BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T...

52
Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE (STUDI KASUS PT KOMATSU INDONESIA TBK) 2.1. Tinjauan Umum Terhadap Perseroan Terbatas 2.1.1. Pengertian Perseroan Terbatas Definisi Perseroan Terbatas dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut Undang- Undang Perseroan Terbatas Tahun 2007) yang berbunyi sebagai berikut: 8 “Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.” Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Perseroan Terbatas memiliki unsur-unsur sebagai berikut: 1. Merupakan Persekutuan Modal Penegasan Perseroan Terbatas adalah Badan Hukum yang merupakan persekutuan modal merupakan penegasan bahwa Perseroan Terbatas tidak mementingkan sifat kepribadian para pemegang saham yang ada di dalamnya. Persekutuan Perdata, Firma, dan Persekutuan Komanditer terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mengenal satu sama lain secara pribadi. Berbeda halnya dengan Perseroan Terbatas, terutama pada Perseroan Terbatas Terbuka dimana yang diutamakan adalah menghimpun modal sebanyak mungkin dan mengabaikan hubungan pribadi diantara para pemegang saham. 9 8 Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1 angka 1. 9 Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas: Doktrin, Peraturan Perundang-Undangan, dan Yurisprudensi, Penerbit Kreasi Total Media, Yogyakarta: 2009, hlm. 23-24. Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Transcript of BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T...

Page 1: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

9

BAB 2

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

(STUDI KASUS PT KOMATSU INDONESIA TBK)

2.1. Tinjauan Umum Terhadap Perseroan Terbatas

2.1.1. Pengertian Perseroan Terbatas

Definisi Perseroan Terbatas dapat ditemukan dalam Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut Undang-

Undang Perseroan Terbatas Tahun 2007) yang berbunyi sebagai berikut:8

“Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badanhukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkanperjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yangseluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yangditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.”

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Perseroan Terbatas

memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

1. Merupakan Persekutuan Modal

Penegasan Perseroan Terbatas adalah Badan Hukum yang merupakan

persekutuan modal merupakan penegasan bahwa Perseroan Terbatas tidak

mementingkan sifat kepribadian para pemegang saham yang ada di dalamnya.

Persekutuan Perdata, Firma, dan Persekutuan Komanditer terdiri dari dua orang

atau lebih yang masing-masing mengenal satu sama lain secara pribadi. Berbeda

halnya dengan Perseroan Terbatas, terutama pada Perseroan Terbatas Terbuka

dimana yang diutamakan adalah menghimpun modal sebanyak mungkin dan

mengabaikan hubungan pribadi diantara para pemegang saham.9

8 Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1angka 1.

9 Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas: Doktrin, Peraturan Perundang-Undangan, danYurisprudensi, Penerbit Kreasi Total Media, Yogyakarta: 2009, hlm. 23-24.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 2: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

10

2. Didirikan berdasarkan perjanjian

Oleh karena Perseroan Terbatas dinyatakan sebagai badan hukum yang

didirikan berdasarkan perjanjian, maka pendirian Perseroan Terbatas harus pula

tunduk kepada persyaratan syarat sahnya perjanjian yang ditentukan oleh Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUHPerdata). Pasal 1320

KUHPerdata menentukan adanya empat syarat sahnya suatu perjanjian, yaitu:

a. Adanya kata sepakat bagi mereka yang mengikatkan dirinya.

b. Kecakapan para pihak untuk membuat suatu perikatan.

c. Harus ada hal tertentu.

d. Harus ada suatu sebab (causa) yang halal.

Persyaratan tersebut diatas berkenaan baik mengenai subjek maupun objek

perjanjian. Persyaratan yang pertama dan kedua berkenaan dengan subjek

perjanjian. Persyaratan yang ketiga dan keempat berkenaan dengan objek

perjanjian. Pembedaan kedua persyaratan tersebut dikaitkan pula dengan masalah

batal demi hukum dan dapat dibatalkannya suatu perjanjian. Apabila persyaratan

subjektif tidak dipenuhi, maka tidak mengakibatkan batalnya suatu perjanjian

namun hanya dapat dibatalkan melalui putusan pengadilan. Sedangkan

persyaratan mengenai objek, apabila tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut batal

demi hukum.10

Selain itu yang dimaksudkan didirikan berdasarkan perjanjian adalah harus

terdapat dua pendiri atau lebih. Para pemegang saham yang mendirikan perseroan

tersebut saling mengikatkan diri untuk menerima dan melaksanakan kewajiban

tertentu yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan Anggaran Dasar

Perseroan tersebut.

3. Melakukan Kegiatan Usaha

Semua Perseroan Terbatas memiliki kewajiban untuk melakukan Wajib

Daftar Perseroan. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992

tentang Wajib Daftar Perseroan (selanjutnya disebut Undang-Undang Wajib

10 Ibid., hlm. 26-27.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 3: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

11

Daftar Perseroan). Dalam Undang-Undang Wajib Daftar Perseroan, diatur

mengenai definisi perusahaan, yaitu:11

“Perusahaan adalah setap bentuk usaha yang bersifat tetap dan terusmenerus dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam WilayahRepublik Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan atau laba.”

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa perusahaan harus

memenuhi unsur-unsur yaitu melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus

dalam rangka untuk memperoleh laba. Untuk mencapai tujuan tersebut, perseroan

harus memiliki maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang dicantumkan dalam

Anggaran Dasar Perseroan tersebut.12

4. Modal yang seluruhnya terbagi atas saham

Salah satu ciri utama suatu Badan Hukum seperti Perseroan Terbatas

adalah memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan para pendiri badan hukum

tersebut. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas dijelaskan bahwa modal perseroan merupakan keseluruhan nilai nominal

saham yang ada dalam Perseroan.13

2.1.2. Keuntungan dan Kerugian Perseroan Terbatas

Adapun keuntungan Perseroan Terbatas, antara lain adanya kewajiban

terbatas. Para pemilik perseroan terbatas memiliki kewajiban yang terbatas,

berbeda dengan pemilik usaha perseorangan dan badan usaha pada umumnya.

Dalam hal akses ke Pendanaan, Perseroan Terbatas dapat dengan mudah

memperoleh pendanaan dengan menerbitkan saham baru. Hal ini memberikan

fleksibilitas bagi perseroan terbatas untuk tumbuh dan bergerak di usaha-usaha

bisnis yang baru. Usaha perorangan dan badan usaha lainnya kurang memiliki

akses ke pendanaan ketika mereka ingin mendanai ekspansi bisnis mereka. Untuk

memperoleh tambahan dana, mereka hanya dapat mengandalkan dari pemilik-

pemilik yang ada dan/atau pinjaman dari kreditur. Keuntungan Perseroan Terbatas

11 Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Wajib Daftar Perseroan, Pasal1 huruf b.

12 Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 18.13 Ibid., Pasal 31 ayat (1).

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 4: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

12

yang lain adalah para investor di perusahaan besar dan terbuka biasanya dapat

menjual saham mereka dalam hitungan menit dengan menghubungi pialang

mereka atau menjualnya secara online melalui internet. Sebaliknya, para pemilik

dari kepemilikan perseorangan atau persekutuan kemungkinan akan mengalami

kesulitan dalam menjual bagian kepemilikan mereka atau bisnis. 14

Di lain pihak kerugian badan usaha berbentuk Perseroan Terbatas adalah

biaya organisasi yang tinggi. Pengorganisasian suatu perseroan terbatas biasanya

lebih mahal daripada pembentukan kepemilikan bisnis yang lain karena adanya

kebutuhan pembuatan akta pendirian perseroan dan mencatatkannya ke Negara.

Sejumlah biaya juga akan timbul dalam pembuatan anggaran dasar, dan

menerbitkan saham bagi para investor juga melibatkan biaya dengan jumlah yang

cukup besar. Selain itu juga adanya kewajiban untuk melakukan pengungkapan

keuangan. Ketika saham dari perseroan terbatas diperdagangkan secara terbuka,

maka masyarakat investasi memiliki hak, dalam batasan-batasan tertentu, untuk

memeriksa data keuangan perusahaan. Sebagai akibatnya, perusahaan

kemungkinan diwajibkan untuk melakukan lebih banyak pengungkapan kepada

public mengenai operasi bisnis dan gaji karyawan mereka lebih dari yang mereka

ingin ketahui. Perseroan tertutup tidak diharuskan untuk mengungkapkan

informasi keuangan mereka kepada publik. Selain itu perwakilan. Perseroan

terbatas terbuka biasanya dijalankan oleh para manajer yang bertanggung jawab

dalam melakukan pengambilan keputusan bagi bisnis yang akan melayani

kepentingan para pemiliknya. Namun, para manajer ini tidak selalu bertindak

demi kepentingan para pemegang saham. Sebagai contoh, manajer dapat mencoba

untuk melakukan perjalanan bisnis yang mahal yang sebetulnya dibutuhkan untuk

mengelola bisnis tersebut. Tindakan seperti itu dapat meningkatkan pengeluaran

pengelolaan bisnis, mengurangi laba, dan akibatnya mengurangi pengembalian

kepada para pemegang saham. Ketika para manajer tidak bertindak sebagai wakil

yang bertanggung jawab dari para pemegang saham selaku pemilik bisnis, maka

akan timbul suatu hal yang disebut sebagai masalah perwakilan (agency problem).

Terdapat banyak contoh kasus di mana para manajer tingkat atas melakukan

14 Drs. Arif Djohan T., S.H., Aspek Hukum Perseroan Terbatas, Harvarindo: 2008,hlm.10.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 5: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

13

pengambilan keputusan yang mewakili kepentingan mereka sendiri dengan

mengorbankan kepentingan para pemegang saham. Oleh karena perseroan terbatas

adalah badan yang terpisah, maka perusahaan akan dikenakan pajak secara

terpisah, maka perusahaan akan dikenakan pajak secara terpisah dari pemiliknya.

Pajak tahunan yang dibayarkan oleh perseroan terbatas ditentukan dengan

memperhitungkan tarif pajak perseroan terhadap laba tahunan perusahaan. 15

2.1.3. Organ Perseroan Terbatas

Suatu perseroan memiliki tiga organ penting yang telah ditentukan oleh

Undang-undang Perseroan Terbatas, yaitu :

1. Rapat Umum Pemegang Saham.

Undang-Undang Perseroan Terbatas memberikan definisi RUPS yaitu

organ yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau

Dewan Komisaris, dalam batasan yang ditentukan oleh Undang-undang dan/atau

anggaran dasar perseroan tersebut. Dalam RUPS, para pemegang saham berhak

memperoleh segala informasi dan keterangan yang berkaitan dengan perseroan

dari Direksi dan Dewan Komisaris sepanjang yang ditanyakan telah diagendakan

dalam RUPS tersebut. RUPS dalam hal membahas mengenai hal yang tidak di

agendakan sebelumnya, maka RUPS tersebut tidaklah dapat mengambil

keputusan kecuali semua pemegang saham hadir dan/atau dapat diwakili dalam

RUPS dan menyetujui penambahan agenda RUPS tersebut. Dan atas agenda rapat

yang ditambahkan tersebut haruslah disetujui dengan suara bulat. 16

Dalam suatu Perseroan Terbatas, Rapat Umum Pemegang Saham

Perseroan merupakan organ tertinggi dan memiliki hak veto diantara organ-organ

Perseroan lainnya. Pada dasarnya, RUPS baru dapat mengambil suatu keputusan

yang sah dan mengikat Perseroan apabila dihadiri oleh seluruh pemegang saham

atau wakilnya. Jadi, apabila salah satu pemegang saham tidak hadir, yang

bersangkutan bisa memberikan kuasa kepada pemegang saham lainnya untuk

15 Ibid., hlm.11.16 Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal

75 ayat 3.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 6: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

14

mengeluarkan suara dalam Rapat. Kuasa tersebut bisa diberikan kepada siapa saja,

asalkan dia bukan Direksi atau Komisaris Perseroan. 17

Undang-undang Perseroan Terbatas mengenal dua macam Rapat Umum

Pemegang Saham, yaitu :

a. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan

Perseroan wajib mengadakan RUPS tahunan dalam jangka waktu 6 (enam)

bulan setelah tahun buku perseroan berakhir. Dalam RUPS tahunan ini

biasanya membahas mengenai laporan tahunan perseroan untuk disahkan.

Dalam RUPS tahunan ini, harus diajukan semua dokumen-dokumen yang

berkaitan dengan laporan tahunan perseroan. 18

b. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa

Agenda Rapat yang dibahas adalah merupakan agenda selain dari RUPS

tahunan yang biasanya diselenggarakan oleh perseroan berdasarkan ketentuan

yang diatur dalam anggaran dasar perseroan.

2. Direksi.

Pengertian dari Direksi dari suatu perseroan terbatas adalah organ

perseroan yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas pengurusan

perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan

perseroan serta mewakili perseroan, baik didalam maupun diluar pengadilan

sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. 19 Direksi perseroan merupakan organ

perseroan yang melaksanakan kegiatan dan kepengurusan perseroan. Ketentuan

ini menugaskan Direksi untuk mengurus perseroan yang, antara lain, meliputi

pengurusan sehari-hari dari perseroan. Direksi menjalankan pengurusan perseroan

untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.

3. Dewan Komisaris.

Dewan Komisaris memiliki tugas untuk melakukan pengawasan atas

kebijakan pengurusan dan jalannya pengurusan pada umumnya dan memberi

17 Irma Devita, Rapat Umum Pemegang Saham, http://irmadevita.com/2007/rapat-umum-pemegang-saham-perseroan, diakses pada tanggal 24 Juni 2009 pukul 19.00.

18 Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal75 ayat 3. Pasal 78 ayat 2 dan 3.

19 Ibid., Pasal 1 ayat 5.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 7: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

15

nasehat kepada Direksi. 20 Hal tersebut dilakukan untuk kepentingan perseroan

dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Dewan Komisaris terdiri atas

satu orang anggota atau lebih. Dewan Komisaris yang terdiri atas lebih dari satu

orang anggota merupakan majelis dan setiap anggota Dewan Komisaris tidak

dapat bertindak sendiri-sendiri, tetapi berdasarkan keputusan Dewan Komisaris. 21

2.1.4. Penggolongan Perseroan Terbatas

Dilihat dari jenisnya, Perseroan Terbatas dapat dibedakan menjadi tiga,

yaitu: 22

1. Perseroan Tertutup

Perseroan tertutup merupakan perseroan yang hanya dimiliki oleh

beberapa pemegang saham, tidak listing di Bursa, dan tidak memenuhi

persyaratan sebagai perusahaan publik.

