BAB 22_Edit Tata
-
Upload
jokoprasetio8268 -
Category
Documents
-
view
225 -
download
3
description
Transcript of BAB 22_Edit Tata
BAB 22
PENYAKIT PERIKARDIUMAL
Eugene Braunwald
FUNGSI NORMAL PERIKARDIUM
Perikcardium normal adalah suatu kantong berlapis ganda; perikcardium visceralis viseral merupakan
suatu membran serosa yang dipisahkan oleh cairan dalam jumlah sedikit (15-50 mL), ultrafiltrat plasma,
dari pericardiumperikardium parietalis fibrosa. PericardiumPerikardium normal, dengan mengerahkan
tenaga gaya penahan, mencegah dilatasi mendadak bilik ruang jantung yang mendadak, terutama atrium
dan ventrikel kanan, selama olah ragaolahraga dan pada kondisi hipervolemia. PericardiumPerikardium
normal juga menahan mempertahankan posisi anatomisc jantung, meminimalisasikan friksi antara jantung
dan struktur sekitarnya, mencegah pergeseran jantung bergeser dan kekusutan pembuluh darah besar
saling berbelit, dan kemungkinan menahan mencegah penyebaran infeksi dari paru dan kcavitas pleuralis
ke jantung. Meskipun demikian, tidak adanya pericardiumperikardium total, baik bersifat kongenital
maupun setelah pembedahan, tidak menimbulkan penyakit gangguan klinis yang jelas. Pada defek parsial
perikcardiumal kiri parsial, arteria pulmonalis utama dan atrium kiri dapat menonjol keluar melalui defek;
meski sangat jarang, dapat terjadi herniasi dan akhirnya strangulasi atrium kiri dapat yang menyebabkan
kematian mendadak.
PERIKARDITIS AKUT
Perikarditis akut, lebih sejauh ini merupakan proses patologik yang paling sering mengenai
pericardiumperikardium, dapat digolongkan baik secara klinis maupun etiologis (Tabel 22-1). Terdapat
empat gambaran diagnostikc utama:
1. Nyeri dada adalah gejala yang penting tetapi bukan gejalatidak invariable khas pada berbagai
bentuk perikarditis akut (Bab 4); biasanya nyeri dada terjadi pada jenis infeksi akut dan dalam
banyak bentuk yang dianggap berhubungan dengan hipersensitivitas atau autoimunitas. Nyeri
sering tidak ada pada tuberkculosis yang lambat berkembang lambat, pasca radiasi, kondisi
neoplastik, dan perikarditis uremik. Nyeri pada perikarditis akut sering berat, nyeri terdapat di
prekordial kiri dan retrosternal, dan beralih menjalar ke leher, lengan, atau bahu kiri. Nyeri sering
bersifat pleuritik, sebagai akibat peradangan pleural penyerta yang menyertainya (yaitu, nyeri
tajam dan yang memberat saat inspirasi dan batuk), tetapi kadang-kadang merupakan nyeri
konstriktif, terus menerusberkelanjutan yang menjalar baik ke salah satu lengan maupun kedua
lengan dan menyerupai nyeri iskemia miokardiumal; oleh karena itu, konfusi kondisi ini sering
salah dikiradengan infark miokardiumal akut (acute myocardial infarction, AMI) sering terjadi.
Namun, nyeri perikardiumal secara khas dapat hilang dengan posisi duduk dan bersandar
membungkuk ke depan dan memberat saat berbaring. Diferensiasi Untuk membedakan AMI dari
perikarditis akut membingungkan menjadi sulit bila, pada perikarditis akut, terjadi peningkatan
biomarker penanda biologis serum pada untuk kerusakan miokardiumal seperti kenaikan kreatin
kinase dan troponin, agaknya karena terkenanya epikardium secara bersamaan pada proses radang
(epi-miokarditis) dengan akibatnyasehingga terjadi nekrosis miosit. Namun, elevasi ini, jika
terjadi, sangat ringan dibandingkan merupakan elevasi segmen ST elektrokardiografik pada
elektrokardiografi luas yang tinggi sangat ringan pada perikarditis. Disosiasi Hal ini sangat
berguna dalam membedakan antara kondisi-kondisi tersebut.
2. Friction rub pericardial perikardium dapat didengar pada sekitar 85% pasien ini, dapat memiliki
tiga komponen per siklus jantung, bernada tinggi, dan dijelaskan sebagai suara serak, suara
menggaruk, atau memarut (Bab 9); suara ini kadang-kadang dapat dihasilkan terdengar lebih jelas
bila diafragma stetoskop ditempelkan kuat ke dinding dada pada batas sternumal bawah kiri.
Paling sering terdengar pada ekspirasi akhir dengan pasien berdiri tegak dan bersandar
membungkuk ke depan. Rub sering tidak konstan, dan suara kasar keras yang mondar
mandirberpindah-pindah ini dapat hilang dalam beberapa jam, dan mungkin kemungkinan terjadi
terdengar kembali pada hari berikutnyaesoknya. Rub pericardial perikardium terdengar di seluruh
siklus pernapasan, sedangkan rub pleural hilang saat tidak bernapasbila respirasi terhenti.
3. Elektrokardiogram (EKG) pada perikarditis akut tanpa efusi massifmasif biasanya
memperlihatkan perubahan yang disebabkan oleh inflamasi subepikardiumal akut (Gbr. 22-1).
Biasanya hal tersebut berkembang melalui empat tahap. Pada stadium 1I, terjadi elevasi luas
segmen ST, sering dengan konkavitasmencekung ke atas, yang mengenai dua atau tiga limb
leadsadapan ekstremitas standar dan V2 sampai V6, dengan depresi resiprokal hanya pada aVR
dan kadang-kadang V1, serta depresi segmen PR di bawah segmen TP yang merefleksikan
terkenanya gangguan pada atriumal. Biasanya, tidak ada perubahan signifikan pada kompleks
QRS. Pada stadium 2, setelah beberapa hari, segmen ST kembali normal, dan hanya
kemudiansetelahnya, bahkan lebih lanjut lagiatau mungkin dalam jangka waktu lebih lama,
gelombang T menjadi terbalik (stadium 3). Untungnya, beberapa minggu atau bulan setelah onset
awitan perikarditis akut, EKG kembali normal pada stadium 4. Sebaliknya, pada AMI, elevasi ST
konveksmencembung, dan depresi resiprokal biasanya lebih menonjol; terjadi perubahan QRS;
terutama perkembangan penonjolan gelombang Q, serta notching penakikan dan hilangnya
amplitudoe gelombang R, dan inversi gelombang T biasanya terlihat dalam beberapa jam sebelum
segmen ST menjadi isoelektrik. EKG sekuensial berguna dalam membedakan perikarditis akut
dari AMI. Pada AMI, elevasi segmen ST yang mengalami elevasi kembalilai ke normal dalam
beberapa jam (Bab 34 dan 35).
Repolarisasi dini adalah varian normal dan juga dapat dihubungkan dengan elevasi segmen ST
yang luas, paling menonjol pada lead sadapan prekordial kiri. Namun, pada kondisi ini
gelombang T biasanya tinggi dan rasio ST/T sebesar <0,25; yang penting, rasio ini lebih tinggi
pada perikarditis akut.
