekomunikasi

lain yang berukuran kecil, akan tetapi antena mikrostrip juga memiliki beberapa

kekurangan yaitu: bandwidth yang sempit, gain dan directivity yang kecil, serta

efisiensi yang rendah. [7]

Gambar 2.1. Struktur Antena Microstrip [1]

Antena mikrostrip terdiri dari tiga lapisan. Lapisan tersebut adalah

conducting patch, substrat dielektrik , dan groundplane. Masing-masing dari

bagian ini memiliki fungsi yang berbeda.

Page 23: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

7

a. Conducting patch,

Patch ini berfungsi untuk meradiasikan gelombang elektromagnetik ke

udara, terletak paling atas dari keseluruhan sistem antena. Patch terbuat

dari bahan konduktor, misal tembaga. Bentuk patch bisa bermacam-

macam, lingkaran, rectangular, segitiga, ataupun bentuk circular ring.

Bentuk patch tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2.

b. Substrat dielektrik.

Substrat dielektrik berfungsi sebagi media penyalur GEM dari catuan.

Karakteristik substrat sangat berpengaruh pada besar parameter-parameter

antena. Pada antena mikrostrip, semakin tinggi besar permitivitas relatif,

ukuran conducting patch akan semakin kecil dan sebagai akibatnya

memperkecil daerah radiasi. Pengaruh ketebalan substrat dielektrik

terhadap parameter antena adalah pada bandwidth. Penambahan ketebalan

substrat akan memperbesar bandwidth. tetapi berpengaruh terhadap

timbulnya gelombang permukaan (surface wave).

c. Ground plane.

Ground plane antena mikrostrip bisa terbuat dari bahan konduktor, yang

berfungsi sebagai reflector dari gelombang elektromagnetik.

Bentuk konduktor bisa bermacam-macam tetapi yang pada umumnya

digunakan adalah berbentuk persegi empat dan lingkaran karena bisa lebih

mudah dianalisis. Adapun jenis-jenis antena mikrostrip terlihat pada

Gambar 2.2.

Page 24: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

8

Antena mikrostrip adalah salah satu jenis antena wireless yang paling

populer digunakan saat ini. Ada beberapa alasan kenapa antena mikrostrip sangat

terkenal[3]:

1) Sangat mudah difabrikasi,

2) Selaras dengan permukaan nonplanar,

3) Sangat murah karena hanya dengan menggunakan papan cetak sirkuit,

4) Fleksibel sehingga menghasilkan berbagai macam pola dan polarisasi yang

berbeda,

5) Strukturnya sangat kuat.

Gambar 2.2. Jenis - jenis Antena Microstrip [1]

2.2 Elemen Peradiasi Antena

Peradiasi atau patch radiator merupakan komponen utama dari

suatu antena mikostrip, dimana pola propagasi gelombang

elektromagnetik akan dipancarkan pada ruang bebas atau udara. Ada

beberapa model patch antena yang dapat digunakan pada ruang bebas.

Secara keseluruhan dari beberapa bentuk elemen radiator antena

mikrostrip dapat dikategorikan menjadi empat bagian, yaitu mikrostrip

Page 25: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

9

patch antena, mikrostrip dipole, printed slot antena, dan mikrostrip

traveling-wave antena [4].

2.2.1 Microstrip Patch Antena

Sebuah patch antena mikrostrip terdiri dari sebuah patch dengan

bentuk geometri planar pada satu sisi substrat dielektrik, serta

bagian pentanahan (grounding) pada sisi yang lain. Terdapat banyak

pola patch untuk antena mikrostrip, namun pada dasarnya bentuk

konfigurasi patch yang dapat digunakan di dalam merancang suatu antena

mikrostrip seperti bujur sangkar, persegi empat, ring dan el1ips.

2.2.1.1 Patch Persegi Panjang

Perancangan sebuah patch peradiasi dari sebuah antena mikrostrip dibuat

pada sisi permukaan lapisan atas dari dielektrik substrate. Salah satu bentuk

umum dari patch peradiasi adalah persegi panjang, disamping bentuk lingkaran

(circular) dan segi tiga (triangular).

Gambar 2.3 memperlihatkan struktur sebuah patch dari antena mikrostrip

pada lapisan permukaan dielektrik substrate dengan ketebalan (h), dimana patch

persegi panjang dengan dimensi ukuran panjang (L) dan lebar (W) dengan

ketebalan (t) konduktor patch. Pada sisi lapisan bawah konduktor dijadikan

sebagai bidang ground.

Bentuk struktur dari patch persegi panjang terhadap frekuensi resonansi

(fr) dipengaruhi oleh mode dominan propagasi gelombang tranverse magnetic

(TM) mn, dimana m dan n mode orde. Sehingga dimensi patch persegi panjang

diperoleh melalui persamaan:

Page 26: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

10

Gambar 2.3. Struktur dan patch antena mikrostrip

2/122

2

W

n

L

mcf

r

r

......................................... (1)

Dimana rf adalah frekuensi resonansi dalam Hertz, r adalah konstanta

dielektrik efektif dan c adalah kecepatan cahaya (3 x 108 m/s). Untuk mode

dominan TM10 , maka panjang sisi (L) patch persegi panjang diperoleh melalui

persamaan:

rrf

cL

210 .................................................................... (2)

Untuk sisi panjang efektif patch bujur sangkar dengan pertimbangan

terhadap efek fringing pada sisi tepi peradiasi diperluas dengan menambahkan ΔL

seperti yang terlihat pada gambar 4. Besarnya ΔL dapat diperhitungkan dengan

persamaan:

8,0258,0

264,03,0412,0

h

wh

w

hL

eff

eff

............................. (3)

Dimana

21121

2

1

2

1

W

hrreff

..................................... (4)

Page 27: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

11

Gambar 2.4. Efek fringing patch radiator

Sehingga panjang efektif untuk sisi patch bujur sangkar diperoleh melalui

persamaan:

LLLeff 2 .................................................................. (5)

Gambar 2.5. Patch bujur sangkar

2.2.2 Microstrip Dipole Antena

Microstrip dipole memiliki geometris yang berbeda dari patch antena

persegi panjang pada ukuran dimensinya. Lebar antena dipol biasanya kurang dari

0.05 λ0. Antena tipe ini sangat cocok untuk frekuensi yang lebih tinggi dengan

substrat elektrik yang tebal sehingga dapat mencapai bandwidth besar, penentuan

pemilihan mekanisme pencatuan juga bagian yang sangat penting sebagai bagian

analisis.

2.2.3 Printed Slot Antena

Antena ini merupakan bentuk modifikasi dari geometri dasar microstrip

patch antena, secara teoritis, sebagian besar bentuk microstrip patch dapat

Page 28: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

12

direalisasikan dalam bentuk slot. Seperti halnya patch antena mikrostrip, antena

slot dapat diberikan pencatuan baik oleh saluran microstrip atau coplanar

waveguide. Beberapa bentuk dasar antena slot dapat dilihat seperti pada gambar

2.5 dibawah berikut ini.

Gambar 2.6. Bentuk dasar antena slot

2.2.4 Microstrip Travelling Wave Antenna

Sebuah antena microstrip travelling-wave (MTA) dapat terdiri dari bentuk

susunan patch konduktor atau garis microstrip yang cukup panjang untuk

mendukung mode tranverse electric TE. Ujung lain dari antena traveling-wave

diakhiri dalam beban resistif, teknik ini digunakan untuk menghindari gelombang

berdiri pada antena. MTA dapat dibentuk sedemikian rupa dengan bentuk susunan

patch di segala arah, contoh bentuk antena ini seperti terlihat dalam gambar 2.6.

Page 29: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

13

Gambar 2.7. Contoh Bentuk Microstrip Traveling-Wave Antena

Page 30: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

14

2.3 Teknik Pencatuan Saluran Transmisi Mikrostrip

Teknik pencatuan digunakan untuk menghasilkan radiasi baik dengan

kontak langsung maupun tidak langsung[7] adalah salah satu metode yang paling

mudah untuk dibuat karena hanya menghubungkan strip konduktor kepada patch

dan oleh karena itu dapat dianggap sebagai patch tambahan[12].

Hal ini mudah dimodelkan dan mudah di-matching dengan mengontrol

posisi inset. Bagaimana kerugian metode ini adalah dengan bertambahnya

ketebalan substrat, gelombang permukaan dan radiasi catuan spurious juga

bertambah yang mengakibatkan bandwidth nya juga menyempit.

Antena patch mikrostrip dapat diberikan saluran dengan berbagai metode.

Metode ini dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu kontak langsung

dan tidak kontak langsung. Dalam kategori kontak langsung, daya RF disalurkan

langsung ke patch menggunakan elemen penyambung seperti mikrostrip line.

Dalam skema saluran yang tidak kontak langsung yaitu pengkoplingan

medan elektromagnetik dilakukan untuk men-transfer daya antara mikrostrip line

dan patch yang diradiasi.

Empat teknik yang paling populer digunakan adalah mikrostrip line, probe

koaksial (untuk dua kategori metode saluran), kopling aperture dan kedekatan

pengkoplingan (untuk dua kategori yang tidak kontak langsung).

2.3.1 Microstrip Feed line

Pada jenis saluran ini, sebuah garis langsung terhubung ke tepi dari patch

mikrostrip seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7. Saluran strip tersebut lebih

kecil jika dibandingkan dengan ukuran patch dan dalam hal ini saluran dapat

dibuat satu sket dengan substrate yang sama dan teknik ini disebut struktur planar.

Page 31: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

15

Gambar 2.8. Skema pencatuan microstrip line

Tujuan dari penyisipan cut-in dalam patch ini adalah untuk mencocokkan

impedansi dari saluran terhadap patch tanpa memerlukan penambahan elemen

matching lainnya. Hal ini dapat dicapai dengan benar dengan melakukan kontrol

yang tepat pada posisi penyisipan.

Maka hal ini merupakan skema pembuatan saluran yang mudah, karena

memberikan kemudahan fabrikasi dan kesederhanaan dalam pemodelan serta

pencocokkan impedansi. Namun dengan ketebalan dielektrik substrat yang

digunakan, gelombang permukaan dan penyebaran radiasi saluran juga

meningkat, yang dapat menghambat bandwidth dari antena. Radiasi saluran juga

menghasilkan radiasi terpolarisasi yang tidak diinginkan.

2.3.2 Coaxial Feed

Feed Coaxial atau saluran probe adalah teknik yang sangat umum

digunakan untuk saluran mikrostrip patch antena. Seperti yang terlihat dari

Gambar 8, bagian dalam konduktor dari suatu konektor koaksial melewati bagian

dielektrik substrat dan di solder ke patch radiasi, sedangkan bagian luar

konduktor terhubung ke groundplane.

Page 32: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

16

Gambar 2.9. Skema pencatuan probe coaxial

Keuntungan utama dari jenis saluran ini adalah saluran dapat ditempatkan

pada lokasi sesuai kebutuhan di dalam patch agar sesuai dengan impedansi input.

Saluran ini adalah metode yang mudah untuk dibuat dan memiliki sebaran radiasi

yang rendah.

Namun faktor utama kelemahannya adalah bahwa saluran ini bekerja pada

bandwidth yang sempit dan cukup sulit dalam fabrikasi karena lubang harus dibor

pada substrat dan konektor yang menonjol pada bagian luar ground, sehingga

tidak membuat sepenuhnya planar untuk ketebalan substrat (h> 0.02λ0).

Juga untuk substrat yang lebih tebal, peningkatan panjang probe akan

membuat impedansi masukan yang lebih induktif, menjadi masalah utama dalam

matching impedansi.

Hal ini terlihat di atas bahwa untuk substrat dielektrik tebal, yang

menyediakan broadband bandwidth, saluran mikrostrip dan saluran koaksial

mempunyai berbagai kelemahan. Maka untuk menjawab permasalahan tersebut di

atas, solusi selanjutnya akan dibahas pada teknik pencatuan tidak langsung.

Page 33: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

17

2.3.3 Aperture Coupled Feed

Dalam jenis teknik saluran ini, radiasi patch dan saluran mikrostrip

dipisahkan oleh groundplane eperti yang ditunjukkan pada Gambar 9.

Penghubung antara patch dan saluran dilakukan melalui slot atau aperture pada

ground.

Gambar 2.10. Skema pencatuan aperture couple

Celah kopling biasanya berpusat di bawah patch, yang mengarah lebih

rendah dengan konfigurasi simetris pola menyilang. Jumlah kopling dari saluran

untuk patch ditentukan oleh bentuk, ukuran dan lokasi celah. Karena ground

plane memisahkan patch dan saluran, maka radiasi yang tersebar dapat

diminimalkan.

Secara umum, bahan dielektrik yang tinggi digunakan untuk substrat dasar

dan lebih tebal, untuk material yang memiliki konstanta dielektrik yang rendah

digunakan untuk substrat atas agar mengoptimalkan radiasi dari patch.

Kerugian utama dari teknik saluran ini adalah sulit untuk di fabrikasi

karena terdiri dari multiple layer, yang juga dapat meningkatkan ketebalan antena.

Skema saluran ini juga menyediakan bandwidth yang sempit.

2.3.4 Proximity Coupled Feed

Jenis teknik saluran ini juga disebut sebagai skema kopling

elektromagnetik. Seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.4, digunakan dua substrat

Page 34: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

18

dielektrik dan garis saluran diantara kedua substrat tersebut dan radiasi patch

berapa pada bagian atas pada substrat teratas.

Keuntungan utama dari teknik ini adalah bahwa saluran dapat

menghilangkan sebaran radiasi serta dapat menyediakan bandwidth yang sangat

tinggi, dikarenakan oleh kenaikan keseluruhan ketebalan mikrostrip antena patch.

Skema ini juga menyediakan pilihan antara dua bahan media dielektrik yang

berbeda, satu untuk patch dan satu untuk saluran untuk mengoptimalkan performa

individu.

Gambar 2.11. Skema pencatuan proximity couple

Matching dapat dicapai dengan mengontrol panjang garis saluran dan

lebar ke garis rasio patch. Kerugian utama dari skema saluran ini adalah sulit

untuk fabrikasi, karena penggabungan dua layer substrate yang berbeda dielektrik

perlu penggabungan yang akurat. Juga ada peningkatan ketebalan dari

keseluruhan antena.

2.3.5 Coplanar Feedline

Patch mikrostrip secara elektromagnetis dapat digabungkan

dengan saluran kopling, teknik ini cenderung dapat memancarkan

Page 35: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

19

gelombang radio lebih banyak karena dicetak pada sisi yang sarna

dengan konduktor, teknik saluran kopling ini digunakan untuk

mendapatkan efisiensi radiasi yang tinggi.