2. Perseroan Terbuka

Berdasarkan Peraturan Bapepam Nomor IX.H.1 angka 1 huruf a,

pengertian Perseroan Terbuka adalah perusahaan publik atau perusahaan

yang telah melakukan Penawaran Umum saham atau Efek bersifat ekuitas

lainnya (emiten). Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

perseroan terbuka dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu:

a. Perseroan yang melakukan penawaran umum saham atau efek

bersifat ekuitas lainnya. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995

tentang Pasar Modal (selanjutnya disebut Undang-Undang Pasar

Modal) mengatur definisi mengenai Penawaran Umum, yaitu:23

“Penawaran Umum adalah kegiatan penawaran Efek yangdilakukan oleh Emiten untuk menjual Efek kepadamasyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalamUndang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya.”

20 Ibid., Pasal 1 ayat 6.21 Ibid., Pasal 108.22 Drs. Arif Djohan T., S.H., op. cit, hlm. 40.23 Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 15.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 8: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

16

Adapun keuntungan suatu perseroan melakukan penawaran umum,

antara lain Emiten yang melakukan penawaran umum saham akan

memperoleh dana yang relatif cukup besar dan diterima sekaligus. Hal ini

lebih baik dibandingkan emiten harus menggunakan fasilitas kredit dari

bank karena emiten akan dibebankan dengan tingkat bunga yang relative

besar. Dana yang diperoleh dari penawaran umum dapat dipergunakan

untuk melakukan kegiatan ekspansi, perbaikan dan memperkuat struktur

permodalan, meningkatkan infrastruktur perusahaan, dan dapat

dipergunakan untuk membayar utang perusahaan. Selain itu dapat

meningkatkan likuiditas perusahaan terhadap kepentingan pemegang

saham utama dan pemegang saham minoritas dan meningkatkan nilai

pasar dari perusahaan, karena umumnya likuiditas suatu perusahaan telah

menjadi perusahaan publik akan lebih meningkat dibandingkan dengan

perusahaan tertutup, penawaran Umum Saham dapat meningkatkan

prestise dan publisitas perusahaan. Hal ini sangat jelas menguntungkan

bagi emiten karena emiten tidak perlu membuang biaya untuk membayar

jasa periklanan yang lumayan mahal, biaya penawaran umum Saham

relatif lebih murah dan prosedurnya relatif cepat, pembagian dividen

berdasarkan keuntungan, sehingga tidak ada pihak, baik emiten, pemegang

saham utama, ataupun pemegang saham public yang dirugikan, penyertaan

masyarakat biasanya tidak termasuk dalam manajemen emiten, perusahaan

dituntut lebih terbuka, sehingga hal ini dapat memacu perusahaan untuk

meningkatkan keprofesionalisme.

Dengan adanya penawaran umum saham, perusahaan memberikan

kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki saham

perusahaan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial. Selain

memberikan kesempatan kepada masyarakat umum, karyawan dari

perusahaan tersebut dapat juga memiliki saham perusahaan melalui ESOP

(Employee Stock Ownership Plan). Hal tersebut dapat memacu semangat

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 9: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

17

para karyawan untuk bekerja lebih baik lagi karena adanya perasaan

memiliki terhadap perusahaan. 24

b. Perusahaan publik

Definisi perusahaan publik dapat ditemukan pada Undang-

Undang Pasar Modal, yaitu:25

“Perusahaan Publik adalah Perseroan yang sahamnya telahdimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus)pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atausuatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yangditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.”

Dari definisi termasuk dapat disimpulkan bahwa perseroan tertutup

yang dalam perkembangannya memiliki minimal 300 pemegang

saham dan modal disetor minimal tiga miliar, maka perseroan

tersebut harus mengubah statusnya menjadi perseroan terbuka.

3. Perseroan terbatas yang mendapat fasilitas

Dalam hal ini, yang dimaksud dengan Perseroan Terbatas yang mendapat

fasilitas adalah:

a. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Pengertian PMDN dapat ditemukan dalam Undang-Undang

Penanaman Modal Dalam Negeri, yaitu:26

“Penggunaan daripada kekayaan seperti tersebut dalam Pasal 1,baik secara langsung atau tidak langsung untuk menjalankan usahamenurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang ini.”

Perusahaan PMDN merupakan suatu perusahaan yang di dalamnya

terdapat penanam modal dari sumber dalam negeri dan perusahaan

tersebut telah diproses menjadi PMDN sehingga dengan status PMDN

24 Gunawan Widjaya & Wulandari Risnanabitis, D., Go Public dan Go Private diIndonesia, Kencana, Jakarta: 2009., hlm. 9-11.

25 Ibid., Pasal 1 angka 22.26 Indonesia, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam

Negeri, Pasal 2.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 10: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

18

tersebut, ia berhak atas fasilitas-fasilitas tertentu dari Pemerintah yang

tidak akan didapat oleh perusahaan yang bukan PMDN.27

b. Penanaman Modal Asing (PMA).

Pengertian PMA dapat ditemukan dalam Undang-Undang

Penanaman Modal yaitu: 28

“Kegiatan menanam untuk melakukan usaha di wilayah negaraRepublik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing,baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yangberpatungan dengan penanam modal dalam negeri.”

Perusahaan PMA merupakan suatu perseroan terbatas yang sebagian atau

seluruh modal sahamnya berasal dari luar negeri sehingga mendapat

perlakuan khusus dari pemerintah.

Baik PMDN maupun PMA harus mendapatkan ijin Badan Koordinasi

Penanaman Modal (BKPM) dalam hal pendiriannya. Selain itu, dalam hal

perubahan susunan pemegang saham juga harus mendapatkan ijin dari BKPM.

Dalam kasus ini, PT Komatsu Indonesia Tbk termasuk ke dalam Perseroan PMA.

Ketiga jenis Perseroan Terbatas tersebut sama-sama tunduk pada Undang-

Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan peraturan

pelaksananya. Namun perseroan terbuka juga harus tunduk pada peraturan yang

lebih khusus sesuai dengan asas lex specialis derogat lex generalis, yaitu Undang-

Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, peraturan Bapepam-LK, dan

peraturan Bursa Efek Indonesia apabila listing di Bursa.

Salah satu perbedaannya yang mendasar adalah dengan diberlakukannya

Peraturan Bapepam-LK kepada Perseroan Terbuka, maka Perseroan Terbuka

memiliki kewajiban untuk melakukan keterbukaan informasi ke publik.

Keterbukan informasi tersebut harus dilakukan baik pada saat melakukan Go

Public ataupun sesudah proses Go Public. Kewajiban tersebut berlangsung selama

27 Dhaniswara K. Harjono, S.H., M.H., M.B.A., Pembaruan Hukum Perseroan Terbatas:Tinjauan terhadap Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, PPHBI,Jakarta: 2008, hlm. 182-183.

28 Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1angka 9.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 11: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

19

perseroan tersebut berstatus sebagai perseroan terbuka. Hal ini sama sekali tidak

dikenal dalam perseroan tertutup. Perseroan tertutup tidak berkewajiban untuk

memberitahukan kepada publik setiap transaksi-transaksi ataupun tindakan-

tindakan lainnya yang dilakukan oleh perusahaan tertutup tersebut, sedangkan

Perseroan Terbuka harus segera menyampaikan kepada Bapepam dan

mengumumkan kepada masyarakat mengenai kebijakan-kebijakan perseroan yang

dapat mempengaruhi nilai efek.29

2.2. Penawaran Tender (Tender Offer)

2.2.1. Pengertian dari Penawaran Tender

Penawaran Tender (Tender Offer) merupakan penawaran melalui media

massa untuk memperoleh efek bersifat ekuitas dengan cara pembelian atau

pertukaran dengan efek lainnya. Tender Offer diatur dalam peraturan Bapepam-

LK Nomor IX.F.1 tentang Penawaran Tender, Nomor IX.F.2 tentang pernyataan

penawaran tender, dan Nomor IX.F.3 tentang Pernyataan informasi oleh

perusahaan sasaran. Selain itu, tender offer juga diatur dalam Peraturan Bapepam-

LK Nomor IX.H.1 yang baru direvisi dan ditetapkan pada tanggal 30 juni 2008.

Dalam Peraturan Bapepam Nomor IX.H.1 yang baru, terdapat perubahan

mengenai definisi pengendali perusahaan terbuka, yaitu:

“Pengendali Perusahaan Terbuka, yang selanjutnya disebut Pengendali,adalah Pihak yang memiliki saham lebih dari 50% (lima puluh perseratus)dari seluruh saham yang disetor penuh, atau Pihak yang mempunyaikemampuan untuk menentukan, baik langsung maupun tidak langsung,dengan cara apapun pengelolaan dan/atau kebijaksanaan PerusahaanTerbuka.”

Dalam peraturan IX.H.1 yang lama, definisi pengendali dalam perusahaan

terbuka adalah merupakan pihak yang memiliki saham lebih dari 25 persen.

Definisi dari pengambilalihan adalah apabila ada perubahan pengendali dalam

Perseroan tersebut.

29 Bapepam-LK, Peraturan Nomor X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi Yang HarusSegera Diumumkan Kepada Publik.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 12: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

20

2.2.2. Saham-Saham Yang Dikecualikan Dalam Penawaran Tender

Dalam rangka pengambilalihan perseroan terbuka, pengendali baru wajib

untuk melakukan penawaran tender terhadap seluruh sisa saham Perseroan

Terbuka tersebut, kecuali:30

1. Saham yang dimiliki pemegang saham yang telah melakukan transaksi

Pengambilalihan dengan Pengendali baru Perusahaan Terbuka.

2. Saham yang dimiliki Pihak lain yang telah mendapatkan penawaran dengan

syarat dan kondisi yang sama dari Pengendali baru Perusahaan Terbuka.

3. Saham yang dimiliki Pihak lain yang pada saat yang bersamaan juga

melakukan Penawaran Tender atas saham Perusahaan Terbuka yang sama.

4. Saham yang dimiliki Pemegang Saham Utama.

5. Saham yang dimiliki oleh Pihak Pengendali lain Perusahaan Terbuka

tersebut.

Dalam hal pelaksanaan Tender Offer ataupun pengambilalihan

mengakibatkan kepemilikan saham oleh Pengendali baru lebih dari 80 persen dari

modal disetor Perusahaan Terbuka, maka Pengendali baru dimaksud wajib

mengalihkan kembali saham Perusahaan Terbuka tersebut kepada masyarakat

sehingga saham yang dimiliki masyarakat paling kurang 20 persen dari modal

disetor Perusahaan Terbuka dan dimiliki paling kurang oleh 300 Pihak dalam

jangka waktu paling lama dua tahun sejak pelaksanaan Tender Offer selesai

dilaksanakan.31

Tidak semua pengambilalihan wajib untuk dilakukan penawaran tender.

Hal tersebut tidak berlaku apabila pengambilalihan tersebut adalah sebagai

akibat:32

1. perkawinan atau pewarisan.

2. pembelian atau perolehan saham pada Perusahaan Terbuka dalam jangka

waktu setiap 12 bulan, dalam jumlah paling banyak 10 persen dari jumlah

saham yang beredar dengan hak suara yang sah.

30 Bapepam-LK, Peraturan nomor IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka,angka 2 huruf b.

31 Ibid, angka 3 dan 4.32 Ibid., angka 15.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 13: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

21

3. pelaksanaan tugas dan wewenang dari badan atau lembaga pemerintah atau

negara berdasarkan undang-undang.

4. pembelian langsung saham yang dimiliki ataupun dikuasai badan atau

lembaga pemerintah atau negara.

5. penetapan atau putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum

tetap.

6. penggabungan usaha, pemisahan usaha, peleburan usaha, atau pelaksanaan

likuidasi pemegang saham.

7. hibah yang merupakan penyerahan saham tanpa perjanjian untuk memperoleh

imbalan dalam bentuk apapun.

8. jaminan utang tertentu yang telah ditetapkan dalam perjanjian utang-piutang,

serta jaminan utang dalam rangka restrukturisasi perusahaan yang ditetapkan

oleh badan atau lembaga pemerintah atau negara berdasarkan undang-

undang.

9. perolehan saham sebagai pelaksanaan Peraturan Nomor IX.D.1 dan Peraturan

Nomor IX.D.4.

10. perolehan saham karena pelaksanaan kebijakan badan atau lembaga

pemerintah atau negara.

11. pelaksanaan Penawaran Tender jika dilaksanakan akan bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan.

12. perolehan saham dari pelaksanaan Penawaran Tender berdasarkan Peraturan

Nomor IX.F.1, yang dilaksanakan bukan sebagai pemenuhan kewajiban

berdasarkan peraturan ini.

2.2.3 Mekanisme Dalam Penawaran Tender

Adapun mekanisme pelaksanaan penawaran tender adalah Perseroan harus

melakukan pengumuman di dua surat kabar harian berbahasa indonesia yang salah

satunya berperedaran nasional. Minimal dua hari sebelum dilakukan pengumuman

melalui koran, pihak yang ingin melakukan penawaran tender menyampaikan teks

pengumuman tersebut ke Bapepam dan perusahaan sasaran. Setelah pengumuman,

tender offer tidak dapat dibatalkan kecuali dengan persetujuan Bapepam.

Selanjutnya paling lambat lima hari setelah pengumuman, pihak yang ingin

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 14: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

22

melakukan penawaran tender harus menyampaikan pernyataan penawaran tender

kepada Bapepam, Bursa Efek Indonesia, perusahaan tercatat dan pihak lain yang

juga telah melakukan tender offer atas ekuitas tersebut. Pernyataan penawaran

tender menjadi efektif pada hari ke 15 sejak pernyataan atau perubahannya

diterima lengkap oleh Bapepam atau ditentukan efektif lebih awal oleh Bapepam.

Selambat-lambatnya dua hari sejak dinyatakan efektif, pernyataan tersebut harus

diumumkan di dua surat kabar harian berbahasa indonesia yang salah satunya

berperedaran nasional. Perusahaan sasaran atau afiliasinya dan pihak lain yang

juga melakukan penawaran tender atas ekuitas tersebut dapat membuat

pernyataan tertulis berisi informasi untuk mendukung atau menentang penawaran

tender tersebut. Salinannya wajib disampaikan ke Bapepam pada saat itu juga.

Apabila direksi atau dewan komisaris dari perusahaan sasaran mempunyai alasan

yang cukup bahwa informasi dalam pernyataan penawaran tender tidak benar atau

menyesatkan, maka perusahaan sasaran yang bersangkutan wajib membuat

pernyataan yang berisi informasi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan

Bapepam-LK Nomor IX.F.3 tentang Pedoman Tentang Bentuk dan Isi Pernyataan

Perusahaan Sasaran dan Pihak Lainnya Sehubungan dengan Penawaran Tender.