4. Efusi perikcardiumal biasanya dihubungkan denganmenyebabkan nyeri dan/atau perubahan EKG
yang telah disebutkan sebelumnya, serta dengan pembesaran silhouette siluet jantung. Efusi
pericardial perikardium sangat penting secara klinis ketika terjadi dalam waktu yang relatifve
singkat dan dapat menyebabkan tamponade jantung (lihat pembahasan selanjutnya). Pada
pemeriksaan fisikfisis, diferensiasi membedakannya dengan pembesaran jantung mungkin sulit,
tetapi bunyi jantung dapat lebih redup pada efusi pericardialperikardium. Friction rub dapat
hilang, dan impuls apeks dapat tidak terdengar, tetapi kadang-kadang tetap dapat diraba,
walaupun di terletak medial dari batas kiri dullness jantung. Basalis paru kiri dapat tertekan oleh
cairan pericardialperikardium, yang menghasilkan tanda Ewart, patch of dullnesssuatu bagian
kecil dengan dullness dan peningkatan fremitus (dan egofoni) di bawah angulus scapulae kiri.
Roentgenogram dadaFoto toraks dapat memperlihatkan konfigurasi “botol air” pada silhouette
siluet jantung (Gbr. 22-2) tetapi mungkin juga normal.
TABEL 22-1
KLASIFIKASI PERIKARDITIS
Klasifikasi Klinis
I. Perikarditis akut (<6 minggu)
a. Fibrinosa
b. Efusif (serosa atau sanguinosa)
II. Perikarditis subakut (6 minggu sampai 6 bulan)
A. Efusif-konstriktif
B. Konstriktif
III. Perikarditis kronikkronis (>6 bulan)
A. Konstriktif
B. Efusif
C. Adhesif (nonkonstriktif)
Klasifikasi Etiologik
I. Perikarditis infeksiosaus
A. Virusal (coxsackievirus A dan B, echovirus, parotitis, adenovirus, hepatitis, HIV)
B. Piogenik (pneumokokus, streptokokus, stafilokokuspneumococcus, streptococcus,
staphylococcus, Neisseria, Legionella)
C. Tuberkculosis
D. Fungal Jamur (histoplasmosis, koksidioidomikosis, Candida, blastomikosis)
E. Infeksi lain (sifilistik, protozoal, parasitic)
II. Perikarditis noninfeksiosaus
A. Infark miokardiumal akut
B. Uremia
C. Neoplasia
1. Tumor primer (benigna atau maligna, mesotelioma)
2. Tumor metastatic yang bermetastasis ke pericardiumperikardium (kanker paru dan
payudara, limfoma, leukemia)
D. Miksedema
E. Kolesterol
F. Chylopericardiumpericardium
G. Trauma
1. Menembus dinding dada
2. Nonpenetratifsi
H. Diseksi aorta (dengan kebocoran ke dalam saccus pericardialissakus perikardium)
I. Pasca radiasi
J. Demam Mediterrania familial
K. Perikarditis familial
1. Nanisme Mulibreya
L. Idiopatik akut
M. Penyakit Whipple
N. Sarkoidosis
III. Perikarditis yang agaknya diperkirakan dihubungkan dengandisebabkan hipersensitivitas atau
autoimunitas
A. Demam reumatikrematik
B. Penyakit vaskular kolagen (lupus eritematosus sistemik, arthritis rheumatoidrematoid,
spondilitis ankilosanankylosing spondylitis, skcleroderma, demam reumatikrematik akut,
granulomatosis dengan poliangiitis [(Wegener]))
C. Diinduksi Imbas obat (yaitu prokainamid, hidralazin, fenitoin, isoniazid, minoxidil,
antikoagulan, metisergid)
D. Pasca cedera jantung
1. Pasca infark miokardiumal (sindrom Dressler)
2. Pasca perikardiotomi
3. Pasca traumaaSindrom resesif autosomal resesif yang ditandai dengan gagal tumbuh, hipotonia otot, hepatomegali,
perubahan ocularmata, pembesaran ventrikel serebralotak, retardasi mental, hipertrofi
ventricularventrikel, dan perikarditis konstriktif kronikkronis.
GAMBAR 22-1
Perikarditis akut sering menghasilkan elevasi segmen ST difus (pada kasus ini pada lead sadapan I, II,
aVF, dan V2 sampai V6) yang disebabkan oleh aliran arus cedera pada ventricular ventrikelcedera.
Perhatikan juga deviasi segmen PR yang khas (berlawanan dengan polaritas terhadap segmen ST) akibat
aliran arus cedera atrial atrium yang terjadi bersamaan.
GAMBAR 22-2
Radiogram dadaFoto toraks dari seorang pasien dengan efusi pericardialperikardium yang
memperlihatkan bentuk jantung menyerupai “botol air” yang khas. Terdapat juga efusi pleural kanan.
(Dari SS Kabbani, M LeWinter, in MH Crawford et al [eds]: Cardiology, London, Mosby, 2001.)
GAMBAR 22-3
Ekokardiogram empat bilik ruang apikal direkam dari seorang pasien dengan efusi
pericardialperikardium sedang dan tanda gangguan hemodinamik. Frame Gambaran ini direkam pada
sistolsistolee ventrikel dini, tepat setelah kontraksi atrialatrium. Perhatikan bahwa dinding atrialatrium
kanan terindentasi ke dalam dan kelengkungannya terbalik (panah), yang menunjukkan secara tidak
langsung peningkatan tekanan intraperikardiumal di atas tekanan atrialatrium kanan. LA, left atrium
(atrium kiri); LV, left ventricle (ventrikel kiri); RV, right ventricle (ventrikel kanan). (Dari WF
Armstrong: Echocardiography, in DP Zipes et al [eds]: Braunwald’s Heart Disease, 7th ed. Philadelphia,
Elsevier, , 2005.)
Diagnosis
Ekokardiografi (Bab 12) merupakan teknik pencitraan yang paling luas digunakan karena sensitifve,
spesifik, sederhana, dan noninvasifve; dapat dilakukan di tempat tidur; dan dapat mengidentifikasi
tamponade jantung penyerta (lihat pembahasan nanti) (Gbr. 22-3). Adanya cairan pericardialperikardium
direkam oleh ekokardiografi transtorakalsik dua dimensi sebagai ruang relatifve bebas echo antara
pericardiumperikardium posterior dan epikardium ventricular ventrikel kiri pada pasien-pasien dengan
efusi kecil dan sebagai suatu ruang di antara ventrikel kanan anterior dan pericardiumperikardium parietal
tepat di bawah dinding dada anterior pada mereka pasien dengan efusi yang lebih besar. Pada efusi besar,
jantung dapat berayun bebas dalam saccus pericardialissakus perikardium. Bila Pada kondisi berat, luas
jangkauan gerakan ini berubah dan dapat dihubungkan denganmenyebabkan alternans listrikelectrical
alternans. Ekokardiografi memungkinkan lokalisasi dan perkiraan kuantitas cairan
pericardialperikardium.
Diagnosis cairan atau penebalan pericardialperikardium dapat dikonfirmasi dengan tomografi
terkomputerisasicomputed tomography (CT) atau pencitraan resonansi magneticmagnetic resonance
imaging (MRI) (Gbr. 22-4). Teknik-teknik ini dapat lebih menonjol dibandingkan ekokardiografi dalam
mendeteksi efusi pericardialperikardium lokulatifterlokulasi, penebalan pericardialperikardium, dan
adanya massa pericardialperikardium.
TAMPONADE JANTUNG
Penumpukan cairan dalam ruang pericardialperikardium dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan
obstruksi serius pada inflow darah ke ventrikel menyebabkan tamponade jantung. Komplikasi ini dapat
fatal jika tidak dikenali dan ditangani secara tepat. Tiga penyebab tamponade yang palingter sering adalah
penyakit neoplastik, perikarditis idiopatik, dan gagal ginjal. Tamponade juga dapat disebabkan oleh
perdarahan ke dalam ruang pericardialperikardium setelah operasi jantung, trauma, dan pengobatan
pasien-pasien dengan perikarditis akut dengan antikoagulan.