Gambar 2.12. Skema Pencatuan Coplanar Feedline

2.4 Metode Analisa [3][7]

2.4.1 Transmission Line Model

Saluran transimisi merupakan suatu media rambatan bagi gelombang yang

dikirimkan dari sumber ke beban. Bagian dari sistem antena adalah saluran

transmisi yang dihubungkan dengan patch antena.

Ada empat model yang dapat digunakan sebagai saluran pencatu patch

antena, yaitu : rangkaian saluran microstrip planar, probe coaxial, aperture

coupling dan proximity coupling[7].

Karakteristik dan dimensi saluran transmisi mikrostrip ditentukan oleh

nilai konstanta dielektrik relative substrate dan loss tangent.

Gambar 2.13. Saluran transmisi

Page 36: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

20

2.4.2 Cavity Model

Antena mikrostrip merupakan antena yang memiliki pita resonansi yang

sempit, keadaan ini disebut juga lossy cavities. Antena mikrostrip menyerupai

lubang-lubang yang dipenuhi oleh bahan dielektrik yang menghasilkan resonansi

pada orde yang tinggi.

Nilai medan yang ternormalisasi di dalam substrate dielektrik yang dapat

dicari dengan lebih akurat dengan mencermati daerah tersebut sebagai lubang

(cavity) yang diselubungi oleh konduktor pada bagian atas dan bawah, serta pada

dinding magnet. Model ini merupakan model pendekatan yang berprinsip pada

impedansi masukan reaktif dan tidak meradiasikan daya.

Ketika antena mikrostrip diberikan energi distribusi muatan dibentuk pada

bagian atas dan bagian bawah permukaan dari pada patch tersebut, dan juga pada

bagian pentanahan (ground). Distribusi muatan dikendalikan oleh dua mekanisme,

yaitu mekanisme atraktif dan mekanisme repulsive.

Mekanisme atraktif terjadi diantara muatan-muatan yang berlawanan pada

bagian bawah patch dan bagian ground yang cenderung untuk mempertahankan

konsentrasi muatan pada bagian bawah patch.

Mekanisme repulsive terjadi diantara muatan-muatan pada bagian bawah

permukaan patch yang memiliki kecenderungan untuk mendorong berupa muatan

pada bagian bawah patch ke bagian atasnya melalui ujung-ujung patch tersebut.

Karena kebanyakan antena mikrostrip memiliki nilai ratio height to width

yang kecil, mekanisme atraktif menjadi dominan dan kebanyakan konsentrasi

muatan berada pada bagian bawah patch. Arus dalam jumlah yang kecil mengalir

melalui ujung patch ke bagian atas permukaan patch.

Aliran arus semakin kecil seiring dengan semakin mengecilnya nilai ratio

height to width. Kedua jenis mekanisme diperlihatkan pada gambar 3 beserta

kerapatan arus (J) dapat diasumsikan bahwa besaran arus yang mengalir ke atas

permukaan patch adalah nol, sehingga tidak menyebabkan adanya medan magnet

tangensial ke ujung patch.

Page 37: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

21

Hal ini menyebabkan keempat dinding samping menyerupai permukaan

medan konduksi yang sempurna sehingga tidak mengganggu medan magnetik

menyebabkan distribusi medan elektrik tetap di bawah permukaan patch.

Gambar 2.14. Distribusi muatan dan arus yang berbentuk pada patch mikrostrip

Cavity model merupakan dasar perhitungan yang banyak digunakan untuk

analisis suatu patch antena mikrostrip. Sedangkan bentuk atau metode persamaan

integralnya dinyatakan sebagai Method of Moment (MoM) yang dikenal secara

umum, dimana dalam penerapannya dilakukan dengan pendekatan komputasi

maupun atau dengan cara pendekatan fisik.

Antena mikrostrip mempunyai nilai radiasi yang paling kuat terutama pada

daerah samping di antara tepi patch. Untuk performa antena yang baik, biasanya

substrat dibuat tebal dengan konstanta dielektrik yang rendah.

Hal ini akan menghasilkan efisiensi dan radiasi yang lebih baik serta

bandwidth yang lebih lebar, namun akan menambah ukuran dari antena itu

sendiri.

2.5 Parameter Antena Mikrostrip[2]

Untuk dapat melihat kerja dari antena mikrostrip, maka perlu diamati

parameter – parameter pada mikrostrip. Beberapa parameter umum dijelaskan

sebagai berikut.

Page 38: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

22

2.5.1 Return Loss (RL)

Return Loss didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan yang

datang atau yang direflesikan dengan tegangan yang keluar. Perbandingan

tersebut dinamakan koefesien refleksi tegangan yang dilambangkan dengan L .

Untuk koefesien refleksi dapat juga dinyatakan dengan persamaan:

L = TerimaxV

PantulxV=

V

V................................................. (6)

Parameter Return Loss dapat juga dikatakan sebagai rugi-rugi pada

transmisi, dikarenakan tidak seimbangnya impedansi karakteristik dengan

impedansi beban. Untuk Return Loss diperoleh dengan persamaan:

)(LossReturn dB = Llog20 .......................................... (7)

2.5.2 VSWR (Voltage Standing Wave Ratio)

Bila impedansi saluran transmisi tidak sesuai dengan transceiver maka

akan timbul daya refleksi ( reflected power) pada saluran yang berinterferensi

dengan daya maju ( forward power). Interferensi ini menghasilkan gelombang

berdiri ( standing wave) yang besarnya bergantung pada daya refleksi.

VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang berdiri (

standing wave) maksimum dengan minimum . Pada saluran transmisi ada dua

komponen gelombang tegangan, yaitu tegangan yang dikirimkan dan tegangan

yang direfleksikan . Perbandingan antara tegangan yang direfleksikan dengan

tegangan yang dikirimkan tersebut sebagai koefisien refleksi tegangan ( Γ) [2]:

VSWR =min

max

V

V=

L

L

1

1.................................................... (8)

Page 39: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

23

2.5.3 Bandwidth

Bandwidth suatu antena didefinisikan sebagai rentang frekuensi dimana

kerja yang berhubungan dengan beberapa karakteristik (seperti impedansi

masukan, pola radiasi, beamwidth, polarisasi, gain, efisiensi, VSWR, return loss,

axial ratio) memenuhi spesifikasi standard.

Dengan melihat Gambar 2.7 bandwidth dapat dicari dengan menggunakan

rumus berikut ini[12]:

Gambar 2.15. Rentang frekuensi yang menjadi bandwidth [12]

= 100% (9)

Dimana: f2 = frekuensi tertinggi

f1 = frekuensi terendah

fc = frekuensi tengah

Ada beberapa jenis bandwidth diantaranya:

a. Impedance bandwidth, yaitu rentang frekuensi dimana patch antena berada

pada keadaan matching dengan saluran pencatu. Hal ini terjadi karena

impedansi dari elemen antena bervariasi nilainya tergantung dari nilai

frekuensi. Nilai matching ini dapat dilihat dari return loss dan VSWR.

Page 40: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

24

Nilai return loss dan VSWR yang masih dianggap baik adalah kurang dari

-9.54 dB dan 2, secara berurutan.

b. Pattern bandwidth, yaitu rentang frekuensi dimana beamwidth, sidelobe

atau gain, yang bervariasi menurut frekuensi memenuhi nilai tertentu.

Nilai tersebut harus ditentukan pada awal perancangan antena agar nilai

bandwidth dapat dicari.

c. Polarization atau axial ratio adalah rentang frekuensi dimana polarisasi

(linier atau melingkar) masih terjadi. Nilai axial ratio untuk polarisasi

melingkar adalah kurang dari 3 dB.

2.5.4 Input Impedance

Sebuah impedansi yang masuk ke terminal antena yang dikondisikan dalam

keadaan seimbang dengan impedansi karakteristik dari saluran transmisi.

Input impedansi dinyatakan dalam persamaan:

in =

1

1Zo ..................................................................... (10)

Dimana in = Input impedansi terminal (Ohm)

o = Impedansi karakteristik dari antena (Ohm)

= Refleksi

2.5.5 Pola Radiasi

Pola radiasi adalah representasi grafis sifat-sifat pemancaran antena

sebagai fungsi dari koordinat ruang. Dengan menggunakan model slot peradiasi

diatas, maka berlaku persamaan medan elektrik[2]: untuk

= untuk | | ≤ (11)

Page 41: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

25

Ada dua jenis pola radiasi, yaitu:

a) Mutlak

Pola radiasi mutlak ditampilkan dalam satuan-satuan mutlak kekuatan atau

daya medan.

b) Relatif

Pola radiasi relatif merujuk pada satuan – satuan relatif kekuatan atau daya

medan. Kebanyakan ukuran pola radiasi relatif kepada antena isotropic

dan metode transfer gain dipergunakan untuk menentukan gain mutlak

antena.

Pola radiasi didaerah dekat antena tidaklah sama seperti pola radiasi pada

jarak jauh. Istilah medan dekat merujuk pada pola medan yang berada dekat

antena, sedangkan istilah medan jauh merujuk pada pola medan yang berada di

jarak jauh.

Medan jauh juga disebut sebagai medan radiasi, dan merupakan hal yang

diinginkan. Biasanya, daya yang dipancarkan adalah yang kita inginkan, dan oleh

karena itu pola antena biasanya diukur di daerah medan jauh.

Untuk pengukuran pola sangatlah penting untuk memiliki jarak yang

cukup besar untuk berada di medan jauh diluar medan dekat. jarak dekat

minimum yang diperbolehkan bergantung pada dimensi antena berkaitan dengan

panjang gelombang.

2.5.5.1 Pola Radiasi Antena Unidirectional

Antena unidirectional mempunyai pola radiasi yang terarah dan dapat

menjangkau jarak yang relative. Gambar 2.8. merupakan gambaran secara umum

bentuk pancaran yang dihasilkan oleh antena unidirectional.

Page 42: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

26

Gambar 2.16. Bentuk Pola Radiasi Antena Unidirectional

2.5.5.2. Pola Radiasi Antena Omnidirectional

Antena omnidirectional mempunyai pola radiasi yang digambarkan seperti

bentuk kue donat dengan pusat berimpit. Antena omnidirectional pada umumnya

mempunyai pola radiasi 3600 jika dilihat pada bidang medan magnetnya. Gambar

2.16. merupakan gambaran secara umum bentuk pancaran yang dihasilkan oleh

antena omnidirectional.

Gambar 2.17. Bentuk Pola Radiasi Antena Omnidirectional

2.5.6 Polarisasi

Polarisasi antena adalah polarisasi dari gelombang yang ditransmisikan oleh

antena. Jika arah tidak ditentukan maka polarisasi merupakan polarisasi pada arah

gain maksimum. Pada prakteknya, polarisasi dari energi yang teradiasi bervariasi

dengan arah dari tengah antena.

Page 43: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

27

Polarisasi dari gelombang yang teradiasi didefenisikan sebagai suatu

keadaan gelombang elektromagnetik yang menggambarkan arah dan magnetudo

vektor medan elektrik yang bervariasi menurut waktu. Selain itu, polarisasi juga

dapat didefenisikan sebagai gelombang yang diradiasikan dan diterima oleh

antena pada suatu arah tertentu.

Polarisasi melingkar terjadi jika suatu gelombang yang berubah menurut

waktu pada suatu titik memiliki vektor medan elektrik (atau magnet) pada titik

tersebut barada pada jalur lingkar sebagai fungsi waktu kondisi yang harus

dipenuhi untuk mencapai jenis polarisasi ini adalah :

a. Medan harus mempunyai 2 komponen yang saling tegak lurus.

b. Kedua komponen tersebut harus mempunyai magnitude yang sama.

c. Kedua komponen tersebut harus mempunyai perbedaan fasa waktu

pada kelipatan ganjil 900.

Polarisasi melingkar terbagi menjadi dua, yaitu Left Hand Circular

Polarization (LHCP), Right Hand Circular Polarization (RHCP). LHCP terjadi

ketika δ = + π/2, sebaliknya RHCP terjadi ketika δ = - π/2.

Gambar 2.18. Polarisasi ellip dengan sudut τ yang dibentuk Ex dan Ey

dengan amplitude E1 dan E2.

Page 44: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

28

Pada gambar diatas bentuk polarisasi elips dengan bagian sumbu pendek

OB dan bagian panjang OA membentuk sudut lancip τ, maka axial ratio dapat

diperoleh dengan persamaan:

AR =OB

OA=

Ey

Ex AR1 ........................................ (9)

2.5.7 Gain

Gain adalah perbandingan antara rapat daya persatuan unit antena terhadap

rapat daya antena referensi dalam arah dan daya masukan yang sama. Gain suatu

antena berlainan dengan gain kutub empat, gain diperhatikan daya masukan ke

terminal antena. Gain didapat dengan menggunakan persamaan[2]:

G = ƞ x D (13)

Ada dua jenis parameter penguatan (Gain) yaitu absolute gain dan relative

gain. Absolute gain pada sebuah antena didefinisikan sebagai perbandingan antara

intensitas pada arah tertentu dengan intensitas radiasi yang diperoleh jika daya

yang diterima oleh antena teradiasi secara isotropik.

Intensitas radiasi yang berhubungan dengan daya yang diradiasikan secara

tropik sama dengan daya yang diterima oleh antena (Pin) dibagi 4π. Absolute gain

ini dapat dihitung dengan rumus[2]:

= 4 ( ,∅)(14)

Selain absolute gain juga ada relative gain. Relative gain didefinisikan

sebagai perbandingan antara perolehan daya pada sebuah arah dengan perolehan

daya pada antena referensi pada arah yang direferensikan juga.

Daya masukan harus sama diantara kedua antena itu. Akan tetapi, antena

referensi merupakan sumber isotropik yang lossless ( Pin(lossless)). Secara rumus

dapat dihubungkan sebagai berikut[2]:

Page 45: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

29

= 4 ( ,∅)( ) (15)

2.5.8 Beamwidth

Beamwidth adalah besarnya sudut berkas pancaran gelombang frekuensi

radio utama (main lobe) yang dihitung pada titik 3 dB menurun dari puncak lobe

utama. Besarnya beamwidth adalah sebagai berikut:

dfB

1,21......................................................................... (16)

Dimana B = 3 dB beamwidth (degree)

f = frekuensi (Hz)

d = diameter antena (degree)

Apabila beamwidth mengacu kepada perolehan pola radiasi, maka

beamwidth dapat dirumuskan sebagai:

12 ........................................................................ (17)

Gambar 2.10. menunjukkan tiga derah pancaran yaitu lobe utama (main

lobe, nomor 1), lobe sisi samping (side lobe, nomor 2) dan lobe sisi belakang

(back lobe, nomor 3).