Pernyataan tersebut paling lambat 15 hari sebelum berakhirnya penawaran tender)

harus diumumkan dalam dua surat kabar harian berbahasa indonesia yang salah

satunya berperedaran nasional. 33

Harga Penawaran Tender, kecuali ditentukan lain oleh Ketua Bapepam,

harus lebih tinggi dari kedua harga berikut :34

1. Harga Penawaran Tender tertinggi yang diajukan sebelumnya oleh Pihak

yang sama dalam jangka waktu 180 (seratus delapan puluh) hari sebelum

pelaksanaan pengumuman.

2. Harga pasar tertinggi atas Efek dimaksud di Bursa Efek dalam jangka

waktu 90 (sembilan puluh) hari terakhir sebelum pengumuman.

Transaksi Penawaran Tender wajib diselesaikan selambat-lambatnya

dalam waktu 12 (dua belas) hari setelah penawaran berakhir dengan penyerahan

uang, penyerahan Efek sebagai penukarnya, atau dikembalikannya Efek yang

ditenderkan jika kondisi khusus yang ditetapkan dalam Penawaran Tender tidak

33 Bapepam-LK, Peraturan Nomor IX.F.1 tentang Penawaran Tender, angka 4-10.34 Ibid., angka 11.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 15: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

23

dipenuhi atau Penawaran Tender dibatalkan. Dalam hal Penawaran Tender

dilaksanakan melalui penukaran Efek Perusahaan Sasaran dengan Efek lain, maka

Pihak yang melakukan Penawaran Tender wajib memberikan pilihan untuk

menerima Efek lain tersebut atau uang. Jangka waktu Penawaran Tender adalah

sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) hari sejak Pernyataan Penawaran Tender

Efektif diumumkan dan dapat diperpanjang paling lama menjadi 90 (sembilan

puluh) hari, kecuali disetujui lain oleh Ketua Bapepam. Dalam hal Penawaran

Tender sebagai akibat Pengambilalihan Perusahaan Terbuka maka jangka waktu

Penawaran Tender paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak Pernyataan Penawaran

Tender Efektif diumumkan, kecuali disetujui lain oleh Ketua Bapepam. Setiap

masa perpanjangan Penawaran Tender wajib dilaksanakan sekurang-kurangnya 15

(lima belas) hari dan diumumkan dalam waktu 2 (dua) hari sebelum masa

perpanjangan dimulai. Pengumuman dimaksud wajib dimuat dalam 2 (dua) surat

kabar harian berbahasa Indonesia, salah satu di antaranya mempunyai peredaran

nasional dan mencantumkan jumlah penawaran Efek yang sudah diterima sampai

dengan masa perpanjangan dimulai. Teks pengumuman tersebut wajib

disampaikan kepada Bapepam pada saat bersamaan dengan pengumunan tersebut

diungkapkan. Jika jumlah Efek yang ditawarkan untuk dijual melebihi jumlah

Efek yang ditetapkan dalam Penawaran Tender, maka Pihak yang melaksanakan

Penawaran Tender wajib melakukan penjatahan secara proporsional sebanding

dengan partisipasi setiap Pihak yang melakukan penjualan dalam Penawaran

Tender tersebut dengan memperhatikan satuan perdagangan yang berlaku di Bursa

Efek tanpa pecahan. Pihak yang melakukan Penawaran Tender wajib menunjuk

Akuntan yang terdaftar di Bapepam untuk melakukan pemeriksaan khusus

mengenai kewajaran pelaksanaan penjatahan dan wajib menyampaikan

laporannya kepada Bapepam dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak

tanggal penjatahan berakhir. Pihak yang akan menjual Efek Bersifat Ekuitas

sehubungan dengan Penawaran Tender wajib menyerahkan Efek tersebut kepada

Kustodian yang ditunjuk oleh Pihak yang melakukan Penawaran Tender dan dapat

menarik kembali Efek tersebut setiap saat sebelum Penawaran Tender berakhir.

Jika Penawaran Tender dapat mengakibatkan Efek tersebut tidak lagi memenuhi

persyaratan pencatatan di Bursa Efek dimana Efek tersebut tercatat, maka Pihak

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 16: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

24

yang melakukan Penawaran Tender wajib membeli seluruh Efek dimaksud yang

ditawarkan oleh semua Pihak kecuali Pemegang Saham Utama. Perubahan

persyaratan penawaran Tender hanya dapat dilakukan paling lambat 15 (lima

belas) hari sebelum Penawaran Tender berakhir. Perubahan tersebut wajib

diumumkan dalam 2 (dua) surat kabar harian berbahasa Indonesia, salah satu

diantaranya mempunyai peredaran nasional dan disampaikan kepada Bapepam

dan para Pihak pada waktu yang bersamaan dengan pengungkapan pengumuman

tersebut. Pihak yang melakukan Penawaran Tender dilarang membeli atau

menjual Efek Bersifat Ekuitas yang sedang ditawarkan dalam jangka waktu 15

(lima belas) hari sebelum penerbitan pengumuman sampai dengan Penawaran

Tender berakhir. Formulir Penawaran Tender hanya dapat dibagikan setelah

Pernyataan Penawaran Tender Efektif. Formulir Penawaran Tender tersebut wajib

memuat pernyataan bahwa Pihak yang menawarkan Efek Bersifat Ekuitas telah

menerima dan membaca Pernyataan Penawaran Tender. Dalam masa Penawaran

Tender, Pihak yang melakukan Penawaran Tender dapat melakukan pengumuman

ulang atas Pernyataan Penawaran Tender yang diajukan kepada Bapepam.

Perusahaan Sasaran dilarang melakukan transaksi yang semata-mata dilaksanakan

dengan tujuan menghalangi perubahan pengendalian Perusahaan Sasaran

dimaksud sebagai akibat pelaksanaan Penawaran Tender dalam jangka waktu

sejak pengumuman sampai dengan masa Penawaran Tender berakhir. Pihak yang

melakukan Penawaran Tender dan Afiliasinya yang mengetahui rencana

Penawaran Tender wajib merahasiakan rencana Penawaran Tender dalam jangka

waktu 15 (lima belas) hari sebelum pengumuman. Ketentuan ini tidak berlaku

bagi Pihak yang melakukan Penawaran Tender sebagai pemenuhan kewajiban

dalam kaitan pengambilalihan Perusahaan Terbuka sebagaimana dimaksud dalam

Peraturan Nomor IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka. Pihak

yang melakukan Penawaran Tender dilarang menetapkan pembatasan dan

persyaratan yang berbeda berdasarkan penggolongan atau kedudukan Pihak yang

menjadi pemegang Efek Bersifat Ekuitas, kecuali apabila terdapat pembedaan hak

atau manfaat tertentu yan melekat pada Efek Bersifat Ekuitas dimaksud. Pihak

yang melakukan Penawaran Tender dapat membuat rencana mengenai

kelangsungan atau perubahan manajemen perusahaan dan karyawan setelah

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 17: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

25

Penawaran Tender, sepanjang hal tersebut tidak merupakan persyaratan

Penawaran Tender, dan diungkapkan seluruhnya dalam Pernyataan Penawaran

Tender. Dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari sejak tanggal penyelesaian

Penawaran Tender berakhir atau dibatalkan, Pihak yang melakukan Penawaran

Tender wajib melaporkan hasil atau pembatalan dari Penawaran Tender tersebut

kepada Bapepam. 35

Mengenai Harga Penawaran diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bapepam

Nomor IX.H.1 tentang pengambilalihan Perseroan Terbuka, yang berbunyi

sebagai berikut:36

“Harga saham dalam Penawaran Tender pada Pengambilalihan wajibditentukan sebagai berikut:a. Dalam hal Pengambilalihan dilakukan secara langsung atas saham

Perusahaan Terbuka yang tidak tercatat dan tidak diperdagangkan diBursa Efek, maka harga pelaksanaan Penawaran Tender paling kurangsebesar harga Pengambilalihan yang sudah dilakukan atau palingkurang sebesar harga wajar yang ditetapkan oleh Penilai. Hargatersebut harus diambil harga yang paling tinggi.

b. Dalam hal Pengambilalihan dilakukan secara langsung atas sahamPerusahaan Terbuka yang tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efeknamun selama 90 (sembilan puluh) hari atau lebih sebelumpengumuman sebagaimana dimaksud dalam angka 2 huruf a atausebelum pengumuman negosiasi sebagaimana dimaksud angka 7, tidakdiperdagangkan di Bursa Efek atau dihentikan sementaraperdagangannya oleh Bursa Efek, maka harga pelaksanaan PenawaranTender adalah paling kurang sebesar harga rata-rata dari hargatertinggi perdagangan harian di Bursa Efek dalam waktu 12 (dua belas)bulan terakhir yang dihitung mundur dari hari perdagangan terakhiratau hari dihentikan sementara perdagangannya, atau hargaPengambilalihan yang sudah dilakukan. Harga tersebut harus diambilharga yang paling tinggi;

c. Dalam hal Pengambilalihan dilakukan secara langsung atas sahamPerusahaan Terbuka yang tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek,maka harga pelaksanaan Penawaran Tender paling kurang sebesarharga rata-rata dari harga tertinggi perdagangan harian di Bursa Efekselama 90 (sembilan puluh) hari terakhir sebelum pengumumansebagaimana dimaksud dalam angka 2 huruf a atau sebelumpengumuman negosiasi sebagaimana dimaksud angka 7, atau hargaPengambilalihan yang sudah dilakukan. Harga tersebut harus dipilihharga yang lebih tinggi;

35 Ibid., angka 12-27.36 Indonesia, Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perseroan

Terbuka, angka 12.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 18: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

26

d. Dalam hal Pengambilalihan dilakukan secara tidak langsung atassaham Perusahaan Terbuka yang tidak tercatat dan tidakdiperdagangkan di Bursa Efek, maka harga pelaksanaan PenawaranTender sekurang-kurangnya sama dengan harga wajar yang ditetapkanoleh Penilai;

e. Dalam hal Pengambilalihan dilakukan secara tidak langsung atassaham Perusahaan Terbuka yang tercatat dan diperdagangkan di BursaEfek namun selama 90 (sembilan puluh) hari atau lebih sebelumpengumuman sebagaimana dimaksud dalam angka 2 huruf a atausebelum pengumuman negosiasi sebagaimana dimaksud angka 7, tidakdiperdagangkan di Bursa Efek atau dihentikan sementaraperdagangannya oleh Bursa Efek, maka harga pelaksanaan PenawaranTender paling kurang sebesar harga rata-rata dari harga tertinggiperdagangan harian di Bursa Efek dalam waktu 12 (dua belas) bulanterakhir yang dihitung mundur dari hari perdagangan terakhir atau haridihentikan sementara perdagangannya.

f. Dalam hal Pengambilalihan dilakukan secara tidak langsung atassaham Perusahaan Terbuka yang tercatat dan diperdagangkan di BursaEfek, maka harga pelaksanaan Penawaran Tender paling kurang samadengan harga rata-rata dari harga tertinggi perdagangan harian di BursaEfek selama 90 (sembilan puluh) hari terakhir sebelum pengumumansebagaimana dimaksud dalam angka 2 huruf a atau sebelumpengumuman negosiasi sebagaimana dimaksud dalam angka 7.”

Dalam Pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa penentuan harga saham

dalam penawaran tender sangat bergantung kepada bagaimana transaksi

pengambilalihan dilakukan, yaitu dalam hal pengambilalihan dilakukan secara

langsung atas saham Perusahaan Terbuka yang tidak tercatat dan tidak

diperdagangkan di Bursa, maka harga pelaksanaan penawaran tender sekurang-

kurangnya sama dengan harga pengambilalihan Perusahaan Terbuka yang sudah

dilakukan atau sekurang-kurangnya sama dengan harga wajar yang ditetapkan

oleh Penilai Independen, yang mana yang lebih tinggi. Dalam hal

pengambilalihan dilakukan secara langsung atas saham Perusahaan Terbuka yang

tercatat dan diperdagangkan di Bursa namun selama 90 hari tidak diperdagangkan

atau dihentikan sementara perdagangannya, maka harga pelaksanaan penawaran

tender adalah sekurang-kurangnya sebesar harga tertinggi dalam waktu 12 bulan

terakhir sebelum hari perdagangan terakhir atau hari dihentikan sementara

perdagangannya atau harga pengambilalihan Perusahaan Terbuka yang sudah

dilakukan, mana yang lebih tinggi. Dalam hal pengambilalihan dilakukan secara

langsung atas saham Perusahaan Terbuka yang tercatat dan diperdagangkan di

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 19: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

27

Bursa Efek, maka harga pelaksanaan penawaran tender sekurang-kurangnya

sebesar harga tertinggi dalam jangka waktu 90 hari terakhir sebelum pengumuman

informasi dimulainya negosiasi pengambilalihan atau harga pengambilalihan yang

sudah dilakukan, yang mana yang lebih tinggi. Dalam hal pengambilalihan

dilakukan secara tidak langsung atas saham Perusahaan Terbuka yang tidak

tercatat dan tidak diperdagangkan di Bursa, maka harga pelaksanaan penawaran

tender sekurang-kurangnya sama dengan harga wajar yang ditetapkan oleh penilai

independen. Dalam hal pengambilalihan dilakukan secara tidak langsung atas

saham Perusahaan Terbuka yang tercatat dan diperdagangkan di Bursa namun

selama 90 hari tidak diperdagangkan atau dihentikan sementara perdagangannya,

maka harga pelaksanaan penawaran tender sekurang-kurangnya sebesar harga

tertinggi dalam waktu 12 bulan terakhir sebelum hari perdagangan terakhir atau

dihentikan sementara perdagangannya. Yang terakhir adalah dalam hal

pengambilalihan dilakukan secara tidak langsung atas saham Perusahaan Terbuka

yang tercatat dan diperdagangkan di Bursa, maka harga pelaksanaan penawaran

tender sekurang-kurangnya sama dengan harga tertinggi dalam jangka waktu 90

hari terakhir sebelum pengumuman informasi dimulainya negosiasi

pengambilalihan. 37

2.3. Penghapusan Pencatatan (Delisting)

2.3.1. Pengertian Delisting

Definisi dari Delisting diatur dalam Keputusan Direksi Bursa Efek

Indonesia Nomor I-I tentang penghapusan pencatatan (delisting) dan pencatatan

kembali (relisting) saham di Bursa, yaitu:

“Penghapusan pencatatan (delisting) merupakan penghapusan efek dari

daftar efek yang tercatat di Bursa, setelah efek tersebut dihapuskan

pencatatannya di Bursa.”