Tiga fitur gejala utama tamponade (trias Beck) adalah hipotensi, bunyi jantung lembut pelan atau tidak
ada, dan distensi vena jugularis dengan turunan x menonjol tetapi tidak ada turunan gy. Terjadi juga
pembatasan pengisian ventricularventrikel dan penurunan curah jantung. Kuantitas cairan yang
diperlukan untuk menghasilkan kondisi kritis ini mungkin hanya 200 mL bila cairan terbentuk secara
cepat atau >2000 mL dalam efusi yang terjadi secara lambat bila pericardiumperikardium telah
mengalami kesempatansempat meregang dan beradaptasi dengan peningkatan volume. Tamponade juga
dapat terjadi lebih lambat, dan pada keadaan kondisi tersebut manifestasi klinisnya dapat menyerupai
manifestasi gagal jantung, termasuk dispneadispneu, ortopneua, dan engorgement hepatikpembengkakan
hati. Indeks tinggi kKecurigaan untuk yang tinggi terhadap terjadinya tamponade jantung diperlukan
karena pada banyak kondisi tidak tampak penyebab yang jelas untuk penyakit pericardialperikardium, dan
seharusnya dipertimbangkan pada semua pasien dengan pembesaran silhouette siluet jantung yang tidak
dapat dijelaskan, hipotensi, dan elevasi tekanan vena jugularis. Terdapat Dapat terlihat juga penurunan
amplitudoe kompleks QRS, dan electrical alternans listrik gelombang P, QRS, atau T harus
meningkatkan kecurigaan terjadinya tamponade jantung.
Tabel 22-2 memuat daftar fitur-fiturhal-hal yang membedakan tamponade jantung akut dengan
perikarditis konstriktif.
Pulsus paradoksus
Salah satu pPetunjuk penting terhadap adanya tamponade jantung ini adalah terdiri dari penurunan
tekanan arteri sistolik saat inspirasi yang lebih besar daripada normal (10 mmHg) pada tekanan arterial
sistolik. Bila berat, kondisi tersebut dapat dideteksi dengan dari denyut nadi yang teraba lemah atau
hilang sama sekali meraba lemah atau hilangnya nadi arterial selama inspirasi, tetapi biasanya diperlukan
pengukuran sfigmomanometrik tekanan sistolik selama respirasi lambat dengan sfigmomanometer.
Karena kedua ventrikel sama-sama memiliki pelapis yang tidak dapat ditekan kuat, yaitu saccus sakus
pericardialisperikardium, pembesaran inspiratori ventrikel kanan yang membesar saat inspirasi pada
tamponade jantung akan menekan dan mengurangi volume ventrikel kiri; penonjolan ke kiri septum
interventriculare interventrikel ke kiri lebih jauhsemakin mengurangi rongga volume ventrikel kiri
bersamaan dengan membesarnya ventrikel kanan selama inspirasi. Oleh Kkarena itu, pada tamponade
jantung peningkatan volume ventrikel kanan saat inspirasi normal menyebabkan penurunan resiprokal
yang kuat berlebihan pada volume ventrikel kiri. Gawat napasDistres pernapasan juga meningkatkan
fluktuasi tekanan intratorakssik, yang memperbesar mekanisme yang telah dijelaskan. Infark ventrikel
kanan (Bab 35) dapat menyerupai tamponade jantung dengan hipotensi, peningkatan tekanan vena
jugularis, tidak adanya turunan g y pada nadi vena jugularis, dan kadang-kadang, pulsus paradoksus.
Perbedaan antara kedua kondisi diperlihatkan pada Tabel 22-2.
Pulsus paradoksus tidak hanya terjadi pada tamponade jantung tetapi juga pada sekitar sepertiga pasien
dengan perikarditis konstriktif (lihat pembahasan selanjutnya). Temuan fisikfisis ini tidak patognomonik
untuk penyakit pericardialperikardium karena dapat diobservasi pada beberapa kasus syok hipovolemik,
penyakit obstruksi saluran napas akut dan kronikkronis, dan embolus emboli paru.
Tamponade bertekanan rendah menunjukkan merujuk pada tamponade ringan yang tekanan
intraperikardiumalnya meningkat dari level subatmosferik ringan nya menjadi +5 sampai +10 mmHg;
pada beberapa kondisi, hipovolemia juga terjadi. Sebagai akibatnya, tekanan vena scentralis normal atau
hanya sedikit meningkat, sedangkan tekanan arterial tidak terpengaruh dan tidak ada pulsus paradoksus.
Pasien-pasien tersebut biasanya asimtomatisk atau hanya mengeluhkan mengalami kelemahan ringan dan
dispneadispneu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan ekokardiografi, dan baik manifestasi klinis maupun
hemodinamik membaik setelah perikardiosentesis.
TABEL 22-2
TANDA-TANDA YANG MEMBEDAKAN TAMPONADE JANTUNG DENGAN PERIKARDITIS
KONSTRIKTIF DAN GANGGUAN KLINIS SERUPA
KARAKTERISTIK
TAMPONADE
PERIKARDITIS KONSTRIKTIF
KARDIOMIOPATI RESTRIKTIF
RVMI
Klinis
Pulsus paradoksus
Vena jugularis
Turunan yg menonjol
Turunan x menonjol
Tanda Kussmaul
Bunyi jantung ketiga
Knock pericardialperikardium
Sering
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Biasanya tidak ada
Biasanya ada
Biasanya ada
Ada
Tidak ada
Sering ada
Jarang
Jarang
Ada
Ada
Jarang
Tidak ada
Jarang
Jarang
Jarang
Jarang
Ada
Mungkin ada
Tidak ada
Elektrokardiogram
Voltase EKG rendah
Alternans listrikElectrical alternans
Mungkin ada
Mungkin ada
Mungkin ada
Tidak ada
Mungkin ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ekokardiografi
Penebalan pericardiumperikardium
Kalsifikasi pericardialperikardium
Efusi pericardialperikardium
Ukuran RV
Ketebalan miokardiumal
Kolaps atrialatrium kanan dan RVDC
Peningkatan pengisian dini, peningkatan velositas kecepatan aliran mitral
Variasi kecepatan aliran yang pernapasan diperbesar berlebihan pada terhadap pernapasanvelositas aliran
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Biasanya kecil
Normal
Ada
Tidak ada
Ada
Ada
Sering ada
Tidak ada
Biasanya normal
Normal
Tidak ada
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Biasanya normal
Biasanya meningkat
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Membesar
Normal
Tidak ada
Mungkin ada
Tidak ada
CT/MRI
PericardiumPerikardium menebal/kalsifikterkalsifikasi
Kateterisasi jantung
Ekualisasi tekanan diastolikc
Biopsiy jantung membantu?
Tidak ada
Biasanya ada
Tidak
Ada
Biasanya ada
Tidak
Tidak ada
Biasanya tidak ada
Kadang-kadang
Tidak ada
Tidak ada atau adaDapat ada atau tidak
Tidak
Singkatan: EKG, elektrokardiograf; RV, right ventricle (ventrikel kanan); RVDC, right ventricular
diastolic collapse (kolaps diastolic ventrikel kanan saat diastolik); RVMI, right ventricular myocardial
infarct (infark miokardiumal ventrikel kanan).