Half Power Beamwidth (HPBW) adalah daerah sudut yang dibatasi oleh

titik-titik ½ daya atau -3 dB atau 0,707 dari medan maksimum pada lobe utama.

First null beamwidth (FNBW) adalah besar sudut bidang diantara dua arah pada

main lobe yang intensitas radiasinya nol.

Gambar 2.19. Beamwidth antena

Page 46: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

30

2.5.9 Directivity

Pengarahan ( directivity) adalah sebagai perbandingan antara rapat daya

maksimum pada berkas utama terhadap rapat daya rata – rata yang diradiasikan[2]

= (18)

Intensitas radiasi rata – rata sama dengan jumlah daya yangdiradiasikan

oleh antena dibagi dengan 4π. Jika arah tidak ditentukan, arah intensitas radiasi

maksimum merupakan arah yang dimaksud. Directivity ini dapat dirumuskan

sebagai berikut[2]:

= = (19)

Dimana:

D = Keterarahan ( Directivity)

D0 = Keterarahan maksimum

U = Intensitas radiasi

Umax = Intensitas radiasi maksimum

U0 = Intensitas radiasi pada sumber isotropik

Prad = Daya total radiasi

2.5.10 Impedansi Karakteristik Saluran Mikrostrip

Pada prinsipnya antena mikrostrip mempunyai kesamaan dengan saluran

mikrostrip. Dengan memperhatikan adanya kesamaan sifat yang dimiliki sebagai

komponen pasif, maka dalam menentukan impedansi karakteristik antena dapat

dilakukan dengan menggunakan analisis saluran transmisi dalam bentuk

mikrostrip.

Tujuan penentuan impedansi karakteristik antena adalah untuk

menentukan lebar saluran atau elemen radiasinya. Secara matematik besarnya

Page 47: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

31

nilai impedansi karakteristik unutk saluran antena mikrostrip dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan berikut[3]:

0 = √ (Ω) (20)

Dimana: Z0 = impedansi karakteristik (Ω)

εr = permitivitas dielektrik relatif substrat (F/m)

W = lebar elemen radiasi (mm)

h = tinggi bahan substrat (mm)

Impedansi karakteristik merupakan salah satu parameter yang penting

dalam merancang antena mikrostrip, karena apabila impedansi saluran yang tidak

matching dengan impedansi masukan antena akan menyebabkan beberapa

masalah, antara lain timbulnya sinyal pantul, distorsi dan interferensi antar alur

rangkaian.

2.6 Modifikasi Antena Mikrostrip

Antena mikrostrip telah lama dan banyak dikembangkan untuk

berbagai aplikasi komunikasi wireless, mengikuti tren perangkat

telekomunikasi dengan bentuk sederhana dan minimalis, menuntut

rancangan antena yang kompak dan kompatibel untuk dapat diintegrasikan

pada perangkat telekomunikasi masa kini.

Mengacu pada pola dasar antena mikrostrip, banyak

dieksperimentasikan berbagai modifikasi untuk merancang antena

mikrostrip dengan menjaga geometris yang kecil, namun memungkinkan

untuk penggunaan multi aplikasi.

Pada sub bab ini dijelaskan bermacam teknik yang telah dilakukan

dalam merealisasikan antena mikrostrip, dengan kriteria penggunaan

untuk kebutuhan komunikasi multiband, broadband dan ultrawideband.

Secara umum terdapat beberapa konfigurasi modifikasi antena

Page 48: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

32

mikrostrip diantaranya, Microstrip Array, Microstrip Slotted, Planar

Monopole, serta konfigurasi lain dengan bermacam modifikasi, baik

pada patch ataupun pada groundplane.

Penggunaan celah antena pun beragam seperti celah L, celah U,

celah Y, celah lingkaran dan persegi, celah loop melingkar dan kotak,

potongan, dan lain sebagainya. Pada sub bab selanjutnya akan

dibahas teknik-teknik modifikasi antena mikrostrip yang berkaitan dengan

konfigurasi tersebut di atas untuk mendukung teori dan teknik yang

digunakan dalam penelitian ini.

2.6.1 Antena Microstrip Broadband Multiband[6]

Dalam sebuah buku referensi yang disusun oleh K.L Wong [6] telah

diteliti bermacam konfigurasi antena mikrostrip dengan struktur

kompak.

Untuk memperkecil ukuran antena dengan perolehan impedansi

bandwidth yang lebar dapat dilakukan dengan menambahkan celah pada

patch atau disebut dengan istilah slot loading technique, celah pada

groundplane dapat ditambahkan juga untuk memperlebar bandwidth dan

perolehan gain.

Untuk operasi multi band dapat dilakukan dengan menambah celah

atau cuakan tipis pada tepi antena, dalam risetnya bentuk celah V

didemonstrasikan untuk membentuk dual frekuensi pada patch berbentuk

segitiga. Secara umum beberapa pola lain yang diperkenalkan juga oleh

Wong dapat ditunjukan seperti pada gambar 2.21

Page 49: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

33

Gambar 2.20. Macam-macam bentuk celah untuk rancangan kompak

Wakabayashi T et al pada tahun 2007 [18], melaporkan hasil

rancangan antena menggunakan celah e pada patch persegi panjang

dan menggunakan saluran transmisi mikrostrip yang dikopel dilapisan

bawah, hasil rancangan tersebut diperoleh kinerja antena dual band pada

2.4-2.52 GHz dan 4.82-6.32 GHz, perolehan impedansi bandwidth tersebut

dilakukan dengan pengaturan lebar celah dan pengaturan posisi celah

terhadap saluran.

PN Misra pada tahun 2011 [19] memperoleh hasil rancangan

antena planar dual band untuk resonansi l.8 GHz dan 2.4 GHz, antena

yang dirancang diperoleh dengan beberapa metoda, menggunakan celah U,

celah V, dan cuak tipis pada patch persegi panjang, substrat yang

digunakan berjenis RT Duroid 5880 dengan dimensi W x L sebesar

65.88 x 55.45 mm.

Page 50: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

34

Dalam risetnya tersebut disebutkan pula untuk membentuk dual band

memungkinkan diperoleh dengan melakukan pengaturan posisi saluran.

Struktur antena Couplanar Feedline dengan menghilangkan groundplane

dilaporkan Wen-Chung Liu dan Ping-Chi Kao [20], radiator antena

monopol dibentuk dengan dua saluran berlipat melalui saluran transmisi CPW,

impedansi bandwidth yang diperoleh mencapai 450 MHz pada resonansi

5.8 GHz.

Antena tersebut dirancang untuk aplikasi RFID, bahkan disebutkan

pula dengan perolehan bandwidth yang lebar tersebut memungkinkan

antena dapat diaplikasikan pula untuk WLAN.

Pada 2010 D. Parkash, dan R. Khanna [23] merancang antena

CPW dengan patch persegi panjang yang ditambah dengan beberapa

celah panjang saling menyambung, antena dicetak pada media substrat FR4

dan dengan teknik tersebut diperoleh impedansi bandwidth yang lebar

dengan range dari 3.424 GHz sampai 6.274 GHz yang dapat

diaplikasikan untuk WLAN dan WiMax.

Wang E, et al [21] melaporkan rancangan antena kompak persegi

untuk dual frekuensi yang beresonansi pada 2.4 GHz dan 5 GHz,

perolehan dual band tersebut didapat dengan menambahkan dua celah L

berhadapan simetris pada tengah patch.

Byrareddy C.R et al [22] merancang antena kompak mikrostrip

planar dengan patch persegi panjang menggunakan saluran transmisi

mikrostrip. Antena membentuk dual frekuensi resonansi 2.4 GHz dan 2.8

GHz untuk aplikasi WLAN dan WiMax, dual operasi tersebut diperoleh

dengan menggunakan 3 bentuk patch persegi panjang, dengan salah satu

patch dicatu dan 2 patch dipisahkan dengan celah tipis yang memanjang.

M. Maidurrahaman S, et al pada tahun 2012 [24]

mendemonstrasikan antena kompak multi band, teknik yang digunakan

adalah dengan menambahkan dua celah T dari luar sisi kiri dan

kanan patch persegi panjang.

Dengan penambahan dua celah tersebut dapat mengurangi ukuran

Page 51: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

35

antena sampai sekitar 60%, antena tersbut beresonansi pada 3.35 GHz,

5.29 GHz dan 7.65 GHz yang diaplikasikan untuk WiMax, WLAN, dan

aplikasi Microwave C Band.

2.6.2 Antena Mikrostrip Ultrawideband

Ultrawideband (UWB) merupakan istilah yang tren dalam

komunikasi wireless semenjak disepakatinya alokasi penggunaan frekuensi

bebas lisensi oleh sebuah lembaga di USA bernama Federal

Communication Commision (FCC) pada 14 Februari 2002 [16].

FCC memberikan konsep komunikasi nirkabel jarak pendek, dengan

kecepatan yang tinggi menggunakan alokasi wide bandwidth mencapai

7.5 GHz, dengan jangkauan mulai dari 3.1 - 10.6 GHz. Teknologi UWB

tersebut dapat diaplikasikan untuk imaging system, radar system, medical

imaging, indoor comunication dan lain sebagainya.

Antena UWB setidaknya harus memiliki karakteristik bandwidth

yang sangat lebar untuk mendukung penggunaan pulsa pendek yang

memerlukan bandwidh sekitar 500 MHz. Dalam sebuah rancangan antena

banyak bentuk serta konfigurasi untuk mencapai karakteristik UWB

tersebut, disamping penggunaan array antena, printed slot antenna,

bentuk planar monopole banyak didemonstrasikan sebagai struktur

umum mengingat bentuk, ukuran, serta disain yang sederhana.

Antena monopole UWB biasanya dibentuk dalam struktur planar, dengan

penggunaan groundplane sebagian dan ukuran patch sekitar seperempat

panjang gelombang dari frekuensi osilasi antena [9]. Bentuk patch yang

digunakan dapat berbentuk persegi panjang, persegi, e1ips, lingkaran, atau

modifikasi dari bentuk dasar tersebut. Pemilihan struktur planar ini

menjadi tren terutama untuk diintegrasikan pada perangkat-perangkat

mobile yang memiliki disain kompak dan minimalis.

Eng Gee, et al [27] mempresentasikan perkembangan antena

mikrostrip UWB yang dibentuk dalam printed circuit board (PCB), dalam

risetnya tersebut ditampilkan beberapa konfigurasi antena UWB, ciri

Page 52: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

36

umum antena diperlihatkan dengan groundplane sebagian.

Antena palanr UWB dicetak dalam single layer PCB dengan 3

struktur, lapisan atas sebagai lapisan konduktor, lapisan tengah sebagai

bahan dielektrik, dan lapisan bawah merupakan lapisan groundplane yang

di etching sebagian.

Lapisan konduktor dapat berupa patch lingkaran, segitiga, ataupun

persegi panjang. Beberapa modifikasi ditunjukan dalam memperlebar

bandwidth, seperti penggunaan slot, potongan pada patch, potongan

pada groundplane, potongan bertingkat pada groundplane, penggunaan

struktur CPW, dan lain sebagainya seperti ditunjukan pada gambar 2.22.

Untuk beberapa kondisi penempatan patch dengan ground plane

tidak pada kondisi seimbang untuk mendapat impedansi bandwidth

yang lebar. Diperlihatkan juga beberapa konfigurasi antena UWB

dengan modifikasi untuk memfilter frekuensi tertentu.

2.7 Perkembangan Teknologi LTE

Sekilas tentang LTE

Gambar 2.21. Evolusi Perubahan Teknologi Telekomunikasi[28]

LTE sudah mulai dikembangkan oleh 3GPP sejak tahun 2004. Faktor-

faktor yang menyebabkan 3GPP mengembangakan teknologi LTE antara lain

adalah permintaan dari para pengguna untuk peningkatan kecepatan akses data

Page 53: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

37

dan kualitas servis serta memastikan berlanjutnya daya saing sistem 3G pada

masa depan.

3GPP LTE mewakili kemajuan besar didalam teknologi selular. LTE

dirancang untuk memenuhi kebutuhan operator akan akses data dan media angkut

yang berkecepatan tinggi serta menyokong kapasitas teknologi suara untuk

beberapa dekade mendatang.

LTE meliputi data berkecepatan tinggi, multimedia unicast dan servis

penyiaraan multimedia. Selain itu LTE diperkirakan dapat membawa komunikasi

pada tahap yang lebih tinggi, tidak hanya menghubungkan manusia saja tetapi

dapat juga menyambungkan mesin.

Teknologi LTE dan layanannya [29]

Teknologi LTE secara teoritis menawarkan kecepatan downlink hingga

300 Mbps dan uplink 75 Mbps.

LTE menggunakan Orthogonal Frequency Division Mutiplexing (OFDM)

yang mentransmisikan data melalui banyak operator spektrum radio yang

masing-masing sebesar 180 KHz. OFDM melakukan transmisi dengan

cara membagi aliran data menjadi banyak aliran-aliran yang lebih lambat

yang kemudian ditransmisikan secara serentak. Dengan menggunakan

OFDM memperkecil kemungkinan terjadinya efek multi path.

Meningkatakan kecepatan transmisi secara keseluruhan, kanal transmisi

yang digunakan LTE diperbesar dengan cara meningkatan kuantitas

jumlah operator spectrum radio tanpa mengganti parameter channel

spectrum radio itu sendiri. LTE harus bisa beradaptasi sesuai jumlah

bandwith yang tersedia.

LTE mengadopsi pendekatan all-IP. Menggunakan arsitektur jaringan all-

IP ini menyederhanakan rancangan dan implementasi dari antar muka

LTE, jaringan radio dan jaringan inti, hingga memungkinkan industri

wireless untuk beroprasi layaknya fixed-line network.

Page 54: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

38

Agar menjadi universal, perangkat mobile yang berbasis LTE harus juga

mampu menyokong GSM, GPRS, EDGE dan UMTS. Jika dilihat dari sisi

jaringan, antar muka dan protocol di tempatkan di tempat yang

memungkinkan terjadinya perpindahan data selancar mungkin jika

pengguna berpindah tempat ke daerah yang memiliki teknologi antar muka

yang berbeda.

Kecepatan LTE

Kecepatan maksimum LTE bisa mencapai 299.6 Mbps untuk mengunduh

dan 75.4 Mbps untuk mengunggah. Namun, operator seluler yang telah

menyediakan jaringan ini, masih membatasi kapasitas dan kecepatan untuk

pelanggannya. Pemerintahan di suatu negara juga punya cara yang berbeda

mengatur pengalokasian rentang pita frekuensi.