37 Sri Indrastuti Hadiputranto dan Pramudya Azhar Oktavinanda, Penawaran Tender danbeberapa permasalahannya, Jurnal Hukum dan Pasar Modal Volume 11 Edisi 3 April-Juli 2006,Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal, Jakarta: 2006, hlm. 48-49.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 20: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

28

2.3.2. Sebab-sebab terjadinya Delisting

Delisting dapat terjadi karena hal-hal sebagai berikut:

1. Permohonan dari perusahaan tercatat yang bersangkutan (Voluntary

Delisting).38 Voluntary Delisting hanya dapat dilakukan apabila Perseroan

tersebut telah tercatat di Bursa sekurang-kurangnya 5 tahun dan telah

memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham. Perusahaan

tercatat atau pihak lain yang ditunjuk wajib membeli saham dari pemegang

saham yang tidak menyetujui keputusan RUPS tersebut dengan harga

sebagai berikut dan dipilih mana yang tertinggi:

a. Harga nominal.

b. Harga tertinggi di Pasar reguler selama 2 tahun terakhir.

c. Nilai wajar berdasarkan penilai independen.

2. Dihapusnya pencatatan saham oleh bursa (Force Delisting) sesuai dengan

ketentuan sebagai berikut: 39

Bursa melakukan delisting pada saham perusahaan tercatat apabila

perusahaan tersebut mengalami sekurang-kurangnya satu kondisi di bawah

ini:

a. Mengalami keadaan yang berpengaruh secara signifikan terhadap

kelangsungan usaha perusahaan tersebut, baik secara finansial atau

secara hukum, atau terhadap kelangsungan status perusahaan

tersebut sebagai perusahaan terbuka, dan perusahaan tercatat tidak

dapat menunjukkan indikasi pemulihan yang memadai.

b. Saham perusahaan tercatat yang hanya diperdagangkan di Pasar

negosiasi sekurang-kurangnya 24 bulan terakhir sebagai akibat dari

suspensi di Pasar Reguler dan Pasar Tunai.

38 Direksi Bursa Efek Indonesia, Keputusan Nomor I-I tentang penghapusan pencatatan(delisting) dan pencatatan kembali (relisting) saham di Bursa, Angka III.2.

39 Ibid, angka III.3.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 21: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

29

2.3.3. Mekanisme Delisting 40

Adapun mekanisme delisting secara Voluntary adalah Perusahaan

tercatat wajib terlebih dahulu menyampaikan rencana delisting kepada

Bursa sebelum menyampaikan keterbukaan informasi awal kepada publik.

Termasuk informasi mengenai:

a. Alasan dan tujuan delisting

b. Pihak yang akan melakukan pembelian terhadap pemegang saham

yang ingin menjual saham perusahaan tercatat

c. Perkiraan harga pembelian saham

Kemudian Prusahaan tersebut juga harus melakukan keterbukaan

informasi awal kepada publik melalui sekurang-kurangnya satu surat kabar

nasional minimal mencantumkan tiga hal diatas dan juga sekaligus

dilakukan pengumuman mengenai akan dilakukannya pemanggilan RUPS.

Sesegera mungkin hal tersebut disampaikan kepada Bursa. Apabila RUPS

menyetujui rencana delisting, perusahaan tercatat wajib melakukan

keterbukaan informasi melalui sekurang-kurangnya satu surat kabar

nasional yang sekurang-kurangnya memuat:

a. Harga pembelian saham.

b. Nama pihak yang bersedia melakukan pembelian saham dan

hubungan afiliasi perusahaan tercatat.

c. Periode pembelian saham sekurang-kurangnya 5 hari bursa setelah

tanggal iklan hasil Rapat Umum Pemegang Saham.

d. Penunjukkan anggota bursa efek yang bertindak sebagai perantara

pembeli.

Keterbukaan informasi tersebut sesegera mungkin harus disampaikan

kepada bursa. Selanjutnya perusahaan tercatat menyampaikan permohonan

delisting kepada bursa dengan menyertai:

a. Laporan pelaksanaan pembelian saham

40 Ibid, angka III.2 dan III.3.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 22: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

30

b. Opini konsultan hukum yang independen yang menyatakan bahwa

proses pembelian saham tersebut telah selesai dan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku

Bursa melakukan suspensi atas saham perusahaan tercatat yang berencana

untuk melakukan delisting saham atas permohonan perusahaan tercatat.

Delisting saham atas permohonan perusahaan tercatat menjadi efektif

setelah perusahaan tercatat telah memenuhi seluruh kewajibannya kepada

bursa, perusahaan tercatat telah melakukan pembayaran atas biaya

delisting sebesar 2 kali biaya pencatatan efek tahunan berakhir, dan Bursa

telah memberikan persetujuan delisting dan mengumumkan di Bursa.

Adapun mekanisme Force delisting adalah pertama-tama Bursa

melakukan dengar pendapat dengan perusahaan tercatat. Bila Bursa

memutuskan untuk melakukan delisting, maka pada hari itu juga Bursa

harus memberitahukan keputusan tersebut dan jadwal pelaksanaannya

kepada perusahaan tercatat yang bersangkutan. (tembusan kepada

Bapepam). Selanjutnya Bursa melakukan pengumuman di Bursa mengenai

keputusan delisting dan jadwal pelaksanaannya. Pengumuman dilakukan

selambat-lambatnya pada awal sesi pertama hari Bursa berikutnya setelah

keputusan delisting. Apabila dianggap perlu, Bursa dapat melakukan

suspensi selama 5 hari Bursa dan selanjutnya diperdagangkan hanya di

Pasar Negosiasi selama 20 hari Bursa sebelum tanggal efektif Delisting.

Delisting efektif pada saat ditetapkan oleh Bursa dalam keputusan

delisting dan diumumkan di Bursa. 41

41 Ibid, angka III.3.2.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 23: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

31

2.4. Go Private

2.4.1. Pengertian Go Private

Pengertian Going Private tidak diatur dalam peraturan perundang-

undangan Indonesia, namun dapat kita temukan dalam Black’s Law Dictionary

yaitu sebagai berikut: 42

“The process of hanging a public corporation by terminating thecorporation’s status with Securities Exchange Commision as a publiclyheld corporation and by having its outstanding publicly held sharesacquiered by a single shareholder or a small group.”

Dari pengertian di atas, dapat kita simpulkan bahwa Go Private

merupakan suatu proses perubahan status perseroan yang semula terikat dengan

Badan Pengawas Pasar Modal, karena merupakan perseroan yang dimiliki oleh

publik, kemudian berubah menjadi perseroan tertutup yang sahamnya hanya

dimiliki oleh hanya beberapa pemegang saham saja. Namun definisi tersebut tidak

menjelaskan secara terperinci apakah definisi Go Private juga dapat berlaku bagi

perusahaan publik yang harus merubah statusnya menjadi perseroan tertutup

karena sahamnya tidak lagi dimiliki oleh 300 pemegang saham atau lebih.

Hal tersebut berbeda dengan definisi dari Go Public yang menjelaskan

apakah yang melakukan Go Public hanya perseroan yang melakukan penawaran

umum ataukah juga termasuk perusahaan publik.

Definisi Going Public tersebut adalah sebagai berikut:43

“The process of a company’s selling stock to the investing public for thefirst time (after filling a registration statement under applicable securitieslaw) there by becoming a public corporation.”

Definisi diatas menyatakan bahwa Go Public merupakan suatu proses

menawarkan saham ke masyarakat untuk pertama kalinya (setelah melakukan

pernyataan pendaftaran) dan menjadi perseroan terbuka. Proses menawarkan

saham untuk pertama kalinya kepada masyarakat merupakan definisi dari

Penawaran Umum Perdana atau Initial Public Offering (IPO). Penawaran Umum

42 Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary eighth edition, West Publishing Co, UnitedStates of America: 1990, hlm. 712.

43 Ibid.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 24: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

32

Perdana selalu berkaitan dengan Perseroan yang menjadi terbuka karena

melakukan penawaran umum, dan bukan perusahaan publik.

Perubahan status dari perseroan terbuka menjadi tertutup dapat disebabkan

oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Pada perusahaan publik

Terjadi secara alami dan disebabkan karena perseroan tersebut

tidak lagi memenuhi syarat sebagai perusahaan publik, sehingga harus

dilakukan perubahan status menjadi perseroan tertutup. Definisi mengenai

perusahaan publik dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun

1995 tentang Pasar Modal, yaitu perseroan yang memiliki modal minimal

tiga milyar dan memiliki minimal 300 pemegang saham. 44

Perusahaan tertutup yang memenuhi syarat-syarat tersebut diatas,

diharuskan untuk mengubah statusnya menjadi perusahaan publik dan

melakukan penyesuaian anggaran dasar sesuai dengan anggaran dasar

pada perseroan terbuka walaupun perseroan tersebut tidak melakukan

penawaran umum ataupun listed di Bursa. Sebaliknya apabila perusahaan

publik tersebut dalam perkembangannya tidak lagi memenuhi persyaratan

sebagaimana dimaksud diatas yaitu tidak memiliki pemegang saham

sebanyak 300 atau lebih, maka perseroan tersebut harus melakukan

perubahan statusnya kembali menjadi perseroan tertutup. Dalam hal ini,

karena tidak ada pencatatan saham-saham dalam Bursa maka tidak perlu

melalui prosedur delisting.

2. Perseroan yang melakukan penawaran umum

a. On purpose

Dalam hal ini terdapat satu atau beberapa pihak yang melakukan

pembelian atas saham-saham perusahaan tercatat, dan berinisiatif

untuk menghapus pencatatan dari Bursa dan melakukan Go Private.

b. Force Delisting

Dalam hal ini, Perseroan melakukan delisting pada Bursa bukan karena

inisiatif sendiri, namun karena Bursa yang mengharuskan. Apabila

setelah dilakukannya delisting, ternyata perseroan tersebut tidak

44 Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 ayat 22.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 25: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

33

memiliki pemegang saham minimal 300, maka perseroan tersebut

harus merubah statusnya kembali menjadi perseroan tertutup.

2.4.2. Beberapa Alasan Dilakukannya Go Private

Ada beberapa alasan mengapa perusahaan memilih melakukan Go Private,

antara lain:45

1. Perusahaan merasa lebih mendapatkan keuntungan jika Go Private.

2. Expenses (biaya) menjadi perusahaan publik biayanya mahal karena antara

lain adanya kewajiban untuk menyampaikan laporan kuartal dan tahunan.

3. Kondisi kinerja dan keuangan perusahaan yang kuat sehingga tidak perlu

lagi memperoleh dana dari masyarakat.

4. Perusahaan tidak perlu lagi membagi hasil keuntungan dan beberapa

persyaratan lain yang berhubungan dengan kepemilikan saham.

5. Perusahaan menganggap tidak ada prospek menarik bagi mereka untuk

tetap terdaftar di Bursa, karena kinerja usaha terus memburuk.

6. Adanya kesepakatan-kesepakatan tertentu yang dilakukan pemegang

saham mayoritas dengan investor baru, yang mensyaratkan perusahaan

untuk Go Private.

7. Competitive Intelligence, dimana kewajiban disclosure information

berpotensi menguntungkan para pesaingnya dan ini tidak terjadi di

perusahaan tertutup.

8. Controlling function, dengan Go Private dapat dihindari kemungkinan

pihak luar (outsider) untuk membeli saham pengendali.

2.4.3. Kelebihan Dilakukannya Go Private

Adapun keuntungan yang diperoleh perusahaan bila melakukan Go

Private adalah: 46

1. Perusahaan tidak perlu melakukan tindakan yang harus didasari oleh

perubahan harga saham.

45 Gunawan Widjaja, Menjadi Publik (Go Public) dan Menjadi Tertutup (Go Private)Kembali, Business News 27 juli 2007 Nomor 7541, hal. 12.

46 Gunawan Widjaja, Kewajiban Setelah Go Public, Keuntungan Dan Konsekuensi GoPrivate, Business News 14 juni 2007 Nomor 7523, hal. 11.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 26: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

34

2. Dapat melakukan tindakan yang beresiko tinggi dimana apabila tindakan

tersebut dilakukan dalam statusnya sebagai perseroan terbatas terbuka

dapat dikenakan sanksi oleh Badan Otoritas Pasar Modal.

3. Kembali ke perhitungan akuntansi yang konservatif, sehingga pembayaran

pajaknya lebih rendah, selain itu tidak perlu menyiapkan surat-surat yang

diwajibkan oleh Badan Otoritas Pasar Modal dan kewajiban disclosure.

4. Tidak terlalu wajib atau diperlukan untuk melakukan pembayaran dividen

demi perkembangan permodalan jangka panjang maupun investasi modal

yang spekulatif.

5. Yang paling penting adalah penguasaan kendali atas perseroan bagi pihak

yang kuatir akan kehilangan kekuasaannya apabila kepemilikan saham

mayoritas berada di publik.

2.4.4. Kelebihan tetap menjadi Perusahaan Terbuka

Pasar Modal memiliki peranan yang penting bagi perkembangan

perekonomian suatu negara. Dengan dilakukannya penawaran umum, maka suatu

perusahaan dapat memperbaiki struktur dan meningkatkan permodalannya tidak

hanya dalam bentuk pinjaman, tetapi juga dimungkinkan dalam bentuk equity

melalui penerbitan saham di pasar modal. Dengan tersedianya berbagai macam

instrumen pasar modal, perusahaan dapat memperoleh alternatif yang lebih luas

untuk mendapatkan dana dengan cost yang paling rendah. Dengan

berkembangnya pasar modal, alokasi dana perusahaan yang diperoleh dari

masyarakat dan hasil usaha akan terkontrol. Karena banyaknya pihak-pihak yang

berkepentingan terhadap perusahaan, yaotu para pemegang saham, kreditur, dan

pengawas pasar modal. Selain itu, dikarenakan adanya keharusan untuk

melakukan prinsip keterbukaan, suatu perusahaan akan terhindar dari praktik-

praktik mark-up dan manipulasi. Penerapan prinsip ini akan memperkuat posisi

pemegang saham dan Bapepam untuk memantau kinerja perusahaan-perusahaan.

Hal itu selanjutnya akan menciptakan perilaku bisnis yang baik di pasar modal,

sehigga akan berpengaruh kepada terciptanya perekonomian yang sehat. Jika

perusahaan-perusahaan telah menjalankan aktifitasnya dalam suatu sistem yang

transparan dan bertanggung jawab, diharapkan akan menciptakan aktifitas

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 27: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

35

perekonomian yang transparan dan bertanggung jawab menuju ekonomi yang

sehat dan kuat. Melalui pasar modal, masyarakat memiliki kesempatan untuk turut

memiliki saham-saham pada suatu perusahaan. Kepemilikan saham tersebut

diharapkan dapat memberikan kemungkinan kepada masyarakat luas untuk ikut

menikmati keberhasilan perusahaan di dalam kegiatan usahanya. 47

Selain itu dengan dilakukannya prinsip keterbukaan informasi

(disclousure/transparancy) pada perseroan terbuka, maka akan mendorong

Perseroan untuk menjalankan perusahaan dengan didasarkan oleh prinsip-prinsip

Good Corporate Governance yang lain, yaitu keadilan (fairness), akuntabiltitas,

dan responsibiltas. Hal tersebut akan memberikan perlindungan tidak saja kepada

pemegang saham Independen, namun juga kepada stakeholder.