Sumber: Seizin Ddari GM Brockington et al: Cardiol Clin 8:645, 1990.
Diagnosis
Karena pengobatan penanganan segera tamponade jantung dapat menyelamatkan hidupnyawa, tindakan
tepat untuk menegakkan diagnosis berdasarkan ekokardiografi harus dilakukan (Gbr. 22-3). Bila efusi
pericardialperikardium menyebabkan tamponade, ultrasound Doppler memperlihatkan bahwa velositas
kecepatan aliran pada katup trikcuspid atau pulmonal meningkat secara nyata selama inspirasi, sedangkan
velositaskecepatan aliran pada aorta, mitral, dan vena pulmonalis berkurang. Diameter rongga ruang
ventrikel kanan sering berkurang, dan terjadi gerak ke dalam pada fase diastolikc lanjut (kolaps) pada
dinding bebas ventrikel kanan dan atrium kanan. Ekokardiografi transesofageal mungkin diperlukan
untuk mendiagnosis efusi lokulata atau hemoragik yang menyebabkan tamponade jantung.
PENGOBATAN Tamponade Jantung
Pasien-pasien dengan perikarditis akut harus sering diobservasi untuk perkembangan efusi; jika terdapat
efusi besar, pasien harus dirawat di rumah sakit dan dilakukan perikardiosentesis dilakukan atau pasien
harus diawasi secara ketat untuk melihat tanda-tanda tamponade. Tekanan vena dan arteri serta nadi
denyut jantung harus dimonitor atau dipantau secara cermat, dan dapatkan ekokardiogram serial.
PERIKARDIOSENTESIS Jika tampak manifestasi tamponade, perikardiosentesis dipandu
ekokardiografi atau fluoroskopi menggunakan pendekatan apikal, parasternal, atau yang terpaling sering
subxiphoid harus dilakukan sekaligus karena penurunan peningkatan tekanan intraperikardiumal dapat
menyelamatkan hidup. Cairan sSalin intravena dapat diberikan saat pasien siap dengandipersiapkan untuk
prosedur tersebut, tetapi perikardiosentesis jangan ditunda. Jika mungkin, tekanan intraperikardiumal
harus diukur sebelum cairan diambil, dan cavitas ruang pericardialis perikardium harus didrainase
sebersih mungkin. Kateter kecil, berlubang banyak yang didorong masuk melalui jarum yang dimasukkan
ke dalam cavitas pericardialisruang perikardium dapat dibiarkan di tempatnya untuk memungkinkan
drainase ruang pericardialperikardium jika cairan menumpuk kembali. Drainase bedah melalui torakotomi
(subxiphoid) terbatas mungkin diperlukan pada tamponade rekuren, bila diperlukan untuk membuang
efusi lokulata, dan/atau bila diperlukan untuk mendapatkan jaringan dengan tujuan menegakkan
diagnosis.
Cairan pericardialperikardium yang diperoleh dari efusi sering memiliki karakteristik fisikfisis suatu
eksudat. Cairan berdarah paling sering disebabkan oleh neoplasma di Amerika Serikat dan tuberkculosis
di negara-negara sedang berkembang tetapi juga dapat ditemukan pada efusi pada demam
reumatikrematik akut, pasca cedera jantung, dan pasca infark miokardiumal, serta pada perikarditis yang
dihubungkan dengandisebabkan gagal ginjal atau dialisis. Efusi pericardialperikardium transudatif dapat
terjadi pada gagal jantung.
Cairan pericardialperikardium harus dianalisis untuk melihat adanyakah sel darah merah dan sel darah
putih, dan serta pemeriksaan sitologik untuk kanker, pemeriksaan mikroskopik, dan biakan harus
diperoleh. Adanya DNA Mycobacterium tuberculosistuberculosis ditentukan olehpada reaksi berantai
poliymerase atau peningkatan aktivitas adenosine deaminase (>30 U/L) yang secara kuat
menunjukkansangat mendukung diagnosis perikarditis tuberculosistuberkulosis.
BENTUK VIRAL ATAU IDIOPATIK PERIKARDITIS AKUT BENTUK VIRUS ATAU
IDIOPATIK
Pada banyak keadaan, perikarditis akut terjadi bersamaan dengan penyakit yang diduga atau sudah pasti
disebabkan oleh virus (pasti atau dicurigai) dan kemungkinan disebabkan oleh agen yang sama. Sering,
terjadi infeksi pendahulu pada saluran pernapasan, dan isolasi virusal serta pemeriksaan serologi
memperlihatkan hasil negatifc negative. Pada beberapa kasus, coxsackievirus A atau B atau virus
influenza, echovirus, parotitis, herpes simpleks, varicela, adenovirus, sitomegalovirus, Epstein-Barr, atau
HIV telah diisolasi dari cairan pericardialperikardium dan/atau peningkatan titer antibodiy viral virus
yang tepat telah diketahui. Efusi pericardialperikardium merupakan manifestasi HIV pada jantung yang
sering terjadi; biasanya disebabkan oleh infeksi (sering mycobacterialmikobakterium) atau neoplasma,
paling sering limfoma. Paling sering terjadiSering kali, virus penyebab viral tidak dapat ditetapgakkan;
maka,pada kondisi ini digunakan istilah perikarditis akut idiopatik tepat. Perikarditis akut virusal atau
idiopatik terjadi pada semua usia tetapi lebih sering pada dewasa muda dan sering dihubungkan dengan
efusi pleural dan pneumonitis. Perkembangan Timbulnya demam dan nyeri prekordial yang hampir
bersamaan hampir simultan, sering 10 sampai 12 hari setelah dugaan penyakit virusal, merupakan fitur
ciri penting pada diferensiasiuntuk membedakan perikarditis akut dari AMI, yang nyeri dadanya
mendahului demam. Gejala-gejala konstitusional biasanya ringan sampai sedang, dan friction rub
pericardialperikardium sering dapat didengar. Penyakit biasanya terjadi dalam beberapa hari sampai 4
minggu. Perubahan segmen ST pada EKG biasanya hilang setelah 1se minggu atau lebih, tetapi
gelombang T abnormal dapat menetap selama beberapa tahun dan dapat menjadi sumber kebingungan
pada orang-orang tanpa riwayat jelas perikarditis.
Pleuritis dan pneumonitis sering menyertai perikarditis. Penumpukan cairan pericardialperikardium sering
terjadi, dan baik perikarditis tamponade maupun konstriktif merupakan komplikasi yang mungkin terjadi.
Perikarditis rekuren (relaps) terjadi pada sekitar seperempat pasien dengan perikarditis idiopatik akut.
Dalam jumlah prevalensi yang lebih kecil, terjadi rekurensi multipel.
PENGOBATAN Perikarditis Akut Idiopatik
Pada perikarditis idiopatik akut tidak ada terapi spesifik, tetapi istirahat dan pengobatan anti-inflamasi
dengan aspirin (2-4 g/hari) dapat diberikan. Jika cara-cara tersebut tidak efektif, salah satu obat anti-
inflamasi nonsteroid (NSAIDOAINS), seperti ibuprofen (400-600 mg tiga kali sehari), indometasin (25-
50 mg dua kali sehari), atau colchicin kolkisin (0,6 mg tiga kali sehari), sering efektif. Glukokortikoid
(seperti prednisone, 40-80 mg setiap hari) biasanya menekan manifestasi klinis penyakit akut dan dapat
berguna pada pasien-pasien yang kemungkinannya untuk mengalami perikarditis bakcterial purulennya
telah disingkirkan dan pada pasien-pasien dengan perikarditis yang disebabkan oleh gangguan jaringan
ikat dan gagal ginjal (lihat pembahasan selanjutnya). Antikoagulan harus dihindari karena penggunaannya
dapat menyebabkan perdarahan ke dalam rongga pericardialperikardium dan tamponade.