Arsitektur Jaringan dan Antarmuka dari Teknologi LTE

Secara keseluruhan jaringan arsitektur LTE sama dengan teknologi GSM

dan UMTS. Secara mendasar, jaringan di bagi menjadi bagian jaringan radio dan

bagian jaringan inti. Walaupun begitu, jumlah bagian jaringan logis dikurangi

untuk melangsingkan aristektur secara keseluruhan dan mengurangi biaya serta

latensi di dalam jaringan.

Pengaturan teknlogi LTE

Transmisi data dalam LTE baik dalam arah uplink maupun downlink

dikontrol oleh jaringan. Proses ini sama seperti teknologi GSM maupun UMTS.

Di dalam sistem LTE, pengaturan sepenuhnya dikontrol oleh eNode-B.

Pengaturan Downlink

Pada arah downlink, eNode-B bertanggung jawab untuk menyampaikan

data yang diterima dari jaringan kepada para pengguna, melalui antar muka udara.

Page 55: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

39

Pengaturan Uplink

Untuk mendapatkan informasi, perangkat mobile harus mengirimkan

permintaan penugasan kepada eNode-B.

Prosedur Dasar

Perangkat LTE yang cenderung lebih data sentris akan memulai pencarian

jaringan yang sesuai terdahulu. Jika perangkat tidak menemukan cell LTE maka

perangkat akan menggunakan teknologi cell UMTS dan GSM.

Setelah perangkat mobile informasi untuk untuk bisa mengakses jaringan

terpenuhi, maka perangkat akan melakukan prosedur attach. Prosedur attach

memberikan alamat IP dan perangkat mobile mulai bisa mengirim dan menerima

data dari jaringan.

Pada teknologi GSM dan UMTS perangkat bisa tersambung dengan

jaringan tanpa alamat IP, namun pada teknologi LTE perangkat harus memiliki

alamat IP agar tersambung dengan jaringan.

Jaringan telepon

Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya LTE menggunakan jaringan

all-IP. Sedangkan telepon pada GSM dan UMTS menggunakan circuit switching.

Dengan pengadopsian teknologi LTE, maka para operator harus merencanakan

ulang jaringan telepon mereka. Munculah tiga pendekatan yang dapat digunakan:

CSFB (Circuit Switched Fallback): Pada pendekatan ini, LTE hanya

menyediakan servis data dan ketika telepon dilakukan atau diterima maka

akan kembali menggunakan circuit switching. Kerugian yang didapatkan

adalah pengaturan telepon mengambil waktu yang lebih lama.

SVLTE (Simultaneous Voice and LTE): Pada pendekatan ini ponsel

bekerja sebagai LTE dan circuit switching secara bersamaan. Kekurangan

Page 56: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

40

pada pendekatan ini adalah ponsel cenderung memiliki harga mahal dan

menggunakan konsumsi tenaga yang tinggi.

VoLTE (Voice over LTE): Pendekatan ini berbasis pada IP multimedia

subsistem, yang bertujuan menyokong akses telepon dan multimedia

melalui terminal nirkabel.

Selain ketiga pendekatan diatas, terdapat alternatif lain yang tidak

diinisiasikan oleh operator yaitu , over-the-top-content servis , menggunakan

aplikasi seperti skype dan google talk untuk menyediakan servis telepon bagi

LTE. Walupun begitu sekarang dan beberapa masa kedepan, servis telepon masih

menjadi pemasukan utama bagi operator mobile. Maka menggantungkan servis

telepon LTE sepenuhnya pada OTT, merupakan suatu tindakan yang tidak akan

menerima banyak dukungan dari industri telekomunikasi.

Hak cipta LTE

Menurut database milik European Telecommunications Standart Institute

(ETSI), terdapat 50 perusahaan yang memiliki hak paten dari LTE.

Kekurangan Teknologi LTE

Kekurangan yang dimiliki oleh teknologi LTE antara lain adalah biaya

untuk infrastruktur jaringan baru relatif mahal. Selain itu jika jaringan harus

diperbaharui maka peralatan baru harus diinstal.

Selain itu teknologi LTE menggunakan MIMO (Multiple Input Multiple

Output), teknologi yang memerlukan antena tambahan pada pancaran pangakalan

jaringan untuk transmisi data.

Sebagai akibatnya jika terjadi pembaharuan jaringan maka pengguna perlu

membeli mobile device baru guna menggunakan infrastruktur jaringan yang baru.

Page 57: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

41

2.7.1 Orthogonal Frequency Division Multiple Access

(OFDMA)

Teknologi LTE Menggunakan OFDM-based pada suatu air interface

yang sepenuhnya baru yang merupakan suatu langkah yang radikal dari 3GPP.

Merupakan pendekatan evolusiner berdasar pada peningkatan advance dari

WCDMA.

Teknologi OFDM-based dapat mencapai data rates yang tinggi dengan

implementasi yang lebih sederhana menyertakan biaya relatif lebih rendah

dan efisiensi konsumsi energi pada perangkat kerasnya.

Data rates jaringan WCDMA dibatasi pada lebar saluran 5 MHz. LTE

menerobos batasan lebar saluran dengan mengembangkan bandwidth yang

mencapai 20 MHz. Sedangkan nilai capaian antena pada bandwidth di bawah

10 MHz, HSPA+ dan LTE memiliki performa yang sama.

LTE menghilangkan keterbatasan WCDMA dengan mengembangkan

teknologi OFDM yang memisah kanal 20 MHz ke dalam beberap narrow

sub kanal. Masing-

Masing narrow sub kanal dapat mencapai kemampuan maksimumnya

dan sesudah itu sub kanal mengkombinasikan untuk menghasilkan total data

keluarannya.

Gambar 2.22. Orthogonal Frequency Division Multiple Access [7]

Page 58: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

42

Gambar 2.22. merupakan modulasi OFDMA yang menghindari

permasalahan yang disebabkan oleh pemantulan multipath dengan mengirimkan

pesan per bits secara perlahan. Beribu-ribu subkanal narrow menyebar untuk

mengirimkan banyak pesan dengan kecepatan yang rendah secara serempak

kemudian mengkombinasikan pada penerima kemudian tersusun menjadi

satu pesan yang dikirim dengan kecepatan tinggi. Metode ini menghindari

distorsi yang disebabkan oleh multipath.

Subkanal narrow pada OFDMA dialokasikan pada basis burst by burst

menggunakan suatu algoritma yang memperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhi RF (Radio Frequency) seperti kualitas saluran, loading dan

interferensi.

LTE menggunakan OFDMA pada downlink dan single carrier

– Frequency Division Multiple Access (SC-FDMA) pada uplink nya. SC-FDMA

secara teknis serupa dengan OFDMA tetapi lebih cocok diaplikasikan pada

device handheld karena lebih sedikit dalam konsumsi battery.

2.7.2 Multiple Input Multiple Output (MIMO)

LTE mendukung teknik MIMO untuk mengirimkan data pada sinyal path

secara terpisah yang menduduki bandwidth RF yang sama pada waktu yang

sama, sehingga dapat mendorong pada peningkatan data rates dan throughput.

Sistem antena MIMO merupakan metode pada suatu layanan broadband sistem

wireless memiliki kapasitas lebih tinggi serta memiliki performa dan keandalan

yang lebih baik.

MIMO adalah salah satu contoh teknologi dengan kualitas yang baik dari

LTE pada kecenderungan teknologi yang berkembang saat ini. Saat ini

fokus adalah untuk menciptakan frekuensi yang dapat lebih efisien.

Teknologi seperti MIMO dapat menghasilkan frekuensi yang efisien

yaitu dengan mengirimkan informasi yang sama dari dua atau lebih pemancar

terpisah kepada sejumlah penerima, sehingga mengurangi informasi yang

hilang dibanding bila menggunakan system transmisi tunggal.

Page 59: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

43

Pendekatan lain yang akan dicapai pada system MIMO adalah teknologi

beam forming yaitu mengurangi gangguan interferensi dengan cara

mengarahkan radio links pada penggunaan secara spesifik.

Fleksibilitas di dalam penggunaan spektrum adalah suatu corak

utama pada teknologi LTE, tidak hanya bersifat tahan terhadap interferensi

antar sel tetapi juga penyebaran transmisi yang efisien pada spektrum yang

tersedia. Hasilnya adalah peningkatan jumlah pengguna per sel bila

dibandingkan dengan WCDMA.

LTE dirancang untuk mampu ditempatkan di berbagai band frekuensi

dengan sedikit perubahan antarmuka radio. Juga dapat digunakan di

bandwidth 1.4, 1.6, 3, 3.2, 5, 10, 15 dan 20 MHz.

2.7.3 Teknologi Evolved Packet Core (EPC)

Evolved Packet Core pada LTE adalah arsitektur jaringan yang telah

disederhanakan, dirancang untuk seamless integrasi dengan komunikasi berbasis

jaringan IP. Tujuan utamanya adalah untuk menangani rangkaian dan panggilan

multimedia melalui konvergensi pada inti IMS.

EPC memberikan sebuah jaringan all-IP yang memungkinkan untuk

konektivitas dan peralihan ke lain akses teknologi, termasuk semua teknologi

3GPP dan 3GPP2 serta WiFi dan fixed line broadband seperti DSL dan GPON.

Jaringan E-UTRAN adalah jaringan yang jauh lebih sederhana daripada

jaringan sebelumnya pada jaringan 3GPP. Semua masalah pemrosesan paket IP

dikelola pada core EPC, memungkinkan waktu respons yang lebih cepat untuk

penjadwalan dan re-transmisi dan juga meningkatkan latency dan

throughput.

RNC (Radio Network Controller) telah sepenuhnya dihapus dan

sebagian besar dari fungsionalitas RNC pindah ke eNodeB yang terhubung

langsung ke evolved packet core.

Page 60: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

44

Gambar 2.23. Evolved packet core dalam arsitektur jaringan LTE

Pada gambar 2.22. Evolved packet core dalam arsitektur jaringan LTE

memungkinkan terhubung langsung atau melakukan perluasan jaringan

ke jaringan nirkabel lainnya. Sehingga operator dapat mengatur fungsi kritis

seperti mobilitas, handover, billing, otentikasi dan keamanan dalam jaringan

selular.

IP dikembangkan pada wired networks data link dimana endpoint

dan terkait kapasitas (bandwidth) statis. Masalah arus trafik pada jaringan tetap,

akan muncul apabila link kelebihan beban atau rusak. Kelebihan beban dapat

dikelola dengan mengontrol volume trafik yaitu dengan membatasi jumlah

pengguna terhubung ke sebuah hub dan bandwidth yang ditawarkan.

Jaringan EPC meningkatkan performa secara paket tidak perlu lagi

diproses oleh beberapa node dalam jaringan. LTE menggunakan teknologi

retransmisi di eNodeB, untuk mengelola beragam laju data yang sangat cepat.

Hal tersebut memerlukan buffering dan mekanisme kontrol aliran ke

eNodeB dari jaringan inti untuk mencegah overflow data atau loss bila tiba-tiba

sinyal menghilang yang dipicu oleh retransmission tingkat tinggi.

Page 61: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

45

2.7.4 Perbandingan Karakteristik LTE dengan UMTS/HSPA

Karakteristik Kunci LTE dengan perbandingan jaringan UMTS/ HSPA

yang ada saat ini, antara lain:

a. Peningkatan Air interface memungkinkan peningkatan kecepatan data:

LTE dibangun pada all-new jaringan akses radio didasarkan

pada teknologi OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing).

Ditetapkan dalam 3GPP Release 8, Air interface untuk LTE

menggabungkan OFDMA-based dan skema akses multiple untuk

downlink, dan SC-FDMA (Single Carrier FDMA) untuk uplink.

Hasil dari fitur Air interface ini adalah peningkatan kinerja radio secara

signifikan, dapat menghasilkan sampai lima kali rata-rata throughput

HSPA. Kecepatan data puncak pada downlink diperluas hingga

maksimum secara teoretis 300 Mbit/s per 20 MHz dari spektrum.

Demikian juga, tingkat uplink LTE teoretis dapat mencapai 75 Mbit/s

per 20 MHz dari spectrum.

b. Efisiensi spektrum yang tinggi: efisiensi spektrum LTE yang lebih besar

memungkinkan operator untuk mendukung peningkatan jumlah

pelanggan di dalam alokasi existing dan spektrum alokasi yang akan

datang, dengan suatu pengurangan biaya pengiriman per bit nya.

c. Perencanaan radio yang fleksibel: jangkauan cell LTE dapat mencapai

performa yang optimum hingga 5 km. Hal tersebut, masih mampu

untuk mengirimkan hingga capaian efektif di dalam ukuran sel hingga

radius 30 km, dengan capaian maksimal batasan sel hingga radius 100

km.

d. Mengurangi Latency: Dengan mengurangi waktu round-trip ke 10ms

atau bahkan lebih (dibandingkan dengan 40–50ms untuk HSPA), LTE

dapat memberikan kepada user sesuatu yang lebih responsif.

Hal ini memungkinkan , layanan secara real-time seperti high-quality

konferensi audio/video dan permainan multi-player.

e. Lingkungan All-IP : salah satu fitur yang paling signifikan adalah transisi

Page 62: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

46

LTE menuju 'flat', jaringan inti berbasis all-IP dengan arsitektur

yang disederhanakan dan open interface.

2.7.5 Layanan-Layanan LTE

Melalui kombinasi downlink dan kecepatan transmisi (uplink) yang

sangat tinggi, lebih fleksibel, efisien dalam penggunaan spektrum dan dapat

mengurangi paket latensi, LTE menjanjikan untuk peningkatan pada

layanan mobile broadband serta menambahkan layanan value-added baru yang

menarik.

Manfaat besar bagi pengguna antara lain streaming skala besar,

download dan berbagi video, musik dan konten multimedia yang semakin

lengkap. Untuk pelanggan bisnis LTE dapat memberikan transfer file besar

dengan kecepatan tinggi, video conference berkualitas tinggi dan nomadic

access yang aman ke jaringan korporat.