2.4.5. Konsekuensi Dilakukannya Go Private

Adapun konsekuensi dari pelaksanaan Go Private: 48

1. Terhadap emiten

Tujuan utama emiten untuk bergerak di pasar modal adalah untuk mencari

dana yang lebih cepat dan efektif dibandingkan dengan memperoleh pinjaman

dari bank. Sehingga dapat dikatakan tujuan utama dari perusahaan yang ingin

masuk bursa, senantiasa dilandasi oleh pertimbangan ekonomi dimana perusahaan

tersebut bertujuan agar dapat memperoleh dana untuk keperluan pengembangan

usahanya.

Sebagai perusahaan yang telah menjadi milik publik, emiten dituntut untuk

lebih efisien dan terbuka kepada masyarakat. Selain itu, masuknya perusahaan ke

dalam Bursa merupakan promosi tersendiri bagi perusahaan dibandingkan dengan

perusahaan lain yang tidak listing di Bursa. Misalnya dalam hal mencari akses

atau sumber pendanaan lain tentu akan lebih mudah karena adanya faktor

kepercayaan terhadap kredibiltas perusahaan tersebut. Namun ekspektasi dari

manfaat-manfaat ekonomi tidak akan tercapai bila tidak disertai dengan kinerja

emiten yang baik dan saham yang likuid. Perusahaan publik atau emiten yang

47 M. Irsan Nasarudin, S.H. dan Indra Surya S.H., LL.M., Aspek Hukum Pasar ModalIndonesia, Kencana, Jakarta: 2004, hlm. 34-36.

48 Ibid.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 28: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

36

penyebaran kepemilikan sahamnya kecil atau tidak likuid besar kemungkinan

dapat dikenai sanksi delisting oleh Bursa.

Pengenaan sanksi delisting terhadap emiten yang tidak lagi memenuhi

ketentuan listing di Bursa dimaksudkan sebagai sarana perbaikan emiten dan

sekaligus sebagai warning kepada emiten lain. Di lain pihak, emiten yang

menyadari kinerjanya menurun ada yang dengan sukarela mengajukan voluntary

delisting dan mengubah statusnya menjadi perusahaan tertutup. Selain itu ada juga

yang kondisi fundamental emiten itu pada dasarnya baik, namun tetap memilih

untuk melaksanakan Go Private dengan tujuan tertentu (Go Private on purpose).

Dengan dilakukannya Go Private, emiten tidak lagi memperoleh manfaat-

manfaat ekonomi yang didapat di Bursa namun di sisi lain, emiten tidak perlu lagi

melaksanakan prinsip keterbukaan kepada masyarakat. Perusahaan yang

melakukan Go Private tentu harus melakukan perubahan anggaran dasarnya

kembali, mengingat anggaran dasar sebelumnya diperuntukan untuk perseroan

terbuka. Sedangkan statusnya kembali menjadi perseroan tertutup.

2. Terhadap Investor

Investor yang bermain di pasar modal tentu sangat berharap dapat

memperoleh capital gain yang tinggi dari saham yang dimilikinya sebagai bentuk

penyertaan modal yang telah ditanamkan di perusahaan. Dengan memiliki saham,

investor berharap dapat dengan cepat memperoleh keuntungan karena apabila

sewaktu-waktu membutuhkan dana, mereka dapat dengan mudah menjual saham

yang dimilikinya. Untuk itu investor harus benar-benar melakukan evaluasi

terhadap saham yang akan dibelinya.

Dengan adanya pelaksananaan Go Private oleh emiten, investor tentu

tidak dapat lagi memiliki saham dari perusahaan yang bersangkutan dan

mendapatkan keuntungan atas kepemilikan saham tersebut. Namun tidak

selamanya pelaksanaan Go Private merugikan pihak investor asalkan diikuti

dengan penawaran tender. Dalam kondisi tertentu, saham milik investor dapat

dibeli dengan harga lebih tinggi sehingga investor tidak menderita kerugian bila

melepaskan sahamnya.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 29: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

37

3. Terhadap Efek

Terhadap efek dari perusahaan yang melakukan Go Private, efek tersebut

tentu tidak dapat lagi diperdagangkan di bursa maupun di luar bursa karena status

perusahaannya yang telah menjadi perusahaan tertutup. Berbeda halnya dengan

emiten yang mengalami sanksi delisting, walaupun sudah tidak tercatat di Bursa,

perusahaan tersebut masih memiliki status sebagai perusahaan terbuka dan

sahamnya masih diperdagangkan di pasar negosiasi maupun di luar bursa.

2.4.6. Beberapa Insentif dari Pemerintah Guna Mendukung Perusahaan-

Perusahaan Terbuka

Dari kelebihan-kelebihan melakukan Go Private tersebut di atas dan

kekurangan menjadi perusahaan terbuka, diantaranya telah diatasi oleh beberapa

kebijakan Pemerintah. Pemerintah mendorong berkembangnya industri pasar

modal melalui pemberian berbagai insentif kepada perusahaan terbuka yang

melakukan penawaran umum, antara lain melalui penghapusan tax clearance pada

tahun 2006 serta insentif Pph pada tahun 2007. Kedua insentif tersebut cukup

menarik dikarenakan pada penghapusan tax clearance memberikan kemudahan

ketika hendak melakukan penawaran umum, sedangkan insentif PPh merupakan

insentif yang bersifat jangka panjang dan strategis karena merupakan kompensasi

atas biaya yang ditanggung emiten sebagai perusahaan publik. Insentif

pengurangan PPh sebesar 5 persen bagi emiten yang telah melepas saham diatas

40 persen, di satu sisi memancing minat perusahaan untuk mendapatkan potongan

pajak penghasilan yang tentu saja nilainya material, sementara pada sisi lain

mendorong emiten untuk melepas saham dalam jumlah yang lebih besar sehingga

hal ini akan berdampak positif bagi perkembangan saham di pasar sekunder yaitu

peningkatan likuiditas. 49

49 Hendy M. Fakhruddin, Go Public: Strategi Pendanaan dan Peningkatan NilaiPerusahaan, PT Elex Media Komputindo, Jakarta:2008, hlm. 3-4.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 30: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

38

2.4.7. Pengaturan Go Private di Indonesia

Di Indonesia, tindakan Go Private pertama kali dilakukan pada tahun 1996,

yaitu pada tindakan Go Private PT Praxair Indonesia Tbk. Setelah PT Praxair

Indonesia Tbk, beberapa perusahaan terbuka lainnya yang juga melakukan Go

Private antara lain adalah PT Pfizer Indonesia Tbk., PT Miwon Indonesia Tbk.,

PT Indocopper Investama Tbk. Ketiga perseroan tersebut melakukan Go Private

pada tahun 2002. Kemudian pada tahun 2003 diikuti oleh PT Bayer Indonesia

Tbk., PT Singer Industries Indonesia Tbk. Pada tahun 2004 Go Private dilakukan

oleh PT Central Proteinaprima Tbk., PT Surya Hidup Satwa Tbk., PT Indosiar

Visual Mandiri Tbk. Serta pada tahun 2005 oleh PT Multi Agro Persada Tbk., dan

diikuti oleh Go Private PT Komatsu Indonesia Tbk. 50

Walaupun Go Private telah beberapa kali dilakukan oleh Perseroan-

perseroan di Indonesia, namun sampai sekarang belum ada peraturan dari Badan

Pengawas Pasar Modal yang khusus mengatur mengenai Go Private. Berbeda

halnya dengan Pasar Modal di Amerika Serikat. Badan Pengawas Pasar Modal

Amerika telah mengeluarkan sebuah peraturan mengenai Going Private yaitu

Peraturan SEC nomor 13e-3.

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Keuangan di Amerika yang lebih

dikenal dengan Sarbanes-Oxley Act pada tahun 2002 yang memperketat

kewajiban untuk melakukan keterbukaan informasi suatu Perseroan Terbuka

terutama keterbukaan informasi dalam hal laporan keuangan, maka beberapa

Perseroan-perseroan terbuka lebih memilih untuk melakukan Go Private. Dalam

peraturan SEC nomor 13e-3 mengharuskan untuk dilakukannya keterbukaan

informasi mengapa suatu perseroan beserta afiliasinya harus menempuh langkah

perubahan status menjadi tertutup. Dalam hal ini pihak afiliasinya diartikan

sebagai pihak yang mengendalikan perseroan tersebut. Perseroan tersebut harus

dapat memberikan alasan mengenai latar belakang transaksi, alasan transaksi,

serta alasan mengapa tidak dilakukan cara lain selain Go Private. Keterbukaan

informasi tersebut nantinya akan menentukan apakah transaksi tersebut sesuai

dengan prinsip Keadilan (Fairness) dalam Good Corporate Governance, serta

50 Boby W. Hernawan & I Made B. Tirthayatra, Go Private,http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/info_pm/warta/2005_oktober/Go%20Private.pdf, diakses pada tanggal 21 mei 2009.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 31: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

39

apakah transaksi tersebut membutuhkan persetujuan dari para pemegang saham

independen. 51

Prinsip Good Corporate Governance tersebut juga dapat ditemukan dalam

Peraturan Perundangan di Indonesia. Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1995 tentang Pasar Modal (selanjutnya disebut Undang-Undang Pasar Modal)

memuat mengenai prinsip keterbukaan (disclosure). Hal tersebut termuat dalam

Pasal 82 sampai dengan 84 Undang-Undang Pasar Modal yaitu mengenai Hak

Memesan Efek Terlebih Dahulu, Benturan Kepentingan, Penawaran Tender,

Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan. 52

Peraturan Bapepam-LK juga memiliki keterkaitan dengan penerapan

prinsip Good Corporate Governance, yaitu antara lain:53

1. Peraturan Bapepam Nomor IX.D.1 tentang Hak Memesan Efek Terlebih

Dahulu.

Peraturan ini berkaitan dengan Good Corporate Governance yang

mensyaratkan adanya kewajaran dan keseimbangan yang harus diterapkan

kepada setiap pemegang saham. Jika perusahaan publik hendak menambah

modalnya dengan mengeluarkan saham baru dalam simpanan, maka

kepada para pemegang saham lama diberikan hak untuk memesan efek

terlebih dahulu. Tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai salah satu

perwujudan prinsip Keadilan (fairness) dari Good Corporate Governance.

2. Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.2 tentang Laporan Tahunan.

Peraturan ini berkaitan dengan prinsip Good Corporate Governance

terutama dalam hal transparansi yang mewajibkan penyampaian laporan

yang penting kepada pihak-pihak berkepentingan secara berkala. Pihak-

pihak yang berkepentingan tersebut antara lain para pemegang saham, para

kreditur, dan anggota masyarakat. Laporan yang memuat informasi

material yang disajikan secara tepat dan akurat serta pada waktunya akan

sangat membantu para pemegang saham dalam menentukan lahan

51 Marc Morgenstern, Going Private: A reasoned Response to Sarbanes-Oxley?,http://www.sec.gov/info/smallbus/pnealis.pdf, diakses pada tanggal 18 mei 2009.

52 Indra Surya S.H., LL.M. dan Ivan Yustiavandana S.H., LL.M., Penerapan GoodCorporate Governance, Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha,Kencana, Jakarta: 2006, hlm. 119.

53 Ibid., hlm. 119-124.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 32: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

40

berinvestasi. Bagi kreditur informasi dengan kualitas demikian sangat

berguna untuk mengambil keputusan untuk pemberian pinjaman.

3. Peraturan Bapepam Nomor IX.E.1 tentang Benturan Kepentingan

Transaksi Tertentu.

Perturan ini merupakan salah satu peraturan Bapepam yang sangat

mencerminkan pentingnya diterapkan prinsip-prinsip Good Corporate

Governance dalam suatu perusahaan. Emiten diwajibkan untuk melakukan

transaksi dengan didasari oleh prinsip-prinsip kejujuran dan

mendahulukan kepentingan semua pemegang saham, serta dilarang untuk

melakukan transaksi yang hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu saja.

Setiap transaksi yang mengandung benturan kepentingan ekonomi antara

organ perusahaan, seperti direksi dan komisaris dengan perusahaan itu

sendiri, maka harus dilakukan Rapat Umum Pemegang Saham Independen.

Hal tersebut sesuai dengan prinsip Good Corporate Governance yaitu

prinsip kewajaran, transparansi, dan akuntabilitas. Kesemuanya diperlukan

dalam rangka memberikan perlindungan terhadap para pemegang saham

independen.

4. Peraturan Bapepam Nomor IX.E.2 tentang Transaksi Material dan

Perubahan Kegiatan Usaha Yang Dilakukan Perusahaan Terbuka.

Peraturan ini menunjukkan bagaimana prinsip kewajaran, transparansi dan

akuntabilitas diterapkan. Meningat segala macam transaksi yang dilakukan

perusahaan publik yang mempengaruhi perusahaan secara signifikan,

maka transaksi tersebut harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari

Rapat Umum Pemegang Saham Independen. Hal tersebut juga berguna

untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang dari pihak Direksi

dan Dewan Komisaris Perseroan, yang dapat merugikan perseroan.

5. Peraturan Bapepam Nomor IX.G.1 tentang Penggabungan Usaha dan

Peleburan Perusahaan Publik Dan Emiten.

Peraturan ini berkaitan dengan pelaksanaan prinsip responsilbiltas yang

menyangkut tanggung jawab suatu perseroan yang taat pada peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini, peraturan Bapepam

tersebut memiliki kaitan yang erat dengan hukum persaingan usaha.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 33: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

41

Dengan adanya prinsip responsibiltas ini, maka suatu perseroan dapat

dengan senantiasa berjalan dalam koridor persaingan usaha yang sehat

ketika perseroan tersebut melakukan merger atau akuisisi.

6. Peraturan Bapepam Nomor IX.I.1 tentang Rencana dan Pelaksanaan Rapat

Umum Pemegang Saham.

Peraturan ini memuat prinsip tentang keseragaman informasi untuk

rencana Rapat Umum Pemegang Saham. Dengan demikian, peraturan ini

memiliki hubungan yangerat dengan prinsip Fairness, yaitu memberikan

persamaan hak untuk mendapatkan informasi laporan berkala dan

menyuarakan kepentingannya berdasarkan jumlah saham yang ia miliki.

7. Peraturan Bapepam Nomor IX.J.1 tentang Pengaturan Pokok-Pokok

Anggaran Dasar Perseroan Yang Melakukan Penawaran Umum Efek

Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik.