Setelah pasien asimtomatiksimtomatis dan tidak demam selama sekitar seminggu, dosis NSAID OAINS
dapat diturunkan secara bertahap. Colchicine Kolkisin dapat mencegah rekurensi, tetapi bila rekurensi
multipel, sering, dan menyebabkan kelemahandisabilitas maka dapat ; diteruskan sampai lebih dari 2
tahun,; dan bila tidak terdikontrol oleh glukokortikoid, perikardiektomi mungkin diperlukan untuk
menyembuhkan penyakit.
Sindrom pasca cedera jantung
Perikarditis akut dapat terjadi dalam berbagai keadaan yang memiliki satu fitur ciri yang lazimsama:
cedera sebelumnya pada miokardium dengan darah dalam rongga pericardialperikardium. Sindrom dapat
berkembang setelah operasi jantung (sindrom pasca perikardiotomi), setelah trauma tumpul atau trauma
tembus pada jantung (Bab 23), atau setelah perforasi jantung dengan kateter. Dapat juga Jarangterjadi
setelah AMI tapi jarang.
Gambaran klinisnya menyerupai perikarditis idiopatik atau virusal akut. Gejala utamanya adalah nyeri
perikarditis akut, yang biasanya terjadi 1-4 minggu setelah cedera jantung (1-3 hari setelah AMI) tetapi
kadang-kadang hanya dapat terjadi setelah interval beberapa bulan. Rekurensi sering umum terjadi
ditemukan dan dapat terjadi sampai 2 tahun atau lebih setelah cedera. Perikarditis, demam dengan suhu
sampai 390C (102,20F), pleuritis, dan pneumonitis merupakan gejala yang paling dikenal, dan penyakit
biasanya hilang dalam 1 atau 2 minggu. Perikarditis mungkin merupakan berbagai tipe fibrinosa, atau
mungkin merupakan efusi pericardialperikardium, yang sering serosanguinosa mengandung serum dan
darah tetapi jarang menyebabkan tamponade. Leukositosis, peningkatan laju endap darah, dan perubahan
EKG yang khas untuk perikarditis akut dapat terjadi.
Sindrom ini kemungkinan disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap antigen yang berasal dari
jaringan miokardiumal dan/atau pericardiumperikardium yang cedera. Autoantibodiy antifibrilear dan
antisarkolemal miokardiumal dalam sirkulasi sering terjadi, tetapi peran tepatnya dalam perkembangan
sindrom ini belum jelas. Infeksi virusal juga dapat berperan sebagai etiologi, karena antibodiy antivirusal
sering meningkat pada pasien-pasien yang mengalami sindrom ini setelah bedah jantung.
Sering tidak memerlukan Ppengobatan selain aspirin dan analgetik sering tidak diperlukan. Bila penyakit
diikuti serangkaian rekurensi yang melemahkanmenyebabkan disabilitas, terapi dengan NSAIDOAINS,
colchicineskolkisin, atau glukokortikoid biasanya efektif.
DIAGNOSIS BANDING
Karena tidak ada pemeriksaan yang spesifik untuk perikarditis idiopatik akut, diagnosis adalah salah satu
pengecualianditegakkan setelah penyebab lain disingkirkan. AkibatnyaKarena itu, semua gangguan lain
yang mungkin dihubungkan denganmenyebabkan perikarditis fibrinosa akut harus dipikirkan. Kesalahan
diagnostic yang sering terjadi adalah menganggap (salah) Pperikarditis virusal atau idiopatik akut sering
salah didiagnosis sebagai AMI atau sebaliknya. Bila dihubungkan dengandisebabkan AMI (Bab 35),
perikarditis fibrinosa akut ditandai dengan demam, nyeri, dan friction rub pada 4 hari pertama setelah
terjadinya infark. Kelainan EKG (seperti gambaran munculnya gelombang Q, elevasi sedikit segmen ST
singkat dengan perubahan resiprokal, dan perubahan gelombang T lebih dini pada AMI) dan jangkauan
luas elevasi peningkatan enzim-enzim miokardiumal membantu dalam membedakan perikarditis dari
AMI.
Perikarditis yang disebabkan oleh pasca cedera jantung dibedakan dengan perikarditis idiopatik akut
terutama berdasarkan waktuawitan timbulnya. Jika terjadi dalam beberapa hari atau minggu setelah AMI,
pukulan pada dada, perforasi jantung, atau operasi jantung, dapat dibenarkan untuk mengambil
kesimpulandisimpulkan bahwa keduanya kemungkinan berhubungan.
Penting untuk membedakan perikarditis akibat penyakit vaskular kolagen dengan perikarditis idiopatik
akut. Yang paling penting pada diagnosis banding adalah perikarditis akibat lupus eritematosus sistemik
(systemic lupus erythematosus, SLE) atau lupus diinduksi imbas obat (prokainamid atau hidralazin). Bila
perikarditis terjadi tanpa gangguan penyebab apapun, diagnosis SLE dapat ditunjukkan berdasarkan
peningkatan titer antibodiy antinukclear. Perikarditis akut kadang-kadang merupakan komplikasi arthritis
rheumatoidrematoid, skcleroderma, dan poliarteritis nodosa, yang kadang-kadang terjadi, dan tanda lain
penyakit-penyakit tersebut biasanya jelas. Efusi pericardialperikardium asimtomatiksimtomatis juga
sering terjadi pada gangguan tersebut. Perikarditis pada demam reumatikrematik akut biasanya
dihubungkan dengan tandaditandai dengan pankarditis berat dan bising jantung (Bab 26).
Perikarditis piogenik (purulen) biasanya disebabkan oleh operasi kardiotorakssik, dengan melalui
perluasan infeksi dari paru atau rongga pleura, dari rupture oesophagus esofagus ke dalam saccus
pericardialissakus perikardium, atau dari rupture abses cincin pada seorang pasien dengan endokarditis
infektif, atau dapat terjadi pada jika septicemia mempersulit perikarditis aseptik yang berkomplikasi
menjadi septikemiac. Biasanya penyakit tersebut ini disertai demam, menggigil, septikcemia, dan tanda
infeksi di tempat lain dan biasanya memiliki prognosis yang buruk. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan cairan pericardialperikardium. Perikarditis akut juga dapat mempersulit infeksi virusal,
piogenik, mikobakteriumal, dan fungal jamur yang terjadi pada infeksi HIV.
Perikarditis gagal ginjal terjadi pada sepertiga pasien dengan uremia kronikkronis (perikarditis uremik),
juga terjadi pada pasien-pasien yang mengalami menjalani dialisis kronik jangka panjang dengan kadar
urea darah dan kreatinin normal, dan disebut perikarditis karena imbas dialisis. Kedua bentuk perikarditis
tersebut dapat berupa fibrinosa dan biasanya disertai dengan efusi yang mungkin sanguinosaberdarah
(sanguinosa). Friction rub pericardialperikardium sering terjadi, tetapi nyeri biasanya tidak ada atau
ringan. Pengobatan dengan NSAIDOAINS dan intensifikasi dialisis biasanya adekuat. Kadang-kadang,
tamponade terjadi dan perikardiosentesis diperlukan. Bila perikarditis gagal ginjal rekuren atau persisten,
jendela pericardialperikardium harus dibuat atau perikardiektomi mungkin diperlukan.