Semua layanan ini memerlukan throughput yang signifikan lebih

besar untuk dapat memberikan quality of service. Tabel 2.2. berikut

menggambarkan beberapa layanan dan aplikasi LTE:

Tabel 2.2. Klasifikasi layanan mobile pada LTE [29]

KATEGORILAYANAN SAAT INI LTE

Layanan Suara Real-time audio VoIP, konferensi videoberkualitas tinggi

Pesan P2F SMS, MMS, e-mailprioritas rendah

Pesan foto, IM, mobile e-mail,Pesan video

Browsing Akses ke layananinformasionline dimanapengguna membayartarif jaringan standar.Saat ini terbatas untukbrowsing WAPmelalui JaringanGPRS dan3G

Browsing super-cepat, mengupload konten ke social situsjaringan

Informasipembayaran

Informasi berbasis teks E-newspapers , streamingaudio berkualitas tinggi

Page 63: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

47

Personalisasi Didominasi ringtones,termasukscreensaver danringbacks

Realtones (asli artis rekaman),situs Web mobile pribadi

Games Didownload dan onlinegame

Permainan game online secarakonsisten pada jaringan fixedmaupun mobile

TV/ video ondemand

Video streaming dankonten videohasildownload

Layanan siaran televisi, trueon-demand television ,streaming video kualitastinggi

Musik Full track downloads ,layanan radio analog

Download musik berkualitastinggi

Konten pesandanlintas media

Pesan peer-to-peersertainteraksi denganmedia lainnyamenggunakankonten pihakketiga

Distribusi klip video, layanankaraoke, video berbasis iklanmobile dengan skala yang luas

KATEGORILAYANAN SAAT INI LTE

M-commerce fasilitas pembayarandilakukan melaluijaringan selular

Mobile handset sebagai alatpembayaran, rincianpembayaran dibawa melaluijaringan kecepatan tinggiuntuk memungkinkanpenyelesaian transaksi secaracepat

Mobile datanetworking

Akses ke intranetperusahaan dan database

transfer file P2P, aplikasibisnis, application sharing,komunikasi M2M, mobileintranet / ekstranet

2.7.6 LTE Link Budget

Link budget adalah perhitungan dari semua gain dari pemancar dan

terima setelah melalui redaman di berbagai media transmisi hingga

akhirnya diterima oleh receiver di dalam sebuah sistem telekomunikasi.

Link budget akan memperhitungkan besarnya redaman dari sinyal

termasuk di dalamnya berbagai macam redaman propagasi yang

dipancarkan selama proses propagasi berlangsung. Ilustrasi link budget

dan gambaran tentang alur propagasi sinyal mulai dari sisi pengirim hingga

Page 64: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

48

ke sisi penerima. Ada pada gambar 2.23 berikut

Gambar 2.24. Ilustrasi Link Budget LTE

Dimana :

Ptx = Sinyal pancar yang dikeluarkan oleh pengirim

Gtx = Gain atau penguatan yang ada di sisi pengirim

Apl = Besarnya redaman yang terjadi selama proses propagasi

Prx = Sinyal pancar yang sampai di penerima

Grx = Gain atau penguatan sinyal di sisi penerima setelah melalui proses

propagasi.

Secara umum dari ilustrasi gambar 2.4 maka link budget bisa

dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok perangkat

pengirim dan penerima serta kelompok media propagasi.

Link budget dari teknologi LTE dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

sudah diatas . Besarnya Down Load (DL) link budget dinyatakan dalam

persamaan 2.1 berikut.

(DL) link budget = [(DL Tx power) + (DL Tx Antena Gain) + (Other DL Tx

Gain) + (DL RX Antena Gain) + (Other DL RX Gain) + (Urban Correction)–

Page 65: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

49

(Thermal Noise) - ((RX SNR) – (DL RX Noise Figure) – (Implementation Loss)

–(Interfarance Margin) – (Fade Margin)(2.1)

Sedangkan besarnya Upload (UL) link budget dinyatakan dan bisa

dihitung dengan persamaan 2.2 berikut.

(UL) link budget = [(UL Tx power) + (UL Tx Antena Gain) + (Other DL Tx

Gain) + (UL RX Antena Gain) + (Other UL RX Gain) + (Urban Correction) +

(UL Subchanelling Gain) - (Thermal Noise) - ((RX SNR) – (UL RX Noise

Figure) – (Implementation Loss) – (Interfarance Margin) – (Fade Margin) (2.2)

2.7.7 Perangkat Pengirim LTE

Perangkat pengirim dalam teknologi LTE dikenal sebagai BTS.

Berfungsi mengirimkan sinyal dari BTS ke arah perangkat penerima Costumer

Premise Equipment (CPE). Sinyal yang dikirim ini disebut sebagai Down Link

(DL) signal dan menerima sinyal balikan dari perangkat CPE. Sinyal balikan

dari CPE ini disebut Upload (UL) signal.

Sedangkan perangkat penerima dalam teknologi mobile LTE dikenal

dengan istilah CPE. Perangkat ini berfungsi mengirimkan sinyal dari CPE ke

arah Base Station (UL signal) dan menerima sinyal balikan dari perangkat Base

Station (DL signal).

Di samping sinyal pengirim dan penerima ada faktor lain dari sisi

perangkat yang mempengaruhi besarnya sinyal yang diterima yakni noise figure,

thermal noise, receiver SNR dan uplink subchanellization gain.

a. Noise Figure adalah pengukuran dari degradasi Signal to Noiser Ratio

(SNR) dikarenakan komponen-komponen yang ada pada RF signal chain. Nilai

ini biasa didapatkan dari membandingkan sinyal noise keluaran dari perangkat.

b. Thermal Noise adalah noise yang timbul karena pengaruh suhu atau panas

terhadap frekuensi yang digunakan.

c. Receiver SNR. Nilai receiver SNR sangat bergantung pada skema

modulasi yang digunakan. LTE secara adaptif akan memilih skema penggunaan

Page 66: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

50

bergantung dari kondisi dan jarak dari pengguna terhadap BTS.

d. Uplink Subchanneling Gain adalah penguatan yang terjadi di sisi uplink

dikarenakan adanya pengiriman sinyal data menggunakan semua sinyal

carrier secara simultan.

2.7.8 Media Propagasi

Jarak dan halangan antar BTS dengan CPE menimbulkan berbagai

redaman yang timbul karena berbagai faktor. Beberapa parameter lain yang

digunakan dalam perhitungan link budget adalah :

a. Implementation loss adalah redaman yang muncul karena adanya error

yang tidak diharapkan saat proses instalasi berlangsung, baik itu muncul dari

perangkat atau dari faktor manusia sebagai pelaku implementasi perangkat.

b. Interference margin adalah rugi-rugi akibat adanya interferensi co-channel

saat pengembangan jaringan dengan frekuensi re-use. Sebagai dampaknya

pelanggan yang berada di batas sektor akan mengalami penurunan dalam

kualitas koneksi.

c. Penetration Loss adalah redaman yang muncul sebagai akibat adanya user

yang berada di dalam gedung. Saat perangkat CPE digunakan di dalam gedung

maka kualitas sinyal akan berkurang banyak.

d. Fade margin adalah redaman yang muncul saat pengguna melintasi

rerimbunan pohon atau berada di daerah pantulan. Hal ini juga akan berpengaruh

pada kuat lemah sinyal yang diterima.

2.7.9 Path Loss Model

LTE masih masuk dalam range kerja pemodelan Erceg yang

berkisar antara 1.900 MHz < f < 3.500 MHz . Rumus perhitungan path loss dari

tiap base station dengan erceg model adalah :

PL= A + 10 · γ · log10( d / d0 ) + PLf + PLh + s dB ……… ……………… (2.3)

Dimana :

Page 67: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

51

hb = tinggi perkiraan base station, rangenya berkisan antara 10 - 80m.

Tiga macam skenario propagasi

Terrain Type A: Kondisi berbukit dengan jumlah pepohonan sedang.

Terrain Type B: Kondisi path-loss menengah

Terrain Type C: Kondisi topografis dengan jumlah pohon sedikit hb = 30 m

Tabel 2.3 Tabel Skenario Propagasi [11]

ModelParameter

Terrain TypeA

Terrain TypeB

Terrain TypeC

a 4,6 4 3,6

b 0,0075 0,0065 0,005

c 12,6 17,1 20

2.7.10 Faktor Geografis

Seperti yang telah disebutkan diatas selain pemilihan teknologi, faktor

geografis juga memiliki andil dalam menentukan cakupan dari LTE. Dengan luas

tertentu maka harus diperhitungkan berapa perangkat yang harus terpasang.

Gambar 2.24 merupakan wilayah Jakarta dengan luas wilayah 740,28 km2

Gambar 2.25. Peta wilayah Jakarta

Page 68: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

52

2.8 Solusi NSN (Nokia Siemens Network) Untuk Jaringan LTE

Peran vendor tidak bisa dipisahkan dalam pengembangan teknologi

Telekomunikasi. Kondisi saat ini, operator telekomunikasi selular

sedang berlomba-lomba untuk membangun infrastruktur yang mendukung

permintaan pelanggan tentang bandwith yang besar.

Solusi jaringan LTE diberikan oleh NSN kepada operator dalam

mengembangkan kebutuhan telekomunikasi berpita lebar.

Gambar 2.26. Solusi NSN Untuk Setiap Jalur Migrasi LTE [12]

Pada gambar 2.26 adalah solusi LTE Nokia Siemens pada seluruh

jaringan LTE, memungkinkan awal migrasi ke arsitektur flat network, dengan

menyajikan migrasi teknologi sesuai dengan standar LTE 3GPP, performa

tinggi, serta memiliki jaringan mobile broadband yang dapat diandalkan.

2.9 Produk NSN Untuk Perangkat BTS (Base Transceiver Station) LTE

NSN memimpin dalam pengembangan teknologi LTE di industri

telekomunikasi dan memberikan solusi untuk semua jenis layanan

telekomunikasi. Operator dapat mengambil keuntungan dari keunggulan produk-

produk NSN untuk membangun jaringan radio telekomunikasi berbasis

LTE.

Page 69: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

53

Berikut adalah overview untuk beberapa perangkat radionya

2.9.1 Sektor RF Module

Gambar 2.27. 3-Sector RF module [12]

Flexi 3-Sektor RF Modul merupakan suatu RF Modul dengan 3 x 70W

power amplifier memberikan 3 x 60W pada konektor antena. Dukungan

jangkauan sampai dengan jarak 20 km dari Sistem Modul (distributed site

configuration).

2.9.2 Flexi Multimode System Module

Gambar 2.28. Flexi Multimode System Module [12]

Flexi multimode system module merupakan perangkat jenis kategori

prosessing power pada sebuah BTS (Base Transceiver Station). Mendukung

standar LTE, memiliki 3 sell masing-masing 20 MHz tiap sell, memiliki

MIMO Kapabilitas.

2.9.3 Flexi Multiradio BTS With MIMO

Merupakan perangkat BTS yang fungsional dan compact serta telah

mendukung teknologi LTE. Perangkat terdiri dari sistem modul, dua 3-sector RF

Page 70: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

54

Modul, tiga sel /sektor dengan daya 120W, MIMO 2x2, bandwidth 20MHz, RF

redundansi, 4 way UL diversity (opsional), TMA / MHAs (opsional). Dapat

meningkatkan OPEX, karena konsumsi listrik adalah 25% lebih rendah dari

generasi sebelumnya. Perangkat Flexi Multiradio tersebut terlihat pada

Gambar 2.9.

Gambar 2.29. Flexi Multiradio BTS Dengan MIMO [12]

Page 71: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

55

2.10 Skenario Migrasi BTS NSN Flexi WCDMA ke LTE

Berikut adalah skenario migrasi BTS NSN Flexi WCDMA ke LTE :

Gambar 2.30. Skenario Migrasi BTS NSN Flexi WCDMA ke LTE [13]

Konsep dalam melakukan upgrade pada skenario migrasi perangkat

BTS pada gambar 2.10 antara lain :

Fokus pada perlindungan investasi

Re-use site yang telah ada untuk instalasi

Pemanfaatan spektrum pada antenna

Backhaul sharing antara LTE dan 2G/3G

Menambahkan RF modul LTE pada base station 3G

Page 72: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

56

2.11. Dasar Acuan Perancangan Antena

Wilson Julius, Syah Alam, S.Pd, M.T, Dr. Harry Arjadi, M,Sc,

Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta[31], telah mengeksperimentasikan

antena LTE mikrostrip untuk frekuensi 2,3 Ghz pada aplikasi mobile dan

frekuensi 2,5 Ghz untuk fixed frekuensi. Dengan menggunakan substrat jenis FR4

Epoxy dengan perancangan model antena mikrostrip bentuk persegi empat.

Disebutkan bahwa, model pencatuan menggunakan metode saluran

mikrostrip (microstrip feed line). Saluran ini mempengaruhi matching pada antena

mikrostrip. Untuk me-matching-kan antena, hal yang perlu dilakukan adalah

dengan mengubah-ubah ukuran dari elemen pencatu dengan memberikan stub dan

mengubah-ubah posisinya dengan patch.

Peripheral slits digunakan dalam pemodelan patch pada referensi

pembanding ini. Yaitu salah satu teknik miniaturisasi ukuran antena mikrostrip

yang bekerja dengan cara membuat belahan pada sisi-sisi patch antena.

Penggunaan slits akan menggangu aliran arus dipermukaan, memaksa arus untuk

berbelok-belok, yang kemudian meningkatkan panjang elektris dan patch.

Jumlah slits yang digunakan semakin banyak juga akan dapat mengurangi

frekuensi kerja. Dengan menggunakan beberapa buah slits, arus dipermukaan

akan mengalir di sekeliling slits. Hasilnya adalah memperpanjang ukuran elektris

dari patch dan timbulnya arus normal. Gambar 2.30 Antena LTE 6 Slits

Page 73: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

57

Azwar Mudzakkir Ridwan, Nanang Ismail, MT, dan Afaf Fadhil R, MT,

Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi UIN SGD Bandung[32], telah

melakukan perancangan serta simulasi antena mikrostrip array bentuk segiempat

untuk aplikasi LTE pada frekuensi 2,3 Ghz. Dengan menggunakan substrat jenis

FR4 Epoxy dengan perancangan model antena mikrostrip bentuk persegi empat.

Perancangan patch segiempat dilakukan melalui beberapa tahapan

perhitungan untuk mendapatkan dimensi patch. Dengan frekuensi tengah 2,3 Ghz,

panjang gelombang 130,4347 mm, w = 39,68997 mm, lebar patch = 30,76827

mm, dan lebar pencatu = 18,18 mm.

Perancangan saluran pencatu mikrostrip ini menggunakan array bentuk T-

junction yang disebut sebagai paralel feed dengan dua saluran yaitu, 50 Ω dan 70

Ω T-junction umumnya digunakan sebagai pembagi daya dalam antena array.

Power divider yang dipakai dalam perancangan ini memiliki nilai sebesar 70,7 Ω.

Gambar 2.31 Antena Mikrostrip Array Persegi Empat

Page 74: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

58

Halomoan Togatorop, Dr. Heroe Wijayanto, Ir, MT, Dr. Yuyu Wahyu, Ir,

MT, Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom[33], melaporkan bahwa telah

melakukan perancangan dan realisasi antena mikrostrip MIMO Bowtie pada

frekuensi 2,3 Ghz untuk aplikasi LTE.