Pemegang Saham berhak untuk memperoleh kesempatan untuk

berpartisipasi dan menggunakan hak suara dalam Rapat Umum Pemegang

Saham serta mendapatkan informasi tentang tata cara Rapat Umum

Pemegang Saham, termasuk penggunaan hak suara. Peraturan ini juga

merupakan perwujudan dari prinsip kewajaran dan keterbukaan. Dengan

adanya pedoman yang komprehensif mengenai susunan Anggaran Dasar

Perseroan, kepentingan para pihak yang terkait akan lebih terjamin, serta

memudahkan bagi para calon investor dalam menentukan lahan

berinvestasi.

8. Peraturan Bapepam Nomor X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi yang

Harus Segera Diumumkan Kepada Publik.

Peraturan ini secara tegas mewajibkan kepada emiten untuk

menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat

paling lambat hari kerja kedua setelah keputusan atau terjadinya peristiwa

atau fakta material yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek,

perusahaan, dan keputusan investor. Dengan adanya kewajiban ini, banyak

kepentingan yang akan terlindungi termasuk perlindungan terhadap para

pemegang saham, kreditur perusahaan, manajemen perusahaan, anggota

karyawan, serta masyarakat umum.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 34: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

42

9. Peraturan Bapepam Nomor X.K.4 tentang Laporan Realisasi Penggunaan

Dana Hasil Penawaran Umum.

Perseroan wajib untuk mengumumkan penggunaan dana yang diperoleh

dari penawaran umum kepada masyarakat. Dengan adanya kewajiban ini,

perseroan akan lebih bertanggung jawab dalam mengelola dana yang

didapat. Hal tersebut sesuai dengan prinsip keterbukaan dalam rangka

perlindungan terhadap para pemegang saham Perseroan.

10. Peraturan Bapepam Nomor IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan

Terbuka dan Peraturan Bapepam Nomor IX.F.1 tentang Penawaran Tender.

Perseroan wajib untuk menyampaikan informasi yang berkaitan dengan

proses pengambilalihan oleh pihak yang mengambil alih kepada Bapepam,

Bursa, dan masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan prinsip Fairness dalam

Good Corporate Governance. Pengambilalihan perseroan terbuka juga

harus melindungi kepentingan pemegang saham independen yang menolak

dilakukannya pengambilalihan, yaitu dengan cara diberikan kesempatan

yang sama apakah mereka tetap mempertahankan sahamnya atau menjual

kepada pihak yang mengambilalih ataupun kepada Perseroan, dengan

melihat peraturan buy back yang berlaku. Dalam pengambilalihan

perseroan terbuka harus melalui proses penawaran tender.

Apabila dilihat dari peraturan Bapepam-LK yang baru dikeluarkan pada

tanggal 30 juni 2008 lalu, yaitu Peraturan IX.H.1 tentang Pengambilalihan

Perseroan Terbuka, maka dapat dilihat secara implisit bahwa peraturan tersebut

memperketat transaksi-transaksi yang membuat Perseroan yang bersangkutan

berpotensi untuk melakukan Go Private. Penawaran Tender hanya dapat

dilakukan apabila pemegang saham tersebut telah memiliki saham sebesar lebih

dari 50 persen. Apabila setelah dilakukannya tender offer, ternyata pemegang

saham tersebut memiliki saham lebih dari 80 persen, maka pemegang saham

tersebut dalam jangka waktu 2 tahun harus mengalihkan sebagian sahamnya,

sehingga saham tersebut dimiliki oleh masyarakat sekurang-kurangnya sebesar 20

persen serta dimiliki oleh minimal 300 pemegang saham. Pihak regulator pasar

modal dalam hal ini hanya memperketat potensi Go Private saja, namun tidak

melarang dilakukannya Go Private. Sebagian besar alasan tidak berhasilnya

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 35: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

43

proses Go Private biasanya datang dari pihak pemegang saham Independen.

Walaupun Go Private bukan merupakan transaksi yang mengandung benturan

kepentingan, namun Go Private harus mendapat persetujuan dari Rapat Umum

Pemegang Saham Minoritas. Hal tersebut sesuai dengan Surat Ketua Bapepam No.

S-2432/PM/2005 tanggal 5 September 2005 perihal Rencana PT Komatsu

Indonesia Tbk. Surat Ketua Bapepam tersebut merupakan dasar suatu perseroan

melakukan Go Private.

2.5. Studi Kasus Go Private Pada PT Komatsu Indonesia Tbk

2.5.1. Sekilas Mengenai PT Komatsu Indonesia.Tbk

PT Komatsu Indonesia Tbk merupakan Perseroan yang didirikan

berdasarkan Undang-Undang republik Indonesian Nomor 1 Tahun 1995 serta

Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing.

Maksud dan tujuan Perseroan adalah sebagai produsen alat-alat berat serta

kompinen-komponen fabrikasi terkait, yang utamanya digunakan pada sektor-

sektor konstruksi, kehutanan, perkebunan, dan pertambangan. Selain itu,

Perseroan juga memproduksi dan memasarkan produk-produk baja cor (steel

casting).

Pada saat sebelum dilakukannya Go Private, pemegang saham PT

Komatsu Indonesia Tbk adalah sebagai berikut:

1. Komatsu Ltd, selaku pemilik dan pemegang saham sebesar 263.777.987

saham dalam Perseroan, atau sebesar 68,4 persen.

2. PT United Tractors Tbk, selaku pemilik dan pemegang saham sebesar

19.278.000 saham dalam Perseroan, atau sebesar 5 persen.

3. Masyarakat (para pemegang saham dibawah 5 persen), selaku pemilik dan

pemegang saham sebesar 102.504.013 saham dalam Perseroan, atau

sebesar 26,6 persen.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 36: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

44

2.5.2. Alasan Perseroan Melakukan Go Private

Adapun latar belakang dan alasan rencana delisting dan Go Private dari

PT Komatsu Indonesia Tbk adalah didasarkan pada kebijakan global dari induk

perusahaan yaitu Komatsu Ltd. Kebijakan global tersebut bertujuan untuk

mengintegrasikan dan mengoptimalkan struktur kegiatan usaha dan manajemen

anak-anak perusahaan yang dikoordinasikan langsung oleh Komatsu Ltd dan

menjadi bagian dari kelompok usaha global Komatsu. Kebijakan global tersebut

juga bertujuan untuk mengintegrasikan core business. Dalam rangka

memaksimalkan nilai kelompok usaha, Komatsu berupaya agar setiap anak

perusahaannya menjalankankan fungsi dan peranan dengan selayaknya.

Sehubungan dengan kebijakan global tersebut, anak-anak perusahaan Komatsu

Ltd lainnya juga telah melakukan delisting pada Bursa-Bursa di Luar Negeri.

Pada bulan oktober 2002, anak-anak perusahaan Komatsu Ltd yaitu Komatsu

Zenoah Co dan Komatsu Forklift Co telah melakukan delisting atas saham-

sahamnya yang tercatat di Tokyo Stock Exchange.

Kebijakan global tersebut tidak dapat diterapkan tanpa melakukan

delisting dan Go Private, dengan didasari beberapa pemikiran sebagai berikut:

1. Agar dapat terbebas dari berbagai peraturan dan ketentuan yang

diwajibkan terhadap perusahaan publik, seperti misalnya pengungkapan

data keuangan, dan sebagainya. Hal ini penting agar perseroan dapat

dikelola secara fleksibel dan agresif.

2. Perusahaan terbuka terikat pada ketentuan yang mewajibkan untuk

melakukan keterbukaan informasi kepada publik. Ketentuan tersebut

merupakan kerugian kompetitif bagi PT Komatsu Indonesia Tbk terhadap

para pesaingnya yang bukan merupakan perusahaan terbuka.

3. Perusahaan publik memiliki kewajiban untuk membayar dividen secara

konsisten kepada para pemegang sahamnya. Hal tersebut bertentangan

dengan kebijakan Komatsu yang menginginkan untuk menanamkan

kembali laba yang diperoleh untuk memperluas usahanya.

Dengan dilakukannya delisting dan Go Private, bukan berarti PT Komatsu

Indonesia Tbk akan menarik usahanya dari Indonesia. Kebijakan tersebut

dimaksudkan agar Komatsu dapat memperluas usahanya di Indonesia. Setelah

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 37: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

45

menjadi anak perusahaan yang dimiliki penuh oleh Komatsu Ltd, keterlibatan

Komatsu Ltd akan lebih besar di dalam kegiatan usaha PT Komatsu Indonesia

Tbk, sehingga akan berlanjut kepada investasi dan perluasan usaha PT Komatsu

Indonesia Tbk yang berkesinambungan. Hal tersebut diharapkan akan

memperluas penyediaan kesempatan kerja dan meningkatkan ekspor Indonesia,

yang akan memberikan kontribusi pada perekonomian Indonesia.

2.5.3. Pendapat Konsultan Hukum Atas Pelaksanaan Go Private Perseroan

Sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang diatur dalam Peraturan BEJ

No.I-I, Direksi Perseroan telah menunjuk konsultan-konsultan independen untuk

memberikan pendapat mereka masing-masing sehubungan dengan Usulan Go

Private. Direksi Perseroan telah menunjuk Adnan Kelana Haryanto dan Hermanto

(selanjutnya disebut AKHH) sebagai konsultan hukum independen sehubungan

dengan Usulan Go Private. Selain itu, Direksi Perseroan juga telah menunjuk

Ernst and Young (selanjutnya disebut E&Y) sebagai penilai independen untuk

memberikan penilaian yang independen atas nilai saham Perseroan berkaitan

dengan Usulan Go Private.

AKHH berpendapat bahwa dalam rangka melindungi kepentingan

Pemegang Saham Independen, berdasarkan Surat Ketua Bapepam No. S-

2432/PM/2005 tanggal 5 September 2005 perihal Rencana Go Private PT

Komatsu Indonesia Tbk, pelaksanaan Rencana Perubahan Status Perseroan harus

mendapatkan persetujuan Pemegang Saham Independen dalam suatu Rapat

Umum Pemegang Saham Independen yang dihadiri oleh 75 persen atau lebih dari

Pemegang Saham Independen dan harus disetujui oleh lebih dari 50 persen dari

total Pemegang Saham Independen.

Berdasarkan hal tersebut, maka Usulan Go Private Perseroan wajib

memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Rencana Delisting harus mendapatkan persetujuan dari Rapat sesuai

dengan ketentuan Peraturan BEJ No. I-I.

2. Rencana Perubahan Status harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu

dari Pemegang Saham Independen dalam suatu Rapat Umum Pemegang

Saham Independen yang dihadiri oleh 75 persen atau lebih dari Pemegang

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 38: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

46

Saham Independen dan harus disetujui oleh lebih dari 50 persen dari total

Pemegang Saham Independen, sesuai dengan ketentuan dalam Surat Ketua

Bapepam No. S-2432/PM/2005 tanggal 5 September 2005 perihal

Rencana Go Private PT Komatsu Indonesia Tbk.

3. Pelaksanaan pembelian saham harus memenuhi ketentuan Peraturan

Bapepam No. IX.F.1 tentang Penawaran Tender, sesuai dengan Surat

Ketua Bapepam No. S-2432/PM/2005 tanggal 5 September 2005 perihal

Rencana Go Private PT Komatsu Indonesia Tbk.

4. Perseroan diwajibkan untuk mengajukan permohonan persetujuan atas

perubahan susunan pemegang sahamnya ke Badan Koordinasi Penanaman

Modal sesuai dengan ketentuan dalam Keputusan Kepala BKPM No.

57/SK/2004 tentang Pedoman dan Tatacara Permohonan Penanaman

Modal yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri

dan Penanaman Modal Asing.

5. Persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

atas perubahan Anggaran Dasar Perseroan.

Setelah Usulan Go Private Perseroan menjadi efektif, para Pemegang

Saham Perseroan yang tidak hadir serta tidak memberikan suaranya dalam Rapat,

tidak menyetujui Usulan Go Private tersebut ataupun tidak menjual sahamnya

dalam Penawaran Tender akan tetap menjadi pemegang saham Perseroan yang

merupakan perusahaan tertutup. Berdasarkan ketentuan Pasal 55 Undang-Undang

No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, pemegang saham tersebut berhak

untuk meminta Perseroan untuk membeli saham Perseroan yang dimilikinya

dengan harga yang wajar.

2.5.4. Pendapat Penilai Independen atas Harga Penawaran Penawaran Tender

Berdasarkan Peraturan BEJ No. I-I yang mensyaratkan dibuatnya

penilaian harga wajar oleh penilai independen, dalam Rapat harus diperoleh

pengesahan dari Pemegang Saham untuk penunjukkan E&Y sebagai penilai

independen. Selain itu, sesuai dengan Surat Ketua Bapepam No. S-

2432/PM/2005 tanggal 5 September 2005 perihal Rencana Go Private PT

Komatsu Indonesia Tbk, penunjukkan E&Y harus dilakukan oleh Pemegang

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 39: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

47

Saham Independen dalam Rapat Umum Pemegang Saham Independen.

Mengingat Perseroan sudah menunjuk E&Y, maka Perseroan meminta Pemegang

Saham Independen dalam Rapat Umum Pemegang Saham Independen untuk

mensahkan penunjukkan E&Y sebagai penilai independen dan hasil penilaiannya.

Dalam laporannya tertanggal 31 Mei 2005, E&Y berkesimpulan bahwa nilai

harga wajar saham Perseroan adalah Rp 5.066 per saham.

Dalam hal Usulan Go Private disetujui dalam Rapat, Komatsu Ltd akan

melakukan Penawaran Tender untuk membeli saham yang beredar dengan harga

penawaran sebesar Rp 8.500 per saham. Harga penawaran sebesar Rp 8.500 per

saham tersebut adalah harga yang lebih menguntungkan secara signifikan

dibandingkan dengan harga penawaran yang wajib ditawarkan berdasarkan

Peraturan Bapepam No. IX.F.1 dan Surat Ketua Bapepam No. S-2432/PM/2005

tanggal 5 September 2005 perihal Rencana Go Private PT Komatsu Indonesia

Tbk, yang mensyaratkan bahwa harga penawaran harus menarik atau lebih tinggi

dari ketiga harga berikut ini:

1. harga pasar tertinggi atas saham Perseroan di bursa dalam jangka waktu 90

(sembilan puluh) hari terakhir sebelum pengumuman rencana Go Private

(Rp 5.350 per saham).

2. hasil penilaian harga wajar saham Perseroan oleh penilai independen (Rp

5.066 per saham). Penilai independen tersebut ditunjuk oleh pemegang

saham independen dalam rapat umum pemegang saham.

3. nilai nominal saham (Rp 500 per saham).