Perikarditis yang disebabkan oleh penyakit neoplastik disebabkan oleh ekstensi atau invasi tumor-tumor
metastatic yang bermetastasis (paling sering karsinoma paru dan payudara, melanoma malignuma,
limfoma, dan leukemia) ke pericardiumperikardium; nyeri, aritmia atrialatrium, dan tamponade
merupakan komplikasi yang kadang-kadang terjadi. Diagnosis ditegakkan berdasarkan sitologi cairan
pericardialperikardium atau biopsiy pericardialperikardium. Iradiasi mediastinumal untuk neoplasma
dapat menyebabkan perikarditis akut dan/atau perikarditis konstriktif kronikkronis. Penyebab tidak lazim
perikarditis akut meliputi sifilis, infeksi fungal jamur (histoplasmosis, blastomikosis, aspergilosis, dan
kandidiasis), dan infestasi parasit (amebiasis, toksoplasmosis, ekinokokus, trichinosis).
EFUSI PERIKARDIUMAL KRONIKKRONIS
Efusi pericardialperikardium kronikkronis kadang-kadang ditemukan pada pasien-pasien tanpa didahului
riwayat perikarditis akut sebelumnya. Efusi pada dasarnya dapat menyebabkan beberapa gejala, dan
timbulnya gejala tersebut dapat dideteksi dengan temuan pembesaran silhouettesiluet jantung pada
roentgenogram dadafoto toraks. TuberculosisTuberkulosis merupakan penyebab yang lazim terjadiumum.
Penyebab lain
Miksedema dapat menyebabkan efusi pericardialperikardium kronikkronis yang kadang-kadang
massifmasif tetapi jarang, menyebabkan tamponade jantung. SilhouetteSiluet jantung sangat jelas
membesar, dan ekokardiogram diperlukan untuk membedakan kardiomegali dengan efusi
pericardialperikardium. Diagnosis miksedema dapat ditegakkan dengan pemeriksaan untuk fungsi tiroid.
Efusi pericardialperikardium miksedematosa bememberi respons terhadap terapi penggantian hormon
tiroid.
Neoplasma, lupus eritematosus sistemik (SLE), arthritis rheumatoid, infeksi mikotik, terapi radiasi pada
dadatoraks, infeksi piogenik, dan chylopericardium juga dapat menyebabkan efusi pericardialperikardium
kronikkronis dan harus dipertimbangkan serta dicari secara spesifik pada pasien-pasien tersebut.
Aspirasi dan analisis cairan pericardialperikardium sering membantu menegakkan diagnosis. Cairan
pericardialperikardium harus dianalisis seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Cairan
pericardialperikardium sanguinosa makroskopis paling sering terjadi karena neoplasma,
tuberculosistuberkulosis, gagal ginjal, atau kebocoran lambat akibat aneurisma aorta. Perikardiosentesis
dapat menghilangkan efusi besar, tetapi perikardiektomi mungkin diperlukan pada rekurensi. Instilasi
Pemberian agen-agenobat-obatan sklerosan atau agen-agen anti-neoplasmatik intraperikardiumal dapat
digunakan untuk mencegah penumpukan kembali cairan.
PERIKARDITIS KONSTRIKTIF KRONIKKRONIS
Gangguan ini terjadi bila penyembuhan perikarditis serofibrinosa atau fibrinosa akut atau resorpsi efusi
pericardialperikardium kronikkronis diikuti obliterasi cavitas pericardialisruang perikardium dengan
pembentukan jaringan granulasi. Jaringan granulasi secara bertahap berkontraksi dan membentuk parut
keras, yang dapat mengalami kalsifikasi, membungkus jantung dan mengganggu pengisian ventrikel. Di
negara-negara sedang berkembang tempat kondisi tersebut prevalen, persentase tinggisebagian besar
kasus berasal dari tuberculosistuberkulosis, tetapi saat ini merupakan penyebab yang langka di Amerika
Utara. Perikarditis konstriktif kronikkronis dapat terjadi setelah perikarditis idiopatik atau virusal akut
atau relaps, trauma dengan bekuan darah teraturorganized, segala jenis bedah jantung, radiasi
mediastinumal, infeksi purulen, histoplasmosis, penyakit neoplastik (terutama kanker payudara, kanker
paru, dan limfoma), arthritis rheumatoid, SLE, dan gagal ginjal kronikkronis dengan uremia yang diterapi
dengan dialisis kronikjangka panjang. Pada banyak pasien penyebab penyakit pericardialperikardium
tidak diketahui, dan pada mereka, serangan perikarditis virus yang asimtomatiksimtomatis atau
terlupakan serangan perikarditis viral, baik akut atau maupun idiopatik, dapat menjadi peristiwa pencetus.
Kelainan fisiologisk dasar pada pasien-pasien dengan perikarditis konstriktif kronikkronis merupakan
ketidakmampuan ventrikel untuk mengisi terisi karena keterbatasan pengembangannya dibatasi yang
disebabkan oleh pericardiumperikardium yang kaku dan, menebal. Pada perikarditis konstriktif, pengisian
ventrikel tanpa rintangantidak tergangguu selama fase diastole dini awal tetapi berkurang mendadak bila
sudah mencapai batas peregangan batas elastik pericardiumperikardium tercapai, sedangkan pada
tamponade jantung, pengisian ventrikel terganggu di sepanjang diastoldiastolee. Pada kedua kondisi,
stroke volumevolume sekuncup dan diastolikc akhir ventrikel dan tekanan mean rata-rata pada atrium,
vena pulmonalis, dan vena sistemik semua meningkat sampai tingkatke angka yang sama serupa (yaitu,
dalamhanya berbeda + 5 mmHg satu sama lain). Meskipun terjadi perubahan hemodinamik ini, fungsi
miokardiumal mungkin normal atau hanya sedikit terganggu pada perikarditis konstriktif kronikkronis.
Namun, proses fibrotikc dapat meluas ke dalam miokardium dan menyebabkan pembentukan parut
miokardial dan atrofi, dan kongesti vena dapat disebabkan oleh kombinasi efek-efek kombinasi lesi
pericardialperikardium dan miokardiumal.
Pada perikarditis konstriktif, nadi denyut tekanan atrium kanan dan kiri memperlihatkan kontur berbentuk
M, dengan turunan x dan g y yang menonjol. Turunan gy, yang tidak ada atau berkurang pada tamponade
jantung, merupakan defleksi paling menonjol pada perikarditis konstriktif; kondisi tersebut merefleksikan
pengisian dini ventrikel yang cepat. Turunan g y terganggu oleh peningkatan cepat tekanan atrialatrium
selama diastoldiastolee awal, bila pengisian ventrikel terganggu oleh pericardiumperikardium yang
termengalami konstriksi. Perubahan khas tersebut ditransmisikan ke vena jugularis; di sini perubahan
dapat dikenali dengan inspeksi. Pada perikarditis konstriktif, nadi denyut tekanan ventricularventrikel
pada kedua ventrikel memperlihatkan tanda-tanda “akar pangkat dua” khas selama diastoldiastolee.
Perubahan hemodinamik ini, meskipun khas, tidak patognomonik untuk perikarditis konstriktif dan juga
dapat diobservasi pada kardiomiopati yang ditandai dengan restriksi pengisian ventricularventrikel (Bab
21) (Tabel 22-2).