Dengan menggunakan substrat jenis FR4 Epoxy dengan perancangan

model antena mikrostrip bowtie. Disebutkan bahwa, model pencatuan

menggunakan metode saluran mikrostrip (microstrip feed line). Saluran ini

mempengaruhi matching pada antena mikrostrip.

Gambar 2.32 Antena Mikrostrip Patch Bowtie

Page 75: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

59

BAB III

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PERSEGI

3.1. Dasar Perancangan Antena

Pada skripsi ini akan dirancang antena mikrostrip persegi yang beroperasi

diwilayah frekuensi kerja wideband 2,3-2,4 Ghz. Berdasarkan pada rentang

frekuensi tersebut maka dalam perancangan ini telah ditentukan frekuensi tengah

pada 2,3 Ghz.

Adapun bebrapa tahapan dalam perancangan antena ini, diantaranya

menentukan media substrat yang akan digunakan, dengan spesifikasi konstanta

dielektrik (εr) 2.2, ketebalan substrate (h) 1.57 mm, dan dielektrik loss tangent (

tanδ ) 0.002, dapat ditentukan lebar saluran pencatu untuk penggunaan pada

impedansi karakteristik sebesar 50 Ω, penentuan lebar saluran diperoleh melalui

penggunaan software PCAAD 5.0.

Dengan menggunakan data substrat tersebut, didapat lebar saluran

pencatu yaitu sebesar 4.8 mm. Perancangan dilakukan dengan menggunakan suatu

metode feed line untuk analisis ukuran suatu patch radiator.

Langkah selanjutnya adalah proses desain dan simulasi gabungan patch

mikrostrip dan saluran pencatu menggunakan software AWR Microwave Office.

Dimana dimensi patch dapat dihitung menggunakan persamaan pada bab

sebelumnya, sementara dimensi substrat yang akan digunakan dalam perancangan

ini telah ditentukan sebesar 80x80 mm2.

Melalui bantuan penggunaan software ini hasil rancangan dapat

disimulasikan untuk melihat parameter antena yang didapat, seperti return loss,

VSWR, pola radiasi bandwidth, gain dan lain sebagainya.

Sebagai standar minimum, dimana antena dapat dikatakan optimum jika

parameter hasil simulasi di dapat return loss (RL) < -10 dB, VSWR antara 1

sampai 2, dan untuk antena mikrostrip ini jika diperoleh bandwidth > 130 MHz.

Jika parameter tersebut belum tercapai, maka dapat dilakukan berbagai

modifikasi sampai didapat nilai yang dikehendaki. Modifikasi yang dilakukan

Page 76: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

60

dalam perancangan ini antara lain, memberikan slot pada radiator patch bujur

sangkar untuk mencapai frekuensi resonansi yang sesuai, serta dilakukan

pembatasan pada sisi Ground Plane, yang digunakan pada teknik microstrip

dengan tujuan untuk mendapatkan bandwidth yang lebar.

3.2. Media Perancangan Antena

Adapun media perancangan yang digunakan antara lain :

1. Media Substrat dan konektor

2. Software simulasi dan rancangan

3. Hardware perancangan dan alat ukur

Dalam tabel 3.1 diperlihatkan spesifikasi media yang digunakan meliputi,

tipe substrate, dielektrik konstan, ketebalan substrate, dielektrik loss tangent, dan

dimensi substrate yang akan digunakan. sementara konektor yang digunakan

untuke terminal saluran antena adalah konektor Sub Miniature version A (SMA)

dengan impedansi 50 Ω.

Tabel 3.1 Spesifikasi media substrate antena mikrostrip

Tipe substrate Rogers RT/Duroid 5880

Konstanta dielektrik (εr) 2.2

Ketebalan substrate (h) 1.57 mm

Dielektrik loss tangent ( tanδ ) 0.002

Dimensi substrate 80x80 mm2

3.2.1 Software dan Hardware Perancangan Antena

Terdapat software yang digunakan dalam perancangan ini, diantaranya

Personal Computer Aided Antenna Design (PCAAD), AWR Microwave Office

dan Corel Draw X5.

1. PCAAD 5.0

Page 77: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

61

Software ini digunakan sebagai program yang membantu untuk

menentukan lebar saluran pencatu, cukup dengan menginputkan nilai

impedansi, ketebalan substrate dan konstanta dielektrik antena mikrostrip

yang diinginkan. PCAAD yang digunakan dalam perancangan ini adalah

versi 5.0.

2. AWR Microwave Office 2002 v.5.53

AWR MWO merupakan salah satu software yang biasa digunakan untuk

melakukan simulasi dan melakukan desain pemodelan antena yang akan

dirancang, serta mensimulasikan hasil rancangan untuk melihat nilai

parameter antena yang dibentuk seperti return loss, VSWR, pola radiasi,

polarisasi, gain dan lain sebagainya. AWR MWO yang digunakan dalam

perancangan ini adalah 2002 v.5.53 .

3. Corel Draw X5

Software ini digunakan untuk mendesain ulang pemodelan antena yang

telah dismulasikan untuk kebutuhan proses fabrikasi antena. Untuk

mencetak bentuk rancangan antena, dilakukan proses pengikisan lapisan

konduktor atau biasa disebut proses etching.

Sementara hardware yang digunakan dalam perancangan ini meliputi

perangkat computer, peralatan perancangan dan alat ukur dengan keterangan

sebegai berikut :

1. Laptop

Laptop yang digunakan setidaknya harus memiliki spesifikasi perangkat

diatas kebutuhan software AWR MWO dan mampu untuk dilakukan

simulasi antena.

2. Peralatan perancangan dan alat ukur

Peralatan yang digunakan dalam perancangan antenna ini meliputi

perangkat standar workshop seperti solder, tang, timah, cutter, penggaris,

dan lain sebagainya. Sementara alat ukur yang digunakan untuk

Page 78: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

62

mengetahui parameter dari antena adalah Microwave Network Analyzer

Agilent tipe N5230C : A.08.50.10.

3.3. Perancangan Antena Mikrostrip

Metode perancangan antena mikrostrip persegi untuk aplikasi LTE

terdapat pada diagram alir perancangan antena mikrostrip pada gambar 3.1. Ada

perancangan antena mikrostrip segiempat dilakukan melalui dua tahapan, yaitu :

pertama merancang ukuran jarak patch radiator persegi dan kedua merancang

saluran pencatu. Pada perancangan ini digunakan proses analisis dan proses

penggunaan software melalui metode simulasi.

Penggunaan frekuensi resonansi 2,3 Ghz merupakan dasar dari acuan yang

digunakan pada sistem rancangan. Kemudian karakteristik substrat RT Duroid

5880 dengan spesifikasi ketebalan 1,57 mm dengan konstanta dielektrik 2,2.

Page 79: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

63

Tidak ?

YA ?

Gambar 3.1 Diagram alir perancangan melalui metode simulasi

Antena mikrostrip LTEdengan lebar frekuensi 2.3-

2.4 GHz

Frekuensi centerFc = 2.3 GHz

= 2.2Material substratRT / Duroid 5880

h =1.57Loss tangen = 0.002

Dimensi patchL=W= 45,6 mm

Merancang Lebar salurantransmisi

Impedansi 50 Ohm

Implementasi desainantena mikrostrip persegi

AWR microwave office

Menjalankan simulasipada sofware AWRMWO

Rl < -10 dB1≤VSWR≤ 2

BW > 130 MHz

Modifikasi antenna :1.panjang dan Lebar celah2.pembatasan pada bidanggroundplane

Selesai

Start

Page 80: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

64

3.4. Rancangan Dasar Antena

3.4.1 Menentukan Lebar Saluran Pencatu

Penentuan lebar untuk saluran pencatu dalam perancangan ini

menggunakan program PCAAD 5.0, untuk mencari nilai lebar saluran (Wf) dapat

menginputkan data substrate seperti dielektrik konstan (εr) dan ketebalan

substrate (h) seperti terlihat pada gambar. Untuk menghitung lebar saluran dipilih

opsi Compute Width dengan impedansi karakteristik yang dikehendaki, dalam

perancangan ini digunakan impedansi karakteristik antena sebesar 50Ω.

Gambar 3.2 Tampilan software PCAAD untuk menentukan lebar saluran antena

Dengan menginputkan karakteristik impedansi 50 Ω pada isian

Characteristic Impedance, h = 1.57 mm = 0.157 cm pada isian Substrate

Thickness, dan εr = 2.2 pada isian Dielectric Constant, maka didapat ukuran

lebar saluran mikrostrip sebesar 0.483 cm yang ditunjukkan pada kotak Line

Width. Dan untuk kebutuhan perancangan maka lebar saluran dibulatkan menjadi

0.48 cm = 4.8 mm.

Page 81: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

65

Gambar 3.3 Ukuran Lebar Saluran Pencatu Antena

3.4.2 Menentukan Dimensi Patch

Pada tahap ini ditentukan terlebih dahulu frekuensi kerja (fc), dimana

jangkauan frekuensi yang digunakan pada perancangan antena ini yaitu dari 2-3

GHz. Dengan mengacu kepada aplikasi LTE (Long Term Evolution) yang sudah

dikomersilkan oleh perusahaan operator Telekomunikasi pengembang jaringan

LTE [28], maka frekuensi kerja (fc) yang digunakan yaitu pada 2.3 GHz.

Perancangan dimensi patch peradiasi dari sebuah antena mikrostrip

model persegi, Pada tahap ini dapat ditentukan terlebih dahulu frekuensi

tengah, dimana jangkauan frekuensi yang digunakan pada 2.3 – 2.4 GHz,

dengan frekuensi bawah ( ) dan batas frekuensi atas ( ), maka dapat

ditentukan frekuensi tengah ( ) menggunakan persamaan (2.20) sebagai

berikut:

=

=. .

= 2.35Maka untuk dapat bekerja pada frekuensi 2.3 GHz, dimensi patch antena

dapat dihitung menggunakan persamaan (2.3):

L = √

Page 82: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

66

L =/. . √ .

L = 0.04397 m = 43.97 mm

Dikarenakan adanya efek fringing, seperti yang telah dijelaskan pada bab

2, maka untuk patch persegi digunakan panjang efektif dengan menggunakan

persamaan (5) :

Leff = L+2∆L

Dimana untuk menyelesaikan perhitungan tersebut digunakan persamaan

(2) untuk menghitung W, persamaan (6) untuk menghitung re.ff , dan

persamaan (4) untuk menghitung ∆L, diperoleh :

2

12

rf

cW

O

2

12.2Hz2.3x10.2

m/s10 x3

9

8

W

mmmW 56.5105156.0

Dengan mensubtitusikan nilai W pada persamaan (6) maka diperoleh :

W

d

rrreff

121

1

2

1

2

1

Page 83: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

67

m

mreff

05156.0

00157.0.121

1

2

12.2

2

12.2

reff = 2.113

mmmW 56.5105156.0

Dan dari persamaan (4) diperoleh :

8,0258,0

264,03,0412,0

h

wh

w

hL

eff

eff

8,0

00157.0

01731.0258,0113.2

264,000157.0

05156.03,0113.2

00157.0412,0

m

mm

m

mL

L = 0.000804m = 0.804 mm

Sehingga panjang patch efektif diperoleh :L = + 2∆= 43.97 mm + 2. 0.804 mm

= 45.57 mm

Didapat panjang sisi efektif untuk patch persegi sebesar 45.57 mm, untuk

kebutuhan dalam perancangan maka dibulatkan menjadi 45,6 mm pada Simulator

AWR 2002.

Page 84: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

68

Gambar 3.4 Ukuran Sisi Patch Persegi

3.4.3 Konfigurasi Pada Software Simulasi AWR Microwave Office 2002

Proses simulasi pada program simulator ini dilakukan pada software AWR

Microwave Office 2002. Proses ini dilakukan untuk menyesuaikan data substrat

yang akan digunakan dalam perancangan antena.

Langkah 1

Untuk memulai perancangan dapat dilakukan dengan membuat file project

baru dengan memilih menu File > New Project. Kemudian untuk membentuk

area substrat dibuat melalui menu Project > Add EM Structure > New EM

Structure.

Page 85: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

69

Gambar 3.5 Tahap awal simulasi pada Software Microwave Office 2002

Langkah II

Lalu untuk menyesuaikan data substrate seperti dimensi dan spesifikasi

substrate melalui menu Structure > Enclosure, untuk kemudian pada menu

tersebut diinputkan data substrate seperti ditunjukkan pada Gambar 3.5.

Dengan pilihan unit satuan dalam millimeter (mm). penentuan ukuran sel

disesuaikan dengan ketentuan spesifikasi substrate, dan dalam rancangan ini

untuk tipe RT Duroid 5880 ditentukan ukuran cell size adalah 0.8 mm yang

didapat dari perbandingan antara dimensi X dan Y yaitu, 80:100 dan

perbandingan terhadap divisi X dan Y sebesar 80:100.

Gambar 3.6 Konfigurasi Ukuran Dimensi Substrate Antena

Page 86: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

70

Langkah III

Pada menu Dielectric Layers, substrate ditempatkan ditengah box dimana

layer atas dan layer bawah adalah lapisan udara, dengan ketebalan kurang lebih 9

kali ketebalan substrate, seperti yang terlihat pada Gambar 3.6.

Gambar 3.7 Konfigurasi Layer Dielektrik Antena

Langkah IV

Dan untuk penyesuaian batasan antena (Boundaries Setting) dapat diatur

pada menu Boundaries, menggunakan pendekatan ruang terbuka dengan

hambatan udara pada kedua sisi antena sebesar 377 Ω seperti yang ditunjukkan

pada Gambar 3.7.

Gambar 3.8 Konfigurasi Boundaries Setting pada Antena

Page 87: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

71

Langkah V

Penambahan port untuk jenis pencatuan dengan saluran mikrostrip ini

dapat ditambahkan melalui menu Draw > Add Edge Port, untuk posisi port

tersebut ditempatkan ujung saluran tepatnya di bagian tepi pada substrate, dan

penempatan port pada saluran ditunjukkan pada Gambar 3.8.

Gambar 3.9 Penggunaan Port pada Saluran Pencatu

Langkah VI

Pengukuran parameter antena dapat dilakukan melalui simulasi yang dapat

ditambahkan melalui menu Project > Add Graph, untuk menentukan parameter

antena yang akan ditampilkan dapat dipilih melalui opsi yang ditampilkan pada

gambar 3.12.