Selain itu, harga penawaran tersebut juga lebih menguntungkan secara

signifikan dibandingkan dengan harga penawaran yang wajib ditawarkan

berdasarkan tiga alternatif yang disebutkan dalam Peraturan BEJ No. I-I. Secara

khusus, BEJ mensyaratkan bahwa harga penawaran setidak-tidaknya haruslah

salah satu dari harga-harga yang tersebut di bawah ini, mana yang tertinggi:

1. harga nominal (Rp 500 per saham).

2. harga perdagangan tertinggi di pasar reguler selama dua tahun terakhir

sebelum tanggal iklan pemberitahuan RUPSLB di surat kabar setelah

memperhitungkan faktor penyesuaian akibat perubahan nilai nominal sejak dua

tahun terakhir hingga RUPSLB yang menyetujui delisting, ditambah premi

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 40: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

48

berupa tingkat pengembalian investasi selama dua tahun yang diperhitungkan

sebesar harga perdana saham dikali rata-rata tingkat bunga Sertifikat Bank

Indonesia (SBI) 1 (satu) bulan dalam periode 3 (tiga) bulan atau tingkat bunga

obligasi Pemerintah lain yang setara yang berlaku pada saat ditetapkannya

putusan RUPSLB mengenai delisting (Rp 5.712 per saham).

3. nilai wajar berdasarkan penilaian Penilai Independen (Rp 5.066 per

saham).

Dapat disimpulkan bahwa harga penawaran tersebut adalah:

1. 58,9 persen lebih tinggi daripada harga penawaran sebesar Rp 5.350 per

saham yang wajib ditawarkan berdasarkan Peraturan Bapepam No. IX.F.1

dan Surat Ketua Bapepam No. S-2432/PM/2005 tanggal 5 September 2005

perihal Rencana Go Private PT Komatsu Indonesia Tbk.

2. 48,8 persen lebih tinggi daripada harga minimum sebesar Rp 5.712 per

saham yang dapat ditawarkan menurut peraturan perundang-undangan

Indonesia, yaitu dalam hal ini memenuhi ketentuan Peraturan BEJ No. I-I

tentang Penghapusan Pencatatan (delisting) dan Pencatatan Kembali

(Relisting) Saham di Bursa.

3. 58,9 persen lebih tinggi daripada harga perdagangan tertinggi selama 12

bulan terakhir sebesar Rp 5.350 per saham.

4. 61,9 persen lebih tinggi daripada harga perdagangan terakhir saham

Perseroan sebesar Rp 5.250 per saham sebelum suspensi perdagangan

pada tanggal 11 Agustus 2005.

2.5.5. Tahapan-Tahapan Pelaksanaan Go Private PT Komatsu Indonesia Tbk.

Adapun tahapan-tahapan PT Komatsu Indonesia Tbk dalam melakukan Go

Private adalah pada tanggal 11 Agustus 2005 dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Menyampaikan rencana delisting kepada Bursa. Hal ini merupakan

pelaksanaan dari Keputusan Direksi Bursa Efek I-I, yang mengatur bahwa

Perusahaan tercatat wajib terlebih dahulu menyampaikan rencana delisting

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 41: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

49

kepada Bursa sebelum menyampaikan keterbukaan informasi awal kepada

publik. Selain itu juga harus disampaikan hal-hal sebagai berikut: 54

a. Alasan dan tujuan delisting

b. Pihak yang akan melakukan pembelian terhadap pemegang saham

yang ingin menjual saham perusahaan tercatat

c. Perkiraan harga pembelian saham

2. Atas permohonan dari PT Komatsu Indonesia Tbk, Bursa melakukan

suspensi atau penghentian perdagangan sementara efek Perseroan. Hal ini

dilakukan karena usulan Go Private dapat berpotensi mempengaruhi harga

efek secara signifikan. Berdasarkan Keputusan Direksi Bursa Efek I-I,

Bursa dapat melakukan Suspensi atas saham Perusahaan Tercatat yang

berencana untuk melakukan Delisting saham atas permohonan Perusahaan

Tercatat.55

3. Penyampaian Agenda Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa, draft

surat edaran, serta ringkasan surat edaran kepada Bapepam. Melakukan

keterbukaan informasi awal kepada publik melalui sekurang-kurangnya 1

surat kabar nasional minimal mencantumkan 3 hal diatas dan juga

sekaligus dilakukan pengumuman mengenai akan dilakukannya

pemanggilan RUPS. Sesegera mungkin hal tersebut disampaikan kepada

Bursa.

Pada tanggal 22 Agustus 2005 dilakukan pengumuman dalam tiga surat

kabar harian, yaitu harian Bisnis Indonesia, Sinar Harapan, dan the Jakarta Post,

yang memuat ringkasan surat edaran Perseroan tentang Rencana Perseroan untuk

melakukan penghapusan pencatatan (delisting) di Bursa Efek Jakarta. Selain itu

juga dilakukan pemberitahuan akan diadakannya Rapat Umum Pemegang Saham

Luar Biasa yang beragendakan perubahan anggaran dasar dari perseroan terbuka

menjadi perseroan tertutup. Pemberitahuan RUPSLB telah sesuai dengan jangka

waktu yang diatur dalam Pasal 70 Undang-Undang Perseroan Terbatas yang

berlaku saat itu, yaitu Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan

54 Direksi Bursa Efek Indenesia, Keputusan Nomor I-I tentang penghapusan pencatatan(delisting) dan pencatatan kembali (relisting) saham di Bursa, Nomor : Kep-308/BEJ/07-2004,angka III.2.2

55 Ibid., angka III 2.2.6

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 42: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

50

Terbatas. Pada tanggal yang sama, Bursa telah menerima surat dari PT Komatsu

Indonesia Tbk Nomor 136/PIR/KI/VIII/2005 yang memberitahukan bahwa

Komatsu telah melakukan pengumuman-pengumuman sebagaimana tersebut

diatas. Hal ini sesuai dengan Keputusan Direksi Bursa Efek I-I. 56

Pada tanggal 5 september 2005 telah dilakukan Pengumuman Surat

Edaran serta iklan panggilan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada

harian Bisnis Indonesia, Sinar Harapan, dan the Jakarta Post. Dalam panggilan

tersebut juga dimuat agenda RUPSLB, yaitu sebagai berikut:

a. Persetujuan atas rencana penghapusan pencatatan (delisting) saham

Perseroan dari Bursa Efek Jakarta sesuai dengan prosedur yang terdapat

dalam Keputusan Direksi PT BEJ Kep 308/BEJ/07-2004:

1. Persetujuan atas delisting saham Perseroan dari BEJ.

2. Pengesahan oleh Rapat Umum Pemegang Saham atas penunjukkan

PT Ernst and Young Advisory Services (“E&Y”) sebagai Penilai

Independen.

3. Pemberian wewenang kepada Direksi Perseroan untuk mengambil

segala tindakan yang diperlukan guna menindaklanjuti keputusan

ini.

b. Persetujuan atas rencana perubahan status Perseroan dari perusahaan

terbuka menjadi perusahaan tertutup dalam rangka penanaman modal

asing (“PMA”), yang mengikuti prosedur Peraturan Bapepam Nomor

IX.E.1:

1. persetujuan atas perubahan status Perseroan dari perusahaan

terbuka menjadi perusahaan tertutup dalam rangka PMA.

2. Pengesahan oleh Pemegang Saham Independen atas penunjukkan

E&Y sebagai Penilai Independen.

3. Pemberian wewenang kepada Direksi Perseroan untuk mengambil

segala tindakan yang diperlukan guna menindaklanjuti keputusan

ini.

56 Ibid., angka III.2.2.2

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 43: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

51

c. Persetujuan atas perubahan seluruh anggaran dasar Perseroan yang

disyaratkan sehubungan dengan:

1. Persetujuan atas delisting saham Perseroan.

2. Persetujuan atas perubahan status Perseroan dari Perusahaan

Terbuka menjadi Perusahaan Tertutup dalam rangka PMA, dan

pemberian wewenang kepada Direksi Perseroan untuk mengambil

segala tindakan yang diperlukan guna melaksanakan perubahan

seluruh Anggaran Dasar Perseroan tersebut.

Selain itu pada tanggal yang sama yaitu tanggal 5 september 2005, telah

diterimanya Surat dari Ketua Bapepam Nomor S-2432/PM/2005 perihal Rencana

Go Private PT Komatsu Indonesia Tbk. Adapun melalui surat tersebut,

disampaikan hal-hal sebagai berikut:

1. Sehubungan dengan rencana Go Private Perseroan, maka dalam

pelaksanaannya wajib mengikuti ketentuan sebagai berikut:

a. Dalam melaksanakan Go Private tersebut wajib mengikuti seluruh

peraturan perundang-undangan yang berlaku terutama Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-

Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas,

peraturan-peraturan Bapepam, peraturan-peraturan Bursa Efek

serta peraturan-peraturan terkait lainnya.

b. Dalam rangka melindungi kepentingan pemegang saham publik,

pelaksanaan Go Private harus terlebih dahulu memperoleh

persetujuan dari Pemegang Saham Independen dalam suatu Rapat

Umum Pemegang Saham Independen (selanjutnya disebut RUPS

Independen).

c. Apabila RUPS Independen telah menyetujui, maka saham publik

wajib dibeli melalui penawaran tender yang pelaksanaannya

mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam

Nomor IX.F.1 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-

04/PM/2002 tanggal 3 april 2002 tentang Penawaran Tender,

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 44: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

52

dengan harga penawaran pembelian yang menarik atau lebih tinggi

dari ketiga harga berikut:

1. Harga pasar tertinggi atas saham Perseroan di Bursa dalam

jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari terakhir sebelum

pengumuman rencana Go Private.

2. Hasil penilaian harga wajar saham Perseroan oleh Penilai

Independen. Penilai Independen tersebut ditunjuk oleh

Pemegang Saham Independen dalam RUPS Independen.

3. Nilai Nominal Saham.

d. RUPS Independen sebagaimana dimaksud diatas dilaksanakan

dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Harus dihadiri oleh 75 persen atau lebih dari Pemegang

Saham Independen.

2. Harus disetujui oleh lebih dari 50 persen dari Total

Pemegang Saham Independen Perseroan.

e. Mengingat informasi mengenai Go Private merupakan informasi

material, maka Perseroan wajib melakukan Keterbukaan Informasi

sesuai dengan Peraturan Nomor X.K.1 tentang Keterbukaan

Informasi Yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik.

2. Dalam rangka melindungi kepentingan pemegang saham publik yang tidak

menyetujui rencana Go Private, Perseroan wajib mengikuti ketentuan

angka 1 Pasal 55 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan

Terbatas yang menyatakan bahwa setiap pemegang saham berhak meminta

kepada Perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga wajar, apabila yang

bersangkutan tidak menyetujui tindakan perseroan yang merugikan

pemegang saham atau perseroan berupa perubahan Anggaran Dasar,

penjualan, penjaminan, pertukaran sebagian besar atau seluruh kekayaan

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 45: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

53

perseroan, ataupun penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan

perseroan. 57

3. Setiap perubahan dan penambahan informasi yang berkaitan rencana

RUPS Independen Perseroan agar diumumkan kepada publik sebelum

RUPS Independen dilakukan.

Pada tanggal 9 September 2005, Perseroan mengumumkan Ralat

Pemberitahuan atas Panggilan RUPSLB Perseroan. Pada pengumuman tersebut,

Perseroan telah melakukan ralat atas agenda-agenda RUPSLB yang pernah

diumumkan dalam iklan panggilan. Pada tanggal 21 September 2005, RUPSLB

diselenggarakan oleh Perseroan. Adapun agenda-agenda dalam RUPSLB tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Berkaitan dengan rencana penghapusan pencatatan saham (delisting)

(“Rencana Delisting”) saham-saham Perseroan dari Bursa Efek Jakarta

sesuai dengan prosedur yang terdapat dalam Keputusan Direksi PT Bursa

Efek Jakarta (BEJ) Kep-308/BEJ/07-2004, maka acara dalam agenda

pertama :

a. persetujuan atas delisting saham-saham Perseroan dari Bursa Efek

Jakarta.

b. pengesahan atas penunjukkan PT Ernst and Young Advisory Services

(“E&Y”) sebagai Penilai Independen dan persetujuan atas hasil

penilaiannya.

2. Berkaitan dengan rencana perubahan status Perseroan dari perusahaan

terbuka menjadi perusahaan tertutup (“Rencana Perubahan Status”), maka

acara dalam agenda kedua :

57 Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang PerseroanTerbatas sejak tanggal 16 Agustus 2007, maka Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 dinyatakantidak berlaku lagi. Ketentuan Pasal ini digantikan oleh Pasal 62 ayat (1) Undang-Undang Nomor40 Tahun 2007 yang berbunyi sebagai berikut:

“… Setiap pemegang saham berhak meminta kepada Perseroan agar sahamnya dibelidengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan Perseroan yangmerugikan pemegang saham atau Perseroan, berupa:

a. perubahan anggaran dasar;b. pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50%

(lima puluh persen) kekayaan bersih Perseroan; atauc. penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan.”

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 46: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

54

a. pengesahan oleh Pemegang Saham Independen atas penunjukkan E&Y

sebagai Penilai Independen dan persetujuan atas hasil penilaiannya.

b. persetujuan oleh Pemegang Saham Independen atas Rencana

Perubahan Status.

3. Persetujuan atas perubahan seluruh Anggaran Dasar Perseroan

sehubungan dengan Rencana Delisting dan Rencana Perubahan Status

Perseroan.

4. Persetujuan atas pemberian wewenang kepada Direksi Perseroan untuk

mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan guna melaksanakan

keputusan-keputusan sehubungan dengan Agenda-agenda Rapat diatas.

Untuk agenda pertama Rapat, berdasarkan Pasal 23 ayat 1a Anggaran Dasar

Perseroan, korum kehadiran yang dipersyaratkan adalah Rapat harus dihadiri oleh

Pemegang Saham yang mewakili lebih dari 1/2 (satu per dua) bagian dari jumlah

seluruh saham dengan hak suara yang sah yang telah dikeluarkan oleh Perseroan;

dan sesuai dengan Pasal 23 ayat 7 Anggaran Dasar Perseroan, keputusan diambil

berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Dalam hal musyawarah untuk mufakat

tidak tercapai, maka keputusan diambil dengan pemungutan suara berdasarkan

suara setuju dari sedikitnya lebih dari 1/2 (satu per dua) bagian dari jumlah suara

yang dikeluarkan secara sah dalam Rapat.