HASIL TEMUAN KLINIS DAN LABORATORIUM
Kelemahan, kelelahan, kenaikan berat badan, peningkatan lingkar abdomenperut, rasa tidak nyaman di
abdomen, penonjolan abdomen, menonjol dan edema sering terjadi. Pasien sering tampak sakit kronis,
dan pada kasus lanjut terjadi edema anasarka, pengurusan wasting otot rangka, dan kakeksia.
DispneaDispneu saat beraktivitas sering terjadi, dan ortopneua dapat terjadi juga, meskipun biasanya
tidak berat. Gagal ventrikel kiri akut (edema paru akut) sangat jarang terjadi. Vena cervicalis servikalis
mengalami distensi dan mungkin tetap demikian meskipun setelah pengobatan diuretick intensif, dan
tekanan vena dapat gagal menurun selama inspirasi (tanda Kussmaul). Tanda Kussmaul sering terjadi
pada perikarditis kronikkronis tetapi juga dapat terjadi pada stenosis trikcuspid, infark ventrikel kanan,
dan kardiomiopati konstriktif.
Tekanan nadi normal atau berkurang. Pada sekitar sepertiga kasus, pulsus paradoksus dapat dideteksi.
Hepatomegali kongestif jelas dan dapat mengganggu fungsi hepatik hati dan menyebabkan ikterus;
ascites sering terjadi dan biasanya lebih menonjol daripada edema dependen. Nadi apikal berkurang dan
dapat mengalami retraksi pada sistolsistolee (tanda Broadbent). Bunyi jantung dapat terdengar jauh;
bunyi jantung ketiga dini (yaitu, knock pericardialperikardium, yang terjadi pada apeksx cordis jantung
0,09-0,12 detik setelah penutupan katup aorta) sering mencolok matamengarahkan kecurigaan terhadap
diagnosis ini; bunyi jantung ini terjadi dengan karena penghentian mendadak pengisian
ventricularventrikel. Bising Murmur sistolik pada regurgitasi trikcuspid dapat ditemukan.
EKG sering memperlihatkan voltase rendah kompleks QRS dan flattening difus atau inversi gelombang
T. Fibrilasi atrialatrium terjadi pada sekitar sepertiga pasien. Roentgenogram dadaFoto toraks
memperlihatkan jantung normal atau sedikit membesar; kalsifikasi pericardialperikardium paling
seringmungkin terjadi tetapi tanpa tidak disertai konstriksi.
Karena tanda fisikfisis lazim pada penyakit jantung (bisingmurmur, pembesaran jantung) dapat mencolok
matatidak jelas atau tidak ada pada perikarditis konstriktif kronikkronis, pembesaran dan disfungsi
hepatik hepar dihubungkan denganyang menyebabkan ikterus dan ascites yang sulit sembuh dapat
menyebabkan diagnosis salahkesalahan diagnosis sebagai sirosis hepatik. Kesalahan ini dapat dihindari
jika vena-vena leher diinspeksi secara cermat pada pasien-pasien dengan asites dan hepatomegali. Karena
gambaran klinis menyerupai sirosis hepatis, tetapi dengan fitur gejala tambahan distensi vena leher yang
terdistensi, pencarian yang cermat untuk melihat adakah penebalan pericardiumperikardium dengan
pencitraan radiografi (lihat Gbr. 12-6) harus dilakukan dan dapatuntuk memperlihatkan bentuk penyakit
jantung yang dapat disembuhkan atau diobati.
Ekokardiogram transtorakalsik secara khas memperlihatkan penebalan pericardialperikardium, dilatasi
vena cava inferior dan vena hepatikca, dan penghentian tajam mendadak pengisian ventricularventrikel
pada diastole diniawal, dengan fungsi sistolik ventricularventrikel normal dan pipihnya dinding posterior
ventrikel kiri menipis. Pembesaran atrialatrium dapat terjadi, terutama pada pasien-pasien dengan
fisiologi konstriktif yang lama. Terjadi Terdapat pola velositaskecepatan aliran transvalvulear yang
khusus pada ekokardiografi velositas aliran-kecepatan Doppler. Selama inspirasi, terjadi penurunan
berlebihan velositaskecepatan aliran darah pada vena pulmonalis dan melewati melalui katup mitral serta
pergeseran septum ventriculare ventrikel ke kiri; hal yang terbalik terjadi selama ekspirasi terjadi
kebalikannya. VelositasKecepatan aliran diastolikc pada vena cava ke dalam atrium kanan dan melewati
katup trikcuspid sangat meningkat dengan cara yang berlebih selama inspirasi dan menurun selama
ekspirasi (Gbr. 22-5). Namun, ekokardiografi tidak dapat menyingkirkan diagnosis perikarditis
konstriktif secara pasti. Pemeriksaan Scanning MRI dan CT scan (Gbr. 22-6) lebih akurat daripada
ekokardiografi dalam menegakkan atau menyingkirkan adanya penebalan pericardiumperikardium.
Namun , penebalan pericardialperikardium dan bahkan kalsifikasi pericardialperikardium, tidak sama
dengan perikarditis konstriktif karena dapat terjadi tanpa mengganggu pengisian ventricularventrikel
secara serius.
Inspirasi
Ekspirasi
Septum
Septum
Pola inflow transvalvulear Doppler
PericardiumPenebalan perikardium menebal
Vena pulmonalis
DIASTOLE
DIASTOLE
IVC dan vena hepatikca
Pandangan 4 bilik apikal 4 ruang
GAMBAR 22-5
Perikarditis konstriktif. Skema Doppler perubahan respirofasik pada inflow mitral dan trikcuspid yang
dilihat melalui Doppler. Pola resiprokal pengisian ventricularventrikel dinilai pada pemeriksaan inflow
katup mitral (mitral valve, MV) dan katup trikcuspid (tricuspid valve, TV) dengan Doppler pulsasi
berdenyut. (Gambar dicetak sSeizin Bernard E. Bulwer, MD.)
DIAGNOSIS BANDING
Seperti perikarditis konstriktif kronikkronis, ckor pulmonale (Bab 17) dapat dihubungkan
denganmenyebabkan hipertensi vena sistemik berat tetapi sedikit kongesti pulmonal ringan; jantung
biasanya tidak membesar, dan pulsus paradoksus dapat terjadi. Namun, pada ckor pulmonale, penyakit
parenkim paru pulmonal parenkimal lanjutstadium tinggi biasanya terlihat jelas dan tekanan vena turun
selama inspirasi (yaitu tanda Kussmaul negatifve). Stenosis trikcuspid (Bab 20) juga dapat menyerupai
perikarditis konstriktif kronikkronis; hepatomegali kongestif, splenomegali, asites, dan distensi vena
dapat sama-sama menonjol. Namun, pada stenosis trikcuspid biasanya terdengar bising murmur khas
serta bising murmur stenosis mitral yang menyertai.