1. Untuk return loss dapat dipilih melalui opsi Rectangular kemudian

rename graph 1 menjadi return loss lalu klik kanan dengan Measurement

Type : Port Parameter, Measurement : S, Data Source name : EM

Structure 1, Complex Modifier : Magnitude dan ceklis result type : DB.

2. Untuk VSWR dapat dipilih melalui opsi Linier kemudian rename graph 2

menjadi VSWR lalu klik kanan dengan Measurement Type : Linier,

Page 88: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

72

Measurement : VSWR, Data Source name : EM Structure 1, dan ceklis

result type : DB.

3. Kemudian untuk Impedansi Masukan (Zin) dapat dipilih melalui opsi

Smith Chart kemudian rename graph 3 menjadi Zin lalu klik kanan

dengan Measurement Type : Linier, Measurement : Zin, dan Data Source

name : EM Structure 1.

4. Sementara untuk menampilkan pola radiasi antena dapat dipilih melalui

opsi Antena Plot kemudian rename graph 4 menjadi Pola Radiasi lalu klik

kanan dengan Measurement Type : Antena, Measurement : PPC_TPwr

(Total radiation Power), Data Source name : EM Structure 1 dan ceklis

result type : DB.

5. Kemudian untuk menampilkan Polarisasi antena dapat dipilih melalui opsi

Antena Plot kemudian rename graph 4 menjadi Polarisasi lalu klik kanan

dengan Measurement Type : Antena, measurement : PPC_ETheta

(Polarisasi pada fungsi Theta), Data Source name : EM Structure 1 dan

ceklis result type : DB. Untuk menambahkan satu bentuk polariasi lagi

klik kanan pada polarisasi dengan Measurement Type : antena,

Measurement : PPC_EPhi (Polarisasi pada fungsi Phi), Data Source name

: EM Structure 1 dan ceklis result type : DB.

Gambar 3.10 Pilihan Opsi pada AWR MWO untuk Program Simulasi Antena

Page 89: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

73

Gambar 3.11 Pilihan perancangan parameter pada Microwave Office untuk

Program Simulasi Antena

Langkah VII

Pengaturan jangkauan frekuensi yang akan digunakan dapat dilakukan

pada menu Options > Project Options, pengaturannya dengan Modify Range :

Start untuk menentukan awal jangkauan frekuensi yang akan digunakan, Modify

Range : Stop untuk akhir jangkauan frekuensi, dan Modify Range : Step untuk

kerapatan jangkauan frekuensi, kemudian untuk Sweep Type dipilih opsi Linier

dalam satuan GHz, pengaturan ini ditunjukkan seperti pada Gambar 3.10.

Untuk tahap awal dalam perancangan ini, jangkauan frekuensi yang akan

digunakan dimulai pada frekuensi 1 GHz dan berakhir pada 3 GHz dengan

kerapatan jangkauan frekuensi 0.1 GHz.

Selanjutnya untuk memulai simulasi dapat dilakukan dengan memilih

menu Simulate > Analyze, kemudian simulasi akan diproses dan parameter

antena hasil dari simulasi akan ditampilkan pada akhir proses.

Page 90: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

74

Gambar 3.12 Pengaturan Jangkauan Frekuensi pada Perancangan Antena

3.5. Konfigurasi Rancangan Antena

Antena yang dirancang dalam penelitian ini merupakan jenis antena

planar yang dicetak pada single layer substrate dengan εr = 2.2 dan h = 1.57 mm

dengan panjang 45.6 mm2, dimana patch ini berbentuk persegi dengan pencatu

saluran mikrostrip yang dicetak pada satu sisi dan ground plane sebagian pada sisi

yang lain.

Perancangan antena ini dilakukan dalam beberapa tahapan uji coba,

dimana pada tahap awal ini adalah untuk mencari rancangan yang optimum yang

terlihat pada nilai return loss hasil simulasi, dimana patch tanpa modifikasi.

Tahap kedua modifikasi dilanjutkan pada patch yang dilakukan dengan

penambahan slot pada radiator, dan tahap ketiga adalah pembatasan ground plane

pada sisi lain substrate.

3.5.1 Pemodelan Patch Pada Antena Persegi

Dalam tahap awal perancangan dibutuhkan sebuah pemodelan yang

menjadi dasar sebuah perancangan antena. Berdasar dari acuan persamaan yang

telah diperoleh sebelumnya dalam merancang dimensi yang akan digunakan,

Page 91: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

75

tentunya akan menghasilkan ukuran-ukuran yang digunakan dalam membuat

antena.

3.5.1.1 Perancangan Antena Persegi Tanpa Modifikasi

Rancangan antena tahap pertama disimulasikan tanpa melakukan

beberapa perubahan yang signifikan. Ukuran panjang (W) dan (L) pada tahap

awal perancangan antena ini yaitu 45,6 mm dan untuk perubahannya ini tidak

dilakukan slot pada bidang radiator, namun pada tahap ini dilakukan

pengamatan terhadap hasil yang diberikan jika menggunakan patch tanpa

modifikasi, seperti yang terlihat pada Gambar 3.13.

Gambar 3.13. Rancangan antena patch persegi tanpa modifikasi

Bentuk tersebut merupakan bentuk tahap awal perancangan antena dan

tidak dilakukan perubahan, untuk kemudian dilakukan pengamatan terhadap hasil

keluaran dari simulasi itu, jika menggunakan patch tanpa modifikasi akan terlihat

nilai hasil return loss seperti yang terlihat dalam bentuk grafik pada gambar 3.14

berikut ini.

Page 92: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

76

Gambar 3.14 Hasil return loss patch persegi tanpa modifikasi

Perancangan antena tahap pertama ini hanya dilakukan tanpa memberi

modifikasi, karena untuk tahap ini hanya ingin melihat hasil yang didapat apabila

menggunakan patch tanpa modifikasi sedikitpun dan sekaligus juga untuk

menguji disain apakah dapat mencapai nilai parameter yang diharapkan, yaitu

nilai bandwidth pada frekuensi kerja 2,3 Ghz.

3.5.1.2 Perancangan Antena Persegi Dengan Penambahan Slot Persegi Pada

Tengah Patch Radiator

Rancangan antena selanjutnya disimulasikan dengan melakukan

penambahan slot persegi pada tengah sisi patch. Tahap awal penambahan slot ini

dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.13, dimana pada gambar tersebut

ditampikan bentuk awal pemberian slot persegi pada patch. Ukuran panjang L1 =

16 mm, L2 = 13.6 mm, L3 = 16 mm, W1 = 16.8 mm, dan W2 = 22,8 mm, slot

pada radiator tersebut dapat diatur dan disesuaikan dengan nilai simulasi yang

dihasilkan, ini bertujuan dapat memberikan pengaruh terhadap parameter antena

yaitu nilai bandwidth yang lebar.

Page 93: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

77

Gambar 3.15 Konfigurasi awal pemberian celah persegi pada radiator

Gambar 3.16 Hasil return loss pemberian slot persegi pada peradiasi

Page 94: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

78

Tahapan selanjutnya dilakukan dengan memodifikasi slot persegi itu

sendiri dengan mengurangi ukuran L1=L2=L3 sebanyak 2 kali dengan skala

pengurangan 0.8 mm. Selanjutnya mengurangi W1=W2 sebanyak 2 kali juga

dengan skala setiap penguarangan 0.8 mm seperti pada gambar 3.17. Tujuannya

untuk mencari parameter antena yang optimum dan mendapatkan bandwidth.

Gambar 3.17 Pengurangan dimensi pada slot persegi

Dari hasil perubahan dimensi pada slot persegi dapat dilihat dari grafik

3.18 dibawah ini.

Page 95: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

79

Gambar 3.18 Hasil return loss terhadap perubahan pengurangan dimensi

3.5.1.3 Pembatasan bidang ground plane pada perancangan antena persegi

Konfigurasi rancangan antena persegi dengan melakukan pembatasan pada

sisi ground plane seperti pada gambar 3.19 merupakan tahap terakhir dalam

perancangan antena ini. Dengan adanya pembatasan pada ground plane ini,

diharapkan mampu membentuk karakteristik return loss yang baik dan nilai

bandwidth yang optimum.

Namun, setelah beberapa kali dilakukan ujicoba terhadap penambahan

celah pada ground plane, dan jika dilakukan perbandingan antara ground plane

yang dicelah atau tidak dicelah, ternyata yang menghasilkan bandwidth yang lebih

lebar adalah yang tidak dicelah.

Walau sudah dinilai mendapatkan bandwidth yang cukup lebar, tetapi

masih harus dilakukan ujicoba kembali, sampai didapat nilai yang paling

optimum. Perubahan dilakukan cukup dengan mengubah lebar pada ground plane

(Lg) ke sisi atas atau sisi bawah.

Page 96: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

80

Gambar 3.19 Konfigurasi Penambahan Ground Plane pada Perancangan Antena

Perubahan nilai ukuran diberikan pada Lg yaitu dengan dilakukan

perubahan pada panjang ground plane. Hal ini bisa diamati terhadap pengaruh

kepada pergeseran nilai frekuensi dan bandwidth yang dihasilkan, apabila

diberikan pembatasan pada sisi ground plane.

Untuk hasil pengamatan terhadap hasil perancangan yang dilakukan pada

simulasi tersebut, seperti yang terlihat pada gambar 3.20 nilai return loss.

Pergeseran ground plane dilakukan dengan mengurangi dimensi Lg dengan skala

0,8 mm sebanyak 3 kali.

Gambar 3.20 Hasil return loss terhadap penambahan ground plane

Page 97: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

81

BAB IV

ANALISA PARAMETER ANTENA

4.1. Konfigurasi Antena Hasil Rancangan

Parameter merupakan dasar ukuran atau acuan yang menentukan kinerja

dari suatu antena. Suatu analisis dilakukan untuk melihat dan menilai dari hasil

suatu rancangan ke dalam implementasi yang sebenarnya.

Pada gambar 4.1 menunjukan sebuah pemodelan antena persegi, yang

menjadi dasar acuan untuk melihat unjuk kerja antena mikrostrip yang dapat di

aplikasikan untuk wideband telah digambarkan pada desain tersebut. Yaitu

dengan mengunakan slot persegi yang di gambarkan pada lapisan atas sebuah

material substrate roger RT Duroid 5880 dengan ketebalan substrate 1.57 mm

serta dilakukan pembatasan pada bidang ground plane untuk lapisan bawah

parameter dari geometri antena merupakan dasar serta acuan untuk melihat

unjuk kerja antena paling optimum, gambar dibawah ini memperlihatkan disain

dari antena yang telah dirancang.

Gambar 4.1. Konfigurasi antena hasil rancangan tampak atas

Page 98: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

82

Tabel 4.1 Dimensi ukuran antena hasil perancangan tampak atas

Dimensi Simbol Ukuran(mm)

Panjang substrate 40

Lebar substrate 40

Tebal substrate h 1.57

Panjang antar tepi peradiasi L 45.6

Panjang tepi slot L1 31.2

Panjang slot sisi dalam peradiasi L2 7.2

Lebar antar tepi peradiasi W 45.6

Lebar tepi slot W1 31.2

Lebar slot sisi dalam peradiasi W2 7.2

Gambar 4.2. Konfigurasi antena hasil rancangan tampak bawah

Page 99: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

83

Tabel 4.2 Dimensi ukuran antena hasil perancangan tampak bawah

Dimensi Simbol Ukuran (mm)

Panjang patch pada ground plane Lg 15.2

Lebar patch pada ground plane Wg 38.4

Jarak antara saluran catu dengan tepi substrate, d 36.8

Lebar saluran catu Wf 4.8

Panjang saluran catu Lf 20.8

Gambar 4.3. Konfigurasi antena hasil rancangan tampak samping

Berdasarkan parameter geometri seperti apa yang telah dijelaskan pada

bab sebelumnya, dimana nilai dari setiap parameter sangat mempengaruhi

perolehan optimum dari rancangan antena, pada tahap pertama antena tanpa celah

persegi dan potongan pada groundplane terhadap perolehan frekuensi resonansi,

return loss, dan bandwidth.

Diperoleh nilai return loss yang dianggap optimum pada Lg = 15,2 mm,

dengan membentuk frekuensi resonansi pada 2,3 Ghz (-26,69 Ghz) dengan BW =

595 Mhz. Dengan posisi saluran yang digeser pada jarak tepi substrat pada sumbu

X yaitu 45,6 mm, maka pada rancangan tahap awal ini diperoleh nilai paling

optimum dengan parameter Lg = 15.2 mm dengan dan d = 36.8 mm untuk

dijadikan referensi antena untuk modifikasi selanjutnya.

Page 100: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

84

4.2. Parameter Antena Hasil Rancangan

4.2.1. Parameter Antena Hasil Simulasi

Hasil parameter antena mikrostrip patch persegi dengan metode simulasi

meliputi beberapa nilai-nilai parameter diantaranya yaitu, bandwidth return loss,

VSWR, Input Impedansi, dan Pola Radiasi. Berikut uraian dari hasil simulasi

yang didapatkan.

4.2.1.1. Bandwidth

Gambar 4.5. memperlihatkan grafik dari parameter return loss hasil

simulasi dengan dua frekuensi resonansi fr 1.2 dimana diperoleh parameter

bandwidth dari nilai return loss ≤ -10 dB memperoleh nilai batas pada frekuensi

fr1 tertinggi 2.642 GHz dan batas frekuensi fr2 terendah 2.047 GHz.

Gambar 4.4. Parameter return loss terhadap frekuensi hasil simulasi

Untuk lebar pita frekuensi atau bandwidth return loss untuk frekuensi resonansi

(2,3 GHz) diperoleh dengan persamaan (2.14) :

Page 101: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

85

BW (2,3 GHz) = f2 – fl (GHz)

= (2.642 – 2.047) GHz

= 0,595 GHz

= 595 Mhz

Dari perhitungan nilai bandwidth yang diperoleh tersebut menunjukan

bahwa antena hasil simulasi telah memenuhi kriteria antena microstrip single

wideband dengan perolehan bandwidth 595 Mhz.

Sedangkan untuk persentase bandwidth diperoleh dengan persamaan

(2.15) :

BW = 100%BW =

. .. 100%= 25.86 %

Sedangkan return loss maksimum untuk (2,3 GHz) yaitu -10 dB, maka

koefisien refleksi diperoleh dengan persamaan (2.16) :

RLmax (dB) = 20 log |ГL|

-10 dB = 20 log |Г|

ГL = log-1 | |

ГL = log-1[−0,5]

ГL = 0,316

Page 102: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

86

4.2.1.2. VSWR

Gambar 4.5. memperlihatkan hasil simulasi pembentukan resonansi

frekuensi yang terbentuk dari nilai VSWR, untuk VSWR 1 sampai dengan 2

dengan nilai VSWR ≤ 2, didapat untuk frekuensi 2.036-2.664 Ghz diperoleh nilai

VSWRmin = 1,097 pada frekuensi resonansi 2,3 Ghz.