Untuk agenda kedua Rapat, berdasarkan surat Bapepam nomor S-

2432/PM/2005 tanggal 5 September 2005 perihal Rencana Go Private PT Komatsu

Indonesia Tbk, korum kehadiran yang dipersyaratkan adalah Rapat harus dihadiri

oleh Pemegang Saham Independen yang mewakili lebih 75% atau lebih dari jumlah

seluruh saham dengan hak suara yang sah yang dimiliki oleh Pemegang Saham

Independen; dan keputusan diambil berdasarkan suara setuju dari Pemegang Saham

Independen yang mewakili lebih dari 50% dari jumlah seluruh saham dengan hak

suara yang sah yang dimiliki oleh Pemegang Saham Independen. Sesuai dengan

Pasal 23 ayat 8a, Pemegang Saham yang tidak independen dianggap telah

memberikan keputusan yang sama dengan keputusan yang disetujui oleh Pemegang

Saham Independen. Dalam pelaksanaan RUPS Independen sebelum dimulainya

Rapat, seluruh pemegang saham Independen yang hadir harus menandatangani

pernyataan bahwa ia benar adalah merupakan pemegang saham Independen.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 47: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

55

Untuk agenda ketiga Rapat, berdasarkan Pasal 26 ayat 1 Anggaran Dasar

Perseroan, korum kehadiran yang dipersyaratkan adalah Rapat harus dihadiri oleh

Pemegang Saham yang mewakili paling sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari

jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah yang telah dikeluarkan oleh

Perseroan, dan keputusan harus disetujui oleh paling sedikit 2/3 (dua per tiga)

bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan secara sah dalam Rapat.

Dalam RUPSLB tersebut telah dihadiri oleh 363.638.737 saham atau

sebesar 94,31 persen dari seluruh saham yang ditempatkan oleh Peseroan pada saat

itu. Keseluruhan modal ditempatkan adalah sebesar 385.560.000 saham, yang

masing-masingnya bernilai nominal Rp 500,00. Dari seluruh pemegang saham yang

hadir tersebut, terdapat sebanyak 79.033.750 saham yang dimiliki oleh pemegang

saham Independen, atau sebesar 78,29 persen saham dengan hak suara yang sah

yang dimiliki oleh pemegang saham Independen. Sehingga dengan demikian,

RUPSLB dapat mengambil keputusan-keputusan yang sah mengenai segala hal

yang dibicarakan dalam RUPSLB tersebut.

Selanjutnya pada tanggal 22 September 2005 dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Pengumuman draft rencana penawaran tender kepada Bapepam.

2. Pengumuman hasil RUPSLB dalam 3 surat kabar, yaitu harian Bisnis

Indonesia, Sinar Harapan, dan the Jakarta Post.

Kemudian pada tanggal 23 september 2005 dilakukan ralat atas pengumuman

hasil RUPSLB tersebut. Pada tanggal 27 September 2005 dilakukan pengumuman

mengenai rencana penawaran tender pada tiga surat kabar. Pada tanggal 29

September 2005, oleh Perseroan disampaikan dokumen penawaran tender kepada

Bapepam dan Bursa Efek. Tanggal 25 Oktober 2005 merupakan tanggal

efektifnya tender oleh Bapepam. Hal tersebut didasarkan dari Surat Ketua

Bapepam Nomor S-3048/PM/2005 tentang Pemberitahuan Efektifnya Pernyataan

Penawaran Tender. Pada tanggal 26 Oktober 2005 dilakukan pengumuman

mengenai rencana Penawaran Tender di tiga surat kabar harian, yaitu harian

Bisnis Indonesia, Sinar Harapan, dan the Jakarta Post.

Tanggal 27 oktober 2005 sampai dengan 5 desember 2005 merupakan

periode penawaran tender oleh Perseroan. Pada tanggal 9 Desember 2005

dilakukan pembayaran dan penjatahan, sekaligus merupakan hari selesainya

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 48: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

56

penawaran tender. Komatsu Ltd sebagai pemegang saham utama telah

menyelesaikan Penawaran Tender atas 121.782.013 saham Perseroan yang

dimiliki oleh pemegang saham publik, dengan harga penawaran sebesar

Rp 8.500,00 per saham. Selain itu, Komatsu Ltd juga telah melakukan

pembayaran sebesar Rp 867.189.448.000,00 kepada para pemegang saham publik

yang menjual sahamnya dalam penawaran tender. Dalam hal ini PT bahana

Securities bertindak selaku pelaksana administrasi Penawaran Tender yang

ditunjuk oleh Komatsu Ltd. PT Bahana Securities juga telah menyampaikan

kepada Bapepam melalui surat tertanggal 16 desember 2005, yang antara lain

menyatakan bahwa Komatsu Ltd telah memenuhi segala kewajibannya di dalam

penawaran tender. Selain itu juga disampaikan bahwa setelah penawaran tender

selesai, pemegang saham PT Komatsu Indonesia Tbk telah turun dari 603

pemegang saham menjadi 43 pemegang saham.

Pada tanggal 16 Desember 2005, Perseroan menyampaikan permohonan

untuk melakukan voluntary delisting dan laporan mengenai penyelesaian

penawaran tender kepada Bapepam dan Bursa Efek. Pada tanggal 20 Desember

2005 Bursa Efek melakukan Pengumuman Nomor Peng-22/BEJ-PSR/SPT/12-

2005, bahwa terhitung sejak tanggal 21 Desember 2005 sesi I perdagangan efek

pukul 9.30 Waktu JATS akan dilakukan penghentian perdagangan efek PT

Komatsu Indonesia Tbk. Penghapusan pencatatan akan efektif mulai tanggal 2

januari 2006.

Dikarenakan adanya perubahan susunan pemegang saham, maka PT

Komatsu Indonesia Tbk juga harus mengajukan permohonan persetujuan atas

perubahan nama Perseroan dari semula PT Komatsu Indonesia Tbk menjadi PT

Komatsu Indonesia, serta mengajukan pemorhonan atas perubahan susunan

pemegang saham kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Kewajiban yang terakhir adalah meminta persetujuan Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia atas perubahan anggaran dasar Perseroan.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 49: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

57

2.6. Analisa Terhadap Pelaksanaan Go Private dan Aspek Perlindungan

Kepada Pemegang Saham Independen

2.6.1. Analisa Terhadap Pelaksanaan Go Private di Indonesia

Oleh karena tidak ada peraturan yang secara khusus mengatur mengenai

Go Private, maka mekanisme Go Private PT Komatsu Indonesia Tbk dilakukan

dengan menggunakan peraturan-peraturan yang terkait yaitu Undang-Undang

Pasar Modal, peraturan Bapepam-LK nomor IX.F.1 tentang tender offer, dan

Peraturan Bursa nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (delisting) dan

pencatatan kembali (relisting) saham di Bursa. Selain itu, pelaksanaan Rapat

Umum Saham Luar Biasa dilakukan berdasarkan ketentuan dalam Undang-

Undang Perseroan Terbatas pada masa itu yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1995 dan Anggaran Dasar Perseroan. Dan dikarenakan PT Komatsu Indonesia

Tbk merupakan perusahaan PMA, maka harus juga tunduk pada Undang-Undang

Penanaman Modal Nomor 1 Tahun 1967 juncto Undang-Undang Nomor 11

Tahun 1970.

Tindakan Go Private merupakan salah satu bentuk aksi korporasi yang

dapat dikatakan sebagai kebalikan dari tindakan Go Public dimana dalam

tindakan Go Public, suatu perusahaan menawarkan sahamnya kepada publik

sehingga bila tawaran tersebut direspon oleh publik dengan membelinya maka

perusahaan menjadi milik publik dan harus melaksanakan keterbukaan kepada

publik atau sering disebut sebagai perusahaan terbuka. Sebaliknya Go Private

merupakan tindakan dimana suatu perusahaan terbuka berubah statusnya kembali

menjadi perusahaan tertutup. Kemitraan pasar modal dengan Emiten/Perusahaan

Publik dapat dikatakan sebagai bentuk hubungan simbiosis mutualisme, dimana

selama status terbuka atau publik tersebut masih memberikan keuntungan atau

keunggulan bagi perusahaan maka perusahaan akan mempertahankan status

tersebut, kondisi transaksi saham dari perusahaan yang memberikan nilai tambah

bagi perusahaan maka perusahaan tersebut akan tetap mempertahankan status

listednya di bursa. Tetapi bila industri pasar modal tidak lagi memberikan manfaat

bahkan menjadi beban bagi perusahaan maka secara naluri untuk bertahan hidup,

maka perusahaan akan memilih untuk keluar dari industri atau dengan kata lain

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 50: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

58

menjadi tertutup kembali. Kejadian kembalinya suatu Perusahaan Terbuka

menjadi tertutup yang disebabkan karena hal-hal tersebut kemungkinan

merupakan hal yang masih dapat diterima oleh publik. Akan tetapi apabila

berubahnya status Perusahaan Terbuka menjadi tertutup dengan alasan yang sulit

untuk dapat diterima publik akan menimbulkan pertanyaan besar, mengingat

image yang timbul adalah saat suatu perusahaan membutuhkan dana maka

perusahaan tersebut datang kepada publik tetapi kemudian saat kondisi keuangan

telah menjadi mapan perusahaan tersebut akhirnya meninggalkan publik. Secara

hukum tindakan ini adalah sah, tidak ada satupun Negara di dunia yang melarang

Perusahaan Terbuka untuk melakukan Go Private.58

Pada saat melakukan Go Private, PT Komatsu Indonesia Tbk masih

menerapkan ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 1 Tahun 1995

dan peraturan Bapepam IX.H.1 yang lama. Dalam perubahan Undang-Undang

Perseroan Terbatas tersebut tidak ada perbedaan yang mendasar mengenai

pemberitahuan ke Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan pelaksanaan

Rapat Umum Pemegang Saham.

Dalam peraturan IX.H.1 yang baru terdapat perubahan-perubahan yang

cukup penting, diantaranya adalah dengan perubahan definisi dari pemegang

saham pengendali dari semula 25 persen menjadi 50 persen. Seperti telah

diketahui bahwa Penawaran tender dapat dilakukan apabila ada perubahan

pengendalian. Dengan ditingkatkannya persyaratan jumlah kepemilikan saham

baru, maka penawaran tender tidak akan mudah dilakukan, karena ia baru bisa

melakukan penawaran tender apabila telah memiliki saham lebih dari lima puluh

persen. Latar belakang diadakannya perubahan atas peraturan tersebut adalah

untuk mengantisipasi potensi terjadinya Go Private atas akibat dibelinya seluruh

saham milik publik oleh pemegang saham pengendali baik melalui penawaran

tender maupun pengambilalihan. Antisipasi tersebut termuat dalam angka 3

peraturan tersebut yang menyatakan bahwa penawaran tender yang menyebabkan

pemegang saham pengendali baru memiliki saham di atas 80 persen, pemegang

saham pengendali tersebut harus mengalihkan sahamnya dalam jangka waktu 2

58 Herry Siswanto, Go Private, Bukanlah Trend yang diharapkan, Warta BAPEPAM,Edisi 23 / Nopember 2006, http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/info_pm/warta/Warta- Nopember-2006.pdf, diakses pada tanggal 27 juni 2009, pukul 14.00.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 51: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

59

tahun sehingga saham tersebut dimiliki oleh minimal 300 pemegang saham dan

dimiliki oleh masyarakat sebesar 20 persen.

Namun bukan berarti Bapepam-LK menutup kemungkinan dilakukannya

Go Private. Perusahaan terbuka tetap dapat melakukan Go Private asalkan

perusahaan tersebut dari awal sudah memberitahukan mengenai rencana untuk

melakukan deliting dalam rangka Go Private kepada Bapepam dan Bursa,

meminta persetujuan untuk melakukan perubahan status kepada para pemegang

saham Independen, serta persyaratan-persyaratan awal lainnya sebagaimana diatur

dalam Peraturan Bursa mengenai penghapusan pencatatan (delisting). Apabila

hal-hal tersebut sudah dilakukan, maka perusahaan tersebut tidak akan terkena

kewajiban-kewajiban sebagaimana diatur dalam peraturan IX.H.1.

2.6.2. Bentuk Perlindungan Kepada Para Pemegang Saham Independen

Walaupun Go Private telah dilakukan sejak tahun 1997 yaitu untuk

pertama kalinya oleh PT Praxair Indonesia, dan diikuti oleh beberapa Perseroan

Terbuka lainnya, namun belum ada ketentuan yang pasti mengenai kuorum

kehadiran dan kuorum pengambilan keputusan tentang perubahan status Perseroan

dari perseroan terbuka menjadi perseroan tertutup dan hanya mengikuti ketentuan

kuorum dalam transaksi benturan kepentingan yaitu sebesar lebih dari 50 persen

baik untuk kuorum kehadiran maupun kuorum pengambilan keputusan. Ketentuan

mengenai kuorum tersebut baru lahir sejak keluarnya Surat Bapepam nomor S-

2432/PM/2005 tanggal 5 September 2005 perihal Rencana Go Private PT Komatsu

Indonesia Tbk. Adapun melalui surat tersebut, disampaikan bahwa pelaksanaan

Go Private harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari Pemegang Saham

Independen dalam suatu Rapat Umum Pemegang Saham Independen (selanjutnya

disebut RUPS Independen). Apabila RUPS Independen telah menyetujui, maka

saham publik wajib dibeli melalui penawaran tender. RUPS Independen tersebut

harus dihadiri oleh 75 persen atau lebih dari Pemegang Saham Independen dan

harus disetujui oleh lebih dari 50 persen dari Total Pemegang Saham Independen

Perseroan.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009

Page 52: BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/126219-T 26242-Tinjauan...Universitas Indonesia 9 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEKANISME GO PRIVATE

Universitas Indonesia

60

Dalam surat tersebut disebutkan bahwa dalam rangka untuk perubahan

status perseroan dari perseroan terbuka menjadi tertutup, diperlukan persetujuan

dari pemegang saham independen melalui RUPS Independen. Adapun kuorum

kehadirannya adalah sebesar minimal 75 persen dari seluruh pemegang saham

independen, dan kuorum pengambilan keputusannya adalah sebesar lebih dari 50

persen dari seluruh pemegang saham independen. Dapat dilihat bahwa kuorum

kehadiran untuk perubahan status tersebut lebih besar daripada kuorum untuk

agenda benturan kepentingan. Bapepam-LK dalam hal ini memberikan

perlindungan yang begitu besar terhadap pemegang saham independen. Walaupun

dalam Go Private tidak terdapat benturan kepentingan, Bapepam-LK mewajibkan

PT Komatsu Indonesia Tbk untuk meminta persetujuan dari para pemegang

Saham Independen. Selain itu, Surat Bapepam-LK tersebut juga mewajibkan

pemegang saham pengendali untuk melakukan penawaran tender atas saham-

saham yang dimiliki oleh publik. Para pemegang saham Independen yang

menolak atas rencana pengambilalihan tersebut diberikan hak untuk menjual

sahamnya kepada perusahaan atau kepada pemegang saham pengendali baru.

Pada dasarnya hal-hal tersebut merupakan bentuk perlindungan bagi para

pemegang saham Independen.

Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, 2009