Karena perikarditis konstriktif dapat diperbaiki dengan pembedahan, penting untuk membedakan
perikarditis konstriktif dari kardiomiopati restriktif (Bab 21), yang memiliki kelainan fisiologik serupa
(yaitu, restriksi pengisian ventricularventrikel). Pada banyak pasien dengan kardiomiopati restriktif,
dinding ventricularventrikel menebal seperti yang diperlihatkan pada pemeriksaan ekokardiografik (Tabel
22-2). Fitur Ciri yang lebih merujuk pada menunjukkan diagnosis kardiomiopati restriktif pada
dibandingkan perikarditis konstriktif kronikkronis meliputi denyut pada apeks yang jelas, pembesaran
jantung, dan ortopneua dengan serangan gagalkegagalan ventricularventrikel kiri akut, hipertrofi ventrikel
kiri, bunyi gallop (di tempat knock pericardialperikardium), bundle branch block, dan, pada beberapa
kasus, gelombang Q abnormal pada EKG. Fitur-fiturGambaran-gambaran ekokardiografik tipikal pada
perikarditis konstriktif (lihat sebelum ini) berguna pada diagnosis banding perikarditis konstriktif
kronikkronis (Gbr. 22-5). Pencitraan dengan CT (biasanya dengan kontras) dan MRI merupakan kunci
dalam membedakan antara kardiomiopati restriktif dan perikarditis konstriktif kronikkronis. Pada
kardiomiopati restriktif, dinding ventricularventrikel mengalami hipertrofi, sedangkan pada perikarditis
konstriktif kronikkronis, pericardiumperikardium menebal dan kadang-kadang termengalami kalsifikasi.
Bila pasien mengalami gagal jantung kongestif yang progresif, melemahkanmenyebabkan disabilitas, dan
tidak mberespons pengobatandan serta memperlihatkan salah satu fitur ciri penyakit jantung konstriktif,
ekokardiografi Doppler untuk merekam memperlihatkan efek pernapasan pada aliran transvalvulear dan
scan MRI atau CT scan harus diperoleh untuk mendeteksi atau menyingkirkan perikarditis konstriktif ,
karena penyakit jantung konstriktif biasanya dapat disembuhkan.
PENGOBATAN Perikarditis Konstriktif
Reseksi pericardialperikardium adalah satu-satunya pengobatan definitifve perikarditis konstriktif dan
harus dilakukan selengkap mungkin. Pembatasan natrium dalam makanan dan pengobatan dengan
diuretikc berguna selama untuk persiapan praoperasi. Arteriografi koroneraria harus dilakukan sebelum
operasi pada pasien-pasien berusia lebih dari 50 tahun untuk menyingkirkan kecurigaan adanya penyakit
arteria coronaria koroner yang tidak dicurigaibelum diketahui. Manfaat yang berasal dari dekortikasi
jantung biasanya progresif selama beberapa bulan. Risiko operasi ini bergantung pada luas penetrasi
miokardium oleh proses fibrotikc dan kalsifikasi, keparahan atrofi miokardiumal, luas gangguan sekunder
fungsi hepatik hati dan/atau ginjal, dan kondisi umum pasien. Mortalitas operasitif berkisar 5% sampai
10%; pasien dengan penyakit paling berat berisiko paling tinggi. Oleh Kkarena itu, pengobatan
bedahpembedahan harus, jika mungkin, dilakukan pada awal perjalanan penyakit.
GAMBAR 22-6
Resonansi magneticMRI kardiovaskular pada pasien dengan perikarditis konstriktif. Gambar kanan
adalah pandangan aksis pendek dari basal ventrikel yang memperlihatkan penebalan
pericardiumperikardium yang membungkus jantung (panah). Gambar kiri adalah pandangan transaksial,
sekali lagi memperlihatkan penebalan pericardiumperikardium, terutama pada jantung kanan, tetapi juga
efusi pleura (PI Eff). LV, left ventricle (ventrikel kiri); RV, right ventricle (ventrikel kanan). (Dari D
Pennell: Cardiovascular Magnetic Resonance, in P Libby et al [eds]: Braunwald’s Heart Disease, 8th ed.
Philadelphia, Elsevier, 2005.)
Perikarditis konstriktif-efusif subakut
Bentuk penyakit pericardialperikardium ini ditandai dengan kombinasi efusi keras pada ruang
pericardialperikardium dan konstriksi jantung karena penebalan pericardiumperikardium. Bentuk ini
sama-sama memiliki sejumlah fitur ciri efusi pericardialperikardium kronikkronis yang menimbulkan
kompresi jantung dan konstriksi pericardialperikardium. Penyakit tersebut ini dapat disebabkan oleh
tuberculosistuberkulosis (lihat pembahasan selanjutnya), berbagai serangan perikarditis idiopatik akut,
radiasi, perikarditis traumatikc, gagal ginjal, sklcleroderma, dan neoplasma. Jantung biasanya membesar,
dan pulsus paradoksus dan penonjolan turunan x menonjol (tanpa penonjolan turunan g ymenonjol)
terdapat pada nadi denyut tekanan vena jugularis dan atrialatrium. Setelah perikardiosentesis, temuan-
temuan fisiologik berubah dari temuan tamponade jantung menjadi konstriksi pericardialperikardium.
Lebih lanjut lagi, tekanan intraperikardiumal dan tekanan vena scentralis dapat menurun, tetapi tidak
sampai normal. Diagnosis dapat ditegakkan dengan perikardiosentesis diikuti biopsiy
pericardialperikardium. Eksisi luas baik pericardiumperikardium visceralis maupun parietalis biasanya
merupakan terapi yang efektif.
Penyakit pericardialperikardium tuberkulosa
Infeksi kronikkronis ini merupakan penyebab efusi pericardialperikardium kronikkronis yang paling
sering terjadi, meskipun lebih jarang di Amerika Serikat dibandingkan di Afrika, Timur Tengah, dan
bagian-bagian lain negara-negara sedang berkembang di lainnya tempat mana tuberculosistuberkulosis
aktif masih endemisc. Gambaran klinis berupa penyakit kronikkronis , sistemik pada pasien dengan efusi
pericardialperikardium. Penting untuk mempertimbangkan diagnosis ini pada pasien dengan
tuberculosistuberkulosis yang dikenalsudah diketahui, dengan HIV, dan dengan demam, nyeri dada, berat
badan berkurang, dan pembesaran silhouettesiluet jantung yang penyebabnya tidak diketahui. Jika
etiologi efusi pericardialperikardium kronikkronis tetap samar meskipun dilakukan analisis detail cairan
pericardialperikardium (lihat pembahasan sebelum ini), biopsyi pericardialperikardium, lebih dipilih
sebaiknya melalui torakotomi terbatas, harus dilakukan. Jika bukti definitifve masih kurang tetapi
spescimen memperlihatkan granuloma dengan pengijuanperkijuan, kemoterapi antituberkulosis
diindikasikan.
Jika spescimen biopsiy memperlihatkan penebalan pericardiumperikardium, perikardiektomi harus
dilakukan untuk mencegah terjadinya konstriksi. Konstriksi jantung tuberkulercular harus ditangani
dengan pembedahan sementara pasien menerima mendapatkan kemoterapi antituberkulosis.
GANGGUAN LAIN PADA PERIKARDIUM
Kista pericardialperikardium tampak sebagai deformitas bundar atau lobulataberlobul pada
silhouettesiluet jantung, paling sering pada angulus cardiophrenica kanan. Kista-kista tidak menimbulkan
gejala, dan signifikansi klinis utamanya terletak pada kemungkinan kekacauan kesalahan diagnosis
menjadi dengan tumor, aneurisma ventricularventrikel, atau kardiomegali massifmasif. Tumor yang
mengenai pericardiumperikardium paling sering disebabkan oleh neoplasma maligna yang berasal dari
atau menyerang mediastinum, termasuk karsinoma bronkus dan payudara, limfoma, dan melanoma.
Tumor maligna primer yang paling sering adalah mesotelioma. Gambaran klinis tumor
pericardialperikardium maligna yang lazim adalah efusi pericardialperikardium yang berkembang lambat,
sering berdarah. Eksplorasi bedah diperlukan untuk menegakkan diagnosis definitifve dan melakukan
pengobatan definitifve, atau yang lebih sering, paliatif.