Gambar 4.5. Parameter VSWR terhadap frekuensi hasil simulasi

Untuk memperoleh nilai VSWR, maka diperoleh melalui persamaan (2.19) :

VSWR maksimal (2,3 Ghz) diperoleh :

VSWR = = |Г ||Г |=

,,= 1,097

4.2.1.3. Impedansi Masukan

Pada gambar 4.9. memperlihatkan nilai impedansi masukan hasil simulasi

terhadap kondisi rangkaian dalam keadaan missmatch. Dimana, sebuah impedansi

yang masuk ke terminal antena yang dikondisikan dalam keadaan seimbang

dengan impedansi karakteristik dari saluran transmisi.

Page 103: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

87

Sehingga impedansi yang masuk kembali ke arah sumber saluran dari

beban menghasilkan koefisien refleksi yang terukur terhadap nilai return loss yang

dihasilkan. Dimana diperoleh nilai impedansi masukkan adalah Zin = R + jX =

0,927776 + (- j 0,0525523) Ohm pada frekuensi resonansi 2,3 GHz.

Nilai impedance masukan (Zin) merupakan impedansi masukan pada

beban antena (patch) untuk dapat matching dengan beban saluran.

Gambar 4.6. Grafik Smith Chart impedansi input

Impedansi sepanjang saluran terhadap koefisien refleksi diperoleh

menggunakan persamaan (2.19) :

Frekuensi resonansi 2,3 GHz :

Zin = Zo R + jX

= 50 (0,927776 + (- j 0,0525523))

= 46,3888 + (-j 2,627615)= (46,3888) − ( . 2,627615)= 2151,92 - 6,9042

= 2145,01Zin = 46,31 Ω

Page 104: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

88

4.2.1.4. Polarisasi

Polarisasi antena adalah polarisasi dari gelombang yang ditransmisikan oleh

antena. Jika arah tidak ditentukan maka polarisasi merupakan polarisasi pada arah

gain maksimum. Pada prakteknya, polarisasi dari energi yang teradiasi bervariasi

dengan arah dari tengah antena.

Polarisasi dari gelombang yang teradiasi didefenisikan sebagai suatu

keadaan gelombang elektromagnetik yang menggambarkan arah dan magnetudo

vektor medan elektrik yang bervariasi menurut waktu. Selain itu, polarisasi juga

dapat didefenisikan sebagai gelombang yang diradiasikan dan diterima oleh

antena pada suatu arah tertentu.

Pada gambar 4.7 memperlihatkan nilai polarisasi yang di pancarkan oleh

patch persegi dari hasil simulasi yang telah di lakukan. Dimana untuk nilai total

power radiasi yang di hasilkan polarisasi maksimum directivity (PPC_TPwr)

adalah 6,162 dB dan nilai maksimum beamwidth dengan magnitude ≤ 3 dB

kearah kiri -41,4°,sedangkan magnitude ≤ 3 dB kearah kanan 41,3°, maka dapat

diperoleh sudut beamwidth yaitu 41,9° + 41,3° = 83,2°.

Gambar 4.7 Polarisasi pada power directivity antena dari hasil simulasi

Page 105: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

89

4.2.1.5. Pola Radiasi

Gain adalah perbandingan antara rapat daya persatuan unit antena terhadap

rapat daya antena referensi dalam arah dan daya masukan yang sama. Gain suatu

antena berlainan dengan gain kutub empat, gain diperhatikan daya masukan ke

terminal antena.

Pada intensitas dari pola radiasi (Radiation pattern) menjadi indikator

besarnya gain pada antena,sehingga setiap peningkatan nilai intensitas dari pola

radiasi dapat menunjukan gain pada antena.

Pada gambar 4.10 memperlihatkan bentuk pola arah radiasi (Radiation

pattern) dari suatu yang dihasilkan oleh antena mikrostrip melalui simulasi

dengan menggunakan skala magnitude 10 dB per div.

Untuk arah Radiation pattern disini hanya menampilkan sebagian dari sifat

sebagai antena monopole (satu arah),sehingga Radiation pattern yang mampu

dihasilkan pada perancangan ini yaitu berbentuk antena monopole dengan nilai

gain maksimum directivity yang dihasilkan adalah 6,161 dB (PPC_EPhi) dengan

sudut 0 derajat.

Sedangkan untuk nilai yang di hasilkan pola radiasi dari arah Etheta adalah

-30,17 dB (PPC_ETheta) dengan sudut 0 derajat.

Page 106: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

90

Gambar 4.8 Radiation pattern pada antena dari hasil simulasi

4.3 Spesifikasi Antena Hasil Rancangan

Perubahan bentuk bandwidth yang terjadi dari hasil simulasi membentuk

wideband dengan sapuan frekuensi 2.047 – 2.642 Ghz pada resonansi 2,3 Ghz

dengan bandwidth 595 Mhz. Pada jangkauan frekuensi tersebut antena simulasi

terdapat 1 resonansi frekuensi dimana hasil simulasi antena resonansi pada 2,3

Ghz, pergeseran yang terjadi sejauh 595 Mhz atau sebesar 25,86 %.

Nilai VSWR minimum dari hasil simulasi untuk resonansi 1,097 dan

untuk hasil pengukuran yang dilakukan ialah 1,096 dan dibulatkan menjadi 1,097.

Hasil impedansi masukan hasil simulasi untuk resonansi Zin = 46,3888 + (-j

2,627615), hasil tersebut menyatakan rangkaian antena bersifat induktif dengan

nilai Zin = 46,31 Ω.

Simulasi antena menunjukan direktivitas radiasi pada sudut 0 derajat

sebesar 6,161 dB pada arah E phi dengan kekuatan radiasi yang diperoleh sebesar

6,162 dB pada sudut 0 derajat.

Page 107: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

91

BAB V

KESIMPULAN

1. Antena yang telah dirancang memiliki karakteristik single wideband yang

terukur pada VSWR antara 1 dan 2, keseluruhan lebar bandwidth dari hasil

simulasi antena diperoleh sebesar 500 Mhz. Pada jangkauan frekuensi

tersebut terjadi 1 resonansi yaitu 2,3 Ghz dengan perolehan nilai VSWR

minimum 1,097 dan impedansi masukan Zin = 46,3888 + (-j 2,627615) Ω.

2. Hasil yang diperoleh melalui simulasi, antena yang dirancang memiliki

polarisasi linier dengan pola radiasi direksional atau dapat dinyatakan

antena berjenis monopol, dimana nilai gain maksimum yang menyatakan

direktivitas radiasi antena pada sudut 0 derajat sebesar 6,161 dB pada arah

Ephi dan -30,17 dB arah Etheta. Sementara kekuatan radiasi yang

menyatakan intensitas antena diperoleh sebesar 6,162 dB pada sudut 0

derajat.

3. Mengacu pada hasil proses simulasi antena, menunjukan bahwa

penambahan celah persegi memberikan pengaruh dalam pembentukan

frekuensi resonansi, dalam hal ini membentuk wideband, dimana celah

persegi dibentuk dengan lebar 7,2 mm ditempatkan sejauh 7,2 mm pada

bagian dalam tepi peradiasi antena. Sementara antena dengan struktur

groundplane memberi pengaruh terhadap pelebaran bandwidth, dalam

rancangan ini pada dimensi substrat 80x80 mm2 panjang groundplane

optimum sebesar 36,8 mm, dengan panjang potongan kebawah 20,8, dan

lebar 4,8 mm. Secara keseluruhan perubahan-perubahan struktur yang

dilakukan pada groundplane sangat berpengaruh dalam merancang antena

mikrostrip single wideband.

Page 108: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

92

Daftar Pustaka

[1] Siwiak K adn McKewon D, “Ultra Wideband Radio Technology”, John

Wiley & Sons Ltd, England, 2004.

[2] Constantine A.Balanis, "Antenna Theory Analysis And Design Second

Edition", John Wiley & Sons, Inc, 1997.

[3] Girish Kumar and KP. Ray, “Broadband Microstrip Antennas”. Artech

House Inc, 2003.

[4] R Garg, P. Bhartia, I. Bahl, A. Ittipiboon, “Microstrip Antena Design

Handbook”, Artech House, Inc

[5] James IR, Hall, P.S, Handbook of Microstrip Antennas”, IEEE

Electromagnetics Wave, Vol. 28, Peter Peregrinus Ltd, 1989.

[6] Kin-Lu Wong, “Compact and Broadband Microstrip Antennas”, John

Wiley & Sons, Inc, 2002.

[7] Lal Chand Godara, “Handbook of Antennas in Wireless

Communications”, CRC Press, Washington DC., 2002.

[8] Kerkhoff, AI, “Multi-objective Optimization of Antennas for Ultra-

wideband Applications”, ProQuest, 2008.

[9] Yanagi M, “A Planar UWB Monopole Antenna Formed on A Printed

CircuitBoard”(http://www.fujitsu.com!downloadsIMICRO/fcailinput/uw

b_monopole_antenna.pdf)

[10] Aaron KShackelford, Kai-Fong Lee, and K M. Luk, "Design of

Small- Size Wide-Bandwidth Microstrip-Patch Antennas", IEEE

Antennas and Propagation MOQOZine. Vol.4.N O.I, 2003.

[http.z/www.e.kth.se/sevS_maa/number1.pdf

[11] Gary Breed, "A Summary of FCC Rules for Ultra Wideband

Communications", High Frequency Electronics, Summit Technical

Media,2005.[http://highfreqe1ec.summittechmedia.com!Archives/JanOSI

HFEO1OS_Tutorial.pdf]

Page 109: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

93

[12] Milligan, Thomas A, "Modern Antenna Design Second Edition", John

Wiley & Sons, Inc, 2005.

[13] Zhi Ning Chen, Terence S. P. See, and Xianming Qing, "Small

Printed Ultrawideband Antenna With Reduced Ground Plane

Effect", IEEE Transactions On Antennas And Propagation, VOL.

55,NO.2, February 2007.[http://www.edaboard.com/attachments/40800d

1250771051-paper_small _printed_ultrawideband _antenna_with_reduced

_4585. pdf]

[14] Jalil EY, Chakrabarty CK, and Kasi Baskaran, "A Compact

Wideband Microstrip Antenna Intergrated with Band-Notched

Design", European Journal of Scientific Research ISSN 1450-

216XVol.77No.4 (2012), pp.477-484EuroJournalsPublishing,Inc.2012

[http://www.europeanjournalofscientificresearch.com]

[15] Kasi Baskaran, Lee Chia Ping, and Chakrabarty CK, "A

Compact Microstrip Antenna for Ultra Wideband Applications",

European Journal of Scientific Research ISSN 1450-216X Vol.67

No.1 (2011), pp. 45-51. Euro Journals Publishing, Inc.2011.

[http://www.europeanjournalofscientificresearch.com]

[16] Guha, Debatosh and Antar, Yahi, "Microstrip and Printed Antennas

New Trends, Techniques, and Application", John Wiley & Sons Ltd.

2011.

[17] Kraus, Jhon D., "Antennas Second Edition", McGraw Hill, 1988.

[18] Wakabayashi T, et al, "e-Shaped Slot Antenna for WLAN

Applications",PIERSONLINE,VOL.3,NO.7,2007.

[http://www.piers.org/piersonline/pdf/VoI3No7PageII19toI123.pdf]

[19] Misra P.N.,"Planar Rectangular Microstrip Antenna for Dualband

Operation",ucs:Vol.2,ISSue3,September2011.

[http://www.ijcst.com/voI23/1/nmisra.pdf]

[20] Wen-Chung Liu, and Ping-Chi Kao, "Compact CPW-Fed Dual

Folded- Strip Monopole Antenna For 5.8-Ghz Rfid Application",

MICROWAVE AND OPTICAL TECHNOLOGY LETTERS I

Vol. 48, No.8, August 2006.

Page 110: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

94

[21] Wang E.,et al, "A Novel Dual-Band Patch Antenna For WLAN

Communication",Progress In Electromagnetics Research C, Vol.6, 93-

102,2009.

[22] Byrareddy C.R, et al, "A Compact Dual Band Planar RSMA For WLAN

/WiMax Applications", International Journal of Advances in Engineering

& Technology, Jan 2012.

[23] Parkash D, and Khanna R, "Design And Development Of CPW-Fed

Microstrip Antenna For WLAN/WiMax Applications", Progress In

Electromagnetics Research C,Vol. 17,17-27,2010.

[24] Maidurrahaman S, et al, "New Compact Tri-Band Microstrip Patch

Antenna Using Dual T-Shaped Slit for Wi-Max and Microwave C

Band Application", International Journal of Engineering Sciences

Research- IJESR, Vol 03, Issue 05; September-October 2012.

[25] Srifi, Nabil M et al, "Rectangular Slotted Patch Antenna for 5-6GHz

Applications", INTERNATIONAL JOURNAL OF MICROWAVE AND

OPTICAL TECHNOLOGY, VOL.5 NO.2, MARCH 2010.

[26] Jawad K et al, "A New Compact Ultra Wideband Printed

Monopole Antenna with Reduced Ground Plane and Band Notch

Characterization", PIERS Proceedings, Kuala Lumpur, MALAYSIA,

March27-30,2012.

[http://www.researchgate.net/publication/216598899_A_New_Compact_U

ltra_Wideband_Printed_Monopole_Antenna_with_Reduced_Ground_PIan

e_and_Band_Notch_Characterization/file/8d1c84 f909a8e7ge96.pdf]

[27] Lim, Eng Gee, et al, "Ultra Wideband Antennas-Past and Present",

IAENGInternational Journal of Computer Science, 2010.

[28] https://julitra.wordpress.com/2009/01/24/melihat-kembali-alokasi-frekuensi-

operator-gsm/

[29] tekno.kompas.com/read/2013/11/14/1912134/internet.4g.lte.resmi.hadir

[30] http://www.antaranews.com/berita/417547/kemenkominfo-lte-akangunakan-

frekuensi-1800-mhz

Page 111: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

95

[31] Wilson Julius, Syah Alam, S.Pd, M.T, Dr. Harry Arjadi, M,Sc, Universitas

Kristen Krida Wacana Jakarta

[32] Azwar Mudzakkir Ridwan, Nanang Ismail, MT, dan Afaf Fadhil R, MT,

Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi UIN SGD Bandung

[33] Halomoan Togatorop, Dr. Heroe Wijayanto, Ir, MT, Dr. Yuyu Wahyu, Ir,

MT, Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom

Page 112: Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long Term Evolution)

96